Ekstrak Bawang Merah dan Ekstrak Bawang Putih Sebagai Pengusir Nyamuk Culex sp yang Ramah Lingkungan Hildawaty Kiu1), Sunarto Kadir1), Dian Saraswati3) Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] 2 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] 3 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] 1
ABSTRAK Culex sp merupakan vektor dari berbagai macam penyakit. Banyak kontrol yang telah dilakukan, misalnya dengan penggunaan zat anti-nyamuk yang mulai digunakan saat ini. Kandungan yang terdapat pada umbi bawang merah dan bawang putih tersebut adalah minyak atsiri yang dapat menolak nyamuk untuk tidak mengisap darah kita sehingga terhindar dari penyakit yang ditimbulkan oleh gigitan nyamuk dalam hal ini nyamuk Culex sp. Rumusan masalah apakah ada efektifitas pengaruh ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih untuk mengusir nyamuk Culex sp dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20%. Tujuan penelitian untuk menganalisis efektifitas pengaruh ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih untuk mengusir nyamuk yang ramah lingkungan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen sungguhan (True Experiment). Sampel penelitian adalah nyamuk Culex sp dewasa dengan jumlah 450 ekor dengan di bagi pada setiap wadah 25 ekor yang mendapat perlakuan masing-masing ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20% dengan pengulangan 3 kali dengan waktu pengamatan selama 10, 30, dan 60 menit. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara efektifitas ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih sebagai insektisida nabati terhadap kematian nyamuk Culex sp ( Two Way Anova, p 0,000 < 0,05). Kesmpulan. Terdapat pengaruh ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih sebagai pengusir nyamuk yang ramah lingkungan, dengan p value 0,000 < 0,05. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu alternatif pengendalian vektor khusunya nyamuk Culex sp sebagai insektida nabati yang aman bagi lingkugan dan manusia. Kata Kunci : Umbi, Bawang Merah, Bawang Putih, Culex sp
ABSTRACT Culex sp is a vector from all kinds of disease. Many efforts have been done to repel Culex sp, and one of the ways is by using anti-mosquitoes. The content in onion and garlic roots is the essential oil that could defeat mosquitoes (Culex sp) resistance. The problem statement is formulated as “Is there any effect in onion and garlic extracts to repel Culex sp with 10%, 15%, and 20% of concentrations?”. The research aims to analyze the effects of onion and garlic extracts as an ecofriendly mosquitoes repellent. True experiment is chosen in conducting this research. There are 450 Culex sp were taken to be the samples. Culex sp were divided into several container and each container consists of 25 Culex sp which got onion and garlic extracts with 10%, 15%, and 20% of concentrations. The treatments were repeated for three times, with the process of time controlling in 10, 30, and 60 minutes. The result of the research has shown there is a significant distinction between the effect of onion and garlic extracts as a phyto-insectiside towards Culex sp mortality (two way Anova, p 0,000<0,05). To conclude onion and garlic extracts are effected to be an eco-friendly mosquitoes repellent, with p value 0,000<0,05. Thus , this research is expected to be an alternative way as the eco-friendly phyto-insecticide to keep away from mosquitos particularly Culex sp. Keywords: Roots, Onion, Garlic, Culex sp 1. PENDAHULUAN Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya (Notoadmodjo, 2011). Dalam dunia kesehatan, banyak serangga yang berperan dalam penyebaran penyakit baik itu pada hewan maupun manusia. Pentingnya arthophoda tersebut dalam bidang kesehatan karena tingginya morbilitas penyakit yang ditularkannya. Salah satu arthophoda yang sering bertindak dalam penyebaran penyakit adalah nyamuk culex sp. Masalah-masalah yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk culex sp adalah