3
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam (Gallus gallus) Ayam (Gallus gallus) adalah unggas domestikasi yang merupakan turunan dari ayam indian liar dan ayam hutan merah dari Asia Tenggara dan berhubungan juga dengan ayam hutan abu-abu (Gallus sonneratii). Penamaan ayam sangat luas tergantung dari asalnya (Amrullah 2004). Klasifikasi ayam berdasarkan Anonima (2008) sebagai berikut: kingdom
: Animalia
filum
: Chordata
kelas
: Aves
ordo
: Galliformes
famili
: Phasianidae
genus
: Gallus
spesies
: Gallus gallus
Ayam broiler (ayam pedaging) dikembangkan sejak 50 tahun silam. Peternakan broiler di Indonesia baru berkembang pada tahun 1979 (Amrullah 2004). Broiler merupakan ayam ras yang memiliki keunggulan bereproduksi yang lebih tinggi dibandingkan ayam buras. Ayam jenis ini merupakan hasil budidaya teknologi peternakan melalui berbagai perkawinan silang dan seleksi yang rumit yang diikuti dengan upaya perbaikan manajemen pemeliharaan secara terus menerus (Abidin 2002). Broiler juga dikenal dengan sebutan “Rock Cornish” karena berasal dari persilangan antar galur White Cornish jantan dengan betina galur Barred Rock dengan ciri khas berbulu putih dan tidak memiliki naluri untuk bertarung. Hasil persilangan tersebut mulai diperkenalkan pada tahun 1930-an. Broiler yang berkembang saat ini merupakan generasi ketiga hasil persilangan ulang antara Cornish x Rock hybrid (Leeson and Summers 2000). Ayam broiler ini terdiri dari jantan dan betina yang umumya dipanen untuk diambil karkasnya pada umur 5-6 minggu. Ayam ini memiliki pertumbuhan fantastis, yaitu mampu mencapai bobot 1-2 kg dalam kurun waktu 1-6 minggu
4
(Rasyaf 1993). Pertumbuhan ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya makanan (ransum), temperatur lingkungan (berkisar 19°-21 °C), dan sistem pemeliharaannya (Rasyaf 1992).
Gambar 1 Ayam broiler Sumber: Anonima 2008
Kolibasilosis Kolibasilosis adalah penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh kuman Escherichia coli yang pathogen (ganas) baik secara primer maupun secara sekunder. Kolibasilosis pertama kali ditemukan pada tahun 1894. Bakteri Escherichia coli bersifat gram negatif, bentuk batang tak berspora, berukuran panjang 2-3 μm dan lebar 0,6 μm, bentuk dan besar bervariasi, beberapa strain dapat bergerak dan mempunyai alat gerak (flagella). Escherichia coli ditemukan pertama kali oleh Theodor Escherich pada tahun 1885. Klasifikasi bakteri Escherichia coli menurut Anonimd (2009) adalah sebagai berikut: kingdom
: Monera
filum
: Proteobacteria
kelas
: Gamma Proteobacteria
ordo
: Enterobacteriales
family
: Enterobacteriaceae
genus
: Escherichia
spesies
: Escherichia coli
5
Escherichia coli biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus) hewan. Escherichia coli yang terdapat di usus biasanya tidak sama dengan E. coli yang menginfeksi kantung hawa(air sacculitis) dan selaput jantung (pericarditis). Bakteri ini juga mudah ditemukan pada litter dan debu kandang. Bakteri tersebut dalam kondisi kering bisa bertahan dalam waktu lama tetapi dapat berkurang 87 97% dalam waktu satu minggu dengan cara kondisi dalam kandang dibuat lebih lembab, misalnya sesering mungkin kandang dispray dengan air yang mengandung disinfektan.
