EFEKTIVITAS LEAFLET DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN PETANI TENTANG SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK
PUTI BUNGA HADIAN FIRDA
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Leaflet dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani tentang Sertifikasi Pertanian Organik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2013 Puti Bunga Hadian Firda NIM I34090064
ABSTRAK PUTI BUNGA HADIAN FIRDA. Efektivitas Leaflet dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani tentang Sertifikasi Pertanian Organik. Dibimbing oleh ANNA FATCHIYA. Leaflet merupakan media cetak yang memiliki peran dalam menyebarkan informasi dan dapat meningkatkan pengetahuan kepada pembacanya. Tujuan penelitian ini adalah melihat sejauh mana efektivitas leaflet tentang sertifikasi pertanian organik dalam meningkatkan pengetahuan petani. Penelitian ini juga mencoba menganalisis hubungan antara desain leaflet dengan pengetahuan akhir responden. Penelitian ini menggunakan model pre-test dan post-test untuk mengukur perubahan pengetahuan petani. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leaflet yang digunakan efektif untuk meningkatkan pengetahuan petani. Hal ini terlihat dari meningkatnya nilai yang diperoleh responden setelah membaca leaflet. Desain yang terdapat di dalam leaflet juga dinilai menarik oleh responden, namun desain leaflet tidak memiliki hubungan nyata dengan pengetahuan petani. Kata kunci: desain, leaflet, pengetahuan, sertifikasi pertanian organik
ABSTRACT PUTI BUNGA HADIAN FIRDA. Leaflet Effectiveness in Improving Farmers' Knowledge about Organic Farming Certification. Supervised ANNA FATCHIYA. Leaflet is a printed media that has a role to disseminate information and it can increase reader’s knowledge. The purpose of this study is to see how far the effectiveness of leaflet about the certification of organic agriculture in improving farmers' knowledge. This study also try to analyze the relationship between the design of leaflet with respondent’s final knowledge. This study uses pre-test and post-test model to measure the changes in farmers’ knowledge. The result of this study indicate that the used of leaflet is effective to increase farmers’ knowledge. This is indicated by the increasing respondent’s score after studying the leaflet. Leaflet’s design is also considered interesting by the farmers, but that has no real relation with the farmers’ knowledge. Keywords: design, knowledge, leaflet, organic farming certification
EFEKTIVITAS LEAFLET DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN PETANI TENTANG SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK
PUTI BUNGA HADIAN FIRDA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
:
Nama NIM
: :
Efektivitas Leaflet dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani tentang Sertifikasi Pertanian Organik Puti Bunga Hadian Firda I34090064
Disetujui oleh
Dr Ir Anna Fatchiya, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini berjudul “Efektivitas Leaflet dalam Meningkatkan Pengetahuan Petani Tentang Sertifikasi Pertanian Organik”. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Anna Fatchiya, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan waktu, saran, dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian proposal skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibunda Prayasuri Trina Sakti dan Ayahanda Qodarian Pramukanto, serta adik-adik tersayang Puti Zahra Hadian Raudah dan Muhammad Imam Hadian Firdaus atas doa dan kasih sayang yang selalu dilimpahkan kepada penulis. Kepada sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan dukungan, semangat, tawa dan canda selama perkuliahan, Gressayana, Annisa M. U, Tursina Andita P, Buyung Syahrial, Nurrizka Sari, Firda E, Ayu S, teman-teman asrama Rusunawa lorong 2B, dan teman-teman kelompok KKP 2012. Kepada teman satu bimbingan, Rosita, untuk masukan dan dukungan serta semua teman-teman akselerasi khususnya Via, Selvi, Anggi, Tiara, Agustin yang banyak memberikan masukan kepada penulis. Juga kepada seluruh keluarga besar KPM 46 atas dukungan dan kebersamaan selama ini. Terutama ucapan terima kasih kepada Mas Putro yang banyak memberikan masukan lokasi dan teman-teman yang membantu penulis pada saat proses pengambilan data di lapangan. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga skripsi dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak Bogor, Februari 2013 Puti Bunga Hadian Firda
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
5
Pertanian Organik dan Sertifikasi
5
Leaflet
5
Pengetahuan
8
Desain Pesan
10
Pengaruh Media Cetak terhadap Peningkatan Pengetahuan
10
Kerangka Pemikiran
12
Hipotesis Penelitian
13
Definisi Operasional
13
METODE
17
Pendekatan Penelitian
17
Lokasi dan Waktu Penelitian
19
PROFIL DESA CIARUTEUN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR
21
Kondisi Geografis
21
Kondisi Demografis
22
Mata Pencaharian
22
Kondisi Pertanian dan Peternakan
23
Pertanian Organik
24
EFEKTIFITAS LEAFLET SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK
25
Pengetahuan Awal Petani
25
Pengetahuan Akhir Petani
29
Pengaruh Leaflet dalam Merubah Pengetahuan Petani
32
Efek Kognitif
35
Leaflet sebagai Media Komunikasi
35
DESAIN LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN PETANI 37 Penilaian Petani terhadap Aspek-aspek pada Desain Leaflet
37
Desain Leaflet dan Hubungannya dengan Perubahan Akhir Petani
42
SIMPULAN DAN SARAN
45
Simpulan
45
Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
51
RIWAYAT HIDUP
57
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Luas dan persentase lahan di dua desa menurut penggunaan Jumlah dan persentase laki-laki dan perempuan menurut jenis pekerjaan Berat dan persentase produksi hasil panen menurut jenis sayuran Jumlah dan perkiraan jumlah populasi menurut jenis ternak Jumlah dan persentase petani sebelum membaca leaflet menurut nilai Jumlah dan persentase jawaban petani sebelum membaca leaflet menurut pertanyaan Jumlah dan persentase petani setelah membaca leaflet menurut nilai Jumlah dan persentase jawaban petani setelah membaca leaflet menurut pertanyaan Jumlah dan persentase petani sebelum dan setelah membaca leaflet menurut nilai Jumlah dan persentase jawaban petani sebelum dan setelah membaca leaflet menurut pertanyaan Jumlah dan persentase desain leaflet menurut kategori skor Presentase jawaban petani mengenai warna pada leaflet menurut pertanyaan Presentase jawaban petani mengenai gambar pada leaflet menurut pertanyaan Presentase jawaban petani mengenai penggunaan huruf pada leaflet menurut pertanyaan Presentase jawaban petani mengenai penggunaan bahasa pada leaflet menurut pertanyaan Presentase jawaban petani mengenai desain leaflet menurut pertanyaan Presentase petani berdasarkan hubungan tingkat pengetahuan petani setelah membaca leaflet dan kategori desain leaflet
21 22 23 23 25 27 29 31 33 34 37 38 39 40 41 41 42
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Taksonomi tujuan pendidikan dalam kawasan kognitif Model komunikasi Berlo Bagan kerangka pemikiran
9 11 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Uji korelasi Rank Spearman desain leaflet terhadap pengetahuan akhir Leaflet sertifikasi pertanian organik Peta Desa Ciaruteun Ilir Dokumentasi Riwayat hidup
53 54 55 56 57
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki hubungan yang erat dengan pertanian. Wilayah Indonesia yang luas dan subur serta memiliki potensi kekayaan alam yang besar merupakan sumber keberlangsungan hidup manusia. Pertanian memberikan peran penting dan besar dalam kehidupan manusia terutama sebagai konsumsi kebutuhan dasar utama. Seiring berjalannya waktu, kesadaran masyarakat akan kebutuhan pertanian sebagai kebutuhan primer semakin meningkat. Peningkatan tersebut berbanding lurus dengan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap penyakit yang terjadi akibat penggunaan zat kimia berlebih terutama pada makanan. Produk pertanian organik ini mulai diminati oleh masyarakat sejak kesadaran untuk tidak mengkonsumsi hasil pertanian kimia yang berbahaya bagi kesehatan meningkat 1 . Hal tersebut memunculkan adanya pertanian organik sebagai alternatif sistem pertanian di Indonesia. Pertanian organik pada dasarnya merupakan jenis pertanian yang sudah dilakukan sejak dulu, bahkan di awal dikenalnya pertanian oleh masyarakat dimana mereka melakukan perawatan alami dan rendah bahan kimia dalam melakukan pertanian. Kebutuhan manusia yang meningkat menyebabkan munculnya hasil-hasil produksi yang perawatannya dikembangkan menggunakan lebih banyak unsur kimia dan menggunakan teknologi canggih demi tercapainya hasil produksi yang lebih baik dan lebih cepat. Selama beberapa masa masyarakat terperangkap oleh sistem paket pertanian modern tersebut. Menurut Sutanto (2002), paket pertanian modern tersebut berupa penggunaan varietas unggul berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia/sintetis, dan penggunaan mesinmesin pertanian untuk mengolah tanah dan memanen hasil. Namun, belakangan ini, penggunaan sistem pertanian organik di kalangan masyarakat semakin meningkat. Data yang diperoleh dari Aliansi Organis Indonesia menyebutkan bahwa jumlah area pertanian organik mengalami kenaikan dari tahun 2009 sebesar 10% pada tahun berikutnya. Peningkatan itu tumbuh seiring dengan peningkatan luas lahan organik di seluruh dunia yang mencapai dua juta hektar. Bahkan, pada tahun 2011, seperti yang tercantum pada data IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements), pertanian organik di seluruh dunia mencapai angka tiga juta hektar (Aliansi Organis Indonesia 2011). Seiring dengan meningkatnya jumlah pertanian organik, semakin menjamur pula perdagangan yang mengatasnamakan organik. Untuk menghindari adanya pemalsuan produk yang tidak asli organik, diadakanlah sebuah sertifikasi yang merupakan bentuk legalisasi terhadap hasil pertanian organik dalam menjamin hasil pertaniannya (Indonesia Organic Farming Infection and Certification 2007). Sertifikasi dilakukan untuk memudahkan petani menjual hasil pertanian mereka di pasaran dengan adanya jaminan perlindungan atas praktek pertanian yang ramah lingkungan (PAMOR Indonesia 2010). Sampai saat ini, masih banyak petani yang melakukan pertanian organik namun belum melakukan sertifikasi terhadap hasil pertanian mereka. Sampai 1
http://www.sucofindo.co.id/2/32/22/industri-produk-konsumen/223/sertifikasi-panganorganik.html
2 tahun 2011, area pertanian organik yang sudah tersertifikasi berjumlah 90135.3 ha dan yang berada dalam proses sertifikasi adalah 3.8 ha dengan jumlah area pertanian organik yang belum disertifikasi berjumlah 134917.66 ha (Ariesusanty et al. 2012). Hal ini bisa jadi karena kurangnya pengetahuan mereka mengenai program sertifikasi itu sendiri bagi pertanian mereka. Untuk itu, kehadiran media merupakan hal penting dalam menyebarkan pesan informasi, dalam hal ini mengenai sertifikasi pertanian organik, kepada khalayak sasaran yaitu petani atau mereka yang melakukan pertanian organik. Media digunakan oleh komunikator sebagai alat dalam menyebarkan informasi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Dua jenis media yang ada, yaitu media elektronik dan media cetak, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan yang dimiliki oleh media cetak yaitu dapat menampilkan gambar secara lebih rinci, lebih mudah disimpan dan didokumentasikan tanpa batasan waktu, lebih efisien dan murah, dan mampu menjangkau khalayak sasaran (Madjadikara 2004). Jenis media cetak yang digunakan oleh komunikator harus diperhitungkan dari segi kelebihan dan keefektifannya untuk disebarkan kepada khalayak luas. Penggunaan media tersebut disesuaikan dengan tujuan yang dikehendaki oleh komunikator kepada khalayak sasaran. Salah satu jenis media cetak yang digunakan dalam menyebarkan informasi sertifikasi hasil pertanian organik adalah leaflet. Penggunaan media leaflet yang merupakan media cetak diharapkan efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khalayak pembaca. Informasi yang disusun di dalam leaflet tersebut, merupakan hal-hal yang dianggap dapat menarik perhatian dan meningkatkan kesadaran khalayak. Isi pesan dan kelengkapan informasi yang disampaikan merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan penggunaan leaflet tersebut pada khalayak luas terutama dalam meningkatan pengetahuan. Kedalaman informasi yang tertera di dalam leaflet merupakan suatu point khusus dalam mencapai tujuan penyebaran pesan yang menggunakan media cetak berupa leaflet. Selain disebarkan melalui media elektronik, informasi mengenai sertifikasi ini sebaiknya juga disebarkan melalui media cetak. Meskipun media elektronik secara teknis mudah diakses oleh siapa saja, namun kelebihan media cetak yang tidak dimiliki media elektronik ini memegang peranan cukup penting dalam penyebaran informasi ini. Terutama untuk khalayak petani yang masih sulit mengakses internet dan media elektronik lainnya. Untuk itu, kehadiran leaflet dalam menyebarkan informasi mengenai sertifikasi pertanian organik pun diharapkan dapat efektif sebagai media komunikasi dalam menyebarkan informasi mengenai sertifikasi pertanian organik.
Perumusan Masalah Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan terutama yang berasal dari hasil pertanian membuat tren pertanian organik sekarang ini semakin meningkat. Meskipun masih banyak pihak yang menggunakan pertanian modern berupa pestisida kimia, pupuk kimia, dan teknologi pertanian untuk mengolah tanah dan memanen hasil, sudah mulai banyak masyarakat yang beralih kepada pertanian yang menggunakan bahan rendah kimia dan sintetis. Ditengah-tengah
3 maraknya produk yang beredar mengatasnamakan organik, adanya sertifikasi ini dapat membantu petani dalam meraih pasar karena hasil produknya lebih diakui dan dijamin di antara produk pasar lainnya. Hadirnya sertifikasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dengan hasil pertaniannya yang memiliki nilai tambah di pasaran. Penyebaran informasi mengenai sertifikasi ini dilakukan melalui media cetak yaitu leaflet. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Sejauh mana keefektifan leaflet sertifikasi pertanian organik dalam meningkatkan pengetahuan petani? 2. Sejauh mana hubungan desain leaflet dengan penetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik?
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis keefektifan leaflet sertifikasi pertanian organik dalam meningkatkan pengetahuan petani. 2. Menganalisis hubungan desain leaflet dengan penetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Pelaku usaha pertanian organik Pelaku usaha pertanian organik dapat mengetahui kegunaan sertifikasi pertanian organik dan sejauh mana peranan leaflet dalam meningkatkan pengetahuan petani. 2. Masyarakat umum Masyarakat umum mengetahui manfaat dari adanya sertifikasi terhadap hasil pertanian organik tersebut. 3. Para peneliti Bagi para peneliti, penelitian ini dijadikan sebagai salah satu bahan referensi bagi penelitian berikutnya terkait dengan penggunaan leaflet dan sertifikasi pertanian organik.
