2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan yang berfungsi untuk menangkap ikan. Unit ini terdiri dari tiga unsur yaitu: 1) Alat tangkap; 2) Kapal; dan 3) Nelayan. Penjelasan lebih rinci mengenai unsur-unsur unit penangkapan ikan dijelaskan pada subbab berikut ini. 2.1.1
Alat tangkap cantrang
2.1.1.1 Definisi dan klasifikasi alat tangkap cantrang Pukat tarik cantrang merupakan alat penangkap ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut pukat dengan tali selambar yang pengoperasiannya di dasar perairan dengan cara melingkari gerombolan ikan, penarikan dan pengangkatan pukat (hauling) dari atas kapal. Pukat tarik cantrang termasuk dalam klasifikasi pukat tarik berperahu (boat seines) dengan menggunakan simbol SV dan berkode ISSCFG 02.1.0, sesuai dengan International Standard Statistical Classification of Fishing Gears – FAO. Selain itu, pukat tarik cantrang termasuk dalam klasifikasi pukat kantong (seine nets), sesuai dengan Statistik Penangkapan Perikanan Laut – Indonesia (BSN, 2006). Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal, dilengkapi dengan dua tali penarik yang cukup panjang dan dikaitkan pada ujung sayap jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dan pemberat (Taufiq, 2008). Pukat tarik cantrang banyak digunakan oleh nelayan skala kecil dan skala menengah, dengan daerah penangkapan di seluruh wilayah perairan Indonesia. Ukuran besar kecilnya pukat tarik cantrang (panjang total x keliling mulut jaring) sangat beragam, tergantung dari ukuran tonage kapal dan daya motor penggerak kapal. Pengoperasian pukat tarik cantrang, kadang-kadang dilengkapi dengan palang rentang (beam) sebagai alat pembuka mulut jaring. Pengoperasian pukat
4
tarik cantrang tidak dihela di belakang kapal yang sedang berjalan tetapi dioperasikan dengan kapal dalam keadaan berhenti (BSN, 2006). 2.1.1.2 Konstruksi alat tangkap cantrang Bagian-bagian konstruksi pukat tarik cantrang menurut Badan Standardisasi Nasional (2006) adalah sebagai berikut: 1) Sayap/kaki pukat (wing) Bagian pukat yang terletak di ujung depan dari pukat tarik cantrang. Sayap pukat terdiri dari sayap panel atas (upper wing) dan sayap panel bawah (lower wing). 2) Badan pukat (body) Bagian pukat yang terletak di antara bagian kantong dan bagian sayap pukat. 3) Kantong pukat (cod end) Bagian pukat yang terletak di ujung belakang dari pukat tarik cantrang. 4) Panjang total pukat Hasil penjumlahan dari panjang bagian sayap/kaki, bagian badan dan bagian kantong pukat. 5) Keliling mulut pukat (circumference of the net mouth) Bagian badan pukat yang terbesar dan terletak di ujung depan dari bagian badan pukat. 6) Danleno Kelengkapan pukat tarik cantrang yang berbentuk batang atau balok kayu/pipa besi atau besi berbentuk segitiga yang dipergunakan sebagai alat perentang sayap pukat (ke arah vertikal) dan dipasang tegak pada ujung depan bagian sayap pukat. 7) Tali ris atas (head rope) Tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap pukat bagian panel atas, melalui mulut pukat bagian atas. 8) Tali ris bawah (ground rope) Tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap pukat bagian panel bawah, melalui mulut pukat bagian bawah.
5
9) Tali selambar (warp rope) Tali yang berfungsi sebagai penarik pukat tarik cantrang ke atas geladak kapal. 10) Panel jaring (seam) Lembaran susunan konstruksi pukat yang dapat dibedakan dalam gambar desain pukat tarik cantrang, yang terdiri dari dua panel (seam) jaring, yaitu satu panel atas (upper seam) dan satu panel bawah (lower seam). Cantrang memiliki bentuk sayap yang sama dengan posisi mulut jaring cenderung sama karena panjang tali ris atas dan bawah sama panjang. Ilustrasi bentuk cantrang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Ilustrasi pukat tarik cantrang (BBPPI, 2005). Konstruksi baku pukat tarik cantrang ditetapkan dengan nilai perbandingan bagian-bagian jaring secara memanjang dan melintang. Sketsa baku pukat tarik cantrang menurut Badan Standardisasi Nasional (2006) ditunjukkan seperti pada Gambar 2.
