Warta
TUBERKULOSIS INDONESIA
Wadah Informasi Gerakan Terpadu Nasional TB
Buletin Tiga Bulanan
Volume 19 • Januari 2012 • 19/I/2012
Peranan dan Sumbang Pikiran Indonesia dalam Pertemuan Internasional di Lille, Perancis
Daftar Isi: • Peranan dan Sumbang Pikiran Indonesia dalam Pertemuan Internasional di Lille, Perancis • Terobosan dan Inovasi RSUD Dr. Moewardi Dalam Penerapan Strategi PMDT Provinsi Jawa Tengah • PERTEMUAN NASIONAL
EVALUASI DAN PERENCANAAN
• EXIT STRATEGY • Penguatan Akar Bawah: Inisiasi Kelompok Orang Terdampak TB • KUNJUNGAN KERJA SUBDIT TB BERSAMA WHO KE NTT
P
ada 25-27 Oktober 2011 Indonsia di undang dalam pertemuan The DOTS Expansion Work Group (DEWG), The STOP TB Symposium dan The DEWG Sub-Group Expande Core Group Meeting on HRD For TB Prevention, Care and Control Human Resource Development for the Scale-Up of Programmatic Management of Drug-Resistant TB (PMDT) di Lille, Perancis. Yang menghadiri pertemuan tersebut adalah Drs Sulistiono Supangat, MSc, (Ka Pusdiklat
Aparatur Kesehatan, BPPSDM), Drg Dyah Erti Mustikawati, MPH (NTP Manager), Dr. Asik Surya, MPPM (Deputy NTP Manager) dan drg. Siti Nur Anisah (HRD Focal Point, NTP). Pertemuan global The DOTS Expansion Work Group (DEWG) merupakan sarana bertukar informasi tentang perkembangan terkini dan lesson learnt pelaksanaan Program TB dalam rangka Stop TB Partnership di berbagai Negara, khususnya di Negara-negara dengan beban permasalahan TB tinggi yaitu
Afganistan, Bangladesh, Brazil, Kamboja, Cina, The Democratic Republic of Congo, Ethiopia, Ghana, India, Indonesia, Kenya, Mexico, Mozambique, Myanmar, Namimbia, Nigeria, Pakistan, Peru, Filipina, Afrika Selatan, Swaziland, Thailand, Uganda United republic of Tanzania, Zambia, Zimbabwe, WHO, IUATLD, KNCV dan anggota DEWG/Partners lainnya. Pertemuan ini dibuka dan dipimpin oleh Dr. Jeremiah Muhwa Chakaya dari Kenya dan Malgosia Gemza (STB).
Beberapa Program TB Nasional (per regional) diminta untuk menyampaikan komentarnya antara lain: Filipina, Indonesia, Pakistan, Uni Eropa, Afrika, Cina, Kamboja. Indonesia diminta untuk mewakili SEAR regional. Pada kesempatan ini Indonesia juga menyampaikan Indonesia PPM Model: pendekatan komprehensif PPM dengan 6 Pilars utama nya, yang sangat diapresiasi oleh semua anggota working group. Keenam pillar model Indonesia ini disepakati untuk diangkat sebagai konsepmodel PPM dalam
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 19 • Januari 2012 • 19/I/2012
1
Drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH sedang menyampaikan Model PPM Indonesia.
