TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing merupakan hewan yang sangat penting dalam pertanian subsisten karena kemampuanya yang unik untuk mengadaptasikan dan mempertahankan dirinya dalam lingkungan-lingkungan yang keras. Kambing merupakan hewan serba guna yang dapat memproduksi susu, daging, kulit, dan bulu (Williamson dan Payne, 1993). Menurut Devendra dan Burns (1994), dari produk yang hasilkan terutama susu dan daging, kambing memberi sumbangan bagi kesehatan dan gizi berjuta-juta penduduk di berbagai negara berkembang. Pemeliharaan kambing, walaupun dalam jumlah sedikit, dapat menyediakan kebutuhan akan protein hewani, mineral esensial dan vitamin asal lemak yang sangat penting terutama bagi kelompok orang lemah, seperti wanita hamil, menyusui, serta anak kecil. Menurut Heriyadi (2004), Secara umum taksonomi kambing Peranakan Etawah adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Sub Kingdom : Vertebrata Class
: Mamalia
Ordo
: Ungulata
Sub Ordo
: Artiodactylata
Section
: Pecora
Familiy
: Bovidae
Sub Family
: Caprinae
Genus
: Capra
Spesies
: Capra hircus Kambing Perah
Seperti sapi perah, kambing perah juga dikembangbiakkan dan diseleksi sejak dahulu untuk menghasilkan susu dalam jumlah yang banyak. Konformasi tubuh yang dimiliki dari sapi perah dan kambing perah adalah sama. Struktur dari masingmasing kelenjar ambing dan kambing perah, yaitu alveoli, saluran susu, sisterna kelenjar serta fungsi anatomi dan fungsi puting susunya dalam memproduksi susu, 3
sama dengan sapi perah. Konversi makanan menjadi susu juga sama antara keduanya. Periode laktasi selama 305 hari dengan 60 hari periode kering kandang, juga merupakan norma yang berlaku untuk kedua spesies tersebut (Blakely dan Bade, 1992). Menurut Mulyono (2003), beberapa bangsa kambing perah yang ada di Indonesia meliputi Kambing Peranakan Etawah (PE), Kambing Jawa Randu, dan Kambing Saanen. Karakteristik Kambing Peranakan Etawah Menurut Mulyono (2003), Kambing Peranakan Etawah merupakan kambing hasil persilangan antara kambing kacang (lokal) dengan kambing Etawah. Kambing Peranakan Etawah mampu beradaptasi terhadap kondisi dan habibat Indonesia. Kambing Peranakan Etawah memiliki ciri-ciri antara kambing Kacang dengan kambing Etawah, yaitu bagian hidung ke atas melengkung, panjang telinga antara 15-30 cm menggantung ke bawah dan sedikit kaku, warna bulu bervariasi antara warna hitam dan coklat, kambing jantan memiliki bulu yang tebal dan agak panjang dibawah leher dan pundak, sedangkan bulu kambing betina agak panjang terdapat dibagian bawah ekor ke arah garis kaki, bobot badan hidup kambing Peranakan Etawah jantan sekitar 40 kg dan Peranakan Etawah betina sekitar 35 kg. Keistimewaan lain yang dimiliki kambing Peranakan Etawah adalah harga jual yang lebih tinggi dibandingkan kambing lokal, karena ukuran tubuh yang lebih besar dan harga susu kambing yang lebih mahal dibandingkan harga susu sapi. Selain itu, kambing Peranakan Etawah mempunyai efisiensi reproduksi yang tinggi apabila dipelihara dengan baik, sehingga lebih cepat berkembang biak. Kambing Etawah betina memiliki kemampuan menghasilkan anak setiap tahun dengan jumlah anak lebih dari satu setiap kelahiran (kidding crop berkisar antara 150-170 %), pencapaian bobot badan yang tinggi pada awal dewasa tubuh dan lebih cepat dibandingkan kambing jantan (Heriyadi, 2004). Karakteristik Kambing Jawa Randu Menurut Mulyono (2003), kambing Jawa Randu memiliki ciri-ciri yaitu memiliki tubuh yang lebih kecil dari kambing Etawah, memiliki telinga lebar terbuka, panjang, dan terkulai, memiliki warna bulu bervariasi dari belang coklat putih, ke abu-abuan, dan hitam kecoklatan, bulu dibagian paha belakang lebat, ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk, dan merupakan ternak dwiguna. 4
