Terbitan No. 2
APRIL 2008
The Avian Influenza Roundup Ulasan triwulanan pengendalian flu burung di Indonesia.
Di awal Tahun Baru, Indonesia memperlihatkan peningkatan infeksi flu burung (FB) H5N1 pada manusia. Pada tanggal 2 April 2008, Indonesia telah mengkonfirmasi lima belas kasus baru untuk tahun tersebut dengan duabelas kematian dengan jumlah total kasus, 132 dan 107 di antaranya bersifat fatal. Kondisi ini telah mengarah pada
intensifikasi upaya penanggulangan FB, terutama di JaBoDeTaBek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Aktivitas dan inisiatif penanggualangan FB program USAID dan partner-partnernya selama triwulan terakhir ini akan dibahas dalam terbitan The Avian Influenza Roundup ini. Sebuah artikel yang merangkum hal-hal yang menjadi sorotan di the Bangkok International Conference on Avian Influenza juga disertakan.
Dalam terbitan ini: HALAMAN
1 2 3 4 4 5 6 6 6
CBAIC Perluasan Cakupan C BAIC WHO Dukungan W HO FAO Dukungan F AO Riset Operasional IILRI LRI Catatan dari Bangkok Situasi saat ini Acara yang akan datang Infolinks Apakah Anda tahu?
Komentar dan sumbangan gagasan sangat diharapkan dan akan membantu untuk membentuk dan meningkatkan kualitas newsletter ini. Kirim email ke:
[email protected].
Perluasan Cakupan CBAIC Selain aktivitas dukungan, koordinasi, pelatihan dan komunikasi perubahan perilaku, inisiatif penting lain muncul ditayangkan dalam triwulan ini untuk Community-Based Avian Influenza Control Project (CBAIC). Suatu rencana kampanye media massa intensif dikembangkan untuk menyoroti iklan layanan masyarakat (PSA) berkualitas tinggi di televisi yang diproduksi oleh CBAIC pada triwulan sebelumnya. Iklan layanan masyarakat tersebut menjelaskan cara merespon terhadap kecurigaan KLB flu burung pada unggas secara benar yaitu dengan melaporkannya ke pihak berwenang yang sesuai dan membakar serta mengubur unggas sakit yang mati. Kampanye ini diluncurkan secara nasional pada tanggal 27 Januari 2008 dan sejak saat itu diperkirakan bahwa 137 juta audiens target telah terpapar dengan iklan layanan masyarakat FB CBAIC setidaknya satu kali. Kampanye ini diteruskan hingga Mei 2008 dan upaya tengah dilakukan untuk menilai jangkauan dan dampak dari pesan perubahan perilaku penting tersebut. Nantikan informasi mutakhir mengenai masalah ini di terbitan selanjutnya. (bersambung ke halaman selanjutnya)
2
THE AVIAN INFLUENZA ROUNDUP, April 2008 (lanjutan halaman depan)
CBAIC melanjutkan dukungannya untuk Komite Nasional pengendalian flu burung dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza. Aktivitas-aktivitas yang perlu dicatat mencakup pengaturan dan fasilitasi pertemuan kelompok kerja rencana kesiapsiagaan pandemik, pelatihan komite FB regional dan WG FB regional dalam hal komunikasi strategi dan dukungan pelatihan terhadap lebih dari 150 dokter untuk berperan sebagai pelatih bagi para profesional bidang pekerjaan lain dalam upaya meningkatkan diagnosis dan perawatan FB pada manusia. Dari Januari hingga Maret, komponen penjangkauan masyarakat CBAIC
telah melatih hampir 1000 relawan desa untuk mengenali gejala flu burung pada hewan dan manusia, untuk merespon KLB yang dicurigai sebagai FB dan untuk menjelaskan kepada masyarakat di sekitarnya mengenai apa itu FB dan bagaimana mencegah dan mengendalikan penyebarannya. Untuk mempengaruhi perubahan perilaku di kelompok risiko tinggi, CBAIC telah mengembangkan dan memproduksi lebih dari 4,6 juta unit bahan penyuluhan dan informasi sejak proyek dimulai bulan Juli 2006, termasuk kalender, poster, stiker, buklet pelatihan, spanduk, lembar balik atau flipchart, video dan
panduan pesan pengendalian FB kunci nasional. Ketika dipadukan, upaya-upaya ini berperan untuk memenuhi beberapa tujuan strategis termasuk menurunkan KLB FB pada hewan, penurunan infeksi manusia dan akhirnya menurunkan kemungkinan pandemi influenza berkembang dari galur AI H5N1 virulen. Ke depannya, CBAIC akan terus memperluas inisiatif pengendalian AI untuk mencakup 28,056 desa yang telah direncanakan di 117 kota/kabupaten di sembilan propinsi: Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan DKI Jakarta.