“White Paper PPM” karena sudah mengantisipasi: DOTS dasar di komunitas, layanan TB di RS, layanan TB oleh Dokter Praktek Swasta, QA laboratorium, penggunaan obat TB secara rasional dan pengawasan serta pelibatan komunitas TB (CSS). THE DOTS STOP TB symposium, 26 Oktober 2011, dibuka oleh Nills Billo (The Union), Mario Raviglione (WHO Stop TB Department) dan Lucica Ditiu (Stop TB Partnership Secretary). Dalam sesi Global TB Control Progress disampaikan mengenai Global TB Control: current status with particular attention on TB among women and children oleh Katherine Floyd, WHO Stop TB Department dan Decrease TB mortality by integrating maternal and child health services oleh Robert Gie, Afrika Selatan. Dalam sesi Women and Tuberculosis disampaikan Diagnosis and treatment of TB in HIV positive women oleh Amita Gupta, India dan Integrating TB case finding into maternal health services oleh Stacie Stender, Afrika Selatan. Sesi ketiga Children and Tuberculosis materinya cukup banyak
2
Improving TB case detection in children at community level oleh Khurshid Talukder, Bangladesh, Improving case detection in children-TBREACH experience oleh Najla Al-Sonboli, Yemen and Luis E. Cuevas, UK, Operational challenges in implementing IPT in children oleh Muhammad Yasin, Eithiopia dan Isoniazid preventive therapy in children in Brazil oleh Ciemax Cuoto Saint Anna, Brazil. Sesi lainnya Addressing The Unmet needs of women and children for TB prevention, diagnosisi and care: expanding our horizones, membahas Use of Xpert MTB?RIF to diagnose TB in children oleh Mark Nicol, Afrika Selatan, Overcoming challenges in access to TB drugs for Children oleh Gregory Kearns, USA. Symposia TB ini diakhiri dengan Panel Discussion: Addressing The Unmet needs of women and children for TB prevention, diagnosis and care: expanding our horizones oleh anggota panel Pertemuan Human Resource Develop ment for the Scale-Up of Programmatic Management of Drug-Resistant TB
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 19 • Januari 2012 • 19/I/2012
(PMDT), dibuka oleh Dr Wanda Walton, yang kemudian dilanjutkan dengan penyampaian Term of reference HRD Sub Group meeting. Acara dilanjutkan dengan Follow up discussion on issues from the two previous HRD working group meeting oleh dr Ineke Huitema. Hampir semua negara peserta pertemuan menyampaikan permasalah an dan tantangan sehubungan dengan pelaksanaan Program TB di negara masing-masing, serta menyatakan keikutsertaan mereka di acara HRD sub group meeting ini adalah untuk sharing pengalaman dan mendapatkan informasi update untuk HRD terutama dalam rangka scale up PMDT. Pada sesi Country presentation dengan Chairman Nobert Dreesch, Indonesia menyampaikan: HRD for the scale up of PMDT: the experience in Indonesia oleh Dyah Erti Mustikawati, NTP Manager. Pemaparan Indonesia dianggap cukup komprehensif dan sangat mempertimbangkan tentang kesinambungan sejak awal pelaksanaan program, karena sudah melibat aktifkan unit yang bertanggung jawab dalam bidang pengembangan SDM yaitu Pusdiklat, sehingga pengembangan SDM sudah terintegrasi dengan pengembangan SDM dalam bidang kesehatan. Indonesia diminta untuk mendokumentasikan best practice ini agar bisa ditiru dan diimplementasikan oleh negara lain. Indonesia menyanggupi untuk mendokumentasikan pengalaman Indonesia dibidang pengembangan SDM untuk TB dan PMDT, sebagai sumbangsih terhadap komunitas global khususnya kelompok kerja HRD-STB. Pada sesi akhir ibu Karin Bergstorm dari STB-WHO-HQ menyampaikan presentasi tentang Systematic Approach to HRD for PMDT, dalam beberapa slidenya beliau juga mencuplik pengalaman pelaksanaan HRD di Indonesia sebagai salah satu best practice HR strategy. Penutupan HRD subgroup meeting dilakukan oleh dr Wanda Walton. [Dita]
