TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2012
KEMENTERIAN KESEHATAN PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Indonesia pada tahun 2012 mengalami berbagai kejadian bencana yang menimbulkan krisis kesehatan. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam tiga tahun terakhir, sejak tahun 2010 - 2012 terjadi 1015 kali kejadian bencana di Indonesia.
Tahun 2010 terjadi 315 kejadian, 2011 dengan
211 kejadian dan 489 kejadian bencana di
tahun 2012. Tingginya angka
kejadian bencana ini menggambarkan tingkat kerawanan bencana di Indonesia. Ini terjadi karena kondisi geografis, geologis, hidrologis, demografis serta akibat pengaruh perubahan iklim di Indonesia. Bila dikelompokkan secara khusus bencana alam maka untuk tahun 2010 terjadi 210 kejadian, tahun 2011 terjadi 189 kejadian dan tahun 2012 terjadi 234 kejadian. Dari data tersebut sangat beralasan bila United Nations
International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR ; Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana), pada tahun 2011, menempatkan Indonesia menjadi negara rawan bencana alam di dunia. Untuk beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban meninggal akibat bencana alam. Berdasarkan daftar peringkat UNISDR terhadap jumlah korban pada 4 jenis bencana alam yang meliputi tsunami, tanah longsor, banjir dan gempa bumi menempatkan Indonesia sebagai negara yang tidak luput dari berbagai kejadian bencana alam. Berikut rincian jumlah korban pada 4 jenis bencana alam di beberapa negara :
Tabel 1.1 Jumlah Korban Bencana di Beberapa Negara Berdasarkan Jenis Bencana No
JENIS BENCANA
NEGARA
JUMLAH KORBAN (orang)
1
Tsunami
Indonesia
5.402.239
Jepang
4.497.645
Bangladesh
1.598.546
India
1.114.388
Filipina 2
3
4
Tanah Longsor
Gempa Bumi
Banjir
894.848
Indonesia
197.372
India
180.254
Cina
121.488
Filipina
110.704
Ethiopia
64.470
Jepang
13.404.870
Filipina
12.182.454
Indonesia
11.056.806
Cina
8.139.068
Taiwan
6.625.479
Bangladesh
19.279.960
India
15.859.640
Cina
3.972.502
Vietnam
3.403.041
Kamboja
1.765.674
Indonesia
1.101.507
Pada Konferensi Tingkat Menteri Negara-Negara Asia ke-5 Dalam Pengurangan Risiko Bencana (The 5th Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR)) yang berlangsung di Yogyakarta, menghasilkan Deklarasi Yogyakarta dalam Pengurangan Risiko Bencana di Asia Pasifik 2012. Deklarasi Yogyakarta mengandung tujuh butir inti kesepakatan sebagai berikut, (1) mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim dalam program
pembangunan nasional, (2) melakukan kajian terhadap risiko finansial di tingkat lokal, (3) menguatkan tata kelola risiko dan kemitraan di tingkat lokal, (4) membangun ketangguhan masyarakat, (5) mengindentifikasi hal-hal yang akan dicapai pasca Hyogo Framework for Action (HFA) 2015, (6) mengurangi faktor-faktor yang menjadi akar risiko bencana, dan (7) mengimplementasikan isu-isu lintas sektor dalam Kerangka Kerja Hyogo (Hyogo Framework of Action (HFA)). Sesuai
dengan
perubahan
paradigma
penanggulangan
bencana
yang
menitikberatkan pada upaya sebelum terjadi bencana dengan pengurangan risiko bencana
Pemerintah
Indonesia
juga
telah
menyusun
Rencana
Nasional
Penanggulangan Bencana (Renas PB) 2010 – 2014 yang merupakan dokumen perencanaan berjangka waktu 5 tahun yang disusun berdasarkan amanat Pasal 3536 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 82 menjelaskan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada keadaan bencana. Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana meliputi upaya pada tahap pra bencana (pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan), upaya pada saat bencana (mobilisasi sumber daya dan logistik) dan upasa pasca bencana (pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi) menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Upaya-upaya tersebut diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Dalam pelaksanaannya, sebagaimana dituangkan dalam Kepmenkes No. 876 Tahun 2006 mengenai Kebijakan dan Strategi Nasional tentang Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain, upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana lebih difokuskan pada upaya sebelum terjadinya bencana, dengan strategi pada peningkatan upaya prabencana berupa pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Keputusan Menkes RI No. Kementerian Kesehatan RI
HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis Tahun 2010 – 2014 juga memuat tentang upaya
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana berupa upaya penguatan kapasitas masyarakat dalam manajemen bencana dan manajemen krisis kesehatan sebagai salah satu dari 8 prioritas pembangunan kesehatan.
Pusat Penanggulangan Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Sasaran program
yaitu meningkatnya koordinasi
pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan
manajemen
penanggulangan krisis kesehatan. Salah satu indikator tercapainya sasaran hasil pada tahun 2014 adalah jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dengan kriteria memiliki petugas terlatih dalam manajemen dan teknis penanggulangan krisis kesehatan (Manajemen Bencana, Tim Reaksi Cepat dan RHA, Pengelolaan Data dan Informasi, Penggunaan Alat Komunikasi Bencana untuk Penangulangan Krisis Kesehatan dan Penyusunan Rencana Kontinjensi) dan memiliki sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan (Emergency Kit, Personal Kit dan Alat Pengolah Data) sebanyak 300 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sampai tahun 2012 jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah memiliki kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sebanyak 200 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Salah satu unsur penting dalam upaya membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan adalah dengan mengevaluasi dan mengambil pelajaran penting dari kegiatan atau sistem penanggulangan krisis kesehatan yang sudah dilakukan selama ini. Kekuatan dan kelemahan maupun keberhasilan dan kekurangan dalam penanggulangan krisis kesehatan yang telah dilakukan akan menjadi pelajaran penting untuk pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang lebih baik di masa yang akan datang. Sebagai bahan pembelajaran dari kejadian krisis kesehatan yang telah terjadi diperlukan data-data dan informasi terkait, antara lain informasi mengenai jenis bencana dan frekuensinya, jumlah korban, fasilitas kesehatan yang rusak serta upaya-upaya yang telah dilakukan baik pada pra bencana, saat tanggap darurat maupun pasca bencana. Diharapkan data-data tersebut dapat memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan setiap daerah, sehingga dapat dijadikan bahan masukan
untuk
pengambil
kebijakan
dalam
rangka
peningkatan
penanggulangan krisis kesehatan untuk pengurangan risiko krisis kesehatan.
upaya
2. Tujuan A. Tujuan umum: Tersedianya informasi kejadian
dan
upaya penanggulangan
krisis
kesehatan tahun 2012 B. Tujuan khusus: Tersedianya informasi : a. Krisis Kesehatan di Indonesia tahun 2012 meliputi frekuensi kejadian bencana, korban (meninggal, hilang, luka/dirawat, dan pengungsi) serta fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan jenis bencana dan provinsi. b. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan di tingkat nasional baik pada pra bencana, saat tanggap darurat maupun pasca bencana serta permasalahannya. c. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan di tingkat internasional baik pada pra bencana dan saat tanggap darurat.
3. Dasar Hukum a. Undang-Undang
Republik
Indonesia
No.
24
Tahun
2007
tentang
Tahun 2009
tentang
Penanggulangan Bencana. b. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36
Kesehatan. c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. d. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana e. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non-Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional. h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 064/MENKES/SK/II/2006 tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana. i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 876/MENKES/SK/XI/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain. j. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.
4. Ruang Lingkup Tinjauan penanggulangan krisis kesehatan tahun 2012 membahas tentang krisis kesehatan akibat bencana di Indonesia dan upaya penanggulangannya baik pada saat pra krisis kesehatan, saat tanggap darurat krisis kesehatan maupun pasca krisis kesehatan, yang terjadi selama tahun 2012 serta peran Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan. Informasi yang disajikan mencakup: 1. Frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana; 2. Korban dan pengungsi yang meliputi korban meninggal, hilang, luka/dirawat; 3. Kerusakan fasilitas kesehatan; 4. Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait ; 5. Permasalahan; 6. Peran Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan di luar negeri serta kegiatan-kegiatan internasional.
BAB III GAMBARAN KRISIS KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
Berbagai macam kejadian bencana terjadi di Indonesia selama tahun 2012, baik berupa bencana alam, bencana non alam maupun bencana sosial. Berikut adalah data kejadian bencana di Indonesia selama tahun 2012 serta permasalahan kesehatan yang terjadi.
3.1 Frekuensi Kejadian Bencana Jumlah total kejadian bencana yang terjadi selama tahun 2012 sebanyak 489 kejadian. Bencana alam merupakan bencana yang paling sering terjadi bila dibandingkan dengan bencana non alam dan bencana sosial. Jenis bencana alam yang paling sering terjadi adalah bencana banjir. Bencana banjir merupakan kejadian bencana dengan frekuensi tertinggi yang tersebar di 32 Provinsi. Dari 33 provinsi, provinsi dengan frekuensi kejadian bencana tertinggi adalah Provinsi ............ yaitu sebanyak ..... kejadian. Bila dilihat dari peta frekuensi kejadian bencana, provinsi yang paling sering dilanda bencana adalah provinsi Jawa Timur. Akan tetapi untuk wilayahRegional yang paling banyak terkena bencana adalah Regional Sulawesi Selatan. Proporsi kejadian tertinggi di Prov. Jawa Timur (15,54%) kemudian Jawa Timur (10,22%), Jawa Tengah (9,82%) dan DKI Jakarta (7,77%). Peta 3.1 Peta Frekuensi Kejadian Bencana
Keterangan : (frekuensi kejadian)
9
>25 kali
11 – 25 kali
1 – 10 kali
0
Grafik 3.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Regional
15
SUB REGIONAL PAPUA
83
REGIONAL SULAWESI SELATAN 18
REGIONAL SULAWESI UTARA
28
REGIONAL KALIMANTAN SELATAN
30
REGIONAL BALI
50
REGIONAL JAWA TIMUR
53
REGIONAL JAWA TENGAH
140
REGIONAL DKI JAKARTA REGIONAL SUMATERA SELATAN SUB REGIONAL SUMATERA BARAT
9 14 49
REGIONAL SUMATERA UTARA
Grafik 3.2 Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana
10
Grafik 3.3 Trend Kejadian Krisis Kesehatan Per Bulan pada Tahun 2012 70 65 60
59
50 45 40
36
37
44
38
40 35
35
33
30 22
20 10 0
Grafik 3.4 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana
5
Tersambar Petir 1
Longsor sampah
4 4
Ledakan akibat Gas Keracunan/KLB
43 50
39
3
75 78
Kecelakaan Transportasi Gempa Bumi
1
Gelombang Besar 1 2
Banjir,Angin Siklon Tropis & Pasang Air Laut Banjir dan Tanah Longsor
2 1
Banjir Bandang & Angin Siklon Tropis
15 4
9
5 29
Banjir 1
Abrasi Air Laut 0
68
49 10
20
30
40
50
60
70
9
80
3.2 Korban dan Pengungsi 3.2.1 KorbanMeninggaldanHilang Total korbanmeninggalakibatkrisiskesehatansebanyak630 orang, yang terdiridari392 akibatbencana
non
alam,
173
orang
akibatbencanaalamdan65
orang
akibatbencanasosial. Korbanmeninggal paling banyakberada di Regional JawaTimur.
Grafik3.6 Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana
10%
25%
65%
BENCANA ALAM
BENCANA NON ALAM
‘/. Grafik3.7 Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Regional 10
SUB REGIONAL PAPUA REGIONAL SULAWESI SELATAN REGIONAL SULAWESI UTARA REGIONAL KALIMANTAN SELATAN REGIONAL BALI REGIONAL JAWA TENGAH REGIONAL JAWA TENGAH REGIONAL DKI JAKARTA SUB REGIONAL SUMATERA SELATAN SUB REGIONAL SUMATERA BARAT REGIONAL SUMATERA UTARA
127 12 59 21 72 74 206 11 21 62 0
50
100
150
200
250
10
Grafik 3.8 Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana
Tersambar Petir
6
Longsor sampah
1 8
54
65
Konflik Sosial 22 4
Kegagalan Teknologi
314 88
Kebakaran 13 Gelo ba g Besar & A gi Siklo …
1 3 6
Banjir Lahar Dingin
20 38
Banjir Bandang 9
23
Angin Siklon Tropis 0
100
200
300
400
Kecelakaan Transportasi menyebabkan korban meninggal terbanyak yaitu 314 korban, disusul dengan kebakaran sebanyak 88 korban, konflik sosial 65 korban dan tanah longsor sebanyak 54 orang. Korban meninggal terbanyak terdapat di provinsi Jawa Barat dengan jumlah korban sebanyak 133 orang (19,70 %) Grafik 3.9 Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi
11
Sumatera Utara
39
11
Sumatera Barat
1
Sulawesi Tenggara
6
Sulawesi Selatan Papua
10
1
Nusa Tenggara Barat
6
Maluku
16 16
2
25
12 64
19
8
Kepulauan Riau Kalimantan Tengah
21
44 13 12
Kalimantan Barat
72 74
Jawa Tengah 5
Gorontalo
9 8
Banten Aceh 0
133
33 15 20
40
60
80
100
120
140
Pada tahun 2012 jumlah korban hilang tertinggi diakibatkan oleh kecelakaan transportasi. Korban hilang terbanyak yaitu 175 orang yang disebabkan oleh kecelakaan transportasi.
Grafik 3.10 Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Jenis Bencana
9 14 14 4
Tanah Longsor Konflik Sosial Keracunan/KLB Kegagalan Teknologi Kecelakaan Transportasi Gelombang Besar Ba jir,A gi Siklo Tropis & Pasa g… Banjir Lahar Dingin Banjir dan Tanah Longsor Banjir Bandang Banjir Angin Siklon Tropis
175 1 10 5 4 14 3 3 0
50
100
150
200
12
Korban hilang terbanyak di Prov. Bantensebanyak 100 orang (39 %).
Grafik3.11 Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Provinsi
5
Sulawesi Tenggara
7
Sulawesi Barat 2
Nusa Tenggara Barat
5
Maluku Utara
35
Maluku 15
Lampung
28
Kalimantan Timur 15
Kalimantan Selatan 2
Jawa Timur
64
Jawa Barat 14
Jambi 1
DKI Jakarta
100
Banten 8
Aceh 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
3.2.2 Korban LukaBerat/Rawat Inap Total korbanlukaberat/rawatinapsebanyak2.338 orang denganrincian 865 orang akibatbencana
non
alam,
187
orang
akibatbencanaalamdan
112
orang
akibatbencanasosial.
13
Grafik3.12 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana
12%
14%
74%
BENCANA ALAM
BENCANA NON ALAM
BENCANA SOSIAL
Grafik 3.13 Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Regional 125
SUB REGIONAL PAPUA
343
REGIONAL SULAWESI SELATAN 52
REGIONAL SULAWESI UTARA
21
REGIONAL KALIMANTAN SELATAN
77
REGIONAL BALI
566
REGIONAL JAWA TENGAH 101
REGIONAL JAWA TENGAH
659
REGIONAL DKI JAKARTA 145
SUB REGIONAL SUMATERA SELATAN 92
SUB REGIONAL SUMATERA BARAT
157
REGIONAL SUMATERA UTARA 0
100 200 300 400 500 600 700
14
Grafik 3.14 Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana
1
Tersambar Petir
41
Tanah Longsor
7
Ledakan Bom
21
Ledakan akibat Gas
269
Konflik Sosial
1,030
Keracunan/KLB 546
Kecelakaan Transportasi 129
Kebakaran
82
Gempa Bumi
36
Banjir Lahar Dingin
12
Banjir dan Tanah Longsor
1
Banjir Bandang dan Tanah Longsor
94
Banjir Bandang
25
Banjir 0
200
400
600
800 1,000 1,200
Grafik 3.15 Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Provinsi
15
83
Sumatera Utara Sumatera Selatan Sumatera Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Riau Papua Barat Papua Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Maluku Utara Maluku Lampung Kepulauan Riau Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Jambi Gorontalo DKI Jakarta Daerah Istimewa Yogyakarta Banten Bali Aceh
5 92 2 92 109 25 13 1 42 83 20 35 49 104 42 11 6 15 25 566 94 493 140 1 67 7 32 22 62 0
100
200
300
400
500
600
Sumber : Data KejadianBencanaPusatPenanggulanganKrisisKesehatanTahun 2012
16
Grafik 3.16 Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana
1
Tersambar Petir Tanah Longsor Longsor sampah Ledakan Bom Ledakan akibat Gas Konflik Sosial Keracunan/KLB Kegagalan Teknologi Kecelakaan Transportasi Kebakaran Gempa Bumi Erupsi Gunung Api Banjir Lahar Dingin Banjir dan Tanah Longsor Banjir Bandang dan Tanah Longsor Banjir Bandang & Angin Siklon Tropis Banjir Bandang Banjir Angin Siklon Tropis
65 0 3 6 1,624 1,009 11 572 247 230 4 15 12 112 200 184 2,381 182 0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Grafik 3.17 Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana
17
24%
49%
27%
BENCANA ALAM
BENCANA NON ALAM
BENCANA SOSIAL
Grafik3.18 Jumlah Korban Luka Ringan/Dirawat Jalan Berdasarkan Regional
615
REGIONAL SULAWESI SELATAN 152
REGIONAL SULAWESI UTARA
195
REGIONAL KALIMANTAN SELATAN
299
REGIONAL BALI
277
REGIONAL JAWA TENGAH
188
REGIONAL JAWA TENGAH
3866
REGIONAL DKI JAKARTA 85
SUB REGIONAL SUMATERA SELATAN
74
SUB REGIONAL SUMATERA BARAT
600
REGIONAL SUMATERA UTARA 0
500
1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
18
Grafik3.19 Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Provinsi
29
Sumatera Selatan
74
Sumatera Barat 3
Sulawesi Utara
18
Sulawesi Tenggara
232
Sulawesi Tengah
155
Sulawesi Selatan
98
Sulawesi Barat Riau
1
Papua Barat
3 504
Papua 24
Nusa Tenggara Timur
271
Nusa Tenggara Barat 25
Maluku Utara
112
Maluku
802
Lampung 4
Kepulauan Riau
38
Kalimantan Timur
157
Kalimantan Selatan 22
Kalimantan Barat
277
Jawa Timur
147
Jawa Tengah
1044
Jawa Barat 56
Jambi
124
Gorontalo
1757
DKI Jakarta 41
Daerah Istimewa Yogyakarta
241
Banten 4
Bali
140
Aceh 0
500
1000
1500
2000
3.2.3 Pengungsi Total pengungsiakibatbencanayaitu74.171 orang dengan pengungsi terbanyak akibat kejadian banjir yaitu34.454 orang. Sebanyak 1.394 orang merupakan korban banjir di DKI Jakarta 19
Grafik 3.20 Proporsi Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana
Grafik 3.21 Jumlah Pengungsi Berdasarkan Regional
20
818
Tanah Longsor
3958
Konflik Sosial
3000
Keracunan/KLB 211
Kecelakaan Transportasi
8130
Kebakaran
5737
Gempa Bumi 1
Gelombang Besar
931
Erupsi Gunung Api
428
Banjir Lahar Dingin
10139
Banjir dan Tanah Longsor 5268
Banjir Bandang
34454
Banjir 1066
Angin Siklon Tropis 0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
Jumlah pengungsi tertinggi di Provinsi Sumatera Barat yaitu sebanyak 50.339 orang. Sebanyak 50.315 (99,95%) di antaranya akibat banjir di Kab. Pesisir Selatan Prov. Sumatera Barat pada tanggal 3 November 2011.