4
5
TINJAUAN PUSTAKA Pertanian Organik dan Sertifikasi Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan (Badan Litbang Pertanian 2002). Produk pertanian dihasilkan dari proses budidaya pertanian dengan menerapkan prinsip-prinsip ekologi yang terbebas dari pemakaian bahan-bahan kimia berbahaya mulai dari pembenihan, penanaman, perawatan, panen dan pasca panen (Peka Indonesia Foundation 2009). Menurut Sutanto (2002), istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Mereka juga berusaha untuk menghasilkan produksi tanaman berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumber daya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian, dengan demikian pertanian organik merupakan suatu gerakan “kembali ke alam”. Perkembangan pertanian organik semakin lama semakin cepat. Sutanto (2002) menjelaskan bahwa pertanian organik berkembang secara cepat terutama di negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia Timur (Jepang, Korea, Taiwan). Di Asia, terutama di daratan China, pertanian organik dilaksanakan sebelum pupuk kimia diperkenalkan secara meluas pada tahun 1960. Sistem ini selama berabadabad mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk terpadat di dunia yang pada saat ini telah melampaui satu milyar. Sertifikasi adalah pengakuan kemampuan profesional bagi profesi tertentu yang diberikan oleh suatu organisasi profesional terhadap seseorang untuk menunjukkan kompetensi seseorang terhadap seuatu pekerjaan atau tugas spesifik (Andrianti 2010). Menurut BIOcert Indonesia (2007), sertifikasi organik adalah proses untuk mendapatkan pengakuan bahwa proses budidaya pertanian organik atau proses pengolahan produk organik dilakukan berdasarkan standar dan regulasi yang ada. Apabila memenuhi prinsip dan kaidah organik, produsen dan atau pengolah (processor) akan mendapatkan sertifikat organik dan berhak mencantumkan label organik pada produk yang dihasilkan dan pada bahan-bahan publikasinya. Leaflet Leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil yang mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa dengan tujuan tertentu (Effendy 2002). Bentuk leaflet menurut Bovee dan Arens (1986) dalam Adawiyah (2003), adalah selebaran dengan ukuran standar 8.5 x 11 inchi, halaman tercetak pada satu sisi atau kedua sisinya. Leaflet berguna untuk menyajikan informasi yang sederhana dan hal-hal yang praktis. Itulah sebabnya maka pada media leaflet perlu penyajian pesan yang sesuai dengan keadaan media dan sasaran yang dituju. Bentuk penyajian pesan
6 merupakan salah satu strategi untuk mencapai komunikasi yang efektif. Berdasarkan hal tersebut, maka media leaflet dapat dijadikan sebagai media yang menyampaikan informasi yang praktis untuk satu aspek penting, pesan bersifat sederhana, bertujuan propaganda, komunikasi yang persuasif dan bersifat informatif untuk lebih mengefektifkan pesan yang disampaikan lewat media leaflet (Adawiyah 2003). Leaflet sebagai jenis media komunikasi cetak yang dianggap praktis dalam mempropagandakan suatu pesan informasi, harus memperhatikan banyak hal agar pesan tersebut tersampaikan dengan baik. Effendy (2002) dalam Darmawan (2012) menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1. menyusun suatu uraian yang menyeluruh tetapi singkat dan padat; 2. mengatur supaya terbangkitkan perhatian (attention) pada bagian akhir pembukaan; 3. menggunakan bahasa yang lazim dan umum; 4. menyisipkan ilustrasi ataupun anekdot. Isi pesan yang terdapat di dalam leaflet perlu diperhatikan pengorganisasiannya, sehingga tercapai keefektifan penggunaan media tersebut. Suatu pesan yang berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong (Arsyad 2009). 1. Konsistensi: a. menggunakan konsistensi format dari halaman ke halaman; b. mengusahakan konsisten dalam jarak spasi. Jarak antara judul pertama serta garis samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama. 2. Format: a. menggunakan wajah satu kolom untuk jika yang digunakan adalah paragraf panjang dan gunakan wajah dua kolom jika paragraph tulisan pendek-pendek; b. memisahkan isi yang berbeda dan member label secara visual; c. memisahkan taktik dan startegi pembelajaran yang berbeda dan memberi label secara visual. 3. Organisasi: a. mengupayakan untuk selalu menginformasikan pembaca mengenai sejauhmana mereka dalam teks itu; b. menyusun teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh; c. dapat menggunakan kotak-kotak untuk memisahkan bagian-bagian dari teks. 4. Daya tarik: Memperkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Hal ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk membaca terus. 5. Ukuran huruf: a. memilih ukuran huruf yang sesuai dengan pembaca, pesan, dan lingkungannya; b. menghindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks karena dapat membuat proses membaca itu sulit. 6. Ruang (spasi) kosong:
7 a. menggunakan spasi kosong lowong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Ruang kosong tersebut dapat berbentuk: 1. ruangan sekitar judul; 2. batas tepi (marjin); 3. spasi antar kolom; semakin lebar kolom, semakin luas spasi di antaranya; 4. permulaan paragraf diindentasi; 5. penyesuasian spasi antarbaris atau antar paragraf. b. menyesuaikan spasi antar baris untuk meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan; c. menambahkan spasi antarpragraf untuk mengingkatkan tingkat keterbacaan. Pengorganisasian media cetak untuk menarik perhatian khalayak juga sangat penting. Beberapa cara yang digunakan untuk menarik perhatian pada media berbasis teks ini adalah warna, huruf, dan kotak. Warna digunakan sebagai alat penuntun dan penarik perhatian kepada informasi yang penting. Selanjutnya, huruf yang dicetak tebal atau dicetak miring memberikan penekanan pada katakata kunci atau judul. Informasi penting dapat pula diberi tekanan dengan menggunakan kotak (Arsyad 2009). Pemilihan warna penting untuk diperhatikan dalam membuat suatu media cetak. Menurut P2KP (tanpa tahun), warna merupakan unsur yang cukup penting dalam mendesain suatu cetakan. Komposisi warna yang tepat dan menarik akan mampu menguatkan isi pesan. Pedoman sederhana penggunaan warna untuk media/materi cetakan adalah sebagai berikut: 1. menggunakan desain warna yang sederhana; 2. menghindari penggunaan warna terlalu banyak dalam satu bidang/ruang tampilan; 3. menggunakan warna untuk menarik perhatian, memberi penekanan, menciptakan kontras, menciptakan mood, serta menuntun pandangan; 4. pada latar belakang yang gelap kekuatan kontras secara berurutan adalah warna-warna putih, kuning, hijau, merah, biru dan ungu; 5. pada latar belakang yang terang kekuatan kontras secara berurutan adalah warna-warna hitam, merah, orange, hijau, biru, ungu dan kuning. Selain warna, gambar juga merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu media cetak. Penggunaan gambar juga mampu menarik perhatian khalayak. Gambar atau ilustrasi berfungsi untuk memperjelas sebuah teks atau bahkan memberi sentuhan dekorasi pada lembar-lembar teks. Dengan kata lain, gambar adalah suatu pelengkap teks. Gambar hanyalah wahana untuk mengantarkan pemahaman secara lebih utuh dari sebuah teks (Wiratmo 2009). Elemen lain yang menjadi basis bagi suatu media cetak adalah tipografi. Tipografi adalah seni menyusun huruf-huruf sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain. Tipografi digunakan sebagai metode untuk menerjemahkan kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan (visual). Fungsi bahasa visual ini adalah untuk mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi melalui segala bentuk media, mulai dari label pakaian, tanda-tanda lalu lintas, poster, buku, surat kabar dan majalah. Meskipun sekarang ini sudah banyak yang
8 menggunakan ilustrasi, tipografi masih dianggap sebagai elemen kunci dalam desain komunikasi visual (Wijanarko 2010). Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu: 1. Pendidikan, suatu usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. 2. Informasi/ media massa, informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non-formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. 3. Sosial budaya dan ekonomi, dimana kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. 4. Lingkungan, merupakan segala sesuatu yang ada di individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupuan sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5. Pengalaman, adalah suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. 6. Usia, berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Secara umum, pengetahuan dapat diperoleh dari adanya pendidikan yang dijalankan oleh seseorang. Pendidikan tersebut bisa dalam wujud formal yaitu sekolah, kursus, pelatihan, dan dapat pula berwujud non-formal atau tidak sengaja. Pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai hal, baik menggunakan suatu media pembelajaran maupun secara langusng tanpa menggunakan media. Isi materi dalam meningkatkan pengetahuan pun tidak selalu disusun secara sengaja. Banyak pengetahuan yang diperoleh secara tidak sengaja dan melalui materi yang tidak formal. Proses memperoleh pengetahuan diperoleh dari proses berpikir yang
9 tergolong kepada perilaku kognitif. Suparman (2001) menjelaskan bahwa kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir. Kawasan kognitif tujuan pendidikan merupakan Taksonomi Bloom yang dibagi menjadi enam jenjang yang dibentuk seperti pada Gambar 1. Evaluasi (Evaluation) Penerapan Pemahaman (Aplication) (Comprehension) Pengetahuan (Knowledge) Mengingat dan menghafal fakta, ide, atau fenomena
Menerjemahkan, mengpretasikan, atau menympulkan konsep dengankata sendiri
Menggunakan konsep, prinsip, dan prosedur untuk melakukan sesuatu
Analisis (Analysis) Menjabarkan konsep menjadi bagianbagian atau menjelaskan gagasan yang menyeluruh
Sintesis (Synthesis) Menyatukan konsep secara terintegrasi menjadi bentuk ide/gagasan yang menyeluruh
Menentukan nilai (value) untuk suatu maksud denganmeng gunakan standar tertentu
Gambar 1 Taksonomi tujuan pendidikan dalam kawasan kognitif Jenjang tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengetahuan, meliputi perilaku-perilaku (behaviors) yang menekankan pada mengingat (remembering) seperti mengingat ide dan fenomena atau peristiwa. 2. Pemahaman, meliputi perilaku menerjemahkan, menafsirkan, menyimpukan, atau mengekstrapolasi (memperhitungkan) konsep dengan menggunakan kata-kata atau simbol-simbol lainyang dipilihnya sendiri. 3. Penerapan, meliputi penggunaan konsep atau ide, prinsip atau teori, dan prosedur, atau metode yang telah dipahami mahasiswa ke dalam praktek memecahkan masalah atau melakukan suatu pekerjaan. 4. Analisis, meliputi perilaku menjabarkan atau menguraikan (break down) konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar bagian-bagian tersebut. 5. Sintesis, berkenaan dengan kemampuan menyatukan bagian- bagian secara terintergarsi menjadi suatu bentuk tertentu yang semula belum ada. 6. Evaluasi, berarti memiliki kemampuan dalam membuat penilaian (judgment) tentang nilai (value) untuk maksud tertentu.
10 Desain Pesan Menurut Sari (2011), desain merupakan suatu proses pemecahan masalah dengan tujuan untuk mencapai suatu solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Desain pesan adalah perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan memperhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya tangkap. Desain pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti: bahan visual, urutan, dan halam secara terpisah yang bersifat spesifik, baik tentang media maupun tujuan belajarnya. Tujuan setiap desain pesan adalah untuk mengoptimalkan metode pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam hal meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa. Hakekat dari sebuah desain pesan (Teknologi Pendidikan Universitas Surabaya 2011) yaitu proses perencanaan yang sistematis yang dimulai dari menganalisis masalah, mengembangkan prosedur untuk memecahkan masalah dan kemudian menilai hasil yang diperoleh. Untuk itu, diperlukan keterampilan untuk menganalisis faktor-faktor yang relevan dan prinsip-prinsip dan teori ilmu tingkah laku untuk dapat mendesain pesan pembelajaran yang memenuhi kriteria: 1. memenuhi tujuan; 2. sesuai dengan karakteristik siswa; 3. sesuai dengan karakteristik penyampaian; 4. bersifat praktis menurut sumber yang tersedia. Desain pesan sangat berhubungan dengan pesan itu sendiri. Hubungan yang dimaksud adalah apa yang menjadi tanggung jawab perancang pesan yang berupa lambang atau tanda yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengetahuan, keterampilan seseorang. Dalam arti demikian, maka perancang pesan akan memegag kontrol sepenuhnya dalam pemilihan, pengolahan, penyusunan, dan pengurutan tanda-tanda, dan simbol-simbol baik kata, tulisan, atau gambar. Pengaruh Media Cetak Terhadap Peningkatan Pengetahuan Komunikasi berarti dua orang saling berbagi informasi bersama daripada seseorang memberi informasi dan orang lain menerima (Lubis 2010). Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang prosesnya akan berlangsung dengan melibatkan unsur-unsur yaitu sumber, pesan, saluran, penerima dan efek (Kurniawan 2006). Salah satu model komunikasi yang terkenal yaitu model SMCR, atau Model Berlo (Mugniesyah 2010) yang mengemukakan bahwa elemen-elemen dasar komunikasi yang relevan untuk komunikasi antarpribadi meliputi enam komponen, yaitu Sumber (Source), Penyandi (Encoder), Pesan (Message), Saluran Komunikasi (Channel), Penerima (Receiver), dan Penerjemah (Decoder). Model Berlo dapat dilihat pada Gambar 2.
11 Source
Message
● Communication skills ● Attitudes ● Knowledge ● Social system ● Culture
● Elements ● Contents ● Treatment ● Code
Channel ● Seeing ● Hearing ● Touching ● Smelling ● Tasting
Receiver ● Communication skills ● Attitudes ● Knowledge ● Social system ● Culture
Gambar 2 Model komunikasi Berlo
Ruben (1992) dalam Mugniesyah (2010) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses komunikasi yang tergolong dimediasi oleh media massa, dimana produk-produk informasi diciptakan dan didistribusikan oleh suatu organisasi komunikasi massa untuk dikonsumsi oleh khalayak. Suatu proses komunikasi yang berlangsung memiliki efek tertentu para komunikan. Efek media massa mampu memberikan jawaban dalam menciptakan perhatian, pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku (Wiryanto 2006). Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek konatif merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat 1985). Ikada (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa media cetak dapat meningkatkan pengetahuan anak tentang pengetahuan gizi di sekolah. Media cetak yang digunakan adalah buku cerita bergambar dengan metode penelitian yaitu pretest dan posttest. Media cetak berupa booklet dan leaflet juga dapat meningkatkan pengetahuan mengenai AIDS dikalangan mahasiswa di Jakarta. Namun dalam penelitian Sa’diyah El Adawiyah (2003) diperoleh hasil bahwa leaflet memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi dari pada booklet. Hal ini karena booklet memiliki kelemahan yaitu apabila penyusunan rancangan visual kurang tepat maka media ini belum tentu dapat berperan dengan baik. Selain itu booklet memiliki jumlah halaman yang cukup banyak sehingga responden mengalami kejenuhan, sedangkan leaflet merupakan media yang berisi infromasi secara sederhana, praktis dan hanya berupa lembaran. Media cetak lain yang dapat memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan adalah folder dan poster-kalender. Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2010) menyatakan bahwa kombinasi kedua media tersebut dapat meningkatkan pengetahuan responden mengenai informasi tertentu. Dalam penelitian ini informasi yang disampaikan adalah mengenai Tanaman Zodia sebagai inovasi pengusir nyamuk dan penanggulangan demam berdarah. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa media yang diberikan dengan Tanaman Zodia lebih efektif meningkatkan pengetahuan daripada media tanpa Tanaman Zodia. Hal ini karena Tanaman Zodia memiliki inovasi yang baik sehigga diterima oleh masyarakat.
