4
TINJAUAN PUSTAKA Avian Influenza Avian Influenza atau biasa disebut flu burung merupakan agen infeksius yang berupa virus. Virus influenza ini merupakan virus RNA yang termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Asam nukleatnya berantai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza memiliki selubung yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Untuk proses penempelannya pada reseptor yang spesifik, virus ini mempunyai tonjolan (spikes) yang berfungsi menginfeksi sel – sel inangnya (host) pada saat virus ini menginfeksi. Terdapat 2 jenis penonjolan yaitu hemaglutinin (HA) dan neuroamidase (NA), yang terletak di bagian terluar dari virion. (Horimoto dan Kawaoka 2001).
Gambar 1 Morfologi virus Avian Influenza (Anonim 2011) Virus influenza mempunyai empat jenis antigen yang terdiri dari protein nukleokapsid (NP), hemaglutinin (HA), neuramidase (NA), dan protein matriks (MP). Berdasarkan jenis antigen NP dan MP, virus influenza digolongkan dalam virus influenza A, B, dan C (Horimoto dan Kawaoka 2001). Virus influenza A sangat patogen pada manusia dan binatang, menyebabkan angka kematian dan kerugian yang tinggi, serta dapat menyebabkan pandemik di seluruh dunia. Penyebab virus Avian Influenza tipe A ini sangat patogen adalah karena mereka mudah bermutasi, baik berupa antigenik drift ataupun antigenik shift sehingga membentuk varian–varian baru yang lebih patogen. Dari berbagai penelitan seroprevalensi secara epidemiologis menunjukkan bahwa beberapa subtipe virus
5
influenza A telah menyebabkan wabah pandemik antara lain H7N7 (1977), H3N2 (1968), H2N2 (1957), H1N1 (1918), H3N8 (1900), dan H2N2 (1889) (Yuen dan Wong 2005). Tipe virus influenza B adalah jenis yang hanya menyerang manusia, sedangkan virus influenza C adalah jenis yang paling jarang ditemukan walaupun dapat juga menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang. Virus influenza B dan C jarang sekali atau bahkan tidak meyebabkan wabah pandemik (Horimoto dan Kawaoka 2001). Penyakit Avian Influenza di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di peternakan ayam layer di Kecamatan Legok Tangerang pada tahun 2003. Dari sini penyakit meluas ke 9 provinsi di Indonesia, yang meliputi 51 kota atau kabupaten dan menyebabkan kematian pada ternak unggas yang diperkirakan mencapai 4,13 juta ekor. Sampai dengan bulan Desember 2004, jumlah kumulatif kematian ternak unggas akibat Avian Influenza mencapai 6,27 juta ekor yang berasal dari 16 provinsi yang mencakup 100 kota atau kabupaten. Angka kematian tertinggi pada unggas terutama ditemukan di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Lampung dimana jumlah kematian lebih dari 1 juta ekor tiap provinsi (Ditkeswan RI 2004). Sekitar bulan Februari 2005 terjadi perluasan kasus Avian Influenza ke daerah baru yang meliputi Sulawesi Selatan lalu menyebar ke Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat dan pada akhir 2005, kasus Avian Influenza dilaporkan sudah mencapai Nangroe Aceh Darusalam. Pada akhir tahun 2006, kasus Avian Influenza dilaporkan terjadi di Manokwari, Irian Jaya Barat (Naipospos 2005)
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB) Di antara tanaman obat yang termasuk suku jahe–jahean (Zingiberaceae), temulawak merupakan bahan yang terbanyak dipakai di dalam negeri untuk pabrik jamu atau obat tradisional (Syukur dan Hernani 2002). Rimpang temulawak adalah bagian yang sering dimanfaatkan untuk pengobatan alternatif dan dipercaya dapat meningkatkan kinerja ginjal dan bersifat antiinflamasi. Manfaat lain temulawak secara medis, diantaranya sebagai hepatoprotektor,
6
antikanker, antidiabetes, antimikroba, antilipidemia, antijamur, obat jerawat, penambah nafsu makan, dan antioksidan (Nurcholis 2008). Menurut Sugiharto (2004), rimpang temulawak mengandung senyawa metabolit aktif, seperti kurkumin, xanthorrizol, minyak atsiri, zat pati, flavonoid, kamfer, turmerol, phellandrene, myrcene, isofuranogermacen, p-tolymetilkarbitol, kation Fe, Ca, Na, dan K. Sedangkan menurut Hwang et al. (2000), kandungan pati dalam temulawak dapat berkhasiat sebagai senyawa imunomodulator. Taksonomi temulawak menurut Supriadi (2008) adalah: kingdom
