Warta
TUBERKULOSIS INDONESIA
Wadah Informasi Gerakan Terpadu Nasional TB
Buletin Tiga Bulanan
Volume 18 • Desember 2011 • 18/XII/2011
Penandatanganan Sub Grant Agreement Single Streamline Funding
I
ndonesia patut berbangga, sekali lagi Kementerian Kesehatan R.I., Direktorat Jenderal PP&PL Sub Direktorat Tuberkulosis diberi kepercayaan oleh Global Fund memperoleh dana hibah Single Streamline Funding yang merupakan penggabungan dari pendanaan hibah GF Round 8 dan Round 10 untuk periode 1 Juli 2011 sampai Desember 2013. Terkait dengan pembiayaan program, dalam dekade ini Global Fund telah memberikan hibah kepada kita sejak tahun 2003 sampai saat ini yang kontribusinya sangat signifikan meliputi hampir 65 persen dari pendanaan untuk pengendalian TB di Indonesia. Persetujuan ini memerlukan proses yang cukup panjang dengan memberikan dokumen pendukung yang valid (aktual dan evidence based), serta diskusi yang mendalam yang memerlukan waktu sampai 6 bulan. Proses negosiasi berjalan dengan cukup alot, dikarenakan tim negosiasi Global Fund diberi mandat
u ntuk melakukan review secara ketat dengan mencari “saving” mengingat saat ini Team Global Fund (TGF) sedang mengalami kesulitan pendanaan. Alhamdulilah, akhirnya Grant Agreement SSF TB dengan nomor IND-TMOH disetujui dan ditandatangani pada tanggal 30 Agustus 2011 dengan total pendanaan sebesar 70,81,871 USD. Sebagai tindak lanjutnya adalah penandatanganan kontrak kerjasama dilakukan pada tanggal 16 Setember 2011 antara Authorized Principle Recipient (APR) dalam hal ini Direktur PPML dr. H.M.Subuh, MPPM dan Sub Recipient (SR) sebagai pelaksana kegiatan, yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia dan 4 SR baru yaitu Direktorat Kesehatan Kemenham, 2 Direktorat di Kemenkes dan PB IDI. Total dana hibah dari SSF ke SR sekitar 300 milyar rupiah. Penandatanganan Sub Grant
Agreement tersebut disaksikan oleh Ketua Komli TB Prof. DR.dr. Sudijanto Kamso, SKM dan Dirjen PP&PL Prof. dr. Tjandra Yoga Adhitama. Lima provinsi penerima dana hibah terbanyak untuk pe riode ini adalah provinsi Jawa Barat (29,7 M), Jawa Timur (25,4 M), Jawa Tengah (18,8 M), Sumatera Utara (18,8 M) dan Sulawesi Selatan (12,4 M). Dalam kesempatan ini Dirjen PP&PL menyampaikan bahwa SR berkewajiban untuk melaksanakan pengendalian tuberkulosis sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disetujui oleh GF, melaporkannya secara teratur dan memenuhi kaidah atau aturan yang dikeluarkan oleh pemberi hibah, melaksanakan kegiatan sebaik mungkin sesuai dengan rencana kerja atau work plan yang telah disetujui. Dirjen PP&PL menekankan bahwa sifat dana hibah adalah pendukung, bukan dana utama. Dana utama untuk kegiatan Pengendalian TB seharusnya adalah APBN dan APBD, karena itu Dirjen PP&PL mengharapkan Para Kepala Dinas di baik Provinsi maupun kabupaten/kota untuk memperkuat kontribusi dana APBD dan memprioritaskan kegiatan pengendalian TB dalam APBD sebagai bagian dari exit strategy untuk menghindari ketergantung an terhadap dana bantuan donor. Bapak Dirjen juga menyampaikan perlu penguatan komitmen untuk
Daftar Isi: • Penandatanganan Sub Grant Agreement Single Streamline Funding • Upaya Pelibatan Pramuka untuk Pengendalian TB Pertinas Saka Bakti Husada 2011
• GeneXpert - Satu Langkah Baru
di Indonesia dalam Penegakan Diagnosis TB
• Sudah Saatnya Ikatan Apoteker Indonesia Mengambil Peran Penting Dalam Program Pengendalian TB • Progres Pengembangan PPM dengan Mempertahankan Kualitas • Comprehensive Course Clinical Management of Drugs Resistance TB