Gambar 2 Bakteri Escherichia coli Sumber: Anonimc 2009 Faktor-faktor pemicu kejadian di lapangan pada umumnya menular secara horizontal dan secara garis besar dibagi menjadi 2 penyebab utama yaitu : dari dalam yang berasal dari anak ayam (ayam itu sendiri) seperti kejadian radang pusar atau omphalitis; stress ataupun dehidrasi akibat perjalanan, dan dari luar yang berasal dari kontaminan lingkungan sekitar kandang dan atau yang berasal dari bahan sapronak yang tidak bersih misalnya kontaminan berasal dari pakan; air, dan udara yang tercemar Escherichia coli. Berbagai macam penyakit yang merupakan manifestasi akibat terinfeksi bakteri ini, diantaranya adalah kematian embrio akibat omphalitis, air sacculitis atau radang kantung hawa. Bakteri E. coli juga sering menginfeksi saluran pernapasan ayam, biasanya infeksi ini bervariasi dan berkombinasi dengan virus Infectious Bronchitis (IB), virus Newcastle Disease (ND), juga dengan Mycoplasma (CRD) yang juga menyebabkan pericarditis dan perihepatitis. Manifestasi lain yakni koliseptisemia dan panophthalmitis yang merupakan proses kelanjutan kasus septisemia, dan Swollen Head Syndrome. Pada kasus Swollen
6
Head Syndrome, bakteri E. coli bertindak sebagai infeksi sekunder. Kejadian kasus ini pada umumnya terjadi pada ayam potong dan biasanya berkolaborasi dengan virus lainnya seperti virus corona atau pneumovirus (penyebab infectious bronchitis). Pada ayam petelur biasanya kasus Swollen Head Syndrome juga berkolaborasi dengan bakteri penyebab Coryza (Snot). Radang akut atau subakut di bawah kulit (selulitis) kepala dan sekitar mata, sampai dengan bengkak merupakan tanda yang khas pada kasus penyakit ini. Osteomyelitis merupakan proses lanjutan dari koliseptisemia, ditandai dengan peradangan pada sendi sehingga ayam akan menjadi kurus karena tidak mau makan (anoreksia) yang akhirnya mati (Anonimc 2009).
Kunyit (Curcuma Domestica Val.) Kunir atau kunyit termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah IndoMalaysia, Indonesia, Australia, bahkan Afrika. Setiap orang Indonesia dan India pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu, atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan di negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan dalam masakan sejenis gulai dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan. Kunyit tergolong dalam kelompok jahejahean, Zingiberaceae (Anonime 2009). Klasifikasi kunyit
(Curcuma Domestica Val.) berdasarkan taksonomi
tumbuhan dalam Winarto (2003) adalah : kingdom
: Plantae
divisi
: Spermatophyta
subdivisi
: Angiospermae
kelas
: Monocotyledonae
subkelas
: Zingiberidae
ordo
: Zingiberales
family
: Zingiberaceae
genus
: Curcuma
spesies
: Curcuma domestica Val.
7
Kunyit merupakan tanaman semak yang berumur musiman yang memiliki ciri khas tumbuh berkelompok membentuk rumpun. Tinggi tanaman antara 40100 cm. Tumbuhan ini tidak berbulu, batang pendek berupa batang semu yang tersusun dari kelopak daun yang berpalutan. Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun, dan helai daun yang berbentuk bulat telur dan tersusun secara berselang-seling. Bunga kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning dengan pangkal berwarna kuning. Rimpang kunyit bercabang-cabang membentuk rumpun. Bagian luar rimpang berwarna kecoklatan, sedangkan bagian dalam berwarna jingga cerah atau kuning tua (Winarto 2003).
Gambar 3 Kunyit Sumber: Anonime 2009 Bagian kunyit yang memiliki peranan penting adalah rimpang. Rimpang kunyit mengandung senyawa-senyawa penting diantaranya minyak atsiri, pati, protein, lemak, vitamin A dan C, zat pahit, resin, selulosa, mineral, dan zat warna (kurkumin, monodesmetoksikurkumin, dan biodesmetoksikurkumin). Minyak atsiri kunyit terdiri dari : d-α-phellandrene, d-sabinene, cineol, borneol, zingiberene,
turmerone,
sesquiterpene
alcohol,
α-atlantone,
γ-atlantone,
curcumene, champene, champor, sesquiterpene, caprilid acid, metoxinamic acid, dan tholymethyl carbinol (Syukur dan Hernani 2002). Kunyit memiliki efek terapeutik yang luas seperti antiinflamasi, antibakterial, antiviral, antifungal, antitumor, dan hepatoprotektor (Kohli et al. 2005). Kurkumin dapat menstimulasi kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon glukokortikoid sehingga meningkatkan jumlah leukosit khususnya
8
heterofil dalam sirkulasi darah (Antony et al. 1999). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Kohli et al. (2005) bahwa kurkumin dalam kunyit memiliki efektifitas yang sama dengan cortisone dan phenylbutazone pada reaksi inflamasi akut. Shah et al. (1999) meneliti mekanisme platelet aggregation dari kurkumin, menunjukkan bahwa kurkumin menghambat platelet aggregation melalui platelet agonis epinefrin (PAE), platelet activating factor (PAF), kolagen, dan asam arachidonat (AA).
