PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA KONSEP PESAWAT SEDERHANA Wiwid Hasanah1, Lely Halimah2, Hana Yunansah3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada konsep pesawat sederhana. Penelitian dilatarbelakangi oleh permasalahan yang muncul dalam kelas yaitu rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TGT pada konsep pesawat sederhana di kelas V SD. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pelaksanaan selama tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Untuk memperoleh data penelitian digunakan instrumen penelitian yaitu lembar observasi, penilaian aktivitas, catatan lapangan, tes evaluasi, angket dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata evaluasi siswa pada siklus 1,2 dan 3 yaitu 68,7; 77,3 dan 87,4. Aktivitas siswa berkomunikasi sebagai pembicara pada siklus 1,2 dan 3 memperoleh nilai sebesar 1,9; 2,6 dan 3,3 pada kategori baik. Aktivitas siswa berkomunikasi sebagai penyimak pada siklus 1,2 dan 3 memperoleh nilai sebesar 2,1; 2,6 dan 3,4 pada kategori baik. Aktivitas siswa bekerjasama dalam berbagi tanggungjawab pada siklus 1,2 dan 3 memperoleh nilai sebesar 2,5, 3,2 dan 3,6 pada kategori sangat baik. Aktivitas siswa bekerjasama dalam memberikan kontribusi memperoleh nilai rata-rata pada siklus 1,2 dan 3 sebesar 2,5; 3,2 dan 3,6. Penerapan model kooperatif tipe TGT dalam proses pembelajaran IPA juga mempunyai pengaruh dan tanggapan positif dari siswa. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan modelkooperatif tipe TGT pada konsep pesawat sederhana dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar serta membuat pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa. Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, Model Kooperatif Teams Games Tournament (TGT)
1 2 3
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203283 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
INCREASE ACTIVITY AND RESULT STUDY BY COOPERATIVE MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) ON THE CONCEPT OF SIMPLE MACHINES (Action Class Research 5th Grade Kamulyan Nation Elementary School 2 Padalarang Bandung Barat) ABSTRACT
This research tell about learning model application of cooperative learning Team Games Tournament (TGT) model on the concept of simple machines. it’s building by problem that show up in class which the low students activity and result study on sciences. This research head for increase the students activity and result study and find out how students react about learning by using cooperative model TGT type on the concept of simple machines in 5th grade in elementary school. This research using Action Class for the method by three cycle, that every cycle comprise with three measure. Observation, activity assessment, class note, evaluation, questionnaire and documentation carried for get data. And the result on 1,2, and cycle got 68,7; 77,3 and 87,4 for evaluation average. Students communicated as speaker on good categories in cycle 1,2, and 3 that got 1,9; 2,6 dan 3,3. Students communicated as listener on 1,2, and cycle on good categories that got 2,1; 2,6 dan 3,4. Students collaboration activity by sharing responsibility on cycle 1,2, and 3 on very good categories that got 2,5, 3,2 dan 3,6. And students collaboration activity by giving contribution got 2,5; 3,2 dan 3,6 on cycle 1,2, and 3. Cooperative learning model TGT in sciences have influence and got positive reaction from students. So by the chance, inferential that study by using model cooperative TGT type on the concept of simple machines can increase the students activity and result sudy and make study more interesting for students.