TEROBOSAN DAN INOVASI RSUD Dr. MOEWARDI DALAM PENERAPAN STRATEGI PMDT PROVINSI JAWA TENGAH
P
ada Juni 2010, berdasarkan hasil penilaian, Provinsi Jawa Tengah dipilih sebagai wilayah untuk pengembangan layanan PMDT, dengan RSUD. Dr. Moewardi (RSDM) sebagai RS rujukan TB-MDR. RSUD. Dr. Moewardi telah menerapkan strategi DOTS sejak tahun 2004 dan saat ini telah memiliki 5 orang tenaga terlatih DOTS yang terdiri atas : 1 orang dokter spesialis ; 3 orang perawat dan 1 orang petugas laboratorium. Cakupan layanan DOTS RSDM dari waktu ke waktu : Atas hasil cakupan RSDM untuk pelayanan DOTS, sebagaimana tertera di atas, pada tahun 2010 RSDM di lakukan assessment untuk pengembangan wilayah akselerasi penerapan strategi PMDT dan mendapat nilai : 88 % ( 32 / 36 ) Fase persiapan dilaksanakan dilaksanakan pada Juni – Desember 2011 yaitu persiapan dokumen legal-administrasi, advokasi kepada pemerintah daerah kota Surakarta, sosialisasi penerapan strategi PMDT, penyusunan alur dan prosedur, persiapan ruang untuk klinik dan ruang rawat inap PMDT di RSDM untuk memenuhi persyaratan PPI-TB dan set up ruang untuk klinik PMDT di fas.yan.kes satelit PMDT. Setelah melaksanakan implementasi dilaksanakan Novembar 2010 sampai dengan saat ini yaitu penetapan laboratorium mikrobiologi FK-UI Jakarta sebagai laboratorium rujukan untuk pemeriksaan kultur dan DST sambil mempersiapkan BLK Semarang dalam memperoleh sertifikasi internasional untuk pemeriksaan kultur dan DST. Hasil kultur-DST pertama kali diterima pada Januari 2011, dan diperoleh konfirmasi 3 kasus TB-MDR. Cakupan wilayah yang luas menimbulkan hambatan : waktu / jarak - transportasi / biaya. Keterbatasan akses/saat ini untuk layanan pasien TB-MDR di provinsi Jawa Tengah baru ada 1 RS
rujukan ( RSDM ) dibantu 19 Fasyankes satelit PMDT. Dari sisi pasien sendiri juga kondisi psiko-sosial-ekonomi menimbulkan kebutuhan dukungan moral dan material, terutama saat ini terjadi perubahan mekanisme pembiayaan, khususnya untuk dukungan pasien sesuai dengan kebijakan program diharapkan diambil alih oleh Pemda karena tidak tersedia pendanaan untuk pendukung pasien (enabler). Dalam mengatasi tantangan tersebut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah melakukan beberapa inovasi: a. Konsep rujukan spesimen dahak untuk diagnosis dikoordinasi kepada DKK kota / kabupaten, khususnya untuk wilayah yang jauh dari RSUD Dr. Moewardi atau ada kendala di transportasi suspek. b. Membentuk Fasyankes satelit PMDT, tanpa batasan konsep wilayah, untuk memudahkan akses pengobatan pasien TB-MDR c. Mempersiapkan RS sub rujukan terapi untuk membantu dalam melanjutkan pengobatan dan penatatalaksana Efek Samping Obat bagi pasien yang wilayahnya jauh dari Surakarta. d. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah telah mengirimkan surat permohonan ke Gubernur agar supaya nantinya ada surat edaran dari Gubernur ke semua kepala Daerah ( Walikota/Bupati ) untuk memberi dukungan dana enabler. Di lain pihak tim RSUD Dr. Moeward juga melakukan terobosan dan inovasi: a. RSUD Dr. Moewardi telah mengajukan proposal pengadaan rumah singgah, dengan kapasitas 20 kamar, dan RSDM berkontribusi lahan hak milik ± 500 m2, proposal sudah di ajukan kepada KEMENKES RI melalui Din.Kes Prov. Jawa Tengah, saat ini masih menunggu jawaban.