12 Kerangk ka Pemikirran Sertifikaasi diperlukkan untuk menjamin hasil perttanian organik yang diprooduksi sehinngga petani dan produssen lainnya dapat menggakses pasaar dan hasil pertaanian diakuui oleh massyarakat. Penyebaran P informasi mengenai serftifikasi pertaanian organnik dilakukaan melalui media cetak berupa leaflet. Leaaflet dapat untuk men digunnakan sebaggai media komunikasi k nyampaikann pesan infoormasi dari komuunikator keepada komuunikan dalaam suatu prroses komunikasi. Dalam hal ini leafleet merupakkan mediaa komunikaasi yang digunakan d untuk meenyebarkan inforrmasi menggenai sistem m sertifikasi pertanian organik o yanng bertujuann merubah penggetahuan pettani. Informassi yang terrdapat dalaam leaflet ini diharappkan dapatt merubah penggetahuan pettani mengennai sertifikaasi pertanian n organik dari d yang seemula tidak tahu menjadi taahu. Perubaahan pengeetahuan ini diukur darri pemaham man petani menggenai pertaanyaan yanng diajukann tentang informasi sertifikasi pertanian organnik. Untuk mengukurr efektivitass leaflet daalam meninngkatkan peengetahuan dinilai dari adda tidaknyaa perubahann pengetah huan yang terjadi paada petani. Sedaangkan untuuk melihat apakah leaaflet tersebu ut menarik untuk teruus-menerus dibacca oleh petaani dilihat dari d desain yang terdap pat di dalam mnya, melipputi warna, gambbar, huruf, dan d bahasa. Analisa peerubahan peengetahuann ini diperolleh melalui pre-ttest mengguunakan kuissioner yang kemudian dibandingkkan dengan hasil posttest. Kerangka pemikiran p d dapat dilihat pada Gamb bar 3.
Gaambar 3 Baggan kerangk ka pemikiraan
13 Hipotesis Penelitian 1. Leaflet efektif dalam meningkatkan pengetahuan petani tentang sertfiikasi pertanian organik. 2. Terdapat hubungan nyata yang positif antara desain yang terdapat di dalam leaflet dengan pengetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik.
Definisi Operasional Leaflet merupakan media yang dirancang efektif untuk menyebarkan informasi. Keefektifan leaflet dilihat dari perubahan pengetahuan petani sebelum dan setelah diberikan leaflet sertifikasi pertanian organik. Leaflet dikatakan efektif bila terjadi peningkatan pengetahuan petani setelah membaca leaflet yang dilihat dari adanya peningkatan nilai pada post-test. Tingkat pengetahuan merupakan pemahaman responden tentang sertifikasi pertanian organik. Pengetahuan awal merupakan pengetahuan mengenai sertifikasi pertanian organik yang dimiliki responden sebelum diberikan leaflet. Pengetahuan akhir adalah pengetahuan responden tentang sertifikasi pertanian organik setelah diberikan leaflet. Tingkat pengetahuan diukur dari nilai yang diperoleh atas jawaban pertanyaan tentang sertifikasi pertanian organik. Perubahan pengetahuan respponden diukur dari nilai yang diperoleh sebeum dan setelah membaca leaflet. Pertanyaan yang ditujukan kepada responden untuk mengukur perubahan pengetahuan yang terjadi terdiri dari 19 soal mencakup: 1. Pertanyaan mengenai latar belakang sertifikasi pertanian organik, sebanyak 4 soal. 2. Pertanyaan mengenai definisi dan pengertian sertifikasi pertanian organik, sebanyak 3 soal. 3. Pertanyaan mengenai manfaat/kegunaan dari manfaat mengikuti sertifikasi, sebanyak 4 soal. 4. Pertanyaan mengenai mengapa diperlukannya sertifikasi, sebanyak 4 soal. 5. Pertanyaan mengenai siapa saja yang dapat melakukan sertifikasi, sebanyak 2 soal. 6. Pertanyaan mengenai bagaimana cara pengajuan sertifikasi, sebanyak 2 soal. Setiap jawaban yang benar akan bernilai satu dan untuk jawaban yang bernilai salah diberikan nilai nol. Hasil dari jumlah pertanyaan yang dijawab benar oleh responden kemudian dimasukkan ke dalam tingkatan sesuai dengan interval yang telah ditentukan. Tingkat pengetahuan ini dibagi ke dalam empat kelas, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Pertanyaan yang diberikan berjumlah 19 buah dengan maksimum nilai yaitu 19 yang berarti responden menjawab seluruh soal dengan benar. Maka, interval bisa diperoleh melalui rumus: Skor Benar – Skor Salah Interval Kelas = ∑ Kategori
14 Interval kelas yang diperoleh dari 19 soal yang ada adalah: 19 – 0 Interval Kelas =
= 4.75 ≈ 5 4
Rentang kelas yang diperoleh yaitu sebesar 5, maka diperoleh kategori: A (sangat tinggi) B (tinggi) C (sedang) D (rendah)
: : : :
14 ≤ x 9 ≤ x < 14 4≤x<9 x<4
Leaflet merupakan media komunikasi dari komunikator kepada komunikan untuk menyebarkan informasi yang tercantum di dalamnya. Fungsi ini membuat leaflet harus mampu mempertahankan ketertarikan responden ketika membaca isi pesan yang ada. Hal ini berkaitan dengan pengaruh desain yang terdapat di dalam leaflet. Indikator yang digunakan untuk mengukur pengaruh ketertarikan ini, yaitu: 1. Warna yang digunakan dalam leaflet sesuai dengan tema pertanian. Indikator : a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 2. Warna yang digunakan dalam leaflet menarik untuk dilihat. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 3. Gambar yang digunakan dalam leaflet sesuai dengan pesan isi leaflet. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 4. Gambar yang di digunakan dalam leaflet menarik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 5. Jumlah gambar yang digunakan dalam leaflet sudah cukup banyak Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 6. Ukuran huruf yang digunakan di dalam leaflet cukup besar. Indikator:
15 a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 7. Ukuran huruf yang digunakan di dalam leaflet terbaca. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 8. Warna huruf yang digunakan dalam leaflet membuat tulisan terbaca. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 9. Jenis huruf yang digunakan menarik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 10. Jarak antar tulisan yang satu dengan lainnya cukup baik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 11. Bahasa yang digunakan dalam leaflet adalah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 12. Bahasa yang digunakan di dalam leaflet mudah dimengerti. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 13. Desain leaflet secara keseluruhan menarik. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4 14. Penjelasan di dalam leaflet dapat dipahami. Indikator: a. Sangat tidak setuju diberi skor 1 b. Tidak setuju 2 c. Setuju diberi skor 3 d. Sangat setuju diberi skor 4
16 Variabel ini akan dibagi menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menentukan kelas tersebut, interval kelas dapat diperoleh melalui rumus: Interval Kelas = Skor Maksimum – Skor Minimum ∑ kategori Nilai terendah yang diperoleh responden dari pertanyaan tersebut adalah 35 dan nilai tertinggi adalah 56 sehingga rentang nilai yang diperoleh berdasarkan rumus tersebut yaitu: Interval Kelas = 56 – 35 3
=7
Rentang kelas yang diperoleh sebesar 7, maka diperoleh kategori skor: Sangat menarik : 49 ≤ x Menarik : 41 ≤ x < 49 Tidak menarik : x < 41
17
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Pada pendekatan kuantitatif, data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuisioner (Effendi 1989). Penelitian ini menggunakan model pre-test dan post-test untuk melihat perubahan pengetahuan pada responden dan menggunakan media informasi berupa leaflet yang dibuat sendiri oleh peneliti. Leaflet merupakan jenis media cetak yang dipilih dalam menyebarkan informasi mengenai sertifikasi pertanian organik (Lampiran 1). Desain leaflet dibuat dengan menggunakan Adobe Photoshop CS yang ukurannya disesuaikan dengan format leaflet pada umumnya yaitu 8.5 x 11 inchi. Komposisi warna yang terdapat di dalam leaflet menggunakan warna cerah dengan latar berwarna putih dan dipadukan dengan beberapa jenis warna hijau untuk menarik minat responden agar tidak cepat bosan dalam membaca informasi yang terdapat di dalam leaflet. Ukuran dan jenis huruf yang digunakan pada media tersebut disesuaikan dengan kebutuhan agar isi pesan mudah baca sehingga memberikan pemahaman dan menarik perhatian responden. Warna huruf yang digunakan adalah hitam dengan pertimbangan bahwa warna hitam merupakan warna yang kontras bila dipadukan dengan warna hijau dan putih. Di dalam leaflet juga terdapat gambar-gambar bernuansa pertanian sebagai dekorasi atau penghias di beberapa halaman dengan ukuran yang disesuaikan. Desain tersebut di cetak bolak-balik dengan menggunakan kertas Art Paper, yang merupakan kertas mengkilap dan licin di bagian atasnya. Pesan yang tertera di dalam leaflet adalah pesan yang menjelaskan mengenai sertifikasi pertanian organik. Peneliti menyusun sendiri materi pesan tersebut. Sumber-sumber materi pesan diperoleh dari AOI (Aliansi Organis Indonesia) yaitu suatu organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang pertanian organik. Selain itu juga, sumber materi diperoleh dari beberapa website lembaga sertifikasi, badan litbang pertanian dan website lainnya yang berkaitan dengan pertanian organik dan sertifikasi pertanian organik. Isi pesan disusun secara sistematis berisi tentang latar belakang adanya sertifikasi pertanian organik, apa itu sertifikasi pertanian organik, kegunaan dan manfaat mengikuti sertifikasi, mengapa diperlukannya sertifikasi, siapa yang dapat mengikuti sertifikasi, dan bagaimana cara pengajuan sertifikasi terhadap pertanian organik. Bahasa dan kosa kata yang digunakan dalam pesan diatur sesuai dengan sasaran pembaca sehingga penjelasan tentang materi tersebut mudah dipahami oleh responden. Responden dalam penelitian ini adalah petani yang pernah atau sedang melakukan pertanian organik. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode sensus dimana seluruh populasi yang terdapat di lokasi penelitian dijadikan sebagai sampel. Terdapat dua alasan melakukan penelitian sensus (Hermawan 2009) yaitu karena jumlah populasi yang sedikit, atau unit populasi yang heterogen. Dalam penelitian ini, lokasi penelitian memiliki populasi yang tidak terlalu banyak yaitu berjumlah 32 orang sehingga seluruh populasi
18 dapat dijadikan sebagai responden. Jumlah populasi ini diperoleh dari hasil bertanya kepada masyarakat siapa saja yang pernah atau sedang melakukan pertanian organik. hal ini dilakukan karena tidak diketahui adanya data pasti mengenai jumlah petani organik. Responden kemudian dipilih berdasarkan kriteria tertentu yaitu petani yang sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai pertanian organik dan sudah atau pernah melakukan pertanian organik namun belum melakukan sertifikasi terhadapnya. Selain itu, responden yang dipilih harus bisa membaca, menulis, dan tidak buta warna untuk dapat membedakan warna yang tertera pada leaflet. Jumlah petani yang kemudian dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 30 orang karena 2 orang lainnya tidak memenuhi kriteria yang disebutkan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui penelitian langsung di lapangan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner. Data sekunder diperoleh dari studi literatur. Sumber data tersebut berupa profil desa yang diperoleh dari dari kantor desa, buku teks, dan buku-buku penelitian lain yang berhubungan dengan leaflet. Kuisioner dibuat oleh peneliti mengacu pada leaflet yang sudah dibuat sebelumnya. Kuisioner ini terdiri atas 2 bagian yaitu tipe pertama berupa soal dengan tipe benar-salah berjumlah 19 soal. Soal tersebut nantinya akan menghasilkan skor nilai. Skor yang diperoleh responden kemudian akan digunakan untuk membandingkan ada tidaknya perubahaan pengetahuan responden. Kuisioner tipe kedua berupa daftar pernyataan mengenai aspek-aspek yang terdapat di dalam desain leaflet mencakup warna, gambar, huruf, dan bahasa. Daftar pernyataan tersebut digunakan untuk menilai aspek-aspek yang terdapat di dalam desain leaflet. Terdapat beberapa tahap dalam memperoleh data primer. Tahap pertama pada kegiatan pengumpulan data yaitu melakukan pre-test kepada responden. Responden diberikan kuisioner berupa identitas diri, pertanyaan mengenai sumber pengetahuan pertanian organik yang mereka dapatkan dan sudah berapa lama mereka melakukan pertanian organik. Selanjutnya, responden diminta untuk mengisi pertanyaan mengenai sertifikasi pertanian organik untuk menilai sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki responden mengenai sertifikasi. Setelah tahap awal dilakukan dan responden telah mengisi kuisioner, responden diberikan leaflet sertifikasi pertanian organik dan diminta untuk mempelajari informasi yang terdapat di dalamnya. Setelah responden mempelajari leaflet tersebut, responden diminta untuk mengisi kuisioner kedua yang berisi soal-soal mengenai sertifikasi pertanian organik. Jenis soal pada kuisioner kedua ini merupakan jenis soal yang sama seperti pada kuisioner pertama. Tahap ini merupakan tahap posttest yang dimaksudkan untuk melihat apakah terjadi perubahan pengetahuan responden mengenai sertifikasi pertanian organik setelah mereka mempelajari leaflet yang diberikan. Responden juga diberikan kuisioner berupa daftar pernyataan untuk menilai aspek-aspek yang terdapat di dalam leaflet sertifikasi pertanian organik pada tahap kedua ini. Penilaian tersebut dilakukan dengan mengisi kolom “sangat setuju”, “setuju”, “tidak setuju”, atau “sangat tidak setuju” pada pernyataan yang dipaparkan. Jawaban pada kuisioner tipe pertama kemudian di nilai sesuai dengan jumlah jawaban betul yang diperoleh. Nilai tersebut kemudian dikategorikan sesuai dengan rentang kelas kategori yang ada. Dari kategori tersebut akan
19 diperoleh informasi mengenai ada tidaknya perubahan pengetahuan pada responden setelah membaca leaflet. Perubahan pengetahuan dilihat dari perbandingan skor nilai yang diperoleh oleh responden sebelum dan setelah membaca leaflet. Untuk kuisioner penilaian terhadap desain leaflet, jawaban dari setiap nomor yang diperoleh kemudian dikali-kan dengan nilai pada setiap jawaban yang bersangkutan. Untuk jawaban “sangat setuju” akan dikali-kan dengan 4, jawaban “setuju” dikali-kan dengan 3, jawaban “tidak setuju” akan dikali-kan dengan 2, dan jawaban “sangat tidak setuju” dikali-kan dengan 1. Hasil kali tersebut kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh skor keseluruhan yang akan di kategorikan kepada rentang kelas tertentu. Data yang diperoleh menggunakan kuisioner tersebut dianalisis secara kuantitatif. Seluruh data yang terkumpul kemudian dilakukan pengkodean data. Analisa data ini dimaksudkan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Effendi dan Manning 1989). Data yang terlah terkumpul tersebut kemudian diolah secara statistik deskriptif menggunakan SPSS for Windows versi 18.0 dan Microsoft Excel 2007. Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan suatu data secara visual yang dapat dilakukan dalam bentuk gambar maupun tulisan. Perubahan antara pengetahuan awal dan pengetahuan akhir dilihat dari ada tidaknya perubahan kategori nilai yang diperoleh responden setelah membaca leaflet. Perubahan skor tersebut diperoleh dari skor sebelum responden diberikan leaflet (pre-test) dan setelah responden diberikan leaflet (post-test). Efektif atau tidaknya media leaflet dilihat dari ada tidaknya peningkatan skor pre-test dan post-test ini. Untuk mengetahui hubungan antara desain leaflet dan pengetahuan responden setelah membaca leaflet digunakan uji statistik Rank Spearman. Data kategori skor nilai pada tipe kuisioner pertama dilihat hubungannya dengan kategori penilain desain leaflet melalui pengujian menggunakan SPSS.
Lokasi dan Waktu Penelitian Leaflet yang telah dibuat diberikan kepada kelompok petani organik di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor. Masyarakat di desa tersebut sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani sayur yang hasilnya dijual ke pasar ataupun kepada pelanggan tetap yaitu pengumpul maupun pihak lain. Tanaman sayur yang dikembangkan di daerah tersebut adalah Bayam, Kangkung, Caisim, Kucay, dan Kemangi. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2012 sampai Januari 2013.sampai pertengahan Desember 2012. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.
