5
TINJAUAN PUSTAKA Pertanian Organik dan Sertifikasi Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan (Badan Litbang Pertanian 2002). Produk pertanian dihasilkan dari proses budidaya pertanian dengan menerapkan prinsip-prinsip ekologi yang terbebas dari pemakaian bahan-bahan kimia berbahaya mulai dari pembenihan, penanaman, perawatan, panen dan pasca panen (Peka Indonesia Foundation 2009). Menurut Sutanto (2002), istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Mereka juga berusaha untuk menghasilkan produksi tanaman berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumber daya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian, dengan demikian pertanian organik merupakan suatu gerakan “kembali ke alam”. Perkembangan pertanian organik semakin lama semakin cepat. Sutanto (2002) menjelaskan bahwa pertanian organik berkembang secara cepat terutama di negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia Timur (Jepang, Korea, Taiwan). Di Asia, terutama di daratan China, pertanian organik dilaksanakan sebelum pupuk kimia diperkenalkan secara meluas pada tahun 1960. Sistem ini selama berabadabad mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk terpadat di dunia yang pada saat ini telah melampaui satu milyar. Sertifikasi adalah pengakuan kemampuan profesional bagi profesi tertentu yang diberikan oleh suatu organisasi profesional terhadap seseorang untuk menunjukkan kompetensi seseorang terhadap seuatu pekerjaan atau tugas spesifik (Andrianti 2010). Menurut BIOcert Indonesia (2007), sertifikasi organik adalah proses untuk mendapatkan pengakuan bahwa proses budidaya pertanian organik atau proses pengolahan produk organik dilakukan berdasarkan standar dan regulasi yang ada. Apabila memenuhi prinsip dan kaidah organik, produsen dan atau pengolah (processor) akan mendapatkan sertifikat organik dan berhak mencantumkan label organik pada produk yang dihasilkan dan pada bahan-bahan publikasinya. Leaflet Leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil yang mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa dengan tujuan tertentu (Effendy 2002). Bentuk leaflet menurut Bovee dan Arens (1986) dalam Adawiyah (2003), adalah selebaran dengan ukuran standar 8.5 x 11 inchi, halaman tercetak pada satu sisi atau kedua sisinya. Leaflet berguna untuk menyajikan informasi yang sederhana dan hal-hal yang praktis. Itulah sebabnya maka pada media leaflet perlu penyajian pesan yang sesuai dengan keadaan media dan sasaran yang dituju. Bentuk penyajian pesan
6 merupakan salah satu strategi untuk mencapai komunikasi yang efektif. Berdasarkan hal tersebut, maka media leaflet dapat dijadikan sebagai media yang menyampaikan informasi yang praktis untuk satu aspek penting, pesan bersifat sederhana, bertujuan propaganda, komunikasi yang persuasif dan bersifat informatif untuk lebih mengefektifkan pesan yang disampaikan lewat media leaflet (Adawiyah 2003). Leaflet sebagai jenis media komunikasi cetak yang dianggap praktis dalam mempropagandakan suatu pesan informasi, harus memperhatikan banyak hal agar pesan tersebut tersampaikan dengan baik. Effendy (2002) dalam Darmawan (2012) menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1. menyusun suatu uraian yang menyeluruh tetapi singkat dan padat; 2. mengatur supaya terbangkitkan perhatian (attention) pada bagian akhir pembukaan; 3. menggunakan bahasa yang lazim dan umum; 4. menyisipkan ilustrasi ataupun anekdot. Isi pesan yang terdapat di dalam leaflet perlu diperhatikan pengorganisasiannya, sehingga tercapai keefektifan penggunaan media tersebut. Suatu pesan yang berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong (Arsyad 2009). 1. Konsistensi: a. menggunakan konsistensi format dari halaman ke halaman; b. mengusahakan konsisten dalam jarak spasi. Jarak antara judul pertama serta garis samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama. 2. Format: a. menggunakan wajah satu kolom untuk jika yang digunakan adalah paragraf panjang dan gunakan wajah dua kolom jika paragraph tulisan pendek-pendek; b. memisahkan isi yang berbeda dan member label secara visual; c. memisahkan taktik dan startegi pembelajaran yang berbeda dan memberi label secara visual. 3. Organisasi: a. mengupayakan untuk selalu menginformasikan pembaca mengenai sejauhmana mereka dalam teks itu; b. menyusun teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh; c. dapat menggunakan kotak-kotak untuk memisahkan bagian-bagian dari teks. 4. Daya tarik: Memperkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Hal ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk membaca terus. 5. Ukuran huruf: a. memilih ukuran huruf yang sesuai dengan pembaca, pesan, dan lingkungannya; b. menghindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks karena dapat membuat proses membaca itu sulit. 6. Ruang (spasi) kosong:
7 a. menggunakan spasi kosong lowong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Ruang kosong tersebut dapat berbentuk: 1. ruangan sekitar judul; 2. batas tepi (marjin); 3. spasi antar kolom; semakin lebar kolom, semakin luas spasi di antaranya; 4. permulaan paragraf diindentasi; 5. penyesuasian spasi antarbaris atau antar paragraf. b. menyesuaikan spasi antar baris untuk meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan; c. menambahkan spasi antarpragraf untuk mengingkatkan tingkat keterbacaan. Pengorganisasian media cetak untuk menarik perhatian khalayak juga sangat penting. Beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhatian pada media berbasis teks ini adalah warna, huruf, dan kotak. Warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian kepada informasi yang penting. Selanjutnya, huruf yang dicetak tebal atau dicetak miring memberikan penekanan pada katakata kunci atau judul. Informasi penting dapat pula diberi tekanan dengan menggunakan kotak (Arsyad 2009). Pemilihan warna penting untuk diperhatikan dalam membuat suatu media cetak. Menurut P2KP (tanpa tahun), warna merupakan unsur yang cukup penting dalam mendesain suatu cetakan. Komposisi warna yang tepat dan menarik akan mampu menguatkan isi pesan. Pedoman sederhana penggunaan warna untuk media/materi cetakan adalah sebagai berikut: 1. menggunakan desain warna yang sederhana; 2. menghindari penggunaan warna terlalu banyak dalam satu bidang/ruang tampilan; 3. menggunakan warna untuk menarik perhatian, memberi penekanan, menciptakan kontras, menciptakan mood, serta menuntun pandangan; 4. pada latar belakang yang gelap kekuatan kontras secara berurutan adalah warna-warna putih, kuning, hijau, merah, biru dan ungu; 5. pada latar belakang yang terang kekuatan kontras secara berurutan adalah warna-warna hitam, merah, orange, hijau, biru, ungu dan kuning. Selain warna, gambar juga merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu media cetak. Penggunaan gambar juga mampu menarik perhatian khalayak. Gambar atau ilustrasi berfungsi untuk memperjelas sebuah teks atau bahkan memberi sentuhan dekorasi pada lembar-lembar teks. Dengan kata lain, gambar adalah suatu pelengkap teks. Gambar hanyalah wahana untuk mengantarkan pemahaman secara lebih utuh dari sebuah teks (Wiratmo 2009). Elemen lain yang menjadi basis bagi suatu media cetak adalah tipografi. Tipografi adalah seni menyusun huruf-huruf sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain. Tipografi digunakan sebagai metode untuk menerjemahkan kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan (visual). Fungsi bahasa visual ini adalah untuk mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi melalui segala bentuk media, mulai dari label pakaian, tanda-tanda lalu lintas, poster, buku, surat kabar dan majalah. Meskipun sekarang ini sudah banyak yang
8 menggunakan ilustrasi, tipografi masih dianggap sebagai elemen kunci dalam desain komunikasi visual (Wijanarko 2010). Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu: 1. Pendidikan, suatu usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. 2. Informasi/ media massa, informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non-formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. 3. Sosial budaya dan ekonomi, dimana kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. 4. Lingkungan, merupakan segala sesuatu yang ada di individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupuan sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5. Pengalaman, adalah suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. 6. Usia, berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Secara umum, pengetahuan dapat diperoleh dari adanya pendidikan yang dijalankan oleh seseorang. Pendidikan tersebut bisa dalam wujud formal yaitu sekolah, kursus, pelatihan, dan dapat pula berwujud non-formal atau tidak sengaja. Pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai hal, baik menggunakan suatu media pembelajaran maupun secara langusng tanpa menggunakan media. Isi materi dalam meningkatkan pengetahuan pun tidak selalu disusun secara sengaja. Banyak pengetahuan yang diperoleh secara tidak sengaja dan melalui materi yang tidak formal. Proses memperoleh pengetahuan diperoleh dari proses berpikir yang
