II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agrowisata Agrowisata (agro tourism) bermula dari ecotourism. Ecotourism adalah yang paling cepat bertumbuh diantara model pengembangan pariwisata yang lainnya di seluruh dunia, dan memperoleh sambutan yang sangat serius. Ecotourism dikembangkan di negara berkembang sebagai sebuah model pengembangan yang potensial untuk memelihara sumber daya alam dan mendukung proses perbaikan ekonomi masyarakat lokal. Ecotourism dapat menyediakan alternatif perbaikan ekonomi ke aktivitas pengelolaan sumber daya, dan untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat lokal ( U.S. Konggres OTA 1992). Agrowisata (agro tourism) telah berhasil dikembangkan di Switzerland, Selandia Baru, Australia, dan Austria.Sedangkan di USA baru tahap permulaan dan baru dikembangkan di California. Beberapa keluarga petani sedang merasakan bahwa mereka dapat menambah pendapatan mereka dengan menawarkan pemondokan bermalam, menerima manfaat dari kunjungan wisatawan, (Rilla 1999). Pengembangan agrowisata (agro tourism) merupakan kombinasi antara pertanian dan dunia wisata untuk liburan di desa. Atraksi dari agrowisata (agro tourism) adalah pengalaman bertani dan menikmati produk kebun bersama dengan jasa yang disediakan. Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. 5
Salah satu unsur dari sektor pertanian yang saat ini belum tergarap secara optimal adalah agrowisata (agro tourism). Potensi agrowisata tersebut ditunjukkan dari keindahan alam pertanian dan produksi di sektor pertanian yang cukup berkembang. Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi pertanian sebagai obyek wisata, baik potensi berupa pemandangan alam kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya. Berkembangnya agrowisata di suatu daerah tujuan wisata akan memberikan manfaat untuk meningkatan pendapatan masyarakat setempat dan daerah. Dengan kata lain bahwa fungsi pariwisata dapat dilakukan dengan fungsi budidaya pertanian dan permukiman pedesaan dan sekaligus fungsi konservasi (Gumelar, 2010). Selanjutnya agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi/pola yaitu alami dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut : 1. Agrowisata Ruang Terbuka Alami Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal dimana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain. Untuk memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara fasilitas pendukung untuk kenyamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan dengan kultur dan estetika asli yang ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari binatang buas. Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy di Pandeglang dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian. 6
2. Agrowisata Ruang Terbuka Buatan Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan. Peluang sektor pariwisata cukup prospektif, karena selain sebagai salah satu penghasil pertumbuhan ekonomi pariwisata sektor pariwisata diharapkan dapat berpeluang untuk dapat menjadi pendorong pertumbuhan sektor pembangunan lainnya, seperti sektor perkebunan, pertanian, perdagangan, perindustrian dan lain-lain. Kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan. Disamping itu yang termasuk dalam agrowisata adalah perhutanan dan sumber daya pertanian. Perpaduan antara keindahan alam, kehidupan masyarakat pedesaan dan potensi pertanian, bilamana ditata secara baik dan ditangani secara serius dapat mengembangkan daya tarik wisata. Berdasarkan kawasan agrowisata yang memiliki areal yang sangat luas dan ditanami dengan berbagai jenis pohon, tanaman hortikultura akan mempengaruhi cuaca bahkan iklim
7
di sekitarnya. Dengan banyaknya pohon, selain dapat menyerap kebisingan, juga dapat memberikan kesegaran dan kenyamanan. 2.2 Evaluasi Lahan Pengertian mengenai lahan dan penggunaan lahan adalah merupakan gabungan dari unsur-unsur dekat permukaan bumi yang penting bagi kehidupan manusia. Lebih lanjut dijelaskan secara lebih rinci mengenai sebidang lahan secara geografis yaitu sebagai wilayah tertentu diatas permukaan bumi khususnya meliputi semua benda penyusun biosfer, yang dapat dianggap tetap atau siklus berubah-ubah di wilayah tersebut yang meliputi atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, hidrologi, tumbuhan dan binatang serta akibat-akibat dari aktifitas manusia dimasa lalu, sekarang dan yang akan datang. Lahan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam penggunan, misalnya untuk lahan pertanian (perkebunan, tanaman pangan, kehutanan), pemukiman, industri, cagar alam, dan sebagainya (Djikerman dan Widianingsih, 1985). Agar lahan dapat dimanfaatkan secara efisien maka perlu adanya suatu perencanaan atau penataan kembali penggunaan lahannya. Salah satu hal pokok yang diperlukan dalam perencanaan penggunaan lahan adalah dengan tersedianya informasi faktor fisik lingkungan yang meliputi sifat fisik dan potensi lahan. Keterangan tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan survei tanah yang diikuti dengan evaluasi lahan (Sitorus, 1985 dalam Djaenudin, dkk., 2003). Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan, dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan atau pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya. Evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi lahan untuk berbagai penggunaannya. 8
Ciri dasar evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan penggunaan yang diperlukan untuk penggunaan lahan tertentu dengan potensi lahan. Penggunaan lahan yang berbeda membutuhkan persyaratan yang berbeda pula. Oleh karena itu untuk melakukan evaluasi lahan diperlukan keterangan tentang lahan yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana yang sedang dipertimbangkan. Untuk melakukan evaluasi lahan diperlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan. Setiap kualitas lahan biasanya terdiri dari satu atau lebih karakteristik lahan. 2.3 Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung daripada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Berbeda dengan evaluasi kesesuaian lahan, evaluasi kemampuan pada umumnya ditujukan untuk penggunaan yang lebih luas seperti penggunaan untuk pertanian, perkotaan, dan sebagainya. Penilaian kesesuian lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu (Sitorus, 1985). Menurut Husein (2003), evaluasi lahan adalah usaha untuk mengelompokkan tanahtanah tertentu sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kelas kesesuaian lahan untuk suatu areal dapat berbeda tergantung dari penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Selanjutnya, Sitorus (1998) menyatakan bahwa evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai kegunaan dengan cara membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut. Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya serta memberikan kepada
9
perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Evaluasi kesesuaian lahan meliputi pelaksanaan survei/penelitian bentuk bentang alam, sifat tanah, macam dan vegetasi, aspek-aspek lahan. Keseluruhan evaluasi ini bertujuan mengidentifikasi dan membuat perbandingan dari macam-macam penggunaan lahan yang memberikan
harapan
positif
(Abdullah,
1993).
Evaluasi
lahan
juga
bertujuan
memperhitungkan dampak penggunaan lahan, merumuskan alternatif penggunaan lahan dan mendapatkan cara pengelolaan yang lebih baik (Sys et al. 1993). Kesesuaian lahan dapat dinilai berdasarkan kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau kesesuaian lahan potensial (setelah ada asumsi/perbaikan terhadap faktor pembatasnya). Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut Djaenudin dkk (2003) adalah : Ordo : pada tingkat ordo ini kesesuaian lahan dibedakan menjadi ordo sesuai (S) dan yang tergolong tidak sesuai (N). Ordo Sesuai (S) : Lahan ini dapat digunakan secara berkelangsungan untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan ini akan memuaskan setelah mempertimbangkan masukan (input) yang diberikan tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Ordo Tidak Sesuai (N) : Lahan ini apabila dikelola mempunyai kesulitan sedemikian rupa sehingga dapat membatalkan atau mencegah kegunaannya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan. Lahan ini digolongkan tidak sesuai untuk dimanfaatkan sebagai penggunaan lahan tertentu karena berbagai faktor pembatas yang cukup berat. b. Kelas : Pada tingkat kelas lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan menjadi tiga kelas yaitu lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).
10
Kelas S1 (Sangat Sesuai) : Lahan ini tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti untuk suatu penggunaan yang lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksinya.
Kelas S2 (Cukup Sesuai) : Lahan yang mempunyai faktor pembatas untuk suatu penggunaan. Faktor pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan serta meningkatkan masukan yang diperlukan. Faktor pembatas tersebut bisa diatasi petani sendiri.