20
21
PROFIL DESA CIARUTEUN ILIR, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR Kondisi Geografis Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor terletak di sebelah barat Kabupaten Bogor dengan ketinggian tanah ± 460 m di atas permukaan laut dan memiliki curah hujan yang tinggi. Desa ini terdiri dari 4 dusun, 10 Rukun Warga (RW), 35 Rukun Tetangga (RT) dan 3104 rumah tangga. Jarak dari desa ke ibukota kecamatan kurang lebih 6 km. Lama jarak tempuh dari desa ke ibukota kecamatan dengan kendaraan bermotor adalah 30 menit dan dengan berjalan kaki adalah 2 jam. Jarak dari desa ke ibukota kabupaten/kota adalah 25 km dengan lama jarak tempuh mengggunakan kendaraan bermotor sebesar 2 jam dan dengan berjalan kaki adalah 24 jam. Jarak dari desa ke ibu kota provinsi adalah 140 km dengan lama jarak tempuh menggunakan kendaraan bermotor adalah 6 jam dan dengan berjalan kaki adalah 120 jam. Secara administratif, Desa Cairuteun Ilir terletak disebelah utara Desa Cikodom Kecamatan Rupmin, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Desa Leuweungkolot, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cijujung, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciampea. Secara geografis, luas wilayah Desa Ciaruteun Ilir menurut data BPS tahun 2011 kurang lebih seluas 360 ha. Menurut data desa pada tahun 2011, lahan yang digunakan sebagai area persawahan memiliki luas yang lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang digunakan untuk sarana lainnya. Meskipun tidak berbeda jauh, luas area untuk persawahan melebihi luasnya area pemukiman. Luasnya lahan persawahan ini menunjukkan bahwa wilayah desa di kelilingi oleh lahan persawahan yang ditanami berbagai macam tanaman sayuran. Selain itu, luas ini juga memperlihatkan banyaknya penduduk yang melakukan pertanian di desa tersebut. Luas area yang paling sedikit adalah area untuk sarana dan prasarana. Luas wilayah menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Persentase lahan menurut penggunaan Penggunaan % Pemukiman dan pekarangan 44.2 Persawahan 46.1 Perkebunan 8.3 Kuburan 0.8 Perkantoran 0.01 Taman 0.00 Prasarana umum lainnya 0.5 Sumber: Data monografi Desa Ciaruteun Ilir 2011
22 Kondisi Demografi Desa Ciaruteun Ilir dengan kepadatan penduduk sebesar 29 per km ini memiliki jumlah penduduk sebesar 10.259 jiwa. Jumlah laki-laki di desa ini adalah 5.232 jiwa dan perempuan 5.027 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebesar 2.705 KK. Mayoritas masyarakat memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), namun ada beberapa orang yang berpendidikan tingkat sarjana. Mereka inilah yang seringkali bertindak sebagai motivator di masyarakat. Jumlah penduduk yang berada pada usia 21-38 tahun menempati urutan terbanyak yaitu sebesar 996 untuk penduduk laki-laki dan 796 untuk penduduk perempuan. Jumlah penduduk terbanyak adalah penduduk yang berada di usia madya yang menunjukkan bahwa terdapat cukup banyak sumber daya manusia di kedua desa yang dapat menghasilkan pendapatan dengan bekerja pada sektor-sektor tertentu. Mata Pencaharian Pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama di Desa Ciaruteun Ilir, terlihat dari besarnya luas lahan yang digunakan sebagai persawahan. Mayoritas penduduk di desa ini bermata pencaharian sebagai petani yang terlihat dari besarnya jumlah penduduk baik sebagai petani pemilik lahan maupun sebagai buruh tani. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh tani menempati jumlah yang jauh lebih besar daripada penduduk yang bekerja sebagai petani pemilik lahan. Secara rinci pembagian mata pencaharian pokok di desa Ciaruteun Ilir dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Persentase laki-laki dan perempuan menurut jenis pekerjaan Jenis pekerjaan Laki-laki (%) Perempuan (%) Petani 29.3 29.0 Buruh tani 68.4 70.0 Pegawai Negeri Sipil 0.2 0.3 Pengrajin industri 0.2 0.0 Rumah Tangga Pedagang keliling 1.5 0.7 Montir 0.08 0.0 TNI 0.2 0.0 Dukun kampung 0.0 0.2 terlatih Bidan desa 0.0 0.04 Pembantu rumah 0.0 1.7 tangga Sumber: Data monografi Desa Ciaruteun Ilir 2011
23 Kondisi Pertanian dan Peternakan Menurut data BPS pada tahun 2011, luas panen sayur-sayuran yang terbesar di desa Ciaruteun Ilir adalah bayam seluas 7 ha. Kangkung dan Mentimun seluas 3 ha, Buncis dan Kacang Panjang seluas 2 ha, serta Terong seluas 1 ha. Berdasarkan beratnya, tanaman Kangkung memiliki berat yang lebih besar pada saat panen dengan luas panen luas yang paling besar yaitu 6 ha. Produksi hasil panen dari jenis sayur-sayuran tersebut menurut beratnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Berat dan persentase produksi hasil panen menurut jenis sayuran Jenis Sayuran Kacang Panjang Terong Buncis Mentimun Kangkung Bayam
Persentase (%) 10.5 8.7 10.5 19.1 34.8 16.2
Sumber: Petugas Pertanian Kecamatan
Selain bertani, masyarakat desa ini juga berternak dengan jenis populasi berupa sapi, kerbau, ayam kampug, ayam broiler, bebek, kambing, domba, angsa, kelinci, anjing, dan kucing. Ayam kampung merupakan jenis ternak yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat yaitu dengan total jumlah 3.000 ekor. Namun, hewan ternak yang memiliki jumlah paling banyak di desa ini adalah ayam broiler yang jumlahnya mencapai 250 ribu ekor. Hasil ternak tersebut dipasarkan melalui tengkulak/ pengecer, dijual langsung ke pasar hewan setempat dan dijual langsung ke konsumen. Selain itu, terdapat pula populasi sapi yang diternak untuk digemukkan sebelum dijual ke pasaran. Keragaman jumlah populasi jenis ternak dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan perkiraan jumlah populasi menurut jenis ternak Jenis ternak Sapi Kerbau Ayam kampung Ayam boriler Bebek Kambing Domba Angsa Kelinci Anjing
Jumlah pemilik (%) 0.400 0.900 44.000 0.900 13.100 32.800 5.600 0.900 0.900 0.400
Sumber: Data monografi Desa Ciaruteun Ilir 2011
Perkiraan jumlah populasi (%) 0.002 0.006 1.200 98.200 0.200 0.300 0.030 0.008 0.030 0.002
24 Pertanian organik Jumlah petani yang pernah atau sedang melakukan pertanian organik di Desa Ciaruteun Ilir kurang lebih berjumlah 32 orang. jumlah paling banyak berada pada RW 03 dengan ketua RW sekaligus ketua kelompok tani yang tergabung dalam kegiatan pertanian organik di bawah kerja sama IPB dan ICDF (International Cooperation and development Fund). Ketua RW bersama dengan dua orang lainnya aktif tergabung menjadi petani organik di bawah binaan ICDF mulai dari mengambil bibit, menanam dan memasarkan hasil pertanian ke organisasi non pemerintah yang berasal dari Taiwan tersebut. selain itu, ketiga orang ini juga aktif mengikuti rapat-rapat bersama petani organik lainnya yang diadakan oleh ICDF. Ketiga petani organik ini berada pada suatu kelompok tani dengan anggota lainnya yang turut melakukan pertanian organik. Ketiganya merupakan ketua RT di RW 03 dan sangat dikenal masyarakat sebagai petani organik. Anggota kelompok tani memperoleh informasi tentang organik dari ketiga petani tersebut. Mereka membagi informasi yang mereka peroleh mengenai pertanian organik meskipun dengan cara yang tidak formal. Selain itu, di RW 04 terdapat pula kebun pertanian organik milik sebuah organisasi petani yaitu Serikat Petani Indonesia (SPI). Pemilik kebun ini merupakan ketua kelompok tani dengan anggota kelompok berasal dari Desa Ciaruteun Ilir, sementara ketua kelompok tani tersebut bukan berasal dari desa Ciaruteun Ilir. Ketua kelompok tani di RW ini memiliki hubungan dengan suatu organisasi masyarakat sipil yang bergerak dibidang pertanian organik yaitu Aliansi Organis Indonesia (AOI) dan sudah cukup lama bergabung di SPI. Ketua kelompok tersebut memiliki pengtehauan yang cukup banyak mengenai pertanian organik dan hal-hal yang berkaitan dengan pertanian organik, dan membagikan ionformasi-tersebut kepada anggota-anggota lainnya meskipun tidak secara formal. Informasi tersebut disebarkan melalui obrolan ringan dengan para anggota sehingga baik secara sadar maupun tidak, anggota memperoleh pengetahuan baru mengenai pertanian organik. Kebanyakan petani organik di kedua kelompok tani ini memperoleh pengetahuan dan informasi tentang adanya pertanian organik dari teman-teman di sekitarnya. Mereka ikut serta bertani organik karena adanya ajakan dari lingkungan sekitar, namun ada pula yang memang sudah turuntemurun melakukan pertanian tanpa bahan kimia ini. Ada beberapa petani yang tidak lagi melakukan pertanian organik atau sedang vacuum dalam bertani. Berhentinya petani melakukan pertanian organik disebabkan oleh adanya kesulitan pemasaran, baik masalah harga maupun masalah distributor. Kebanyakan petani tersebut pernah melakukan pertanian organik selama 1-2 tahun. Beberapa dari mereka ada yang pernah menjadi peserta dalam kegiatan sekolah lapang organik.
25
EFEKTIVITAS LEAFLET SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK Media cetak berupa leaflet seringkali digunakan sebagai media penyebaran berbagai infromasi. Informasi tersebut bisa berupa promosi produk, tips-tips, opini terhadap suatu hal, penjelasan tentang kegiatan tertentu, dan ilmu pengetahuan. Penggunaan media leaflet diharapkan dapat merubah perilaku awal khalayak yang tidak tahu menjadi tahu, tidak sadar menjadi sadar, tidak mau menjadi mau, tidak suka menjadi suka, dan tidak melakukan menjadi melakukan. Media leaflet bisa dikatakan efektif bila pesan yang tertera di dalamnya dapat merubah khalayak dalam hal-hal tertentu sesuai tujuan dibuatnya media tersebut. Dalam hal ini, efektivitas leaflet dilihat dari perubahan tingkat pengetahuan khalayak tentang settifikasi pertanian organik melalui pre-test dan post-test. Pengetahuan Awal Petani Pengetahuan awal petani merupakan pengetahuan mengenai sertifikasi pertanian organik yang dimiliki petani sebelum diberikan leaflet. Pengetahuan awal juga berarti pengetahuan yang murni dimiliki oleh petani yang bisa berasal dari sekolah, teman, keluarga, ataupun penyuluh. Jumlah soal pre-test adalah 19 soal dan diberikan kepada 30 orang petani. Bentuk soal yang diberikan adalah soal benar salah mengenai sertifikasi pertanian organik. Nilai yang diperoleh oleh petani dibagi menjadi empat kategori yaitu A, B, C, dan D. A adalah untuk nilai sangat tinggi, B untuk nilai tinggi, C untuk nilai sedang dan D untuk nilai rendah. Dari 30 petani, jumlah yang paling tinggi untuk kategori nilai tersebut adalah petani yang memperoleh nilai B. Rata-rata nilai, baik berdasarkan persentase maupun berdasarkan jumlah, juga berada pada kategori nilai B yang merupakan kategori tinggi. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal petani mengenai sertifikasi pertanian organik sudah cukup baik karena sudah mencapai kategori tinggi. Nilai yang diterima dari hasil pre-test petani dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan persentase petani sebelum membaca leaflet menurut nilai Nilai sebelum membaca leaflet A B C D
Jumlah (orang) 4 18 8 0
Persentase (%) 13.3 60.0 26.7 0.0
Rata-rata nilai keseluruhan yang diperoleh petani adalah sebesar 10.9. Sedangkan rata-rata nilai menurut persentase dari keseluruhan soal adalah sebesar 57.5 persen. Rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi atau B. Petani yang memperoleh nilai di atas rata-rata berjumlah 18 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal petani secara keseluruhan sudah baik
26 dengan kategori tinggi yang diperoleh. Terlihat dari jumlah petani yang memiliki nilai di atas rata-rata lebih besar jumlahnya daripada petani yang memiliki nilai di bawah rata-rata. Nilai tersebut ditunjukkan dengan banyaknya jumlah petani yang menjawab betul dan jumlah petani yang menjawab salah pada tiap soalnya. Hal ini untuk melihat jenis-jenis soal yang sudah diketahui oleh petani sebelumnya dengan pengetahuan awal yang dimiliki oleh mereka. Pada soal ini belum diberikan materi tentang sertifikasi dari leaflet sehingga pengetahuan yang dimiliki murni dari pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Jumlah dan presentase jawaban betul dan salah pada masing-masing soal ditunjukkan oleh Tabel 6. Soal yang paling banyak dijawab dengan betul oleh petani pada pre-test ini adalah nomor sepuluh. Soal nomor sepuluh menyebutkan bahwa sertifikasi mencerminkan perdagangan yang adil dengan jawaban adalah benar. Perdagangan yang adil merupakan pernyataan yang menguatkan petani tentang adanya sertifikasi sehingga dapat menjawab betul. Soal kedua yang paling banyak memiliki jumlah penjawab betul yang cukup besar adalah soal nomor 1 dan 16. Soal nomor 1 menyebutkan bahwa pertanian organik adalah pertanian yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Kedua puluh enam petani yang menjawab betul pada pertanyaan ini berarti sudah memiliki dasar pengetahuan yang baik mengenai pertanian organik. Soal nomor 16 berisi tentang pelabelan organik, yang akan tertera pada suatu hasil produk pertanian apabila telah mengikuti sertifikasi, akan membuat pembeli mengetahui bahwa produk tersebut memang organik. Petani yang menjawab betul melihat bahwa adanya pelabelan organik akan membuat pembeli menjadi tahu bahwa hasil produk pertanian yang mereka beli memang produk organik. Soal yang paling sedikit dijawab betul oleh petani adalah soal nomor 2 dan soal nomor 17. Pada soal nomor 2, terlihat bahwa petani belum memiliki pengetahuan mengenai pelabelan organik yang dalam hal ini berarti sertifikasi organik tersebut. Soal nomor 17 menyatakan bahwa syarat utama untuk bisa mengikuti sertifikasi adalah tanah milik pribadi. Jawaban dari penyataan ini adalah salah karena tidak semua lembaga sertifikasi memiliki syarat utama bahwa pengaju harus memiliki tanah pribadi untuk mengikuti sertifikasi. Soal nomor empat juga memiliki tingkat pemahaman petani yang rendah. Soal ini membahas mengenai pihak-pihak yang dapat mengikuti sertifikasi. Petani dianggap memiliki pemahaman yang rendah pada soal ini karena jumlah petani yang menjawab betul lebih sedikit daripada yang menjawab salah. Petani juga lebih banyak menjawab salah pada soal nomor lima yang berisi tentang cara menguji hasil pertanian organik yang hanya bisa melalui laboratorium. Pernyataan ini jelas salah karena sertifikasi juga merupakan cara untuk mengetahui organik atau tidaknya suatu produk pertanian. Petani yang menjawab salah terkecoh dengan penggunaan kata “hanya” dan menganggap laboratorium memang tempat yang dapat memeriksa organik atau tidaknya suatu produk. Hal ini menunjukkan bahwa responden belum memiliki dasar pengetahuan diadakannya sertifikasi pertanian organik.