Key Word: Students Activity, Result Study, Cooperative Model Team Games Tournament (TGT)
3 Antologi UPI Volume
Nomor
Juni 2016
Pada abad ke-21, pembelajaran konvensional sudah selayaknya beralih pada pembelajaran aktif yang sesuai dengan kompetensi yang harus ditingkatkan siswa di abad ini. Kompetensi tersebut meliputicommunication and collaboration. Kagan (2009) menyatakan bahwa untuk sukses di abad ke-21, siswa perlu memahami orang lain dan berkomunikasi dengan baik. Pembelajaran dapat dikatakan berkualitas dan berhasil apabila siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV Pasal 19 menyatakan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menantang,menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengharuskan siswa untuk aktif, mampu bekerjasama dalam kelompok dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Ditinjau dari tujuan dan esensi pendidikan IPA, sudah seharusnya pembelajarannya mampu mempersiapkan, membina dan membentuk kemampuan siswa untuk menguasai pengetahuan,sikap,nilai, dan kecakapan dasar yang dibutuhkan bagi kehidupan di masyarakat.Tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah masih memerlukan perbaikan. Kenyataan tersebut didasarkan pada hasil observasi di SD Negeri 2 Kamulyan Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat pada siswa kelas V SD, ditemukan bahwa dari 36 jumlah siswa, 40% diantaranya belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Batas nilai KKM IPA yaitu 70. Hal ini membuktikan bahwa tujuan
pembelajaran yang dikehendaki belum tercapai. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenak rendahnya aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran. Mengacu pada sifat alamiah anak salah satunya adalah bermain. Indriati (2012, hlm. 193) menyatakan “Seharusnya anak diperkenalkan pada pembelajaran yang memiliki cara belajar yang bernuansa hiburan/menyenangkan tetapi dengan tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran”. Siswa tidak mudah mengalami kebosanan dalam pembelajaran jika dikembangkan konsep bermain sambil belajar melalui pembentukkan kelompok-kelompok kecil pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran seperti ini diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran. Model pembelajaran Teams games Tournament (TGT) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu menumbuhkan partisipasi aktif siswa. Model ini dapat melibatkan aktivitas seluruh siswa dengan memperhatikan perbedaan individual, mengandung unsur permainan dan adanya pemberian penguatan. Pemberian penguatan di kelas tradisional dan kelas kooperatif memiliki perbedaan yang signifikan. Tabel 1 PerbedaanPemberianPenguatan Kelas Kelas Hadiah Tradisional Kooperatif Kesegeraan Terlambat Segera Frekuensi Jarang Sering Kekuatan Lemah Kuat Berdasarkan Berdasarkan proses dan Type hasil hasil Tidak Persamaan Lebih setara seimbang (Sumber: Kagan, 2009, hlm. 4.4) Penguatan dalam cooperative learning berupa pemberian penghargaan kepada kelompok sebagai Good Team, Great Team dan Super Team. Penghargaan tersebut diberikan kepada kelompok
Wiwid Hasanah, Lely Halimah, Hana Yunansah 4 Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Menggunakan Model Kooperatif TGT ditentukan dengan skor berdasarkan kriteria yang telah disepakati bersama. Tabel 2 Penghargaan Tim Kriteria Penghargaan (RataRata Tim) 30 – 40 Good Team 40 – 45 Great Team 45 – ke Super Team atas (Sumber: Trianto, 2013, hlm. 87) Penerapan model TGT dalam pembelajaran dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kerja sama yang baik karena menggunakan pembelajaran kelompok. Lebih lanjut, model ini akan sesuai saat diterapkan pada kelas yang memiliki kemampuan heterogen, siswa yang memiliki kemampuan akademikrendah akan dibantu oleh siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi pada saat kerja kelompok sehingga mengembangkan komunikasi yang terjalin antar siswa. Pada mulanya TGT dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward. Dalam model ini, siswa di kelompokkan secara heterogen menjadi kelompokkelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orang dengan berbeda tingkat kemampuan, jenis kelamin, ras maupun suku. Langkahlangkah pembelajaran menggunakan model kooperatif TGT yang dikemukakan oleh Slavin (2015) antara lain penyajian materi, penempatan tim, games tournament dan rekognisi tim. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan model kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran konsep pesawat sederhana?”. Adapun permasalahan penelitian dapat dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar pada pembelajaran konsep