Kelas S3 (Sesuai Marginal) : Lahan yang mempunyai faktor pembatas yang berat untuk suatu penggunaan. Faktor pembatas akan mengurangi produktivitas dan menaikkan masukan (input) yang lebih banyak dari pada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 diperlukan modal yang tinggi.
c. Sub Kelas : Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub kelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat, kemungkinan sub kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan ini bisa diperbaiki dan ditingkatkan kelasnya sesuai dengan input atau masukan yang diperlukan. 2.4 Tipe Penggunaan Lahan Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka tipe penggunaan lahan adalah penggunaan lahan yang diperinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk suatu daerah dengan keadaan fisik dan sosial ekonomi tertentu. Pada keadaan tertentu tipe-tipe penggunaan lahan secara terinci tidak hanya terdiri dari satu macam tanaman saja, dikenal tipe penggunaan lahan tunggal, tipe penggunaan lahan ganda, dan tipe penggunaan lahan majemuk. Tipe penggunaan lahan tunggal adalah penggunaan lahan untuk satu jenis tanaman saja, misalnya untuk perkebunan cengkeh, kopi, kakao, dan sebagainya. Tipe penggunaan lahan ganda adalah penggunaan lahan untuk lebih dari satu jenis tanaman sekaligus, dan di 11
setiap jenis tanaman membutuhkan input atau masukan yang berbeda, syarat-syarat tumbuh dan memberikan hasil yang berbeda-beda, sebagai contoh adalah hutan produksi yang sekaligus digunakan sebagai tempat rekreasi. Tipe penggunaan lahan majemuk adalah penggunaan lahan lebih dari satu jenis tanamana akan tetapi untuk tujuan evaluasi lahan dianggap sebagai satu kesatuan, jenis penggunaan lahan yang berbeda mungkin saja terjadi dalam urutan waktu tertentu, misalnya rotasi tanaman atau terjadi dalam yang sama secara simultan, akan tetapi di tempat yang berbeda dalam satu kesatuan lahan yang sama. Penggunaan lahan secara umum adalah penggolongan penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian irigasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi. Penggunaan lahan secara umum biasanya digunakan untuk evaluasi lahan secara kualitatif atau dalam survei tinjau. 2.5 Karakteristik dan Kualitas Lahan Karakteristik lahan mencangkup faktor-faktor lahan yang dapat diukur atau ditaksir besarannya, seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, dan sebagainya (Hardjowigeno & Widiatmaka, 2001). Satu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh terhadap mudah tidaknya tanah diolah, tersedianya air, kepekaan erosi, dan lain-lain. Bila karakteristik lahan dapat digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan, maka dapat timbul pengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan juga karena adanya interaksi dari beberapa karakteristik lahan antara lain interaksi antara curamnya lereng, permeabilitas, struktur tanah, panjang lereng, intensitas hujan dan sifat-sifat lain. Karena itu dianjurkan agar dalam membandingkan sifat-sifat lahan dengan syarat-syarat penggunaan lahan digunakan kualitas lahan, bukan karakteristik lahan (Hardjowigeno, 2007). Kualitas lahan adalah sifat-sifat lahan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap kemampuan atau kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu. Menurut Hardjowigeno dan 12
Widiatmaka (2007) bahwa kualitas lahan adalah gabungan dibeberapa karakteristik lahan yang mempunyai pengaruh nyata terhadap kesesuaian lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu, misalnya ketersediaan hara dapat ditentukan berdasarkan ketersediaan P dan K dapat ditukar, dan sebagainya. Sebagai acuan untuk keperluan evaluasi kesesuaian lahan menurut Djaenudin, dkk (2003), beberapa ciri lahan yang dikelompokkan ke dalam kualitas lahan adalah sebagai berikut : 1. Temperatur (tc) : Temperatur rata-rata tahunan (°C). 2. Ketersediaan air (wa) terdiri dari : Curah hujan (mm/tahun), bulan kering (bln) dan kelembababan udara (%). 3. Ketersediaan oksigen (oa) : Drainase. 4. Media perakaran (rc) terdiri dari : Tekstur tanah, bahan kasar (%)dan kedalama tanah (cm). 5. Retensi hara (nr) terdiri dari : KTK (cmol), kejenuhan basa (%), pH tanah H₂O dan COrganik (%). 6. Toksisitas (xc) : Salinitas (ds/m). 7. Bahaya erosi (eh) : Lereng (%) dan bahaya erosi. 8. Bahaya banjir (fh) : Genangan. 9. Penyiapan lahan (lp) : Batuan permukaan (%) dan singkapan batuan (%). Tabel 2.4 Kualitas dan Karakteristik Lahan yang Disarankan untuk Digunakan DalamEvaluasi Lahan Pada Tingkat Tinjau, Semi Detil dan Detil (Puslittanak, 1993) Tingkat Tinjau Tingkat Semi Detail (Skala 1 : 250.000) (Skala 1: 25.000 – 50.000) A. Persyaratan Ekologi/Tumbuhan/Tanaman 1. Ketersediaan air - Curah hujan - Bulan kering