27 Tabel 6 Jumlah dan presentase jawaban petani sebelum membaca leaflet menurut pertanyaan B S No Pertanyaan Persentase Persentase (%) (%) 1. Pertanian organik adalah pertanian yang 83.3 16.7 tidak menggunakan bahan-bahan kimia 2. Pelabelan organik bisa dibuat sendiri 23.3 76.7 3. Biaya untuk sertifikasi sangat mahal 40.0 60.0 4. Salah satu yang dapat mengikuti 40.0 60.0 sertifikasi adalah tengkulak/pengumpul. 5. Hasil pertanian organik hanya bisa diketahui melalui pengujian di 43.3 56.7 laboratorium 6. Manfaat sertifikasi adalah produk yang 73.3 26.7 disertifikasi lebih didahulukan oleh pasar 7. Sertfikasi untuk meyakinkan orang luar bahwa hasil pertanian ini menggunakan 70.0 30.0 cara-cara organik 8. Untuk mengikuti sertifikasi petani bisa 40.0 60.0 datang ke Koperasi Unit Desa setempat 9. Untuk mengikuti sertfiikasi petani harus menyiapkan surat persetujuan masyarakat 46.7 53.3 sekitar 10. Sertifikasi mencerminkan perdagangan 90.0 10.0 yang adil 11. Tidak hanya tanaman padi yang dapat 53.3 46.7 disertifikasi 12. Sertifikasi merupakan salah satu cara 80.0 20.0 mengetahui produk itu organik 13. Syarat utama sertifikasi adalah punya 36.7 63.3 surat tanah 14. Sertifikasi bisa dikeluarkan jika 73.3 26.7 menanamnya dengan cara organik 15. Produk yang disertifikasi memiliki daya 73.3 26.7 jual tinggi 16. Pembeli akan mengetahui produk tersebut 83.3 16.7 organik bila ada label organik 17. Semua lembaga setifikasi memiliki syarat 23.3 76.7 yaitu tanah harus milik pribadi 18. Ada batas waktu masa sertfikasi 50.0 50.0 19. Petani boleh berganti lembaga sertifikasi 50.0 50.0 Ket: B = jawaban benar, S = jawaban salah Tingkat pemahaman rendah yang dimiliki petani ada pada soal yang membahas mengenai tata cara pengajuan sertifikasi pertanian organik. soal tersebut adalah soal nomor 3, 8, 9 dan 13. Jumlah petani yang menjawab betul lebih sedikit daripada petani yang menjawab salah pada soal-soal ini. Soal nomor
28 tiga membahas mengenai biaya untuk mengikuti sertifikasi. Kebanyakan petani menyetujui bahwa biaya untuk mengikuti sertifikasi sangat mahal, padahal jumlah nominal dan mahal atau tidaknya biaya untuk mengikuti sertifikasi bergantung pada ketentuan dari lembaga yang bersangkutan. Untuk soal nomor delapan membahas mengenai tempat pengajuan sertfikasi. Soal nomor sembilan membahas mengenai syarat utama yang harus dipenuhi untuk mengikuti sertifikasi. Selisih jumlah petani pada pertanyaan ini tidak berbeda jauh, namun tetap lebih besar petani yang menjawab salah. Soal nomor 13 menyatakan bahwa syarat utama mengikuti sertifikasi adalah harus memiliki surat tanah. Hal ini menunjukkan bahwa petani belum memiliki pengetahuan awal tentang tata cara pengajuan sertifikasi. Selain materi tata cara pengajuan, soal lainnya yang juga memiliki tingkat pemahaman rendah adalah soal yang membahas mengenai pelabelan organik yang dapat dibuat sendiri. Petani yang menjawab betul memiliki jumlah yang jauh berbeda dengan petani yang menjawab salah. Ini menunjukkan bahwa petani lebih banyak yang belum memiliki pengetahuan mengenai dasar sertifikasi yang merupakan pelabelan terhadap produk pertanian organik. Soal lainnya yang memiliki tingkat pemahaman tinggi adalah soal nomor 7 dan 12. Soal ini berisi tentang kegunaan sertifikasi bagi orang-orang luar terhadap hasil produk pertanian. Dalam hal ini petani sudah memiliki dasar pengetahuan mengenai manfaat menggunakan sertfikasi terhadap orang-orang luar terutama konsumen. Sedangkan petani yang menjawab salah kurang memiliki pengetahuan mengenai sertifikasi sehingga tidak memahami bagaimana kegunaan mengikuti sertifikasi terhadap orang-orang luar terutama konsumen. Soal nomor 12 berisi tentang tujuan sertifikasi yaitu sebagai suatu cara untuk mengetahui suatu hasil produk pertanian yang organik. Petani yang menjawab betul sudah memahami tentang penggunaan sertifikasi dalam menilai hasil produk pertanian. Tingkat pemahaman tinggi berada pada soal mengenai manfaat sertifikasi yaitu soal nomor 6 dan 15. Soal nomor enam mencoba melihat manfaat sertifikasi yaitu lebih didahulukan oleh pasar. Sedangkan soal nomor 15 menyatakan bahwa manfaat mengikuti sertifikasi adalah produk yang telah disertifikasi memiliki daya jual yang tinggi di pasaran. Jumlah petani yang menjawab betul pada pertanyaan ini lebih besar daripada petani yang menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa petani sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai manfaat diadakannya sertifikasi. Soal nomor sebelas pun memiliki tingkat pemahaman tinggi karena jumlah petani yang mampu menjawab betul pada pertanyaan ini lebih besar. Soal ini membahas mengenai objek tanaman yang dapat disertifikasi yang tidak harus berupa tanaman padi. Pada soal ini terlihat bahwa petani sudah mengetahui bahwa tidak hanya tanaman padi yang dapat disertifikasi. Soal yang membahas mengenai keikutsertaan petani dalam sertifikasi ini juga memiliki nilai yang sama. Soal tersebut adalah soal nomor 18 dan 19. Pernyataan nomor 18 berisi tentang adanya batas waktu masa sertifikasi. Sama halnya dengan soal nomor 19 yang menyatakan bahwa petani boleh berganti lembaga sertifikasi, pada nomor 18 ini jumlah petani yang menjawab betul lebih besar daripada jumlah petani yang menjawab salah. jumlah petani yang lebih banyak menjawab soal dengan betul pada kedua soal ini menunjukkan bahwa petani telah memiliki pengetahuan awal yang cukup baik mengenai keikutsertaan dan kelembagaan sertifikasi tersebut.
29 Total soal yang berjumlah 19 soal, 9 di antaranya memiliki jumlah jawaban betul lebih banyak dari pada jawaban salah, 8 soal lebih banyak yang menjawab salah dan 2 soal lainnya memiliki jumlah jawaban betul dan salah yang sama besar. Soal yang lebih banyak dapat dijawab betul pada pre-test ini adalah soal mengenai dasar pertanian organik, manfaat dan kegunaan sertifikasi, serta jenis tanaman yang bisa disertifikasi.
Pengetahuan Akhir Petani Pengetahuan akhir yang dimiliki petani adalah pengetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik setelah diberikan leaflet. Pengetahuan ini merupakan penggabungan dari pengetahuan yang dimiliki petani sebelumnya dan pengetahuan yang berasal dari leaflet yang diberikan setelah diberikan pre-test dan telah dipahami oleh petani. Pengetahuan akhir dilihat dari nilai hasil post-test yang diberikan setelah petani mempelajari leaflet mengenai sertifikasi pertanian organik. Jumlah soal yang lebih banyak dijawab betul pada post-test adalah 12 soal, sedangkan yang lebih banyak dijawab salah adalah 7 soal. Nilai rata-rata petani secara keseluruhan pada pengetahuan akhir ini adalah 11.8. Sedangkan nilai ratarata petani bila dipersentasekan adalah sebesar 62 persen. Rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi atau B. Jumlah petani yang memiliki nilai di atas rata-rata berjumlah 17 orang dari keseluruhan petani yang ada. Petani yang memiliki nilai di atas rata-rata pada post-test lebih banyak bila dibandingkan dengan petani yang memiliki nilai di bawah rata-rata. Nilai yang diperoleh dari hasil post-test tersebut dikategorikan menjadi A, B, C dan D sesuai dengan pembagian pada subbab sebelumnya. Nilai yang diterima dari hasil post-test petani dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase petani setelah membaca leaflet menurut nilai Nilai setelah membaca leaflet A B C D
Jumlah (orang) 10 14 6 0
Persentase (%) 33.3 46.7 20.0 0.0
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar petani memperoleh nilai B untuk post-test yang dilakukan. Jumlah respoden yang memperoleh kategori nilai B memiliki jumlah yang jauh lebih tinggi daripada kategori nilai lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan akhir petani dapat dinilai sudah cukup baik dengan memperoleh nilai B. Ini karena pengetahuan petani setelah mempelajari leaflet masuk ke dalam kategori tinggi dan petani mampu memahami materi yang terdapat di dalam leaflet dengan baik. Nilai tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah petani yang menjawab betul dan jumlah petani yang menjawab salah pada tiap soalnya. Soal pada post-
30 test tersebut adalah soal yang sama seperti soal pre-test dengan tipe pernyataan benar atau salah. Jumlah soal pada post-test sama seperti jumlah pada pre-test yaitu berjumlah 19 soal dan diberikan kepada 30 orang petani. Soal ini diisi oleh petani yang telah mempelajari leaflet tentang sertifikasi pertanian organik. Sehingga, pengetahuan yang mereka miliki tidak hanya berasal dari pengetahuan yang mereka dapatkan sebelumnya, tetapi juga dipengaruhi oleh materi yang diberikan di dalam leaflet. Pembagian jumlah petani yang menjawab betul dan salah pada setiap soalnya dimaksudkan untuk melihat jenis-jenis soal yang sudah diketahui oleh petani dengan pengetahuan akhir yang dimiliki oleh mereka. Jumlah dan presentase jawaban betul dan salah pada masing-masing soal posttest ditunjukkan oleh Tabel 8. Terdapat sedikit perbedaan antara soal-soal pada post-test yang memiliki jawaban betul paling banyak dan paling sedikit bila dibandingkan dengan pre-test. Soal yang memiliki jumlah jawaban betul paling banyak adalah soal nomor 10 yang menyatakan bahwa sertifikasi mencerminkan perdagangan yang adil. Dilihat dari jumlahnya, hampir semua petani dapat menjawab betul pada pernyataan ini. Ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan petani memahami bahwa sertifikasi dapat membentuk suatu pedagangan yang adil. Soal ini juga menunjukkan tingginya tingkat pemahaman petani terhadap materi sertifikasi pertanian organik. Soal yang memiliki tingkat pemahaman tinggi selanjutnya adalah soal nomor satu yang membahas mengenai dasar pengetahuan pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Besarnya jumlah petani yang menjawab betul ini memperlihatkan bahwa hampir seluruh petani memahami dasar pengetahuan tentang pertanian organik. Sama seperti soal berikutnya yang juga memiliki tingkat pemahaman tinggi bagi petani, jumlah petani penjawab betul paling banyak adalah soal mengenai manfaat sertifikasi dan kegunaan sertifikasi bagi konsumen. Soal nomor 15 berisi tentang manfaat sertifikasi yang menyatakan bahwa produk yang disertifikasi memiliki daya jual tinggi. Petani yang menjawab betul pada pernyataan ini sudah memiliki pengetahuan mengenai manfaat sertifikasi bagi produk hasil pertanian yang didapatkan dari leaflet dan dari pengetahuan sebelumnya. Soal nomor 16 berisi tentang pernyataan bahwa pembeli akan mengetahui produk tersebut organik bila ada label organik. Petani yang mampu menjawab betul sudah memahami bahwa adanya label organik merupakan bukti bahwa produk hasil pertanian tersebut memang diolah berdasarkan prinsip-prinsip organik. Sama seperti pada pre-test, soal yang paling sedikit memiliki jawaban betul adalah soal nomor 17 mengenai tata cara pengajuan sertifikasi berupa syarat pengajuan yang harus dipenuhi. Banyaknya jumlah petani yang menjawab salah memperlihatkan bahwa soal ini merupakan soal dengan tingkat pemahaman petani yang paling rendah. Meskipun telah diberikan leaflet, namun jumlah petani yang menjawab salah jauh lebih banyak daripada yang menjawab betul. Ini memperlihatkan bahwa petani masih belum memiliki pengetahuan mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengeikuti sertifikasi, baik dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, maupun pengetahuan yang berasal dari leaflet yang diberikan.