pesawat sederhana dengan diterapkannya model kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V SD Negeri 2 Kamulyan? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar pada pembelajaran konsep pesawat sederhana dengan diterapkannya model kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V SD Negeri 2 Kamulyan? 3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TGT pada konsep pesawat sederhana? METODE
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan desain model PTK yang dikembangkan oleh John Elliot. Model ini dipilih karena kompleksitas materi yang akan diteliti, dalam pelaksanaan satu siklus tidak dapat dilakukan dalam sekali tindakan. Hopkins (2008, hlm. 52) menggambarkan model ini dalam tiga siklus, dan setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Secara keseluruhan tindakan yang dilakukan sejumlah sembilan kali. Adapun partisipan dan tempat penelitian yaitu siswa kelas V di SD Negeri 2 Kamulyan Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 36 orang terdiri dari 19 orang siswa dan 17 orang siswi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian antara lain lembar observasi aktivitas guru, lembar penilaian aktivitas siswa, lembar evaluasi, angket, catatan lapangan dan dokumentasi foto. Data yang diperoleh dari instrumen akan dianalisis. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif yaitu uraian hasil data yang diperoleh secara deskriptif melalui instrumen lembar observasi, lembar penilaian aktivitas, angket, catatan lapangan dan dokumentasi foto. Data dari angket dianalisis menggunakan skala likert. Untuk
5 Antologi UPI Volume
Nomor
Juni 2016
menggunakan skala Likert peneliti menyusun 16 pernyataan yang akan dijawab siswa. Pernyataan tersebut terdiri dari 8 pernyataan positif dan 8 pernyataan negatif. Pernyataan-pernyataan dalam angket terdiri dari pilihan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan positif dengan jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, R diberi skor 3, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif diberikan skor kebalikan dari pernyataan positif yaitu jawaban SS diberi skor 1, S diberi skor 2, R diberi skor 3, TS diberi skor 4 dan STS diberi skor 5. Responden merupakan partisipan penelitian yang berjumlah 36 orang siswa. Skor diperoleh dengan mengalikan jumlah responden dengan skor soal. Skor maksimum (ideal) penggunaan angket dalam penelitian ini adalah 180. Hasil yang diperoleh dalam penelitian kemudian digambarkan menggunakan skala likert. Analisis data kuantitatif yaitu uraian hasil data yang berbentuk angka. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil belajar siswa pada konsep pesawat sederhana yang diperoleh dari tes melalui lembar evaluasi. Benjamin Samuel Bloom mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang disebut Taxonomy Bloom.Bloom (dalam Utari, 2012) membagi kerangka konsep tersebut menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Lembar evaluasi dalam penelitian ini berisi butir-butir soal pada ranah kognitif C1, C2 dan C3 pada taksonomi Bloom.Ranah kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual yang terdiri atas enam level antara lain knowledge (pengetahuan),comprehension (pemahaman), application (penerapan),analysis (penguraian),synthesis (pemaduan) dan evaluation (penilaian).
HASIL DAN PEMBAHASAN Suatu pembelajaran yang efektif dapat diukur tingkat keberhasilannya melalui aktivitas belajar siswa, hasil belajar, kegiatan guru mengelola pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan model kooperatif teams games tournament (TGT). Penelitian dilaksanakan selama tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Adapun materi yang diajarkan yaitu konsep pesawat sederhana di kelas V SD. Pada pelaksanaan tindakan, peneliti dibantu oleh observer yang bertugas mengamati kegiatan peneliti saat pembelajaran sedangkan aktivitas siswa diamati oleh peneliti sebagai guru yang mengajar. Setiap akhir pembelajaran, peneliti melakukan tes evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Pelaksanaan pembelajaran menekankan pada proses pembelajaran IPA pada konsep pesawat sederhana. Materi yang diajarkan antara lain jenis-jenis pesawat sederhana seperti pengungkit, katrol, bidang miring dan roda berporos. Tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menyebutkan perbedaan masing-masing jenis pesawat sederhana, menjelaskan contoh penggunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari serta mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana. Siswa diarahkan untuk berperan aktif dalam penemuan materi dengan melakukan kegiatan tanya jawab, percobaan dan diskusi kelompok. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik. Proses pelaksanaan penelitian terdiri dari perencanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran serta gambaran refleksi hasil penelitian. Perencanaan pembelajaran diperlukan untuk