Bawang putih (Allium sativum Linn.) Klasifikasi bawang putih (Allium sativum Linn.) dalam Syamsiah dan Tajudin (2003) adalah : kingdom
: Plantae
divisi
: Spermatophyta
subdivisi
: Angiospermae
kelas
: Monocotyledone
ordo
: Liliflorae
famili
: Amaryllidaceae
genus
: Allium
spesies
: Allium sativum Linn.
Bawang putih merupakan tanaman musiman yang dimanfaatkan sebagai bumbu masakan maupun sebagai obat. Tanaman ini berasal dari bagian barat daya Siberia, menyebar ke Eropa Selatan, Amerika Latin, dan Mediterania. Bawang putih masuk ke Indonesia dibawa oleh para pelaut India dan Cina (Holladay 2004). Bawang putih merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 30-60 cm dan membentuk rumpun. Bawang putih mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Tanaman bawang putih bisa ditemukan dalam bentuk terna (bergerombol). Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih, dan memanjang. Jumlah daun setiap tanaman bisa mencapai lebih dari 10 helai (Anonimb 2008). Bunga bawang putih berupa bunga majemuk,
9
bertangkai, berbentuk bulat, dan menghasilkan biji untuk keperluan generatif (Syamsiah dan Tajudin 2003). Sebagaimana warga kelompok monokotiledon, sistem perakarannya tidak memiliki akar tunggang dan akarnya serabut yang tidak panjang, tidak terlalu dalam berada di dalam tanah sehingga tanaman ini tidak tahan terhadap kekeringan terutama pada waktu proses pembesaran umbi (Wibowo 1999). Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak terletak di batang pokok, tepatnya di bagian dasar umbi atau pangkal umbi yang berbentuk cakram. Fungsi akar serabutnya adalah sebagai penghisap makanan (Syamsiah dan Tajudin 2003).
Gambar 4 Bawang Putih Sumber : Anonimb 2008 Efektivitas bawang putih erat kaitannya dengan zat kimia yang terkandung di dalamnya. Bawang putih mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin B-kompleks dan C, mineral (kalsium, fosfor, magnesium, kalium, belerang, selenium, dan besi), serta minyak atsiri yaitu dialildisulfida dan alilpropildisulfida (Palungkun dan Budiarti 1997). Alisin adalah zat aktif yang mempunyai daya antibiotik yang cukup ampuh (Syamsiah dan Tajudin 2003). Alisin mempunyai kemampuan dalam melawan amoeba, bakteri, jamur, atau virus. Aktivitas antimikroba dari bawang putih ini tergantung pada enzim alisinase (cystein sulfoxide lyase) dalam alisin setelah bawang putih dihancurkan atau dipotong (Ellmor and Feildberg 1994). Enzim alisinase dapat membunuh bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif karena mempunyai gugus asam amino para amino benzoat (Tsao and Yin 2001).
10
Scordinin merupakan senyawa kompleks thioglosida yang berfungsi sebagai antioksidan (Palungkun dan Budiarti 1997). Kerja scordinin seperti oksidoreduktase. Senyawa ini berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan daya tahan tubuh, mampu menekan kolesterol, meningkatkan produksi sperma serta mencegah kerusakan sel yang diakibatkan oleh proses penuaan (Wibowo 1999). Kemampuan bawang putih sebagai obat diduga karena adanya kombinasi antara alisin dan scordinin (Syamsiah dan Tajudin 2003). Senyawa lain yang terdapat pada bawang putih adalah allithiamin. Allithiamin merupakan hasil reaksi alisin dengan thiamin dan dapat bereaksi dengan sistein. Fungsinya sama dengan vitamin B yaitu membantu metabolisme dalam tubuh. Zat-zat lain yang ditemukan antara lain selenium (sebagai antioksidan), enzim germanium (mencegah rusaknya sel darah merah), antiarthritic factor (mencegah rusaknya persendian), dan methyllallyl trisulfit (mencegah perlengketan sel-sel darah merah) (Palungkun dan Budiarti 1997). Bawang putih mampu mencegah penyakit jantung dan platelet aggregation (Rahman and Billington 2000). Bawang putih juga memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhimurium dan diduga sebagai imunostimulan serta pemacu perfomans ayam pedaging (Suhartini 2004). Hodges et al. (2002) menyatakan bahwa produksi dari sel helper leukosit dan sitokin peradangan berkurang secara signifikan dengan adanya bawang putih. Lang
et
al.