21
Grafik 3.22 Jumlah Pengungsi Berdasarkan Provinsi
Sulawesi Utara
480
Sulawesi Tengah
453
Sulawesi Selatan
826 2700
Papua Barat
1506
Papua
1021
Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat
165
Maluku Utara
478 9475
Maluku Lampung
128
Kepulauan Riau
288 73
Kalimantan Timur
25174
Kalimantan Tengah 1064
Kalimantan Selatan
392
Kalimantan Barat
1
Jawa Timur
4395
Jawa Tengah 1527
Jawa Barat
793
Jambi
3160
Gorontalo
5410
DKI Jakarta
6129
Banten 2
Bali
8501
Aceh 0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
22
Grafik3.23 Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana
818
Tanah Longsor
3,958
Konflik Sosial
3,000
Keracunan/KLB 211
Kecelakaan Transportasi
8,130
Kebakaran
5,737
Gempa Bumi 1
Gelombang Besar Erupsi Gunung Api
931
Banjir Lahar Dingin
428 10,139
Banjir dan Tanah Longsor 5,268
Banjir Bandang
34,454
Banjir 1,066
Angin Siklon Tropis 0
5,000 10,00015,00020,00025,00030,00035,000
3.3.KERUSAKAN FASILITAS KESEHATAN Total fasilitas kesehatan yang rusak akibat kejadian bencana pada tahun 2012 adalah 49 unit. Fasilitaskesehatan yang rusak paling banyakadalahPuskesmasPembantu (Pustu) sebanyak32 unit (65,31%).
23
Grafik 3.24 Proporsi Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2012
4% 4%
8%
19%
65%
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Jumlah fasilitas kesehatan yang rusak terbanyak disebabkan oleh kejadian Gempa Bumi yaitu 39 unit, kejadian terjadi di Provinsi Aceh. Grafik 3.25 Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana
2
Konflik Sosial Banjir bandang
1
Angin Putting Beliung
1 3
Banjir Bandang 2
Banjir 1
Longsor
2
Angin Ribut
39
Gempa Bumi 0
5
10
15
20
25
30
35
40
24
Grafik 3.26 Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Regional
3
Regional Sulawesi Utara 1
Regional Sulawesi Selatan
2
Regional Bali
4
Regional Jawa Timur 2
Regional Jawa Tengah
39
Regional Sumatera Utara 0
5
10
15
20
25
30
35
40
Jumlah fasilitas kesehatan yang rusak terbanyak di Provinsi NTT dibandingkan dengan provinsi lainnya yaitu sebanyak 14 unit yang disebabkan banjir di Kab. Belu NTT yang terjadi pada tanggal 27 Maret 2011. Grafik 3.27 Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Provinsi
25
2
Maluku Utara 1
Gorontalo 1
Sulawes Selatan
2
NTB
4
Jawa Timur 2
Jawa Tengah
39
Aceh 0
5
10
15
20
25
30
35
40
Tabel3.1 Fasilitas Kesehatan yang Rusak Berdasarkan Jenis Bencana
1
Banjir
-
4
17
Polindes/ Poskesdes 15
2
Tanah Longsor
-
-
-
-
-
-
3
KecelakaanTransportasi
-
-
-
-
-
-
4
BanjirBandang
-
2
2
1
-
-
5
AnginSiklonTropis
-
-
-
1
-
1
6
Konflik
-
-
-
-
-
-
7
Kebakaran
1
-
-
-
-
1
8
LetusanGunungApi
-
-
-
3
-
3
9
KLB keracunanmakanan/diare
-
-
-
-
-
-
10
GempaBumi
2
3
1
-
2
-
11
LedakanBom
-
-
-
-
-
-
12
KegagalanTeknologi
-
-
-
-
-
-
13
GelombangPasang
-
-
-
-
-
-
14
KecelakaanIndustri
-
-
-
-
-
-
No
Jenis Bencana
RS
Puskesmas
Pustu
Rumah Dinas -
Jumlah -
26
15
Banjir Lahar Dingin
-
-
1
-
1
2
16
Banjirdan Tanah Longsor
-
-
-
-
-
-
17
Tsunami
-
-
-
-
-
-
18
Tersambarpetir
-
-
-
-
-
-
3
9
21
20
3
56
JUMLAH
27
BAB IV UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN Upaya penanganan krisis kesehatan harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu mulai dari pra krisis kesehatan, pada saat terjadinya krisis kesehatan dan pasca krisis kesehatan. Tahapan-tahapan penanganan krisis kesehatan yang dimulai dari waktu sebelum terjadinya krisis kesehatan berupa dengan kegiatan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Pada saat terjadinya krisis kesehatan berupa kegiatan tanggap darurat dan selanjutnya pada saat telah terjadinya bencana berupa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Gambar Siklus Krisis Kesehatan
4.1 UPAYA PRA KRISIS KESEHATAN Manajemen penanggulangan krisis kesehatan meliputi upaya pra krisis kesehatan, saat tanggap darurat krisis kesehatan, serta pasca krisis kesehatan. Upaya pra krisis kesehatan yang meliputi mitigasi dan kesiapsiagaan merupakan tahap kegiatan yang sangat penting. Keberhasilan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana pada tahap tanggap darurat sangat ditentukan oleh upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang telah dilakukan. Upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 dalam menghadapi krisis kesehatan akibat bencana antara lain: penyusunan kebijakan, pedoman peningkatan kapasitas petugas kesehatan, pengembangan sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan, penyiapan logistik kesehatan, pemetaan kesiapsiagaan serta penyiapan anggaran penanggulangan krisis kesehatan.
35
4.1.1 Penyusunan Kebijakan/Pedoman Salah satu Tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan adalah menyusun pedoman/kebijakan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.Tahun 2012 telah dilakukan penyusunan kebijakan/pedoman/modul terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sebanyak 31 buah terdiri dari pedoman, Standar Operasional Prosedur (SOP), Peraturan, Modul, Poster dan Leaflet, dimana 8 diantaranya merupakan produk Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, sedangkan 23 lainnya masing-masing dari Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Pusdokkes POLRI. Pada tahun 2012 juga dilakukan pencetakan dan penterjemahan buku oleh Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO, yaitu buku Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Situasi Bencana, buku Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Letusan Gunung Merapi 2010 dan buku Profil Penanggulangan Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2010. Tabel Kebijakan/Pedoman/Modul Yang Disusun Pada Tahun 2012 No Unit Kerja
Kebijakan/Pedoman/Modul
Keterangan
Pedoman Penilaian Kerusakan dan Kerugian Bidang Kesehatan
Dalam Proses Penetapan
Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Bagi Kader Pemberdayaan Masyarakat
1
Pusat Penanggulangan Pelembagaan Pusat Krisis Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional (PPKK) Review Pedoman Emergency Nursing SOP Bagian Tata Usaha PPKK SOP Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan SOP Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan
36
No Unit Kerja
Kebijakan/Pedoman/Modul
Keterangan
SOP Bidang Pemantauan dan Informasi
2
Pusdokkes POLRI
Pedoman tentang Penatalaksanaan Disaster Victim Identification (DVI) Bagi Polri (Edisi Revisi)
Nomor : PL/002/VI/2010/Pusdokkes
Peraturan KAPOLRI Nomor 17 Tahun 2009 tentang penanggulangan bencana Pedoman Penggunaan Insektisida 3
Direktorat P2B2 Leaflet Pengendalian Vektor Permenkes no. 374/Menkes/Per/III/2010
4
5
6
Direktorat Bina Gizi
Direktorat Penyehatan Lingkungan
Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra
Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana
Dikirim ke 33 propinsi
Standar antropometri Penilaian Pertumbuhan anak
Dikirim ke 33 propinsi
Modul Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak Bagi Motivator/kader
Dikirim ke 33 propinsi
Panduan Rapid Health Assesment pada situasi kedaruratan
Tahap finalisasi
Petunjuk teknis kesehatan lingkungan pada situasi kedaruratan
Tahap finalisasi
Poster dan leaflet 5 kunci ketahanan pangan. Leaflet tips mengelola makanan pada situasi darurat Leaflet tips memilih makanan dan minuman waktu mudik Petunjuk Teknis PP dan PL Dalam Penanggulangan Bencana (2010)
Dalam tahap penyusunan finalisasi
Pedoman Penanggulangan Keadaan darurat Bidang Kesehatan Pada Kecelakaan
Dalam tahap penyusunan finalisasi
37
No Unit Kerja
Kebijakan/Pedoman/Modul
Keterangan
Pesawat Udara di Bandar Udara (2012) Penyempurnaan pedoman 7
8
9
Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Direktorat Bina Kesehatan Jiwa
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan kesehatan
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan 10
Pelayanan kesehatan reproduksi Kegiatan masih berlanjut sampai tahun 2013. pada situasi darurat bencana
Pedoman penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan psikososial pada masyarakat akibat bencana dan konflik
Ditetapkan tahun 2006 (Kepmenkes No 048/Menkes/SK/I/2006)
Pedoman kesehatan jiwa pada situasi emergency
Ditetapkan tahun 2008
Pedoman teknis bagi petugas siaga bencana di daerah rawan bencana/konflik Pedoman Pemusnahan Sediaan Farmasi
Dalam proses penetapan
Penyusunan modul algoritme SPGDT call center
Terdiri dari Algoritme Kegawatan (Pediatrik, Kebidanan, Kardiovaskuler, Strok, Pernafasan dan Trauma)
Modul Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Maternal neonatal
Untuk RS Ponek (pelayanan obstetri neonatal emergency komprehensif)
Surat Edaran Dirjen BUK kepada Dinas Kesehatan Provinsi se Indonesia tentang penggunaan kode akses kegawat daruratan kesehatan 119
Kode akses melalui nomor telepon 119 di seluruh Indonesia untuk kegawat daruratan kesehatan
Dalam Proses Finaslisasi
kode akses 119 direncanakan dapat diakses baik melalui telepon rumah maupun melalui handphone semua provider di indonesia
38
No Unit Kerja Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO
11
Kebijakan/Pedoman/Modul
Keterangan
A. Pencetakan buku dan penterjemahan ke dalam Bahasa Inggris : 1)Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Situasi Bencana 2012 2)Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Letusan Gunung Merapi 2012 3)Profil Penanggulangan Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2010 B. Pengembangan mapping software komputerisasi
4.1.2 Peningkatan Kapasitas SDM Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan baik dalam hal manajemen maupun teknis, yaitu sebanyak 57 kegiatan, terdiri dari kegiatan peningkatan kapasitas, workshop, lokakarya, sosialisasi, geladi penanggulangan krisis kesehatan dan konferensi nasional dan internasional. Sasaran peningkatan kapasitas adalah petugas kesehatan di tingkat provinsi maupum kabupaten/kota. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh 8 unit kerja di Kementerian Kesehatan yaitu Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra dan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatn kapasisas SDM juga dilakukan oleh Pusdokkes POLRI dan Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO.
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagai unit di Kementerian Kesehatan yang memiliki tugas pokok dan fungsi ...... setiap tahun melakukan kegiatan peningkatan
39
kapasitas sumber daya manusia di bidang penanggulangan krisis kesehatan. Kegiatan peningkatan kapasitas SDM di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan selama tahun 2012 dilakukan oleh 3 bidang, yaitu : 1. Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan Selama tahun 2012 Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan melakukan beberapa kegiatan peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan, antara lain : Peningkatan kapasitas Dengan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Peningkatan Kapasitas Fasilitator Tenaga Kesehatan Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Kesehatan Kabupaten/Kota Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan 2. Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan Selama tahun 2012 Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan melakukan beberapa kegiatan peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan, antara lain : Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dalam Melakukan Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan Pendampingan Petugas Kabupaten/Kota dalam Penyusunan Perencanaan Rumah Sakit dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana 3. Bidang Pemantauan dan Informasi Selama tahun 2012 Bidang Pemantauan dan Informasi melakukan beberapa kegiatan peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan, antara lain : Pengelolaan Data dan Informasi Penggunaan Alat Komunikasi Bencana Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana Tabel Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Selama Tahun 2012 No Bidang Jenis Kegiatan Asal Peserta Jumlah Peserta 1 Pencegahan, Peningkatan 137 orang PPKK Mitigasi dan kapasitas Dengan Dinkes Prov. Jawa Kesiapsiagaan Geladi Barat Penanggulangan Dinkes Kab. Krisis Kesehatan Sukabumi BPBD Kab. Sukabumi Dinsos Kab. Sukabumi PMI Kab. Sukabumi Badan SAR Daerah Puskesmas
40
Peningkatan Kapasitas Fasilitator Tenaga Kesehatan Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Kesehatan Kabupaten/Kota Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan
2
Tanggap Darurat dan Pemulihan
Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dalam Melakukan Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan Pendampingan Petugas Kabupaten/Kota dalam Penyusunan Perencanaan Rumah Sakit dalam
Kabandungan Puskesmas Cibadak Kodim 0622 Kab. Sukabumi Koramil 2205 Kab.Sukabumi 33 Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
46 orang
152 orang 29 kabupaten 5 kota 1 provinsi Dinkes Prov. DKI Jakarta 5 Sudinkes Prov. DKI Jakarta AGD 118 9 unit Lintas Program PPKK Dinkes Prov. Maluku Utara Dinkes Kota Ternate RSUD Hasan Boecheri Unit Lintas Sektor 38 Kabupaten 2 Kota 2 Rumah Sakit 15 KKP 13 Unit Lintas Sektor 2 Unit Lintas Program
50 orang
152 orang
278 orang
8 Provinsi 17 Rumah Sakit
41
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana 3
Pemantauan dan Informasi
Pengelolaan Data dan Informasi Penggunaan Alat Komunikasi Bencana Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana
2 kota 32 kabupaten 1 KKP
41 orang
6 kota 23 kabupaten 1 KKP 1 provinsi 20 provinsi 15 kota 73 kabupaten 2 KKP
34 orang
98 orang
Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Salah satu upaya peningkatan kapasitas SDM yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa adalah Peningkatan Keterampilan Kesehatan Jiwa Petugas Siaga Bencana di Daerah Rawan Bencana, yang dilaksanakan pada tanggal 8 – 11 Agustus 2012 di Bogor, Jawa Barat. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan petugas pelayanan kesehatan jiwa di daerah rawan bencana, dan diharapkan agar setiap regional memiliki tim reaksi cepat siaga bencana yang dapat memberikan bantuan psikologik dan kesehatan jiwa pertama serta siap dimobilisasi bila terjadi bencana dalam regional masing-masing, dalam rangka mempercepat akses pemberian bantuan psikologi dan kesehatan jiwa kepada korban bencana. Materi yang diberikan selama pelatihan, antara lain tentang: Kebijakan kesehatan jiwa dalam siaga bencana Konsep dasar penatalaksanaan kesehatan jiwa di daerah bencana Deteksi dini dan penapisan masalah kesehatan jiwa Psychological First Aid (PFA) Konseling dasar masalah kesehatan jiwa akibat bencana Penilaian masalah psikososial akibat bencana Manajemen stress Koordinasi dan need assessment layanan kesehatan pada bencana Pelatihan tersebut diikuti oleh 52 peserta, dengan rincian: 1. Peserta Pusat Unit Lintas Program/Lintas Sektor terkait : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat Promosi Kesehatan Pusat Intelejensia Kesehatan Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik Yayasan Pulih Pusat Krisis UI
42
2. Peserta Daerah a) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Riau, Kota Tangerang, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Magelang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Poso, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang. b) Rumah Sakit RS Ketergantungan Obat, RS Jiwa Daerah Bali, RSKD Sulawesi Selatan, RSUD Maluku Utara, RS Jiwa Daerah Kalimantan Selatan, RS Jiwa Riau
Direktorat Bina Gizi Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi selama tahun 2012 antara lain : 1. Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Program Gizi Dinkes Provinsi tentang Surveilans Gizi dan Kedaruratan Gizi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam mengantisipasi kejadian bencana. Jumlah peserta kegiatan ini berjumlah 58 orang berasal dari 33 provinsi dan unit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan 2. Pelatihan Konseling Menyusui di Daerah Rawan Bencana Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor menyusui pada situasi normal maupun bencana. Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 1.017 orang berasal dari 9 provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Tim yang dilatih adalah Tim Konselor Menyusui sebanyak 1.017 orang, sehingga kumulatif tenaga konselor menyusui sampai tahun 2012 ada sebanyak 3.929 orang yang terdiri dari Dokter (Spesialis Obstetri dan Ginekologi dan Spesialis Anak), Bidan, dan Ahli Gizi dari rumah sakit dan puskesmas perawatan. 3. Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling Menyusui Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya fasilitator pelatihan konseling menyusui pada situasi normal maupun bencana. Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 31 orang dari 5 provinsi. Jumlah kumulatif fasilitator konseling menyusui sampai akhir tahun 2012 adalah 388 orang. 4. Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) di Daerah Rawan Bencana 43
Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor MP-ASI untuk pelaksanaan konseling MP-ASI pada situasi normal maupun bencana Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang berasal dari 8 provinsi, yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jumlah kumulatif tenaga konselor MP ASI sampai tahun 2012 adalah 388 orang terdiri dari dokter, bidan, perawat dan ahli gizi dari rumah sakit dan puskesmas perawatan. 5. Pelatihan Konseling MP ASI di Daerah Rawan Bencana Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya fasilitator untuk pelatihan konseling MP ASI pada situasi normal maupun situasi bencana. Peserta pelatihan ini berjumlah 13 orang dari 3 provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jumlah kumulatif fasilitator pelatihan konseling MP ASI sampai tahun 2012 sebanyak 51 orang. 6. Sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana Pada tahun 2012 dilakukan sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana ke 13 provinsi, yaitu : 1. Provinsi Aceh 2. Provinsi Sumatera Utara 3. Provinsi Sumatera Barat, 4. Provinsi Jawa Tengah 5. Provinsi DI Yogyakarta 6. Provinsi Nusa Tenggara Barat 7. Provinsi Nusa Tenggara Timur 8. Provinsi Kalimantan Selatan 9. Provinsi Sulawesi Utara 10. Provinsi Sulawesi Selatan 11. Provinsi Sulawesi Tenggara 12. Provinsi Maluku 13. Provinsi Maluku Utara Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam mengantisipasi kejadian bencana. Sasaran kegiatan pembinaan teknis lebih difokuskan kepada pengelola kegiatan pembinaan gizi di Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota
44
Tabel Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Selama Tahun 2012
No 1
Jenis Kegiatan Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Program Gizi Dinkes Provinsi tentang Surveilans Gizi dan Kedaruratan Gizi
Asal Peserta Jumlah Peserta 33 provinsi 58 orang Unit Lintas Program
2
Pelatihan Konseling Menyusui 9 Provinsi Di daerah Rawan Bencana
1.017 orang
3
Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling Menyusui
5 Provinsi
31 orang
4
Pelatihan Konseling MP ASI Di 8 Provinsi Daerah Rawan Bencana
40 orang
5
Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling MP ASI
Kementerian Kesehatan
13 orang
6
Sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana pada setiap kegiatan Bimtek dan Monev ke Propinsi/Kabupaten/Kota
13 Provinsi
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan selama tahun 2012 antara lain : 1. Peningkatan kapasitas petugas kesehatan di rumah sakit yang menangani PONEK Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga medis dalam menangani kegawatan maternal neonatal . Peserta kegiatan ini adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis anak, dokter umum, bidan dan perawat untuk kegawatan maternal neotatal. Jumlah peserta sebanyak 80 orang yang terdiri dari dokter, perawat dan bidan di Provinsi Papua dan Aceh. 2. Workshop Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) 45
Untuk dapat meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di rumah sakit dan mengenalkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan pada tahun 2012 melakukan workshop SPGDT di kota Bandung dan Jakarta. Peserta pada kegiatan ini berjumlah 80 orang, berasal dari .... Tabel Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Selama Tahun 2012 No Jenis Kegiatan
Jenis Tenaga Medis
Asal Peserta
1
Peningkatan Kapasitas Petugas Dokter Spesialis Kebidanan dan kandungan untuk kegawatan maternal neonatal
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Provinsi Papua Provinsi Aceh
2
Peningkatan Kapasitas Dokter Umum untuk kegawatan maternal neonatal
Dokter Umum
Provinsi Papua Provinsi Aceh
80 orang
3
Peningkatan Kapasitas Dokter Spesialis Anak untuk kegawatan maternal neonatal
Dokter Spesialis Anak
Provinsi Papua Provinsi Aceh
80 orang
4
Peningkatan Kapasitas Bidan untuk kegawatan maternal neonatal
Bidan
Provinsi Papua Provinsi Aceh
80 orang
5
Peningkatan Kapasitas Perawat untuk kegawatan maternal neonatal
Perawat
Provinsi Papua Provinsi Aceh
80 orang
Jakarta dan Bandung
80 orang
Workshop Sistem Penanggulangan
Jumlah Peserta 80 orang
46
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra selama tahun 2012 antara lain : No 1
Jenis Kegiatan Pelatihan Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik
2
Pelatihan Kesehatan 17 KKP Penerbangan Pelatihan KKP Penanggulangan BTKL PP Bencana Bidang PP dan Dinkes Provinsi PL
3
Asal Peserta 2 KKP 15 Dinkes Provinsi
Jumlah Peserta 17 orang
20 orang 38 orang
Direktorat Penyehatan Lingkungan Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Penyehatan Lingkungan selama tahun 2012 antara lain : No 1
Jenis Kegiatan Food Safety Training
Asal Peserta Jumlah Peserta Direktorat Penyehatan 12 orang Lingkungan Direktorat Penyehatan 12 orang Lingkungan
2
Investigasi KLB keracunan pangan
3
Pelatihan Penggunaan 9 Provinsi peralatan food 59 Kab/kota contamination kit
Tiap kab/kota 3 orang total 285 orang
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang selama tahun 2012 antara lain :
47
No 1
2 3
4
5 6
Jenis Kegiatan Asal Peserta Pelatihan Entomolog KKP Kesehatan BBTKL PP Dinkes Provinsi/Kabupaten Pelatihan Pengendalian Dinkes Provinsi Vektor Malaria Dinkes Kabupaten Pelatihan pengendalian vektor dan pemantauan Pertamina air bersih Tenaga teknis pengendalian vektor dari Pentaloka Pengendalian BB/BTKL, KKP, Dinkes Vektor Kabupaten dan Dinkes Provinsi Pelatihan pengendalian KKP Tanjung Balai vektor di pelabuhan Karimun Pelatihan pengendalian 24 Dinas Kesehatan vektor di daerah Kabupaten
Jumlah Peserta 60 orang 2 Angkatan
30 orang
30 orang
30 orang
30 orang 24 orang
Direktorat Bina Kesehatan Ibu Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Ibu selama tahun 2012 antara lain : 1. Peningkatan Kapasitas Pengelola Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Situasi Darurat di 6 Provinsi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi pada kejadian krisis kesehatan. Peserta kegiatan ini berasal dari beberapa institusi, yaitu : Dinas Kesehatan Provinsi Dinas Kesehatan Kabupaten Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rumah Sakit Umum Daerah Ikatan Bidan Indonesia Kegiatan ini dilaksanakan di 6 provinsi, yaitu : a. Provinsi Bengkulu Jumlah Peserta 30 orang, berasal dari : Provinsi Bengkulu Kota Bengkulu Kabupaten Bengkulu Selatan Kabupaten Bengkulu Utara Kabupaten Seluma Kabupaten Muko-muko Kabupaten Kaur b. Provinsi Gorontalo Jumlah Peserta 36 orang, berasal dari : Provinsi Gorontalo
48
c.
