HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN POLA PENGASUHAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2013
Trisya M.Ginting¹, Evawany Y.Aritonang², Arifin Siregar² ¹ Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ² Staff Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT It is noted highly rate population growth in Indonesia, to respond it, the government adopt the Family Planning (KB) as a strategic program nationally since 1970. This program is referred mainly to those new and fertilized couples to have own arrange interval of birth. The family with many children may influence the quality care and this is going to impact on nutritional status for underfive children. The objective of this study is to determine the correlations of arrange time interval of birth and the caring pattern with the nutritional status of the underfive children in the territory Tanjung Tiram Sub district Community Health Centers in Batu Bara District for 2013. This study adopted a descriptive method with cross sectional design. The population of this research involved 4.883 underfive children. The data was gathered for November 2013 using questionnaire, interview them directly about their daily practicing in feeding the underfive children and how to care. About the sample, to take them in purposively and the sample was assessed in proportional allocation and choose them systematic random sampling, further the data was analyzed by using a distribution frequency table and total sample involved 94 underfive children. The result indicated that the interval of birth 2 years with nutritional status noted 14.3% is categorized malnutrition, 85.7% is categorized less nutrition whereas with interval of birth > 2 years noted 87.1% is normal. The caring pattern based on practiced meal feed more is noted malnutrition category is noted 82.1% whereas caring health with moderate category is noted 81.4%. By this research is suggested to the health worker keep improving public knowledge about the KB program and encourage the mothers given counseling how to enrich nutritional status for underfive children. This recommendation emphasized feeding practices, health status up and hygiene as well as. Keywords : interval of birth, caring pattern, nutritional status, underfive children PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yaitu kualitas kehidupan dan usia harapan hidup setiap manusia, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan penduduk serta untuk mempertinggi kesadaran penduduk mengenai pentingnya hidup sehat. Program perbaikan gizi dalam rangka mendukung visi Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk meningkatkan intelektualitas dan produktivitas sumber daya manusia.
Tujuan akhir dari pembangunan adalah kesejahteraan penduduk, oleh karena itu rencana pembangunan harus disertai dengan perencanaan penduduk agar pertambahan penduduk serasi dengan penyediaan pangan, sandang, perumahan, fasilitas kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan dan jenis kebutuhan lainnya. Dalam perencanaan penduduk ini maka pemerintah menyusun program Keluarga Berencana (KB). Program KB dijadikan program nasional pada tahun 1970, hal ini disebabkan karena tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia, oleh karena itu Pemerintah perlu 1