2007
2008
2009
2010
2011
Penjaringan suspek
1.573
1.399
1.437
1.414
1.124
Proporsi BTA (+) diantara suspek
13.2
13.2
13.1
12.7
13.4
TB diobati ( all case )
243
248
234
242
286
Proporsi TB BTA (+)
75.8
70.9
64.5
72.2
66.3
Proporsi TB anak
3.3
2.1
3.4
4.9
1.2
Conv.Rate TB BTA (+) baru
80.0
83.5
90.6
97.0
97.2
Cure.Rate TB BTA (+) baru
77.2
77.7
88.2
95.0
Succes.Rate TB BTA (+) baru
89.0
94.1
94.5
97.1
b. Advokasi dana pendukung pasien (enabler), kepada Bapak Gubernur Prov. Jawa Tengah, sudah direspon melalui Biro Bina Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, sudah dilakukan pertemuan yang melibatkan : Bina Sosial Provinsi Jawa Tengah; Badan Anggaran Provinsi Jawa Tengah ; Dinkes. Provinsi Jawa Tengah; RSDM; KNCV dan GF. c. SDM menyisihkan dana BLUD untuk dana pendukung pasien TB-MDR, sudah disetujui sesuai surat SETDA PEMDA Provinsi Jawa Tengah no : 440 / 08955, tanggal : 03-01-2012. Upaya advokasi tim Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dan RSUD. Dr. Moewardi membuahkan hasil dengan dikeluarkannya Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tertanggal 25 Januari 2012 kepada seluruh Bupati/Walikota Se-Jawa Tengah untuk pengalokasian anggaran melalui APBD Kabupaten/Kota untuk pembiayaan pendukung pasien TB-MDR (enabler). Diharapkan pendanaan ini nantinya untuk dukungan asupan gizi/ Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk pasien TB-MDR dan petugas kesehatan yang merawat pasien TB-MDR, biaya transport dari tempat asal ke RS rujukan dan akomodasi selama menjalankan perawatan di RS rujukan. Hal serupa diharapkan juga dari Pemda lain tempat pelaksanaan PMDT untuk mendukung pegobatan pasien TB-MDR di wilayah masingmasing [Dita]
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 19 • Januari 2012 • 19/I/2012
3
PERTEMUAN NASIONAL EVALUASI DAN PERENCANAAN Terobosan dan Inovasi UD Dr.Moewardi dalam penerapan PMDT pasien TB Resisten Obat. Update kegiatan prioritas dan pengelolaan dana hibah GF TB disampaikan oleh Kasubdit TB drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH (Ka.Subdit TB, Ditjen PP&PL). Lalu update isu terkini disampaikan pada panel kedua dengan pembicara drg. Sophia Hermawan, M.Kes (Bina Upaya Kesehatan Rujukan) tentang Situasi Terkini Kegiatan Akreditasi Rumah Sakit untuk TB DOTS), Dr. Widiastuti, (Dit Bina Pelayanan Penunjang Medik & Sarana Kesehatan) tentang Situasi Terkini Laboratorium TB dan Sulistiono Supangat,SKM,M.Sc ( Kapusdiklat Aparatur Kesehatan BPPSDMK) tentang Konsep pengembangan SDM. Pertemuan Monev kali ini lebih banyak dihadiri peserta karena pertemuan ini juga terbuka peserta Kabupaten/Kota dengan dana swadana. Peserta Kabupaten/Kota
SOLO, 24-28 JANUARI 2012, Pertemuan Nasional Evaluasi dan Perencanaan pada awal tahun 2012 ini dilaksanakan di Solo. Kepala Bidang/ Kepala Seksi yang membawahi program TB, Petugas M&E/Wasor Program TB, Project Provincial Officer (PPO), Finance Administrasi (FA). Sambutan dan arahan sekaligus pem bukaan secara resmi Pertemuan Nasional Evaluasi dan Perencanaan Program Pengendalian Tuberkulosis oleh Direktur Jenderal PP & PL. Pada sambutannya Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama menyampaikan pesan
4
