TINJAUAN PUSTAKA
Indeks keanekaragaman/ Indeks Diversitas
Insdeks keanekaragaman dapat dipegunakan dalam menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis terdiri dari dua komponen yaitu: 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan kekayaan spesies. 2. Kesamaan spesies, menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies tersebut (yaitu jumlah individu, biomassa, tanaman penutup tanah)tersebar antara banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008). Contohnya : pada suatu komunitas terdiri dari 10% species, jika 90% adalah 1 species dan 10% adalah 9 jenis yang tersebar, kesamaan disebut rendah. Sebaliknya
jika
masing-masing
species
jumlahnya
10%,
kesamaannya
maksimum. Beberapa tahun kemudian muncul penggolongan indeks kesamaan dan indeks kekayaan kemudian digabungkan menjadi indeks keanekaragaman dengan variable yang menggolongkan struktur komunitas, yaitu: 1. Jumlah Spesies 2. Kelimpahan relative 3. Homogenitas, dan 4. Ukuran area sampel (Irwanto, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Kelimpahan individu dan kekayaan spesies serangga diperoleh pada setiap lahan saat melakukan penelitian keanekaragaman akan jelas terlihat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur tanaman, keadaan cuaca saat pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel dan keadaan habitat di sekitar tanaman (penggunaan tanaman penutup tanah) (Rizali, Buchori dan Triwidodo, 2002). Keanekaragaman Serangga dan Faktor yang Mempengaruhinya
Keaneka ragaman jenis adalah sifat komunitas yang diperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada di dalamnya. Menurut Odum (1971) untuk
memperoleh
keanekaragaman
cukup
diperlukan
mengenal
dan
membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi secara mendetail tentang serangga tersebut (Kreb, 1978). Dalam ekosistem alami semua makhluk hidup berada dalam keadaan seimbang dan saling mengendalikan sehingga tidak terjadi hama, di ekosistem alamiah
keanekaragaman
jenis
sangat
tinggi.
Tingkat
keanekaragaman
pertanaman mempengaruhi timbulnya masalah hama. Sistem peranaman yang beranekaragam akan berpengaruh terhadap populasi hama (Oka, 1995). Beberapa faktor yang saling berkaitan untuk menentukan derajat naik turunnya keanekaragaman jenis, adalah: 1. Waktu, keanekaragaman komunitas bertambah sejalan waktu.
Universitas Sumatera Utara
2. Heterogenitas ruang, semakin heterogen keadaan suatu lingkungan fisik maka semakin tinggi keragamannya 3. Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme membutuhkan sumber yang sama yang ketersediaanya terbatas. 4. Pemasangan, yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda di bawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabla intensitas dari pemasangan terlalu tinggi atau rendah dapat menurunkan keragaman. 5. Kestabilan iklim, makin stabil iklim akan lebih mendukung bagi keberlangsungan evolusi. 6. Produktivitas, merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi (Michael, 1995). Keenam faktor yang telah dipaparkan di atas saling berinteraksi untuk menetapkan
keanekaragaman
jenis
dalam
komunitas
yang
berbeda.
Keanekaragaman ini sangatlah penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistemalam akibat turut campur tangannya manusia (Michael, 1995). Faktor-faktor yang mengatur kepadatan suatu populasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain : persaingan antar individu dalam suatu populasi atau dengan spesies lain, perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan makanan, serangan predator/penyakit, emigrasi, faktor iklim misalnya
Universitas Sumatera Utara
cuaca, suhu dan kelembapan. Sedangkan faktor internal perubahan genetik dari populasi
(Oka, 1995).
Ledakan Populasi Serangga Peledakan populasi serangga dapat terjadi jika suatu spesies dimasukkan ke dalam suatu daerah yang baru, dimana terdapat sumber-sumber yang belum dieksploitir oleh manusia dan tidak ada interaksi negatif (misalnya predator dan parasit), dimana sebenarnya predator dan parasit memainkan peranan dalam menahan peledakan populasi dan memang menekan laju pertumbuhan populasi (Heddy dan Kurniawaty, 1996). Tindakan yang mengganggu hubungan yang terjadi secara alami antara musuh alami dan hama sering kali menyebabkan timbulnya ledakan populasi hama. Hal ini dapat terjadi karena suatu spesies hama mengklonisasi daerah geografis yang baru tanpa diikuti perkembangan musuh alami karena musuh alami banyak yang terbunuh akibat aplikasi pestisida atau habitat yang ditempati oleh hama dan musuh alami dimodifikasi sehingga sangat sesuai untuk perkembangan hama. Pestisida yang sering digunakan sebagai pilihan utama untuk memberantas OPT mempunyai daya bunuh yang tinggi, hasilnya cepat diketahui, namun bila aplikasinya kurang bijaksanadapat membawa dampak pada pengguna, hama sasaran, maupun lingkungan yang sangat berbahaya (Wudianto, 1997). Untuk menjaga keseimbangan ekosistem, konservasi (pelestarian) perlu lebih digalakkan. Sebagai bagian terbesar dari spesies di bumi serangga menjadi entry point upaya pelestarian ekologi. Tanpa konservasi serangga bisa terjadi ledakan hama yang mengganggu kehidupan pertanian (Anonimus, 2008a).
Universitas Sumatera Utara
Populasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu ke waktu, tetapi selalu berfluktuasi (Untung, 1996). Demikian pula ekosistem yang terbentuk dari populasi serta lingkungan fisiknya senantiasa berubah dan bertambah sepanjang waktu (Tarumingkeng, 2001 dalam Anonimus, 2008a). Odum (1971) menyatakan bahwa dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme selalu dalam keadaan seimbang dengan populasi organisme lainnya dalam komunitasnya. Menurut Harahap (1994) di dalam ekosistem alami populasi suatu jenis serangga atau hewan pemakan tumbuhan tidak pernah eksplosif (meledak) karena banyak faktor pengendalinya baik yang bersifat biotik maupun yang bersifat abiotik maupun biotik. Dengan demikian dalam ekosistem alami serangga tidak berstatus sebagai hama. Di dalam ekosistem pertanian faktor pengendali tersebut sudah banyak berkurang sehingga kadang-kadang populasinya meledak dan menjadi hama. Serangga fitopag dapat berubah status dari non hama menjadi hama atau dari hama penting menjadi hama tidak penting, karena: 1. Perubahan lingkungan atau cara budidaya 2. Perpindahan tempat 3. Perubahan pandangan manusia 4. Aplikasi insektisida yang tidak bijaksana (Gallangher dan Lilies, 1991).
Universitas Sumatera Utara
Pola penyebaran dan kepadatan serangga di suatu tempat akan berbedabeda. Penyebaran dan kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya populasi serangga, prilaku serangga dan tempat hidup (keadaan tofografi) atau habitatnya
(Gallangher dan Lilies, 1991).
Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan apa tingkat antar spesies (persaingan, predasi) dan tingkat inter spesies (Untung, 1996). Tindakan yang mengganggu hubungan yang terjadi secara alami antara musuh alami dan hama sering kali menyebabkan timbulnya ledakan populasi hama. Hal ini dapat terjadi karena suatu spesies hama mengkolonisasi daerah geografis yang baru tanpa diikuti oleh perkembangan musuh alami, musuh alami terbunuh oleh aplikasi pestisida, atau habitat yang ditempati oleh hama dan musuh alami dimodifikasi sehingga sangat sesuai untuk hama (BP2TP, 2009)
Universitas Sumatera Utara