Filariasis (kaki gajah), Japanese Encephalitis (radang otak) (Baskoro, 2011). Culex sp merupakan vektor dari berbagai macam penyakit. Nyamuk culex sp dewasa memiliki betina dapat meletakan telur sampai 100 butir setiap datang waktu untuk bertelur. Telur tersebut diletakan di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding vertikal bagian air. Nyamuk culex sp betina lebih menyukai tempat penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakan telurnya dibandingkan dengan tempat penampungan air yang terbuka, karena tempat penampungan air yang tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan baik
sehingga mengakibatkan ruang di dalamnya lebih gelap (Baskoro, 2011). Banyak kontrol yang telah dilakukan, misalnya dengan penggunaan zat anti-nyamuk yang mulai digunakan saat ini. Penggunaan insektisida saat ini memiliki banyak kelemahan mulai dari resistensi sampai tidak ramah lingkungan. Alternatif yang bisa dilakukan adalah penggunaan bahan-bahan alam yang aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia (Sudjari, 2010). Di masa kini, begitu banyak produk obat nyamuk bisa kita temukan. Bentuknya beragam ada yang konvensional melingkar dibakar, ada kepingan seperti kertas karton dipanaskan, ada cairan, sampai yang berupa kertas untuk dibakar. Namun, obat nyamuk buatan pabrik ini kemudian ada yang menimbulkan masalah bagi lingkungan. Hal ini terkait dengan produk yang mengandung bahan kimia lainnya. Seperti masyarakat zaman dulu kita sebenarnya masih bisa membuat obat nyamuk yang lebih ramah lingkungan. Obat nyamuk ini bisa diracik dari tumbuhan yang terdapat disekitar kita. Berbagai macam tumbuhan dapat digunakan untuk membasmi nyamuk dalam hal ini yaitu nyamuk culex, misalnya jahe, umbi bawang merah dan umbi bawang putih, lada hitam, dan lain-lain. Penggunaan bahan alami ini dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan ke lingkungan dan kesehatan manusia. Bawang merah (Allium cepa L) dan bawang putih (Allium sativum L) telah begitu banyak dimanfaatkan oleh manusia dalam
keseharian yang biasa dikenal oleh ibu rumah tangga sebagai bumbu masak. Walaupun telah dikenal dalam masyarakat luas tetapi tidak banyak yang mengerti kandungan yang ada didalam bawang merah dan bawang putih mengandung khasiat antimikroba, antitrombotik, hipolidemik, antiarthritis, hipoglikemik, dan juga memiliki aktivitas sebagai antitumor (Sudjari, 2010). Kandungan zat yang terdapat di dalam bawang merah memiliki bau yang tidak disukai nyamuk. Beberapa kandungan kimia dari tanaman bawang merah adalah minyak atsiri, sikloalilin, metialiin, dihidroaliin dan senyawa-senyawa lainnya yang bersifat bakterisida dan fungisida terhadap bakteri dan diduga terdapat didalam minyak atsirinya. Bawang merah merupakan tanaman TOGA (tanaman obat keluarga) tanaman ini dapat tumbuh baik disawah, tanah tegalan atau pekarangan, asalkan tanahnya subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik dan keuntungan dalam menggunakan obat antinyamuk alami ini yaitu tidak mengganggu sistem pernafasan sehingga aman untuk digunakan (Baskoro, 2011). Masih adanya masyarakat yang menggunakan obat nyamuk berbahan kimia mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan misalnya gangguan pada pernafasan seseorang. Untuk itu, kita seharusnya beralih menggunakan obat nyamuk dengan menggunakan bahan yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menggunakan obat nyamuk dari umbi bawang merah dan bawang putih yang biasanya digunakan oleh masyarakat untuk keperluan dapur dalam hal ini untuk bumbu dalam memasak. Namun karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang khasiat umbi bawang merah dan umbi bawang putih dalam mengusir nyamuk sehingga masih kurang yang menggunakannya. Kandungan yang terdapat pada umbi bawang merah dan bawang putih tersebut adalah minyak atsiri yang dapat menolak nyamuk untuk tidak mengisap darah kita sehingga terhindar dari penyakit yang ditimbulkan oleh gigitan nyamuk dalam hal ini nyamuk culex sp.
.