Dukungan WHO untuk Pengendalian Flu Burung pada Manusia Marlinggom Silitonga, World Health Organization Pengendalian flu burung merupakan prioritas utama untuk Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara global dan pengendalian ini dicapai melalui pemberian bantuan teknis kepada negara-negara anggota WHO dan melalui mobilisasi sumber daya atas nama negara anggota termasuk Indonesia. Di Indoensia, WHO telah berfokus pada penguatan surveilans dan respon di setting desentralisasi. Pada awalnya Departemen Kesehatan (Depkes) yang dibantu oleh WHO bekerja untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan staf kesehatan terkait dengan pencegahan dan pengendalian flu burung. Pelatihan dasar untuk Tim Respon Cepat telah dilakukan untuk semua dinas kesehatan propinsi di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali dan Sulawesi selatan. Setelah itu, pelatihan yang sama dilakukan untuk dinas kesehatan kota/kabupaten di propinsipropinsi tersebut. Dengan menggunakan pelatihan awal tim respon cepat flu burung sebagai pijakan, USAID memberikan dana melalui WHO untuk pengembangkan Proyek Surveilans Terpadu untuk Flu Burung. Proyek ini dimulai bulan April 2007 melalui serangkaian sosialisasi dan pertemuan advokasi yang diikuti oleh pelatihan, pengadaan perlengkapan dan dukungan operasional untuk petugas surveilans kota/kabupaten (DSO) oleh Depkes. Pada akhir tahun 2007, 170
DSO di sembilan propinsi telah dilatih (lihat tabel).
Propinsi Banten Bali Yogyakarta Lampung Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Sumatera Utara Total
DSO 12 18 10 20 30 20 40 20 170
DSO saat ini telah ditempatkan untuk bekerja dengan petugas surveilans dan respon penyakit partisipatoris (PDSR). Informasi yang diberikan oleh PDSR memicu DSO untuk melakukan surveilans aktif terhadap penyakit mirip influenza di kalangan risiko tinggi yang telah terpapar dengan unggas yang telah terinfeksi atau dengan lingkungan yang telah terkontaminasi. Sebaliknya, proyek ini juga memastikan bahwa ketika kasus manusia telah dikonfirmasi, petugas PDSR kemudian dapat dimobilisasi untuk melakukan penyelidikan sumber. Pemicu lain untuk upaya DSO secara aktif mencakup penerimaan pelaporan dari pemberi layanan kesehatan di daerah (Puskesmas) mengenai
kelompok masyarakat yang mengalami kematian unggas mendadak. Orang dengan penyakit seperti influenza yang ditemui di daerah yang sama dengan unggas yang sakit atau mati didorong untuk mencari layanan kesehatan yang konsisiten dengan tercuriga atau suspect flu burung, baik di Puskesmas setempat atau di rumah sakit tempat terapi antivirus dan pengumpulan spesimen dapat dilakukan. Hasil dan kegiatan yang kemudian dilaporkan ke koordinator propinsi dan pusat melalui SMS dan faksimil untuk laporan mingguan. Manajemen data dan pelaporan DSO sedang dikonsolidasi dengan pemikiran menuju memperluas inisiatif ke kota/kabupaten tempat tim PDSR berada. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efek pengendalian FB dari surveilans kesehatan hewan dengan surveilans kesehatan manusia. Proyek USAID ini melengkapi upaya lain yang dilaksanakan oleh WHO dengan bekerjasama dengan Depkes yang didanai oleh EC, pemerintah Jepang dan AusAID. Wilayah kerjanya mencakup memperkuat surveilans, memperkuat manajemen klinis dan pengendalian infeksi, promosi kesehatan termasuk di pasar tradisional, riset yang mengarah ke aplikasi, perencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi dan peningkatan kapasitas untuk Peraturan Kesehatan Internasional.