Aktivitas Peternakan Kambing Menurut Sodiq dan Abidin (2008), beberapa kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengawasi dan menjaga kesehatan kambing antara lain memandikan kambing, memotong kuku, mencukur bulu, mencegah pertumbuhan tanduk, memotong tanduk, menghilangkan kelenjar bau, kastrasi, memberi tanda, membersihkan peralatan dan kandang. Memandikan Kambing Di Habitat aslinya, kambing kurang menyukai air dan tidak pernah membersihkan badannya sendiri, sehingga kondisi tubuhnya selalu kotor. Badan yang kotor memungkinkan tumbuh dan berkembangnya berbagai parasit dan mikroba bibit penyakit. Dalam usaha peternakan kambing perah, sebaiknya kambing selalu dimandikan, setidaknya setiap dua minggu sekali. Jika lantai kandang masih berupa tanah, kegiatan memandikan kambing harus dilakukan lebih sering. Kambing sebaiknya dimandikan pada pagi hari saat cuaca cerah, sehingga tubuh kambing lebih cepat kering. Secara tidak langsung, kebersihan tubuh kambing bisa meningkatkan produksi susu (Sodiq dan Abidin, 2008). Memotong Kuku Menurut Sodiq dan Abidin (2008), pertumbuhan kuku kambing yang dipelihara didalam kandang relatif lebih cepat dibandingkan dengan kambing yang dipelihara dipadang penggembalaan. Hal ini terjadi karena ruang gerak kambing didalam kandang sangat terbatas. Kuku yang panjang bisa berakibat buruk bagi kambing, misalnya memungkinkan kambing terserang penyakit kuku busuk (foot root) yang berkembang disela-sela kuku. Selain itu, kuku yang panjang menyebabkan kambing sulit berjalan dan kambing jantan sulit untuk mengawini kambing betina. Kuku yang panjang juga mudah patah yang bisa menimbulkan luka dan infeksi. Dengan demikian, kuku kambing harus dipotong secara rutin, setidaknya setiap dua bulan sekali. Mencukur Bulu Kambing yang dipelihara dikandang lemprakan biasanya akan memiliki bulu yang kotor dan menggumpal, sehingga sulit dibersihkan. Hal ini merupakan sumber penyakit. Oleh karena itu, untuk menjaga kesehatannya, sebaiknya bulu kambing
5
dicukur secara berkala. Mencukur bulu kambing bisa menggunakan gunting atau alat pencukur bulu (Sodiq dan Abidin, 2008). Mencegah Pertumbuhan Tanduk Beberapa jenis atau bangsa kambing, cempe jantan atau betina lahir dalam keadaan belum tumbuh tanduk. Pertumbuhan tanduk ini sebaiknya dicegah. Caranya dengan memanasi tempat tumbuh tanduk menggunakan alat yang disebut disbudding iron. Untuk memudahkan penanganan, kambing dimasukkan ke sebuah kotak yang ukurannya sesuai dan bagian kepalanya berada diluar kotak. Bagian kepala dipanasi menggunakan disbudding iron selama 5-10 detik. Pemakaian bahan kimia seperti caustic soda atau sodium hidroksida juga bisa diterapkan untuk mencegah pertumbuhan tanduk, tetapi cara ini tidak sepenuhnya aman (Sodiq dan Abidin, 2008). Memotong Tanduk Menurut Sodiq dan Abidin (2008), jika tanduk sudah tumbuh sejak kambing dilahirkan, sebaiknya sejak kecil sudah dilakukan pemotongan tanduk. Pemotongan tanduk sebaiknya dilakukan saat cempe berumur satu bulan. Tujuannya untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Tanduk kambing betina harus dipotong untuk memudahkan proses pemerahan dan agar pemerah tidak ditanduk kambing. Tanduk kambing jantan juga harus dipotong, karena tanduk bagi kambing jantan adalah senjata untuk menyerang sesuatu yang tidak disukai. Menghilangkan Kelenjar Bau Proses menghilangkan kelenjar bau yang disebut deodorizer bertujuan untuk mematikan kelenjar bau yang mengeluarkan bau prengus, yang bisa mencemari susu atau daging. Kelenjar ini terdapat didaerah sekitar tanduk. Menghilangkan kelenjar bau ini biasanya dilakukan sekaligus dengan proses mencegah pertumbuhan tanduk. Caranya dengan melakukan pemanasan didaerah sekitar tanduk selama 5-10 detik (Sodiq dan Abidin, 2008). Kastrasi Menurut Sodiq dan Abidin (2008), untuk menghindari terjadinya perkawinan yang tidak diinginkan, cempe jantan dan betina harus ditempatkan dikandang terpisah. Kambing jantan yang tidak akan digunakan sebagai pejantan sebaiknya
6
dikastrasi dengan cara memotong testis sejak kecil. Selain itu, juga bisa menggunakan semacam karet penjepit yang ditempatkan dibagian atas scrotum (kantong testis). Memberi Tanda Beberapa peternakan yang sudah maju, setiap kambing memiliki tanda yang khas. Misalnya, diberi nomor telinga dengan cara mentatonya atau memakaikan nomor tag (Sodiq dan Abidin, 2008). Membersihkan Peralatan dan Kandang Setelah selesai digunakan, peralatan kandang terutama yang terbuat dari logam sebaiknya dibersihkan dengan air bersih, kemudian dikeringkan untuk mencegah karat. Tempat pakan sebaiknya dibersihkan setiapa hari. Begitu pula tempat minum, harus dicuci