2. KAJIAN PUSTAKA Bawang merah adalah salah satu rempah multiguna. Paling penting didayagunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari-hari dan penyedap berbagai masakan. Kegunaan lain dari umbi bawang merah adalah sebagai obat tradisional untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Sudah sejak lama, nenek moyang menggunakan umbi bawang merah sebagi obat nyeri perut dan penyembuhan luka atau infeksi. Selain itu banyak digunakan untuk penyembuhan penyakit demam, kencing manis dan batuk (Wibowo, 2012). Kandungan zat yang terdapat di dalam bawang merah memiliki bau yang tidak disukai nyamuk. Beberapa kandungan kimia dari tanaman bawang merah adalah minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin, dihidroaliin, lavonglikosida, kuersetin, saponin, peptida, fitohormon, vitamin, dan zat pati. Protein sekitar 1,5%, lemak dan karbohidrat 9,5% ada juga komponen gizi lainya antara lain karoten thianin, riboflavin, niasin dan asam askorbat (Diah, 2010 dalam Baskoro, 2011). Bawang putih memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Bawang putih sebagai bumbu dapur mempunyai peran penting dalam melezatkan dan menimbulkan aroma yang sedap pada makanan, akan tetapi selain sebagai bumbu bawang putih memiliki khasiat yang luar biasa bagi kesehatan namun keterbatasan informasi yang diterima masyarakat dan adanya pergeseran pola hidup masyarakat ke arah moderen mengakibatkan khasiat bawang putih dilupakan masyarakat (Irmudita A. R, 2008). Bawang putih (Allium sativa) memiliki manfaat dan kegunaan yang besar bagi manusia diantaranya untuk mengobati penyakit akibat fungi dan bakteri serta berbagai penyakit dalam. Dalam suatu penelitian mengatakan bahwa bawang putih memiliki khasiat antifungi dalam menghambat pertumbuhan candida albicans karena kandungan minyak atsiri, allicin yang terkandung dalam minyak atsiri bawang putih mempunyai kemampuan sebagai antifungi dan antibakteri (Aras U, 2006). Nyamuk Culex sp. merupakan vektor dari Filariasis, Chikungunya, dan Japanese Encephalitis. Filariasis banyak terdapat di Indonesia terutama diluar pulau jawa. Japanese Encephalitis, yang merupakan penyakit endemis, juga melanda sebagian
negara Asia termasuk Indonesia. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci). Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala, dada, dan perut. Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah penyakit menular dan menahun (kronis) yang disebabkan oleh infeksi cacing filarial yang ditularkan melalui gigitan berbagai species nyamuk.Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial: Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, dan Brugia Timori. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari. Japanese Encephalitis (JE) adalah suatu penyakit yang menyerang susunan saraf pusat (otak) yang mengakibatkan radang otak mendadak yang disebabkan oleh virus JE. Manusia tertular Penyakit Japanese Encephalitis melalui gigitan nyamuk Culex sp. Yang mengandung virus Japanese Encephalitis, berasal dari hewan babi yang mengandung virus Japanese Encephalitis. (Zumrotus S, 2009). Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga. Secara umum, insektisida hayati diartikan sebagai salah satu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Insektisida hayati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Zat aktif insektisida berbahan baku alami yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan menjadi salah satu alternatif yang semakin dipertimbang, misalnya penggunaan tanaman jenis tertentu sebagai insektisida serangga. Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tanin, lakonoid, alkaloid, steroid (Sudjari, 2011). 3. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen sungguhan (True Experiment), karena sampel nyamuk culex sp mendapat perlakuan langsung dengan ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20%. Dilakukan 3 kali perlakuan pada masing-masing