9 tergolong kepada perilaku kognitif. Suparman (2001) menjelaskan bahwa kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Kawasan kognitif tujuan pendidikan merupakan Taksonomi Bloom yang dibagi menjadi enam jenjang yang dibentuk seperti pada Gambar 1. Evaluasi (Evaluation) Penerapan Pemahaman (Aplication) (Comprehension) Pengetahuan (Knowledge) Mengingat dan menghafal fakta, ide, atau fenomena
Menerjemahkan, mengpretasikan, atau menympulkan konsep dengankata sendiri
Menggunakan konsep, prinsip, dan prosedur untuk melakukan sesuatu
Analisis (Analysis) Menjabarkan konsep menjadi bagianbagian atau menjelaskan gagasan yang menyeluruh
Sintesis (Synthesis) Menyatukan konsep secara terintegrasi menjadi bentuk ide/gagasan yang menyeluruh
Menentukan nilai (value) untuk suatu maksud denganmeng gunakan standar tertentu
Gambar 1 Taksonomi tujuan pendidikan dalam kawasan kognitif Jenjang tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengetahuan, meliputi perilaku-perilaku (behaviors) yang menekankan pada mengingat (remembering) seperti mengingat ide dan fenomena atau peristiwa. 2. Pemahaman, meliputi perilaku menerjemahkan, menafsirkan, menyimpukan, atau mengekstrapolasi (memperhitungkan) konsep dengan menggunakan kata-kata atau simbol-simbol lainyang dipilihnya sendiri. 3. Penerapan, meliputi penggunaan konsep atau ide, prinsip atau teori, dan prosedur, atau metode yang telah dipahami mahasiswa ke dalam praktek memecahkan masalah atau melakukan suatu pekerjaan. 4. Analisis, meliputi perilaku menjabarkan atau menguraikan (break down) konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar bagian-bagian tersebut. 5. Sintesis, berkenaan dengan kemampuan menyatukan bagian- bagian secara terintergarsi menjadi suatu bentuk tertentu yang semula belum ada. 6. Evaluasi, berarti memiliki kemampuan dalam membuat penilaian (judgment) tentang nilai (value) untuk maksud tertentu.
10 Desain Pesan Menurut Sari (2011), desain merupakan suatu proses pemecahan masalah dengan tujuan untuk mencapai suatu solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Desain pesan adalah perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan memperhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya tangkap. Desain pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti: bahan visual, urutan, dan halam secara terpisah yang bersifat spesifik, baik tentang media maupun tujuan belajarnya. Tujuan setiap desain pesan adalah untuk mengoptimalkan metode pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam hal meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa. Hakekat dari sebuah desain pesan (Teknologi Pendidikan Universitas Surabaya 2011) yaitu proses perencanaan yang sistematis yang dimulai dari menganalisis masalah, mengembangkan prosedur untuk memecahkan masalah dan kemudian menilai hasil yang diperoleh. Untuk itu, diperlukan keterampilan untuk menganalisis faktor-faktor yang relevan dan prinsip-prinsip dan teori ilmu tingkah laku untuk dapat mendesain pesan pembelajaran yang memenuhi kriteria: 1. memenuhi tujuan; 2. sesuai dengan karakteristik siswa; 3. sesuai dengan karakteristik penyampaian; 4. bersifat praktis menurut sumber yang tersedia. Desain pesan sangat berhubungan dengan pesan itu sendiri. Hubungan yang dimaksud adalah apa yang menjadi tanggung jawab perancang pesan yang berupa lambang atau tanda yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengetahuan, keterampilan seseorang. Dalam arti demikian, maka perancang pesan akan memegag kontrol sepenuhnya dalam pemilihan, pengolahan, penyusunan, dan pengurutan tanda-tanda, dan simbol-simbol baik kata, tulisan, atau gambar. Pengaruh Media Cetak Terhadap Peningkatan Pengetahuan Komunikasi berarti dua orang saling berbagi informasi bersama daripada seseorang memberi informasi dan orang lain menerima (Lubis 2010). Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang prosesnya akan berlangsung dengan melibatkan unsur-unsur yaitu sumber, pesan, saluran, penerima dan efek (Kurniawan 2006). Salah satu model komunikasi yang terkenal yaitu model SMCR, atau Model Berlo (Mugniesyah 2010) yang mengemukakan bahwa elemen-elemen dasar komunikasi yang relevan untuk komunikasi antarpribadi meliputi enam komponen, yaitu Sumber (Source), Penyandi (Encoder), Pesan (Message), Saluran Komunikasi (Channel), Penerima (Receiver), dan Penerjemah (Decoder). Model Berlo dapat dilihat pada Gambar 2.