d.
e.
2.
Kota Gorontalo Kabupaten Gorontalo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Boalemo Kabupaten Pohuwato Provinsi Kalimantan Tengah Peserta berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah dan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah. Provinsi Nusa Tenggara Barat Jumlah peserta 36 orang berasal dari : Provinsi NTB Kabupaten Lombok Utara Kabupaten Dompu Kabupaten Sumbawa Kabupaten Sumbawa Barat Kabupaten Lombok Timur Kabupaten Bima Provinsi Sulawesi Tenggara Jumlah peserta 33 orang, berasal dari : Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Muna Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Bombana Kabupaten Wakatobi Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Konawe Utara Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) adalah paket intervensi minimum yang diperlukan unutk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan reproduksi pada situasi bencana. Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi dalam kejadian krisis kesehatan dengan melakukan Paket Pelayanan Awal Minimum. Pada tahun 2012 pelatihan PPAM ini dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu : 1. Regional Kalimantan Selatan Dilaksanakan di Banjarmasin, pada tanggal 26 – 30 November 2012. Narasumber dan fasilitator dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Ousat Penanggulangan Krisis Kesehatan Peserta pelatihan ini berjumlah 37 orang, berasal dari : Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 49
Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara Dinas Kesehatan Kota Samarinda 2. Regional Sulawesi Selatan Dilaksanakan di Makassar pada tanggal 25 – 29 September 2012 Narasumber dan fasilitator berasal dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Ikatan Bidan Indonesia Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang, berasal dari : Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Ibu UNFPA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara 3. Provinsi Gorontalo Dilaksanakan di Gorontalo dengan jumlah peserta 30 orang berasal dari 6 kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo. 3. Sosialisasi dan advokasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat Dilakukan di 7 provinsi , yaitu : a. Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Nias Kabupaten Nias Selatan b. Provinsi Sulawesi Barat Kabupaten Mamasa Kabupaten Mamuju Utara c. Provinsi Aceh d. Provinsi Sumatera Selatan e. Provinsi Lampung f. Provinsi Sulawesi Utara g. Provinsi Papua Barat
50
Tabel Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Ibu Selama Tahun 2012 No 1
Jenis Kegiatan Peningkatan Kapasitas Pengelola Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Situasi Darurat di 5 Provinsi.
Asal Peserta
2
Pelatihan PPAM Regional Kalimantan Selatan
3 Provinsi 7 Kabupaten/Kota
37 orang
3
Pelatihan PPAM Regional Sulawesi Selatan Sosialisasi dan advokasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat Peningkatan kapasitas pengelola pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat di Provinsi Kalimantan Tengah (2 kali). (Dana Dekonsentrasi)
2 Provinsi 2 Kabupaten UNFPA 2 Provinsi (Sumut dan Sulbar) 4 Kabupaten (Nias, Nias Selatan, Mamasa, dan Mamuju Utara) Provinsi Kalimantan Tengah Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah
40 orang
Sosialisasi dan orientasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi darurat di Provinsi Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, dan Papua Barat. (dana Dekonsentrasi)
5 Provinsi (Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, Papua Barat)
Pelatihan PPAM kesehatan reproduksi di Provinsi Gorontalo. (Dana Dekonsentrasi)
Provinsi Gorontalo Seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo (6 Kabupaten/Kota)
4
5
6
7
Jumlah Peserta Total 288 orang
6 Provinsi 30 Kabupaten/Kota
60 orang
33 orang
Aceh: 44 orang Sumsel: 38 orang Lampung: 25 orang Sulut: 35 orang Papua barat: 25 orang
30 orang
51
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan hanya melakukan 1 kegiatan peningkatan kapasitas SDM selama tahun 2012, yaitu Peningkatan Kinerja SDM Pengelola Obat di Instalasi Farmasi Pusat dengan peserta pelatihan berjumlah 26 orang yang merupakan para pengelola kefarmasian di unit-unit Kementerian Kesehatan. Pusat Kedokteran Kesehatan (Pusdokkes) POLRI Pusdokkes POLRI merupakan unit lintas sektor yang selalu bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan. Peran Pusdokkes POLRI ini sangat terlihat dalam hal identifikasi korban meninggal pada kejadian seperti kecelakaan transportasi (darat, udara, laut) dan ledakan bom. Proses identifikasi korban meninggal ini dilakukan oleh unit Disaster Victim Investigation (DVI) yang berada dalam Pusdokkes POLRI. Salah satu peran Pusdokkes POLRI/DVI yang terlihat jelas pada tahun 2012 adalah pada proses indentifikasi korban meninggal pada kejadian jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Selama tahun 2012 Pusdokkes POLRI banyak melakukan kegiatan peningkatan SDM nya, terutama SDM unit DVI. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupa : 1. Pelatihan-pelatihan DVI, baik tingkat nasional dan internasional 2. Konferensi/kongres/pertemuan Internasional dalam hal DVI 3. Sosialisasi program-program DVI ke beberapa provinsi di Indonesia Tabel Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan yang dilakukan oleh Pusdokkes POLRI Selama Tahun 2012
No
Tempat Pelaksanaan International course Jenewa, Swiss on the management of the dead in armed conflict and catastrophes
Waktu Pelaksanaan 5–9 November 2012
Skala Kegiatan Internasional
Jumlah Peserta 1 orang
2
The Sudanese International Congress for Medical and Forensic Science
Khartoum, Sudan
14 – 16 Januari 2012
Internasional
1 orang
3
Justice Rapid Response Training Course, JCLEC
Semarang, Jawa Tengah
13 -14 Maret 2012
Internasional
1 orang
4
SOM Quarterly Meeting INP-AFP
Jakarta
11 April 2012
Internasional
1 orang
1
Jenis Kegiatan
52
5
6
23rd Standing Committee Meeting on DVI 5th International Dental DVI Management and Forensic Dentistry Course, JCLEC. 6th International DVI Mortuary Management Course, JCLEC
Lyon, Perancis
22 Mei 2012
Internasional
2 orang
Semarang, Jawa Tengah
10 – 27 Juli 2012
Internasional
20 orang
Semarang, Jawa Tengah
17 – 28 September 2012
Internasional
20 orang
7
4th International DVI Course for DVI Province Commander and Interdepartmental Institution, JCLEC
Semarang, Jawa Tengah
8 – 19 Oktober 2012
Internasional
20 orang
8
1st International DVI Basic Training for Mobile Brigade, JCLEC
Semarang, Jawa Tengah
17 – 28 September 2012
Internasional
20 orang
9
4th International DVI Commander Workshop, JCLEC
Semarang, Jawa Tengah
17 – 28 September 2012
Internasional
20 orang
10
Sosialisasi DVI Polda Bali Sosialisasi DVI Polda DI Yogyakarta Sosialisasi DVI Polda Kalimantan Timur
Denpasar, Bali
24 – 25 Oktober 2012 19 – 21 November 2012 27 – 29 November 2012
Nasional
75 orang 75 orang
Nasional
75 orang
Sosialisasi DVI Polda Kalimantan Barat
Pontianak, Kalimantan Barat
10 – 12 Desember 2012
Nasional
75 orang
11
12
13
Yogyakarta
Kalimantan Timur
Nasional
Emergency and Humanitarian Action (EHA) unit, WHO Pada tahun 2012 EHA-WHO menyediakan pendanaan untuk kegiatan Peningkatan Kapasitas Perawat dan Bidan Dalam Tanggap Darurat Bencana, yang dilaksanakan pada tanggal ...... di.......... dengan jumlah peserta sebanyak......... orang berasal dari 53
4.1.3 Pertemuan Koordinasi Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat lakukan secara optimal apabila seluruh program dan kegiatan dilaksanakan dengan cara berintegrasi serta berkoordinasi baik lintas program maupun lintas sektor. Pada tahun 2012, Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan 19 kali pertemuan koordinasi terkait krisis kesehatan yang terdiri dari Pertemuan dan Rapat Evaluasi Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan, Rapat
Koordinasi Teknis, Pertemuan Lintas Sektor, pembuatan
jejaring kerja, sosialisasi dan advokasi dan Health Cluster Meeting dan dilakukan oleh 8 unit organisasi di Kementerian Kesehatan yaitu PPKK, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Selain Kementerian Kesehatan, unit lintas sector yang melakukan pertemuan koordinasi di tahun 2012 yaitu Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO dan Pusdokkes POLRI. Proporsi Kegiatan Koordinasi terkait PKK Berdasarkan Pihak Penyelenggaranya (Akan dibuat Grafik untuk Tahun 2012)
Grafik Proporsi Pertemuan Koordinasi Terkait PKK Berdasarkan Substansinya (akan dibuat untuk tahun 2012)
54
Tabel Pertemuan Koordinasi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan yang Diselenggarakan Unit-unit Kemenkes pada Tahun 2012 No
1
Unit Organisasi
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK)
Peserta
Kegiatan Rapat Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2011 dan Koordinasi Kesiapsiagaan menghadapi Krisis Kesehatan Tahun 2012
9 unit LP 6 unit LS 3 RS Vertikal 3 Dinkes Provinsi Media cetak & elektronik
55 orang PPKK 9 PPK Regional 2 PPK Sub Regional 3 unit LP 2 KKP Pertemuan Evaluasi Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Krisis 1 BTKL Kesehatan 1 RS Jiwa Vertikal 2 Dinkes Kabupaten 2 Dinkes Kota 9 RSUD 1 RS Swasta 1 unit LS (Basarnas) PPKK DVI Pusdokkes POLRI Pertemuan Evaluasi Penanggulangan Dinkes Kab. Bogor Krisis Kesehatan Akibat Jatuhnya Dinkes Prov. DKI Pesawat Sukhoi SSJ 100 Jakartta Dinkes Prov. Jawa Barat Persiapan Pelembagaan Pusat PPKK Penanggulangan Krisis Regional Biro Hukum & Organisasi Pertemuan lintas program dan lintas sektor dalam penanggulangan krisis kesehatan Rapat Koordinasi Teknis Regional dan Sub Regional
PPK
PPKK 9 PPK Regional 2 PPK Sub Regional
55
No
Unit Organisasi
Peserta
Kegiatan Pertemuan kesiapsiagaan Lokon, Rokatenda, Banjir DKI
Health Cluster Meeting
Gn
PPKK Dinkes Provinsi Dinkes Kab/Kota
2
DVI Pusdokkes POLRI
Rapat evaluasi Operasi Sukhoi di PPK Kemenkes
DVI Pusdokkes POLRI PPKK Dinkes Kab. Bogor Dinkes Prov. DKI Jakartta Dinkes Prov. Jawa Barat PPKK subdit AIDS Direktorat Anak
3
Direktorat Bina Kesehatan Ibu
4
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
IBI Pertemuan koordinasi kesehatan reproduksi tingkat pusat. (2 kali)
Membuat jejaring kerja pengendalian vektor (dalam rangka pembuatan Draft Baku Mutu vektor dan Binatang pengganggu) Rapat koordinasi dengan lintas program terkait persiapan penanggulangan bencana
5
Direktorat Penyehatan Lingkungan
UNFPA Kementerian Pemberdayaan Perempuan &Perlindungan Anak (KNPP&PA), BKKBN, POGI.
Sosialisasi advokasi penanggulangan bencana dan kedaruratan Rapat koordinasi LS & LP terkait pengendalian risiko makanan menjelang arus mudik
Advokasi dan sosialisasi pengendalian risiko makanan pada situasi darurat
56
No
6
Unit Organisasi
Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra
7
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
8
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
9
Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO
Peserta
Kegiatan Rapat Koordinasi Pokja Bencana Bidang PP dan PL Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Mudik Lebaran 2012, Mudik Natal 2012 dan Tahun Baru 2013 Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Bidang PP dan PL Sail Morotai 2012 Penyusunan Pedoman Penaggulangan Keadaan darurat Bidang Kesehatan Pada Kecelakaan Pesawat Udara di Bandar Udara Rapat konsultasi teknis obat publik dan perbekalan kesehatan
Rapat Koordinasi SPGDT 2
Pertemuan Kluster Kesehatan Dalam Kesiapsiagaan Bencana
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Dinas kesehatan Provinsi, RS vertikal RS daerah, ARVI, ARSADA, Telkom 20 organisasi 39 orang
4.1.4 Penguatan Kerjasama Dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sangat diperlukan penguatan kerjasama lintas program maupun lintas sektor. Kerjasama yang telah terjalin dengan lintas sektor selama tahun 2012 adalah dengan Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO, UNFPA, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Universitas, Diskes AU, Perdospi, LAKESPRA, Angkasa Pura, Maskapai, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Otorisasi Bandara, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Balai Kesehatan Penerbangan, Korlantas POLRI, Pusdokkes POLRI, Jasa Raharja, DLLAJ. Kerjasama lintas program terjalin dengan 17 unit organisasi di Kementerian Kesehatan, antara lain:
PPKK, Dit. Bina Kesehatan Jiwa, Dit. Bina Gizi, Direktorat Bina
Kesehatan Ibu, Direktorat Bina Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra , Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
57
Menular, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, Direktorat Pengobatan Tradisional dan Komplementer, Pusat Data dan Informasi, Pusat Promosi Kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, BTKL dan Rumah Sakit Vertikal Kementerian Kesehatan. Tabel Kerjasama Lintas Program, Lintas Sektor dan Internasional No
Unit Organisasi
Bentuk Kerjasama
Instansi Terkait
1
Direktorat Bina Kesehatan Ibu
2
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
3
4
Direktorat Penyehatan Lingkungan
Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra
UNFPA
Universitas, Swasta
Dit. SIMKAR dan KESMA, Dit. P2B2, Dit. P2ML, Dit. PPTM Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota Perguruan tinggi POSSI, Promkes, Dit. Kesja dan Olahraga, Dit. Pengobatan Tradisional dan Komplementer, PERDOKLA, Kementerian Kelautan dan Perikanan Diskes AU, Perdospi, LAKESPRA, Angkasa Pura, Maskapai, Ditjen Perhub. Udara, Otban,
Pelatihan PPAM Penyediaan Reproductive Health Kit, Individual kits Dukungan teknis dan manajemen
Pertemuan Komisi Ahli Pengendalian Vektor
Koordinasi dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan/darurat (pra, Saat, pasca) dan situasi khusus Pembinaan dan Narasumber
Jejaring Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik
Jejaring Kesehatan Penerbangan
58
No
Unit Organisasi
Instansi Terkait KKP, Balai Kes. Penerbangan PPKK, Dinkes Prov, KKP, BBTKL-PP, Dit. PL, Dit. PTM, Dit. P2ML, Dit. P2B2 PPKK, Pusdatin, Promkes, Puskomlik, Korlantas, Pusdokkes, DLLAJ, Jasa Raharja, Dit. PL, Dit PPTM, Dinkes Prov, Kab/ Kota, KKP, B/BTKL-PP PT. Telkom
5
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
6
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
CHAI
Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO
Konsultasi Regional Terhadap Pedoman Keamanan Fasilitas Kesehatan Terkait dengan Bencana Air Fasilitasi Kunjungan Ke Kobe Center Jepang Fasilitasi Kegiatan Konsultasi Regional Dalam Penanggulangan Bencana Di Sektor Kesehatan, Bangkok, Thailand Dukungan untuk pelaksanaan Workshop Penguatan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
7
Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
Bentuk Kerjasama
Jejaring Pokja Bencana PP dan PL
Jejaring Kerja Kesehatan Situasi Khusus
Dukungan teknis untuk call center 119 untuk SPGDT Penguatan call center di daerah Dukungan Teknis dan Manajemen
1. Dukungan Teknis 2. Dukungan Pendanaan
59
No
Unit Organisasi
Instansi Terkait Rumah Sakit melalui Peningkatan SPGDT dan Sistem Akreditasi Rumah Sakit Fasilitasi Kegiatan Pertemuan Regional Asia Tenggara Dalam Pendanaan Tanggap Darurat Kesehatan Fasilitasi Proses Pembentukan Pusat Kolaborasi WHO (WHO Collaborating Center) Untuk Pelatihan dan Penelitian Dalam Bidang Pengurangan Resiko Bencana
Bentuk Kerjasama
4.1.5 Pemetaan Kesiapsiagaan Untuk mengetahui peta kekuatan sumber daya dalam penanggulanggan krisis kesehatan, perlu dilakukan pemetaan kesiapsiagaan sumber daya sehingga dapat terlihat daerah mana yang perlu mendapat penguatan sumber daya dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan dalm penanggulangan krisis kesehatan. Pada tahun 2012 pemetaan kesiapsiagaan dilakukan oleh 2 unit di Kementerian Kesehatan yaitu Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang dan 1 unit lintas sector yaitu Pusdokkes POLRI. NO
Jenis Pemetaan
1
Pemetaan
daerah
Unit Pelaksana rawan Pusdokkes POLRI
bencana alam dan konflik
Lokasi Regional I : Medan (Aceh, Sumut, Kep. Riau,
Riau,
Sumbar) Regional
II
:
Palembang (Jambi, Bengkulu, Sumsel,
60
Babel, Lampung)
Regional Jakarta DKI,
III
:
(Banten, DIY,
Tengah,
Jawa seluruh
Kalimantan) Regional
IV
:
Surabaya
(Jatim,
Bali, NTB, NTT) Regional
V
:
Makassar (Maluku, Papua,
seluruh
Sulawesi) 2
Pemetaan Vektor Penyakit
Direktorat
Pengendalian Pasir
Penyakit
Bersumber Sumatera
Binatang
GantingBarat,
Kalimantan Timur, NTT
3
Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
20 Provinsi 75 Kabupaten 15 Kota
4.1.6 Kegiatan Kesiapsiagan Pada Situasi Khusus Situasi khusus merupakan kegiatan besar berskala internasional yang melibatkan banyak orang yang mempunyai risiko terjadinya krisis kesehatan.