menghimbau kepada pasangan usia subur (PUS) untuk mengatur jarak kelahiran anak dalam keluarganya. Jarak kkelahiran yang teratur dan tidak terlalu rapat memungkinkan orang tua dapat memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak balitanya, selain itu ibu juga mempunyai waktu yang cukup untuk merawat tubuh dan kesehatannya sehingga ibu tetap mempunyai daya tarik dan pesona yang tidak berubah dimata suami serta membina keluarganya dengan penuh perhatian. Diusia ibu antara 20 sampai 35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak kelahiran 2-4 tahun, selain itu banyaknya anak dalam keluarga mengakibatkan beratnya beban tanggungan keluarga baik secara sosial dapat dilihat dari pola asuh, maupun ekonomi yang akan berpengaruh terhadap status gizi anak balita (Hanafi, 2010) Pengasuhan berasal dari kata asuh yang mempunyai makna menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil selain itu juga pola asuh dirumuskan sebagai seperangkat sikap dan perilaku yang tertata baik yang diterapkan oleh orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya (Irmawati, 2007). Hurlock (1999) menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah metode yang digunakan orang tua dalam hubungannya dengan anaknya, selain itu pola asuh juga dapat diartikan sebagai cara, bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga yang dilakukan orang tua kepada anaknya. Sehingga anak balita harus mendapat pola asuh dari pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikososial, sandang, pangan, gizi, pengobatan cepat dan tepat serta perawatan kesehatan dasar (Ronal H, 2011) Berdasarkan hasil Riskesdas (2010) menunjukkan jumlah wilayah yang memiliki persentase penderita gizi kurang dan buruk kurang dari 15% mencapai 8 provinsi, sedangkan persentase gizi kurang dan buruk lebih dari 20% mencapai 15 provinsi, persentase penderita gizi kurang mengalami penurunan dari 31% menjadi 17,9% pada tahun 2010. Kabupaten Batu Bara terdiri dari 14 kecamatan dengan jumlah balita 46.650
orang, dengan jumlah balita gizi buruk BB/U adalah 96 orang (0,20%), menurut BB/TB balita kurus adalah 17 orang (0,036%), kurus sekali 1 orang (0,02%) dan gizi kurang 133 balita (0,28%). Salah satu kecamatan yang paling tinggi angka gizi buruknya adalah kecamatan Tanjung Tiram dimana dari survey awal diperoleh angka jumlah penduduk 40.696 jiwa, dengan jumlah keluarga miskin 18.905 jiwa (46,4%) yang mana mata pencaharian utama adalah sebagai nelayan. Jumlah balita 4.883 dengan balita kurus 12 orang (0,02%), gizi buruk menurut BB/U adalah 22 orang (0,04%) dan gizi kurang 50 orang (1,02%) dan stunting 30 orang (0,61%). Jumlah balita gizi buruk disinyalir belum banyak yang terjaring karena diperoleh data bahwa kunjungan masyarakat ke Posyandu (D/S) masih rendah 43%, hal ini disebabkan orang tua tidak mau lagi membawa anaknya ke Posyandu setelah usianya 1 tahun. Sementara pola asuh yang dilakukan oleh orang tua di Kecamatan Tanjung Tiram berdasarkan praktek pemberian makan pada anak balita kurangnya informasi dalam menyediakan makanan bergizi, baik dari jenis makanan yang disajikan maupun makanan yang kurang bervariasi, waktu pemberian makan bagi anak balita tidak tepat waktu dan frekuensi pemberian makan untuk anak tidak sesuai yang sebenarnya yaitu sehari tiga kali melainkan sehari dua kali dan selebihnya anak balita sudah kenyang karena jajan sembarangan diluar rumah, sementara sebagian besar pekerjaan suami adalah nelayan yang bekerja diluar rumah seharian membuat ibu malas untuk menyediakan jenis dan kebutuhan menu makanan sehari-hari bagi keluarga, karena alasan suami tidak pulang dan tidak makan dirumah, tanpa memikirkan pada saat itu anak balita membutuhkan asupan zat gizi. Dari faktor higiene dan kesehatan orang tua kurang mengerti dalam hal kebersihan lingkungan, kurang mampu merawat anak balita pada saat sakit dan tidak segera membawa anak balita jika sakit ke pelayanan kesehatan atau Puskesmas dengan alasan transportasi tidak ada dan jauh dari 2