konsentrasi dengan waktu pengamatan selama 10, 30, dan 60 menit. Variabel Independent dalam penelitian ini adalah Konsentrassi Ekstrak Bawang Merah dan Ekstrak Bawang Putih Serta Kematian Nyamuk Culex sp Dewasa adalah Variabel Dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah nyamuk culex sp. Teknik analisis yng digunakan dalam pnelitian ini adalah Two Way Anova dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Tabel 4.1Kematian nyamuk Culex sp dengan berbagai konsentrasi ekstrak bawang putih (A. sativa) dan ekstrak bawang merah (Allium cepa var. Aggregatum) selama 10 menit, 30 menit, 60 menit dengan 3 kali pengulangan. Jumlah nyamuk Culex sp yang mati Ekstrak Ekstrak Bawang Bawang Kon Pengu Putih Merah sentrasi langan Dengan Waktu Perlakuan (Menit) 10 30 60 10 30 60 I 13 14 16 14 18 20 II 14 15 17 16 20 22 III 14 16 18 18 22 24 10% Jumlah 41 45 51 48 60 66 Kematian Rata-rata 14 15 17 16 20 22 (%) 56 60 68 64 80 88 I 17 18 20 17 19 23 II 18 19 21 19 20 23 III 18 19 21 20 23 24 15% Jumlah 53 56 62 56 62 70 Kematian Rata-rata 18 19 21 19 21 23 (%) 72 76 84 76 84 92 I 21 23 24 20 23 24 II 22 23 24 22 22 25 III 23 24 25 23 23 25 20% Jumlah 66 70 73 65 68 74 Kematian Rata-rata 22 23 24 21 22,6 24,6 (%) 88 92 96 84 90 98,4 Sumber : Data primer, 2014
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah rata rata kematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 paling banyak pada waktu pengamatan 60 menit yaitu sebanyak 24 ekor atau sebesar 96% dengan konsentrasi 20% pada ekstrak bawang merah dan pada waktu pengamatan 60 menit yaitu sebanyak 25 ekor atau sebesar 98,4% pada ekstrak bawang putih, sedangkan jumah rata-rata kematian nyamuk culex sp pada pengulangan ke 3 yang paling rendah berada pada waktu pengamatan 10 menit yaitu sebanyak 17 ekor atau sebesar 68% dengan konsentrasi 10% pada ekstrak bawang merah dan pada waktu pengamatan 10 menit yaitu sebanyak 22 ekor atau sebesar 88% dengan konsentrasi 10% pada ekstrak bawang putih. Hasil Analisis Data Uji normalitas data Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji normalitas data diperoleh dari bawang merah dan bawang putih sama dengan besar p value = 0,200 dan α = 0,05 maka p value 0,200 > 0,05 Ho di terima. Dengan melihat hasil uji normalitas data tersebut, dapat disimpulkan bahwa data memiliki distribusi yang normal. Uji Homogenitas Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogenitas suatu data. Berdasarkan uji homogenitas pada nilai based on mean, yaitu diperoleh nilai p-value (sig) sebesar 0,078 pada ekstrak bawang merah dan 0,094 pada ekstrak bawang putih dimana > 0,05 yang berarti terdapat kesamaan varians atau yang berarti bahwa data homogen. Uji Two Way Anova Setelah diketahui data berdistribusi normal dan homogen maka persyaratan untuk uji Two Way Anova terpenuhi. Uji Two Way Anova dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih terhadap kematian nyamuk Culex sp. Dikatakan ada pengaruh apabila diperoleh nilai p-value < α. Dari hasil uji Two Way Anova diperoleh nilai p-value < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan, terdapat perbedaan yang signifikan antara ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih sebagai insektisida nabati terhadap kematian nyamuk Culex sp.
Uji Least Significant Difference (LSD) Uji Least Significant Difference (LSD) Ekstrak Bawang Merah Hasil uji LSD konsentrasi ekstrak bawang merah dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20% dapat dilihat pada tabel 4.2 Tebel 4.2 hasil Uji LSD konsentrasi ekstrak bawang merah (I) (J) Mean Ekstrak Ekstrak Difference Nilai p Bawang Bawang (I-J) Merah Merah 0,026 15% -1.44* 10% -3.67* 0,000 20% 10%
1.44*
0,026
20%
-2.22*
0,001
10%
3.67*
0,000
15%
2.22*
0,001
15%
20%