(2004)
menduga
bahwa
alisin
dapat
menghambat
efek
immunomodulator dari sel epitel usus. Efek kompleks yang disebabkan derivat bawang putih dapat menstimulasi proliferasi limfosit dan TNF-alpha, respon yang bervariasi ini berhubungan dengan tipe dari bahan sulfur dan durasi terpaparnya (Milner 2006). Donald and Riggs (2001) melaporkan bahwa bawang putih dapat meningkatkan proliferasi dari makrofag dan limfosit pada penyakit kanker dan juga melawan penurunan sistem imun yang disebabkan oleh kemoterapi dan radiasi
karena
ultraviolet.
Regar
(2009)
menyatakan
bahwa
produksi
immunoglobulin (IgG) tertinggi dijumpai pada kelompok pemberian kombinasi bawang putih dengan Zn setelah dilakukan penantangan dengan E. coli.
11
Mineral Zink Zink (Zn atau seng) merupakan suatu elemen di dalam grup IIB pada sistem periodik. Memiliki warna putih kebiru-biruan dan mudah teroksidasi pada suhu ruang. Zn termasuk ke dalam kelompok mikromineral, artinya mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Zn diperlukan dalam metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Zn merupakan aktivator dari beberapa sistem enzim. Beberapa enzim dalam tubuh hewan diketahui mengandung Zn seperti karbonik anhidrase, karboksipeptidase pankreas, laktat dehidrogenase, alkaline fosfatase, dan timidin kinase. Mineral ini diperlukan untuk aktivitas lebih dari 90 enzim yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat dan energi, degradasi dan sintesis protein, sintesis asam nukleat, biosintesis heme, transport CO2 (anhidrase karbonik), dan reaksi-reaksi lain. Zn merupakan bagian dari metalloenzymes, termasuk DNA dan RNA sintase dan transferase (Linder 1992). Zn dapat membantu pemeliharaan sel-sel tubuh, berfungsi sebagai antioksidan, dan mampu mencegah terjadinya radikal bebas sehingga proses apoptosis atau kematian sel secara terencana dapat ditekan (Fukamachi et al. 1998 dan Truong et al. 2000). Kebutuhan Zn pada unggas adalah 60 mg/kg pakan kering (Perry et. al. 2004). Zn dibagi atas Zn organik dan inorganik. Zn organik dapat meningkatkan respon imun sel dan respon imun humoral lebih baik dibanding Zn inorganik. Bahan pakan alami belum dapat memberikan Zn yang cukup untuk anak ayam maupun ayam pembibit, dengan demikian mineral inorganik seperti Zn oksida atau Zn karbonat digunakan sebagai suplement dalam ransum unggas (Scott et al. 1982). ZnO (zink oksida) di dalam tubuh memiliki batas toleran yang lebih besar jika dibandingkan dengan ZnSO4 (zink sulfat) dan ZnCO3 (zink karbonat) (Sadoval et al. 1999). Defisiensi Zn pada peternakan ayam menyebabkan rendahnya produksi penetasan telur dan malformasi embrio (Hudson et al. 2004). Defisiensi Zn ditandai dengan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi (Perry et al. 2004). Underwood and Suttle (2001) menyatakan bahwa Zn banyak dijumpai pada sel leukosit dan trombosit. Defisiensi Zn berhubungan dengan fungsi limfosit, natural killer, netrofil dan produksi limfokin (McDowell 1992). Groff and Gropper (2003)
12
menjelaskan bahwa Zn berhubungan dengan fungsi fagositosis dari monosit. Zn dalam darah tidak berpengaruh terhadap penggertakan leukopoiesis tetapi diduga pada peningkatan fungsi leukosit (Widhyari 2005).