Kegiatan
Kesiapsiagaan Pada Siruasi Khusus yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan selama tahun 2012 antara lain Sail Morotai, Pekan Olah Raga Nasional, Mudik Lebaran dan beberapa Kejadian Luar Biasa penyakit (Tomcat, Malaria, Demam Berdarah Dengue dan Chikungunya). Terdapat
unit di Kementerian Kesehatan yang
melaksanakan Kesiapsiagaan Pada Situasi Khusus ini yaitu Pusat Penanggulangan
61
Krisis Kesehatan, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dan Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina Kesehatan dan Kesehtan Matra. Unit lintas sektor yang melaksanakan kesiapsiagaan dalam situasi khusus yaitu Pusdokkes POLRI. Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahun 2012 No
Situasi Khusus
Tempat Pelaksanaan
Kegiatan
1
Pulau Morotai & Kota Ternate Provinsi Maluku
Sail Morotai
mobilisasi fasilitas kesehatan RS lapangan Penyelenggaraan Geladi Penyusunan Recana Kontinjensi
Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dlakukan oleh Direktorat Jenderal P2PL pada tahun 2012
No
Jenis Situasi Khusus
Tempat & Tanggal
1
Pekan Olah Raga Nasional
Agustus 2012, Provinsi Riau
2.
Sail Morotai 2012
Februari – Agustus 2012 Maret 2012
Maret 2012
Kegiatan Koordinasi dengan Dinkes Prov, KKP Pekanbaru; Assessment persiapan pelaksanaan PON; Aktivasi Pos Kesehatan oleh KKP Pekanbaru; dukungan Logistik Rapat Koordinasi dengan LP dan LS terkait di Jakarta Pengambilan sampel kualitas air minum oleh KKP kelas III Ternate Survei awal bid. PP dan PL, termasuk survey vektor, penyakit, dan kesling
62
Juni 2012 dan Agustus 2012 Minggu III - IV Agustus
Minggu II – III Juli dan Minggu III – IV Agustus 2012 4
Mudik Lebaran 2012
Jakarta, Juni 2012 Jakarta, 9 Agustus 2012 Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Batam, Banjarbaru (Agustus 2012) Jakarta, Manado, Yogyakarta, Surabaya, Palembang, (Agustus 2012)
Rapat Koordinasi Bid. PP dan PL di Morotai dan di Ternate Mapping Homestay, Pengambilan dan pengujian kualitas air minum oleh BTKL- PP Manado dan Dinkes Kab. Morotai Penyemprotan venues oleh Dinkes Kab. Morotai didukung oleh KKP Kelas III Ternate Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Mudik Lebaran 2012 Apel Siaga Mudik Lebaran Bid. Kesehatan Pemeriksaan sampel makanan, minuman di Rumah Makan, Terminal, Bandara, dan TTU lainnya oleh B/BTKL-PP Pemeriksaan FR kesehatan pengemudi (TD, alkohol, amphetamine, GD) oleh Dt. PPTM, B/BTKL-PP, dan Dinkes Prov
Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan oleh Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang pada tahun 2012
No
Jenis Situasi Khusus
Tempat & Tanggal
Sail Morotai 2012
1
Pulau Morotai, Juni 2012
Kegiatan Koordinasi dengan Propinsi, KKP, Kab, Pusk Mapping breeding places DBD, Malaria dan Culicoides (agas). Pengamatan lingkungan Breeding places, Survei penangkapan nyamuk dewasa Anopheles, culex dan Agas 63
2
3
Pengendalian wabah Pederus sp. (TOMCAT)
KLB cikungunya
Surabaya, Maret 2012
Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireun – Propinsi NAD /7-12 Februari2012
Fogging 1 – 2 minggu sebelum pelaksanaan Sail Morotai 2012. Penyemprotan IRS sebelum pelaksanaan Sail Morotai 2012. Pengendalian Populasi Paederus sp. di permukiman. Standarisasi tatalaksana kasus akibat investasi Paederus sp. Survey vektor DBD (jentik) digenangan air yang potensial vektor DBD Menghitung HI, CI, ANJ
4
KLB DBD
Desa Nagari Pasir Ganting, Kecamatan Pancung Kabupaten Pesisir Selatan, Propinsi Sumbar / 23-28 April 2012
Mengidentifikasi wilayah penyebaran kasus Survei faktor resiko(breeding places dan lingkungan vektor) terjadinya KLB
Identifikasi vektor Dinkes Kabupaten Pesisir Selatan melakukan : Penyuluhan/sosialisasi, larvasidasi dan fogging. - Diagnosa kasus DBD di Puskesmas berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik. -
5
Terjadinya peningkatan kepadatan populasi nyamuk
Kota Cirebon
-
Survey vektor (nyamuk) malam hari Survey tempat perindukan potensial (survey jentik )dan lingkungan Larvasidasi menggunakan 64
vectobac Dalam
rangka
mendukung eliminasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI seribu, propinsi DKI Jakarta / Oktober 2012 Jakarta. malaria di kepulauan 6
-
Mapping vektor dengan cara survey tempat perkembangbiakan potensial vektor malaria Survei kondisi lingkungan tempat perindukan vektor malaria (mengukur parameter lingkungan)
Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan pada tahun 2012
No
1
2
Jenis Situasi Khusus
Tempat & Tanggal
Kegiatan Mobilisasi Tim Kesehatan, Penyiapan Rumah Sakit Rujukan
Pekan Olah raga Nasional
Provinsi Riau
Sail Morotai
Pulau Morotai (Kab. Kepulauan Morotai Provinsi Maluku Utara), bulan Agustus 2012
Mobilisasi Tim Kesehatan, Penyiapan Rumah Sakit Rujukan
Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan pada tahun 2012 No 1
SituasiKhusus Sail Morotai Sail Belitung Sail Banda Kegiatan TNI Manunggal MasukDesa
Tempat Maluku Utara Bangka Belitung NAD Sulawesi Selatan
Kegiatan Dukungan obat dan perbekalan kesehatan
65
Tabel Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus yang dilakukan Pusdokkes POLRI pada tahun 2012
No
Jenis Situasi Khusus
Tempat Pelaksanaan
Kegiatan
1
Sail Morotai
Pulau Morotai
Kesehatan Lapangan
Provinsi Maluku
DVI Pelaksanaan Food Security
2
Kesiapsiagaan dalam
Operasi Nusa Aman
situasi kontinjensi
4.1.7 Dukungan Logistik Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 telah memobilisasi logistik untuk kegiatan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. a.
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Mengirimkan bantuan dalam rangka penguatan 45 kabupaten/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana berupa personal kit dan emergency kit serta alat pengolah data (laptop dan Modem).
NO
KEGIATAN
1 50 Kab/Kota memiliki sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan 1. Emergency kit 2. Personal Kit 3. Alat Pengolah Data
PELAKSANAAN TARGET
REALISASI
2 paket 5 unit 1 unit
2 paket 5 unit 1 unit
66
Sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan meliputi : - Emergency Kit (airway kit, diagnostic equipment, trauma kit, dan bag pack) - Personal Kit (backpack, sleeping bag, perlengkapan masak portable, sepatu boot, ponco, raincoat, sarung tangan, kupluk, pisau lipat, global positioning system, lampu kepala, senter dan matras); - Alat Pengolah Data meliputi laptop dan modem yang diharapkan dapat mempercepat akses informasi dari Kab/Kota wilayah bencana
Melengkapi sarana prasarana PPK Regional dan Sub Regional: - Tenda, Vel bed dan Personal Kit untuk seluruh regional -
Emergency kit dan emergency tool di 7 regional
Pembangunan gudang kantor PPK Sub Regional Sumatera Barat
Penyediaan Alat Kesehatan RS Lapangan untuk Kementerian Kesehatan
Memobilisasi logistik kesehatan untuk penanggulangan krisis kesehatan Tabel Logistik Yang Telah Dimobilisasi PPKK Pada Tahun 2012 No.
Nama Barang
Jumlah
Tujuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
67
b.
Direktorat Bina Gizi Dukungan logistik yang diberikan oleh Direktorat Bina Gizi dalam pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan adalah dengan memobilisasi MP ASI. Mobilisasi MP ASI dilakukan baik pada tahap pra krisis sebagai bufferstock di PPK Regional, maupun pada tahap tanggap darurat untuk memenuhi kebutuhan MP ASI di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan untuk selanjutnya didistribusikan ke lokasi-lokasi pengungsian. Tabel Logistik Yang Telah Dimobilisasi Direktorat Bina Gizi Pada Tahun 2012
No. 1
2
Nama Barang MP-ASI biskuit untuk baduta*) Antropometri Kit (alat ukur panjang badan, tinggi badan, timbangan Dacin, pita LILA) *)
Jumlah 320.794 kg
Tujuan 27 propinsi, aksi sosial dan luar negeri (Filipina) *) 33 provinsi
740 Set
Ket : *) Daftar distribusi terlampir
68
c. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Direktorat Bina Kesehatan Ibu
memobilisasi logistik berupa kit-kit/peralatan
kesehatan reproduksi yang digunakan oleh ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan wanita usia subur. Logistik
kesehatan
reproduksi
Provinsi/Kabupaten/Kota
tersebut
dimobilisasi
ke
Dinas
Kesehatan
yang mengalami kejadian krisis kesehatan untuk
selanjutnya didistribusikan ke lokasi-lokasi pengungsian. Tabel Logistik Yang Telah Dimobilisasi Direktorat Bina Kesehatan Ibu Pada Tahun 2012 No
Jenis Logistik
Jumlah
Tujuan
1
Kit Ibu Hamil
283 set
Jawa Barat
2
Kit Ibu Bersalin
283 set
Sumatera Barat
3
Kit Bayi
160 set
Nusa Tenggara Barat
4
Kit Higienis
1.173 set
Gorontalo Bengkulu Banten (Pandeglang)
Kalimantan Selatan
d. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal P2PL memobilisasi logistik untuk keperluan sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih pada situasi darurat. Unit yang melakukan mobilisasi logistik sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih di Direktorat Jenderal P2PL adalah Direktorat Penyehatan Lingkungan dan Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra. Mobilisasi logistik dilakukan baik pada beberapa tahap, yaitu : 1.
Tahap pra krisis kesehatan untuk keperluan bufferstock di Dinas Kesehatan Provinsi dan PPK Regional
2.
Tahap tanggap darurat krisis kesehatan untuk keperluan penanggulangan krisis kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami
69
kejadian krisis kesehatan untuk selanjutnya didistribusikan ke lokasi-lokasi pengungsian 3. Tahap pasca krisis kesehatan untuk pemulihan sarana sanitasi lingkungan lokasilokasi yang terkena kejadian krisis kesehatan Jenis logistik sanitasi lingkungan yang disitribusikan antara lain berupa repellent lalat, repellent nyamuk, kaporit, insektisida lalat, polybag sampah, masker, mesin fogging, mist blower, sarung tangan, jerigen air bersih, penyemprot lalat/nyamuk, lysol dan sepatu boot. Jenis logistik penyediaan air bersih yang didistribusikan antara lain berupa air rahmat, penjernih air cepat (PAC) dan aquatab. Tabel Logistik Yang Telah Dimobilisasi Direktorat Jenderal P2PL Pada Tahun 2012 NO 1
TUJUAN Dinkes Prov. Jawa Timur
JENIS LOGISTIK Hygene kit Repellent Lalat PAC Aquatab Kaporit Air Rahmat Jerigen air bersih Insektisida lalat Polybag sampah
Polybag sampah
2000 buah 1000 sacet 120 botol 10 liter 10 liter 10 liter 2 dus 1000 buah
Emergency kit
2 set
Masker non kain
2
Dinkes Kab Garut
JUMLAH 200 set 3 dus 1500 sacet 3000 tablet 75 Kg 40 dus 20 buah 10 liter 1500 buah
PAC Air Rahmat Insektisida lalat Insektisida lalat Insektisida nyamuk Repellent lalat
KET Desember 2012, Kesiapsiagaan banjir wilayah Jawa Timur
Februarai 2012, Kesiapsiagaan Erupsi G. Galunggung
70
Masker non kain
3
Dinkes Kab. Tasikmalaya
PAC Hygiene kit Kaporit Insektisida lalat Insktisda nyamuk Repellent lalat Polybag sampah Emergency kit Kelambu Malaria
4
Dinkes Prov. Riau
5
Dinkes Kab. Pulau Morotai
Polybag sampah Replant Lalat Penyemprot lalat Emergency kit Larvasida Kelambu PAC Aquatab Polybag sampah Insektisida lalat Air rahmat Kaporit Replent lalat maker non kain Emergency kit
6
KKP Ternate
Polybag sampah
PAC Aquatab insektisida lalat Replant lalat replant nyamuk Kelambu
1000 buah 1500 sachet 70 set 30 kg 10 liter 20 liter 3 dus 1500 buah 2 set 75 buah 1500 buah 5 dus 2 buah 2 set 50 kg 500 buah 1000 sacet 1000 tablet 1500 buah 10 liter 240 liter 20 kg 4 dus 500 buah 2 set 2000 buah 2000 sacet 3000 tablet 20 dus 20 dus 1000 sacet 150 buah
Februarai 2012 Kesiapsiagaan Erupsi G. Galunggung
Kesiapsiagaan PON XXVI, Juni 2012
Juni 2013, Kesiapsiagaan Sail Morotai
Juni 2012 Kesiapsiagaan Sail Morotai
71
Polybag sampah Replent lalat Kelambu Kaporit Larvasida (abate) Insektisida lalat
1000 buah 10 set 1500 buah 5 dus 200 buah 50 kg 50 kg 50 liter
Repelent nyamuk Masker Kaporit air rahmat Aquatab PAC Polybag sampah
100 sacet 250 buah 3 kg 120 botol 750 tablet 25 sacet 500 buah
Masker non kain Food hygiene kit 7
8
Ketua Gerakan Pramuka Kwartir Nasional Jakarta
PPKK – Setjen Kemkes
Jambore Nasional Raimuna Papua, Desember 2012
Juni 2012, Pelatihan Manajemen Penanggulangan Bencana Bid. Kesehatan
Tabel Logistik yang Disiapkan untuk Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Direktorat Penyehatan Lingkungan Pada Tahun 2012 No.
Nama Barang
A 1 2 3 4 5 6 B 7 8 9 10 C 11 12 13 14
Bahan Kimia : Kaporit Chlorine cair Chlorine tablet Insektisida lalat Lysol Penjernih Air Cepat Bahan habis pakai : Polybag Repelent lalat Repelent nyamuk Personal Hygiene Kit Alat Pelindung Diri : Masker kain Masker Non Kain Sepatu boot Sarung tangan karet
Jumlah 400 12.423 50 240 880 7.475
Kg Botol Tablet Botol Liter Sachet
55.800 487 20.128 320
Lembar Dus Sachet Kit
5.086 15.400 25 65
Pcs Pcs Set Set
72
D Peralatan Kesehatan Lingkungan : 15 Purifier (penjernih air bersih) 16 Mist blower 17 Penyemprot lalat/nyamuk (sprycant) 18 Jerigen Air Bersih 19 Food Hygiene Kit 20 Kelambu Refelent Sumber : Direktorat Bina Penyehatan Lingkungan
e.
47 5 31 235 700 650
Buah Buah Buah Buah Kit Buah
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan memobilisasi obat-obatan dan bahan habis pakai untuk keperluan pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan. Mobilisasi logistik obat dan bahan habis pakai ini dilakukan pada : 1. Tahap Pra Krisis Kesehatan Melakukan penyediaan buffer stok obat dan perbekalan kesehatan dengan rincian sebagai berikut : 20% - 30% dari pemakaian rutin di daerah yang tidak rawan bencana 100% dari pemakaian rutin di daerah yang rawan bencana 2. Tahap Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Mobilisasi obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan untuk selanjutnya didistribusikan ke sarana kesehatan seperti pos kesehatan di lokasi pengungsian, puskesmas, puskesmas pembantu dan rumah sakit. Obat dan perbekalan kesehatan yang dimobilisasi berupa paket-paket obat dan perbekalan kesehatan sesuai jenis kejadian bencana/krisis kesehatan yangterjadi, seperti paket bencana banjir, paket bencana gempa bumi, paket bencana letusan gunung api.
73
Tabel Logistik Yang Telah Dimobilisasi Direktorat Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Pada Tahun 2012 No Nama Obat dan Perbekalan Kesehatan Jumlah
Tujuan
1.
Paket Bencana Banjir
258 Koli
2.
Paket Bencana Banjir
28 Koli
3.
Paket Pelayanan Kesehatan Dasar
3 Koli
4.
Paket Gunung Meletus
20 Koli
5.
Paket Longsor
6 Koli
6.
Paket Banjir
15 Koli
7.
Paket Banjir
3 Koli
Dinkes Provinsi Gorontalo Dinkes Kabupaten Lebak Pos Kesehatan Jatuhnya Pesawat Sukoi SSJ 100 Dinkes Provinsi Maluku Utara PPKK Kemenkes RI PPKK Kemenkes RI PPKK Kemenkes RI
f.
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang memobilisasi logistik peralatan dan bahan habis pakai untuk pengendalian vektor penyakit. Logistik ini dimobilisasi baik pada tahap pra krisis kesehatan sebagai buffer stock di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk kesiapsiagaan serta pada tahap tanggap darurat krisis kesehatan untuk digunakan dalam pengendalian vektor penyakit menular di lokasi-lokasi pengungsian. Logistik peralatan pengendalian vektor penyakit antara lain berupa mesin fogging, spraycan. Bahan habis pakai untuk pengendalian vektor penyakit berupa insektisida dan larvasida. Tabel Logistik yang Disiapkan untuk Kesiapsiagaan Krisis KesehatanTahun 2012 No
Nama Barang/Bahan
1 2 3
Mesin fog Insektisida vektor DBD (metil pirimifos) Insektisida vektor DBD (cypermethrin)
Jumlah
Satuan
14 unit 400 liter 200 liter 74
No
Nama Barang/Bahan
4 5
Larvasida vektor DBD (Temephos) RDT Chikungunya Larvasida vektor malaria (Altosit briket) (APBN Subdit malaria) Spraycan (Sulawesi-Kalimantan) /GF Round 8
6 7
8 9 10
Mikroskop stereo Bahan dan alat uji pengendalian vektor Entomology kit
Jumlah
Satuan
5000 kg 2110 unit
90 lok (BTKL, KKP , Dinkes propinsi
4.2 UPAYA TANGGAP DARURAT KRISIS KESEHATAN Upaya tanggap darurat adalah upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yang dilakukan pada saat terjadinya krisis kesehatan. Masa tanggap darurat ditetapkan oleh Bupati/Walikota bila krisis kesehatan terjadi di tingkat Kabupaten/Kota, di tingkat provinsi oleh Gubernur dan Presiden bila terjadi krisis kesehatan akibat bencana tingkat Nasional. Setiap kejadian krisis kesehatan selalu direspon oleh jajaran kesehatan baik ditingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/ Kota, Provinsi maupun Nasional. Upaya tersebut dilakukan untuk mencegah munculnya permasalahan kesehatan yang timbul pada saat terjadinya bencana maupun setelah terjadinya bencana. Kejadian krisis kesehatan direspon sesuai dengan kapasitas pemerintahan setempat maupun besarnya akibat yang ditimbulkan. Mekanisme permintaan dan pemberian bantuan dilakukan secara berjenjang.