utama yaitu Evaluasi Program sesuai pro sedur tetap, keluarkan capaian yang dapat menggambarkan keberhasilan program TB di lapangan misal di sebuah desa atau unit kerja mencapai target program, selalu membuat inovasi baru, ajak media ke lapangan jangan hanya konferensi pers saja dan sosialisasi keberhasilan program agar masyarakat juga mengenal apa upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam pengendalian TB. Pada pertemuan kali ini dalam sesi pertama dihadiri keynote speaker : Direktur RSUD Dr. Moewardi, Surakarta dengan judul
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 19 • Januari 2012 • 19/I/2012
d apat memilih sesi utama yang menarik bagi mereka dan pada kesempatan ini mereka dapat mendengarkan langsung informasi dan isu terkini dari para pakar yang memberikan materi. Yang menarik banyak peserta adalah diskusi tentang Exit Startegi untuk Program TB. Dr. Made ( Kabag PI Ditjen PP&PL) memberikan pemaparan Exit Strategi Program Bantuan untuk Program TB, Dr. Bayu (Kepala Biro Perencanaan Kemenkes RI) memberikan Arahan dan masukan Exit strategi Program bantuan untuk Program TB dari Biro perencanaan, Kemenkes RI, David Collin (MSH): Arahan dan masukan Exit strategi Program bantuan untuk Program TB dan Direktur Kesehatan Gizi Masyarakat (Bappenas) memberikan Arahan dan masukan Exit strategi Program bantuan untuk Program TB dari Bappenas. dr. H.M. Subuh,MPPM (Direktur PPML Ditjen PP&PL) menyampaikan Situasi terkini program pengendalian TB di Indonesia. Masalah yang didiskusikan bagaimana mendapatkan dana CSR dari perusahaan untuk upaya penanggulangan TB di daerah, di beberapa daerah CDR masih kurang dari 70% bagaimana cara mengatasinya.
isepakati bersama bahwa dana bantuan D dari CSR dari perusahaan yang ada di wilayah kita bisa di peroleh apabila yang kita minta bantuan dalam bentuk fisik dan harus dipublikasikan dan untuk semua peserta agar acara monitoring dan evalusi ini bisa dimanfaatkan untuk bertukar pengalam an dengan teman-teman yang mempunyai CDR > 70% dan sukses rate >80%. Selanjutnya bersama dengan Direktur P2ML, didiskusikan Exit Strategi. Disam-
paikan oleh Ka. Subdit TB bahwa semua PR harus bertanggung jawab exit strategi dengan pendanaan yang lain karena kewajiban tersebut melekat dan sudah dalam kontrak. Tujuannya untuk persiapan menghadapi pendanaan mandiri setelah dana dari hibah selesai, membagi peran pusat dan daerah dalam penanggulangan TB dan bapak Direktur siap melakukan advokasi ke daerah- daerah. [Dita]
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 19 • Januari 2012 • 19/I/2012
5
Penguatan Akar Bawah: Inisiasi Kelompok Orang Terdampak TB
I
ndonesia merupakan salah satu negara yang masuk ke dalam 22 negara high burden TB dengan Insiden kasus TB 450.000 dan 64.000 kematian per tahun atau sekitar 169 kematian perhari. Sementara angka penemuan kasus TB pada tahun 2010 sebesar 78,3%, hal ini menunjukkan masih sekitar 20-30% kasus yang masih belum : terdeteksi di masyarakat. Untuk menanggulangi masalah TB di Indonesia, sejak tahun 1995 strategi DOTS yang direkomendasikan WHO diadopsi. Sejak saat itu program penanggulangan TB DOTS diekspansi dan diakselerasi pada seluruh unit pelayanan kesehatan dan berbagai institusi terkait. Namun keterbatasan pemerintah