6
=a h=½a
Gambar 2 Sketsa baku konstruksi alat tangkap cantrang (BSN, 2006). Keterangan : 1) Panjang bagian-bagian pukat kearah memanjang: Panjang tali ris atas: l Panjang tali ris bawah: m Panjang mulut jaring: a Panjang total jaring: b Panjang bagian sayap atas: c Panjang bagian sayap bawah: d Panjang bagian badan jaring: e Panjang bagian kantong jaring: f
2) Panjang bagian-bagian pukat kearah melintang: Keliling mulut jaring: a Setengah keliling mulut jaring: h Lebar ujung depan sayap atas: g2 Lebar ujung belakang sayap atas: g1 Lebar ujung depan sayap bawah: h2 Lebar ujung belakang sayap bawah: h1 Lebar ujung depan badan: i Lebar ujung belakang badan: i1 Lebar ujung depan kantong: j Lebar ujung belakang kantong: j1
7
Berdasarkan BSN (2006), batasan bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang ke arah memanjang adalah nilai perbandingan antara panjang bagianbagian jaring dengan panjang total pukat (berdasarkan Gambar 1). Batasan baku nilai perbandingan bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut: l/m
=
0,890 – 1,035
l/b
=
0,935 – 1,090
m/b
=
0,970 – 1,130
a/b
=
1,095 – 1,275
c/b
=
0,535 – 0,625
d/b
=
0,535 – 0,625
Sqr/b =
-
e/b
=
0,340 – 0,395
f/b
=
0,050 – 0,060
Batasan bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang ke arah melintang adalah nilai perbandingan antara lebar bagian-bagian pukat dengan setengah keliling mulut pukat (berdasarkan Gambar 1). Batasan baku nilai perbandingan bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut: g2/h
=
0,535 – 0,625
g1/h
=
0,935 – 0,840
h2/h
=
0,535 – 0,625
h1/h
=
0,725 – 0,840
i/h
=
1,000
i1/h
=
0,160 – 0,185
j/h
=
0,070 – 0,080
j1/h
=
0,070 – 0,080
Konstruksi baku pukat tarik cantrang berdasarkan bagian jaring dan jumlah kisi jaring yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
8
Tabel 1 Bagian jaring dan jumlah kisi-kisi jaring Bagian – bagian jaring
No
Jumlah kisi jaring
1 Bagian sayap atas 2 Bagian sayap bawah 3 Bagian medan jaring atas 4 Bagian badan 5 Bagian kantong Sumber : BBPPI, 2005
4 - 6 kisi jaring 4 - 6 kisi jaring - - - kisi jaring 5 - 7 kisi jaring 1 - 2 kisi jaring
Bahan material jaring dan ukuran mata jaring yang digunakan pada masingmasing bagian pukat tarik cantrang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Material dan ukuran mata jaring No
Bagian - bagian jaring
1.
Bagian sayap atas
2.
Bagian sayap bawah
3.
Bagian medan jaring atas
4.
Bagian badan
5.
Bagian kantong
Material jaring Polyethylene PE.380 d/6 ~ d/9 atau R. 280 ~ 420 tex Ø = 0,64 ~ 0,83 mm Polyamide PA.210 d/9 ~ d/12 atau R. 230 ~ 390 tex Ø = 0,50 ~ 0,65 mm
Ukuran mata jaring 101,6 ~ 203,3 mm ( 4 ~ 8 inch) 101,6 ~ 203,3 mm ( 4 ~ 8 inch) ----25,4 ~ 101,6 mm ( 1 ~ 4 inch) 19,1 ~ 25,4 mm ( ¾ ~ 1 inch)
Sumber: BBPPI, 2005
2.1.2 Kapal Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, definisi kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, pengolahan ikan, pelatihan-pelatihan perikanan dan penelitian/eksplorasi perikanan.
Selain itu,
menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal merupakan unit penangkapan ikan yang paling penting dalam usaha perikanan, sehingga sebagian besar modal diinvestasikan untuk kapal.
Oleh sebab itu, perencanaan kapal ikan sangat
penting dalam memulai usaha perikanan yang menguntungkan dan demi keberlangsungan usaha. Cantrang di PPN Brondong dioperasikan dengan kapal yang berukuran mulai dari < 5 GT hingga 20 GT (PPN Brondong, 2008). Kapal yang digunakan terbuat dari kayu berukuran panjang 7 sampai 11 meter, lebar 3 meter dan dalam 1.5 meter. Menggunakan mesin dalam (inboard engine) berkekuatan 18 sampai
9
22 HP atau lebih. Kapal dilengkapi palka berinsulasi dengan kapasitas 3 – 4 ton sehingga memungkinkan lama trip sampai 7 hari atau lebih (Bambang, 2006). 2.1.3 Nelayan Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, nelayan didefinisikan sebagai orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan menurut waktu kerjanya diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu: 1) Nelayan penuh: nelayan yang seluruh waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan; 2) Nelayan sambilan utama: nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan; dan 3) Nelayan sambilan tambahan: nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Untuk mengoperasikan cantrang diperlukan tenaga (nelayan) sebanyak 3 – 4 orang dalam setiap unit penangkapan (Bambang, 2006). Aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan pukat tarik cantrang merupakan jenis pekerjaan yang dominan dilakukan oleh nelayan di PPN Brondong. Terdapat 13.154 nelayan cantrang dari total 13.776 nelayan di PPN Brondong. Sebagian besar nelayan menggantungkan hidupnya dari alat tangkap cantrang seperti ditunjukkan pada Tabel 3 (PPN Brondong, 2008). Tabel 3
No. 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah nelayan berdasarkan alat tangkap di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong tahun 2008
Jenis alat tangkap
Mini purse seine Dogol Besar Dogol Kecil Payang Rawai Gillnet Lain – lain Jumlah Sumber: PPN Brondong, 2008.