Darah Darah adalah jaringan khusus yang terdiri dari plasma darah yang kaya akan protein (55%) dan sel-sel darah (45%). Sel-sel darah terdiri sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit (keping darah atau platelet) (Guyton 1997). Gambaran darah ayam secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Nilai normal hematologi pada ayam Parameter Eritrosit Total eritrosit (x106/µl) Haemoglobin (g/dl) PCV (%) MCV (fl) MCH (pg) MCHC (%) Leukosit Total leukosit (/µl) Heterofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil Persentase distribusi Heterofil Limfosit Monosit Eosinofil Basofil Fibrinogen (g/dl) Trombosit (x105/µl) Total protein plasma (g/dl) Sumber : Jain (1993)
Kisaran
Rataan
2.5-3.5 7.0-13.0 22.0-35.0 90.0-140.0 33.0-47.0 26.0-35.0
3.0 9.0 30.0 115.0 41.0 29.0
12000-30000 3000-6000 7000-17500 150-2000 0-1000 Jarang
12000 4500 14000 1500 400 -
15.0-40.0 45.0-70.0 5.0-10.0 1.5-6.0 Jarang 0.1-0.4 20.0-40.0 4.0-5.5
28.0 60.0 8.0 4.0 0.2 30.0 4.5
13
Leukosit Leukosit atau sel darah putih berasal dari bahasa Yunani leuco artinya putih dan cyte artinya sel (Dharmawan 2002). Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini dibentuk sebagian di sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan limfe yang kemudian diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan (Guyton 1997). Leukosit memiliki bentuk yang khas. Pada keadaan tertentu inti, sitoplasma, dan organelnya mampu bergerak. Kalau eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah, leukosit mampu keluar dari pembuluh darah menuju jaringan dalam melakukan fungsinya. Masa hidup leukosit bervariasi. Jumlah seluruh leukosit jauh dibawah eritrosit dan bervariasi tergantung jenis hewannya. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu, seperti : cekaman/stress, aktivitas fisiologi, gizi, umur, dan lain-lain (Dharmawan 2002). Leukosit dibagi ke dalam dua kelas berdasarkan penampakan histologis yaitu granulosit dan agranulosit. Leukosit granulosit mempunyai nukleus berlobus atau bersegmen dan granul sitoplasma. Leukosit agranulosit mempunyai nukleus tidak berlobus dan tidak mempunyai granul sitoplasma. Leukosit granulosit terdiri dari netrofil (heterofil), basofil, dan eosinofil. Leukosit agranulosit meliputi monosit dan limfosit. Sel darah putih yang granulosit dan monosit dibentuk dalam sumsum tulang, sedangkan limfosit diproduksi dalam berbagai organ limfogen. Semua sel-sel ini bekerja bersama-sama melalui dua cara untuk mencegah penyakit: (1) dengan benar-benar merusak bahan yang menyerbu itu melalui proses fagositosis dan (2) dengan membentuk antibodi dan limfosit yang peka, salah satu atau keduanya dapat menghancurkan atau membuat penyerbu tidak aktif (Guyton 1997).
14
Berikut adalah tabel jumlah leukosit dan persentase diferensiasi leukosit pada berbagai umur dan jenis kelamin : Tabel 2 Persentase leukosit berdasarkan umur ayam Umur Heterofil 0 hari 72.4 3 hari 52.7 8 hari 50 10 hari 26.7 1 minggu 24 2minggu 20.6 6 minggu 26 Sumber: Hodges (1997)
Eosinofil 2.5 1.6 0.25 1.7 0 3.1 0
Persentase (%) Basofil 1.1 0.67 0 0.64 0 1.9 1
Limfosit 15.9 38.7 48.3 68.6 75 66 69
Monosit 8.1 6.4 1.5 2.3 1 8.1 3
Hasil penelitian sebelumnya yang dilaporkan Harahap (2008), kelompok dengan pemberian kombinasi bawang putih dengan Zn dan kombinasi kunyit dengan Zn menunjukkan jumlah leukosit, heterofil, dan eosinofil yang relatif stabil dibanding kelompok yang hanya diberi herbal saja (kunyit dan bawang putih) ataupun kombinasi ketiganya (kunyit, bawang putih dan Zn).