Wiwid Hasanah, Lely Halimah, Hana Yunansah 6 Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Menggunakan Model Kooperatif TGT merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Perencanaan pembelajaran dibuat untuk pelaksanaan selama satu siklus.Adapun langkahlangkah dalam membuat perencanaan antara lain menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran, dan lembar observasi penilaian aktivitas siswa sebagai intrumen penelitian. Kegiatan pembelajaran diuraikan untuk mendeskripsikan kegiatan yang telah dilaksanakan pada setiap tindakan. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal; kegiatan inti yang terdiri dari tahap penyajian materi, penempatan tim, games tournament dan rekognisi tim; kegiatan akhir. Dalam uraian pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini, temuan-temuan penelitian terhadap tahap-tahap model pembelajaran dianalisis secara kualitatif. Setiap akhir pembelajaran, siswa mengerjakan lembar evaluasi. Nilai yang diperoleh siswa dianalisis secara kuantitatif untuk menentukan hasil belajar siswa. Kegiatan refleksi merupakan uraian mengenai kebaikan yang terjadi dan kekurangan yang diperoleh selama pelaksanaan satu siklus. Kegiatan ini digunakan agar peneliti dapat meningkatkan kebaikan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada setiap siklus yang telah dilaksanakan sehingga pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya akan lebih baik. Oleh karena itu, peneliti memberikan gambaran mengenai upaya yang dilakukan untuk mengatasi kekurangan yang terjadi sebelum memulai perencanaan selanjutnya. Hasil penelitian selanjutnya diuraikan dalam pembahasana berdasarkan rumusan masalah yang diajukan. Adapun hasil penelitian selama pelaksanaan penelitian antara lain: 1. Aktivitas Siswa Pusat dari aktivitas belajar tersebut adalah siswa, karena dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran akan menciptakan situasi belajar aktif. Aktivitas
yang diteliti dalam penelitian ini yaitu aktivitas berkomunikasi dan aktivitas bekerjasama dalam kelompok. Aktivitas berkomunikasi meliputi aktivitas siswa mengemukakan pendapat sebagai pembicara dan penyimak. Aktivitas bekerjasama dalam kelompok meliputi aktivitas berbagi tanggung jawab dan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok. Untuk meneliti aktivitas siswa, peneliti menggunakan lembar penilaian aktivitas siswa sebagai instrumen penelitian. Lembar penilaian aktivitas siswa berisi penilaian yang diberikan oleh peneliti berdasarkan indikator penilaian aktivitas siswa pada pembelajaran menggunakan model kooperatif teams games tournament (TGT). Nilai aktivitas siswa diberi pointerendah sebesar 1 sedangkan poin tertinggi yaitu 4. Adapun hasil penelitian aktivitas siswa pada setiap siklus dapat dilihat pada gambar 1. 4 3.5 3 2.5 2
Siklus 1
1.5
Siklus 2
1
Siklus 3
0.5 0
Gambar 1 Diagram Nilai Rata-rata Aktivitas Siswa Gambar 1 menunjukkan nilai ratarata aktivitas siswa berkomunikasi dan bekerjasama dalam kelompok selama tiga siklus pelaksanaan penelitian. Aktivitas berkomunikasi siswa sebagai pembicara dan penyimak serta aktivitas bekerjasama dalam kelompok selalu meningkat pada pelaksanaan siklus 1, siklus 2 dan siklus 3. Aktivitas siswa berkomunikasi sebagai
7 Antologi UPI Volume
Nomor
Juni 2016