Kementerian Kesehatan dalam hal ini Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dan unit lintas program terkait telah memobilisasi bantuan untuk penanggulangan krisis kesehatan selama tahun 2012. Adapun kegiatan mobilisasi yang dilakukan pada saat tanggap darurat meliputi mobilisasi SDM kesehatan, logistik, bantuan dana operasional, klaim biaya pengobatan bagi korban bencana, serta kegiatan pemantauan dan penyajian informasi krisis kesehatan.
75
Upaya Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan PPKK adalah unit organisasi yang bertugas sebagai komando pada saat tanggap darurat, yang mempunyai tugas pengkoordinasikan seluruh unit lintas program maupun lintas sektor yang melaksanakan tugas upaya penanggulangan di bidang kesehatan. Pada tanggap darurat kejadian krisis kesehatan PPKK melaksanakan upaya-upaya sebagai berikut : 1. Melakukan koordinasi upaya penanggulangan krisis kesehatan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota. 2. Menggerakkan PPK Regional/Sub Regional untuk melakukan upaya tanggap darurat pada kejadian krisis kesehatan. 3. Mengkoordinasi upaya tanggap darurat krisis kesehatan yang dilakukan oleh unitunit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan terkait mobilisasi SDM dan Logistik. 4. Mobilisasi SDM Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan untuk memberikan dukungan manajemen penanggulangan krisis kesehatan bagi PPK Regional dan Sub Regional, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan. 5. Mobilisasi dukungan logistik untuk PPK Regional/Sub Regional, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan. 6. Pemberian dukungan dana operasional penanggulangan krisis kesehatan pasa masa tanggap
darurat
kepada
PPK
Regional/Sub
Regional,
Dinas
Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan.
No
1
Lokasi
Kab. Lebak Prov. Banten
Mobilisasi
Jenis Kejadian
SDM Kes
Logistik
Dukungan operasional
Banjir dan 3 orang 1 paket obat Tanah tim banjir Longsor kesehatan 500 polybag 45 kg Kaporit 90 botol Lysol 100 tablet aquatab 13 rompi tim 76
No
Mobilisasi
Jenis
Lokasi
Kejadian
SDM Kes
Dukungan
Logistik
operasional
kesehatan 10 topi tim kesehatan 3 pasang sepatu boat 3 jas hujan 2
3
Kab/kota di pantai barat di Prov. Aceh Kec. Cijeruk Kab. Bogor Prov. Jawa Barat Kota Ambon Prov. Maluku
Gempa Bumi
Kecelakaan Transportasi
Tim Kesehatan (7 orang) Tim Kesehatan (5 orang)
Banjir dan Tim RHA Tanah (4 orang) Longsor Jumlah Biaya Operasional 4
-
-
50 kantong mayat
20 dus MP ASI
-
Pusat Penanggulangan Krisis Regional dan Sub Regional PPK Sub reg papua 15 feb , konflik sosial PPK Reg Kalsel 4 Mei, banjir PPK Reg Sumut 4 Nov Banjir PPK Reg DKI, 21 Nov Banjir
Distribusi Logistik P2PL Saat Tanggap Darurat No 1.
Tujuan Dinkes Provinsi Banten
Jenis logistik Actellick PAC
Jumlah 20 liter 500 sachet
Ket Januari 2012, banjir Kab. Lebak, Provinsi
77
2.
Dinkes Kab. Lebak
3.
Dinkes Kab. Tasikmalaya
3.
Dinkes Kab. Garut
Aquatab Lysol Insektisida lalat Air rahmat Spanduk pos kesehatan Jerigen air bersih Repellent lalat Atribut lapangan Polybag sampah Hygiene Kit PAC Actellick Jerigen air bersih Aquatab Kaporit Polybag sampah Air rahmat Hygiene Kit Insektisida lalat Repellent lalat Emergency Kit Spanduk pos kesehatan Atribut lapangan Masker Polybag sampah
500 tablet 50 liter 5 liter 5dus
Air rahmat Kaporit PAC
5dus 3 pail 1000 sachet 3 dus 3 dus 20 liter 2000 buah 1500 buah 5dus 3 pail 1000 sachet 3 dus 2 dus 20 liter
Hygiene Kit Repellent lalat Actellick Masker Polybag sampah Air rahmat Kaporit PAC Hygiene Kit Repellent lalat Actellick
Banten
10 buah 1 dus 500 lembar 3 dus 500 sachet 30 liter 10 buah 500 tablet 2 pail 500 lembar 5dus 3 dus 5 liter 1 dus 1 set
2000 buah 1500 buah
Januari 2012, Banjir Kab. Lebak, Provinsi Banten
Februari 2012, Peningkatan status Gunung Galunggung
Februari 2012, Peningkatan status Gunung Galunggung
78
4.
KKP Lhokseumawe
Lisol PAC Insektisida lalat Polybag sampah Hygiene kit Aquatab Actelic Kaporit
50 liter 1000 sachet 10 liter 500 buah 100 set 2000 tablet 25 liter 45 kg
Maret 2012; Banjir bandang Kec. Tangse Kab. Pidie Aceh
5.
BTKL-PP Manado
Masker non kain Polybag sampah
15.000 buah 500 lembar
September 2012; Erupsi Gn. Lokon – Soputan
6.
Dinkes Kab. Lampung Selatan
Polybag sampah Paket obat Emergency kit
500 buah 2 paket 1 paket
Oktober 2012; Kerusuhan Lampung Selatan
7.
KKP Kelas I Soekarno Hatta wilker Halim Perdana Kusuma
Emergency Kit Atribut lapangan
1 paket 5 set
Mei 2012; Kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet
Paket Obat – obatan Polybag sampah
2 paket 200 lembar
8.
Dinkes Prov Riau
Masker non Kain
10.000 buah
Juli 2012; Kebakaran Hutan
9.
Dinkes Prov. DKI Jakarta
Kaporit Acetellick Repellent nyamuk Hygiene Kit Air Rahmat Polybag Bubuk Abate Repellent Lalat Lisol
200 kg 20 liter 3000 sachet 20 paket 480 botol 2500 lembar 50 kg 10 dus 100 liter
Banjir Provinsi DKI Jakarta
Kaporit Polybag
? ?
Banjir Bandang Ambon; Agustus 2012
Repellent lalat Air Rahmat
? ?
10. Dinkes Maluku
79
4.2.2. Upaya Pelayanan Kesehatan Mobilisasi bantuan kesehatan telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan melalaui unit-unit lintas program terkait maupun UPT yang ada di daerah serta dari PPK Regional, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota. Permintaan bantuan dilakukan secara berjenjang.. Pelayanan kesehatan menjadi sangat penting pada saat terjadinya krisis kesehatan, dimana semakin cepat pelayanan kesehatan dilakukan semakin cepat dan banyak nyawa yang terselamatkan. Pelayanan kesehatan dilakukan mulai dari lokasi kejadian hingga korban mendapat perawatan di fasilitas kesehatan hingga di fasilitas kesehatan rujukan yang lebih tinggi. Pelayanan kesehatan pada saat tanggap darurat krisis kesehatan akibat bencana menggunakan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Bencana. Pelayanan kesehatan pada saat masa
tanggap darurat tidak hanya memberikan
pelayanan kegawat daruratan, akan tetapi juga memberikan pelayanan kesehatan ke pada pengungsi yang membutuhkan pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian. Kementerian Kesehatan berkoordinasi Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota memberikan pelayanan kesehatan di Pos Kesehatan, Polindes, Pustu, Puskesmas, Rumah Sakit. a. Memberikan pelayanan kesehatan di Pos Kesehatan, Polindes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Kantor Kesehatan Pelabuhan dan Rumah Sakit b. Mengkoordinasikan Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan. c. Mendeteksi dini risiko gangguan kesehatan jiwa pada krisis kesehatan dan memberikan pelayanan penatalaksanaan gangguan jiwa. 4.2.3 Upaya Pelayanan Gizi a. Melakukan Screening Masalah Gizi Screening masalah gizi pada bayi, balita dan ibu hamil pada saat darurat dilakukan dengan menggunakan pita lila (pengukuran lingkar lengan atas). Setelah kondisi stabil akan dilakukan screening dengan mengukur tinggi badan dan berat badan. b. Melakukan Surveilans Gizi Darurat 80
Surveilans gizi darurat dengan melakukan registrasi pengungsi, pengumpulan data dasar gizi dan screening masalah gizi. c. Konseling Menyusui Konseling menyusui dilakukan di pengungsian, Rumah Sakit lapangan dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang ada dilokasi krisis kesehatan; d. Pengawasan Distribusi Susu Formula Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula/PASI harus diawasi secara ketat oleh petugas kesehatan, puskesmas dan dinas kesehatan setempat karena penyiapan dan pemberian susu formula yang tidak benar dapat menimbulkan timbulnya wabah diare di pengungsian yang dapat memperburuk status gizi anak. Memfasilitasi penyediaan tenaga relawan pengawas distribusi susu formula di posko pengungsi (mahasiswa jurusan gizi/kesehatan). Tenaga relawan mengawasi apakah pemberian susu formula sudah sesuai aturan dan distribusi susu formula sudah sesuai peruntukannya. e. Memfasilitasi penyediaan tenaga relawan pengawas dan perancang susunan menu di posko pengungsi (mahasiswa tingkat akhir jurusan gizi Poltekkes atau FKM). Tenaga relawan bertugas membantu menyusun menu di posko pengungsi dari bahan-bahan yang ada dan mengawasi pengolahan makanan di dapur umum. Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana berkoordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) baik di pusat maupun dan regional/sub regional melibatkan lintas program dan lintas sektor termasuk LSM nasional maupun meliputi antara lain : 1. Perhitungan kebutuhan Ransum 2. Penyusunan menu 2.100 kkal,50 g protein dan 40 gr lemak 3. Penyusunan menu untuk kelompok rentan 4. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan sampai pendistribusian
81
5. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan susu formula bayi 6. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi pengungsi khususnya balita dan ibu hamil dan tindak lanjutnya 7. Konseling gizi khususnya konseling menyusui dan MP-ASI 8. Suplementasi gizi meliputi : pemberian MP-ASI biskuit, pemberian kapsul vitamin A untuk balita dan tablet besi untuk ibu hamil. Pada tahun 2012, kegiatan penanganan gizi di daerah bencana dilaksanakan oleh pelaksana program gizi di kabupaten dan kota serta Pelaksana gizi puskesmas berkoordinasi dengan BPBD sesuai dengan kegiatan-kegiatan tersebut diatas. Kegiatan suplementasi gizi berupa pemberian MP-ASI biskuit, pemberian kapsul vitamin A kepada ibu nifas dan balita 6-59 bulan, tablet Fe untuk ibu hamil tetap dilaksanakan baik di pengungsian maupun di fasilitas kesehatan. Pada situasi bencana atau darurat, kelompok paling rawan yang perlu diprioritaskan memperoleh makanan adalah bayi dan anak, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Sampai tahun 2012, makanan bufferstock yang tersedia adalah untuk bayi dan anak. Sementara untuk pemberian makanan untuk orang dewasa dapat diupayakan dari bahan makanan lokal yang tersedia di daerah setempat. Tabel Distribusi Logistik Gizi Saat Tanggap Darurat No
Lokasi
1
Sulawesi Utara
2
Maluku Utara (Ternate)
3
Maluku (Ambon)
Jenis Kejadian Letusan Gunung Soputan Letusan Gunung Gamala ma Banjir
Logistik
Jumlah
MP ASI
2 Ton
MP ASI
2 Ton
MP ASI
1 Ton
82
Tabel Distribusi MP-ASI Menurut Propinsi Tahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Provinsi Sumut Sumbar Riau Jambi Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jabar Jateng DI Yogyakarta Jatim Banten Bali NTB NTT Kalbar Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Maluku Malut Papua Barat Papua Aksi Sosial Luar Negeri (Filipina) Jumlah
Jumlah MP-ASI (Kg) 3,000 7,500 2,000 2,000 2,000 2,000 9,335 26,378 43,081 19,000 37,000 32,000 2,000 24,000 19,000 7,000 17,000 2,000 6,000 5,000 4,000 7,000 5,000 5,000 14,500 1,000 7,000 5,000 5,000 320,794
83
4.2.4 Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa
Upaya pelayanan kesehatan jiwa dan psikososial di daerah bencana dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan bantuan bagi masyarakat/pengungsi di daerah tersebut yang memerlukan penanganan khusus dibidang kesehatan jiwa dalam rangka memulihkan mereka dari dampak traumatik akibat bencana dan meningkatkan derajat kesehatan jiwanya. Dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa di tingkat Pusat berkoordinasi dengan CMHN (Community Mental
Health
Nursing)
dan
PPKK,
sedangkan
di
tingkat
Provinsi/Kabupaten/kota berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Jiwa Daerah setempat. Upaya pelayanan kesehatan jiwa yang dilakukan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana selama tahun 2012 adalah sebagai berikut : 1.
Upaya pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah Tenaga kesehatan yang bertugas terdiri dari : - Tim dari Kementerian Kesehatan : 2 orang dari Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, 1 orang dari Community Mental Health Nursing dan 1 orang sarjana psikologi dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan. - Tim daerah 10 orang yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten, dan Puskesmas di Kabupaten Sigi. Sebelum menuju lokasi pengungsian, dilakukan pembekalan terlebih dahulu untuk tim, materi yang diberikan:
o
Manajemen bencana bidang kesehatan
o
Deteksi dini permasalahan kesehatan jiwa
o
Manajemen stress
Tim dibagi menjadi 3 kelompok yang menuju tiga titik pengungsian, setiap tim megumpulkan warga di lokasi pengungsian, melakukan 84
sosialisasi menajemen stres dan melakukan penilaian (assessment) menggunakan instrumen assessment masalah kejiwaan (self Reporting questionaire), dari hasil penilaian (assessment) tersebut dapat diketahui individu yang perlu memperoleh pelayanan kesehatan dari dokter spesialis jiwa. Dari 150 orang yang diperiksa terdapat 27 pasien yang dirujuk ke dokter spesialis jiwa dengan sebagian besar diagnosis adalah psikosomatis dan ansietas
2. Upaya pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur
Tenaga Kesehatan yang bertugas terdiri dari : -
Tim dari Kementerian Kesehatan terdiri dari : 3 orang dari Direktorat Bina Kesehatan Jiwa dan 1 orang sarjana psikologi dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan.
- Tim daerah 9 orang yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten, CMHN Jatim, RSJ Lawang, RSJ Menur dan Puskesmas di Kabupaten Sampang.
Sebelum menuju lokasi pengungsian, dilakukan pembekalan terlebih dahulu untuk tim, materi yang diberikan :
-
Manajemen bencana bidang kesehatan
-
Psychological First Aid (PFA)
-
Manajemen stress
-
Praktek manajemen stres
Jumlah pengungsi sebanyak 294 orang terkonsentrasi pada 1 tempat pengungsian yaitu di GOR Kabupaten Sampang.
Tim dibagi menjadi 2 kelompok, kegiatan yang dilakukan adalah : 1. Memberikan praktek manajemen stress kepada pengungsi 2. Melakukan penilaian (assessement) menggunakan Self Report Questioner (SRQ) untuk mengukur individu yang perlu mendapatkan tindak lanjut masalah kesehatan jiwa, jika terindikasi mengalami kesehatan jiwa maka langsung di rujuk ke dokter spesialis jiwa.
85
3. Melakukan intervensi psikolsosial pada anak-anak di pengungsian Dari 54 orang yang di ukur mengunakan Self Report Questioner (SRQ) terdapat 4 orang yang mengalami masalah Kesehatan jiwa dan dirujuk ke dokter spesialis jiwa.
3.
Upaya pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian konflik sosial di Dusun Napal, Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Tenaga Kesehatan yang bertugas berasal dari RS Jiwa Daerah Lampung dan Community Mental Health Nursing (CMHN). Kegiatan yang dilaksanakan: 1.
Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk
2.
Terapi individu
3.
Terapi keluarga
4.
Terapi kelompok
5.
Pengajuan pembentukan UKS Jiwa
6.
Sosialisasi, pelatihan CMHN di puskesmas dan pengajuan pembentukan desa siaga sehat jiwa
Jumlah pengungsi : 300 jiwa Jumlah Kasus yang mengalami masalah kesehatan jiwa :
4.
1.
Reaksi stress akut : 50 orang
2.
Gangguan cemas menyeluruh : 2 orang
3.
Depresi : 2 orang
Upaya pelayanan kesehatan jiwa akibat kejadian konflik sosial di Desa Balinuraga, Kecamatan Waipanji, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Tenaga kesehatan yang bertugas berasal dari RS Jiwa Daerah Lampung dan Community Mental Health Nursing (CMHN) Kegiatan yang dilaksanakan : 1.
Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk
2.
Terapi individu
86
3.
Terapi keluarga
4.
Terapi kelompok
5.
Proses rujukan dan perawatan klien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung
Jumlah pengungsi 1994 jiwa
Jumlah pengungsi yang mengalami masalah kesehatan jiwa sebanyak 75 orang, terdiri dari : 1. Reaksi stress akut : 67 orang 2. Depresi : 4 orang 3. Skizofrenia : 4 orang
Jumlah pengungsi yang dirujuk dan dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa sebanyak 3 orang.
Dari hasil kegiatan pelayanan kesehatan jiwa pada kejadian krisis kesehatan dapat disimpulkan bahwa : 1. Apabila terjadi bencana yang menyebabkan konsentrasi massa di pengungsian perlu ada intervensi psikososial dan kesehatan jiwa, untuk mengantisipasi timbulnya gangguan kejiwaan yang serius dan berkelanjutan pasca bencana 2. Masyarakat di pengungsian perlu diajarkan praktek manajemen stress agar dapat beradaptasi dengan lebih baik terhadap bencana yang terjadi. 3. Masyarakat di pengungsian perlu diajak melakukan kegiatan-kegiatan positif yang dapat menguatkan mentalnya seperti aktifitas keagamaan (sholat berjamah/ berdoa bersama, ceramah) sehingga meningkatkan kepasrahan pada Tuhan dan menguatkan mental. Selain itu kegiatan bersama seperti senam, atau diajari membuat keterampilan/kerajinan tertentu (untuk pengungsian yang waktunya lama), sehingga dapat mengurangi kesedihan akibat bencana, dan menggugah masyarakat untuk bangkit.
No
Lokasi
1
Kab Sigi – Sulawesi Tengah
Jenis kejadian bencana Banjir
Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan jiwa (Psychological First Aid /PFA dan manajemen stres) di lokasi pengungsian Kec kulawi Kab Sigi.
