PERAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN KEPADA ANAK SEKOLAH (PMT – AS) ARIFIN SIREGAR Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Sejak tahun 1984 Indonesia secara nasional telah berada pada taraf swasembada beras, ini berarti bahwa Indonesia telah memiliki modal utama dalam upaya mencapai keterjaminan pangan (food security) bagi penduduk. Adapun sasaran pada Repelita VI terpeliharanya kemantapan swasembada pangan secara dinamis. Artinya secara keseluruhan selama Repelita ke VI, swasembada pangan khususnya berasa dapat dipelihara dengan produksi dalam negeri. Namun walupun penyediaan pangan secara nasional telah mencukupi hal ini bukan berarti bahwa kecukupan pangan pada setiap rumah tangga semuanya telah terpenuhi. Konsumsi pangan suatu daerah pada umumnya berkaitan erat dengan ketersediaan dan produksi pangan setempat. Sementara itu, produksi tidak terlepas dari sistem pertanian yang merupakan ragam hasil interaksi teknologi dan lingkungan setempat, seperti jenis lainnya, seperti lingkungan ekonomi dan sosial yang menyangkut kualitas sumber daya manusia, sarana ekonomi, tingkat harga, fluktuasi pendapatan dan pengeluaran, secara perangkat sosial lainnya turut pula mempengaruhi. Dengan demikian, produksi dan ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga. Masukan gizi telah terbukti merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh dalam pembangunan dan pembentukan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan kesehatan sejak Repelita V dan khususnya Repelita VI telah diarahkan pada upaya – upaya peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia, terutama menyangkut aspek prestasi dan produktifitas. Kelompok usia sekolah dasar merupakan golongan penduduk yang berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan aktif. Dalam kondisi ini anak harus mendapat masukan gizi dalam kuantitas dan kualitas yang tepat. Sementara itu, di Indonesia masalh lingkungan fisik yang ditandai dengan buruknya keadaan sanitasi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi yang tidak mendukung menjadi keadaan – keadaan yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan optimal kelompok ini. Keadaan ini akan menjadi lebih berat lagi bila timbul perilaku keluarga yang kurang membiasakan diri dalam memberi makan anak sebelum anak tersebut pergi ke sekolah. Suatu survey terhadap 600 ribu anak SD di 27 propinsi pada tahun 1994 menunjukan bahwa anak sekolah yang mengalami gangguan pertumbuhan bekisar antara 13,6 persen ( DKI Jakarta) sampai 43,7 persen ( Kalimantan Tengah). Studi lain menemukan bahwa anak sekolah di desa – desa miskin rata – rata hanya mengkonsumsi 70 persen dari kebutuhan energi minimal setiap harinya . Keadaan ini diperberat lagi dengan banyaknya anak – anak sekolah yang menerima anemia, yaitu 30 – 40 persen dan tingginya penyakit cacingan, yaitu 50 – 80 persen. Sementara itu, menurut catatan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, setiap tahun terdapat kurang lebih 1,2 juta juta anak Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang putus sekolah atau sekitar 24 persen dari siswa baru. Sebagian
©2004 Digitized by USU Digital library
1
besar dari mereka adalah anak – anak dari keluarga miskin di desa – desa terpencil dan tertinggal. Oleh karena itu, berdasarkan berbagai hasil uji coba yang dilaksanakan pada tahun 1991/1992 di beberapa daerah miskin pada beberapa propinsi (D.I Aceh, Sumbar, Jawa tengah, D.I Yogyakarta, Bali, NTT, NTB, Timtim, Sulut, Maluku dan Irian Jaya, maka pemerintah telah menetapkan untuk memperluas uji coba tersebut menjadi Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) yang menjangkau seluruh SD/MI di daerah miskin. Dalam rangka meningkatkan pelayanan gizi anak sekolah ini maka dilakukan pemberian makanan tambahan bagi siswa SD dan MI, baik negeri maupun swasta terutama di desa tertinggal yang pada tahun anggaran 1996/1997 mempunyai sasaran sekitas 2, 1 juta siswa. Di Sumatera Utara, cakupan jumlah anak sekolah ini sekitar 169.515 jiwa. Pada tahun – tahun berikutnya, sasaran program akan terus ditingkatkan dan diharapakan pada Repelita VII, semua siswa pada tingkatan pandidikan dasar dapat mencakup. II. UPAYA – UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN 1. Pembangunan pendidikan dasar telah banyak memperoleh perhatian, terutama melalui program Inpres SD sehingga secara kuantitatif jumlah anak SD dan sarananya sudah lebih memadi dan mutunya secara bertahap tingkatannya. Dengan demikian sarana pendidikan dan diharapakan tidak lagi menjadi penghalang untuk anak tidak bersekolah atau putus sekolah. 