THE AVIAN INFLUENZA ROUNDUP, April 2008
3
Flu Dukungan FAO untuk Pengendalian F lu Burung pada Hewan Oleh Robyn Alders, United Nations Food and Agriculture Organization Dalam periode Januari hingga Maret 2008, FAO meneruskan dukungannya untuk aktivitas pencegahan dan pengendalian HPAI di lingkungan Departemen Pertanian (Deptan) dan pelayanan ternak unggas daerah. Serangkaian besar aktivitas diimplementasikan selama triwulan pertama tahun 2008 dengan dukungan dari USAID, AusAID dan Japan Trust Fund. Program surveilans dan respon penyakit partisipatoris (PDSR) • Pelatihan refresher di 168 kota/kabupaten diselesaikan pada pertengahan Januari. Pada akhir januari, pelatihan petugas-petugas baru dimulai di kota/kabupaten baru. Antara bulan Januari dan Mei, program PDSR meluas untuk mencakup semua kota/kabupaten Sumatera dan Sulawesi Selatan dengan tim tambahan dilatih di Kalimantan dan Sulawesi Barat. • Petugas-petugas baru dilatih di Tangerang dan di daerah-daerah untuk dimasukkan ke dalam riset operasional. • Di bulan Maret, pelatihan dimulai terkait dengan pengenalan sistem informasi PDSR yang telah direvisi untuk mendukung aktivitas pencegahan dan pengendalian penyakit partisipatoris dengan para peternak yang beternak di belakang rumah dan peternak unggas komersial berskala kecil. • Penggambaran profil unit-unit produksi unggas di Jawa Barat dimulai di bulan Maret.
dilakukan. Pelatihan untuk dua manajer vaksin dan rantai dingin untuk setiap kota/kabupaten dan propinsi yang berpartisipasi dalam RO diajukan untuk April akhir. • Persiapan untuk kampanye vaksinasi yang menyebar luas di kota/kabupaten yang terlibat dalam RO saat ini sedang dijalankan. Di setiap kota/kabupaten RO, semua unggas yang diternakkan di halaman belakang di satu kecamatan akan divaksinasi flu burung dan di kecamatan lain semua unggas yang dipelihara di halaman belakang akan divaksinasi untuk penyakit FB dan Newcastle. Suatu pelatihan trainer untuk vaksinator masyarakat akan dilaksanakan pada minggu pertama di bulan April yang diikuti oleh pelatihan vaksinator masyarakat. Sejumlah total 1088 vaksinator akan disiapkan. Memantau isolat virus HPAI di lapangan • Sejumlah isolat virus HPAI sejak tahun 2007 dikirim ke sebuah laboratorium rujukan internasional FAO/OIE untuk karakterisasi. • Penyerahan sampel lapangan ke laboratorium diagnostik hewan oleh petugas PDSR akan diintensifikasi. Program pilot telah dimulai di kota/kabupaten terpilih di tiga LDCC (Yogyakarta, Bandung, dan Medan) dimana tim PDSR akan menerima pelatihan dan peralatan tambahan untuk memfasilitasi pengumpulan, penyimpanan dan transport ke Pusat Penyelidikan Penyakit. Setiap program pilot akan berlangsung selama sekitar
satu bulan. Program akan diperluas mencakup semua tim PDSR yang ada pada tengah tahun kedua di tahun 2008. • Pengumpulan sampel lingkungan di lima pasar burung sedang berlangsung dalam kerjasama dengan WHO. Informasi, pendidikan dan komunikasi • Suatu lokakarya komunikasi HPAI untuk petugas kesehatan hewan, perwakilan industri komersial, universitas dan media serta LSM diselenggarakan di Medan pada bulan Februari. • Di bulan Maret, FAO membantu Deptan melaksanakan lokakarya juru bicara media dengan peserta datang dari semua daerah di negara ini tempat HPAI merupakan endemik. • Dengan tujuan meningkatkan pemahaman mengenai persepsi peternak unggas, pedangan dan manajer pasar, FAO memulai serangkaian diskusi kelompok terfokus yang akan mencakup enam lokasi geografis berbeda di Indonesia, yang dimulai di Tangerang. • Serangkaian program radio mengenai pencegahan dan pengendalian HPAI dimulai di Tangerang. Program sosio-ekonomi • Penelitian rantai pasar unggas telah diselesaikan di Sumatera Utara dan Bali. • Penilaian terhadap dampak tindakan pengendalian terhadap mata encaharian diselesaikan di Jakarta.