Heterofil Heterofil
merupakan
leukosit
polymorphonuklear-pseudoesinophilic
granulosit. Heterofil pada ayam berdiameter 10-15 µm, granul sitoplasma berbentuk batang pipih seperti jarum (Sturkie and Grimminger 1976). Menurut Dellman dan Brown (1992), heterofil memiliki butir halus dalam sitoplasmanya dan intinya bergelambir. Heterofil tua memiliki gelambir lebih banyak atau jelas daripada heterofil muda. Carneiro dan Junqueira (1980) menyatakan bahwa heterofil muda mempunyai lobus atau gelambir sebanyak 1-3 lobus, sedangkan heterofil tua mempunyai 5 lobus atau lebih. Di dalam butir-butir sitoplasma heterofil mengandung enzim hidrolitik, oksidatif, proteolitik, dan dua zat yang mempunyai kesanggupan dalam membunuh antigen yaitu lisosim dan fagositin (Rumawas 1989). Heterofil berfungsi dalam merespon adanya infeksi dan mampu ke luar dari pembuluh darah menuju daerah infeksi untuk menghancurkan benda asing dan membersihkan sisa-sisa jaringan yang rusak. Pada saat yang sama, sumsum tulang
15
dirangsang untuk lebih banyak melepaskan heterofil ke dalam darah (Ganong 1995). Menurut Tizard (1988), fungsi utama dari sel ini adalah penghancur bahan asing melalui proses yang disebut fagositosis. Sel leukosit ini tertarik pada berbagai produk bakteri, berbagai produk yang dilepaskan oleh sel yang rusak, dan berbagai produk reaksi kekebalan. Heterofil bekerja secara cepat tetapi lekas lelah sehingga dikenal sebagai first line defense yaitu sebagai sistem pertahanan pertama. Masa hidup heterofil di dalam sirkulasi lebih pendek dalam keadaan infeksi berat dibandingkan dalam kondisi normal, yakni hanya beberapa jam saja. Heterofil juga mampu melakukan pinositosis, selain fagositosis. Kombinasi antara fagositosis dan pinositosis disebut dengan endositosis. Secara klinis apabila jumlah heterofil muda meningkat pertanda adanya infeksi akut (Dellman dan Brown 1992). Lama heterofil dalam sirkulasi kira-kira lima hari (Hartono 1995).
Gambar 5 Heterofil Sumber: Dempsey 2009 Limfosit Limfosit adalah leukosit yang jumlahnya paling banyak pada ayam dan ukurannya bervariasi dari yang kecil sampai yang besar. Limfosit kecil merupakan bentuk dewasa, sedangkan limfosit sedang dan besar merupakan limfosit muda (paralimfosit) (Guyton 1997). Sitoplasmanya merupakan kurang basofilik dan pada salah satu sisi tepinya nukleusnya menepi (Sturkie and Grimminger 1976). Menurut Guyton (1997), limfosit dibentuk di jaringan limfoid seperti daun payer, limpa, tonsil, timus, dan bursa fabricius. Masa hidup limfosit sangat lama, berkisar antara 100-300 hari atau bahkan setahun.
16
Pada preparat ulas darah yang diwarnai dapat dibedakan limfosit besar dan limfosit kecil (Dharmawan 2002). Menurut Guyton (1997), limfosit besar merupakan bentuk yang belum dewasa dan sering disebut dengan paralimfosit atau sel blast besar. Populasi dari limfosit dalam darah ada 2 tipe sel yaitu sel T dan sel B. Limfosit T diperkirakan proporsinya adalah 70-75% dari seluruh jumlah limfosit sedangkan jumlahnya antara 10-20% dari jumlah seluruh limfosit. Limfosit B berfungsi sebagai imunitas humoral yang mampu menyerang antigen dengan memproduksi antibodi. Limfosit T berperan sebagai sel imunitas yang diperoleh dari pembentukan limfosit teraktivasi yang mampu menghancurkan benda asing.