11 Source
Message
● Communication skills ● Attitudes ● Knowledge ● Social system ● Culture
● Elements ● Contents ● Treatment ● Code
Channel ● Seeing ● Hearing ● Touching ● Smelling ● Tasting
Receiver ● Communication skills ● Attitudes ● Knowledge ● Social system ● Culture
Gambar 2 Model komunikasi Berlo
Ruben (1992) dalam Mugniesyah (2010) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses komunikasi yang tergolong dimediasi oleh media massa, dimana produk-produk informasi diciptakan dan didistribusikan oleh suatu organisasi komunikasi massa untuk dikonsumsi oleh khalayak. Suatu proses komunikasi yang berlangsung memiliki efek tertentu para komunikan. Efek media massa mampu memberikan jawaban dalam menciptakan perhatian, pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku (Wiryanto 2006). Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek konatif merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat 1985). Ikada (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa media cetak dapat meningkatkan pengetahuan anak tentang pengetahuan gizi di sekolah. Media cetak yang digunakan adalah buku cerita bergambar dengan metode penelitian yaitu pretest dan posttest. Media cetak berupa booklet dan leaflet juga dapat meningkatkan pengetahuan mengenai AIDS dikalangan mahasiswa di Jakarta. Namun dalam penelitian Sa’diyah El Adawiyah (2003) diperoleh hasil bahwa leaflet memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi dari pada booklet. Hal ini karena booklet memiliki kelemahan yaitu apabila penyusunan rancangan visual kurang tepat maka media ini belum tentu dapat berperan dengan baik. Selain itu booklet memiliki jumlah halaman yang cukup banyak sehingga responden mengalami kejenuhan, sedangkan leaflet merupakan media yang berisi infromasi secara sederhana, praktis dan hanya berupa lembaran. Media cetak lain yang dapat memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan adalah folder dan poster-kalender. Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2010) menyatakan bahwa kombinasi kedua media tersebut dapat meningkatkan pengetahuan responden mengenai informasi tertentu. Dalam penelitian ini informasi yang disampaikan adalah mengenai Tanaman Zodia sebagai inovasi pengusir nyamuk dan penanggulangan demam berdarah. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa media yang diberikan dengan Tanaman Zodia lebih efektif meningkatkan pengetahuan daripada media tanpa Tanaman Zodia. Hal ini karena Tanaman Zodia memiliki inovasi yang baik sehigga diterima oleh masyarakat.
12 Kerangk ka Pemikirran Sertifikaasi diperlukkan untuk menjamin hasil perttanian organik yang diprooduksi sehinngga petani dan produssen lainnya dapat menggakses pasaar dan hasil pertaanian diakuui oleh massyarakat. Penyebaran P informasi mengenai serftifikasi pertaanian organnik dilakukaan melalui media cetak berupa leaflet. Leaaflet dapat untuk men digunnakan sebaggai media komunikasi k nyampaikann pesan infoormasi dari komuunikator keepada komuunikan dalaam suatu prroses komunikasi. Dalam hal ini leafleet merupakkan mediaa komunikaasi yang digunakan d untuk meenyebarkan inforrmasi menggenai sistem m sertifikasi pertanian organik o yanng bertujuann merubah penggetahuan pettani. Informassi yang terrdapat dalaam leaflet ini diharappkan dapatt merubah penggetahuan pettani mengennai sertifikaasi pertanian n organik dari d yang seemula tidak tahu menjadi taahu. Perubaahan pengeetahuan ini diukur darri pemaham man petani menggenai pertaanyaan yanng diajukann tentang informasi sertifikasi pertanian organnik. Untuk mengukurr efektivitass leaflet daalam meninngkatkan peengetahuan dinilai dari adda tidaknyaa perubahann pengetah huan yang terjadi paada petani. Sedaangkan untuuk melihat apakah leaaflet tersebu ut menarik untuk teruus-menerus dibacca oleh petaani dilihat dari d desain yang terdap pat di dalam mnya, melipputi warna, gambbar, huruf, dan d bahasa. Analisa peerubahan peengetahuann ini diperolleh melalui pre-ttest mengguunakan kuissioner yang kemudian dibandingkkan dengan hasil posttest. Kerangka pemikiran p d dapat dilihat pada Gamb bar 3.
Gaambar 3 Baggan kerangk ka pemikiraan
13 Hipotesis Penelitian 1. Leaflet efektif dalam meningkatkan pengetahuan petani tentang sertfiikasi pertanian organik. 2. Terdapat hubungan nyata yang positif antara desain yang terdapat di dalam leaflet dengan pengetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik.