memperkuat aksi pengendali an TB, beliau mengingatkan juga bahwa tugas para Kepala Dinas untuk melakukan advokasi kepada pimpinan daerah dan para pemangku kepentingan di daerah sehingga upaya kita membuahkan hasil yaitu TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penandatanganan Sub GA SSF antara APR dengan SR menandai dimulainya perjuangan Program pengendalian TB. Selamat menjalankan amanah yang telah diberikan Global Fund kepada kita untuk memberantas TB di Indonesia. (Devi)
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 18 • Desember 2011 • 18/XII/2011
1
Upaya Pelibatan Pramuka untuk Pengendalian TB Pertinas Saka Bakti Husada 2011
S
etiap lima tahun sekali Kwarnas Gerakan Pramuka menyelenggarakan Perkemahan Bakti Nasional Saka Bakti Husada. Pertinas I SBH telah berlangsung di Goa Sulawesi Selatan tahun 1996. Pertinas II di Lampung tahun 2001, dan Pertinas III di Jatinangor, Jawa Barat pada tahun 2006. Sementara Perkemahan Bakti Nasional IV Saka Bakti Husada Tahun 2011 diselenggarakan di Buper Bongo hulawa, Limboto, Gorontalo pada tanggal 23 September – 2 Oktober 2011. Tema kegiatan Pertinas IV SBH Th 2011 adalah “ Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega siap menjadi kader pembangunan yg sehat, bersahabat, cerdas dan berkualitas”. Fokus dari kegiatan ini adalah kesehatan. Kegiatan ini untuk melatih kepemimpin an peserta pramuka tentang kesadaran kesehatan di lingkungan sekitarnya. Bagaimana pramuka dapat memberikan sumbangsih dan manfaat kepada
2
masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih. Berbagai kegiatan telah disusun dalam Pertinas kali ini, diantaranya: l Penyuluhan Umum dan Kesehatan l Apel sore, Apel pagi l Pemutaran resensi film l Pentas Seni kontingen daerah l Wisata l Senam pagi l Lomba cerdas cermat l Festival Kuliner Sehat Nusantara l Lomba memasak menu seimbang l Penghijauan, penjernihan air, pemetaan rawan bencana, l Malam Bhineka Tunggal Ika l Api Unggun, dll Untuk mendukung kegiatan Pertinas SBH IV ini, Direktorat P2ML mengirimkan timnya untuk berpartisipasi dalam penyuluh an kesehatan dengan topik Tuberkulosis dan
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 18 • Desember 2011 • 18/XII/2011
HIV/AIDS. Tim terdiri dari Direktorat P2ML, Subdit Tuberkulosis dan Subdit AIDS dan PMS. Acara penyuluhan Tuberkulosis oleh Tim dari Subdit Tuberkulosis Ditjen PP&PL Kemenkes RI. Penyuluhan dilaksanakan di kantor Kelurahan Kayu Merah. Pada kegiatan ini Tim Subdit TB memberikan informasi tentang Tuberkulosis dan program pengendaliannya. Setelah itu setiap kelompok Pramuka diminta untuk melakukan penyuluhan di di kelurahan kayu merah. Sesi tanya jawab yang dilakukan setiap akhir penyuluhan terlihat sangat hidup, dimana banyak pertanyaan yang di ajukan oleh anggota pramuka seputar TB di antaranya: bagaimana cara TB menular, bagaimana cara pencegahannya dan apa saja yang telah dilakukan pihak Kemenkes dalam pengendalian TB di Indonesia. Di hari keempat secara serentak dilaksanakan penyuluhan TB dan HIV/AIDS di dua tempat yang berbeda. Tim dari subdit
TB memberikan pembekalan kepada anggota pramuka di bumi perkemahan Bongo hulawa Limboto tentang Tuberkulosis. Anggota pramuka terlihat sangat antusias, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan seputar Tuberkulosis dan program pengendaliannya pada saat sesi diskusi. Setelah diberikan pembekalan tentang TB anggota pramuka dibagi kedalam enam kelompok. Pramuka yang telah menerima pembekalan materi TB langsung terjun memberikan penyuluhan ke setiap kelas di SD Muhammadiyah sekolah. Para penyuluh dari anggota pramuka terlihat sangat kreatif dalam mengembangkan materi penyuluhan sesuai dengan usia siswa SD Muhammadiyah. Dalam kegiatan ini juga
