Tubuh-tubuh tanpa bayangan Ada sebuah planet bernama Arais. Planet Arais dihuni oleh suatu makhluk bernama Tubuh
berjubah
hitam.
Mereka
adalah
makhluk yang sepanjang masa hanya berdiri di tempat yang sama. Makhluk ini memiliki jubah dan bayangan. Jubah itu tumbuh di kulit pundak mata
mereka kaki.
yang
memanjang
Bayangan
hingga
mereka
adalah
kepanjangan dari tubuh mereka. Jubah dan bayangan merupakan organ tubuh mereka. Bayangan adalah tempat akal dan hati, juga menjadi
separuh
dari
nyawa
mereka.
Bayangan telah menjadi identitas mereka di Arais. Para berdiri
di
tubuh berjubah hitam selalu tengah
merentangkan
terik matahari.
jubah
sembari
melontarkan
mereka.
Semakin
mereka pujian
hitam
dan
Mereka
lebar-lebar untuk
jubah
kilap
jubah
mereka, semakin banyak pujian yang mereka
terima. Karena itu mereka lebih memilih diludahi matahari dan mati terbakar daripada harus
kehilangan
mereka.
Jika
bayangan
saat
malam
dan tiba,
jubah mereka
menyelimuti tubuh mereka dengan jubah itu. Tubuh
berjubah
hitam
menggantungkan
harapan yang tinggi pada matahari, mereka juga selalu menyanjung keindahan bulan, karena matahari membuat mereka bangga dengan
bayangannya
dan
bulan
dengan
lembut selalu mendinginkan jubah mereka setelah seharian berjemur di bawah teriknya cahaya matahari. Pada suatu malam sebuah sinar datang, sinar itu
memancar
menembus bayangan
lurus
dan yang
ke
segala
membelah sedang
penjuru,
bayangan-
terlelap.
Dalam
sekejap seluruh bayangan lenyap, menghilang dari tubuh-tubuh berjubah hitam yang sedang berdiri dan tertidur lelap. Saat
pagi
menjelang,
matahari
menyapa
tubuh-tubuh berjubah hitam yang baru saja 2
terbangun
dari
tidurnya.
Pertama
sekali
mereka membuka jubah yang menyelimuti tubuh mereka. Kemudian secara bersamaan mereka merentangkan jubah-jubahnya lalu menutup mata. Jubah-jubah itu menyerap energi dari matahari yang sedang bersinar dengan
cerah,
seluruh
daratan
di
Arais
berubah menjadi daratan hitam yang kilap dan berkilau. Setelah cukup, secara serentak mereka
membuka
mata,
lalu
sama-sama
tersenyum. Aktifitas di pagi hari telah mereka jalani secara sempurna. Salah satu dari tubuh berjubah hitam sedang kebingungan.
Ia
memegang
punggungnya
berulang-ulang, memeriksa seluruh anggota badannya berkali-kali. Ia merasakan ada yang aneh dari tubuhnya, tubuh-tubuh lain yang melihat tingkahnya itu segera mendekatinya. Lalu berkumpul di sekitarnya. ”Ada apa denganmu, engkau terlihat seperti sedang
kebingungan?”
Salah
satu
tubuh
bertanya. 3
“Ada yang aneh dengan tubuhku, aku telah kehilangan jubah dan bayanganku.” “Iya..engkau benar.” Sang jubah menjawab dengan terbata-bata, ekspresinya menunjukkan kebingungan dan kengerian
sekaligus,
saat
ia
melihat
ke
pundak dari tubuh yang bertanya tadi. “Jubah dan bayanganmu sudah tidak ada, mereka benar-benar menghilang, mengerikan. Tapi bagaimana mungkin ini bisa terjadi. Ini sudah tidak masuk akal dan sudah diluar nalar kita, apa yang engkau rasakan sekarang?” “Aku tidak merasakan apa-apa, selain kepala yang terasa pusing dan seperti berputarputar. Aku tidak bisa membuka mataku. Karena
jika
mataku
terbuka
se-isi
dunia
terlihat seperti berguncang.” “Kami akan membantumu mencari jubah dan bayanganmu dan akan kami kembalikan lagi padamu. Tapi sebelum itu seluruh penjuru negeri harus tau mengenai hal ini.”
4
Sang tubuh memberi isyarat pada tubuh yang lain untuk menyampaikan berita kehilangan itu ke seluruh penjuru negeri, ke tujuh tubuh itu pun pergi melesat dengan cepat. Ke tujuh utusan tersebut berpencar ke segala arah. Sementara itu di arais seluruh diliputi
oleh
perasaan
tubuh masih
cemas.