2. Sementara itu, kemiskinan orang tua, menjadi sumber berbagai masalah sedang ditanggulangi secara bertahap, antara lain melalui program IDT dan selanjutnya Takesra/Kukesra. 3. Dalam rangka meningkatkan kesehatan dan keadaan gizi anak – anak SD, sejak tahun 1991/92 telah dilakukan uji coba mengatasi masalah kekurangan gizi anak SD di daerah miskin di 11 propinsi ( Aceh, Sumbar, Jateng, DIY, BAli, NTB,NTT, Timtim, Sulut, Maluku dan Irian Jaya) dengan memberikan makanan tambahan berupa makanan jajanan dengan bahan setempat yang disertai pemberian obat cacing dua kali setahun. Hasilnya menurunnya jumlah siswa yang absen di sekolah, dan meningkatnya minat belajar. III. PENYELENGGARAAN PMT – AS 1. Kegiatan PMT – AS dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dan guru yang bekerjasama dengan kader PKK desa/ kelurahan dan Persatuan Orang Tua dan Guru (POMG)/Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) dengan pengawasan mengenai teknis gizi dan kesehatan oleh bidan desa. 2. Bimbingan teknis dilakukan oleh Petugas Gizi Puskesmas dan Penyuluhan Pertanian Lapangan sesuai dengan fungsi dan tugasnya. 3. Mekanisme pelaksanaan PMT-AS telah disusun secara rinci dalam Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan PMT-AS dan secara garis besar berisi tentang : a. Penetapan jumlah siswa yang akan mendapat PMT-AS di sekolah setempat yang ditetapkan oleh Kepala SD/MI dan diketahui oleh pengurus BP3 dan disyahkan oleh Pengawas TK/SD atau Penilik Pendidikan Agama. b. Penentuan jenis, jumlah dan harga makanan jajanan untuk keperluan program setiap tiga bulan akan diusulkan oleh kader PKK setelah bermusyawarah dengan mengurus BP3 atas dasar buku petunjuk yang ditetapkan, dan usulan tersebut harus disetujui oleh bidan di desa / tenaga pelaksanaan gizi Puskesmas. c. Pengadaan dan pemasakan makanan ajajanan dilaksanakan oleh kader PKK dan dibantu oleh orang tua murid yang pelaksanaan
©2004 Digitized by USU Digital library
2
4.
5.
6.
7.
kegitannya dapat dilakukan dirumah kader PKK atau orang tua murid, dimana jadwalnya ditentukan bersama secar berkelompok dan dilakukan secara bergilir. Warung atau koperasi sekolah juga dapat dilibatkan agar mereka dapat turut berkembang sesuai dengan perkembangan program ini. d. Pembagian makanan jajanan siswa di kelas, dilaksanakan oleh guru dan dapat dibantu oleh kader PKK. Sebelum jajanan dimakan secara bersama – sama oleh siswa di kelas maka terlebih dahulu para guru mengingatkan anak – anak agar mencuci tangan sebelum makan dimana sabun cuci tangan harus disediakan si sekolah, selanjutnya berdoa sesuai dengan ajaran agama masing – masing dan kemudian guru menjelaskan manfaat jajanan yang sedang di makan bagi kesehatan anak tersebut menurut ilmu gizi. e. Administrasi dan pertanggung jawaban keuangan dilaksanakan sesuai dengan buku petunjuk oleh Kepala Sekolah dan diketahui oleh Ketua BP3 dan PKK. f. pelaporan harian, minggua dan bulanan pelaksanaan PMT-AS dilakukan Kepala Sekolah dibantu oleh Guru yang ditunjuk, kemudian dikirim ke Pengawas TK/SD (kantor Depdikbud Tingkat Kecamatan)yang selanjutnya akan diteruskan ke Camat dan oleh Camat diteruskan ke Bupati. Penyelenggaraan pemberian obat cacing dilakukan oleh petugas Usaha Kesehatan Sekolah bersama guru. pengadaan obat cacing dilakukan seperti pengadaan obat program inpres lainnya yang penggunaannya di khususkan untuk anak SD/MI yang mendapat PMT-AS di Desa IDT. Penyelenggaraan kegiatan PMT-AS harus didukung dengan pendidikan kesehatan, gizi dan sanitasi lingkungan yang antara lain berupa pemasangan dua poster dimana masing – masing poster terebut berisi pesan – pesan gizi dan kebersihan yang dipasang pada setiap kelas di semua SD/MI. Bentuk, Isi/pesan, pengadaan dan distribusi poster dilakukan oleh Depkes bekerjasama dengan Depdikbud di tingkat pusat maupun daerah. Pengawasan pelaksanaan PMT-AS dilakukan secara berjenjang mulai dari bidan desa/ petugas puskesmas, tenaga pendamping IDT,PKK Tingkat Desa/Kelurahan, Tim Penggerak PKK tingkat Kecamatan, Dati II dan Dati I dan oleh Instansi Kesehatan, Pertanian, Pendidikan dan Pemerintahan Daerah. Ditingkat Pusat pengawasan dilakukan oleh jajaran Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Departemen Agam, Departemen Dalam Negeri dan Bappenas. Pengawasan juga dilaksanakan secara terbuka oleh masyarakat dan pers. Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan untuk meperoleh gambaran tentang keseuaian antara rencana untuk memperoleh gambaran tentang kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan PMT-AS, Perkembangan/kemajuan yang dicapai, hambatan yang ditemukan dilapangan dan dampaknya terhadap anak SD, orang tua dan masyarakat, apakah telah sesuai dengan tujuan program. Evaluasi dilaksanakan kerjasama dengan perguruan Tinggi setempat
IV. PERAN FKM-USU DALAM PMT-AS FKM-USU sebagai salah satu fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara mempunyai prasarana/sarana yang lengkap dalam menyelenggarakan proses pendidikan termasuk pelatihan – pelatihan dan penelitian. Dalam Rangka turut berperan serta pada PMT-AS, maka BAgian Gizi Kesehatan Masyarakat FKM-USU yang selalu berkerjasama dengan PERSAGI SUMUT diharapkan turut aktif serta pada
©2004 Digitized by USU Digital library
3
program pemerintah tersebut. Sementara itu, disamping Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat FKM- USU, maka bidang – bidang lainnya yang tersedia adalah : 1. Bagian Administrasi Kesehatan Masyarakat 2. Bagian Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja 3. Bagian Kesehatan Lingkungan 4. Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku 5. Bagian Epidemiologi Pada FKM-USU ini terdapat pula unit – unit pengembangan seperti Unit Pengembangan Pendidikan (UPP), Unit Pengembagnan Riset (UPR) dan unit Pengabdian Pada Masyarakat(UPPM). Selanjutnya, terdapat pula Pusat Jaringan dan Informasi Kesehatn Masyarakat (PUSJI-KESMAS) yang setiap saat mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data – data/informasi kesehatan yang baru dan mempublikasikan hasil kajiannya pada masyarakt ilmiah. Adapun peran aktif sera yang dapat diidentifikasikan untuk mendukung Program Pengolahan Pemberi Makanan Tambahan Anak Sekolah ini, antara lain adalah sebagai berikut : Penyelenggaraan pelatihan POKJA pada tingkat pengelola dan pelaksanaan kegiatan PMT-AS Pelatihan ditujukan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman yang mendalam bagi pelaksanaan PMT-AS untuk para anggota forum koordinasi, mulai dari tingkat profinsi sampai tingkat kabupaten. Pelatihan dapat pula dikembangkan bagi kebutuhan di tingkat kecamatan, yaitu pelatihan yang ditujukan pada Tim Pengelola yang ada di Kecamatan dan didesa serta Tim Pelaksanaan di sekolah. Materi pelatihan akan disesuaikan dengan kebutuhan bagi tingkat pengelola dan pelaksana, antara lain berisi : a. Kebijaksanaan dan Pedoman Pengelolaan b. Perencanaan, Pembinaan dan Teknologi PMT-AS c. Pembahasan dan penjelasan Petunjuk Pelaksanaan/Pelaksanaan Teknis. d. Pemantauan, Penilaian dan Pengembangan Pengelolaan PMT-AS e. Sistem informasi pada kegiatan PMT-AS f. Penyuluhan dan penyegran ilmu yang meliputi hubungan antara gizi dengan kesehatan, gizi dengan pertumbuhan, gizi dengan aktivitas siswa, penganekaragaman makanan, kebutuhan gizi, teknologi pangan dan gizi, dan teknik teknik pengukuran Berat Badan / Tinggi Badan Siswa dsbnya. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data/ informasi tahap awal sebelum pelaksanaan kegiatan PMT-AS. Sebelum penyelenggaraan kegiatan PMT-AS dilakukan, maka mutlak diperlukan adanya data – data / informasi tentang : a. Angka raport mata pelajaran siswa (IPA, IPS, dan Matematika). b. Data ketidak hadiran siswa karena sakit atau lainnya. c. Data – data tentang pengetahuan, sikap dan perilaku gizi yang pengambilan datanya menggunakan daftar pertanyaan yang telah ditetapkan d. Data Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) siswa e. Data tentang ada/tidaknya kecacingan pada siswa. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data khir pelaksanaan kegiatan PMT-AS. Pemantauan dan evaluasi dan evaluasi tentang kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan program PMT-AS. Pemantauan dan evaluasi hasil pelaksanaan PMT-AS, hambatan dan kesesuain hasil program dengan tujuan yang telah ditetapkan.