: Plantae
divisi
: Magnoliophyta
kelas
: Monocotyledonae
ordo
: Zingiberales
famili
: Zingiberaceae
genus
: Curcuma
spesies
: Curcuma xanthorrhiza ROXB
Gambar 2 Rimpang temulawak (Supriadi 2008)
Meniran (Phyllanthus niruri L) Meniran merupakan tanaman yang telah dipergunakan turun temurun sebagai obat tradisional karena memiliki banyak khasiat. Khasiat tanaman meniran karena adanya kandungan berbagai senyawa kimia berkhasiat, di antaranya
adalah
alkaloid
(sekurinin),
flavonoid
(kuersetin,
kuersitrin,
isokuersitrin, astragalin, nirurin, niruside, rutin, leukodelfinidin, dan galokatekin), dan lignan (filantin dan hipofilantin) (Kardinan dan Kusuma 2004).
7
Bagian–bagian tanaman meniran telah dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit. Daun dan batang meniran dipakai sebagai obat penyakit kelamin. Ekstrak air dari meniran dipakai sebagai pelarut batu ginjal dan batu di saluran kencing oleh masyarakat di Brazil dan Peru (Freitas et al. 2002). Taksonomi meniran menurut Tjandrawinata (2005)adalah: Kingdom
: Plantae
divisi
: Magnoliophyta
kelas
: Magnoliopsida
ordo
: Euphorbiales
famili
: Euphorbiaceae
genus
: Phyllanthus
spesies
: Phyllanthus niruri L
Kandungan flavonoid dari meniran dipakai sebagai pemacu aktivitas sistem imun (imunomodulator). Sebagai imunomodulator, kandungan flavonoid pada meniran tidak semata-mata berefek meningkatkan sistem imun, namun juga menekan sistem imun apabila aktivitasnya berlebihan. Jika aktivitas sistem imun berkurang, maka kandungan flavonoid dalam meniran akan mengirimkan sinyal intraseluler pada reseptor sel untuk meningkatkan aktivitasnya. Sebaliknya jika sistem imun kerjanya berlebihan, maka meniran berkhasiat dalam mengurangi kerja sistem imun tersebut. Jadi meniran berfungsi sebagai penyeimbang sistem imun (Suhirman dan Winarti 2010). Tjandrawinata et al. (2005), telah melakukan uji pra-klinis untuk menguji aktivitas ekstrak daun meniran. Uji pra-klinis dilakukan terhadap tikus dan mencit, untuk menentukan keamanan dan karakteristik imunomodulasi dari ekstrak daun meniran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak P.niruri dapat memodulasi sistem imun melalui proliferasi dan aktivasi limfosit T & B, sekresi sitokin spesifik (gamainterferon, interleukin, tumor nekrosis, dan faktor alfa), aktivasi sistem komplemen, dan aktivasi sel fagosit (makrofag dan monosit). Selain itu, juga terjadi peningkatan sel sitotoksik, seperti Natural Killer cell (NK sel).
8
Gambar 3 Tanaman meniran (Tjandrawinata et al.2005) Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Sambiloto merupakan tanaman liar yang banyak tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sambiloto juga dikenal dengan nama yang berbeda pada tiap daerah, yaitu sambilata (Sumatra), Ki Oray (Sunda), sambiloto (Jawa), papaitan (Maluku), dan ampadu tanah (Minang). Sambiloto mengandung metabolit sekunder turunan lakton, yang terdiri dari andrografolid, deoksiandrografolid, saponin,
tannin,
flavonoid,
homoanografolid,
14-deoksi-11,
12-
didehidroandrografolid (Aji 2009). Taksonomi sambiloto menurut Aji (2009) adalah: kingdom
: Plantae
divisi
: Magnoliophyta
kelas
: Magnoliopsida
ordo
: Scrophulariales
famili
: Acanthaceae
genus
: Andrographis
spesies
: Andrographis paniculata
Komponen aktif dari sambiloto yang diisolasi dari ekstrak metanol mempunyai efek imunomodulator dan dapat menghambat induksi sel penyebab HIV. Komponen komponen tersebut, dapat meningkatkan proliferasi dan induksi IL-2 limfosit perifer darah manusia (Elfahmi 2006). Menurut Puri et al. (1993), sambiloto dapat merangsang sistem imun tubuh, baik berupa respon antigen spesifik, maupun respon imun non spesifik yang kemudian akan menghasilkan sel fagosit.