puskesmas. Jarak kelahiran anak di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram 80% kurang dari dua tahun dan jumlah anak lebih dari dua tahun yang diasuh secara bersama-sama membuat ibu tidak fokus memberikan perhatian kepada anak sehingga besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Didaerah ini bagi ibu yang bekerja dan mempunyai ekonomi yang cukup pola asuh yang diberikan dalam hal waktu dan perhatian kurang bagi anak balita sehingga mereka memilih orang lain sebagai pengasuh khusus bagi anak balitanya. Dari fasilitas dan pelayanan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas ini sudah cukup memadai dalam hal perawatan anak balita jika sakit. Penelitian terkait yang dimuat dalam Journal of Human Resources (2011) menunjukkan bahwa jarak kelahiran dua tahun bermanfaat untuk keluarga besar, selain itu jarak kelahiran dua tahun adalah tahun awal yang penting dalam perkembangan anak, teori ini diungkapkan oleh Kasey Buckles yang menyatakan bahwa jarak kelahiran anak kurang dari dua tahun membuat anak yang pertama atau yang lebih tua kehilangan waktu dan perhatian dari orang tua. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Dayang (2003) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan status gizi balita pada akseptor dan non akseptor KB sehingga berpengaruh terhadap jarak kelahiran. Hal ini didukung dengan tingkat pendapatan dan prioritas pola asuh berdasarkan praktek pemberian makan pada anggota keluarga sehingga status gizi balita pada akseptor lebih baik dari pada balita non akseptor, dalam hal ini program KB merupakan salah satu upaya membenahi dan memperbaiki kesejahteraan keluarga yang dapat dilihat dalam hubungannya dengan masalah status gizi. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Hubungan Jarak Kelahiran Dan Pola Pengasuhan Dengan Status Gizi Anak Balita di Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2013.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Waktu penelitian pada bulan Desember 2012 sampai dengan November 2013, jumlah populasi 4.883 balita dengan sampel 94 anak balita yang penentuan sampel dilakukan secara purposive dengan tiga desa yang dipilih, besar sampel dihitung secara alokasi proporsional dan dipilih secara systematic random sampling. Defenisi Operasional 1. Anak balita adalah anak yang berusia 12 sampai dengan 59 bulan. 2. Pola pengasuhan anak balita adalah suatu tindakan yang dilakukan ibu terhadap anak yang meliputi : − Praktek pemberian makan cara ibu dalam memberikan makanan yang bergizi, frekuensi pemberian makan, waktu dan tehnik pemberian makan pada anak dalam kehidupan seharihari. − Perawatan kesehatan adalah gambaran mengenai apa yang dilakukan oleh ibu untuk menjaga kesehatan anak, meliputi pengobatan penyakit pada anak apabila sakit, memperhatikan gizi dan kelengkapan imunisasinya dan lain- lain. 3. Status Gizi balita adalah keadaan gizi anak balita sebagai akibat dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh anak balita yang dilihat dari BB menurut umur. 4. Jarak kelahiran adalah jarak antara anak yang lahir dengan anak sebelumnya. Aspek Pengukuran - Status Gizi Balita Pengukuran status gizi balita dilakukan dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dihitung berdasarkan Z-score dan dibandingkan dengan standart WHO 2005 dengan kategori (Supariasa, 2008) :
3
-
Indeks BB/U Lebih bila Z-score > 2 SD Normal bila Z-score -2 s/d 2 SD Kurang bila Z-score -3 SD s/d < -2 SD Buruk bila Z-score < 3 SD
Untuk menghitung standar deviasi (Z-score) dengan menggunakan rumus :
- Pola Asuh Ibu a. Praktek pemberian makan anak balita Diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan. Skor untuk option a = 2, b = 1, c = 0 sehingga : - Baik : apabila responden menjawab skor pertanyaan benar 16 - 20 (76% 100%). - Cukup : apabila responden menjawab skor pertanyaan benar 11 - 15 (56% 75%) - Kurang : apabila responden menjawab skor pertanyaan benar 0 – 10 ( 55%). b. Praktek kesehatan Diukur berdasarkan jawaban dari kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan. Skor untuk option a = 2, b = 1, c = 0 sehingga : - Baik : apabila responden menjawab skor pertanyaan benar 16 - 20 (76% 100%). - Cukup : apabila responden menjawab skor pertanyaan benar 11 - 15 (56% 75%) - Kurang : apabila responden menjawab skor pertanyaan