Riset Operasional (RO) di Indonesia • FAO bekerjasama dengan Deptan untuk mengimplementasikan aktivitas penelitian pengendalian HPAI dengan bekerjasama dengan International Livestock Research Institute (ILRI). • Di bulan Februari, sebuah survei kapasitas rantai dingin dan tata laksana vaksin dilakukan di enambelas kota/kabupaten yang melibatkan riset operasional. Perluasan kapasitas rantai dingini ini merupakan kebutuhan bermakna seperti apakah lemari pendingin saat ini sudah terlalu penuh dan tidak layak untuk penyimpanan vaksin. Pengadaan lemari pendingin dan boks pendingin saat ini tengah
Seorang staff PDSR menjelaskan pentingnya memisahkan unggas yang baru dan mengamatinya dalam 14 hari. Jika unggas baru tersebut tetap sehat, maka dapat disatukan dengan unggas yang lama. Foto oleh FAO.
4
THE AVIAN INFLUENZA ROUNDUP, April 2008
Riset Operasional ILRI Oleh Melissa McLaws, International Livestock Research Institute Flu burung yang sangat patogenik (HPAI) secara kuat telah menyerang unggas di banyak wilayah di Indonesia. Kepadatan populasi manusia dan unggas yang tinggi di Indonesia dianggap membuat indonesia memungkinkan sebagai tempat pengembangbiakan untuk suatu virus influenza pandemik yang akan menjadi ancaman berat terhadap kesehatan masyarakat global. Meskipun demikian, tindakan pengendalian penyakit konvensional telah terbukti sulit untuk diaplikasikan yang sebagian disebabkan oleh banyaknya jumlah unggas (di Indonesia terdapat 300 juta unggas yang diternakkan di halaman belakang secara bebas) dan sifat pemerintahan yang sangat terdesentralisasi sehingga sangat sulit untuk menerapkan respon yang dikoordinasikan secara nasional. Riset operasional di Indonesia untuk program pengendalian yang lebih efektif untuk HPAI (ORI HPAI) dirancang dengan mengingat kondisi ini. USAID dan Bank Dunia bersamasama mengembangkan program yang merupakan suatu upaya kerjasama yang melibatkan Pemerintah Indonesia, International Livestock Research Institute (ILRI), Food and Agriculture Organization (FAO), dan JSI Deliver. Efektivitas dan kelayakan dari empat organisasi ini dipilih berdasarkan konsultasi dengan CMU, FAO, dan pengampu kepentingan lain. 1) Participatory disease surveillance and response (PDSR) 2) PDSR dengan vaksinasi masal pencegahan HPAI 3) PDSR dengan vaksinasi masal pencegahan vaksinasi terhadap penyakit HPAI dan Newcastle
4) PDSR dengan kompensasi segera untuk culling terfokus.
ILRI bekerjasama dengan AI Campaign Management Unit (CMU) Departemen Pertanian. Tim yang ada di foto ini adalah anggota CMU di Cirebon, Jawa Barat. Foto oleh ILRI.