Definisi Operasional Leaflet merupakan media yang dirancang efektif untuk menyebarkan informasi. Keefektifan leaflet dilihat dari perubahan pengetahuan petani sebelum dan setelah diberikan leaflet sertifikasi pertanian organik. Leaflet dikatakan efektif bila terjadi peningkatan pengetahuan petani setelah membaca leaflet yang dilihat dari adanya peningkatan nilai pada post-test. Tingkat pengetahuan merupakan pemahaman responden tentang sertifikasi pertanian organik. Pengetahuan awal merupakan pengetahuan mengenai sertifikasi pertanian organik yang dimiliki responden sebelum diberikan leaflet. Pengetahuan akhir adalah pengetahuan responden tentang sertifikasi pertanian organik setelah diberikan leaflet. Tingkat pengetahuan diukur dari nilai yang diperoleh atas jawaban pertanyaan tentang sertifikasi pertanian organik. Perubahan pengetahuan respponden diukur dari nilai yang diperoleh sebeum dan setelah membaca leaflet. Pertanyaan yang ditujukan kepada responden untuk mengukur perubahan pengetahuan yang terjadi terdiri dari 19 soal mencakup: 1. Pertanyaan mengenai latar belakang sertifikasi pertanian organik, sebanyak 4 soal. 2. Pertanyaan mengenai definisi dan pengertian sertifikasi pertanian organik, sebanyak 3 soal. 3. Pertanyaan mengenai manfaat/kegunaan dari manfaat mengikuti sertifikasi, sebanyak 4 soal. 4. Pertanyaan mengenai mengapa diperlukannya sertifikasi, sebanyak 4 soal. 5. Pertanyaan mengenai siapa saja yang dapat melakukan sertifikasi, sebanyak 2 soal. 6. Pertanyaan mengenai bagaimana cara pengajuan sertifikasi, sebanyak 2 soal. Setiap jawaban yang benar akan bernilai satu dan untuk jawaban yang bernilai salah diberikan nilai nol. Hasil dari jumlah pertanyaan yang dijawab benar oleh responden kemudian dimasukkan ke dalam tingkatan sesuai dengan interval yang telah ditentukan. Tingkat pengetahuan ini dibagi ke dalam empat kelas, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Pertanyaan yang diberikan berjumlah 19 buah dengan maksimum nilai yaitu 19 yang berarti responden menjawab seluruh soal dengan benar. Maka, interval bisa diperoleh melalui rumus: Skor Benar – Skor Salah Interval Kelas = ∑ Kategori
14 Interval kelas yang diperoleh dari 19 soal yang ada adalah: 19 – 0 Interval Kelas =
= 4.75 ≈ 5 4
Rentang kelas yang diperoleh yaitu sebesar 5, maka diperoleh kategori: A (sangat tinggi) B (tinggi) C (sedang) D (rendah)
: : : :
14 ≤ x 9 ≤ x < 14 4≤x<9 x<4
Leaflet merupakan media komunikasi dari komunikator kepada komunikan untuk menyebarkan informasi yang tercantum di dalamnya. Fungsi ini membuat leaflet harus mampu mempertahankan ketertarikan responden ketika membaca isi pesan yang ada. Hal ini berkaitan dengan pengaruh desain yang terdapat di dalam leaflet. Indikator yang digunakan untuk mengukur pengaruh ketertarikan ini, yaitu: 1. Warna yang digunakan dalam leaflet sesuai dengan tema pertanian. Indikator : a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 2. Warna yang digunakan dalam leaflet menarik untuk dilihat. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 3. Gambar yang digunakan dalam leaflet sesuai dengan pesan isi leaflet. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 4. Gambar yang di digunakan dalam leaflet menarik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 5. Jumlah gambar yang digunakan dalam leaflet sudah cukup banyak Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 6. Ukuran huruf yang digunakan di dalam leaflet cukup besar. Indikator:
15 a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 7. Ukuran huruf yang digunakan di dalam leaflet terbaca. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 8. Warna huruf yang digunakan dalam leaflet membuat tulisan terbaca. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 9. Jenis huruf yang digunakan menarik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 10. Jarak antar tulisan yang satu dengan lainnya cukup baik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 11. Bahasa yang digunakan dalam leaflet adalah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 12. Bahasa yang digunakan di dalam leaflet mudah dimengerti. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 13. Desain leaflet secara keseluruhan menarik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 14. Penjelasan di dalam leaflet dapat dipahami. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4
16 Variabel ini akan dibagi menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menentukan kelas tersebut, interval kelas dapat diperoleh melalui rumus: Interval Kelas = Skor Maksimum – Skor Minimum ∑ kategori Nilai terendah yang diperoleh responden dari pertanyaan tersebut adalah 35 dan nilai tertinggi adalah 56 sehingga rentang nilai yang diperoleh berdasarkan rumus tersebut yaitu: Interval Kelas = 56 – 35 3
=7
Rentang kelas yang diperoleh sebesar 7, maka diperoleh kategori skor: Sangat menarik : 49 ≤ x Menarik : 41 ≤ x < 49 Tidak menarik : x < 41