31 Tabel 8 Jumlah dan presentase jawaban petani setelah membaca leaflet menurut pertanyaan B S No Pertanyaan Persentase Persentase . (%) (%) 1. Pertanian organik adalah pertanian yang 90.0 10.0 tidak menggunakan bahan-bahan kimia 2. Pelabelan organik bisa dibuat sendiri 33.3 66.7 3. Biaya untuk sertifikasi sangat mahal 43.3 56.7 4. Salah satu yang dapat mengikuti sertifikasi 56.7 43.3 adalah tengkulak/pengumpul. 5. Hasil pertanian organik hanya bisa diketahui melalui pengujian di 33.3 66.7 laboratorium 6. Manfaat sertifikasi adalah produk yang 63.3 36.7 disertifikasi lebih didahulukan oleh pasar 7. Sertfikasi untuk meyakinkan orang luar bahwa hasil pertanian ini menggunakan 83.3 16.7 cara-cara oganik 8. Untuk mengikuti sertifikasi petani bisa 33.3 66.7 datang ke Koperasi Unit Desa setempat 9. Untuk mengikuti sertfiikasi petani harus menyiapkan surat persetujuan masyarakat 40.0 60.0 sekitar 10. Sertifikasi mencerminkan perdagangan 96.7 3.3 yang adil 11. Tidak hanya tanaman padi yang dapat 73.3 26.7 disertifikasi 12. Sertifikasi merupakan salah satu cara 76.7 23.3 mengetahui produk itu organik 13. Syarat utama sertifikasi adalah punya surat 40.0 60.0 tanah 14. Sertifikasi bisa dikeluarkan jika 83.3 16.7 menanamnya dengan cara organik 15. Produk yang disertifikasi memiliki daya 83.3 16.7 jual tinggi 16. Pembeli akan mengetahui produk tersebut 90.0 10.0 organik bila ada label organik 17 Semua lembaga setifikasi memiliki syarat 26.7 73.3 yaitu tanah harus milik pribadi 18 Ada batas waktu masa sertfikasi 56.7 43.3 19. Petani boleh berganti lembaga sertifikasi 70.0 30.0 Ket: B = jawaban benar, S = jawaban salah Selanjutnya, pada soal nomor dua yang berisi tentang pelabelan organik dapat dibuat sendiri, petani yang menjawab salah memiliki jumlah yang lebih besar sehingga dapat dikatakan bahwa petani belum memiliki pengetahuan akhir
32 yang baik mengenai dasar sertifikasi sebagai pemberi label organik pada produk hasil pertanian. Sama seperti soal nomor 17, soal tentang tata cara pengajuan sertifikasi lainnya pun merupakan soal yang kurang dipahami petani. Nilai jawaban salah pada soal-soal ini lebih besar daripada nilai jawaban betul. Soal yang berkaitan dengan tata cara pengajuan sertifikasi ini adalah soal nomor 3, 8, 9 dan 13. Ini menunjukkan bahwa petani belum memahami tentang tata cara pengajuan sertifikasi meskipun telah diberikan leaflet setelah mengisi pre-test. Petani juga kurang memahami organik atau tidaknya suatu produk hasil pertanian. Pada pertanyaan nomor lima, petani yang mampu menjawab betul jauh lebih sedikit daripada yang menjawab salah meskipun telah dijelaskan di dalam leaflet secara jelas. Ini memperlihatkan bahwa petani tidak memiliki pengetahuan mengenai dasar diadakannya sertfikasi meskipun telah diberikan leaflet sebelumnya. Soal dengan tingkat pemahaman tinggi terdapat pada soal mengenai pihak yang dapat mengikuti sertifikasi. Pada pertanyaan ini petani lebih banyak yang dapat menjawab betul daripada yang menjawab salah sehingga dapat dikatakan bahwa petani sudah mulai memahami siapa saja pihak yang bisa mengikuti sertifikasi tersebut. Pertanyaan mengenai dasar diadakannya sertifikasi yaitu akan dikeluarkan label sertifikasi bila penanaman dan pengolahan menggunakan cara organik juga memiliki tingkat pemahaman yang tinggi. Besarnya jumlah petani yang menjawab betul ini menunjukkan bahwa petani yang sudah mengetahui tentang dasar sertifikasi lebih besar daripada yang tidak tahu. Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan bahwa pada soal ini, materi leaflet dipahami dengan baik oleh petani. Soal nomor 6 juga merupakan soal dengan tingkat pemahaman tinggi yang dimiliki oleh petani. Soal ini membahas mengenai manfaat sertifikasi dimana produk yang disertifikasi lebih didahulukan oleh pasar. Jumlah petani yang menjawab betul lebih besar daripada petani yang menjawab salah sehingga dapat dikatakan lebih banyak petani yang memahami materi di dalam leaflet untuk pernyataan ini. Untuk soal tentang keikutsertaan petani dalam lembaga sertifikasi, menunjukkan bahwa kebanyakan dari petani sudah mulai memiliki pengetahuan yang diperoleh dari leaflet pada pernyataan ini. Soal-soal yang memiliki tingkat pemahaman tinggi adalah soal-soal yang mampu dijawab betul oleh petani. Soal-soal tersebut adalah soal mengenai manfaat sertifikasi, dasar pertanian organik, jenis tanaman yang bisa disertifikasi, kegunaan sertifikasi bagi orang-orang luar, pihak yang dapat mengikuti sertifikasi, dan pergantian lembaga sertifikasi. Pengaruh Leaflet dalam Merubah Pengetahuan Petani Perubahan pengetahuan diukur dari hasil jawaban post-test dan pre-test yang diberikan kepada petani. Jumlah pertanyaan yang diberikan adalah 19 soal dengan skor nilai maksimal yang akan diperoleh adalah 19 dan nilai minimal adalah 0. Jawaban petani tersebut kemudian dikategorikan menjadi empat kategori dimana nilai A adalah untuk petani yang memperoleh nilai lebih besar sama dengan 14, nilai B adalah untuk petani yang memperoleh nilai 9 ≤ x <14, nilai C untuk petani yang memperoleh nilai 4 ≤ x < 9 dan nilai D untuk petani yang
33 memperoleh nilai kurang dari 4. Nilai-nilai yang diperoleh oleh petani sebelum mempelajari leaflet mengalami perubahan yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah dan persentase petani sebelum dan setelah membaca leaflet menurut nilai Sebelum membaca Setelah membaca leaflet leaflet Nilai Jumlah Presentase Jumlah Persentase Perubahan (orang) (%) (orang) (%) A 4 13.3 10 33.3 +6 B 18 60.0 14 46.7 -4 C 8 26.7 6 20.0 -2 D 0 0.0 0 0.0 Tetap Tabel 9 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan nilai petani setelah membaca leaflet. Terlihat dari jumlah nilai A yang diperoleh petani mengalami peningkatan setelah membaca leaflet. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan leaflet petani mulai memahami materi yang diberikan. Selain itu, terjadi pula peningkatan pada rata-rata nilai, baik menurut jumlahnya maupun menurut persentasenya. Rata-rata nilai meningkat sebesar 0.9 atau sebesar 4.5 persen. Mesikpun masih berada di kategori nilai yang sama yaitu kategori B, tetapi peningkatan nilai yang terjadi membuktikan bahwa terjadi perubahan pengetahuan yang dimiliki petani sebelum dan setelah diberikan leaflet. Peningkatan tersebut secara rinci berhubungan dengan perubahan jumlah jawaban pada setiap soalnya. Perubahan jawaban sebelum dan sesudah petani memahami leaflet pada kesembilan belas soal yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 memperlihatkan bahwa cukup banyak soal-soal yang mengalami kenaikan nilai, seperti soal nomor 11 dan 19 yang mengalami peningkatan yang paling besar. Terjadi peningkatan pengetahuan petani pada soal nomor 11 yang berarti petani mulai memahami bahwa tidak hanya tanaman padi yang dapat disertifikasi. Perubahan nilai paling besar juga terjadi petani pada soal nomor 19 mengenai pergantian lembaga sertifikasi apabila telah mengikuti sertifikasi di lembaga tertentu. Dari 19 soal yang ada, 14 di antaranya mengalami peningkatan dengan nilai yang berbeda-beda dan lima lainnya mengalami penurunan. Jumlah soal yang meningkat lebih banyak jumlahnya daripada yang mengalami penurunan. Soal-soal yang mengalami penurunan nilai adalah manfaat sertifikasi terhadap daya jual produk, cara-cara mengetahui produk organik, dan tata cara pengajuan sertifikasi berkenaan dengan tempat pengajuannya dan persyaratan yang harus dipenuhi. Materi yang mengalami penurunan kurang dapat dipahami dengan baik oleh petani sehingga soal-soal tersebut mengalami penurunan nilai. Materi tersebut tidak dijelaskan secara gamblang di dalam leaflet dan bersifat implisit sehingga responden kurang dapat menangkap penjelasan-penjelasan yang dimaksud.
34 Tabel 10 Jumlah jawaban petani sebelum dan setelah membaca leaflet menurut pertanyaan Sebelum Sesudah (%) (%) No. Pertanyaan B S B S 1. Pertanian organik adalah pertanian yang 83.3 16.7 90.0 10.0 tidak menggunakan bahan-bahan kimia 2. Pelabelan organik bisa dibuat sendiri 23.3 76.7 33.3 66.7 3. Biaya untuk sertifikasi sangat mahal 40.0 60 43.3 56.7 4. Salah satu yang dapat mengikuti sertifikasi 40.0 60 56.7 43.3 adalah tengkulak/pengumpul. 5. Hasil pertanian organik hanya bisa diketahui 43.3 56.7 33.3 66.7 melalui pengujian di laboratorium 6. Manfaat sertifikasi adalah produk yang 73.3 26.7 63.3 36.7 disertifikasi lebih didahulukan oleh pasar 7. Sertfikasi untuk meyakinkan orang luar bahwa hasil pertanian ini menggunakan 70.0 30 83.3 16.7 cara-cara oganik 8. Untuk mengikuti sertifikasi petani bisa 40.0 60 33.3 66.7 datang ke Koperasi Unit Desa setempat 9. Untuk mengikuti sertfiikasi petani harus menyiapkan surat persetujuan masyarakat 46.7 53.3 40.0 60.0 sekitar 10. Sertifikasi mencerminkan perdagangan yang 90.0 10 96.7 3.3 adil 11. Tidak hanya tanaman padi yang dapat 53.3 46.7 73.3 26.7 disertifikasi 12. Sertifikasi merupakan salah satu cara 80.0 20 76.7 23.3 mengetahui produk itu organik 13. Syarat utama sertifikasi adalah punya surat 36.7 63.3 40.0 60 tanah 14. Sertifikasi bisa dikeluarkan jika 73.3 26.7 83.3 16.7 menanamnya dengan cara organik 15. Produk yang disertifikasi memiliki daya jual 73.3 26.7 83.3 16.7 tinggi 16. Pembeli akan mengetahui produk tersebut 83.3 16.7 90.0 10.0 organik bila ada label organik 17 Semua lembaga setifikasi memiliki syarat 23.3 76.7 26.7 73.3 yaitu tanah harus milik pribadi 18 Ada batas waktu masa sertfikasi 50.0 50.0 56.7 43.3 19. Petani boleh berganti lembaga sertifikasi 50.0 50.0 70.0 30.0 Ket: B = jawaban benar, S = jawaban salah Banyaknya jumlah soal yang mengalami peningkatan nilai menunjukkan bahwa petani mampu memahami leaflet yang diberikan dengan cukup baik. Petani dinilai mampu memahami materi yang diberikan dengan adanya peningkatan nilai pada soal-soal yang diberikan. Peningkatan nilai ini memperlihatkan bahwa
35 terjadi perubahan pengetahuan petani dari pengetahuan awal yang dimiliki petani menjadi pengetahuan akhir yang dipengaruhi oleh materi di dalam leaflet. Perubahan ini juga memperlihatkan bahwa leaflet yang diberikan mampu merubah pengetahuan petani yang semula tidak tahu tentang sertifikasi pertanian organik dan mengalami peningkatan menjadi tahu. Efek kognitif Efek kognitif terjadi bila terdapat perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Pengaruh dari media leaflet terhadap efek kognitif petani diukur dari perubahan pengetahuan awal dan pengetahuan akhir petani seperti yang telah tercantum pada Tabel 9. Dalam tabel tersebut diperlihatkan bahwa pemberian leaflet memberikan pengaruh pada aspek kognitif petani berupa perubahan pengetahuan yang semula tidak tahu menjadi tahu. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan jumlah banyaknya soal yang dijawab betul setiap soal yang terdapat pada pre-test dan post-test yang diberikan. Selain itu, seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 10 bahwa terjadi peningkatan nilai yang diperoleh petani sebelum dan setelah mempelajari leaflet. Secara keseluruhan, leaflet yang digunakan sudah cukup efektif dalam mengubah pengetahuan petani. Keefektifan leaflet ini dinilai dari perubahan pengetahuan petani yang diukur melalui pre-test dan post-test. Ini menggambarkan bahwa informasi yang terdapat di dalam leaflet tersampaikan dengan cukup baik. Media leaflet juga dinilai sudah mampu mempengaruhi pengetahuan petani dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan tersebut menunjukkan bahwa terdapat efek kognitif dari pemberian leaflet dalam menyebarkan informasi, dalam hal ini informasi pertanian. Leaflet sebagai media komunikasi Leaflet merupakan media komunikasi untuk menyebarkan informasi tertentu kepada khalayak sasarannya. Media ini berisi informasi tertetulis yang kemudian disebarluaskan untuk menjangkau khalayak yang dituju. Media leaflet merupakan suatu bentuk komunikasi yang termasuk tipe komunikasi verbal nonvokal yang artinya suatu bahasa lisan dalam bentuk tertulis. Dalam penelitian ini, leaflet dijadikan sebagai media komunikasi untuk menyebar luaskan informasi. Informasi tersebut mengenai sertfikasi pertanian organik yang termasuk ke dalam simbol verbal dan dalam bentuk media cetak yang berbentuk komunikasi nonvokal. Sebagai media komunikasi, leaflet memiliki isi pesan yang ingin disampaikan sumber kepada penerima. Dalam penelitian ini, penerima yang dimaksud adalah petani organik yang belum melakukan sertfikasi terhadap hasil pertaniannya. Dengan diberikannya informasi melalui media leaflet, penerima diharapkan dapat menerima pesan yang disampaikan dan mengaplikasikannya dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuan sumber membuat pesan tersebut. Mengacu pada model komunikasi Berlo yang terdiri dari sumber, pesan, saluran dan penerima, terdapat faktor-faktor yang terdapat pada sumber dan penerima. Dari beberapa faktor yang ada, tingkat pengetahuan merupakan faktor yang harus
36 diperhatikan baik bagi sumber maupun bagi penerima. Jika penerima tidak mampu menerjemahkan kode yang diberikan oleh sumber, maka penerima tidak akan mengerti dan memahami makna dan isi pesan tersebut. Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh petani sudah cukup baik sehingga mampu menerjemahkan isi pesan yang diberikan sumber melalui leaflet dengan baik. Nilai pre-test petani yang termasuk ke dalam nilai B atau kategori tinggi, merupakan bukti bahwa petani sudah memiliki pengetahuan awal yang baik mengenai sertifikasi pertanian organik meskipun masih terdapat banyak kekeliruan dalam menjawab soal. Pengetahuan awal tersebut mereka peroleh dari seorang pemilik lahan yang sudah terlebih dahulu bertani organik yang kemudian mengajarkan cara bertani organik kepada petani. Kebanyakan petani memiliki tujuan untuk bertani organik adalah agar tidak mengkonsumsi bahan kimia yang tidak baik bagi tubuh di masa mendatang. Pemilik lahan pun sering berbagi informasi mengenai hal-hal lain seputar organik, seperti sertifikasi bagi pertanian mereka. Selain dari seorang pemilik lahan, pengetahuan tersebut mereka dapatkan dari perbincangan dengan temannya yang lain. Hal yang banyak diketahui rersponden tentang sertifikasi sebelum diberikan leaflet adalah bahwa sertifikasi bermanfaat untuk hasil pertanian mereka dan mampu menjangkau konsumen yang lebih banyak lagi dan juga membutuhkan biaya yang besar. Beberapa dari mereka bahkan belum tahu banyak tentang sertifikasi dengan alasan hanya mementingkan pertanian organik sebagai cara untuk menghindari penyakit dari bahan-bahan kimia di dalam sayur-sayuran bagi mereka dan bagi orang lain yang membeli hasil sayur mereka. Di samping itu, walaupun petani kebanyakan adalah lulusan SD dan sederajat, tetapi kebanyakan dari mereka memiliki pengetahuan baca tulis yang baik sehingga mereka mampu membaca apa yang disampaikan di dalam leaflet dan memahami isinya. Oleh karena itu, petani dalam penelitian ini mampu menerjemahkan kode pesan yang terdapat di dalam leaflet tersebut yaitu berupa materi penjelasan mengenai sertifikasi pertanian organik. Walaupun terdapat beberapa petani yang kesulitan membaca karena sudah tua, namun hal tersebut tidak terlalu menjadi kendala karena lebih banyak yang mengalami kenaikan nilai daripada yang mengalami penurunan. Faktor lainnya adalah sistem sosial-budaya yang terdapat di dalam lingkungan tempat tinggal petani. Sejumlah besar petani berada pada tingkat pendidikan SD dan sederajat, namun memiliki hubungan dengan tokoh-tokoh tertentu seperti peneliti, mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi. Beberapa dari mereka bahkan aktif mengikuti rapat-rapat kegiatan tentang organik dan ada pula yang memiliki hubungan dengan lembaga sertifikasi di suatu NGO. Dari 30 jumlah petani yang ada, beberapa di antaranya tergabung dalam suatu serikat petani yang sering melakukan perkumpulan dan bertukar informasi seputar pertanian. Sehingga, mereka lebih terdedah dalam komunikasi media massa maupun media lainnya dan mampu menerima informasi baru dengan baik. Petani yang seperti ini pula mampu berkomunikasi dengan ketepatan yang tinggi karena telah terbiasa berbicara dengan orang-orang lainnya.
