II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansekap Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas visual bentukan lahan, formasi batuan, elemen air, dan pola tanaman yang berbeda (Wibisono, 2008). Sebuah lansekap memiliki ciri atau karakteristik yang mencerminkan sebuah lansekap. Beberapa karakter dalam sebuah lansekap, di antaranya adalah adanya harmoni ataua kesatuan di antara elemen-elemen alam, antara lain : ground forms, formasi batuan, vegetasi, dan kehidupan satwa (animal life). Lansekap juga merupakan suatu bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya melalui seluruh indera yang dimiliki oleh manusia. 2.2 Pengelolaan Lansekap Pengelolaan
adalah
proses
merencanakan,
mengorganisasikan,
memimpin,
dan
mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan, selanjutnya diungkapkan beberapa karakteristik pengelolaan yaitu sebagai berikut 1. Pengelolaan adalah usaha menciptakan masa depan yang lebih baik, dengan mengingat masa lalu dan masa kini. 2. Pengelolaan dipraktekan di dalam dan refleksi dari era sejarah tertentu. 3. Pengeloaan adalah kegiatan yang menghasilkan konsekuensi dan pengaruh yang muncul dengan berlalunya waktu. (Ulupi, R. A. 2013) Setelah taman dibangun, maka diperlukan pengelolaan/pemeliharaan agar kondisi taman tetap bersih dan asri serta nyaman digunakan oleh masyarakat. keberhasilan dari suatu pengelolaan yaitu kegiatan pemeliharaan. Pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk menjaga
dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancangan atau desain semula. Pemeliharaan ada dua yaitu pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula, karenanya pada periode waktu tertentu diadakan suatu evaluasi. Pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman untuk mengimbangi pemeliharaan secara ideal sehingga taman tetap rapi, indah, asri, nyaman serta aman. Pemeliharaan fisik meliputi pemeliharaan terhadap elemen keras maupun lunak (tanaman). Pemeliharaan elemen keras atau bangunan taman merupakan pemeliharaan pencegahan, yaitu pembersihan terhadap lumut dan karat, pengecatan, dan penggantian atau perbaikan elemen yang rusak. Sedangkan pemeliharaan tanaman meliputi pembersihan areal taman, penyiangan, penggemburan tanah, penyiraman, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penyulaman dan pemindahan tanaman, pembibitan, serta pemeliharaan peralatan. Terdapat dua sistem pemeliharaan fisik yaitu pemeliharaan korektif dan pemeliharaan preventif. Pemeliharaan korektif menitikberatkan pada penanganan masalah sedang terjadi. Sedangkan pemeliharaan preventif menekankan pada identifikasi dan penyelesaian masalah yang mungkin terjadi. Pemeliharaan preventif merupakan kunci sukses untuk meminimalisasi perawatan kerusakan taman/lanskap. Kegiatan pengelolaan taman dikelompokkan berdasarkan tahapan mulai dari perencanaan program pemeliharaan, pelaksanaan kegiatan pemeliharaan serta pengawasan/monitoring dan evaluasi kegiatan pemeliharaan. (Yulianto Wibisono, 2008) 2.3 Agrowisata Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Inggris, agrotourism. Agro berarti pertanian dan tourism berarti pariwisata/kepariwisataan. Agrowisata adalah berwisata ke daerah
pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, peternakan dan perikanan. Secara umum konsep agrowisata mengandung pengertian suatu kegiatan perjalanan atau wisata yang dipadukan dengan aspek-aspek kegiatan pertanian. Kegiatan agrowisata dilihat dari segi substansi lebih menitikberatkan pada upaya menampilkan kegiatan pertanian dan suasana perdesaan sebagai daya tarik utama wisatanya tanpa mengabaikan segi kenyamanan. Pada dasarnya agrowisata merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan sumberdaya alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian untuk dijadikan kawasan wisata. Daerah perkebunan, sentra penghasil sayuran tertentu dan wilayah perdesaan berpotensi besar menjadi objek agrowisata. Potensi yang terkandung tersebut harus dilihat dari segi lingkungan alam, letak geografis, jenis produk, atau komoditas pertanian yang dihasilkan, serta sarana dan prasarananya. Pengembangan agrowisata pada hakikatnya merupakan upaya terhadap pemanfaatan potensi atraksi wisata pertanian. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama antara Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dan Menteri Pertanian No. KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989 agrowisata sebagai bagian dari objek wisata, di artikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata diberi batasan sebagai wisata yang memanfaatkan objek-objek pertanian. Secara singkat mungkin dapat disebutkan bahwa agrowisata adalah suatu kegiatan yang secara sadar ingin menempatkan sektor primer (pertanian) di
kawasan sektor tersier (pariwisata), agar
perkembangan sektor primer itu dapat lebih di percepat, dan petani mendapatkan peningkatan pendapatan dari kegiatan pariwisata yang memanfaatkan sektor pertanian tersebut. (Wayan Windia, dkk. 2003)
2.4 Vila Pada umumnya vila merupakan sebuah rumah atau bangunan yang berada pada sebuah lereng pegunungan yang cenderung bukan merupakan tempat tinggal tetap, namun hanya digunakan sebagai tempat tinggal sementara untuk berlibur pemiliknya atau bisa juga disewakan kepada para pengunjung. Beberapa pengertian mengenai definisi vila sebagai berikut: 1. Vila merupakan tempat tinggal bersifat sementara yang digunakan saat berlibur dan rekreasi. Vila digunakan sebagai tempat peristirahatan. 2. Vila adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di vila tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki vila itu. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa vila adalah sarana penginapan yang tidak hanya digunakan untuk beristirahat saat berliburan ataupun berekreasi tetapi juga keperluan tertentu untuk sarana tempat berkumpul dan musyawarah (rapat) dengan memberikan pelayanan jasa kamar dan ruangan rapat. Dengan adanya vila ini maka dapat memberikan keuntungan tidak hanya bagi jasa penginapan tetapi juga bagi suatu kota ataupun daerah tertentu. Vila dapat terbagi menjadi beberapa jenis yaitu: 1.
Vila Resort Merupakan vila yang dibangun di daerah atau tempat-tempat wisata. Tujuannya adalah sebagai fasilitas akomodasi dari suatu aktivitas wisata.
2.
Mountain Vila Vila ini terletak di daerah pegunungan. Pemandangan pegunungan yang indah merupakan kekuatan lokasi yang dimanfaatkan sebagi ciri rancangan vila ini. Fasilitas yang terdapat di
dalam bangunan berkaitan dengan lingkungan alam dan rekreasi yang bersifat kultural dan natural. 3.
Beach Vila Vila ini terletak di daerah pantai, mengutamakan potensi alam pantai dan laut sebagai daya tariknya. Pemandangan yang lepas kearah laut, keindahan pantai, dan fasilitas olahraga air yang dimanfaatkan sebai pertimbangan utama perancangan bangunan. Vila sendiri terdiri dari kelas standar, menengah, dan mewah.
Kelas ini dibedakan
berdasarkan ukuran vila, fasilitas di dalam bangunan, dan jumlah kamar yang terdapat di dalam vila tersebut (Tokan Matilda, R. L. 2014.)