TOKOH, PENOKOHAN CERITA DONGENG PUTRI CINDERELLA DENGAN BAWANG MERAH BAWANG PUTIH DAN PERBANDINGANNYA (SUATU TINJAUAN STRUKTURAL DAN DIDAKTIS) OLEH Nuryana Huna Dr. Ellyana G. Hinta, M. Hum Dr. Sance A. Lamusu, M. Hum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ABSTRAK Nuryana Huna. Tokoh, Penokohan Cerita Dongeng Putri Cinderella dengan Bawang Merah Bawang Putih dan Perbandingannya (Suatu Tinjauan Pendekatan Struktural dan Didaktis) Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo 2013. Penelitian ini, mengkaji dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang
Putih yang memiliki kemiripan pada struktur ceritanya dan berasal dari Negara yang berbeda. Oleh karena itu penelitian ini memfokuskan pada kajian perbandingan unsur tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih, dengan permasalahan yaitu: (1) Bagaimana struktur cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (2) Bagaimana tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (3) Bagaimana perbandingan tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (4) Bagaimana nilai didik dari hasil perbandingan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan struktur cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (2) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (3) Mendeskripsikan perbandingan tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (4) Mendeskripsikan nilai didik dari hasil perbandingan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode deskriptif analisis-komparatif untuk mendeskripsikan fakta-fakta yang ada dalam dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah dan Bawang Putih, kemudian disusul dengan menganalisis dan mendeskripsikan perbandingan tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut dan selanjudnya mendeskripsikan nilai didik dari hasil perbandingan kedua cerita dongeng tersebut, dengan cara menganalisis serta memberikan penjelasan terhadap objek yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah dan Bawang Putih memiliki persamaan dan perbedaan pada unsur
intrinsik tokoh dan penokohan. Persamaannya pada tokoh Cinderella, Bawang Putih, Ibu tiri dan kedua saudara tiri Cinderella, Ibu tiri dan Bawang Merah, dan Pangeran. Perbedaannya pada tokoh Cinderella, Bawang Putih, Ibu tiri dan kedua saudara tiri Cinderella, Ibu tiri dan Bawang Merah, Bidadari, Ikan emas, dan Pangeran. Dari hasil perbandingannya terdapat nilai didik yang berkaitan dengan keteladanan diantaranya: tabah, sabar, berbudi pekerti mulia, sopan, baik hati, penolong, penyayang, pekerja keras, pemaaf, meminta maaf, tidak belebihlebihan, memberi peringatan, dan menepati janji. Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi, mengkaji unsur intrinsik selain tokoh dan penokohan, dan nilainya. Kata kunci: Perbandingan, tokoh, penokohan, dan dongeng. PENDAHULUAN Sastra merupakan sebuah karya seni yang dapat memikat hati dan bersifat mendidik. Berbagai jenis karya sastra yang telah hadir dalam lingkungan masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan drama. Ketiga karya sastra tersebut diciptakan oleh seorang pengarang yang di dalamnya memiliki nilai positif yang dapat bermanfaat bagi masyarakat pembaca jika dikaji dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu ragam karya sastra yang berbentuk prosa yakni dongeng sudah dikenal oleh banyak orang sejak zaman dahulu. Cerita dongeng yang dulunya dibacakan secara langsung oleh orang tua kepada anaknya dan langsung memberikan pengarahan atau nasehat terhadap anaknya agar jangan menirukan sifat dari tokoh-tokoh yang mencerminkan tidak baik dan lebih mengarahkan agar anaknya mencontohi perilaku dari tokoh-tokoh yang mencerminkan akhlak yang baik dan berbudi pekerti mulia. Seiring dengan berkembangnya zaman dan adanya pengaruh globalisasi, begitu banyak media elektronik yang sudah dikenal oleh masyarakat bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa, hingga akhirnya mengakibatkan pembacaan
cerita dongeng yang secara langsung sudah dialihkan ke media elektronik berupa televisi, VCD, playstation, dan lainnya yang serba instan tanpa merepotkan aktivitas masyarakat dalam hal ini orang tua. Salah satu contoh bagi orang tua terutama seorang Ibu di kalangan atas yang berprofesi sebagai pejabat atau sebagai wanita karir, maka ia tidak mau sibuk membacakan dongeng terhadap anaknya yang masih perlu dididik langsung oleh orang tuanya. Hal itu diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk bekerja dan lebih mempercayai media elektronik sebagai media belajar dan hiburan bagi anak-anak. Padahal apa yang telah disajikan oleh media elektronik hanya bersifat menghibur dan belum tentu baik terhadap moralitas anak. Sebab anak-anak pada umumnya hanya melihat dan menerima apa yang telah disajikan oleh media elektronik tanpa melihat nilai didiknya. Hal ini senada dengan pandangan Endraswara (2005: 208) bahwa orang tua tidak mau tahu dan kurang menguasai sastra anak yang dapat membangun moralitas anak. Sesuai dengan kenyataan yang ada moralitas anak masa kini sebagian besar tidak lagi sesuai dengan yang diharapkan oleh orang tua agar moral anakanaknya menjadi lebih baik. Misalnya tayangan-tayangan televisi dan berita yang ada di media massa (koran) terlihat banyak kasus anak-anak yang masih di bawah umur sudah tahu mencuri, pergaulan bebas, membunuh, berbohong, tauran, durhaka pada orang tua dan lain sebagainya. Hal-hal negatif seperti itulah yang terjadi pada saat ini. karena orang tua sudah jarang menasehati, memberikan perhatian khusus serta membimbing dan membina anak-anaknya secara langsung.