dan besarnya tantangan TB saat ini membuat terbatasnya akses terhadap pelayanan DOTS yang berkualitas terutama pada masyarakat miskin dan rentan di perkotaan, penduduk dikawasan terpencil, perbatasan dan kepulauan terutama di kawasan Indonesia Timur khususnya. Pengendalian program Tuberkulosis di Indonesia bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Permasalahan ini juga harus didorong oleh dukungan dari masyarakat dan bahkan pasien itu sendiri. Dengan demikian dipandang perlu untuk membentuk jaringan orang terdampak TB. Diharapkan dengan adanya jaring
6
an kelompok pasien dan masyarakat terdampak semua pasien harus diperlakukan sama tanpa memandang status ras, kebangsaan, iman, usia, jenis kelamin atau ekonomi (Pelayanan TB adalah untuk semua / Akses Universal). Pada beberapa tahun terakhir ini, pengendali an TB di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, hal ini antara lain dibuktikan dengan tercapainya banyak indikator penting dalam pengendalian TB. Faktor keberhasilan tersebut antara lain: akses pelayanan kesehatan semakin baik, pendanaan semakin memadai, dukung an pemerintah pusat dan daerah, peran serta masyarakat dan swasta semakin meningkat, dan semakin banyak upaya inovatif yang dilakukan. Salah satunya adalah Peningkatan upaya pemberdayaan kesehatan masyarakat melalui melibatkan kelompok orang terdampak TB. Untuk itu program mencoba menginisiasi forum aspirasi orang yang terdampak TB dalam upaya pengendalian TB dan peningkatan pelayanan TB yang berkualitas. Awalnya program memohon masukan dari provinsi tentang Organisasi Pasien TB, Organisasi Masyarakat Peduli TB atau Organisasi Pengembangan Masyarakat yang aktif di provinsi mendukung program TB. Dari hasil masukan provinsi maka pertemuan Inisiasi Kelompok Orang Terdampak
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 19 • Januari 2012 • 19/I/2012
TB di Surabaya pada 10-13 Januari 2012. Pertemuan ini dihadiri oleh berbagai organisasi dan kader TB yang aktif mendukung program dari 28 provinsi. Provinsi lainnya belum dapat memberikan nama mitra yang aktif mendukung program TB di wilayahnya. Drg. Dyah Erti Mustikawati Ka. Subdit TB membuka wawasan peserta dengan menyampaikan sekilas Situasi Terkini Program TB dan kebutuhan dukungan dari masayarakat dalam pengendalian TB di Indonesia. Dari peserta juga menyampaikan Presentasi Pengalaman Kelompok Pasien/ Masyarakat peduli TB yaitu Tunas Tunggal Jawa Barat, Kelompok Masyarakat Peduli TB Jember dan Himpunan Orang Sakit TB (Horas TB) Kalteng. Selama 3 hari efektif peserta berdiskusi aktif dengan dipandu oleh Ciptasari dan Erlian dari FHI serta Ary Mursetyo dan Dyah Retno dari fasilitator AKMS. Peserta mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan utama pasien dan kebutuhan akan kelompok pendukung pasien. Selanjutnya peserta diminta untuk menyusunan konsep dan tujuan organisasi serta memilih perwakilan sebagai formature team yang selanjutnya akan menggodok secara matang konsep dan tujuan organisasi, AD/ART dan recana kerja. [Dita]
EXIT STRATEGY
T