dilakukan pembagian materi-materi TB kepada para guru dan anak sekolah berupa poster, leaflet dan buku. Sementara untuk Penyuluhan HIV/AIDS dilakukan di SMA. Pada hari terakhir penyuluhan TB dilakukan di kelurahan Kayu Merah. Pada kelompok pramuka ini sudah ada peserta yang pernah mengikuti pembekalan penyuluhan TB di hari sebelumnya. Untuk itu anggota pramuka tersebut diminta melakukan penyuluhan kepada masyarakat de ngan didampingi oleh Tim Subdit TB. Antusias pramuka dan masyarakat terlihat sekali dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, diantaranya tentang: bagaimana menginformasikan TB pada masyarakat sekitar dimana TB masih dianggap penyakit
yang menyeramkan, bagaimana kuman TB bisa menginfeksi manusia, apa yang dapat dilakukan pramuka dalam mendukung pengendalian TB, kenapa tidak dilibatkan pramuka dalam program TB seperti yang ada di kabupaten Majalengka dan apa pesan yang bisa diberikan kepada penderita TB untuk menunjang kesembuhan. Pada kesempatan ini juga dilakukan pembagian materi-materi TB kepada peserta lainnya dan masyarakat yang hadir di kelurahan berupa poster, leaflet dan buku. Sedangkan untuk memeriahkan acara juga dibagikan kaos, tas, mug, topi HTBS lalu kepada para anggota Pramuka dan masyarakat melalui permainan kuis dan lomba penyuluhan. [Nenden]
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 18 • Desember 2011 • 18/XII/2011
3
GeneXpert - Satu Langkah Baru di Indonesia dalam Penegakan Diagnosis TB
T
uberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, meskipun target secara global adalah terjadinya elminasi pada tahun 2050, namun tantangan di depan mata juga semakin berat. Beban kasus HIV yang semakin meningkat dapat memperlambat tercapainya target bersama ini, ditambah dengan adanya kasus TB-MDR bahkan TBXDR juga menjadi kendala tersendiri. Menurut WHO, hanya 5 persen dari beban global diperkirakan multi-resistan terhadap obat TB (TB-MDR) yang ter deteksi karena kapasitas laboratorium di negara endemik. Sedangkan estimasi global
4
diperkirakan ada 440.000 kasus TB MDR di tahun 2011. Hal ini memberikan kontribusi terhadap masalah TB global, seperti tidak diobatinya pasien TB akan tetap menjadi sumber infeksi bagi anggota masyarakat lainnya. Metode yang saat ini direkomendasikan WHO sebagai metode cost effective dan cost efficient dan paling banyak digunakan untuk diagnosis TB adalah pemeriksaan mikroskopis. Namun banyak effort yang dibutuhkan terkait dengan pemeriksaan mikroskopis termasuk beberapa kelemahannya yang mendorong para ahli di dunia melakukan penemuan baru untuk
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 18 • Desember 2011 • 18/XII/2011
mempermudah dan mempercepat peme riksaan TB. Salah satu penemuan yang direkomedasikan WHO pada tahun 2010 adalah alat Xpert® MTB/RIF yang juga dikenal dengan GeneXpert. GeneXpert adalah alat tes di agnostik otomatis yang dapat mengidentifikasi Mycobacterium tuberculosis dan resistensi terhadap rifampisin. Implementasi GeneXpert merupakan bagian dari terobos an percepatan penanggulangan TB dengan mempermudah akses dan mempercepat diagnosis sehingga pasien khususnya suspek TB - MDR dan TB – HIV dapat memperoleh pengobatan sedini mungkin.