pembicara memperoleh nilai sebesar 1,9 pada siklus 1; 2,6 pada siklus 2 dan 3,3 pada siklus 3. Aktivitas siswa berkomunikasi sebagai penyimak memperoleh nilai sebesar 2,1 pada siklus 1; 2,6 pada siklus 2 dan 3,4 pada siklus 3. Aktivitas siswa berkomunikasi menuntut siswa untuk dapat mengemukakan pendapatnya pada saat penyajian materi sebagai pembicara. Kemudian pada saat siswa lain mengemukakan pendapatnya, siswa dituntut menyimak pendapat yang disampaikan untuk diberikan tanggapan. Perolehan nilai aktivitas siswa dalam berkomunikasi yaitu aktivitas siswa sebagai pembicara dan penyimak menunjukkan aktivitas pada kategori baik karena siswa di kelas V berani mengemukakan pendapatnya dan memberikan tanggapan pada saat menyimak. Aktivitas lain yang diteliti yaitu aktivitas bekerjasama dalam kelompok. Aktivitas siswa bekerjasama dalam kelompok menuntut siswa untuk dapat berbagi tanggungjawab bersama kelompoknya dan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya. Aktivitas bekerjasama ini diperlukan siswa saat melakukan diskusi dalam tahap kelompok belajar dan mengikuti games pada tahap games tournament. Selama pelaksanaan penelitian, aktivitas siswa bekerjasama dalam kelompok selalu mengalami peningkatan dari pelaksanaan siklus 1 sampai dengan siklus 3. Nilai rata-rata aktivitas siswa bekerjasama dalam berbagi tanggung jawab dan memberikan terhadap keberhasilan kelompok antara lain 2,5 pada siklus 1; 3,2 pada siklus 2 dan 3,6 pada siklus 3. Perolehan nilai rata-rata aktivitas siswa dalam aktivitas bekerjasama dengan kelompok tersebut menunjukkan siswa di kelas V dapat berbagi tanggungjawab dan memberikan kontribusi untuk menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh peneliti. Kerjasama yang
terjalin dengan baik menjadi tujuan pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini. Peningkatan aktivitas siswa selama penelitian tersebut menunjukkan keberhasilan pelaksanaan penelitian. Keberhasilan tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Departemen Pendidikan Nasional atau Depdiknas (dalam Taniredja, dkk. 2013) yang menyatakan bahwa “model pembelajaran ini digunakan untuk meningkatkan hasil akademik, memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya di dalam kelas yang mempunyai perbedaan latar belajar dan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa seperti menghargai pendapat orang lain, menjelaskan ide, bekerja dalam kelompok dan sebagainya”. 2. Hasil Belajar Proses belajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat instruksional yang dapat dicapai apabila siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan dalam tujuan tersebut.“Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting yang akan dijadikan tolok ukur keberhasilan siswa dalam belajar dan sejauh mana keberhasilan sistem pembelajaran yang diberikan oleh guru. Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila kompetensi dasar yang diinginkan tercapai” (Rohwati, 2012, hlm.76).
90 70 Hasil Belajar Siswa
50 30 10 Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Gambar 2 Diagram Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa
Wiwid Hasanah, Lely Halimah, Hana Yunansah 8 Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Menggunakan Model Kooperatif TGT Pada gambar 2 menunjukkan perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa selama pelaksanaan tiga siklus penelitian. Menurut Depdikbud (dalam Trianto, 2013, hlm.241) “setiap siswa dinyatakan mencapai ketuntasan belajar (ketuntasan secara individu) jika siswa mendapat skor ≥ 65 dan suatu kelas dinyatakan mencapai ketuntasan belajar (ketuntasan secara klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar”. Berdasarkan hal tersebut, hasil belajar dikatakan berhasil apabila seorang siswa telah mencapai taraf penguasaan minimal 70% dari satuan pembelajaran yang dinilai. Secara kelompok hasil belajar dinyatakan telah berhasil jika sedikitnya 85% dari jumlah siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah mencapai taraf penguasaan secara perorangan. Indikator ketercapaian hasil belajar pada penelitian ini adalah adanya perubahan kemampuan pada ranah kognitifberupa pengetahuan, pemahaman, dan penerapan pada pembelajaran IPA konsep pesawat sederhana yang diperoleh melalui tes. Tes berupa soal evaluasi yang diberikan pada akhir pembelajaran. Pada siklus 1, diperoleh nilai ratarata hasil belajar siswa yaitu 68,7 dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 58,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus 1 belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TGT pada pembelajaran siklus 1 masih memerlukan perbaikan. Pada siklus 2, diperoleh nilai ratarata hasil belajar siswa yaitu 77,3 dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 75,8%. Meskipun perolehan nilai ketuntasan belajar siswa sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Namun, hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus 2 juga belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.