Program riset ini akan secara bersama-sama menukung peningkatan aktivitas pengendalian AI dan memperkuat kapasitas pasangan melalui pelajaran yang diperoleh dari pengalaman lapangan. Sebuah lokakarya dilaksanakan pada bulan Januari di Bogor untuk mempresentasikan rencana penelitian ke kota/kabupaten yang tengah dipertimbangkan untuk dicakup di dalam penelitian. Responnya sangat positif. Setelah itu, enambelas kota/kabupaten setuju untuk berpartisipasi dan upaya ini sedang didorong untuk mengimplementasikan aktivitas pengendalian di minggu pertama bulan Juni 2008. Selain penelitian longitudinal, riset akan dilaksanakan untuk menilai faktor risiko untuk KLB HPAI dan mengumpulkan informasi mengenai dinamika penularan HPAI pada unggas yang diternak di halaman. Tunggu beritanya!
Sorotan aktual Pelatihan penilaian dampak partisipatoris Setiap kota/kabupaten dari enambelas kota/kabupaten yang berpartisipasi dalam program ORI HPAI menominasikan dua petugas untuk melaksanakan penilaian dampak partisipatoris di kota/kabupaten mereka. Tim ini akan menggunakan teknik epidemiologi partisipatoris untuk mengungkap karakter peristiwa kematian mendadak yang terjadi di unit epenilaian terpilih. Kelompok terpatama yang terdiri dari enambelas petugas PDSR dilatih dari tanggal 25 Februari sampai 1 Maret 2008. Mengevaluasi strategi vaksinasi FB Sebuah percobaan untuk meneliti efek usia terhdap evolusi antibodi setelah vaksinasi terhadap FB dimulai di laboratorium Wates, Yogyakarta pada tanggal 12 Februari 2008. Ayam kampung muda divaksin untuk HPAI dan menerima vaksin pertama di usia antara satu hari hingga empat minggu. Kadar antibodi HPAI pada ayam akan diukur setiap bulan dengan menggunakan uji inhibisi hemaglutinasi. Telah direkomendasikan oleh sejumlah ahli bahwa vaksinasi FB harus dimulai pada ayam usia satu hari agar kekebalan kelompok yang kuat dapat tercapai. Tetapi, ayam muda semacam itu seringkali memiliki kadar antibodi maternal yang tinggi sehingga dapat menganggu respon ayam terhadap vaksin. Percobaan ini telah dirancang untuk mengklarifikasi masalah ini dan mengembangkan rekomendasi mengenai kapan kita harus memvaksinasi anak ayam dengan vaksin AI H5N1.
Catatan dari Bangkok Oleh Jonathan Bell, Community-Based Avian Influenza Control Project Bangkok International Conference on Avian Influenza dilaksanakan pada bulan Januari 2008 dan diselenggarakan oleh National Center of Genetic Engineering and Biotechnology di Thailand. Konferensi ini dihadiri oleh lebih dari
500 peserta dari lebih dari 40 negara termasuk Indonesia yang diwakili dengan sangat baik. Konferensi ilmiah ini terdiri dari presentasi mengenai sejumlah besar topik termasuk epidemiologi, vaksinasi dan patologi
THE AVIAN INFLUENZA ROUNDUP, April 2008
pada unggas dan manusia. Pembicara utamanya mencakup Kennedy Shortridge, Professor Emeritus dari University of Hong Kong dan perintis dalam penelitian dan pengendalian FB di Hong Kong dan Robert Webster di St. Jude Children’s Research Hospital dan veteran di bidang riset FB. Sejumlah temuan telah dipresentasikan terkait dengan situasi di Indonesia.
FB dari swab lingkungan adalah lima persen sementara ketika hari istirahat diberlakukan yaitu ketika pasar dikosongkan selama satu hari setelah pembersihan dan disinfeksi, tingkat isolasi menurun hingga nol. Selain diperkenalkannya dua hari istirahat per bulan, pemasaran bebek liar juga dilarang di Hong Kong karena spesies ini dianggap rentan secara khusus rentan terhadap virus. Leslie Sims, seorang konsultan kedokteran hewan di Australia melaporkan bahwa di Hong Kong tindakan menghindari penjualan unggas secara langsung ke pasar eceran dengan menjual semua unggas di pasar grosir telah mengurangi penularan virus.