Jumlah alat tangkap (unit) 7 1.055 338 48 22 3 55 1.528
Jumlah nelayan/alat tangkap (orang) 25 10 6 12 7 6 5
Jumlah nelayan (orang) 175 10.550 2.028 576 154 18 275 13.776
10
2.2 Metode Penangkapan Ikan Metode penangkapan ikan dengan menggunakan pukat kantong (seine net) bermula sekitar tahun 1848 di Denmark dimana pertama kalinya pukat kantong digunakan untuk menangkap ikan plaice.
Prinsip pengoperasian pukat kantong
ini adalah dengan menggunakan tali selambar untuk membuat jaring terbuka dan menggiring ikan ke arah kantong jaring. Berawal dari pukat pantai (beach seine), dan kemudian berkembang dengan metode pemasangan jaring dari atas kapal yang berjangkar dengan tali yang panjang dan kemudian diangkat ke atas kapal dengan tenaga manusia (Thomson, 1969). Pukat tarik cantrang dioperasikan di dasar perairan dengan cara melingkari kawanan ikan dengan tali selambar yang panjang.
Penarikan tali selambar
bertujuan untuk menarik dan mengangkat pukat tarik cantrang ke atas geladak perahu/kapal.
Penarikan tali selambar dengan menggunakan permesinan
penangkapan (fishing machinery) yang berupa permesinan kapstan/gardan(winch). Pengoperasian pukat tarik cantrang dilakukan tanpa menghela di belakang kapal (kapal dalam keadaan berhenti), dan tanpa menggunakan papan rentang (otter board) atau palang rentang (beam) (BSN, 2006). Adapun teknik pengoperasian cantrang menurut Badan Standardisasi Nasional (2006) adalah sebagai berikut: 1) Penurunan pukat (setting) Penurunan pukat dilakukan dari salah satu sisi lambung bagian buritan perahu/kapal dengan gerakan maju perahu/kapal membentuk lingkaran sesuai dengan panjang tali selambar (≥500 meter) dengan kecepatan perahu/kapal tertentu. Penggunaan tali selambar yang panjang bertujuan untuk memperoleh area sapuan yang luas. 2) Penarikan dan pengangkatan pukat (hauling) Penarikan dan pengangkatan pukat dilakukan dari buritan perahu/kapal dengan menggunakan permesinan penangkapan (fishing machinery) dalam kedudukan perahu/kapal bertahan. Ilustrasi proses pengoperasian cantrang dapat dilihat pada Gambar 3.
11
Gambar 3 Ilustrasi pengoperasian pukat tarik cantrang di Jawa Tengah (BBPPI, 2005).
12
2.2.1 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan Menurut Taufiq (2008), hal hal yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan ikan dengan cantrang adalah sebagai berikut: 1) Kecepatan dalam menarik jaring pada waktu operasi penangkapan 2) Arus Arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan ikan. 3) Arah angin Arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal pada saat operasi penangkapan dilakukan. 2.2.2 Alat bantu penangkapan Alat bantu penangkapan cantrang adalah gardan (Taufiq, 2008). Alat bantu gardan digunakan untuk menarik tali selambar (warp), sehingga memungkinkan penarikan jaring menjadi lebih cepat. Penggunaan gardan tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih ringan dan untuk meningkatkan hasil tangkapan. Alat bantu berupa winch/kapstan dibuat dari bekas gardan mobil. Pada kedua ujung gardan ini dipasang dua buah kapstan yang dibuat dari bahan kayu dengan diameter 20 cm. Untuk menggerakkan winch digunakan mesin diesel (mesin bantu) berkekuatan 6 – 12 HP (Bambang, 2006). Gardanisasi alat tangkap cantrang telah membuka peluang baru bagi perkembangan penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar untuk dioperasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam. Skema gardan yang yang digunakan sebagai alat bantu penangkapan dapat dilihat pada Gambar 4.