benar 0 – 10 ( 55%). HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun karakteristik responden meliputi umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, penghasilan dan jumlah anak dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden di Kecamatan Tanjung Tiram Tahun 2013 No Karakteristik Ibu f % 1 Umur Ibu < 25 tahun 36 38,3 25-35 tahun 39 41,5 >35 tahun 19 20,2 Total 94 100,0 2 Pendidikan SD 26 27,7 SMP 43 45,7 SMA 21 22,3 SMK 2 2,1 SPG 1 1,1 D2 1 1,1 Total 94 100,0 3 Pekerjaan Berdagang 1 1,1 Guru 1 1,1 IRT 91 96,8 Wiraswasta 1 1,1 Total 94 100,0 4 Penghasilan Rp.1.315.000 93 98,9 > Rp.1.315.000 1 1,1 Total 94 100,0 5 Jumlah Anak 2 11,7 11 88,3 83 Total 94 100,0 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat karakteristik responden menurut umur, yang paling banyak adalah pada umur 25-35 tahun sebanyak 39 orang (41,5%) dan paling sedikit pada umur >35 tahun sebanyak 19 orang (20,2%). Karakteristik ibu menurut pendidikan yang paling banyak adalah tamatan SMP sebanyak 43 orang (45,7%) sedangkan paling sedikit adalah SPG dan D2 sebanyak 2 orang (2,2%). Karakteristik ibu menurut pekerjaan yang paling banyak adalah IRT sebanyak 91 orang (96,8%), sedangkan berdasarkan penghasilan yang paling banyak jumlah penghasilan Rp.1.315.000 yaitu 93 orang (98,9%) dan jumlah anak yang paling banyak >2 yaitu 83 orang (88,3%). 4
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Anak Balita di Kecamatan Tanjung Tiram Tahun 2013 % No Karakteristik anak balita f 1 Jenis Kelamin Laki-laki 50 53,2 Perempuan 44 46,8 Jumlah 94 100,0 2 Umur 12-24 Bulan 28 29,8 25-36 Bulan 26 27,7 37-48 Bulan 25 26,6 15 16,0 49-59 Bulan Jumlah 94 100,0 3 Jarak Kelahiran 2 tahun 63 67,0 >2 tahun 31 33,0 Jumlah 94 100,0 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu berjumlah 50 orang (53,2%) dibandingkan perempuan yang berjumlah 44 orang (46,8%). Sedangkan karakteristik menurut umur anak balita, jumlah anak yang paling banyak adalah umur 12-24 bulan yaitu 28 orang (29,8%), dan yang paling sedikit adalah umur 49-59 bulan yaitu 15 orang (16,0%). Tabel 3. Tabulasi Silang Umur Dengan Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BB/U di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Tahun 2013 Status Gizi BB/U Kelom Total No pok Buruk Kurang Normal Umur n % n % n % n % 1 12-24 1 3,6 21 75,0 6 21,4 28 100,0 2 25-36 2 7,7 17 65,4 7 26,9 26 100,0 3 37-48 3 12,0 11 44,0 11 44,0 25 100,0 4 49-59 4 26,7 8 53,3 3 20,0 15 100,0 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa umur 12-24 bulan terdapat yang paling banyak status gizi kurang yaitu 21 anak balita (75,0%), umur 25-36 bulan terdapat status gizi kurang 17 anak balita (65,4%), umur 37-
48 bulan terdapat status gizi kurang dan normal yaitu 11 anak balita (44,0%) dan umur 49-59 bulan terdapat status gizi buruk yang paling banyak 4 anak balita (26,7%) dan gizi kurang 8 anak balita (53,3%). Tabel 4. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Jarak Kelahiran di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Tahun 2013 Status Gizi Anak Jarak Balita Total No kelahi Buruk Kurang Normal ran n % n % n % n % 1 2 9 14,3 54 85,7 0 0 63 100,0 2 >2 1 3,2 3 9,7 27 87,1 31 100,0 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat jarak kelahiran 2 tahun dengan status gizi buruk 14,3%, gizi kurang 85,7%, tidak terdapat status gizi normal, sedangkan jarak kelahiran >2 tahun terdapat 87,1% gizi normal. Jika dilihat dari uji statistic ternyata ada hubungan yang signifikan antara jarak kelahiran dengan status gizi anak balita. Menurut penelitian Noviana (2004) adanya pengaruh faktor sosial ekonomi ibu terhadap status gizi balita di Kabupaten Merangin bahwa jarak kelahiran lebih dari 36 bulan memiliki gizi normal 87,3% sedangkan pada anak balita dengan jarak kelahirannya kurang dari 36 bulan mencapai gizi normal 83,8%, hal ini dapat diketahui bahwa kelahiran yang tinggi akan membawa pengaruh pada lamanya waktu yang disediakan ibu untuk merawat anak, menyusui anak sehingga berdampak pada perkembangan anak balita. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Budiman (1986) bahwa jarak kelahiran dan pola pengasuhan dan status gizi balita pada keluarga akseptor dan bukan akseptor KB terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan status gizi anak balita, hal ini sesuai dengan teori bahwa perkembangan anak yang sehat terletak pada kualitas pengasuhan yang diterima dari ibu, seorang anak perlu mendapatkan perawatan dan penggasuhan 5
yang tepat dalam masa 5 tahun pertama agar tubuh dan jiwa anak dapat berkembang dengan seimbang serta mendapat rasa aman dan kasih sayang (Karyadi, 1985). Tabel 5. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Pola Pengasuhan Praktek Pemberian Makan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Tahun 2013 Status Gizi Anak Balita Total Pola Buruk Kurang Normal No Asuh n % n % n % n % 1 Baik 0 0 0 0 27 100,0 27 100,0 2 Sedang 0 0 11 100,0 0 0 11 100,0 3 Kurang 10 17,9 46 82,1 0 0 56 100,0 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat pola asuh baik terdapat status gizi anak balita normal yaitu (100,0%) sedangkan pola asuh sedang terdapat status gizi kurang yaitu (100,0%) dan pola asuh kurang terdapat status gizi buruk (17,9%) dan gizi kurang (82,1%). Jika dilihat dari uji statistik terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan status gizi. Hal ini sesuai dengan penelitian Hafrida (2004) menyatakan bahwa dari 40 ibu yang diteliti terdapat 75% ibu dengan pola asuh baik dan mempunyai status gizi anak yang baik juga dan 25% ibu dengan pola asuh yang tidak baik dengan status gizi anak kurang, dapat disimpulkan jika pola asuh anak dalam keluarga baik tentunya tingkat konsumsi pangan anak semakin baik sehingga mempengaruhi status gizi anak, pola asuh yang tidak sesuai dapat menyebabkan anak tidak mau makan dan tidak mengkonsumsi makanan yang seimbang sehingga mudah terserang penyakit yang berpengaruh terhadap status gizi (Soekirman, 2000). Hal ini diketahui bahwa dengan praktek pemberian makan yang baik menjamin status gizi anak baik pula, keadaan ini sesuai dengan penelitian Sihombing (2005) menyatakan bahwa dengan praktek pemberian makan yang baik menjamin status gizi anak baik pula hal ini terjadi karena baik
tidaknya status gizi anak dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan kesehatan. Tabel 6. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Pola Pengasuhan Perawatan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Tahun 2013 Status Gizi Anak Balita Total Pola No Asuh Buruk Kurang Normal n % n % n % n % 1 Baik 0 0 3 10,3 26 89,7 29 100,0 2 Sedang 10 16,9 48 81,4 1 1,7 59 100,0 3 Kurang 0 0 6 100,0 0 0 6 100,0 Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa pola asuh baik terdapat status gizi normal (89,7%), sedangkan pola asuh sedang terdapat status gizi kurang (81,4%) dan pola asuh kurang terdapat status gizi kurang (100,0%). Jika dilihat dari uji statistik terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan status gizi. Praktek kesehatan adalah hal yang dilakukan untuk meningkatkan dan menjaga status gizi anak balita, dalam hal ini praktek terhadap kesehatan yang dilakukan untuk menjauhkan dan menghindarkan penyakit yang dapat menyebabkan turunnya keadaan kesehatan anak. Menurut Budi (2006) menyatakan bahwa jenis sakit yang dialami, frekuensi sakit, lama sakit yang diderita sangat mempengaruhi kesehatan dan status gizi balita, status kesehatan anak dapat ditempuh dengan cara memperhatikan keadaan gizi, kelengkapan imunisasi, kebersihan dir. Menurut Solihin (2003) dalam Nadeak (2011) bahwa seorang bayi akan membutuhkan protein dalam jumlah anak, dan lingkungan dimana berada serta upaya ibu dalam mencari pengobatan jika anak sakit (Zeitlin,et all, 1990).