Sumber : Data Primer, 2014 Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa konsentrasi ekstrak bawang merah 10% terdapat perbedaan yang bermakna dengan konsentrasi 15% dimana nilai signifikan < 0,05, pada konsentrasi 10% ekstrak bawang merah ada perbedaan bermakna dengan konsentrasi 20% dimana nilai signifikan < 0,05. Pada konsentrasi 15% ekstrak bawang merah terdapat perbedaan bermakna dengan konsentrasi 10% dimana nilai signifikan < 0,05. pada konsentrasi 15% ekstrak bawang merah terdapat perbedaan bermakna dengan konsentrasi 20% dimana nilai signifikan < 0,05. Sedangkan pada konsentrasi 20% ekstrak bawang merah terdapat perbedaan bermakna dengan konsentrasi 10% dimana nilai signifikan < 0,05. pada konsentrasi 15% ekstrak bawang merah terdapat perbedaan bermakna dimana nilai signifikan < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh konsentrasi ekstrak bawang merah diperoleh nilai p-value < 0,05. Ada perbedaan bermakna antara kematian nyamuk Culex sp dengan seluruh konsentrasi ekstrak bawang merah. Dari hasil uji LSD ini juga dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan mean difference (I-J) yang berarti bahwa terjadi peningkatan kematian nyamuk Culex sp. Konsentrasi paling efektif untuk membunuh nyamuk Culex sp pada konsentrasi 20%
karena dapat membunuh nyamuk sebanyak 24 ekor nyamuk pada waktu 60 menit. Uji Least Significant Difference (LSD) Ekstrak Bawang Putih Hasil uji LSD konsentrasi ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20% dapat dilihat pada tabel 4.3 Tebel 4.3 hasil Uji LSD konsentrasi ekstrak bawang putih (II) (J) Ekstrak Mean Ekstrak Bawang Difference Nilai p Bawang Putih (I-J) Putih 0,000 15% -3.78* 10% -8.00* 0,000 20% 10%
3.78*
0,000
20%
-4.22*
0,000
10%
8.00*
0,000
15%
4.22*
0,000
15%
20%
Sumber : Data Primer, 2014 Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa konsentrasi ekstrak putih 10% terdapat perbedaan yang bermakna dengan konsentrasi 15% dimana nilai signifikan < 0,05, pada konsentrasi 10% ekstrak bawang putih ada perbedaan bermakna dengan konsentrasi 20% dimana nilai signifikan < 0,05. Dan pada konsentrasi 15% ekstrak bawang putih ada perbedaan bermakna dengan konsentrasi 10% dimana nilai signifikan < 0,05. pada konsentrasi 15% ekstrak bawang putih ada perbedaan bermakna dengan konsentrasi 20% dimana nilai signifikan < 0,05. Sedangkan pada konsentrasi 20% ekstrak bawang putih ada perbedaan bermakna dengan konsentrasi 10% dimana nilai signifikan < 0,05. Dan pada konsentrasi 15% ekstrak bawang putih ada perbedaan bermakna dimana nilai signifikan < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh konsentrasi ekstrak bawang merah diperoleh nilai p-value < 0,05. Ada perbedaan bermakna antara kematian nyamuk Culex sp dengan seluruh konsentrasi ekstrak bawang putih. Dari hasil uji LSD ini juga dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan mean difference (I-J) yang berarti bahwa terjadi peningkatan kematian nyamuk Culex sp. Konsentrasi paling efektif untuk membunuh nyamuk Culex sp pada konsentrasi 20% karena dapat membunuh nyamuk sebesar
sebanyak 24 ekor nyamuk pada waktu 60 menit Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih sebagai insektisida nabati terhadap kematian nyamuk culex sp. Konsentrasi ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%, 15%, dan 20%. Penelitian ini menggunakan nyamuk culex sp sebanyak 450 ekor, yang dibagi pada setiap wadah pengamatan sebanyak 6 wadah yang masing-masing diisi sebanyak 25 ekor nyamuk yangdilakukan 3 kali pengulangan. Ekstrak Bawang Merah Mengusir vektor dalam hal ini nyamuk dengan menggunakan bahan yang aman bagi kesehatan merukan hal sangat positif untuk dilakukan, karena dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan kesehatan pada manusia khususnya pada sistem pernapasan kita. Bahan alami yang digunakan untuk insektisida nabati yaitu seperti bawang merah yang digunakan untuk mengusir nyamuk bahkan menyebabkan kematian pada nyamuk. Bawang merah memiliki kandungan senyawa yang beranama minyak atsiri yang tidak disukai oleh nyamuk. Kematian nyamuk dengan menggunakan ekstrak dari bawang merah disebabkan juga karena penyemprotan pada nyamuk yang hanya berjarak ± 15 cm, sehingga nyamuk yang tadinya hanya