Unit yang terlibat Ditkeswa, CMHN, PPKK. 13 – 15 September 2012
87
2
Kab Sampang – Jawa Timur
3
Dusun napal – Konflik sosial Desa sidomulyo (Perang antar – Kec suku) Sidomulyo Kab Lampung selatan
Konflik sosial
Pelayanan kesehatan jiwa (Psychological First Aid /PFA dan manajemen stres) di lokasi pengungsian di Kab Sampang.
Ditkeswa, CMHN, PPKK. 3 – 5 Oktober 2012
Pendampingan psikososial pada penyintas konflik (pengungsi 300 orang, 75 KK), kegiatan:
RSJD Lampung Sejak 24 Januari 2012 intensif 1 bulan, dilanjutkan secara berkala sampai April 2012
7. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk 8. Terapi individu 9. Terapi keluarga 10. Terapi kelompok 11. Pengajuan pembentukan UKS Jiwa 12. Sosialisasi, pelatihan CMHN di puskesmas dan pengajuan pembentukan desa siaga sehat jiwa 4
Desa Balinuraga – Kec Waipanji – Kab Lampung Selatan
Konflik sosial (antar warga)
Pendampingan RSJD Lampung psikososial –sejak 28 pada penyintas konflik Oktober 2012 (1944 jiwa), kegiatan: 1. Pengkajian dampak psikososial pasca konfilk 2. Terapi individu 3. Terapi keluarga 4. Terapi kelompok 5. Proses rujukan dan perawatan klien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung
88
4.2.2 Upaya Pelayanan Kesehatan Ibu Operasionalisasi dari rencana kesiapsiagaan dibawah koordinasi koordinator tim siaga kesehatan reproduksi, berupa : •
Respon awal: penentuan tingkat wewenang penanganan bencana. Tanggung jawab pertama upaya penanganan kesehatan reproduksi pada tingkatan kabupaten/kota, bila masalah tidak tertangani, maka upaya penanganan
akan
mendapat
dukungan
dari
tingkat
diatasnya;
mengintegrasikan tim siaga kesehatan reproduksi ke dalam tim koordinasi badan penanggulangan bencana. •
penerapan pelayanan kesehatan reproduksi melalui Paket Pelayanan Awal Minimal (PPAM) Kesehatan reproduksi situasi darurat.
•
Mobilisasi tim siaga kesehatan reproduksi untuk melakukan penilaian awal kesehatan reproduksi secara cepat.
•
Mobilisasi kit kesehatan reproduksi yang terdiri dari kit ibu hamil, kit ibu bersalin, kit bayi dan kit higienis untuk para pengungsi di lokasi pengungsian. Tabel Logistik yang dimobilisasi Direktorat Bina Kesehatan Ibu selama tahun 2012 No
Jenis Logistik
Jumlah
Tujuan
1
Kit Ibu Hamil
283 set
Jawa Barat
2
Kit Ibu Bersalin
283 set
Sumatera Barat
3
Kit Bayi
160 set
Nusa Tenggara Barat
4
Kit Higienis
1.173 set
Gorontalo Bengkulu Banten (Pandeglang) Kalimantan Selatan
89
4.2.3 Upaya Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) 1.
Banjir di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten (Januari 2012) Upaya PP & PL yang dilakukan sebagai berikut : Berkoordinasi dengan BPDB setempat, Dinas Kesehatan Provinsi Banten dan Dinas Kesehatan Kabupatan Lebak untuk membantu evakuasi korban Memobilisasi Tim untuk melakukan RHA dan need assessment Mendirikan pos kesehatan di beberapa titik lokasi banjir dengan posko kendali di Dinkes Kab. Lebak. Melakukan penguatan surveilans penyakit berpotensi KLB Melakukan upaya sanitasi darurat Kaporisasi sumber air bersih (sumur) dan pembagian Lysol untuk membersihkan rumah – rumah penduduk. Upaya pengendalian vektor di 3 lokasi bencana di Kecamatan Rangkas Bitung berupa penyemprotan dan pembagian repellent lalat. Distribusi Logistik PP & PL
2.
Konflik sosial di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung (Oktober 2012) Upaya PP & PL yang dilakukan sebagai berikut : Melakukan koordinasi dengan PPKK, KKP Panjang, Dinkes Prov Lampung dan Dinkes Kab. Lampung Selatan KKP Panjang mendirikan pos kesehatan di lokasi kejadian Berkoordinasi dengan dokter kepolisian, Dinas Kesehatan Provinsi Lamp ung, Dinkes Kabupaten Lampung Selatan untuk mengaktifkan sistem sur veilans penyakit berpotensi KLB Melakukan upaya sanitasi darurat Distribusi Logistik PP & PL Berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan PDAM setempat untuk pemenuh an air bersih Melakukan koordinasi dengan dinas Pekerjaan umum untuk penyediaan sarana MCK darurat
3.
Erupsi Gunung Lokon dan Gunung Soputan, Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara (September 2012)
90
Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain : Melakukan koordinasi dengan BTKL-PP Manado, PPKK, Dinkes Prov Sulut, Dinkes Kota Tomohon, Dinkes Kab. Minahasa Tenggara dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Tim Ditjen PP dan PL ( Dit. Simkar Kesma dan Dit. PL) telah menerjunkan tim ke lokasi bencana berkoordinasi dengan BTKL - PP kelas I Manado dan Dinkes Kab. Minahasa Tenggara. BTKL - PP kelas I Manado melakukan pengukuran kualitas udara pada kedua Gunung tersebut (parameter fisika, PM10, dan TSP). Pemeriksaan di Gunung Lokon dilakukan di 3 titik (Paniki bawah lingkungan 10, pusat Kota Manado depan gereja Sentrum, dan perempatan Jl. Agustus). Hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi TSP. Sedangkan pemeriksaan di Gunung Soputan dialkukan di 4 titik (Tugu KB kompleks Pasar Ratahan, Kantor Bupati, Depan Bank Sulut Ratahan, Desa Noongan II). Hasilnya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi TSP dan PM10 melampaui baku mutu pada semua lokasi pengukuran. Pengaktifkan sistem surveilans penyakit di pos kesehatan maupun puskesmas. Memberikan dukungan Logistik kepada BTKL - PP Kelas I Manado : Polybag sampah 500 lembar, masker 3000 ribu buah, tas ransel untuk petugas lapangan 10 buah. Sebagian logistik (seperti masker) telah didistribusikan kepada Dinkes Kab. Minahasa Tenggara
4.
Kecelakaan Pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Mei 2012) Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain : Melakukan koordinasi dengan PPKK dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk memobilisasi tim pemantauan di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Bersama dengan PPKK mendirikan pos kesehatan di terminal kedatangan Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta untuk mengantisipasi anggota keluarga yang sakit dibawah komando Korwil KKP wilayah kerja Bandara Halim Perdanakusuma. Petugas jaga terdiri dari 1 dokter umum dan 2 perawat, dan mendapat bantuan dari KKP Priok (2 perawat) dan PMI (2 perawat). Petugas pos kesehatan bertugas selama 24 jam.
91
KKP Soekarno-Hatta wilayah kerja Bandara Halim Perdanakusuma menyiagakan 1 ambulans KKP Tanjung Priok menyiagakan 1 unit ambulans di Bandara Halim Perdanakusuma Distribusi logistik PP & PL 5.
Erupsi Gunung Gamalama, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara (September 2012) Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain : Melakukan koordinasi penanganan bidang kesehatan dengan PPKK, Dinkes Provinsi Maluku Utara, Dinkes Kota Ternate, KKP Ternate, dan BPBD Provinsi Maluku Utara. Memobilisasi Tim PP & PL untuk melakukan Rapid Health Assessment (RHA) KKP Ternate mendistribusikan masker kepada masyarakat di pelabuhan.
6.
Banjir Bandang di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Juli 2012) Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain : Melakukan koordinasi dengan Dinkes Prov Sumbar, Dinkes Kota Padang, KKP Padang dan PPKK KKP Kelas II Padang memobilisasi tim untuk melakukan RHA Dinkes Provinsi Sumatera Barat dan Dinkes Kota Padang serta KKP Kelas II Padang mendirikan pos kesehatan dan melakukan pelayanan kesehatan di lokasi pengungsian masyarakat/ korban antara lain: Pos Kesehatan Kelurahan Limau Manis, Pos Kesehatan Kel. Limau Manis Selatan, Pos Kesehatan Banuaran, Pos Kesehatan Parak Laweh, Pos Kesehatan Tabing Banda Gadang I, Pos Kesehatan Tabing Banda Gadang II. Mengaktifkan sistem surveilans perkembangan kondisi kesehatan masyarakat sejak hari pertama terutama dalam rangka antisipasi KLB. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat korban bencana. Tim P2P Dinkes Provinsi Sumatera Barat dan Dinkes Kota Padang melakukan penguatan tata laksana diare dan ISPA, leptospirosis, campak dan penyakit kulit lainnya. Dinkes Provinsi Sumatera Barat melakukan pemeriksaan air ( bakteriologis dan kimia) terhadap sumber air yang digunakan. Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan menurunkan Tim Surveilance dan Rapid Health Asessment. Kegiatan yang dilakukan :
92
-
-
Melakukan penguatan tata laksana diare dan ISPA, Leptospirosis, Campak dan Penyakit Kulit lainnya Melakukan surveilans perkembangan kondisi kesehatan masyarakat sejak hari pertama terutama dalam rangka antisipasi KLB dan selanjutnya tetap akan dilakukan pelaporan harian perkembangan penyakit untuk mencegah terjadinya KLB Memberikan tehnik penjernihan air sederhana. Mendistribusikan PAC, kaporit. Melakukan pemeriksaan air bakteriologis dan kimia terhadap sumber air yang digunakan Melakukan pemantauan ketat dan penyemprotan bila diperlukan pada beberapa daerah endemis DBD
7. Peningkatan Status Gunung Galunggung di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat (Februari 2012) Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain : Melakukan koordinasi dengan PPKK, BPBD Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya dan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. Ditjen PP dan PL dan BBTKL – PP Jakarta memobilisasi tim untuk melakukan analisa awal berkoordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Dinkes Provinsi Jawa Barat, Dinkes Kab. Tasikmalaya dan Dinkes Kab. Garut. BBTKL – PP Jakarta bersama – sama tim Ditjen PP dan PL dan Dinkes Kabupaten Tasikmalaya melakukan pemeriksaan kualitas udara ambient dan kualitas air di beberapa titik di sekitar Gunung Galunggung (hasil masih menunggu ± 1 minggu), yaitu di : a. Outlet kawah, sekitar 500 meter dari kawah Gunung Galunggung, pemeriksaan kualitas udara ambient dan pengambilan sampel air yang keluar dari kanal Galunggung (air kawah). b. Balai Desa Linggajati untuk pemeriksaan kualitas udara ambient, dan melakukan pengambilan sampel air bersih di Dusun Gedong Nyungcung (saluran perpipaan air kawah, sumur gali, dan air sumur gali yang telah dimasak). c. Lapangan Kompleks Pondok Pesantren Cipasung yang direncanakan akan dipersiapkan sebagai salah satu lokasi pengungsian, berlokasi sekitar 13 km dari pusat kawah, dilakukan pemeriksaan kualitas udara. d. Lapangan Arjasari yang juga dipersiapkan sebagai salah satu lokasi pengungsian warga, pemeriksaan kualitas udara.
93
8. Banjir di Provinsi DKI Jakarta Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain:
Melakukan koordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dalam penganan banjir dan tanah longsor bidang kesehatan
Tim Ditjen PP dan PL melakukan pemantauan ke beberapa lokasi banjir seperti di Kampung Pulo dan Kampung Melayu, juga memantau pintu air manggarai dan pos pengendali operasi di Sudinkes Jakarta Timur.
Mendistribusikan logistik PP & PL.
9. Banjir Bandang di Kota Ambon, Provinsi Maluku (Agustus 2012) Upaya PP & PL yang dilakukan antara lain :
Melakukan koordinasi dengan Dinkes Provinsi Maluku, Dinkes Kota Ambon, PPKK, dan BTKL Ambon.
Memobilisasi Tim untuk melakukan RHA dan penilaian kebutuhan.
BTKL Ambon melakukan pemeriksaan kualitas air.
Melakukan upaya sanitasi darurat.
Mendistribusikan logistik PP & PL
4.2.4 Upaya Penyediaan Dan Distribusi Obat Serta Perbekalan Kesehatan Pada saat kejadian krisis kesehatan akibat bencana kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan harus dilakukan secara cepat, tepat dan sesuai kebutuhan agar dapat mendukung pelayanan kesehatan bagi korban bencana dengan memperhitungkan jumlah pengungsi, jenis kelamin, usia dan jenis penyakit. Penyediaan pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan dalam penanggulangan bencana pada dasarnya tidak akan membentuk sarana dan prasarana khusus, tetapi menggunakan sarana dan prasarana yang telah tersedia. Kebijakan yang dilakukan dalam penyiapan obat dan perbekalan kesehatan dalam kondisi bencana adalah sebagai berikut : a. Penilaian kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan secara cepat, tepat dan sesuai kebutuhan agar dapat mendukung pelayanan kesehatan bagi korban bencana dengan mempertimbangkan jumlah pengungsi, jenis kelamin, usia dan pola penyakit. b. Penyediaan obat di sarana kesehatan seperti pos kesehatan, puskesmas, puskesmas pembantu dan rumah sakit
94
c.
Mobilisasi SDM Farmasi (Apoteker/Asisten Apoteker) ke lokasi kejadian krisis kesehatan untuk mendukung Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam pengelolaan obat saat kejadian krisis kesehatan.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Farmasi dan Alat Kesehatan telah mendukung penyediaan logistik obat dan perbekalan kesehatan, upaya penyediaan dan distribusi obat dilakukan dengan buffer stock di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi, apabila pada daerah bencana kekurangan dapat meminta melalui PPKK maupun langsung ke Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan juga telah mendukung penyediaan SDM Kefarmasian (Apoteker/Asisten Apoteker) ke lokasi kejadian krisis kesehatan untuk membantu Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan saat tanggap darurat krisis kesehatan.
Tabel Mobilisasi Bantuan SDM dan Logistik Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan selama Tahun 2012
Mobilisasi NO Lokasi
Jenis
SDM
Logistik
Kejadian 1.
Provinsi Gorontalo
Banjir
Dukungan Operasional
Apoteker,
Obat Paket -
Asisten
Banjir
Apoteker 2.
Kabupaten Lebak
Banjir
-
Obat Paket Banjir
3.
Propinsi Utara
Maluku Gunung Meletus
-
Obat Paket Gunung Meletus
95
4.
DKI Jakarta
Kecelakaan
Apoteker,
Pesawat
Asisten
Sukhoi
Paket PKD
-
SSJ Apoteker
100
4.3
UPAYA PASCA KRISIS KESEHATAN
Upaya yang dilakukan pasca krisis kesehatan terdiri dari dua kegiatan yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca krisis kesehatan dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. Sesuai dengan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidupyang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Upaya pelayanan pasca krisis dilaksanakan oleh unit utama sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya antara lain : 4.3.1 Upaya Pasca Krisis Kesehatan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Upaya pasca krisis kesehatan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan selama tahun 2012 antara lain : A. Melakukan pertemuan evaluasi : 1. Pertemuan Evaluasi Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Krisis Kesehatan Pertemuan ini membahas evaluasi penanggulangan krisis kesehatan : Penanganan Permasalahan Kesehatan Jiwa Pasca Kejadian Konflik Sosial di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur 96
Pelaksanaan SPGDT pada kejadian kecelakaan Kapal Feri Bahuga di Selat Sunda, Provinsi Banten Penanganan Permasalahan Kesehatan Lingkungan Saat dan Pasca Bencana Banjir Bandang di Kota Ambon dan Kota Padang. 2. Pertemuan Evaluasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Jatuhnya Pesawat Sukhoi SSJ 100
B. Bersama-sama dengan Direktorat Bina Kesehatan Jiwa melakukan pelayanan kesehatan jiwa, pendampingan psikologis dan deteksi adanya gangguan kesehatan jiwa pada pengungsi 1.
Kejadian Konflik Sosial di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah
2.
Kejadian Konflik Sosial di Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur
C. Melakukan pembayaran klaim tagihan rumah sakit atas pelayanan pasien korban bencana pada masa tanggap darurat. Setelah berakhirnya masa tanggap darurat, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan membayar klaim tagihan dari rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada korban bencana pada masa tanggap darurat. Pembayaran klain tagihan rumah sakit yang dilakukan oleh PPKK selama tahun 2012 total berjumlah sebesar Rp........ Dari seluruh pembayaran klaim tagihan rumah sakit untuk tahun 2012, proporsi terbesar merupakan akibat kejadian ..............
Grafik Proporsi Pembayaran Klaim RS pada Tahun 2012 Berdasarkan Waktu Terjadinya Krisis Kesehatan Belum ada data
97
Tabel 4.9 Pembayaran Klaim Tagihan RS Tahun 2012 Belum ada data
NO
NAMA BENCANA
PROVINSI
TAHUN KEJADIAN BENCANA
Biaya Klaim (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 JUMLAH TOTAL 4.3.2 Upaya Pasca Krisis Yang dilakukan Oleh Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan a.
Upaya Surveilans Epidemiologi Aktivasi lanjutan surveilans epidemiologi pasca bencana yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat
b.
Upaya Penyehatan Lingkungan Upaya lanjutan penyehatan lingkungan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat : a) Pengawasan dan perbaikan kualitas sarana dan kualitas air bersih. dengan melakukan disinfeksi sarana air bersih dengan kaporisasi chlorine cair, chlorine tablet
98
b) Pengawasan dan penyediaan sarana pembuangan kotoran terhadap pembuangan kotoran manusia terutama ditujukan untuk mengurangi pencemaran terhadap sumber / penyediaan air bersih yang ada dari tinja, sedangkan penyediaan sarana dilakukan dengan membuat sarana pembuangan kotoran darurat dengan berkoordinasi dengan instansi pekerjaan umum dan LSM serta melibatkan pengungsi. c) Pengawasan dan pengendalian pembuangan sampah terhadap pembuangan sampah dilakukan untuk mengisolir sampah agar tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan pengungsi, serta untuk mengurangi risiko pencemaran lingkungan dan mengurangi tingkat kepadatan vektor. d) Pengawasan dan pengendalian vektor di tempat penampungan pengungsi yang perlu mendapat perhatian adalah lalat, tikus dan nyamuk. e) Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman pengungsi dilakukan termasuk pengolahannya yang disediakan bagi pengungsi bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan penyakit melalui makanan / minuman. f) Sanitasi tempat penampungan pengungsi perlu mendapat perhatian, sehingga tidak menjadi tempat berkembangnya penyakit yang ditularkan melalui pernafasan dan udara. g) Pemberdayaan Masyarakat masyarakat pengungsi ini ditujukan untuk meningkatkan peran mereka dalam menyediakan fasilitas yang diperlukan oleh mereka sendiri beserta keluarganya dengan cara melibatkan dalam setiap kegiatan penyehatan lingkungan darurat yang dibangun atau dilaksanakan di tempat penampungan pengungsi. h) Penyuluhan Kesehatan diarahkan untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat agar pengungsi terhindar dari penularan penyakit baik melalui air, tangan, serangga maupun tanah. i) Perbaikan lingkungan permukiman khususnya di perumahan dengan melakukan disinfeksi lantai.
4.3.3 Upaya Pasca Krisis Yang Dilakukan Oleh Direktorat Bina Gizi Kegiatan penanganan gizi pasca-bencana pada dasarnya melaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari surveilans, untuk: a. Mengetahui kebutuhan yang diperlukan (need assessment)
99
Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan petugas setempat, untuk penyelenggaraan makanan di dapur umum baru ditujukan untuk memenuhi kebutuhan makanan dan gizi orang dewasa. b. Melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai tindak lanjut atau respon dari informasi yang diperoleh secara terintegrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public health response) untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan kesehatan pengungsi. Tahun 2012 telah dilaksanakan pembinaan teknis pada kejadian :
Bencana Gunung Gamalama Ternate – Maluku Utara
Bencana Gunung Lokon Tomohon – Sulut
Bencana banjir di Ambon – Maluku
Bencana banjir Sumatera Barat
Sebagai tindak lanjut dari monitoring dan evaluasi, ke depan direcanakan akan mengembangkan penanganan gizi pada situasi bencana yaitu :
Advokasi dan sosialisasi Pemberian Makan Bayi dan Anak Pada Situasi bencana.