6
Tabel 7. Distribusi Jarak Kelahiran Dengan Pola Pengasuhan di wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Tahun 2013 Praktek Pemberian Jarak Makan Total No kelahir Baik Sedang Kurang an n % n % n % n % 1 2 0 0 9 14,3 54 85,7 63 100,0 2 >2 27 87,1 2 6,5 2 6,5 31 100,0 Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat jarak kelahiran kurang dari dua tahun terdapat pola asuh praktek pemberian makan kategori kurang yaitu (85,7%) sedangkan jarak kelahiran lebih dari dua tahun terdapat pola asuh kategori baik yaitu (87,1%). Jika dilihat dari uji statistik terdapat hubungan yang signifikan antara jarak kelahiran dengan pola asuh praktek pemberian makan. Hal ini sesuai dengan teori Sajogyo (1981) yaitu keluarga kurang mampu merawat anak balita dengan baik karena jarak antara kedua kelahiran bbayi terlalu dekat sehingga memungkinkan anak kurang memperoleh bimbingan perawatan yang dari ibunya, hal lain yang diungkapkan dalam hubungan jarak kelahiran dengan pola pengasuhan adalah adanya sifat sulit makan dan susah tidur yang muncul pada anak balita merupakan cerminan dari perasaan iri hati terhadap adiknya yang lahir pada saat anak belum berusia dua tahun dan mempunyai adik lagi sehingga perhatian dan kasih sayang ibu berkurang dan beralih kepada adiknya. Tabel 8. Distribusi Jarak Kelahiran Dengan Pola Pengasuhan di wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung Tiram Tahun 2013 Jarak Perawatan Kesehatan Total No kelahi Baik Sedang Kurang ran n % n % n % n % 1 2 3 4,8 54 85,7 6 9,5 63 100,0 2 >2 26 83,9 5 16,1 0 0 31 100,0 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat jarak kelahiran kurang dari dua tahun terdapat
pola asuh praktek perawatan kesehatan kategori sedang yaitu (85,7%) sedangkan jarak kelahiran lebih dari dua tahun terdapat pola asuh kategori baik yaitu (83,9%). Jika dilihat dari uji statistik terdapat hubungan yang signifikan antara jarak kelahiran dengan pola asuh praktek pemberian makan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang mengatur jarak kelahiran anak 3-5 tahun akan memperbesar kesempatan hidup bagi anak dan ibunya, tingkat kesehatan dan kelangsungan bayi dan ibu lebih baik. Anak yang lahir dengan jarak kelahiran 3-5 tahun memiliki tingkat kelangsungan hidup 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang lahir dengan jarak kurang dari dua tahun (Depkes, BKKBN Tahun 1982). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pola Pengasuhan anak balita yang baik terdapat pada jarak kelahiran anak lebih dari dua tahun sedangkan pola pengasuhan yang kurang baik terdapat pada jarak kelahiran anak kurang dari dua tahun, dalam hal ini dengan adanya program KB jumlah dan jarak kelahiran dapat diatur sehingga dengan keluarga kecil orang tua mempunyai waktu dan memberi perhatian serta kasih sayang yang cukup dalam hal ini praktek pemberian makan dan perawatan kesehatan. Selain itu status gizi anak balita baik pada jarak kelahirannya lebih dari dua tahun sedangkan status gizi buruk dan kurang terdapat pada jarak yang kelahirannya kurang dari dua tahun, dalam hal ini berkaitan juga dengan pola pengasuhan anak balita berdasarkan praktek pemberian makan dan perawatan kesehatan. Saran Diharapkan tenaga kesehatan dan masyarakat saling bekerja sama karena masih ditemukannya status gizi buruk dan kurang pada anak balita untuk meningkatkan kesadaran ibu melalui penyuluhan sehingga dapat memperbaiki gizi anak, dalam hal ini menyangkut praktek pemberian makan dan perawatan kesehatan selain itu peningkatan penyuluhan program KB oleh tenaga 7
kesehatan sehingga masyarakat mengerti tentang manfaatnya sehingga dapat mengatur jarak kelahiran anak.
Zeitlin et al, 1990. Positive Deviance In Child Nutrition. United Nations University Press, Japan.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier S, dkk. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Penerbit Gramedia : Jakarta. Almatsier S, dkk. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. PT Rineka Cipta : Jakarta. Baksi, B. 2001. Status Kesehatan Gizi. EGC : Jakarta. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jarak Kelahiran Pada Saat Ibu Melahirkan. Skripsi. Jurusan Keperawatan. Universitas Indonesia. Jakarta. Depkes RI. 2010. Standart Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Menkes RI : Jakarta.
Biran.
Hartanto, H. 2010. KB dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan : Jakarta. Hurlock, E. 2001. Psikologi Perkembangan, Edisi V, PT Pustaka Pembangunan Swadaya : Jakarta. Ronald,H.S. 2011. Pedoman dan Perawatan Balita. Nuansa Aulia : Bandung. Sihombing, E. 2005. Pola Pengasuhan dan Status Gizi Balita Ditinjau Dari Karakteristik Ibu. Skripsi. Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan. Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.
8