Salah satu dari sepuluh terobosan p rogram TB ini mendapatkan dukungan dana dari USAID melalui proyek TBCARE I dimana KNCV sebagai lead partner. Alat tersebut akan ditempatkan di 17 laboratorium TB di daerah PMDT (Programmatic Management of Drug resistant Tuberculosis) dan daerah dengan kasus TB/HIV yang cukup tinggi sebagai uji coba implementasi penggunaan alat. Diawali dengan assement sejak Juni lalu ke RS Labuang Baji (Makassar), RS Moewardi (Solo), RS Kariadi (Semarang) dan RS Serang (Banten). Pada 24 Agustus 2011 dibentuk Country GeneXpert Advisory Team (CGAT) yang terrdiri dari Subdit TB, Subdit Mikrobiologi & Imunologi, KOMLI TB, TORG, Pokja Lab TB, Pokja PMDT, Mikrobiologi FK UI, WHO, USAID, FHI dan KNCV. Upaya persiapan tenaga di laboratorium telah dilaksanakan pelatihan Training of Triner (ToT) GeneXpert di Jakarta pada tanggal 26-30 September 2011. ToT diberikan bagi dari 5 lab TB penerima alat
GeneXpert yaitu Mikrobiologi UI (Jakarta), RS Persahabatan (Jakarta), RS Pengayom an Cipinang (Jakarta) , RS Hasan Sadikin (Bandung) dan BLK Bandung. Pelatihan dilaksanakan di Jakarta, di laboratorium Mikrobiologi UI. Dilanjutkan dengan pelatih
an bagi 12 laborarium penerima alat GeneXpert secara bertahap pada tanggal 3-4 Oktober 2011. Dengan persiapan yang matang dan didukung oleh para mitra TB diharapkan alat ini dapat segera digunakan pada akhir tahun ini. [Dita]
No
Lab TB penerima GeneXpert
Fokus
Tingkat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
RS Persahabatan, Jakarta RS Dr Soetomo, Surabaya RS Saiful Anwar, Malang RS Labuang Baji, Makassar RS Dr Moewardi, Solo RS Sanglah, Bali RS Hasan Sadikin, Bandung RS Adam Malik, Medan Mikrobiologi FK UGM, Yogyakarta BBLK Surabaya Mikrobiologi FKUI, Jakarta BLK Bandung NEHCRI Makassar RS Kariadi, Semarang BLK Jayapura RS Pengayoman Cipinang, Jakarta (Mobile) RS Cilacap (Mobile)
TB MDR TB MDR
Provinsi Provinsi Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Provinsi Provinsi Provinsi Provinsi Rujukan Nasional Rujukan Nasional Rujukan Nasional Provinsi Provinsi Provinsi Provinsi Kab/Kota
TB MDR TB MDR TB MDR TB MDR TB MDR
TB MDR
TB MDR TB HIV & TB MDR TB HIV & TB MDR TB HIV & TB MDR TB HIV & TB MDR TB HIV TB HIV TB HIV TB HIV
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 18 • Desember 2011 • 18/XII/2011
5
Sudah Saatnya Ikatan Apoteker Indonesia Mengambil Peran Penting Dalam Program Pengendalian TB
“S
uka tidak suka, siap tidak siap, mampu tidak mampu, tuntut an regulasi menempatkan apoteker sebagai pemilik otoritas pelayanan kefarmasian. Maka tidak ada pilihan lain bagi apoteker untuk segera me-re-positioning agar mampu eksis dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Maka rekonstruksi profesi apoteker (termasuk sistem pendidikan tinggi farmasi) merupakan pilihan paling masuk akal untuk merespon dan beradaptasi dengan sistem pelayanan kesehatan. Sekarang atau tidak sama sekali….!!!!!”….