1. Regim radiasi - Panjang penyinaran 2.Regim Suhu - Suhu rerata tahunan
13
Tingkat Detail (Skala 1: 10.000 – 25.000)
1. Regim Radiasi - Panjang penyinaran 2.Regim Suhu - Suhu rerata tahunan - Suhu bulan terdingin - Suhu bulan terpanas
1. Media perakaran - Drainase - Tekstur - Kedalaman efektif - Gambut: ketebalan dan kematangan 2. Retensi hara - KTK - pH
3. Bahaya banjir - Periode banjir - Frekuensi banjir
4. Toksisitas - Kejenuhan Al - Kedalaman sulfidik - Salinitas
3.Kelembaban Udara - Kelembaban nisbi
3.Kelembaban Udara - Kelembaban nisbi
4.Ketersediaan Air - Curah hujan tahunan - Bulan kering - Panjang periode pertumbuhan 5.Media Perakaran - Drainase - Tekstur - Kedalaman efektif - Gambut: kematangan dan ketebalan
4.Ketersediaan Air - Curah hujan tahunan - Bulan kering - Panjang periode pertumbuhan 5.Media Perakaran - Drainase - Tekstur - Kedalaman efektif - Gambut: kematangan dan ketebalan
6.Retensi Hara - KTK - pH
6.Retensi Hara - KTK - pH - C-organik
7.Ketersediaan Hara - N total - P tersedia - K tersedia
7.Ketersediaan Hara - N total - P tersedia - K tersedia
8.Bahaya Banjir - Periode banjir - Frekuensi banjir
8.Bahaya Banjir - Periode banjir - Frekuensi banjir
9.Kegaraman - Salinitas
9.Kegaraman - Salinitas - Sodisitas
10.Toksisitas - Kejenuhan Al - Kedalaman sulfidik - Unsur mikro (Fe, Mn, Ni, dll)
10.Toksisitas - Kejenuhan Al - Kedalaman sulfidik - Unsur mikro (Fe, Mn, Ni, dll)
11.Kemudahan Pengolahan - Kelas kemudahan pengolahan
11.Kemudahan Pengolahan - Kelas kemudahan pengolahan
12. Potensi Mekanisasi - Kemiringan lereng - Batuan permukaan - Singkapan batuan
12.Potensi Mekanisasi - Kemiringan lereng - Batuan permukaan - Singkapan batuan
B. Persyaratan Pengelolaan 1. Potensi mekanisasi - Kemiringan lereng - Batuan di permukaan - Singkapan batuan
C. Persyaratan Konservasi 2. Bahaya erosi - Kemiringan lereng
13.Bahaya Erosi - Tingkat bahaya (rumus USLE)
14
erosi
13.Bahaya Erosi - Tingkat bahaya erosi (rumus USLE)
2.6 Persyaratan Tumbuh Tanaman Tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan tertentu yang kemungkinan berbeda antara tanaman satu dengan tanaman lainnya. Persyaratan tersebut antara lain meliputi : ketersediaan oksigen, media perakaran, temperatur, ketersediaan retensi hara, bahaya erosi, bahaya banjir, toksisitas dan penyiapan lahan. Persyaratan tumbuh tanaman yang tergolong sebagai kualitas lahan ketersediaan oksigen yaitu drainase sangat memegang peran penting dalam persyaratan tumbuh tanaman. Ada tanaman yang memerlukan drainase terhambat seperti jenis tanaman air. Namun pada umumnya tanaman menghendaki drainase yang baik, artinya di dalam tanah cukup tersedia oksigen sehingga akar dapat berkembang dengan baik dan mampu menyerap unsur hara secara optimal (Puslittanak, 1993). Persyaratan tumbuh yang diperlukan oleh masing-masing tanaman mempunyai batas minimum, optimum dan maksimum. Untuk keperluan evaluasi lahan (menentukan kesesuaian lahan). Persyaratan tumbuh tanaman ini dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kesesuaian lahan (Djaenudin, dkk., 2003). 1. Persyaratan Tumbuh Tanaman Nanas Nanas dapat dikembangkan pada ketinggian 800 - 1.200 m diatas permukaan laut. Tanaman nanas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering.Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32ᵒC. Namun pada umumnya tanaman nanas toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1.000-1.500 mm tahun. Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 3371% dari kelangsungan maksimumnya. Tanaman nanas lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah. Derajat kemasaman yang cocok adalah pH 4,5-6,5 (Kartosaputra, 1987). 15
2. Persyaratan Tumbuh Tanaman Pisang Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam ditanah berhumus dengan pemupukan.Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang. Di Indonesia umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m diatas permukaan laut (Kartosaputra, 1987). 3. Persyaratan Tumbuh Tanaman Salak Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun 200400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah. Suhu yang paling baik antara 20-30°C.Sal ak membutuhkan kelembaban tinggi, tetapi tidak tahan genangan air. Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m diatas permukaan laut (Kartosaputra, 1987). 4. Persyaratan Tumbuh Tanaman Jeruk Tanaman jeruk menghendaki temperatur optimal antara 25-30°C namun ada yg masih dapat tumbuh normal pada 38°C. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%. Tinggi tempat dimana jeruk dapat di budidayakan bervariasi dari dataran rendah sampai tinggi tergantung pada spesies. Tanah yg baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7- 27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik (Kartosaputra, 1987).