Melihat kenyataan yang telah dikemukakan di atas maka cerita dongeng yang sudah lama adanya sebelum media elektronik hadir dalam lingkungan masyarakat lambat laun akan punah kehadirannya. Hal ini terjadi karena cerita dongeng hanya dibacakan begitu saja, serta hanya dianngap sebagai pengantar tidur bagi anak-anak dan kurangnya pengetahuan seorang pendongeng atau orang tua yang membacakan dongeng tehadap anak-anaknya, dalam memahami struktur cerita dongeng dan nilai-nilai yang ada di dalamnya yang bisa dijadikan sebagai media pengajaran terhadap diri sendiri maupun orang lain dan lebih khususnya lagi terhadap anak-anak. Sebagaimana yang dikemukakan Parkamin dan Noorbari (1973: 15) mengatakan bahwa cerita dongeng termasuk kesusastraan lama yang dapat memberi pelajaran dan pendidikan. Berkaitan dengan pengertian dongeng tersebut dapat diartikan bahwa dongeng termasuk sastra lama yang dapat berguna sebagai media pengajaran bagi kehidupan manusia. Cerita dongeng selain memiliki nilai didik juga memiliki unsur pembangun cerita, di antaranya unsur intrinsik yang terdiri atas: tema, tokoh dan penokohan, alur (plot), latar, gaya bahasa, dan amanat. Unsur-unsur inilah yang dapat menghadirkan cerita dongeng di tengah-tengah masyarakat pembaca. Cerita dongeng merupakan karya sastra yang berasal dari ide dan imajinasi pengarang yang wujudnya tidak benar-benar terjadi, namun setelah dikaji cerita dongeng yang telah ada sangat bermanfaat meskipun tidak benar adanya dalam kehidupan nyata. Keberadaan cerita-cerita dongeng telah banyak hadir di wilayah Indonesia bahkan di negara lain, sehingga biasanya struktur cerita dongeng memiliki kesamaan dan berbagai versi dari masing-masing wilayah. Hal ini
sependapat dengan Danandjaja (1997:84) bahwa cerita dongeng
mempunyai
unsur-unsur cerita yang terdapat di daerah-daerah lain yang letaknya berjauhan, sehingga dapat dijadikan bahan penelitian perbandingan. Dalam penelitian ini akan dibandingkan unsur intrinsik tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Sebab kedua cerita dongeng tersebut memiliki struktur cerita yang sama dan berasal dari negara yang berbeda. Sehingga masyarakat pembaca dapat memahami karakter atau sifat yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam kedua cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Kemudian dapat melihat persamaan dan perbedaan unsur intrinsik tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut. Selain itu juga dapat mengetahui nilai didik yang terkandung di dalamnya, sehingga cerita-cerita dongeng yang sudah ada tetap terlestarikan meskipun sudah berkembangnya zaman dan ada pengaruh-pengaruh dari media lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini sangat berkaitan dengan kajian sastra bandingan yang difokuskan pada unsur intrinsik tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih, kemudian mengkaji nilai didiknya dari kedua dongeng tersebut. Sehingga penelitian ini lebih tepatnya akan dikaji dengan menggunakan pendekatan struktural dan didaktis. Agar lebih jelasnya, maka judul penelitian ini diformulasikan dalam bentuk analisis khusus yaitu: “Tokoh, Penokohan Cerita Dongeng Putri
Cinderella dengan Bawang Merah Bawang Putih dan perbandingannya (Suatu Tinjauan Pendekatan Struktural dan Didaktis)”. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) Dongeng hanya dianggap sebagai pengantar tidur bagi anak-anak. (2) Pendongeng (orang tua) tidak memahami betul nilai-nilai yang ada di dalam cerita dongeng. (3) Dongeng memiliki nilai didik yang berguna bagi manusia. (4) Dongeng sudah mulai punah seiring berkembangnya zaman. (5) Dongeng memiliki unsur-unsur pembangun cerita. (6) Perlu adanya interpretasi yang serius dalam membandingkan kedua Cerita Dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (7) Identifikasi masalah di atas, terlalu meluas permasalahannya, maka dalam penelitian ini dibatasi pada masalah perbandingan unsur intrinsik dongeng Putri Cinderellah dan Bawang Merah Bawang Putih yang dibatasi pada tokoh dan penokohan, kemudian dari hasil perbandingannya ditentukan nilai didik yang dapat dijadikan sebagai media pengajaran dalam mendidik anak-anak. Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: (1) Bagaimana struktur cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (2) Bagaimana tokoh dan penokohan dalam cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (3) Bagaimana perbandingan tokoh dan penokohan dalam cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih? (4) Bagaimana nilai didik dari hasil perbandingan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih?