6
Kutipan yang mencerahkan dan proaktif tersebut disampaiakan oleh Nunut Rubiyanto, Sekjen Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dalam presentasinya yang berjudul Peran IAI untuk Mendukung Program Nasional Pengendalian TB Mencapai Target Nasional dan Global TB tahun 2012-2014 pada workshop PPM di Surabaya. IAI merupakan salah satu organisasi dengan peran strategis dalam menerapkan layanan kefarmasian untuk pengobatan pasien TB yang berkualitas. Untuk mengambil peran dalam pengendalian TB di Indonesia, IAI menggagas workshop yang dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2011 di
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 18 Desember 2011 • 18/XII/2011
Jakarta. Workshop tersebut dihadiri oleh mitra terkait diantaranya: IAI pusat sampai cabang, APTFI, BPOM, IDI, Ditjen Binfar dan Alkes, Ditjen Oblik, Dit Bina Yanfar, Kimia Farma dan KNCV. Pada pertemuan ini dilakukan Analisis situasi dan pemetaan layanan kefarmasian, Identifikasi tantangan yang dihadapi (kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman), Menentukan isu strategis dan langkah -langkahnya serta Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan dalam mendukung program TB. Sebagai luaran yang dihasilkan dari diskusi pada workhop tersebut adalah Peran fungsi stakeholder (mitra) dalam mendukung program nasional pengendalian TB, dimana setiap mitra berkomitmen untuk menjalankan peran yang telah diidentifikasi. Selain itu juga dilakukan penetapan mekanisme jejaring kemitraan pelayanan kefarmasian TB. Pada akhir diskusi disusun Rencana Aksi IAI terdiri atas Penguatan Partnership melalui pembentukan Pokja dan penggalangan komitmen, Regulasi yang diterapkan dalam Surat Edaran IAI dan buku pedoman, Pemberdayaan dan keterlibatan apoteker dalam program TB (TB service Mix) serta Peningkatan kompetensi apoteker dalam layanan TB (knowledge and skills ) baik melalui pendidikan pre-service dan in-service. Hasil kesepakatan dan komitmen dari workshop tersebut telah disosialisasikan kepada seluruh anggota IAI di Indonesia pada Rakernas IAI yang diselenggarakan pada tanggal 28 Oktober 2011. [Nenden]
Progres Pengembangan PPM dengan Mempertahankan Kualitas
Pertemuan Pertamakali PPM di Monev-Batam, Juli 2011.
P
PM di Indonesia diawali dengan kegiat an Hospital DOTS Linkage (HDL) yang melibatkan rumah sakit dan B/BKPM. Pelibatan fasilitas pelayanan kesehatan ini didasarkan pertimbangan potensi yang besar dalam program pengendalian TB. Tetapi hanya 38% rumah sakit di Indonesia yang telah menjalankan strategi DOTS. Sebagian besar rumah sakit bahkan melaporkan angka keberhasilan pengobatan yang rendah dan angka kasus mangkir yang tinggi. Untuk mempertahankan kualitas dari pengembangan PPM perlu menekankan upaya untuk memastikan peraturan/ regulasi terkait akreditasi rumah sakit agar dapat mengakomodasi standar layanan TB (diagnosis, pengobatan dan pelaporan) diterapkan secara nasional. Disamping itu dari presentasi Kasubdit di pertemuan nasional menyampaikan bahwa Indonesia juga termasuk negara dengan peredaran OAT lepas disektor swasta (91%) sehingga juga di upayakan untuk pengembangan penerapan regulasi akses OAT lini I dan II di pasar bebas serta upaya untuk memastikan bahwa perijinan praktik dokter mengakomodasi standar pelayanan TB internasional (ISTC). Pertemuan Monev di Batam yang diselenggarakan pada Bulan Juli 2011 merupakan pertemuan dengan acara kegiatan PPM pertama kali dan kepada peserta disosialisasikan beberapa topic yang terkait PPM tentang : Comprehen-