Respon
antigen
spesifik
yang
dihasilkan
akan
menyebabkan
9
diproduksinya limfosit dalam jumlah besar, terutama limfosit B. Limfosit B akan menghasilkan antibodi yang merupakan plasma glikoprotein dan akan mengikat antigen, serta merangsang proses fagositosis (Decker 2000).
Gambar 4 Tanaman sambiloto (Decker 2000)
Temuireng (Curcuma aeruginosa Roxb) Tanaman temuireng berupa semak, berbatang semu. Daun tungal, berwarna hijau kecoklatan, memiliki bunga majemuk dan rimpang induk yang besar, berdaging dan mengerucut. Rimpang temuireng adalah bagian yang paling umum digunakan sebagai obat herbal. Taksonomi temuireng menurut Sastroamidjojo (2001) adalah: kingdom
: Plantae
divisi
: Magnoliophyta
kelas
: Liliopsida
ordo
: Zingiberales
famili
: Zingiberaceae
genus
: Curcuma
spesies
: Curcuma aeruginosa Roxb
.
Rimpang temuireng berkhasiat untuk menambah nafsu makan,
menyembuhkan cacingan, obat perut kembung, obat luka, mempercepat masa nifas, obat batuk, asma, kudis, encok, meningkatkan kontraksi uterus dan sebagai obat antijamur (Syukur dan Hernani 2002). Kandungan kimia ekstrak rimpang temuireng
mengandung
minyak
atsiri,
tannin,
kurkumol,
kurkumenol,
isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, α, ß, γ-elemene,
10
inderazulene, kurkumin, demethyoxykurkumin, saponin, bisdemetyoxykurkumin, monoterpene, sesquiterpene, flavonoid dan alkaloid (Chinami et al. 2006).
Gambar 5 Tanaman Temuireng (Planthus 2008) Ayam Broiler Ayam adalah vertebrata darah panas dengan tingkat metabolisme tinggi. Anak ayam umur sehari (DOC – Day Old Chick) memiliki suhu tubuh 39°C dan suhu tersebut meningkat secara bertahap setelah hari ke-4 sampai ayam tersebut mencapai suhu maksimal pada hari ke-10. Suhu ayam dewasa berkisar antara 40,6°C – 40,7°C (Suprijatna et al. 2005). Ayam peliharaan yang ada di Indonesia sekarang merupakan keturunan dari ayam hutan hasil perbaikan mutu genetis sesuai dengan manfaat dan tujuan pemeliharaannya. Berikut adalah taksonomi Zoologi ayam menurut Suprijatna et al. (2005): kingdom
:Animalia
filum
:Chordata
subfilum
:Vertebrata
kelas
:Aves
ordo
:Galliformes
genus
:Gallus
spesies
:Gallus domesticus
Ayam broiler adalah sebutan untuk ayam ras pedaging, merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam karena mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (57 minggu). Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan,
11
maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia (Pramudyati dan Effendy 2009). Kelompok ayam yang dihasilkan melalui proses pemuliabiakan oleh breederfarm untuk tujuan ekonomis tertentu disebut dengan strain (Suprijatna et al. 2005). Adapun jenis strain ayam broiler yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Cobb, Arbor arcres, Tatum, Indianriver,
Hybro,
Cornish,
Brahma,Langshans,
Hypeco-Broiler,
Ross,
Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707 (Pramudyati dan Effendy 2009).
Gambar 6 Ayam broiler (Pramudyati dan Effendy 2009).