menghindar oleh karena bau yang tidak sedap malah mengalami kematian. Dari hasil uji Two Way Anova diperoleh nilai p-value 0,000 < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan, terdapat pengaruh yang signifikan antara ekstrak bawang merah sebagai insektisida nabati terhadap kematian nyamuk culex sp. Hal ini dikarenakan pada bawang merah terkandunga senyawa yang bernama minyak atsiri. Minyak atsiri yang terdapat pada bawang merah dan bawang putih terdapat zat yang paling berperan sebagai anti nyamuk. Bahkan minyak atsiri ini juga dapat digunakan sebagai lavarsida. Minyak atsiri tidak bekerja sendirian tetapi dibantu oleh zat yang bernama linalool. Linalool yang merupakan bagian dari minyak atsiri ini beraroma tidak sedap yang tidak disukai oleh nyamuk. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Budee dalam Muammar yang mengatakan bahwa “Lınalool adalah
senyawa kimia cair tanpa warna yang merupakan golongan terpendek alkohol. Linalool bersifat larut dalam air, linalool dikarenakan linalool memiliki bau yang menyengat oleh nyamuk sehingga sangat tidak disukai oleh nyamuk”. Menurut lansida (2010) ekstrak bawang merah juga efektif dalam mengusir nyamuk culex sp. allicin memiliki aktifitas sebagai antibakteri. Allicin ini juga terkandung dalam bawang merah dan berbentuk cairan dengan bau yang khas bawang putih”.(Diah 2010 dalam Baskoro 2011) juga mengatakan bahwa “kandungan zat yang terdapat di dalam bawang merah memiliki bau yang tidak disukai nyamuk. Beberapa kandungan kimia dari tanaman bawang merah adalah minyak atsiri, sıkloaliin, metilaliin, dihidroaliin, lavonglikosida, kuersetin, saponin, peptida, fitohormon, vitamin, dan zat pati”. Insektisida nabati merupakan bahan alami, bersifat mudah terurai di alam (Biodegradable) sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia maupun ternak karena residunya mudah hilang. Ektrak Bawang Putih Dari hasil uji Two Way Anova diperoleh nilai p-value 0,000 < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan, terdapat pengaruh yang signifikan antara ekstrak bawang putih sebagai insektisida nabati terhadap kematian nyamuk culex sp. Hal ini dikarenakan bau khas yang dimiliki oleh bawang putih sehingga nyamuk yang disemprotkan atau dikontakkan dengan ekstrak bawang putih akan mati. Bau yang khas ini berasal dari senyawa – senyawa aktif yang berdasarkan hasil dari identifikasi menunjukan bahwa seperlima kandungan minyaknya merupakan belerang. Hal ini sejalan dengan pendapat dari (Sunarto dalam Priskila, 2008 ) “Dekomposisi komplek sativunim akan menghasilkan bau khas yang tidak sedap dari allyl sulfide, allyl disulfide, allyl mercaptane, allun allicin, dan alliin hal ini dikarenakan oleh senyawa yang mengandung belerang dalam bawang putih”. Bau khas pada bawang akan timbul bila jaringan tanaman terluka atau ketika bawang putih tersebut dihancurkan zat alliin yang sebenarnya tidak berbau akan terurai. Dengan dorongan enzim alinase, alliin terpecah menjadi alisin, amonia, dan asam piruvat. Aroma yang khas ini akan bertambah kuat ketika zat belerang (sulfur) dalam alisin
dikontakkan dengan udara, sebab amonia yang mudah menguap. Aroma yang tidak sedap ini membuat nyamuk Culex sp akan menghindar dan menjauhi bawang putih. Hal ini sejalan dengan pendapat Nirmala (2000) yang mengatakan bahwa “Bawang putih mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bermanfaat misalnya: minyak atsiri, alildisulfida dan allicin, manjur untuk mengusir nyamuk”. Allicin adalah senyawa yang memberikan bau khas bawang putih (Lansida,2010 dalam Ririen, 2012). Dari hasil uji Two Way Anova diperoleh hasil p-value < 0,05 sehingga, dapat di tarik kesimpulan H0 ditolak artinya ada pengaruh ekstrak bawang merah dan bawang putih sebagai insektisida nabati terhadap kematian nyamuk Culex sp. Dari hasil uji LSD juga terjadi peningkatan mean difference (I-J) yang berarti bahwa terjadi peningkatan kematian nyamuk Culex sp. Konsentrasi paling efektif untuk membunuh