sive Model 6 PILAR Indonesia Public Private Mix (PPM) TB oleh Subdit TB. Manajerial TB dengan strategi DOTS di RS dan rencana target - pencapaian ekspansi TB DOTS RS tahun 2011-2014 oleh Subdit RS Khusus & Faskes lainnya – Dit BUK Rujukan, Pendekatan Regulasi (Akreditasi RS) dalam pelaksanaan kegiatan TB DOTS RS dan rencana pelaksanaannya oleh KaSubdit Akreditasi – Dit BUK Rujukan, Pendekatan Sertifikasi ISTC dalam pelaksanaan kegiatan DPS & Spesialis dan rencana pelaksanaannya oleh Kabid Penyakit Menular PB IDI, Pembiayaan Jamsostek dalam pelaksanaan program TB DOTS di provinsi DKI Jakarta & Jawa Barat oleh Direktur Yankes PT JAMSOSTEK, Penguatan jejaring dan Quality Assurance laboratory TB untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Public private Mix TB (khususnya DPS & Spesialis) oleh Kasubdit Laboratorium – Dit BPPM & Sarkes, Penegakan hukum/law enforcement penggunaan Obat Anti Tuberkulosis yang rasional dalam mendukung pelaksanaan kegiatan Public private Mix TB (khususnya DPS & Spesialisasi) oleh Kasubdit Pelayanan Kefarmasian – Dit Bina Farmasi Pelayanan, Dukungan USAID dalam proyek TBCARE I untuk pelaksanaan kegiatan Public private Mix TB (khususnya DPS & Spesialis), Rencana PP Survei Pengetahuan, sikap dan perilaku DPS dalam penatalaksanaan TB di 12 kota di Indonesia oleh FK UGM Setelah itu dilak-
sanakan Workshop bersama Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) di Jakarta yang melibatan wakil IAI provinsi. Pembahasan ini adalah untuk melangkah kepada pengembangan PPM dengan DOTS yang berkualitas. Kemudian pertemuan pembahasan PPM dilanjutkan pada Pertemuan Monev di Hotel Equator Surabaya yang diselenggarakan pada tanggal 21 s/d 24 November 2011 yang lalu dengan thema terkait inovasi kolaborasi TBHIV, PMDT, TB Anak dan PPM TB. Pembahasan kegiatan inovasi untuk pemantapan proses penerapannya seperti Monitoring kolaborasi HIV oleh Subdit AIDS dan FHI, Progres Akreditasi RS untuk menuju Standar Internasional oleh Kasub dit Akreditasi, Tuberkulin Test pada TB Anak oleh Prof dr Nastiti, serta penyajian narasumber untuk membangun peran swasta mendukung program pengendalian TB meliputi : IDI sebagai SR dalam meningkatkan Peran DPS oleh Dr. Erlina Burhan MSc. Sp.P (K) Ketua Bidang Penyakit Menular PB IDI. Pembinaan Lab swasta oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik & Sarana Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Upaya Ke sehatan dan Peran Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dalam mendukung DPS oleh Sekjen IAI. Pertemuan ini juga dilengkapi beberapa pembelajaran penerapan kegiatan PPM dari provinsi untuk provinsi dalam menambah wawasan pengembangan PPM di provinsi lain yang akan mengembangkan PPM seperti ; Jejaring RS oleh Provinsi Sumsel, Kolaborasi TB-HIV oleh Provinsi Bali, PPM - DKI Jakarta, TB di Lapas - Provinsi Banten dan Kontribusi PAL – Provinsi Lampung. Pertemuan diakhir dengan penyusunan rencana tindak lanjut dari masing-masing provinsi. Diharapkan progres PPM berlanjut di daerah yang kelak akan menampilkan pengalamannya di pertemuan monev tahun depan. Saat ini di Pusat sedang berproses kegiatan yang terkait PPM diantaranya penyusunan draft cheklis untuk pemantauan DPS, Petunjuk Teknis kolaborasi TB-HIV yang memantapkan monitoring TB-HIV, Pertemuan pembahasan Jejaring Lab swasta dengan DPS. Mari kita sukseskan pengembang an PPM Indonesia yang berintikan 6 pilar yang mendapat apresiasi dalam pertemuan Internasional di Paris melalui prakarsa Kasubdit TB Ibu Dyah Mustikawati MPH. Selamat dan sukses PPM.... dengan terobosan menuju Akses Universal... [Munziarti]
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 18 Desember 2011 • 18/XII/2011