©2004 Digitized by USU Digital library
4
SARAN BAGI PENYELENGGARAAN PMT-AS Agar pengelolaan PMT-AS berjalan dengan efisien dan efektif,maka perlu dicegah hal- hal sebagai berikut : 1. Pemeran aktif dari pelaksanaan penyelenggaraan PMT-AS ini harus memiliki persepsi dan pemahaman yang sama dalam mendukung keberhasilan program PMT-AS. Petunjuk pelaksanaan dan teknis pelaksanaan program harus benar – benar dimengerti dan dapat dilaksanakan dilapangan. Untuk itu, pelatihan bagi pemerean aktif mutlak diperlukan. Pelatihan ini didaerah SUMUT dapat dilakukan secara jenjang, dimana pada tingkat propinsi dan kalau perlu juga pada tingkat kabupaten akan dilatih di FKM – USU. Selanjutnya, pelatihan pada tingkat kecamatan, desa/kelurahan dan tingkat sekolah akan dilakukan oleh peserta yang telah mendapat pelatihan PMT-AS di FKM – USU. 2. Pencegahan akan timbul berbagai hambatan, seperti ketidaktetapan jumlah, macam dan kualitas makanan, menu, sistem distribusi dan kesalahan pengelolaan sumber daya, termasuk tenaga dan dana serta penyalah gunaan program bagi kepentingan tertentu. Untuk itu, maka salah satu pemikiranyang dapat dikembangkan adalah dengan membentuk pusat studi PMT-AS. BAgi daerah SUMUT, Maka fkm –USU merupakan tempat yang ideal, dimana disamping fasilitas yang cukup juga mempunyai sumber daya manusia yang banyak da mampu melakukan kajian sampai tingkat yang lebih tinggi. Disamping itu , tenaga – tenaga ahli gizi yang tergabung dalam wadah PERSAGI SUMUT turut pula mendukung dan merasa terpanggil untuk turut mensukseskan program pemerintah ini. Pusat studi yang akan terbentuk diharapkan akan secara aktif melakukan kegiatan penelitian dan survey, baik pada tahap awal penyelenggaraan PMT-AS, pada saat pelaksanaan program. Hasil – hasil penelitian dan survey yang dilakukan tentu sangat berguna sekali bagi fungsi pengawasan dan evaluasi program PMT-AS. Kegiatan lainya dapat pula berupa analisis terhadap data – data laporan harian, mingguan dan bulanan yang telah dilaksanakan dilapangan. Dengan adanya analisis dari pusat studi ini, maka terjadilah umpan balik dan pemeriksaan silang terhadap sistem pelaporan yang dilaksanakan pemeran program. Interprestasi dari analisis laporan tentu sangat dibutuhkan bagi berbagai pihak dalam forum koordinasi PMTAS ditingkat pusat dan daerah agar program PMT-AS dapat menuju sasaran seperti yang telah ditetapkan. Kegitan – kegiatan lainnya tentu masih banya yang dapat dihasilkan dari pusat studi. Sebagai contoh, antara lain dapat digunakn untuk penyempurnaan model penyelenggaraan PMT-AS, pengembangan dan bahkan membentuk model baru yang diharapkan lebih efisien dan efektif bagi percepatan menuju sasaran yang diinginkan.
©2004 Digitized by USU Digital library
5
DAFTAR PUSTAKA Bappenas: Garis Besar Penyelenggara Program Tambahan Makanan Anak Sekolah Dasar (PMT-AS). Makalah Yang Disampaikan Pada “Rapat Kerja Gubernur Seluruh Indonesia Di Jakarta, 27 Maret 1996, Bappenas, 1996. DEPKES RI : Program Pengelolaan Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah Di Sekolah Dasar Dan Madrasah Ibtidaiyah. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes R.I, 1995 FORUM KOORDINASI PUSAT PMT- AS : Pedoman Umum Program Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). JAkarta, 1996 KANTOR MENTERI NEGARA URUSAN PANGAN : Pokok – Pokok Materi Terpadu Pelatihan Bagi Tenaga Penyuluh Di Bidang Pembangunan Pangan Dan Gizi Dalam Repelita VI. Jakarta, 1995 KANWIL DEPKES SUMUT : Profesi Dan Tindak Lanjut Kesepakatan Rapat Koordinasi PMT-AS, Medan 1996.
©2004 Digitized by USU Digital library
6