37
DESAIN LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN PETANI Leaflet sebagai media cetak yang memiliki manfaat untuk menyebarkan informasi, atau mempengaruhi khalayak sasarannya, memiliki sebuah desain yang diharapkan mampu menarik khalayak untuk mau membaca informasi yang terdapat di dalamnya. Pembuat media ini perlu memperhatikan beberapa hal yang akan mempengaruhi ketertarikan khalayak terhadap leaflet yang disebarkan. Dalam penelitian ini diperhatikan pula desain leaflet yang dibuat mencakup desain latar dan desain isi pesan mengenai informasi yang akan disampaikan. Penilaian Petani terhadap Aspek-Aspek pada Desain Leaflet Desain leaflet yang menarik, bahasa yang sederhana, penjelasan yang mudah dipahami, tulisan yang terbaca merupakan hal-hal yang dapat membuat petani tertarik dengan leaflet yang diberikan. Aspek desain leaflet digunakan untuk melihat bagaimana penilaian petani terhadap media leaflet yang diberikan dan apakah terdapat hubungan antara perubahan pengetahuan petani dengan desain yang terdapat di dalam leaflet. Aspek yang dilihat dari desain leaflet ini adalah warna, gambar, huruf, bahasa, dan desain dari leaflet secara keseluruhan. Penilaian dari petani menunjukkan bahwa jumlah skor paling tinggi dari petani ini terdapat pada kategori menarik. Hasil dari skor yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 11. . Tabel 11 Jumlah dan persentase petani menurut kategori desain Kategori desain Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat menarik (49 ≤ x ≤ 56) 5 16.7 Menarik (41≤ x <49) 19 63.3 Tidak menarik ( x < 41) 6 20.0 Desain leaflet yang digunakan di dalam penelitian ini berada pada kategori menarik yang dinilai sudah baik untuk memberikan infromasi kepada petani. Walaupun jumlah petani yang memberi penilaian bahwa leaflet ini berada kategori rendah memiliki jumlah yang rendah, namun dapat dikatakan leaflet ini masih memiliki kelemahan yang harus diperbaiki agar dapat digunakan sebagai mana mestinya. Jumlah skor pada setiap aspek merupakan skor kumulatif dari pernyataan yang terdapat di dalam kuisioner untuk aspek tersebut. Setiap aspek terdiri dari beberapa pernyataan yang mendukung penilaian petani terhadap aspek tersebut. Untuk aspek warna terdiri dari dua pernyataan, aspek gambar dan bahasa terdiri dari tiga pernyataan. Sedangkan aspek huruf terdapat lima pernyataan dan pada desain keseluruhan satu pernyataan. Aspek pertama yang merupakan elemen dari suatu desain leaflet adalah aspek warna. Warna merupakan elemen utama yang memberikan sentuhan dan karakter kepada sebuah tampilan media cetak. Penggunaan warna pada leaflet
38 mengikuti pedoman penggunaan warna yang baik untuk sebuah media cetak. Kombinasi warna digunakan sederhana dan tidak terlalu beragam pada suatu ruang tampilan. Kombinasi paling banyak adalah 3 warna yang terdiri dari 2 jenis warna hijau dan warna putih sebagai warna dasar. Kombinasi warna pada leaflet secara keseluruhan berjumlah lima warna yang terdiri dari warna putih sebagai warna dasar dan 4 jenis warna hijau yang berbeda-beda jenisnya. Warna hijau yang digunakan selain sebagai icon pertanian, juga disesuaikan dengan pedoman penggunaan warna bila menggunakan warna latar putih. Warna hijau tersebut dinilai sudah sesuai dengan pedoman karena dapat menciptakan kontras dan menarik perhatian pembaca. Separuh dari jumlah petani yang ada menganggap bahwa warna yang terdapat pada leaflet sesuai dengan tema materi yang terdapat di dalam leaflet pada aspek ini. Petani menilai bahwa warna hijau pada leaflet adalah warna yang sesuai dengan isi materi yang diangkat, yaitu pertanian, dan kombinasi warna hijau yang digunakan menarik untuk dilihat. Lebih dari setengah dari jumlah petani yang ada pun menyukai penggunaan warna pada leaflet yang dianggap menarik. Dapat dilihat bahwa sebagian petani menganggap penggunaan warna di dalam leaflet sudah sesuai dan menarik pada aspek ini. Penilaian petani terhadap warna pada leaflet dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Presentase jawaban petani mengenai warna pada leaflet menurut pertanyaan Pertanyaan Warna yang digunakan menggambarkan pertanian Warna yang digunakan menarik
Jawaban (%) S TS
STS
43.3
50
3.3
3.3
36.7
60
3.3
0.0
SS
Elemen desain leaflet selanjutnya adalah elemen gambar yang merupakan pelengkap teks. Dalam leaflet, gambar yang ada digunakan sebagai dekorasi atau hiasan yang sesuai dengan materi di dalamnya. Gambar di dalam leaflet berjumlah enam buah yang terdiri dari gambar padi dan sayur-sayuran. Aspek gambar pada kuisioner terdiri dari tiga pernyataan yang masing-masing memiliki jumlah skor tertinggi berbeda-beda. Hampir separuh dari petani menganggap gambar yang terdapat pada leaflet sesuai dengan tema pertanian seperti pada materi di dalam leaflet. Meskipun terdapat beberapa petani yang menganggap jumlah gambar yang terdapat di dalam leaflet kurang banyak, namun lebih banyak petani yang setuju dengan pernyataan bahwa jumlah gambar yang terdapat di dalam leaflet sudah cukup banyak. Adanya responden yang menilai bahwa jumlah gambar tersebut belum cukup banyak disebabkan oleh ukuran gambar yang relatif kecil dan tidak menyebar keseluruh halaman leaflet sehingga dianggap kurang terlihat. Secara keseluruhan, responden memberikan penilaian bahwa gambar yang terdapat di dalam leaflet sesuai dengan materi yang terdapat di dalam leaflet dengan jumlah yang sudah cukup banyak dan menarik untuk dilihat. Hasil penilaian petani terhadap gambar yang terdapat di dalam leaflet dalam dilihat pada Tabel 13.
39 Tabel 13 Presentase jawaban petani mengenai gambar pada leaflet menurut pertanyaan Pertanyaan Gambar yang digunakan menggambarkan pertanian Jumlah gambar yang digunakan sudah cukup banyak Gambar yang digunakan menarik
SS
Jawaban (%) S TS
STS
36.7
43.3
16.7
3.3
16.7
46.7
33.3
3.3
20.0
70.0
6.7
3.3
Aspek selanjutnya yang dilihat adalah penggunaan huruf yang terdapat di dalam leaflet. Penjelasan di dalam leaflet berhubungan erat dengan bagaimana penulisan dan bahasa yang digunakan dalam menjelaskan materi tersebut. Penulisan di dalam leaflet dapat dilihat dari penggunaan huruf dan warna yang digunakan pada huruf tersebut. petani menilai huruf yang digunakan cukup besar dengan warna hitam yang kontras dengan warna latar sehingga dapat terbaca. Jenis huruf yang digunakan dinilai menarik oleh petani karena memiliki kombinasi yang berbeda dan tidak monoton tetapi tetap dapat dibaca dengan jelas. Terdapat lima pertanyaan yang berkaitan dengan penggunaan huruf pada tulisan di dalam leaflet pada aspek ini. Penggunaan huruf pada leaflet termasuk ke dalam elemen tipografi atau seni merangkai huruf. Jenis huruf yang digunakan pada leaflet ini adalah A Year Without Rain untuk bagian judul dan sub judul dan Arial untuk bagian penjelasan isi. Jenis huruf tersebut adalah jenis yang jarang digunakan pada buku-buku teks atau pada pelatihan-pelatihan formal sehingga penggunaan jenis huruf yang pertama dianggap menarik namun tetap membuat tulisan mudah terbaca karena ukuran huruf yang besar dan warna hitam yang kontras dengan warna latar. Jenis huruf ini juga dikombinasikan dengan jenis huruf Arial untuk menghindari kesulitan dalam membaca akibat jenis huruf yang tidak biasa. Kombinasi jenis huruf ini juga dilakukan karena jenis huruf Arial merupakan jenis huruf yang mudah terbaca oleh khalayak. Petani menilai bahwa tulisan yang digunakan di dalam leaflet terbaca karena ukuran huruf cukup besar dan warna hitam pada tulisan kontras dengan warna latar yaitu hijau. Petani juga menganggap bahwa jenis huruf yang digunakan pada leaflet menarik dan tidak monoton sehingga petani mampu membaca tulisan yang terdapat di dalamnya. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah petani yang setuju terhadap pernyataan pendukung pada aspek huruf mencapai separuh dari jumlah petani. Seluruh petani menilai bahwa tulisan yang terdapat di dalam leaflet dapat dibaca. Begitu juga dengan pernyataan mengenai penggunaan warna pada tulisan dan jenis huruf yang menarik, lebih dari separuh petani setuju dengan pernyataan tersebut. Selain itu, jarak antar tulisan yang terdapat di dalam leaflet dinilai sudah cukup baik yang berarti tidak terlalu berdekatan antar tulisan satu dengan yang lainnya. Hasil skor penilaian petani terhadap penggunaan huruf dan tulisan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.
40 Tabel 14 Presentase jawaban petani mengenai penggunaan huruf pada leaflet menurut pertanyaan Pertanyaan Ukuran huruf yang digunakan cukup besar Huruf yang digunakan dapat dibaca Warna huruf yang digunakan membuat tulisan terbaca Jenis huruf yang digunakan menarik Jarak antar tulisan yang satu dengan lainnya renggang
SS
Jawaban (%) S TS
STS
26.7
50.0
16.7
6.7
33.3
63.3
3.3
0.0
33.3
60
3.3
3.3
26.7
56.7
13.3
3.3
30.0
46.7
16.7
6.7
Desain pesan di dalam leaflet tidak lepas dari aspek pesan dalam suatu komunikasi. Mengacu pada model komunikasi Berlo, pesan yang sampaikan sumber kepada penerima memiliki faktor-faktor tertentu untuk mencapai keefektifan suatu komunikasi. Menurut Berlo (1960) dalam Mugniesyah (2010), setiap pesan memiliki elemen dan struktur serta Faktor-faktor yang terdapat di dalam komponen pesan. Faktor-faktor di dalam pesan komunikasi tersebut adalah kode pesan, isi pesan dan perlakuan pesan. Kode pesan diartikan sebagai setiap kelompok simbol-simbol yang dapat distukturkan dengan cara tertentu sehingga bermakna bagi sejumlah orang. Kode pesan tersebut adalah aspek bahasa di dalam leaflet yang memiliki elemen berupa pilihan kosa kata bahasa. Kosa kata digunakan untuk menjelaskan materi tentang sertifikasi pertanian organik. Kosa kata yang digunakan di dalam leaflet merupakan kosa kata bahasa Indonesia yang baik dan dinilai mudah dimengerti oleh petani. Bahasa yang digunakan. Isi pesan diartikan sebagai materi dalam pesan yang diseleksi oleh sumber untuk mengekspresikannya tujuannya berkomunikasi. Isi pesan di dalam leaflet adalah mengenai sertifikasi pertanian organik dengan judul pesan yaitu ”Mengenali Sertifikasi Pertanian Organik”. Materi yang dijelaskan adalah tentang sertifikasi organik itu sendiri, latar belakang munculnya sertifikasi, mengapa sertifikasi diperlukan bagi hasil produk pertanian, manfaat mengikuti sertifikasi, tata cara pengajuan sertifikasi, dan pihak-pihak yang dapat mengikuti sertifikasi. Penjelasan materi tersebut dirancang secara sistematis dan terstruktur yang bermula dari latar belakang munculnya sertifikasi pertanian organik. Selanjutnya adalah penjelasan mengenai definisi dari sertifikasi organik dan bagaimana sorang petani dapat memperoleh sertifikasi. Penjelasan ketiga adalah tentang mengapa diperlukannya sertifikasi organik bagi petani. Penjelasan keempat berbicara tentang manfaat mengikuti sertifikasi organik. Penjelasan berikutnya adalah tentang tata cara pengajuan sertifikasi pertanian organik dan penjelasan terakhir adalah mengenai pihak-pihak yang dapat mengikuti sertifikasi. Materi pesan tersebut sesuai dengan tujuan sumber dalam melakukan komunikasi yaitu meningkatkan pengetahuan penerima tentang sertifikasi pertanian organik. Perlakuan pesan adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber untuk memiliki metode untuk menyusun dan mengirim kode dan isi pesan. Dalam
41 hal ini, perlakuan pesan tentang materi sertifikasi pertanian organik adalah melalui bahasa tertulis atau komunikasi verbal non-vokal. Pesan tersebut disebarkan melalui media berupa leaflet yang kemudian dibaca langsung oleh petani sehingga dapat menerima pesan yang disampaikan oleh sumber. Petani dalam penelitian ini adalah petani organik yang belum mengikuti sertfiikasi sehingga isi pesan yang yang disampaikan berupa konsep-konsep dasar sertifikasi mencakup manfaat, kegunaan, tata cara pengajuan, dan pihak-pihak yang diperbolehkan mengikuti sertifikasi. Perlakuan pesan dalam penelitian ini tidak dibedakan antara petani dengan pendidikan rendah dan petani dengan pendidikan tinggi. Kedua petani memperoleh informasi tentang materi sertifikasi yang sama dari leaflet sehingga perubahan yang diperoleh mengalami sedikit perbedaan dengan berbedanya kemampuan petani dalam menerjemahkan isi pesan di dalam leaflet. Lebih dari lima puluh persen petani menganggap bahwa bahwa penjelasan materi di dalam leaflet mudah dipahami. Hal ini didukung oleh banyaknya jumlah petani yang setuju bahwa penggunaan bahasa di dalamnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik sehingga mudah dimengerti. Hasil persentase skor petani tersebut dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 15. Tabel 15 Presentase jawaban petani mengenai penggunaan bahasa pada leaflet menurut pertanyaan Pertanyaan Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia yang baik dan benar Bahasa yang digunakan mudah dimengerti Penjelasan di dalam leaflet dapat dipahami
Jawaban (%) S TS
STS
46.7
53.3
0.0
0.0
40.0
46.7
13.3
3.3
23.3
60.0
13.3
3.3
SS
Aspek terakhir yang dinilai oleh petani adalah desain leaflet secara keseluruhan. Penilaian ini didapatkan dari anggapan petani terhadap tampak leaflet secara keseluruhan baik isi, materi dan desain yang mencakup penggunaan huruf serta pemilihan gambar dan warna. Penilaian yang diberikan petani adalah bahwa desain leaflet tersebut menarik dengan jumlah proporsi terbesar lebih dari separuh jumlah petani. Presentase skor petani dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Presentase jawaban petani mengenai desain leaflet menurut pertanyaan Pertanyaan Desain Leaflet secara keseluruhan menarik
SS 40.0
Jawaban (%) S TS
STS
50.0
0.0
10.0