7
COMPREHENSIVE COURSE CLINICAL MANAGEMENT OF DRUGS RESISTANCE TB Pelatihan ini berjalan sesuai s eperti yang diharapkan. Para peserta yang merupakan dokter spesialis dari RS Rujukan TB MDR sangat antusias menjalani proses pelatihan dan mengikuti sampai kegiatan berakhir. Bahkan respon positif dari mereka yaitu untuk mendapatkan pelatihan ini kembali pada tahun-tahun mendatang karena TB MDR merupakan living medicine sehingga pembaharuan selalu dibutuhkan. [Dinihari]
P
rogram Nasional Pengendalian TB pada tahun 2009 telah mulai mengembangkan suatu program baru untuk menangani pasien TB yang telah resisten terhadap OAT lini 1. Program tersebut pada awal pengembang annya sering disebut sebagai DOTS Plus, akan tetapi sesuai perkembangan akhirnya disebut sebagai PMDT (Programmatic Management Drugs Resistance TB). Pada awal pengembangan ada 2 RS yang ditunjuk sebagai pusat rujukan yaitu RS Persahabatan di Jakarta Timur dan RS dr. Soetomo di Surabaya. Pengembangan program ini akan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan Rencana Aksi Nasional PMDT yang telah disusun sampai dengan tahun 2015. Sampai dengan saat ini telah ada 5 RS Rujukan di 4 Provinsi, pada awal 2012 diharapkan akan bertambah lagi 4 RS Rujukan di 4 Provinsi lainnya. Untuk mendukung rencana pengembang an tersebut, perlu didukung dengan kegiatan peningkatan kapasitas petugas pelaksana dengan mengadakan pelatihan PMDT pada seluruh petugas yang terkait. Salah satu pelatih an yang diadakan adalah pelatihan mengenai aspek klinis kepada dokter yang nantinya akan bertindak sebagai Tim ahli Klinis TB MDR di RS Rujukan.
8
Pelindung:
COMPREHENSIVE COURSE CLINICAL MANAGEMENT OF DRUGS RESISTANCE TB adalah pelatihan mengenai manajemen pasien TB MDR yang diperuntukkan bagi klinisi yang diadakan oleh UNION IUATLD. Pada tahun ini Indonesia untuk pertama kalinya mendapat kesempatan untuk bisa menyelenggarakan pelatihan tersebut di Indonesia. Pelatihan tersebut diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 1216 September 2011, peserta berjumlah 30 orang yang merupakan klinisi dari beberapa provinsi di Indonesia. Pelatihan ini didanai dari TB CARE I project melalui UNION, di organisir dari tim RETRAC dari UGM Yogjakarta dan difasilitasi oleh Kementerian Kesehatan dalam hal ini Subdit P2TB. Fasilitator utama dalam pelatihan ini adalah dr. Jose Caminero Luna, beliau adalah salah satu ahli dari UNION IUATLD dalam hal TB MDR. Disamping itu ada fasilitator pendamping dari UNION yaitu dr. Charabit Chada dan dr. Ignacio Monedero, yang merupakan tim dari UNION IUATLD. Selain itu didukung juga dengan beberapa fasilitator dari Indonesia, diantaranya dari Program TB Nasional dan dari RS Persahabatan, RS dr. Moewardi dan RS Syaiful Anwar, selain itu juga dari WHO dan KNCV Indonesia.
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA • Volume 18 • Desember 2011 • 18/XII/2011
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama (Direktur Jenderal PP & PL)
Penasehat:
dr. H.M Subuh MPPM (Direktur P2ML)
Penanggung Jawab:
Drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH (Ka Subdit TB)
Dewan Redaksi: Ketua Redaksi dr. Asik Surya, MPPM Redaksi dr. Nani Rizkiyati, M.Kes Surjana, SKM, M.Si Budiarti, S, SKM, M. Kes Yoana Anandita, SKM drg. Devi Yuliastanti Nenden Siti Aminah, SKM Redaksi Kehormatan: Prof. Dr. dr. Sudijanto Kamso Administrasi: Harsana, SE Alamat Redaksi: Subdit TB, Dit P2ML, Ditjen PP & PL, DEPKES RI Gedung B Lantai 4 Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560 Indonesia Telp/Fax: (62 21) 42804154 website: www.tbindonesia.or.id Email:
[email protected]