Hubungan antar isolat virus Malik Peiris dari University of Hong Kong melaporkan bahwa dalam analisis filogenetik galur FB Asia, semua isolat Indonesia bersifat kluster sehubungan dengan sekuen genetiknya (masuk ke dalam clade 2.2) yang menunjukkan asal muasal yang sama dan bahwa virus belum masuk kembali sejak infeksi awal dari Cina. Menurut Peiris virus HPAI (sangat patogenik) yang diisolasi dari ugngas lebih beranekaragam secara antigennya dibandingkan dengan virus LPAI (patogenik rendah) yang ditemukan pada unggas liar yang menunjukkan lebih banyak tekanan seleksi untuk virus HPAI. Meskipun demikian, Nguyen Tien Dzung dari National Institute of Veterinary Research dari Vietnam melaporkan bahwa tidak terdapat perubahan besar dalam struktur antigen virus yang ditemukan setelah dua tahun vaksinasi unggas. Tidak terdapat kasus manusia di Vietnam pada tahun 2006 setelah vaksinasi seluruh unggas.
Scott Newman dari FAO Roma mendebat bahwa meskipun unggas liar telah diimplikasikan terlibat dalam penularan HPAI, terutama di Eropa, unggas liar tidak berperan besar. Unggas liar ini kelihatannya tidak memberikan pengaruhi di Asia Tenggara. Ia kemudian mencatat bahwa meskipun banyak kasus manusia telah dikaitkan dengan pemaparan terhadap unggas tidak satupun telah dikaitkan dengan kontak dengan unggas liar. FB pada Manusia Meskipun tidak terdapat riset langsung yang kelihatannya sedang dilaksanakan mengenai faktor-faktor genetik yang melibatkan kluster keluarga korban FB, Richard Webby dari St. Jude Children’s Research Center telah meneliti kerentanan genetik terhadap virus pada tikus. Sebuah kasus unik dari korban FB yang sedang hamil di Thailand telah memungkinkan Mongkol Uiprasertkul dari Mahidol University di Thailand
Penularan antar unggas Peiris juga melaporkan bahwa di pasar unggas Hong Kong, tingkat isolasi virus
untuk menyatakan bahwa virus dapat ditularkan melalui plasenta ke embrio.. Menno de Jong dari Oxford University Clinical Research Unit di Vietnam melaporkan bahwa steroid merupakan kontraindikasi dalam terapi infeksi virus H5N1 dan bahwa oseltamivir kelihatannya kurang efektif untuk virus flu burung daripada virus influenza manusia. Dalam penutupan konferensi, Robert Webster mengungkapkan pentingya faktor lingkungan dalam kasus manusia dan mencatat terutama mengenai berenang di kolam yang terinfeksi dengan virus FB. Louis Vézina of Medicago, Inc. di Kanada melaporkan produksi partikel seperti virus pada tanaman yang dapat digunakan untuk vaksin manusia dengan keuntungan bahwa produksi ini dapat diperluas lebih cepat daripada produksi vaksin dari telur yang dilakukan saat ini. Pandemi Robert Webster memperjelas bahwa tidak tidak hanya jenis influenza H5N1, tetapi juga H7N7, H9N2 dan H2N2 dari virus influenza A merupakan kandidat untuk dimulainya epidemi yang menggarisbawahi ancaman zoonotik berkesinambungan dari industri unggas di luar ancaman spesifik dari galur H5N1 yang ada saat ini. Michael Osterholm dari University of Minnesota memperlihatkan bahwa organisasi perdagangan dunia saat ini merupakan sistem tepat waktu di dunia yang secara khusus rentan terhadap gangguan yang akan disebabkan oleh pandemik influenza atau gangguan jenis lain apapun.
SumatraUtara 8 Kasus 7 Meninggal Riau 6 Kasus 5 Meninggal
Sumatra Barat 4 Kasus 1 Meninggal
Lampung 3 Kasus 0 Meninggal
Sumatra Selatan 1 Kasus 1 Meninggal
Jakarta 32 Kasus 27 Meninggal
Banten 25 Kasus Jawa Barat 22 Meninggal 33 Kasus 27 Meninggal
Jawa Tengah 10 Kasus Sulawesi Selatan 9 Meninggal 1 Kasus 1 Meninggal
Jawa Timur 7 Kasus 5 Meninggal
5
Bali 2 Kasus 2 Meninggal
SITUASI SAAT INI DI INDONESIA Kasus dan Kematian akibat FB H5N1 berdasarkan Propinsi di Indonesia pada tanggal 2 April 2008 (WHO).