Tujuan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut: (1) Mendeskripsikan struktur cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (2) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (3) Mendeskripsikan perbandingan tokoh dan penokohan dalam cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (4) Mendeskripsikan nilai didik dari hasil perbandingan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis-komparatif, metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Metode ini tidak hanya semata-mata menguraikan tetapi juga memberikan pemahaman dan penjelasan. Hal ini sepadan dengan pendapat Tuloli (2012:51) yang mengatakan bahwa deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Metode komparatif digunakan untuk menyelidiki persamaan dan perbedaan pada unsur intrinsik tokoh dan penokohan yang akan dibandingkan dari kedua cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan perbandingan tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut kemudian mendeskripsikan nilai didik dari hasil perbandingan kedua cerita dongeng tersebut, dengan cara menganalisis serta memberikan penjelasan terhadap objek yang diteliti.
Oleh sebab itu metode penelitian ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan perbandingan tokoh dan penokohan cerita dongeng Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) Membaca secara intensif sampai isi cerita dari dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih benar-benar dipahami. (2) Saat pembacaan berlangsung dilakukan pula penandaan pada kedua cerita dongeng tersebut, yang berkaitan dengan unsur
intrinsik tokoh dan penokohan. (3)
Mengidentifikasi tokoh dan penokohan dari cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (4) Mengklasifikasikan dari hasil identifikasi tokoh dan penokohan kedua cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (5) Setelah tahapan pengklasifikasian tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut, dilakukan kembali pengidentifikasian mengenai nilai didik dari hasil perbandingan unsur intrinsik tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut dengan cara menandai hasil perbandingan unsur intrinsik tokoh dan penokohan yang telah diidentifikasi dan diklasifikasi sebelumnya. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan seperangkat cara dalam penelitian untuk dapat mengidentifikasi data penelitian. Setelah semua data terkumpul lalu dianalisis untuk mengetahui persamaan dan perbedaan tokoh dan penokohan cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih berdasarkan kajian sastra bandingan, dan menentukan nilai didik dari hasil perbandingan
tokoh dan penokohan dari kedua dongeng tersebut, dengan menggunakan pendekatan struktural-didaktis. Maka langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap analisis yaitu sebagai berikut: (1)Setelah isi cerita dari kedua dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih dipahami dan telah teridentifikasi unsur intrinsik tokoh dan penokohan, kemudian mendeskripsikan struktur cerita dari kedua dongeng tersebut. (2)Menganalisis secara cermat mengenai tokoh dan penokohan dari kedua dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (3) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dari kedua dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih. (4) Setelah tokoh dan penokohan dari kedua dongeng tersebut telah dianalisis dan dideskripsikan, maka tokoh dan penokohan dari kedua cerita tersebut dibandingkan, sehingga nampak perbedaan dan persamaan dari kedua cerita dongeng tersebut. (5) Hasil dari perbandingan tersebut dilakukan tahapan pengidentifikasian kembali mengenai nilai didik dengan cara menandai dan mengklasifikasi kemudian
menganalisis dan