Gambar 6 Limfosit Sumber: Dempsey 2009 Monosit Monosit merupakan leukosit yang terbesar yang berdiameter 15-20 µm dan jumlahnya 3-9% dari seluruh sel darah putih (Dharmawan 2002). Sitoplasma monosit lebih banyak dari limfosit dan berwarna abu-abu pucat. Intinya berbentuk lonjong seperti ginjal atau mirip tapal kuda dan jelas memiliki lekuk cukup dalam. Kromatin inti mengambil warna lebih pucat dari kromatin inti limfosit. Inti memiliki satu sampai tiga nukleolus. Monosit darah tidak pernah mencapai dewasa penuh sampai bermigrasi ke luar pembuluh darah dan masuk ke jaringan. Di dalam jaringan, sel ini menjadi makrofag tetap (fixed macrophage) seperti sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru-paru, dan jaringan limfoid. Monosit lebih sering terletak dekat pembuluh darah (Dharmawan 2002). Monosit sebagai respon peradangan terutama menelan
17
dan membunuh bakteri dan merupakan garis pertahanan kedua setelah heterofil (Ganong 1995). Aktivitas fagositosis dari monosit tergantung pada bahan yang akan difagosit. Umur monosit di dalam perifer selama beberapa hari (3-4 hari) (Tizard 1988).
Gambar 7 Monosit Sumber: Dempsey 2009 Eosinofil Eosinofil adalah granulosit polimorfonuklear-eosinofilik dengan ukuran yang hampir sama dengan heterofil, ganulosit ini berbentuk bulat dan relatif luas (Sturkie and Grimminger 1976). Eosinofil berdiameter 10-15 µm. Intinya bergelambir dua dan dikelilingi oleh butir-butir asidofil yang cukup besar berukuran 0,5-1,0 µm. Sitoplasma beraspek basofil lemah tampak di antara sebaran butir-butir. Granul pada sitoplasmanya mengambil warna eosinofilik yang kuat. Intinya khas yaitu mempunyai dua lobus, tidak multilobus seperti heterofil (Caceci 1998). Jumlah eosinofil dalam aliran darah berkisar antara 2-8 % dari jumlah leukosit. Sel ini berkembang dalam sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam aliran darah (Tizard 1988). Jangka hidup sel ini 3-5 hari. Eosinofil ini berperan aktif dalam mengatur proses pembarahan dan memfagositosis bakteri, antigen-antibodi kompleks, mikoplasma, dan ragi. Sel ini juga mengandung histaminase yang mengaktifkan histamin dan melepaskan serotonin dari sel tertentu, juga melepaskan Zn yang menghalangi agregasi trombosit dan migrasi makrofag (Dharmawan 2002). Eosinofil diproduksi pada saat infeksi parasit dan pada saat terjadinya reaksi alergi. Pada saat reaksi alergi, sel mast dan basofil melepaskan faktor kemotaktik
18
eosinofil sehingga eosinofil bermigrasi ke arah jaringan yang meradang (Guyton 1997). Menurut Tizard (1988), eosinofil memiliki 2 fungsi istimewa. Pertama mampu menyerang dan menghancurkan larva cacing (parasit) yang menyusup. Kedua enzim eosinofil mampu menetralkan faktor radang yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil pada proses hipersensitivitas tipe 1.
Gambar 8 Eosinofil Sumber: Dempsey 2009 Basofil Basofil adalah granulosit yang bersifat polymorphonuklear basofilik yang bentuk dan ukurannya hampir sama dengan heterofil (Sturkie and Grimminger 1976). Basofil adalah leukosit yang jumlahnya paling rendah sekitar 0,5-1,5% dari seluruh leukosit dalam aliran darah. Diameter basofil adalah 10-12 µm (Dharmawan 2002). Intinya dua bergelambir atau bentuk inti tidak teratur, berwarna agak pucat jika dibandingkan dengan butir-butir spesifik. Butirnya berukuran 0,5-1,5 µm, berwarna biru tua sampai ungu yang sering menutupi inti yang berwarna agak cerah (Dellman dan Brown 1992).
Gambar 9 Basofil Sumber: Dempsey 2009
19
Menurut Dharmawan (2002), sel leukosit ini mengandung heparin, histamin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, serotonin, dan beberapa faktor kemotaktik. Heparin berfungsi untuk mencegah pembekuan darah, sedangkan histamin berfungsi untuk menarik eosinoid. Basofil berperan sebagai mediator untuk aktifitas perbarahan dan alergi, memiliki reseptor immunoglobulin E (IgE) dan immunoglobulin G (IgG) yang menyebabkan degranulasi, dan membangkitkan reaksi hipersensitif dengan sekresi yang bersifat vasoaktif.