13
Gambar 4 Skema winch/gardan (Bambang, 2006). Posisi gardan di atas kapal dan perlengkapan pembantu lainnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Posisi winch/gardan di kapal (Bambang, 2006).
14
2.3 Hasil Tangkapan Hasil tangkapan cantrang adalah jenis ikan dasar (demersal) seperti ikan petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah, pari, cucut, gurita, beloso dan macam-macam udang (Subani dan Barus, 1989). Beberapa jenis hasil tangkapan lainnya yang tertangkap oleh cantrang ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis hasil tangkapan cantrang No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Nama Indonesia Cucut botol Layang Selar kuning Kwee Tetengkek Talang-talang Teri Japuh Tembang Lemuru Banyar/Kembung lelaki Golok-golok Julung-julung Alu-alu Manyung Bawal hitam Bawal putih Gulamah Layur Ikan sebelah Petek Beloso Belanak Pari burung Kakap merah/bambangan Kakap putih Ikan baronang Ekor kuning Kerong-kerong Udang jerbung/udang putih Udang dogol Udang krosok Rajungan Kerang hijau Cumi-cumi Sotong Gurita Kuro Kembung perempuan Biji nangka Kerapu
Nama ilmiah Centrocymnus crepidater Decapterus kuroides Selaroides leptolepis Caranx sexfaciatus Megalaspis cordyla Scomberoides commersonnianus Stolephorus spp. Dussumieria acuta Sardinella sp. Sardinella lemuru Rastrelliger kanagurta Chirocentrus dorab Hemirhampus far Sphyraena barracuda Arius thalassinus Parastromateus niger Pampus argenteus Nibea albiflora Trichiurus savala Psettodes erumei Leiognathus sp. Saurida tumbil Mugil cephalus Aetobatus spp. Lutjanus spp. Lates calcarifer Siganus guttatus Caesio cuning Therapon jarbua Penaeus merguiensis Metapenaeus endeavouri Parapenaeopsis sculptitis Portunus pelagicus Perna viridis Loligo spp. Sepia Spp. Octopus spp. Polynemus spp. Rastreliger neglectus Upeneus vittatus Cephalopholis boenack
15
Tabel 4 (lanjutan) No.
Nama Indonesia
42 Lemadang 43 Kuniran 44 Kapasan 45 Remang 46 Swanggi Sumber : DKP (2009).
Nama ilmiah Coryphaena hippurus Upeneus sulphureus Gerres kapas Congresox talabon Priacanthus tayenus
2.4 Daerah Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang diduga terdapat kawanan ikan. Sulit meramalkan arah dan letak perpindahan dari suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi tujuan penangkapan berada dalam air dan tidak terlihat dari permukaan air sedangkan kemampuan mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas (Ayodhyoa, 1981 dalam Sirait 2008). Daerah penangkapan ikan nelayan yang berbasis di PPN Brondong yaitu: Pulau Bawean, Pulau Kangean, Masalembo, Matasiri, Banyuwangi, dan juga sekitar Pulau Kalimantan (PPN Brondong, 2008). Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap cantrang hampir sama dengan bottom trawl karena merupakan alat tangkap yang dioperasikan di dasar perairan. Menurut Ayodhyoa (1975) dalam Sirait (2008), syarat-syarat fishing ground bagi bottom trawl antara lain adalah sebagai berikut: 1) Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir ataupun lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat bendabenda yang mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan sebagainya. 2) Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok. 3) Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.
16
2.5 Analisis Finansial Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha perlu dilakukan pengujian melalui analisis finansial.
Analisis finansial membahas tentang perbandingan antara
pengeluaran uang dengan revenue earning proyek. Analisis finansial digunakan untuk menentukan kelayakan usaha yang dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya serta yang berkepentingan langsung pada suatu kegiatan usaha. Dalam rangka mencari ukuran secara menyeluruh tentang baik tidaknya suatu kegiatan usaha, telah dikembangkan berbagai macam indeks yang dikenal sebagai kriteria investasi. Setiap indeks menggunakan nilai sekarang (present value) yang telah diminimalkan dari arus manfaat dan harga selama umur kegiatan usaha. Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi (Kadariah et al., 1999). Analisis kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Net Present Value (NPV) adalah selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Jika NPV lebih kecil dari nol, maka usaha tidak layak dan apabila NPV lebih besar dari nol, maka usaha layak. Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Apabila IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang berlaku maka usaha layak untuk dilakukan. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan sedemikian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present value dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat posistif, sedangkan penyebutnya terdiri ats present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt – Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor (Kadariah et al., 1999).