16
5. Persyaratan Tumbuh Tanaman Kopi Robusta Tanaman kopi robusta cocok ditanam pada ketinggian 400-700 m diatas permukaan laut dengan temperatur 21-24ᵒ C, menghendaki daerah yang mempunyai bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut dengan 3-4 kali hujan. Tanaman kopi robusta tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Tanah yang baik untuk tanaman kopi adalah tanah yang gembur, subur dan kaya bahan organik. Lebih baik jika tanah di sekitar tanaman harus sering ditambah dengan pupuk organik agar sistem perakarannya tetap tumbuh baik dan dapat mengambil unsur hara sebagaimana mestinya. Selain tanah yang gembur dan kaya bahan organik, tanaman kopi robusta menghendaki tanah yang agak masam yaitu antara pH 4,5 – 6,5. Tanaman kopi robusta memiliki beberapa varietas seperti Quillou, Uganda, dan Canephora. Setiap varietas tersebut mempunyai sifat yang berbeda-beda namun untuk persyaratan tumbuh semua sama (Sri Najiyati dan Danarti, 2001). 2.7 Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan saat ini merupakan kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang tidak ada dan tidak mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktorfaktor pembatas yang ada di setiap satuan lahan. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang diduga terdapat pada satuan lahan yang dievaluasi, ada sifatnya permanen/tidak ekonomis untuk diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan teknologi yang tepat (Zhiddiq, 2003). Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan aktual, mula-mula dilakukan penilaian terhadap masing-masing kualitas lahan berdasarkan
17
atas faktor pembatas terberat/karakteristik lahan terjelek, selanjutnya kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan atas kualitas lahan terjelek/terberat. Sebagai contoh jika karakteristik lahan yang tergabung dalam kualitas lahan “media perakaran” menghasilkan penilaian kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung sebagai berikut : Media perakaran (r) 1.Drainase
S1 (sangat sesuai)
2.Tekstur tanah
S2 (cukup sesuai)
3.Kedalaman efektif tanah
S3 (sesuai marginal)
4.Gambut
- (bukan tanah gambut)
Jadi kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung berdasarkan atas media perakaran adalah termasuk kelas sesuai marginal (S3). Untuk dapat menentukan kelas kesesuaian lahan, maka semua kualitas lahan yang digunakan sebagai penciri harus dinilai dengan cara tersebut. Bila hasil penilaian masing-masing kualitas lahan untuk tanaman jagung adalah sebagai berikut: l = regim radiasi
S1
t = regim suhu
S1
h = regim kelembaban udara
S1
w = ketersediaan air
S1
r = media perakaran
S3
f = retensi hara
S2
n = ketersediaan hara
S2
o = bahaya banjir
S1
g = kegaraman
S1
x = toksisitas
S1
p = kemudahan pengolahan
S2
m = potensi mekanisasi
S1
e = bahaya erosi
S1
18