Kegiatan penyediaan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) anak 6-24 bulan perlu diadakan di dapur umum.
Penyediaan materi KIE terkait Pemberian makanan bayi dan anak pada situasi darurat (Gizi ibu hamil, pemberian ASI dan MP-ASI, pengawasan pemberian susu formula)
4.3.4 Upaya Pasca Krisis Kesehatan Yang Dilakukan Oleh Direktorat Bina Kesehatan Ibu Upaya pemulihan kondisi kesehatan reproduksi, melalui: • Melakukan penilaian
kesiapan pelayanan kesehatan reproduksi sesuai
kondisi normal. • Perencanaan pelaksanaan kesehatan reproduksi komprehensif terpadu. • Pelaksanaan upaya pemulihan kesehatan reproduksi melalui operasionalisasi dari perencanaan pelaksanaan kesehatan reproduksi komprehensif terpadu.
100
4.3.5 Upaya Pasca Krisis Kesehatan Yang Dilakukan Oleh Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Pengendalian vektor pasca bencana dilakukan ketika terdapatnya tumpukan sampah di sekitar lokasi bencana. Timbunan sampah merupakan breeding places yang potensial bagi lalat, kecoa/lipas dan tikus. Pada situasi pascabencana perlu diwaspadai juga tentang potensi breeding places nyamuk Culex sp., Aedes sp., Anopheles sp. Jika terdapat populasi vektor yang telah melampaui ambang batas maka dikendalikan secara kimiawi seperti dusting lalat, fogging dan Indoor Residual Spray (IRS). Pengendalian vektor juga dilakukan secara biologi menggunakan predator dan
lingkungan/sanitasi. Pengendalian vektor yang
efektif, efisien dan tepat sasaran adalah harus memperhatikan /berdasarkan bioekologi vektor Pengendalian vektor sebaiknya dilakukan
secara terpadu
(Integrated vector control) dengan mengkombinasikan pengendalian secara kimia, biologi dan lingkungan. Penggunaan insektisida dilaksanakan sesuai dengan kondisi: -
Epidemi/KLB
-
Intensitas penularan tinggi (HIGH TRANSMISSITION)
-
Insektisida yang digunakan harus memenuhi syarat : Rekomendasi WHO, KOMPES, PERMENKES 374/MENKES/PER/3/2010, dan sesuai pedoman manajemen resistensi.
Beberapa Insektisida yang dapat digunakan untuk pengendalian kecoak : Bendiocarb 0,24 %,Propoxur 1 %, Chlorpyriphos 0,5 %, Diazinon 0,5 %, Dichlorvos 0,5 %, Fenthion 3 %, Malathion 3%, Permethrin 0,125 %. Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk pengendalian lalat : Fenitrotion 40 % WP, Pirimiphos methyl 50 % EC, Lambda-cyhalothrin 2,5 % EC , Trichlorfon 95 % SP, Diazinon 60 % EC, Diflubenzuron, Cyromazine. Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk pengendalian vektor demam berdarah : Larvicides : Temeephos 1 % G 10 gr/100 lt, Metoprene 1,3 % G 72 mg/m2, Piriproksifen : 0,5 G 1 gr/200 l
101
Vektor DBD (dewasa): -
Malathion 96 % (500 ml/ha)
-
Cyflutrin 50 % EC (75 ml/ha)
-
Cypermethrin 25 % ULV (400 ml/ha)
-
Lamdasihalothrin 25 EC (75 ml/Ha)
-
Permethrin Bioalterin 10/1,5 OS (100ml/ha)
4.3.6 Upaya Pasca Krisis Yang dilakukan Oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Pada tahap pasca krisis kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Inventarisasi obat dan perbekalan kesehatan yang ada di pelayanan kesehatan ( Pos Kesehatan, Fasilitas pelayanan kesehatan, Puskesmas dan Rumah sakit. 2. Penarikan kembali jika ditemukan obat-obat psikotropik & narkotik. 3. Menempatkan sisa obat dan perbekalan kesehatan sedapat mungkin 1 wilayah. 4. Melaporkan kepada atasan untuk dilakukan langkah-langklah pemanfaatan. 5. Perencanaan pemanfaatkan kembali obat sisa pelayanan 6. Menginformasikan sisa stok obat ke Puskesmas & Rumah Sakit. 7. Memisahkan obat yang sudah rusak dan kadaluarsa untuk dilakukan pemusnahan dengan berita acara pemeriksaan dan pemusnahannya.
102
BAB V PERAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN INTERNASIONAL
Perserikatan Bangsa-Bangsa, merilis data laporan bencana di seluruh dunia dalam 1 tahun terakhir menyebutkan, Asia sebagai kawasan paling rawan bencana. "Asia masuk daftar teratas sebagai kawasan paling rawan bencana. Baik berdasarkan jumlah korban dan frekuensi terjadinya bencana," kata Direktur Badan Bencana PBB (UNISDR) Elizabeth Longworth di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS), seperti dilansir Philstar (plasamsn.com.April 2013). Sementara itu The Nature Conservancy (TNC), German Alliance for Development Works (Alliance) dan United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) di akhir Tahun 2012 ,menerbitkan Laporan Resiko Dunia 2012 di Brussels, Belgia. Bagian penting dari laporan ini adalah Indeks Resiko Dunia, yang dikembangkan oleh UNU-EHS bekerjasama dengan Alliance, untuk menentukan resiko menjadi korban bencana sebagai akibat dari bahaya alam untuk 173 negara di seluruh dunia. Di Kepulauan Pasifik, negara Vanuatu dan Tonga memiliki resiko bencana tertinggi. Malta dan Qatar menghadapi resiko terendah di seluruh dunia. Indonesia sendiri dalam laporan tersebut berada pada peringkat risiko ke-33 dengan nilai 10,74% dan termasuk negara berisiko tinggi dan sangat tinggi terkena empat jenis bencana alam yaitu gempa bumi, badai, banjir dan kenaikan air laut. Dari laporan kedua lembaga tersebut memerlukan perhatian dari masyarakat Internasional dalam penanggulangan bencana dan mengingatkan kembali kepada semua negara dari berbagai benua terutama kawasan Asia, untuk saling memperkuat kerjasama regional guna meningkatkan kedamaian, stabilitas, kemajuan regional serta untuk saling memupuk rasa persaudaraan dan solidaritas terutama di saat salah satu anggotanya tertimpa bencana. Selama tahun 2012, kejadian bencana di kawasan Asia tidak terlalu menonjol. Namun di akhir tahun 2012 terjadi bencana besar yaitu Topan Pablo yang terjadi di Pulau Mindanao, Filipina, Desember 2012. Angin topan tersebut telah menyebabkan 1.900 orang tewas dan meluluh lantakkan 210 ribu rumah, bangunan-bangunan dan lahan pertanian. Bencana tersebut telah menimbulkan berbagai kerusakan terhadap sendi kehidupan masyarakatnya, yaitu kegagalan di sektor pertanian, perekonomian dan terganggunya pelayanan kesehatan. Dampak dari bencana tersebut juga menyebabkan korban jiwa, meningkatnya angka kesakitan dan arus pengungsian skala besar di Pulau Mindanao, Filipina.
Sebagai sesama negara yang terhimpun dalam ASEAN dan memiliki ikatan kerjasama dalam penanggulangan bencana dan tanggap darurat yang tertuang dalam Deklarasi Jakarta (2005), musibah tersebut telah menumbuhkan keprihatinan. Oleh karenanya sebagai rasa simpati atas penderitaan yang dialami oleh masyarakat Filipina, Kementerian Kesehatan melalui Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat telah memberikan bantuan MP ASI sebanyak 5 Ton kepada Pemerintah Filipina. PENANGANAN PERMASALAHAN KESEHATAN TKI Pelaksanaan kesehatan TKI mengacu kepada Inpres No 106 tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia (TK-PTKIB) yang berada dalam koordinasi Menkokesra dengan melibatkan berbagai Kementerian dan Lembaga terkait. Menyesuaikan dengan perkembangan situasi saat ini, Inpres No 106 tahun 2004 tentang Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah dan Keluarganya dari Malaysia sedang dalam proses revisi oleh kemenkokesra, mengingat pemulangan TKIB tidak hanya dari Malaysia seperti dari Jeddah, Jordania, dan lainnya. Kementerian Kesehatan mengkoordinasikan kegiatan bidang kesehatan dalam melakukan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan terhadap TKIB dan keluarganya. Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Ditjen PP & PL, serta LP terkait lainnya di lingkungan Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan upaya penanganan bidang kesehatan bagi TKIB beserta keluarganya sejak dipulangkan hingga sampai ke daerah asal yaitu melalui kegiatan pelayanan kesehatan di pelabuhan debarkasi oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan, pelayanan kesehatan di penampungan sementara oleh Puskesmas dan di RS rujukan. Saat ini di Lingkup Kemenkes telah dibentuk Komite Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia sesuai SK Menkes No 348/Menkes/SK/IX/2012. Komite tersebut terdiri dari 4 Subkomite yaitu Subkomite Fasilitas Pelayanan Kesehatan Calon Tenaga Kerja Indonesia, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Selama di Negara Penempatan, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Purna Penempatan, Subkomite Penempatan Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah. Sebagai koordinator pelaksana adalah Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Ditjen GiKIA. Disamping itu Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No. HK.02.04/III/1576/11 tentang Pedoman Penanganan Masalah Kesehatan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKI B) dari Luar Negeri saat ini sedang direvisi. Pedoman ini berisi tentang tata cara pengajuan klaim pelayanan kesehatan bagi TKI. Klaim pengajuan penanganan kesehatan bagi TKI hanya ditujukan untuk kasus - kasus gawat darurat dan yang mengancam jiwa. Beberapa RS dan KKP telah ditetapkan sebagai tempat rujukan penanganan kesehatan bagi TKI
Tujuan Penanganan Kesehatan TKI adalah untuk mewujudkan Tenaga Kerja Indonesia yang sehat sejak pra pemberangkatan, saat perjalanan berangkat, saat menjalani masa kerja di luar negeri dan saat kembali ke daerah asal. Tujuan Khusus : Menurunnya mortalitas, morbiditas & disabilitas Tenaga Kerja Indonesia Terlaksananya pelayanan kesehatan dan rujukan bagi Tenaga Kerja Indonesia Terkoordinasinya kegiatan cegah tangkal penyakit menular dan potensial wabah yang kemungkinan terbawa oleh Tenaga Kerja Indonesia melalui kegiatan pengamatan penyakit, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. KEGIATAN PENANGANAN KESEHATAN TKI MELIPUTI : A. Pelayanan Kesehatan (Posko Kesehatan) di pelabuhan debarkasi dan di penampungan sementara, meliputi : Live saving / emergency response / kegawat daruratan Pengobatan sederhana Stabilisasi dan imobilisasi Transportasi / rujukan ke Rumah Sakit B. Pengendalian Penyakit / Pengendalian risiko lingkungan di wilayah pelabuhan dan penampungan sementara , meliputi : Penyediaan sanitasi darurat (Air Bersih, Jamban, sampah, limbah, dan penampungan sementara) Pengawasan Makanan dan Minuman Pengendalian vektor penyakit C. Pengamatan penyakit / Surveilans Epidemiologi D. Rapat koordinasi satgas pemulangan TKIB daerah di : - Nunukan - Dumai E. Penanganan Pemulangan WNIO Arab Saudi (dengan empty flight Hajj Garuda) F. Monitoring / Pendampingan Pusat ke Daerah ( Nunukan, Batam, Tanjung Pinang, dan Dumai) Pelabuhan debarkasi / entry point pemulangantkib dan keluarganya adalah : 1. Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang Kep. Riau 2. Pelabuhan Tanon Taka Nunukan Kalimantan Timur (akan dipindah ke Pelabuhan Liem Hie Djung Nunukan) 3. Pos Lintas Batas Darat Entikong Kalimantan Barat 4. Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta 5. Pelabuhan Batam 6. Pelabuhan Balai Asahan Medan 7. Pelabuhan Dumai 8. Pelabuhan Tanjung Balai Karimun 9. Pelabuhan Tanjung Mas Semarang
10. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya 11. Pelabuhan Pare-pare, Makasar 12. Pelabuhan Mataram 13. Bandar Udara Soekarno Hatta Jakarta
HASIL KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MIGRAN TAHUN 2012 URAIAN 1. Total Jumlah TKIB Tanjung Pinang Tanjung Priok Entikong Nunukan Jakarta 2. Jumlah TKIB Berobat Tanjung Pinang Tanjung Priok -
-
Entikong Nunukan Jakarta 3. Jumlah TKIB Dirujuk Tanjung Pinang Tanjung Priok Entikong Nunukan Jakarta
TAHUN 2012 15.947 3.623 6.005 963 3.126 2.230 1.566 265 667 137 475 22 39 3 20 0 11 5
RUJUK
1
0
1
1
0
24
10
14
24
0
5
0
5
5
0
21
7
14
21
3
19
13
6
19
0
43
14
29
43
0
28
9
19
28
0
41
24
17
41
0
21
8
13
21
0
62
14
48
62
0
JUMLA H
RAWAT JALAN
ENTRY POINT TANJUNG PINANG ( s.d. Oktober 2012) JUMLAH TKI NO BULAN Yang L P A Sakit 1
Januari
256
100
6
362
2
Februari
275
105
12
392
3
Maret
295
153
21
469
4
April
266
127
15
408
5
Mei
290
146
17
453
6
Juni
337
163
26
526
7
Juli
436
252
28
716
8
Agustus
500
257
28
785
9
September
420
158
9
587
10 11 12
Oktober November Desember
548
246
32
826
JUMLAH
3,623
1,707 194
5,524
265
JENIS KELAMIN L P
99
166 265
3
Ket.
LAMPIRAN DRAFT II BUKU TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2012
BAB VI ANALISIS 6.1
Analisis Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2012
Kejadian maupun dampak krisis kesehatan pada tahun 2012 terlihat mengalami kenaikan
dan penurunan bila dibandingkan krisis kesehatan 2 tahun
sebelumnya yaitu tahun 2010 dan 2011. Namun bila dilihat Frekuensi, kejadian pada tahun 2012 mengalami kenaikan bila dibandingkan frekuensi kejadian dua tahun sebelumnya. Korban meninggal pada tahun 2012 mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 2011 namun mengalami penurunan bila di bandingkan tahun 2010. Korban luka berat/rawat inap pada tahun 2012 mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 2011 namun mengalami penurunan bila di bandingkan tahun 2010. Korban luka ringan/rawat jalan dan pengungsi mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2010 dan 2011. Korban Hilang mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2010 dan 2011. pengungsi serta fasilitas kesehatan yang rusak lebih rendah dibandingkan tahun 2010 maupun 2011. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 6.1 Tabel 6.1 Frekuensi Kejadian dan Korban Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 - 2012 TAHUN
URAIAN 2010 Frekuensi kejadian krisis kesehatan (kali)
2011
2012
315
211
489
1.385
565
675
4.085
1.164
2.338
98.235
12.429
6.858
247
232
256
618.880
96.082
74.141
233
56
49
Korban Meninggal (orang) Luka Berat / Rawat Inap (orang) Luka Ringan / Rawat Jalan (orang) Hilang (orang) Pengungsi (orang)
Faskes yang Rusak Faskes rusak (unit)
78
Bila ditinjau dari jenis penyebab kejadian krisis kesehatan, pada tahun 2012 terjadi penurunan proporsi bencana alam dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Sebaliknya, proporsi bencana non alam mengalami peningkatan.
Untuk
bencana sosial, tahun 2012 lebih tinggi dari tahun 2010 dan tahun 2011. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 6.1. Grafik 6.1 Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
28%
27% 19% 14%
16%
15% 11% 10% 9% 8% 4%
10% 9%8%
9% 7% 6% 1% 0,6%
15% 12,5%
10%
9% 7% 3%
6% 3%2%3% 3% 2% 1% 0,5% 0%1% 0,8%0% 0,8%
2010
2011
3% 1% 1,8%
0%
2012
Trend kejadian bencana tiap bulan pada tahun 2012 memiliki kemiripan dengan trend pada tahun 2010 maupun 2012 di mana terjadi penurunan pada bulan Juni kemudian mengalami peningkatan mulai bulan Juli. Untuk trend setelah bulan Juni, tahun 2012 hampir sama dengan tahun 2011 dan 2010 yaitu terjadi peningkatan kejadian krisis kesehatan dari bulan Juli hingga puncaknya pada bulan Desember, namun pada kejadian tahun 2012 ter Hal ini berbeda dengan tahun 2010 yang menunjukkan fluktuasi, dengan puncaknya pada bulan September untuk selanjutnya mengalami penurunan hingga bulan Desember. Jelasnya pada grafik 6.2.
79
Grafik 6.2 Trend Kejadian Bencana Tiap Bulan Tahun 2010 - 2012 140 120 100 80 Tahun 2012 60 40
Tahun 2011 Tahun 2010
20 0
Proporsi korban meninggal akibat bencana non alam mengalami peningkatan yang sangat pesat pada tahun 2012 yaitu sebesar 64%, dibandingkan tahun 2010 dan 2011 yang hanya berkisar 3%. Korban meninggal akibat bencana sosial pun mengalami peningkatan walaupun tidak sedrastis akibat bencana non alam. Sebaliknya, proporsi korban meninggal akibat bencana alam pada tahun 2012 mengalami penurunan yang sangat tajam, dengan selisih lebih dari 60% dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Tidak jauh berbeda dengan korban meninggal, korban luka berat/dirawat inap akibat bencana non alam pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan 2 tahun sebelumnya dengan selisih hampir mencapai 70%. Kondisi sebaliknya terjadi pada korban luka berat/dirawat inap akibat bencana alam, di mana terjadi penurunan proporsi yang sangat drastis yaitu sebesar 16% pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2010 dan 2011 yang mencapai 91% dan 83%.
80
Untuk lebih jelasnya mengenai proporsi korban meninggal maupun luka/berat dirawat inap berdasarkan jenis penyebabnya, dapat dilihat pada grafik 6.3 dan grafik 6.4. Grafik 6.3 Proporsi Korban Meninggal Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan Jenis Penyebabnya 60%
51% 47%
50%
38%
40% 28%
30% 20% 10%
16%
15% 9% 8% 2% 2% 1%
1% 1%
3%
10% 6%
4% 1%
16% 1% 1% 3%
10% 6% 1% 0% 2%
0% 0%
2%
8% 0% 0%
2% 1%
1% 0%
0%
2010
2011
2012
81
7%
Grafik 6.4 Proporsi Korban Luka Berat/Dirawat Inap Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan Jenis Penyebabnya 68%
70% 60% 50%
44%
40%
35% 26% 23%
30% 20% 10%
12% 8%10% 4%3%4% 4% 4% 4% 1%1%1% 1%1%2% 2% 2% 0% 0% 0%1%1% 0%0%0% 1%1%
4% 0%
6% 4% 3% 1% 0% 0% 0% 1%1%
8% 4% 0%0% 0%
3% 0%1%
0%
2010
2011
2012
Proporsi korban luka ringan/dirawat jalan maupun pengungsi akibat krisis kesehatan tahun 2012 akibat bencana alam tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan 2 tahun sebelumnya yaitu lebih dari 90%. Terlihat peningkatan proporsi korban luka ringan/dirawat jalan serta pengungsi akibat bencana non alam. Lengkapnya dapat dilihat pada grafik 6.5 dan grafik 6.6.