antangan dalam pembiayaan program ATM ke depan tidak semakin ringan, dimana terjadi kelemahan manajemen dan kesinambungan keberlangsungan program, karena kondisi saat ini hampir 61% dana operasional pengendalian ATM terutama di provinsi dan kabupaten/kota dibiayai oleh Global Fund, walaupun sudah ada kebijakan proporsi pemerintah (APBN) dari 23% pada tahun 2009 menjadi 30% tahun 2011, dan menjadi 35% pada tahun 2014 (Strategi Pengendalian Nasional TB). Oleh karena itu diperlukan mobilisasi sumber pendanaan yang ada (APBN/APBD dan peran swasta) untuk kesinambungan keberlangsungan pengendalian TB khususnya dan ATM pada umumnya. Untuk menghadapi tantangan tersebut, perlu dilakukan kegiatan terobosan seperti penyusunan Exit Strategy program pengendalian TB, HIV-PMS dan Malaria untuk mengurangi ketergantungan terhadap dana donor. Pertemuan diselenggarakan selama 3 (tiga) hari dari tanggal 9 s/d 11 Februari 2012 di Hotel Grand Cempaka, Jl. Jend. Soeprapto, Jakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh Dirjen PP& PL, Direktur PPBB, Direktorat PPML, Subdit TB, Subdit Malaria, Subdit HIV PMS, PI Ditjen PP & PL, Bagian Keuangan Ditjen PP & PL, Biro Perencanaan dan Anggaran, BUK Rujukan Khusus, Biro Keuangan, Pusat Kerjasama Luar negeri, Pusat Pembiayaan Kesehatan, Pusat Data dan Informasi, Sekretariat KOMLI, Perwakilan dari PT. Jamsostek, Perwakilan dari PT ASKES, serta partner (KNCV, USAID dan WHO). Pertemuan dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal PP&PL yang diwakili oleh Direktur PPBB; Dr. Rita Kusriastuti, MPH yang menyampaikan arahan tujuan dan output yang diharapkan dari pertemuan ini. Acara diawali dengan disampaikannya pengantar dalam penyusunan Exit Strategy yang disampaikan oleh Kasubdit TB; Drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH, bahwa rapat ini merupakan kelanjutan dari pembahasan Exit Strategy pada Pertemuan Monev Program TB di Solo tanggal 21-24 Januari 2012. Selain itu peranan dari Pemerintah Pusat-Provinsi-Kabupaten/Kota sangat diperlukan sehingga nantinya akan tersusun regulasi pembiayaan ATM sesuai tujuan exit strategy. Implementasi pembiayaan akan dilaksanakan secara bertahap, guna mengurangi ketergantungan dari dana donor dan meningkatkan dana dari pemerintah pusat-daerah. Dari diskusi dan masukan-masukan dari peserta didapatkan hasil:
• Pembagian peran, tugas dan pembiayaan dari lintas sektor, swasta/mitra dan program terkait dari pusat dan daerah • Peran Swasta : swasta didorong untuk berperan serta dalam pengendalian ATM melalui public private partnership (ppp) dan corporate social responsibilities (CSR) • Peran Pemerintah Daerah : menyediakan dukungan anggaran yang memadai melalui APBD sesuai dngan dokumen RAD MDGs (tujuan 6 : memerangi HIV dan AIDS, TB dan Malaria) a. Area Strategis yang perlu pembiayaan pemerintah pusat antara lain : 1. Seluruh kebutuhan Obat Anti TB (OAT) lini 1 dan lini 2 (TBMDR), obat anti malaria dan RDT, ARV dan IMS (HIV). 2. Reagensia (2013-2014) sambil menunggu sistem quality assurance dilaksanakan secara baik (untuk HIV dan TB) 3. Kebutuhan Reagensia malaria (Giemsa dan RDT), kelambu insektisida dan alat Indoor Residual Spraying (dengan kenaikan secara bertahap) 4. Kebutuhan Penanganan KLB Malaria (Logistik dan Operasional KLB) 5. Pembuatan NSPK terkait ATM 6. Pembinaan teknis pelaksanaan NSPK ATM 7. Monitoring mutu obat TB, Malaria dan HIV/AIDS b. 1. 2. 3.