Pada siklus 3, diperoleh nilai ratarata hasil belajar siswa yaitu 87,4 dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 90,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus 3sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. 3. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TGT, peneliti menggunakan angket yang diberikan pada akhir pertemuan penelitian. Tanggapan tersebut dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Tanggapan tersebut dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Angket tersebut berisi 16 pernyataan yang terdiri dari 8 pernyataan positif dan 8 pernyataan negatif. Angket diberikan setelah selesai penelitian selama 3 siklus. Responden yaitu 36 orang siswa kelas V SDN 2 Kamulyan yang menjadi partisipan penelitian. Angket dianalisis menggunakan skala likert. Dalam skala likert, terdapat lima kategori Jumlah skor ideal (maksimum) untuk seluruh butir pernyataan adalah jumlah skor maksimal yaitu 5 dikalikan dengan jumlah responden yaitu 36 sehingga jumlah skor ideal untuk tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 180. Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian adalah 146. Adapun hasil tersebut dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3 Tanggapan Siswa terhadap penggunaan model TGT menurut Skala Likert
9 Antologi UPI Volume
Nomor
Juni 2016
Jadi, berdasarkan data tersebut maka tingkat persetujuan siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan adalah (146:180) x 100% = 81,11% dari yang diharapkan sebesar 100%. Hasil penelitian menunjukkan angka 146 (81,11%) siswa setuju bahwa pembelajaran menggunakan model kooperatif teams games tournament (TGT) menyenangkan dan dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai penerapan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada pembelajaran IPA konsep pesawat sederhana di kelas V SD Negeri 2 Kamulyan, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan hasil penelitian guna menjawab rumusan masalah penelitian yang diajukan. Adapun simpulan hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas pada pembelajaran konsep pesawat sederhana dengan diterapkannya model kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V SD Negeri 2 Kamulyan mengalami peningkatan. 2. Hasil belajar siswa pada konsep pesawat sederhana dengan diterapkannya model kooperatif tipe TGT pada siswa kelas V SD Negeri 2 Kamulyan mengalami peningkatan. 3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan model kooperatif TGT pada pembelajaran konsep pesawat sederhana adalah 81,11% siswa setuju dengan menggunakan model kooperatif TGT karena membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Selain itu, siswa juga menyukai pembelajaran secara berkelompok dan pelaksanaan games serta memperoleh penghargaan pada setiap pertemuannya.
DAFTAR PUSTAKA Hopkins, D. (2008). A teacher’s guide to classroom research. New yorkUSA: Open University Press. Indriati. (2012). Meningkatkan hasil belajar IPA konsep cahaya melalui pembelajaran science edutaiment berbantuan media animasi. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 1 (2), hlm. 192-197. Kagan, S. & Kagan, M. (2009). Kagan Cooperative Learning. San Clemete, CA. Kagan Publishing. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Rohwati, M. (2012). Penggunaan education game untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 1(1), hlm. 75-81. Slavin, R. E. (2015). Cooperative learning: teori, riset, dan praktik. Bandung: Nusa Media. Taniredja, T., Faridli, E. M., Harmianto, S. (2013). Model-model pembelajaran inovatif dan efektif. Bandung: Alfabeta. Trianto. (2013). Mendesain model pembelajaran inovatif progresif: konsep, landasan dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Media. Utari, Retno. (2012). Taksonomi Bloom Apa dan Bagaimana Penggunaanya. Makalah pada Pusdiklat KNPK.
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA KONSEP PESAWAT SEDERHANA (Penelitian Tindakan Kelas V SD Negeri 2 Kamulyan Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat)
ARTIKEL Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
WIWID HASANAH 1203283
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2016