6
THE AVIAN INFLUENZA ROUNDUP, April 2008
Acara yang akan Datang CLIMATE, ENVIRONMENT, AND INFECTIOUS DISEASES – AMERICAN INSTITUTE OF BIOLOGICAL SCIENCES ANNUAL MEETING. 12 – 13 May 2008. The Westin Arlington Gateway, Arlington, VA, USA. Keterangan lebih rinci dapat dilihat secara online di: http://www.aibs.org/annual-meeting/annual_meeting_2008.html SEASONAL AND PANDEMIC INFLUENZA 2008. 18 – 20 May 2008. Crystal Gateway Marriott, Arlington, VA, USA. Keterangan lebih rinci dapat dilihat secara online di: http://www.idsociety.org/Content.aspx?id=9726 th
35 ANNUAL INTERNATIONAL CONFERENCE ON GLOBAL HEALTH. 27 – 31 May 2008. Omni Shoreham Hotel, Washington, DC, USA. Keterangan lebih rinci dapat dilihat secara online di: http://www.globalhealth.org/conference/ th
13 INTERNATIONAL CONGRESS ON INFECTIOUS DISEASES. 19 – 22 June 2008. Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia. Keterangan lebih rinci dapat dilihat secara online di: http://www.isid.org/13th_icid/welcome.shtml XXIII WORLD’S POULTRY CONGRESS. 30 June – 4 July 2008. Brisbane Convention and Exhibition Centre, Queensland, Australia. Keterangan lebih rinci dapat dilihat secara online di: http://www.wpc2008.com/default.htm
Infolinks USAID http://indonesia.usaid.gov/proxy/Document.205.aspx
United Nations Food and Agriculture Organization http://www.fao.org/avianflu/en/index.html
World Health Organization http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/en/index.html
International Livestock Research Institute http://www.ilri.org/research/Content.asp?SID=246&CCID=41
KOMNAS FBPI http://www.komnasfbpi.go.id/utama_eng.php
Departemen Kesehatan Republik Indonesia http://www.depkes.go.id/en/index_en.htm
Departemen Pertanian Indonesia http://www.deptan.go.id/
Apakah Anda tahu? Antara tanggal 29 Desember 2007 dan 4 April 2008, CBAIC mendukung pelatihan 967 Koordinator Influenza Flu Burung Desa (VAIC) untuk ekspansi penjangkauan pengendalian dan pencegahan tingkat masyarakat di Indonesia. Jumlah ini menambah jumlah kumulatif VAIC yang dilatih oleh CBAIC sejak Desember 2006 menjadi 15.865, di propinsi-propinsi Sumatra Utara, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Sejak iklan layanan masyarakat televisi CBAIC mulai disiarkan pada akhir Januari 2008, 137 juta pemirsa target telah terpapar setidaknya satu kali oleh iklan layanan masyarakat CBAIC yang menjelaskan bagaimana merespon kecurigaan KLB FB pada unggas.
The Community-Based Avian Influenza Control Project (CBAIC) merupakan sebuah proyek yang didanai oleh USAID untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kapasitas pengendalian FB di Indonesia. Proyek ini memberikan bantuan kepada Komite Nasional pengendalian flu burung dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza Indonesia (KOMNAS FBPI) untuk melatih dan memobilisasi relawan masyarakat dan melalui kerjasama Hopkins University mengembangkan dan mengimplementasikan inisiatif komunikasi perubahan perilaku bertarget.. Newsletter triwulanan ini diterbitkan oleh CBAIC dengan kontribusi dari FAO, WHO, dan ILRI. Pandangan yang diungkapkan dalam forum ini tidak selalu mewakili pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat. Foto cover oleh Jonathan Bell, CBAIC. Untuk informasi lebih lanjut hubungi :
[email protected]
Rev. 21.04.08