Mereka
menduga-duga bahwa hal yang sama lambatlaun pasti akan menimpa mereka juga, karena saat ini mereka belum tau pasti penyebab hilangnya jubah dan bayangan dari tubuh saudara mereka tersebut. Tubuh yang telah kehilangan bayangan dan jubah itu berlari tak tentu
arah,
mendalam
kecemasannya membuatnya
mengendalikan
geraknya
yang tak
lagi,
sangat mampu
ia mencari
bayangannya tapi ia tidak tau harus mencari kemana, tidak ada satu petunjuk pun ia dapatkan, karena kejadian ini adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi bagi mereka dan kejadian ini menjadi sebuah misteri yang sulit untuk segera dipecahkan. Tubuh-tubuh yang 5
lain mulai dilanda kecemasan yang sama, sebagian ada yang menganggap ini adalah sebuah
kutukan,
sebagian
yang
lain
menganggap ini adalah wabah yang akan segera
menyebar
bak
jamur
dimusim
penghujan, ada yang mengatakan itu adalah karma
dari
mengatakan
tubuh
itu
bahwa
sendiri, apa
ada
yang
yang
mereka
saksikan dan rasakan oleh sang tubuh hanya sekedar ilusi, tidak nyata dan saat ini mereka hanya sedang bermimpi. Tetapi apapun itu, para tubuh saat ini memiliki perasaan yang sama. Mereka sedang bingung dan cemas. Kemudian kecemasan itu semakin bertambah ketika terdengar sebuah teriakan histeris dari salah satu tubuh yang lain. Kemudian disusul oleh teriakan-teriakan tubuh lain, sampai pada akhirnya
seluruh
menjerit serentak. “Tidaaaak.”
6
tubuh
di
daratan
arais
“Tidaaak.
Apa
sesungguhnya
yang
telah
terjadi pada kita. Tubuh-tubuh kita telah dirusak.” Daratan arais mengeluarkan suara gemuruh, gemuruh dari teriakan serentak seluruh tubuh yang kehilangan jubah dan bayangannya. Mereka
panik,
para
tubuh
sudah
tidak
memiliki jubah dan bayangan lagi. Seluruh tubuh berlarian tak tentu arah. Para tubuh saling tabrak, kecemasan mereka semakin menggila, mereka semakin ketakutan, daratan arais
seolah
mencari
bergelombang.
jubahnya
Para
tubuh
masing-masing.
Sudah
tidak ada lagi tempat untuk bertanya karena seluruh tubuh mengalami hal yang sama, apa yang
mereka
mengandalkan
lakukan
sekarang
kekuatan
pikiran
hanya mereka
sendiri, berusaha mendapatkan lagi jubah dan bayangan mereka kembali. Gemuruh teriakan dari negeri arais terdengar hingga ke angkasa menembus ruang hampa. Matahari dan bulan pun mendengar suara gemuruh itu. Matahari 7
dan bulan bersimpati kepada para tubuh di negeri
arais.
menunggui
Secara
bergantian
tubuh-tubuh
mereka
yang
sedang
kehilangan. Bulan dan matahari hanya bisa menyaksikan, mereka tidak bisa berbuat lebih dari itu. Ke tujuh utusan yang diutus untuk mencari bayangan dan jubah dari salah satu tubuh yang pertama kali kehilangan bayangan dan jubahnya itu pun belum tau dimana rimbanya. Sepertinya pencarian itu hanya akan menjadi pencarian yang percuma dan sia-sia saja. Atau mungkin mereka malah tersesat dan tidak bisa pulang karena jubah dan bayangan mereka juga ikut hilang. Sekarang ada pemandangan baru di daratan arais. Tanah tempat para tubuh berpijak terlihat seperti ombak yang berjalan, dan lalulalang para tubuh yang sedang sibuk mencari jubah dan bayangannya terlihat seolah-olah seperti tarian, tarian penantian yang penuh keputusasaan. Suara gemuruh dari teriakan riuh 8
mereka
terdengar
seperti
nyanyian
kematian.
Negeri
yang
dulu
beraktifitas
dengan keteraturan dan penuh kedisiplinan kini berantakan setelah para bayangan dan jubah menghilang dari para tubuh. Diam-diam matahari dan bulan menikmati pemandangan itu. “ Daratan arais malah terlihat lebih indah dengan keadaannya sekarang. Tidak monoton seperti
dulu.
keindahan
Aneh
itu
muncul
memang, di
saat
kenapa ketakutan
melanda, saat kecemasan dan keputusasaan datang mendera, secara tidak sadar para tubuh
telah
membuat
ketidakteraturan
tariannya
ternyata
sendiri, memiliki
keindahannya sendiri.” Matahari bergumam sendiri saat ia baru saja terbit.
Keesokan
harinya
ketika
mereka
menatap langit mereka melihat matahari. Tubuh-tubuh berjubah hitam mulai mencurigai matahari. Mereka berpikir bahwa matahari telah
mencuri
jubah-jubah
dan
bayangan
mereka, tetapi mereka tidak berani bertanya, 9
tubuh-tubuh berjubah hitam itu berkumpul lalu
berbaris
kemudian
mereka
menengadahkan kepalanya ke langit, mereka menatap matahari berharap matahari mau mengakui
perbuatannya
kemudian
mengembalikan jubah-jubah dan bayangan bayangan mereka, tentu saja itu tidak terjadi. Tubuh-tubuh berjubah hitam menjadi semakin gusar, mereka marah karena merasa maksud mereka tidak ditanggapi matahari. Ketika matahari terbit, para tubuh berjubah hitam itu menyambut matahari dengan sikap dingin penuh
dengan
menangkap terhadapnya,
sinyal Ia
kebencian. kebencian pura-pura
Matahari para
tidak
tubuh peduli.
Seperti biasa matahari terus melanjutkan tugasnya Ia terbit kemudian terbenam begitu seterusnya, sehingga waktu pun terus berlalu. Setahun kemudian para tubuh berjubah hitam masih berdiri dengan kondisi masih menatap langit, mereka hanya sanggup memelototi matahari, sebab mulut mereka sudah tak 10
11