42 Secara keseluruhan, desain yang terdapat di dalam leaflet dinilai cukup baik untuk memberikan informasi kepada petani. Tingginya jumlah petani yang menjawab setuju pada pertanyaan tentang aspek-aspek tertentu menunjukkan bahwa mereka cukup menyukai dan tertarik dengan desain leaflet tersebut dilihat dari lima aspek yang telah dijabarkan di atas. Desain Leaflet dan Hubungannya dengan Perubahan Akhir Petani Desain yang terdapat pada leaflet sertifikasi pertanian organik dinilai sudah baik dan menarik dari sisi bahasa, warna, huruf, isi, penjelasan dan gambar yang terdapat di dalamnya. Hal tersebut sesuai dengan tingginya jumlah responden yang berada pada kategori menarik pada penilaian terhadap desain leaflet. Penilaian terhadap desain tersebut kemudian dilihat hubungannya dengan tingkat pengetahuan petani setelah membaca leaflet. Secara rinci hubungan antara tingkat pengetahuan petani setelah diberikan leaflet dan penilaian terhadap desain dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Persentase petani berdasarkan hubungan tingkat pengetahuan petani setelah membaca leaflet dan kategori desain leaflet Tingkat pengetahuan petani setelah diberikan leaflet (%) Desain leaflet A B C D Sangat menarik 10.0 6.7 10.0 0.0 Menarik 20.0 33.3 0.0 0.0 Tidak menarik 3.3 16.7 0.0 0.0 Untuk melihat hubungan antara desain yang terdapat di dalam leaflet dengan tingkat pengetahuan petani setelah memabca leaflet, digunakan uji statistik Rank Spearman. Pengujian tersebut menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.387 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari nilai alfa yaitu sebesar 0.05. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara desain leaflet dengan pengetahuan akhir petani setelah mempelajari leaflet. Meskipun desain di dalam leaflet dinilai menarik oleh petani, namun berdasarkan uji statistik leaflet tidak mampu mempengaruhi pengetahuan. Peningkatan pengetahuan yang terjadi pada petani memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh faktor-faktor mengacu pada Notoatmodjo yaitu pendidikan, informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Kebanyakan petani memiliki tingkat pendidikan hanya sampai sekolah dasar atau sederajat, banyak pula di antara mereka yang tidak tamat. Namun, mereka juga memperoleh pengetahuan lainnya diluar pendidikan sekolah. Petani memiliki pengetahuan awal yang baik tentang pertanian organik yang berasal dari pendidikan alami dilingkungan mereka yaitu keluarga dan teman terdekat. Keluarga petani banyak yang sudah memahami pentingnya pertanian organik dan bagaimana cara melakukan pertanian organik yang sederhana. Selain itu, beberapa dari petani juga tergabung dalam suatu perkumpulan petani yang melakukan pertanian secara organik. Dari perkumpulan tersebut mereka saling bertukar
43 informasi yang berkaitan dengan pertanian organik termasuk sedikit banyak mengenai sertifikasi pertanian organik. Faktor sosial budaya dan ekonomi juga terlihat pada petani yang sudah melakukan pertanian organik secara turun-temurun, sehingga mereka sudah memiliki dasar tata cara melakukan pertanian organik. Adanya perkumpulan dan kebiasaan dalam hal bertani organik tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan petani dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana terjadi interaksi antara petani dengan hal-hal sekitar yang secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi pengetahuan mereka. Petani dapat secara sadar memperoleh pengetahuan baru ketika mereka menanyakan langsung apa yang tidak mereka mengerti kepada tokoh-tokoh, akademisi, dan teman-teman yang ada di lingkungan mereka. Namun, terkadang pengetahuan juga diperoleh secara tidak sadar ketika mereka bercakap-cakap dengan teman lainnya dan secara tidak sengaja memperoleh pandangan dan wawasan baru dari hasil perbincangan tersebut. Faktor lainnya adalah pengalaman petani dalam hal bertani organik. Kebanyakan petani sudah melakukan pertanian organik selama lebih dari dua tahun, terutama mereka yang sudah sejak dulu diajarkan secara turun-temurun untuk bertani organik. Petani tersebut telah memperoleh cukup banyak informasi yang berkaitan dengan pertanian organik atau mengikuti pelatihan dan perkumpulan bersama petani organik. Sehingga, sedikit-sedikit mereka mengetahui adanya sertifikasi pertanian organik, walaupun tidak dikenali secara pasti sebagai sertifikasi. Dalam hal memperoleh pengetahuan, faktor usia sangat berpengaruh terutama dalam hal daya tangkap dan pola pikir. Petani dalam penelitian ini beragam, dari mulai usia madya hingga mereka yang berusia paruh baya. Daya tangkap petani yang berada di usia produktif cenderung lebih cepat dibandingkan dengan petani yang sudah berumur paruh baya. Terutama dalam hal pola pikir, petani yang berusia 50 tahun keatas cenderung sudah memiliki idealisme tersendiri mengenai berbagai macam hal, dalam hal ini pertanian organik, yang terkadang sulit utuk dipengaruhi. Namun petani yang berusia madya dan produktif cenderung memiliki pola pikir yang luwes dan mampu menyesuaikan dengan situasi yang terjadi. Petani yang berada pada usia madya juga memiliki kemampuan verbal yang lebih baik karena karakeristik fisiknya yang mendukung, seperti mata yang masih jeli untuk membaca. Sementara petani yang berada di atas usia 50 tahun cenderung memiliki rabun untuk membaca jarak dekat.
44
45
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Penggunaan leaflet efektif dalam meningkatkan pengetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik. Peningkatan pengetahuan petani terjadi setelah petani membaca leaflet yang diberikan. 2. Desain yang terdapat di dalam leaflet dinilai sudah baik dengan kategori menarik. Komposisi yang terdapat di dalamnya sudah sesuai, sehingga menjadikan leaflet tersebut secara keseluruhan menarik. Namun, tidak ada hubungan yang nyata antara desain dengan perubahan pengetahuan.
Saran 1. Guna meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang sertifikasi pertanian organik bagi petani, perlu diadakan pendampingan berupa diskusi kelompok dan belajar kelompok dengan seorang fasilitator pada saat mempelajari leaflet yang diberikan. 2. Pemerintah daerah, melalui Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Pertanian dan Kehutanan (BP4K), perlu berperan aktif dalam mengadakan penyuluhan tentang sertifikasi pertanian organik. Penyuluh sebaiknya adalah orang yang memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai pertanian organik dan sertifikasi pertanian organik. 3. Perlu adanya sosialisasi langsung dari lembaga sertifikasi kepada petani organik agar informasi tentang sertifikasi pertanian organik dapat dipahami dengan baik.
46
47
DAFTAR PUSTAKA Adawiyah SE. 2003. Pengaruh media komunikasi hiv/aids berbentuk booklet dan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa perguruan tinggi swasta di DKI Jakarta [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [AOI] Aliansi Organis Indonesia. 2011. Perluasan pertanian organik diharapkan penuhi pangan sehat [internet]. [diunduh 2012 Mei 21]. Tersedia dari: http://www.organicindonesia.org/05infodata-news.php?id=267. Andrianti Y. 2010. Pengaruh sertifikasi qualified internal auditor terhadap kualitas audit internal [Skripsi] [Internet]. [diunduh 2012 Juni 21]. Bandung (ID): Universitas Padjajdaran. Tersedia dari: http://www.scribd.com/yayah_adams/d/44369498/15-PengertianSertifikasi. Ariesusanty R, Nuryati S, dan Wangsa R. 2012. Statistik pertanian organik Indonesia – 2011. Bogor (ID): Aliansi Organis Indonesia. Arsyad A. 2009. Media pembelajaran. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada Badan Litbang Pertanian. 2002. Prospek pertanian organik di Indonesia [internet]. [diunduh 2012 Mei 21]. Tersedia dari: http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17/. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Kecamatan Cibungbulang dalam Angka. Bogor (ID): BPS – Kabupaten Bogor. BIOCert Indonesia. 2007. Tanya jawab sertifikasi organik bagi kelompok tani [internet]. [diunduh 2012 Mei 21]. Tersedia dari: http://www.biocert.or.id/faq.php?id=126. Daftar isian data profil desa. 2010. Bogor. Tidak dipublikasi. Darmawan D. 2012. Efektifitas merek dan leaflet sebagai media promosi produk beras organik (studi kasus: beras organik SAE di bawah lembaga pertanian sehat) [Skrpsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Effendy, OU. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya. Effendi S. 1989. Proses Penelitian Survai. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, editor. Metode penelitian survai. Jakarta (ID): LP3ES. Effendi S dan Manning C. 1989 Prinsip-Prinsip Analisa Data. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, editor. Metode penelitian survai. Jakarta (ID): LP3ES. Herrmawan A. 2009. Penelitian bisnis paradigma kuantitatif [internet]. [diunduh 2013 Januari 16]. Jakarta {ID): Grasindo. Tersedia dari: books.google.co.id/books?isbn=9790259522. Ikada DC. 2010. Tingkat penerimaan buku cerita bergambar sebagai media pendidikan gizi dan pengaruhnya terhadap pengetahuan gizi anak sekolah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [INOFICE] Indonesia Organic Farming Infection and Certification. 2007. Hidup organis, sejahtera dan sehat selaras dengan alam [internet]. [diunduh pada 2012 Mei 31]. Tersedia pada: http://inofice.tripod.com/. Kurniawan E. 2006. Studi analisis isi pemberitaan media massa tentang lingkungan hidup dan implikasinya terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan di kabupaten Bangka [tesis] [internet]. [diunduh 2012 Maret 29]. Semarang [ID]: Universitas Diponegoro. Tersedia dari: http://eprints.undip.ac.id/15499/1/Eko_Kurniawan.pdf.
48 Lubis DP. 2010. Pendahuluan. Aida Vitalaya S. Hubies, editor. Dasar-dasar komunikasi. Bogor (ID): Sains KPM IPB Press. Madjadikara AS. 2004. Bagaimana biro iklan memproduksi iklan [internet]. [diunduh pada 2013 Januari 17]. Jakarta (ID): Gramedia. Tersedia dari: books.google.co.id/books?isbn=9792209808. Marlina L. 2010. Perbandingan efektivitas media cetak (folder dan posterkalender) dan penyajian tanaman zodia terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat [tesis] [intenet]. [diunduh 2012 Maret 14]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tersedia dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/32181. Mugniesyah SS. 2010. Media komunikasi dan komunikasi massa. Aida Vitalaya S. Hubies, editor. Dasar-dasar komunikasi. Bogor (ID): Sains KPM IPB Press. Notoatmodjo. 2007. Definisi pengetahuan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan [internet]. [diunduh 2012 Mei 27]. Tersedia dari: http://duniabaca.com/definisi-pengetahuan-serta-faktor-faktor-yangmempengaruhi-pengetahuan.html. PAMOR Indonesia. 2010. Tanya jawab seputar PAMOR Indonesia [internet]. [dunduh 2013 Januari 17]. Tersedia dari: http://www.pamorindonesia.org/pamor/faq.php. [P2KP] Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. [tidak ada tahun]. Pemilihan warna untuk materi cetakan [internet]. [diunduh 2012 Desember 22]. Tersedia dari: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &cad=rja&ved=0CC4QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.p2kp.org%2F pustaka%2Ffiles%2FTipsTriks%2FPemilihan_Warna.doc&ei=JE7uUOnC MInzkQWw9oDoCw&usg=AFQjCNG1P4H2cC9lDEz_Rqu1k7WTex9dF Q&bvm=bv.1357700187,d.dGI. Peka Indonesia Foundation. 2009. Produk pertanian organik untuk kesehatan dan kelestarian [internet]. [diunduh 2012 Mei 23]. Tersedia dari: http://www.peka-indonesia.org/our-works/community-developmentprofile/produk-pertanian-organik-untuk-kesehatan-dan-kelestarian/. Rakhmat J. 1985. Psikologi komunikasi. Bandung (ID): PT Remaja Rosdakarya. Sari DP. 2011. Ujian akhir semester gasal desain instruksional semester III [internet]. [diunduh 2012 Desember 22]. Pontianak (ID): Universitas Tanjungpura. Tersedia dari http://www.scribd.com/doc/48685442/UASDesain-Pesan. Sucofindo. [tidak ada tahun]. Sertifikasi pangan organik [internet]. [diunduh 2013 Januari 16]. Tersedia dari: http://www.sucofindo.co.id/2/32/22/industriproduk-konsumen/223/sertifikasi-pangan-organik.html. Suparman A. 2001. Desain instruksional. Jakarta (ID): PAU-PAAI, Universitas Terbuka. Sutanto R. 2002. Pertanian organik: menuju pertanian alternatif dan berkelanjutan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kansius. Teknologi Pendidikan Universitas Surabaya. 2011. Rasional dan pengertian desain pesan. Surabaya [internet]. [diunduh 2012 Desember 22]. Tersedia dari: http://blog.tp.ac.id/rasional-dan-pengertian-desain-pesan.
49 Wijanarko L. 2010. Elemen-elemen dalam desain komunikasi visual [internet]. [diunduh 2012 Desember 22]. Tersedia dari: http://www.ahlidesain.com/elemen-elemen-dalam-desain-komunikasivisual.html. Wiratmo TG. 2009. Transformasi fungsi gambar dalam ilustrasi: dari dekorasi visual, interpretasi visual, jurnalis visual sampai opini visual [internet]. [diunduh 22 Desember 2012]. Tersedia dari: http://dgiindonesia.com/transformasi-fungsi-gambar-dalam-ilustrasi-dari-dekorasivisual-interpretasi-visual-jurnalis-visual-sampai-opini-visual/. Wiryanto. 2006. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta (ID): PT Grasindo.
50
51
LAMPIRAN
52
53 Lampiran 1 Uji korelasi Rank Spearman desain leaflet dan pengetahuan akhir
Correlations POST TEST POST TEST
Pearson Correlation
DESAIN LEAFLET 1
Sig. (2-tailed) N DESAIN LEAFLET
.164 .387
30
30
Pearson Correlation
.164
1
Sig. (2-tailed)
.387
N
30
30
54 Lampiran 2 Leaflet sertifikasi pertanian organik
55 Lampiran 3 Peta Desa Ciaruteun Ilir
Sumber: Badan Pusat Statistik
56 Lampiran 4 Dokumentasi
Responden membaca leaflet
Responden mengisi kuisioner
Kebun pertanian organik
57
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 Mei 1991 dari ayah Qodarian Pramukanto dan ibu Prayasuri Trina Sakti. Penulis adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama penulis mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi, UKM dan kepanitiaan. Penulis pernah tergabung dalam UKM fotografi “Shutter” pada tahun 2009. Penulis juga aktif di dalam organisasi mahasiswa, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusis (BEM FEMA) sebagai staf departemen Komunikasi dan Informasi (Kominfo) pada tahun 2010-2011. Saat ini penulis menjadi staf Departemen Pengembangan Budaya, Olahraga dan Seni (PBOS) pada tahun 2011-2012 dan aktif di komunitas di luar IPB yaitu Komunitas Bogor Berkebun sebagai divisi humas. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan dalam berbagai event di IPB antara lain IDEA (IPB’s Dedication for Education) yang diadakan pada tahun 2010 oleh BEM KM IPB, MPKMB (Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru) 47 pada tahun 2010 yang diadakan oleh BEM KM IPB dan BEM TPB, 4th E’SPENT (Ecology Sport and Art Event) pada tahun 2011 yang diadakan oleh BEM FEMA, IAC (IPB Art Contest) pada tahun 2011 yang diadakan oleh BEM KM, Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia dan Masa Perkenalan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada tahun 2011, Famnite (Famialirity Night) yang pada tahun 2011 yang diadakan oleh BEM FEMA, 5th E’SPENT (Ecology Sport and Art Event) pada tahun 2012 yang diadakan oleh BEM FEMA, INDEX (Indonesian Ecology Expo) pada tahun 2012 diadakan oleh BEM FEMA, dan Famnite (Famialirity Night) pada tahun 2012 diadakan oleh BEM FEMA. Penulis juga memiliki keahlian dan minat yang besar di bidang visual design dan fotografi dan menjadi anggota divisi PDD (Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi) pada setiap kepanitiaan.