mendeskripsikan nilai didik yang terkandung dalam hasil perbandingan tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut. (6) Menarik simpulan berdasarkan pembahasan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perbandingan di atas terlihat ada persamaan dan perbedaan dari kedua cerita dongeng Putri Cinderella yang berasal dari Negara Eropa dan Bawang Merah Bawang Putih dari Negara Indonesia. Persamaannya nampak pada karakter atau sifat yang telah diperankan oleh tokoh Cinderella yang berwajah cantik, tabah sabar, pekerja keras, penolong, dan bersahabat dengan hewan. Begitu pula dengan Bawang Putih sama seperti tokoh Cinderella. Namun,
meskipun ada kesamaan yang dilihat dari segi karakter perbedaannya terlihat pada budaya pakaian mereka. Kalau tokoh Cinderella digambarkan sebagai sosok seorang putri yang memakai gaun yang indah, mewah dengan berbagai permata dan sepatu gelasnya. Hal tersebut menggambarkan budaya pakaian negara Eropa. Sedangkan Bawang Putih yang merupakan seorang gadis yang sopan menggambarkan karakter budaya Jawa yang begitu lemah lembut pada perkataan mereka dan juga pakaiannya tidak berlebih-lebihan tidak sama seperti tokoh Cinderella. Perbedaan budaya juga terlihat pada tokoh Pangeran yang ada pada kedua cerita dongeng tersebut yakni menunjukkan bahwa di Negara Eropa tidak mengenal adanya persemedian. Namun, di Indonesia khususnya daerah Jawa kegiatan persemedian sudah merupakan budaya Jawa dan merupakan satu kepercayaan adanya mahluk gaib. Persamaan juga terlihat pada karakter ibu tiri dan saudara tiri dari kedua cerita dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih yang samasama memiliki sifat yang tidak baik. Jadi, karakter tokoh Ibu tiri dan Saudara tiri yang ada di Negara Eropa sama juga dengan karakter sosok Ibu tiri dan Saudara tiri yang ada di Indonesia yang sebagian besar selalu menyiksa anak tirinya dan juga tidak akrab dengan saudara tirinya. SIMPULAN Dongeng Cinderella menggambarkan karakter tokoh utama yakni Ella yang berwajah cantik dan berbudi pekerti mulia. Ella selalu disiksa oleh Ibu tiri dan kedua saudara tirinya semenjak ayahnya meninggal. Dengan penuh kesabaran dalam menjalani lika liku kehidupan, akhirnya ia mendapatkan
pangeran yang baik pula dan menjadikannya sebagai istri dan hidup bahagia. Sedangkan Dongeng Bawang Merah Bawang Putih menggambarkan tokoh utama yakni Bawang Putih yang disiksa oleh Ibu tiri dan Bawang Merah. Semasa hidupnya Bawang Putih menjalani hidup dengan tabah meskipun diperlakukan tidak adil oleh Ibu tirinya. Namun akhirnya Bawang Putih hidup bahagia karena mendapatkan seorang Pangeran kerajaan yang telah memilih dia jadi seorang istri. Perbedaannya tokoh yang berperan pada dongeng Putri Cinderella ada 13 yakni (1) Cinderella memilki watak yang baik namun dalam cerita ia hanya sekali melakukan hal yang tidak baik yaitu berbohong (2) Ibu tiri dan kedua saudara tiri Cinderella memiliki karakter yang tidak baik dan selalu jahat pada Cinderella (3) Bidadari memiliki karakter baik dan membantu Cinderella (4) Perdana Mentri memiliki karakter yang baik juga sebab ia mau membantu mencarikan istri untuk Pangeran (5) Raja memiliki karakter perhatian pada anaknya (6) Ayah memiliki karakter penyayang anaknya Cinderella. (7) Pangeran memiliki karakter pemuji wanita dan menepati janji. (8) Tikus, Kadal, dan Kuda memiliki karakter mau bersahabat dengan Cinderella (9) Nero memiliki karakter nakal. Tokoh yang berperan pada dongeng Bawang Merah Bawanng Putih ada 5 yakni (1) Bawang Putih memiliki karakter baik dari awal cerita sampai akhir cerita (2) Ibu tiri dan Bawang Merah memiliki karakter tidak baik dan selalu menyiksa Bawang Putih (3) Pangeran memiliki karakter baik namun ia tidak dapat menahan emosi (4) Ikan Emas memiliki karakter baik sebab ia menolong Bawang Putih.