bersih setiap hari. Selain peralatan, kandang kambing juga sebaiknya dibersihkan setiap hari. Jika ketersediaan air cukup melimpah, ada baiknya kandang dibersihkan menggunakan air. Jika ketersediaan air terbatas, kandang cukup dibersihkan dengan mengangkat kotoran yang ada dilantai kandang. Hal itu dimaksudkan untuk mencegah bibit penyakit. Selain kebersihan kandang, lingkungan sekitar kandang juga perlu dibersihkan. Semak-semak yang tumbuh liar, jika tidak dibersihkan akan menjadi tempat yang nyaman bagi bibit penyakit maupun hewan pemangsa seperti ular (Sodiq dan Abidin, 2008). Curahan Tenaga Kerja Tenaga kerja (man power) menurut Simanjuntak (1985) adalah kelompok penduduk dalam usia kerja (working age populaion). Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia. Artinya, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti membutuhkan tenaga kerja. Oleh sebab itu dalam analisis ketenagakerjaan dibidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Dalam analisa ketenagakerjaan juga dibutuhkan pembedaan tenaga kerja pria, wanita, anak-anak dan ternak. Pembedaan ini terjadi karena setiap jenis tahapan pekerjaan dalam suatu
7
usaha pertanian adalah berbeda dan faktor kebiasaan juga menentukan (Soekartawi, 1993). Umumnya pemakaian jam kerja dianggap dapat memenuhi keperluan, tanpa memperhatikan kebiasaan kerja yaitu delapan jam kerja dalam satu hari kerja. Kelemahan pada ukuran ini antara lain pekerja yang mempunyai keahlian, kekuatan dan pengalaman kerja yang berbeda, dinilai sama padahal pekerjaan dalam usahatani relatif beragam. Oleh sebab itu dalam prakteknya digunakan ukuran setara jam kerja pria dengan menggunakan faktor konversi sebagai berikut : 1) 8 jam tenaga kerja pria dewasa = 1 HKP; 2) 8 jam tenaga kerja wanita dewasa = 0.8 HKP dan 3) 8 jam tenaga kerja anak-anak = 0.5 HKP (Soekartawi et al ., 1986). Menurut Agustian dan Nurmanaf (2001), tenaga kerja produktif pada rumah tangga peternak meliputi : kepala keluarga, istri dan anak. Curahan waktu tenaga kerja umumnya teralokasi untuk beragam aktivitas pada pemeliharaan ternak yang diusahakan. Kepala keluarga atau anak biasanya melaksanakan kegiatan seperti dalam hal : menyabit rumput atau menggembalakan ternak, memandikan ternak. Sementara istri biasanya melakukan kegiatan seperti : memberi makan ternak, dan membersihkan kandang. Oleh sebab itu, tingkat produktivitas tenaga kerja rumah tangga akan sangat menentukan kinerja usahatani. Pendapatan Income statement merupakan suatu ringkasan dari pendapatan dan pengeluaram untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai alat kontrol atau alat evaluasi suatu usaha. Dengan pendapatan dapat diketahui apakah suatu perusahaan memiliki untung dan bila memiliki berapa keuntungan tersebut. Dalam analisis pendapatan bersih usaha tani digunakan analisis untuk profit dan profitabilitas. Profit merupakan jumlah rupiah yang didapat dari pendapatan bersih suatu usaha. Profitabilitas merupakan suatu ukuran dari keuntungan yang bersifat relatif terhadap nilai input yang dipakai untuk menghasilkan suatu profit. Sesuatu dapat mempunyai laba yang positif tetapi mempunyai nilai profitabilitas yang kecil terhadap ukuran usahanya (Prawirokusumo, 1990). Menurut Soekartawi et al. (1986) penerimaan tunai usahatani diartikan sebagai nilai uang yang diterima dari produk usahatani. Sedangkan selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai
8
usahatani dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Kondisi peternakan rakyat tingkat kelayakan usaha sangat ditentukan oleh kondisi sosio-ekonomi peternak sendiri. Tingkat sumbangan pendapatan usaha ternak kambing di pedesaan masih beragam yang sangat tergantung pada motivasi usaha (manajemen pemeliharaan), tingkat ketersediaan tenaga kerja keluarga serta skala pemeliharaan ditingkat peternak khususnya jumlah induk yang dipelihara. Jumlah ternak yang dipelihara dan harga ternak merupakan faktor utama dalam peningkatan usaha ternak. Faktor pemilikan ternak merupakan aset peternak dalam usaha, sedangkan harga merupakan komponen penentu dalam faktor usaha. Pendapatan usaha pertanian merupakan komponen penting bagi petani untuk memperbesar usaha ternak (Priyanto et al., 2001).
9