Maka kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan adalah S3, yaitu termasuk sesuai marginal, dengan kendala utama sebagai faktor pembatas adalah media perakaran, sehingga dalam sub-kelas disebut S3r. Dalam pemetaan tanah tinjau termasuk S atau S3, pada tingkat semi detil termasuk S3r, sedangkan pada tingkat detil termasuk S3r-3 (media perakaran kedalaman efektif). 2.8 Kesesuaian Lahan Potensial Kesesuaian lahan potensial menyatakan keadaan kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan atau improvemen, dalam hal ini perlu adanya perincian faktor-faktor ekonomis dalam menduga biaya yang diperlukan untuk perbaikanperbaikan (Zhiddiq, 2003). Adapun jenis usaha perbaikan kelas kesesuaian lahan aktual menjadi kesesuaian lahan potensial yang dilakukan menurut Zhiddiq (2003) dapat dilihat pada Tabel 2.7.1 sedangkan asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya dapat dilihat pada Tabel 2.7.2 Tabel 2.7.1 Jenis Usaha Perbaikan Karakteristik/Kualitas Lahan Aktual Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya. No 1
2
3 4
5
Kualitas/Karakteristik Lahan Rejim radiasi - Panjang penyinaran matahari Rejim suhu - Suhu rerata tahunan - Suhu rata-rata bulan terdingin - Suhu rata-rata bulan terpanas Rejim kelembaban udara - Kelembaban nisbi Ketersediaan air - Bulan kering - Curah hujan Media perakaran - Drainase - Tekstur tanah - Kedalaman efektif
Usaha Perbaikan
Tingkat Pengelolaan
- Tidak dapat dilakukan perbaikan
-
- Tidak dapat dilakukan perbaikan - Tidak dapat dilakukan perbaikan - Tidak dapat dilakukan perbaikan
-
- Tidak dapat dilakukan perbaikan
-
- Sistem irigasi/pengairan - Sistem irigasi/pengairan
-Sedang, tinggi -Sedang, tinggi
- Pembuatan saluran drainase - Tidak dapat dilakukan perbaikan - Hanya dapat dilakukan perbaikan
-Sedang, tinggi -Tinggi
19
6
-
Kematangan gambut
-
Ketebalan gambut
Retensi hara - KTK - KB - pH - C-organik Ketersediaan hara - N-total - P-tersedia - K-tersedia Bahaya banjir - Periode - Prekuensi
7
8
9
Kegaraman - Salinitas Toksisitas - Kejenuhan Al - Lapisan pirit
10
11
Kemudahan pengolahan
12
Terrain (medan) potensi mekanisasi
13
Bahaya erosi
pada padas lunak dan tipis dengan pembongkaran saat pengolahan tanah - Pengaturan system drainase untuk mempercepat pematangan gambut - Dengan teknik pemadatan gambut, serta pemilihan varietas
-Tinggi
-
-Tinggi -Tinggi -Sedang, tinggi -Sedang, tinggi
Penambahan bahan organik Pengapuran Pengapuran Penambahan bahan organic
-Tinggi
- Pemupukan - Pemupukan - Pemupukan
-Sedang, tinggi -Sedang, tinggi -Sedang, tinggi
-Pembuatan tanggul penahan banjir -Pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengatusan air
-Tinggi -Tinggi
- Reklamasi/pengairan
-Sedang, tinggi
- Pengapuran - Pengaturan tata air tanah, tinggi permukaan air tanah harus di atas lapisan bahan sulfidik - Pengaturan kelembaban tanah untuk mempermudah pengolahan tanah - Bila tidak terlalu berat dapat dilakukan dengan pembuatan terasering - Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman penutup tanah
-Sedang, tinggi -Sedang, tinggi
-Sedang, tinggi
-Sedang sampai tinggi
-Sedang, tinggi
Keterangan: -
Tingkat pengelolaan sedang; pengelolaan dapat dilakukan pada tingkat petani dengan pemberian modal/teknik pertanian sedang.
-
Tingkat pengelolaan tinggi; pengelolaan hanya dapat dilakukan dengan modal yang relatif besar, umumnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan besar atau menengah.