Area yang perlu dibiayai oleh peme rintah tingkat provinsi antara lain : Alat diagnostik : mikroskop, sarana diagnostik lainnya Monitoring dan evaluasi program Pelatihan petugas antar kabupaten/kota
Pemantauan dan quality assurance untuk laboratorium/pemeriksaan diagnostik 4. Penguatan tim Pelatih Provinsi 5. Pembinaan teknis pelaksanaan program 6. Buffer Stock obat anti malaria, reagen Giemsa, RDT dan Kelambu berinsektisida 7. Penguatan Surveilens dan Sistim 8. Kewaspadaan Dini untuk mencegah terjadinya KLB 9. Penanganan KLB Malaria c. Area yang perlu dibiayai oleh p emerintah tingkat Kabupaten/kota antara lain : 1. Bahan-bahan penunjang pemeriksaan diagnosis di laboratorium seperti kaca sediaan, pot dahak, oil emersi, eter alkohol, ose, dan lampu spritus 2. Penyediaan kelambu, dan RDT (Rapid Diagnostic Test) 3. Logistik Pengendalian Vektor 4. Reagensia (setelah sistem quality assurance berjalan dengan baik 5. pengiriman logistik obat dan reagen dan logistik non obat (bahan/ media penyuluhan dan lain-lain) ke fasilitas pelayanan kesehatan 6. Monitoring, evaluasi dan pembinaan teknis pelaksanaan program 7. Peningkatan informasi manajemen surveilans ATM untuk menyusun rencana aksi di Kab/Kota. 8. Pelatihan petugas ATM di daerah masing-masing. 9. Penanganan KLB malaria (Logistik dan operasional) Area yang dibiayai dari CSR yaitu: - Piloting inovasi baru - Penelitian [Nurul]
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 19 • Januari 2012 • 19/I/2012
7
KUNJUNGAN KERJA SUBDIT TB BERSAMA WHO KE NTT fasyankes DOTS, sambil memperkuat jejaring kemitraan dalam rangka PPM. 3. Implementasi UKBM di tempat yang belum terjangkau. Sedangkan kebijakan yang dilakukan oleh Fakultas kedokteran terkait dengan partisipasi fakultas untuk mendukung program pengendalian TB di NTT yaitu memasukkan TB ke dalam kurikulum sehingga lulusan fakultas saat ini mampu menerapkan startegi DOTS di tempat tugasnya nanti. [Dita/Nurul]
K
unjungan kerja ini dilakukan oleh dr. Asik Surya perwakilan Subdit TB bersama dr. Kanchit Limparkanjanarat, dr. VIineth Bhatia, dr. Servatius P, dr. Sri Prihatini dan Nelsy Siahaan perwakilan WHO. Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk melakukan asistensi peningkatan kinerja program TB di Provinsi NTT. Area yang dikunjungi Di Provinsi NTT antara lain : Dinas kesehatan Provinsi NTT, DKK Kupang, RSU dr. Johanes, RS Bartolomeus, Puskesmas Sikumana dan Penfui dan FK Universitas Cendana. Kunjung an dilakukan dengan menemui pimpinan dan jajaran terkait untuk melakukan diskusi serta melakukan kunjungan di lapangan langsung. Beberapa permasalahan yang ditemukan dalam kunjungan kerja tersebut antara lain
capaian program TB di provinsi NTT baik dari indikator CDR maupun SR jauh dari target nasional, belum sepenuhnya puskesmas dan rumah sakit menerapkan strategi DOTS, jejaring public private max (PPM) masih belum maksimal dan belum seluruhnya DPS yang belum implementasi DOTS. Berdasarkan hasil di lapangan Dinas Kesehatan Provinsi merencanakan tindaklanjut dengan menerapakan beberapa strategi untuk meningkatkan cakupan penemuan yang saat ini dibawah target. Beberapa kebijakan yang akan diambil oleh Dinkes Provinsi NTT antara Lain: 1. Seluruh puskesmas harus DOTS 100%. 2. RS Swasta dan DPS yang masih belum menerapkan DOTS secara penuh (partial) dianjurkan merujuk pasien ke
Pelindung:
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama (Direktur Jenderal PP & PL)
Penasehat:
dr. H.M Subuh MPPM (Direktur P2ML)
Penanggung Jawab:
Drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH (Ka Subdit TB)
Dewan Redaksi: Ketua Redaksi dr. Asik Surya, MPPM Redaksi dr. Nani Rizkiyati, M.Kes Surjana, SKM, M.Si Budiarti, S, SKM, M. Kes Yoana Anandita, SKM drg. Devi Yuliastanti Nenden Siti Aminah, SKM Redaksi Kehormatan: Prof. Dr. dr. Sudijanto Kamso Administrasi: Harsana, SE Alamat Redaksi: Subdit TB, Dit P2ML, Ditjen PP & PL, DEPKES RI Gedung B Lantai 4 Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560 Indonesia Telp/Fax: (62 21) 42804154 website: www.tbindonesia.or.id Email:
[email protected]
8
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 19 • Januari 2012 • 19/I/2012