Perbandingan tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut memiliki persamaan dan perbedaannya. Sebagai berikut: (a) Persamaannya terlihat pada tokoh Cinderella dan Bawang Putih yang sama-sama digambarkan sebagai gadis cantik yang sudah yatim piatu serta hidup bersama ibu tiri dan saudara tiri mereka. Dalam kehidupan mereka selalu disiksa oleh ibu tiri dan saudara tiri mereka. Namun, mereka menjalani dengan tabah dan selalu bersabar. Hingga akhirnya mereka sama-sama hidup bahagia bersama sang Pangeran kerajaan. persamaan karakter terlihat pada tokoh utama ibu tiri dan kedua saudara tiri Cinderella bersama ibu tiri dan Bawang Merah yakni sama-sama memiliki sifat iri hati, dengki, pemarah, penghina, dan tokoh ibu tiri dari kedua cerita dongeng tersebut memiliki sifat pilih kasih. Tokoh tambahan dari kedua cerita dongeng tersebut memiliki tokoh yang diperankan manusia dan hewan. Adapun Persamaan karakter terlihat pada tokoh Pangeran yang digambarkan sebagai pemuda yang sama-sama melakukan sayembara mencari seorang gadis untuk dijadikan istri. (b) Perbedaannya terlihat pada jumlah tokoh-tokoh yang ada. Pada dongeng Putri Cinderella jumlah tokoh yang berperan ada 13, Sedangkan tokoh yang berperan dalam dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih berjumlah 5. Tokoh Cinderella memiliki karakter menaati perintah, pemaaf, dan berbohong. Sedangkan, tokoh utama Bawang Putih memiliki sifat yang sopan, suka minta maaf, tidak berlebih-lebihan, dan suka berterima kasih. Tokoh Ibu tiri dan kedua saudara tiri ciderella memiliki karakter cemburu dan tidak iklas dalam melakukan suatu kebaikan. Sedangkan pada tokoh ibu tiri dan Bawang Merah memiliki karakter mencuri, tidak menyayangi hewan, pembunuh hewan kesayangan orang
lain, rakus, dan pembohong. Kemudian di akhir cerita tokoh ibu tiri dalam dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih telah menyadari atas perbuatan yang ia lakukan sehingga ia meminta maaf pada Dewa. Sedangkan tokoh ibu tiri dalam dongeng putri Cinderella tidak meminta maaf. Dalam dongeng Putri Cinderella yakni Bidadari sebagai seorang peri yang berwajah cantik, Sedangkan dalam dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih yakni ikan emas sebagai jelmaan Dewa. Tokoh Pangeran dari kedua cerita dongeng tersebut memiliki perbedaan juga. Dalam cerita dongeng Putri Cinderella tokoh pangeran memiliki karakter pemuji wanita dan menepati janji. Sedangkan dalam cerita dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih tokoh Pangeran memiliki karakter pembelah yang benar, marah, dan tidak dapat menahan emosi. Nilai didik hasil perbandingan tokoh dan penokohan dari kedua cerita dongeng tersebut yang berhubungan dengan keteladanan yakni: tabah, sabar, berbudi pekerti mulia, sopan, baik hati, penolong, penyayang, pekerja keras, pemaaf, meminta maaf, tidak belebih-lebihan, memberi peringatan, dan menepati janji. SARAN Adapun saran-saran yang dapat disampaikan menyangkut penelitian ini, sebagai berikut: (1)Dalam peenelitian ini membandingkan dua cerita dongeng yang memiliki kemiripan pada struktur cerita, sehingga penelitian ini dapat dijadikan referensi pada penelitian berikutnya yang ingin mengkaji atau membandingkan sebuah karya sastra yang memiliki kemiripan pada struktur cerita. (2) Penelitian ini hanya membatasi pada perbandingan tokoh dan
penokohannya, sehingga dalam penelitian ini masih terbatas. Oleh sebab itu peneliti berikutnya dapat membandingkan unsur intrinsik dongeng Putri Cinderella dan Bawang Merah dan Bawang Putih, yang berkaitan dengan tema, alur, latar, gaya bahasa, dan amanat. (3) Nilai yang dikaji dalam penelitian ini hanya berfokus pada nilai didik. Oleh sebab itu masih banyak karya sastra yang perlu dikaji, dalam hal ini khususnya cerita dongeng lainnya yang telah ada sehingga dapat dikaji nilainya, selain nilai didik. Misalnya nilai sosial, nilai budaya, nilai estetika, dan nilai religi. DAFTAR PUSTAKA Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Endraswara, Suwardi. 2005. Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: CAPS. Parkamin, Amron dan Noorbari. 1973. Sastra Indonesia. Bandung: C.V. Sulita. Tuloli, Nani. 2012. Metodologi penelitian bahasa Indonesia. Makalah Disajikan Pada Proses Pembelajaran Perkuliahan di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Budaya. Universitas Negeri Gorontalo.