20
Tabel 2.7.2 Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya. No 1 2 3 4
5
6
7
8
9 10
11 12 13
Kualitas dan karakteristik lahan Rejim radiasi Rejim suhu Rejim kelembaban udara Ketersediaan air - Bulan kering - Curah hujan Media perakaran - Drainase - Tekstur tanah - Kedalaman efektif - Gambut, kematangan - Gambut ketebalan Retensi hara - KTK - KB - pH - C-organik Ketersediaan hara - N-total - P-tersedia - K-tersedia Bahaya banjir - Periode - Frekuensi Kegaraman - Salinitas Toksisitas - Kejenuhan Al - Kedalaman pirit Kemudahan pengolahan Terrain (medan) potensi mekanisasi Bahaya erosi
Tingkat pengelolaan Sedang Tinggi -
Jenis Perbaikan -
+ +
++ ++
Irigasi Irigasi
+ -
++ + -
Saluran drainase*) Penggalian -
+ +
+ + + ++
Penambahan BO Pengapuran Pengapuran Pemberian BO
+ + +
++ ++ ++
Pupuk N Pupuk P Pupuk K
+ +
++ ++
+
++
Pengairan
+ +
++ + + + ++
Kapur Mengatur permukaan air tanah Mekanisasi Terasering Usaha konservasi tanah
-
Keterangan: - Tidak dapat dilakukan perbaikan + Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2) ++ Kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1) *) Drainase jelek dapat diperbaiki menjadi drainase lebih baik dengan membuat saluran drainase, tetapi drainase cepat/sangat cepat sulit dirubah menjadi sedang/baik. 2.9 Pembatas Lahan dan Perbaikan Lahan Pembatas lahan adalah kualitas lahan yang mempunyai pengaruh yang merugikan bagi suatu jenis penggunaan lahan. Sifat pembatas ada yang bersifat sementara dan tetap.Sifat 21
pembatas yang bersifat sementara yaitu ketersediaan oksigen (drainase), retensi hara dan bahaya erosi (lereng < 45% dan erosi). Ketersediaan air (iklim) adalah faktor alam yang tidak dapat diubah dalam peningkatan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian disuatu daerah (Rahman, 1992). Sedangkan sifat pembatas yang bersifat tetap yaitu temperatur, media perakaran (tekstur dan kedalaman tanah), ketersediaan air, dan bahaya erosi (lereng > 45%).
Pembatas minor/sementara : Merupakan pembatas yang sifatnya tidak terlalu berat yang dapat diperbaiki dengan modal kecil/oleh petani sendiri. Misalnya pembatas ketersediaan hara.
Pembatas permanen/tetap : Merupakan faktor pembatas yang sangat sulit/tidak dapat dilakukan perbaikan oleh petani sendiri. Misalnya lamanya masa kering, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, drainase tanah yang sangat buruk, dan sebagainya. Perbaikan lahan adalah kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan yang
menguntungkan terhadap kualitas lahan. Menurut Hardjowigeno & Widiatmaka, (2007) perbaikan lahan ada dua tipe yaitu :
Perbaikan besar/perbaikan lahan mayor (major land improvement) adalah merupakan perbaikan yang besar dan permanen, dan tidak dapat dilakukan oleh petani sendiri misalnya pembuatan jaringan irigasi, atau pembuatan saluran drainase di daerah rawa.
Perbaikan kecil/perbaikan minor (Minor land improvement) adalah perbaikan yang mempunyai efek kecil atau yang tidak permanen dan dapat dilakukan oleh petani sendiri. Misalnya penambahan pupuk, membersihkan batu di permukaan tanah.
22
2.10 Arahan Penggunaan/ Pengelolaan Lahan Arahan penggunaan dan pengelolaan lahan bedasarkan atas potensi sumberdaya lahan dan kesesuaian lahan bagi pengembangan komoditas tertentu guna memperoleh manfaat penggunaan lahan yang optimal (Dirjen PU, 1990). Oleh karena itu perencanaan tata guna lahan perlu dibuat untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan lahan. Perencanaan adalah suatu proses yang mengubah proses lain atau mengubah suatu keadaaan untuk mencapai maksud yang dituju oleh perencana atau orang/badan yang diwakili oleh perencana itu (Jayadinata, 1992). Perencanaan meliputi : 1. Analisis, yaitu interpretasi data, ramalan, pemikiran untuk masa depan yang bertitik tolak dari keadaan masa kini. 2. Kebijakan (policy), yaitu pemilihan rencana yang baik untuk pelaksanaan yang meliputi pengetahuan mengenai maksud dan kriteria untuk menelaah alternatifalternatif rencana. 3. Rancangan atau desain, yaitu rumusan dan sajian rencana. Proses perencanaan memerlukan kupasan data, oleh karena itu harus didahului dengan pengumpulan data lewat telaah dan survei.
23