nyamuk Culex sp pada konsentrasi 20% ekstrak bawang merah karena dapat membunuh nyamuk sebesar 96% sebanyak 24 ekor nyamuk pada waktu 60 menit dan konsentrasi 20% ekstrak bawang putih karena dapat membunuh nyamuk sebesar 98,4% sebanyak (24,6) 25 ekor nyamuk pada waktu 60 menit. Wadah yang digunakan sebagai tempat nyamuk yang akan diteliti dengan metode penyemprotan harus disterilkan terlebih dahulu. Jika wadah yang digunakan tidak steril, dikhawatirkan terjadinya kontaminasi pada saat penelitian yang menyebabkan kematian nyamuk bukan sebagai akibat dari semprotan ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih melainkan pengaruh dari wadah yang sudah terkontaminasi oleh zat-zat yang dapat mematikan nyamuk. Jika hal tersebut terjadi maka penelitian yang dilakukan kurang efektif. Penutup yang digunakan pada tiap-tiap wadah harus yang berlubang yang terbuat dari kain kasa atau bisa juga digunakan kelambu. Hal ini dilakukan agar supaya nyamuk yang berada didalam wadah tersebut dapat terkena ekstrak hasil semprotan sehingga nyamuk Culex sp mati secara merata. Kedua ekstrak tersebut memiliki efektifitas yang sama dalam membunuh nyamuk yang dilakukan pengamatan selama 10 menit, 30 menit, dan 60 menit. Hal ini dikarenakan bawang merah dan bawang putih sama-sama memiliki kandungan minyak atsiri dan zat allicin yang dapat membunuh nyamuk.
zat alicin ini merupakan zat aktif yang mengandung antibiotika yang sangat ampuh yang dapat membunuh nyamuk. Kematian nyamuk culex sp terjadi semua perlakuan, kematian nyamuk culex sp disebabkan oleh adanya kontak antara ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih yang bersifat racun pada nyamuk culex sp. Dengan adanya pengaruh konsentrasi ekstrak bawang merah dan bawang putih sebagai insektisida nabati terhadap kematian nyamuk Culex sp maka agar lebih efektif dan lebih ramah lingkungan kita bisa memanfaatkan tanaman berupa umbi bawang merah dan umbi bawang putih yang bersifat racun, sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangai vektor nyamuk. 5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih sebagai insektisida nabati terhadap kematian nyamuk culex sp dapat disimpulkan bahwa : a. Terdapat pengaruh efektitas ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih sebagai pengusir nyamuk yang ramah lingkungan, di lihat dari uji Two Way Anova dengan p value 0,000 < 0,05. b. Terdapat perbedaan efektitas antara ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih dalam membunuh nyamuk Culex sp c. Konsentrasi paling efektif dari ekstrak bawang merah dan bawang putih sebagai insektisida nabati terhadap kematian kematian nyamuk culex sp yakni konsentrasi 20% karena dapat membunuh nyamuk culex sp sebanyak 24 ekor sebesar 96% pada ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang putih sebanyak 24 ekor sebesar 98,4%. 6. DAFTAR PUSTAKA Baskoro, 2011. Uji Potensi Ekstrak Etanol Bawang Merah ( Allium Cepa L ) Sebagai Penolak Hinggapan (Repellent ) Terhadap Nyamuk Culex
sp Dengan Metode Gelang Anti Nyamuk. Jurnal Penelitian Program Studi Pendidikan Dokter FKUB Universitas Brawijaya Priskila M , 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih (allium sativum, linn.) Terhadap Penurunan Rasio Antara Kolesterol Total Dengan Kolesterol Hdl Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Yang Hiperkolesterolemik. Skripsi Maria Priskila Fakultas Kedokteran Universitas sebelas maret surakarta. Gobel A,R, 2012. Studi Pembuatan Bumbu Inti Sambal Kering. Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar. Sholichah Z, 2009. Ancaman Dari Nyamuk Culex Sp Yang Terabaikan. BALABA Vol. 5, No. 01 Jun 2009 Sudjari, 2010. Uji Potensi Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum L) Sebagai Insektisida Terhadap Nyamuk Culex sp Dengan Metode Fogging. Program Studi Pendidikan Dokter FKUB Sudjari, 2011. Uji potensi ekstrak daun cengkeh (syzygium aromaticum) sebagai insektisida terhadap lalat chrysomyia sp menggunakan metode semprot.