82
Grafik 6.5 Proporsi Korban Luka Ringan/Dirawat Jalan Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan Jenis Penyebabnya
80%
72%
70%
64%
60% 50% 40%
35%
30%
24%
22%
20% 10%
15% 6%5%
3% 0%1% 0%0%1%
6% 1%3%
6% 4% 3% 0% 0%0%0% 1% 0%
2% 0% 0%
4% 2% 0% 0%0%0% 0%0%0% 0%0%
8% 4% 0%
0%
2010
2011
2012
83
5% 2%
Grafik 6.6 Proporsi Pengungsi Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan Jenis Penyebabnya
69%
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
62% 46%
15%
14% 8% 5%7% 3% 2% 1% 1% 1% 1% 1% 0% 0%0%0% 0%0%0% 0%0% 0%
2010
2011
16% 1%
16% 7%5%5% 7% 2%0%0% 0%0%0% 0%3%0% 0% 0% 0%0%
2012
Ditinjau dari frekuensi kejadian di tiap PPK Regional, tahun 2012 tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan 2 tahun sebelumnya, di mana PPK Regional DKI Jakarta
dan PPK Regional Sulawesi Selatan selalu menempati
posisi 2 teratas. Sebanyak 6 PPK Regional mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010, bahkan 5 di antaranya frekuensinya juga lebih rendah dibandingkan tahun 2010.
Sebanyak 2 PPK regional mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2010 maupun 2010 yaitu Bali dan Sumatera Selatan. Hal ini dapat dilihat pada grafik 6.7
84
Grafik 6.7 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan PPK Regional 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%
32.38% 28.63%
16.59%
6.35% 3.79% 2.86%
14.92%
14.69% 12.32% 10.79% 10.84%
8.79% 8.53% 7.94%
8.89%
10.22%
3.32% 3.07% 1.90%
2010
2011
9.00% 6.16% 5.73% 5.40% 6.13% 4.44% 3.68% 3.79% 3.49%
5.52% 4.74%
3.49% 2.04% 1.90%
2012
Pada tahun 2012, korban meninggal di 2 PPK Regional mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 maupun 2010, yaitu DKI Jakarta dan Sumatera Utara. Bahkan untuk PPK Regional Sumatera Utara, penurunannya dari tahun ke tahun terlihat sangat drastis. Penurunan yang cuku3p mencolok juga terjadi pada PPK Regional Jawa Tengah, yaitu bila dibandingkan dengan tahun 2010. Di lain pihak,
sebanyak 2 PPK Regional yaitu Jawa Timur dan Kalimantan Selatan,
terjadi peningkatan jumlah korban yang cukup signikan dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada grafik 6.8.
85
Grafik 6.8 Jumlah Korban Meninggal Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan PPK Regional
40.00%
37.48%
35.00%
31.70%
30.52% 30.22%
30.00% 25.00% 20.00% 13.67%
15.00% 10.00% 5.00%
12.32% 10.96% 9.19% 8.70%
11.59%
10.67%
10.37% 8.74%
7.91%
7.43%
6.34%
0.94%
3.11% 1.45%
10.69% 10.22%
5.62% 2.37%
2.36% 1.63%
3.11% 1.87%
1.65%
0.07%
3.09% 1.81% 0.72%
1.48%
0.00%
2010
2011
2012
Untuk korban luka berat/dirawat inap, sebanyak 4 regional mengalami penurunan dibandingkan setahun sebelumnya, yaitu PPK Regional Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
Penurunan di PPK
Regional Jawa Tengah terlihat sangat drastis. Sedangkan untuk PPK Regional Sumatera Utara, penurunan jumlah korban tampak konsisten dari tahun 2010 hingga 2012. Peningkatan jumlah korban luka berat/dirawat inap terjadi di 3 PPK Regional yaitu
DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Kalimantan Selatan.
Lengkapnya dapat dilihat pada grafik 6.9.
Dalam hal jumlah pengungsian pada tahun 2012, sebanyak 6 PPK Regional menunjukkan penurunan dibandingkan 2 tahun sebelumnya.
Bahkan PPK
Regional Jawa Tengah tampak menurun dengan sangat signifikan. Hanya 1 PPK Regional yang menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2010
86
maupun 2010,
yaitu Sulawesi Utara.
Sedangkan 2 PPK Regional yaitu
Sumatera Utara dan Jawa Timur, mengalami penurunan dibandingkan salah satu tahun sebelumnya. Jelasnya dapat dilihat pada grafik 6.10.
Grafik 6.9 Jumlah Korban Luka Berat/Dirawat Inap Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan PPK Regional
40.00% 35.39%
35.00% 30.00%
28.19% 24.48%
24.21%
25.00%
19.48%
18.88%
20.00%
16.20%
15.00% 10.00% 5.00%
15.41%
12.91%
8.40% 6.72%
8.53%
8.98% 7.51%
2011 8.47% 6.33%
6.20% 4.58%
4.32%
3.93% 2.07% 0.83%
2010
12.32%
5.35%
3.29%
1.91% 0.49% 0.19%
1.40% 0.90%
1.46% 0.37%
0.32%
0.00%
87
2012
Grafik 6.10 Jumlah Pengungsi Akibat Krisis Kesehatan Tahun 2010 – 2012 Berdasarkan PPK Regional 69.61% 70.00% 63.37% 60.00%
50.00%
40.00%
35.49%
30.00%
2010 18.32%
17.69%
20.00% 11.85% 10.00%
5.69% 2.64%
2011
11.56% 5.93% 5.04% 1.27%
0.00%
1.90% 1.34% 1.07%
1.78%
0.19%
2012 7.29% 5.96%
6.07% 4.04% 0.00%
0.04%
1.60% 0.93% 0.00%
4.11% 2.37%
0.85%
6.19% 5.67% 0.14%
0.00%
88
6.2
Analisis Upaya yang Telah Dilakukan
Upaya penanggulangan krisis kesehatan tahun 2012 dilakukan di seluruh tahap yaitu pada pra krisis kesehatan, saat tanggap darurat maupun pasca krisis kesehatan. Berikut akan dibahas analisis per tahapan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan.
a. Upaya Pra Krisis Kesehatan Upaya pra krisis kesehatan Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 telah mencakup seluruh indikator kegiatan yaitu sebanyak 16 indikator, yang terdapat di Kepmenkes No. 876 tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain.
Tabel berikut adalah
pembahasan ke-16 indikator tersebut dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang tahun 2012. Tabel 6.2 Upaya Pra Krisis Kesehatan Tahun 2012 No
1
2
3
Upaya Pra Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006 Menyusun pedoman, protap dan juklak/juknis penanganan krisis dan masalah kesehatan lain (PKMKL) di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota Menyusun, mengembangkan sistem informasi dan komunikasi dalam PKMKL
Melakukan analisis risiko yang berdampak pada krisis dan masalah kesehatan lain.
Upaya Pra Krisis Kesehatan Tahun 2012 - Menyusun 13 produk kebijakan (pedoman dan modul) termasuk di antaranya Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan Bidang Kesehatan dan Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan (daftar pedoman ada tabel 4.1) . - Kerja sama dengan RAPI untuk Sistem Pelayan Informasi dan Komunikasi Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Masalah Kesehatan Lain. - Pemetaan Kesiapsiagaan 33 provinsi. - Penyusunan 6 renkon provinsi dan
89
No
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Upaya Pra Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006 Menyusun rencana-rencana PKMKL dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat. Memfasilitasi dan melaksanakan pertemuan koordinasi dan kemitraan lintas program/lintas
Melaksanakan pengembangan pendidikan dan pelatihan bagi petugas dan masyarakat (termasuk gladi) Melakukan pengembangan media penyebarluasan informasi PKMKL
Upaya Pra Krisis Kesehatan Tahun 2012 50 kabupaten.
- Melakukan 13 pertemuan koordinasi (kesiapsiagaan dan evaluasi tanggap darurat) melibatkan LP dan LS - Membuat 11 kerja sama dengan lintas sektor, lintas program serta LSM nasional dan internasional , antara lain sistem informasi, pelatihan, dukungan teknis dan manajemen Melakukan 19 jenis pelatihan (manajemen dan teknis)
- Mengirim bantuan alat pengolah data ke 45 kabupaten/kota rawan bencana. - Kerja sama dengan RAPI untuk sistem pelayan informasi dan komunikasi penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain - Pengembangan website Melakukan sosialisasi upaya Melalui media website dan pada saat PKMKL acara pelatihan maupun pertemuan koordinasi. Melakukan advokasi upaya Advokasi pada seluruh direktur PKMKL Poltekkes Kemenkes agar manajemen bencana masuk dalam kurikulum mata kuliah Poltekkes. Menyusun, mengembangkan Pembinaan PPK Regional dan Sub sistem manajemen untuk Regional, Dinkes Provinsi dan Dinkes PKMKL hingga ke tingkat desa Kabupaten/Kota termasuk di antaranya pembentukan TRC Mendorong terbentuknya unit kerja yang menangani masalah Keterangan : - PPK Regional dan Sub Regional kesehatan akibat bencana di telah dibentuk pada tahun 2006 setiap jenjang administrasi - Desa siaga terbentuk pada tahun Mendorong terbentuknya satgas 2006 Kesehatan dalam PKMKL di setiap jenjang administrasi 90
No
13
14 15
16
Upaya Pra Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006 Mendorong terbentuknya pusat pengendali operasional dalam PKMKL di tingkat provinsi dan kabupaten/kota Menyiapkan pusat-pusat regional PKMKL Mengadakan dan menyiagakan sumber daya
Mengembangkan sistem kewaspadaan dini.
Upaya Pra Krisis Kesehatan Tahun 2012
- -Mengirim bantuan emergency kit dan personal kit ke 45 kabupaten/kota rawan bencana. - Mengirim bantuan radio komunikasi ke 3 PPK Regional - Mengirim bantuan logistik lainnya seperti buffer stock MP ASI, dukungan paket individual kit dalam yankespro, dsb. - Mengalokasikan pembiayaan. - Menyiagakan tim kesehatan pada situasi khusus - Berperan dalam penanggulangan krisis kesehatan internasional Kerja sama dengan RAPI untuk Sistem Pelayan Informasi dan Komunikasi Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Masalah Kesehatan Lain. Keterangan : Kewaspadaan dini telah diimplementasikan melalui pemantauan harian serta Pemasangan alarm gempa di PPKK Kemenkes, PPK Reg Sumut , Sulsel, Sulut sejak tahun 2008. Kerjasama dengan BMKG untuk informasi gempa dan tsunami (Tsunami Early warning Sistem)
91
Sebagai tahapan rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 - 2014, maka
pada
tahun
2012
Kepala
PPKK
telah
menetapkan
target
45
kabupaten/kota rawan bencana yang harus memiliki kemampuan tanggap darurat dalam penanganan bencana sesuai indikator sebagai berikut : 1. Memiliki perlengkapan tanggap darurat yang terdiri dari emergency kit dan personal kit 2. Memiliki alat pengolah data yang terdiri dari laptop dan modem. 3. Memiliki SDM kesehatan yang terlatih dalam bidang : i. Manajemen bencana bidang kesehatan ii. Penyusunan rencana kontinjensi bidang kesehatan iii. Peningkatan kapasitas TRC dan Tim RHA di Daerah Rawan Bencana iv. Pengelolaan data dan informasi v. Penggunaan alat komunikasi bencana Proporsi pencapaian target kabupaten/kota rawan bencana tahun 2012 yang telah memiliki perlengkapan tanggap darurat serta alat pengolah data telah mencapai 100%.
Sedangkan untuk SDM Kesehatan yang terlatih, sebagian
besar target telah tercapai. Jelasnya sebagaimana grafik berikut ini.
Grafik 6.11 Proporsi Pencapaian Target Renstra Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2012
92
Proporsi 75% untuk kepemilikan SDM Kesehatan Terlatih, merupakan proporsi rata-rata dari pencapaian target 5 jenis pelatihan yang menjadi indikator. Bila dirinci, dari 5 jenis pelatihan tersebut, sebanyak 4 di antaranya telah dilatihkan pada lebih dari 70% kabupaten/kota target Renstra tahun 2012. Sedangkan 1 jenis pelatihan yaitu penyusunan rencana kontinjensi bidang kesehatan, pencapaiannya pada tahun 2012 ini sebesar 27%. Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 6.12. Grafik 6.12 Proporsi Pencapaian Target Renstra PKK tahun 2012 untuk SDM Kesehatan Terlatih
b. Upaya Tanggap darurat Upaya tanggap darurat Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 mencakup hampir seluruh indikator upaya yang terdapat di Kepmenkes No. 876 tahun 2006 yaitu sebanyak 7 dari 10 indikator. Beberapa indikator tidak langsung dilakukan oleh tingkat pusat melainkan oleh daerah yang terkena krisis kesehatan.
Sedangkan tingkat pusat melakukan supervisi dan dukungan
terhadap kegiatan tersebut. Tabel berikut adalah pembahasan ke-10 indikator tersebut dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang tahun 2012.
93
Tabel 6.3 Upaya Saat Tanggap Darurat Tahun 2012 No 1
2
3
4
Upaya Tanggap Darurat Sesuai Kepmenkes No. 876/2006 Menyusun rencana operasi dan melaksanakannya secara terpadu dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM, masyarakat dan mitra kerja Internasional. Melaksanakan pemulihan fasilitas dan penyediaan tenaga kesehatan dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat serta mitra kerja internasional agar dapat berfungsi kembali. Memobilisasi sumber daya, termasuk yang ada di pusat-pusat regional bila diperlukan Membantu pelaksanaan pencarian dan penyelamatan korban.
Upaya Saat Tanggap Darurat Tahun 2012 Rencana operasi disusun oleh wilayah yang menghadapi krisis kesehatan. Tim Pusat melakukan supervisi Mobilisasi SDM Kesehatan dan atau logistik dan atau dukungan dana operasional dan atau klaim RS untuk 31 daerah yang mengalami krisis kesehatan .
Penyelamatan korban dilakukan oleh tenaga kesehatan di wilayah yang mengalami krisis kesehatan. Tim Pusat melakukan dukungan. 5 Mengaktifkan pusat pengendali Pusat Pengendali Operasi sektor operasional PKMKL kesehatan berada Dinas Kesehatan wilayah terkena krisis kesehatan. 6 Melakukan penilaian cepat kesehatan Mengirim Tim dari PPKK, Lintas Program dan PPK Regional/Sub Regional untuk melakukan dukungan 7 Melakukan pelayanan kesehatan - Melakukan upaya pelayanan darurat kesehatan - Melakukan pelayanan gizi 8 Melakukan pelayanan kesehatan - Upaya penyediaan dan distribusi rujukan obat dan bekkes 9 Melakukan surveilans epidemiologi Melakukan upaya pengendalian penyakit potensial wabah dan faktor penyakit dan penyehatan risiko lingkungan 10 Monitoring evaluasi Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui pemantauan perkembangan kejadian berdasarkan data yang dikirim dari Dinas Kesehatan setempat.
94
Upaya tanggap darurat dilakukan oleh seluruh jajaran kesehatan dari tingkat kelurahan/desa, kecamatan, kab/kota, provinsi maupun pusat. Berbagai upaya dilakukan secara terintegrasi baik lintas program di jajaran kesehatan maupun lintas sektor. Kegiatan dilakukan oleh jajaran kesehatan di tingkat kab/kota, apabila diperlukan akan dibantu oleh sumberdaya yang ada ditingkat provinsi maupun tingkat pusat. Hal itu dilakukan berdasarkan besarnya dampak bencana maupun kemampuan wilayah setempat, sehingga memerlukan bantuan dari tingkat administrasi yang lebih tinggi. Pengiriman bantuan yang dilakukan oleh Kemeneterian Kesehatan secara umum yaitu pengiriman bantuan tenaga kesehatan, logistik kesehatan maupun dana. Berikut akan dianalisis lebih jauh mengenai pengiriman bantuan tersebut.
1. Pengiriman Bantuan Tenaga Kesehatan Berdasarkan data Bidang Pemantauan dan Informasi PPKK, dari 211 kejadian bencana yang terpantau, PPKK mengirimkan bantuan tenaga kesehatan pada 21 kejadian. Pengiriman bantuan tenaga kesehatan
dilakukan untuk
mendukung manajemen penanggulangan bencana maupun untuk membantu pelayanan kesehatan di lokasi bencana.
Grafik 6.13. Proporsi Bantuan Tim PPKK Saat Tanggap Darurat Terhadap Jumlah Krisis Kesehatan Tahun 2012
10%
90%
Pengiriman Bantuan Tim
95
Grafik 6.14 Frekuensi Mobilisasi Tim Kesehatan Saat Tanggap Darurat Berdasarkan Nama Unit di Kementerian Kesehatan yang Mengirimkan
Pada grafik dapat dilihat bahwa dari 211 kejadian yang terpantau oleh PPKK, sebanyak 10% yang memerlukan dukungan bantuan tenaga kesehatan yaitu berupa dukungan manajemen penanggulangan krisis kesehatan karena kejadian bencana reltif kecil dan dapat ditangani oleh Pemerintah setempat. Pengiriman bantuan tenaga kesehatan dapat dilakukan oleh PPKK
maupun
PPKK bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan dan Lintas Sektor. Lintas Program yang tercatat bersama-sama dengan PPKK mengirimkan bantuan tenaga kesehatan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana yaitu Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar dan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan.
96
Grafik 6.15 Frekuensi Mobilisasi Bantuan Tenaga Kesehatan Saat Tanggap Darurat oleh PPKK dan Lintas Program di Kementerian kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana
Pada grafik 6.15 dapat dilihat bahwa pengiriman bantuan tenaga kesehatan paling sering dilakukan pada kejadian bencana peningkatan aktivitas gunung sampai terjadinya erupsi. Selama tahun 2012 terdapat 6 gunung yang terpantau PPKK dan dilakukan pengiriman bantuan tenaga kesehatan kelokasi yaitu Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, Gunung Lokon di Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara, Gunung Dieng di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah, Gunung Gamalama di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara, Gunung Karangetang di Kabupaten Sitaro Provinsi Sulawesi Utara dan Gunung Ijen di Kabupaten Situbondo -
Kabupaten
Bondowoso – Kabupaten Banyuwangi.
2. Pengiriman Bantuan Logistik Kesehatan Salah satu bentuk bantuan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana adalah bantuan logistik kesehatan
diantaranya
seperti
obat-obatan,
MP
ASI,
alat
kesehatan,
perelengkapan bahan-bahan kesehatan lingkungan dan sebagainya.
Logistik
97
kesehatan yang diberikan disesuaiakan dengan kebutuhan upaya kesehatan dilokasi bencana. Permintaan kebutuhan logistik kesehatan ditujukan kepada lintas program melalui PPKK dalam meneruskan permintaan kebutuhan logistik kesehatan yang disebutkan,.
Grafik 6.16 Frekuensi Pengiriman Bantuan Logistik Kesehatan Saat Tanggap Darurat Tahun 2012 Berdasarkan Unit di Kemenkes yang Mengirimkan
Pada grafik 6.16 dapat dilihat bahwa pengiriman bantuan logistik kesehatan telah dilakukan oleh lintas program dilingkungan Kementerian Kesehatan. Pengiriman bantuan logistik kesehatan tersebut dapat dilakukan oleh masingmasing unit kerja,atau terkoordinir oleh PPKK.
3. Pengiriman Bantuan Dana Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Untuk mendukung upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, pada saat tanggap darurat PPKK Kementerian Kesehatan dapat memberikan bantuan dana berupa dana operasional. Bantuan dana operasional dapat diberikan apabila ada permintaan dari daerah yang mengalami krisis kesehatan akibat bencana. 98
Grafik 6.17 Proporsi Kejadian yang Diberi Bantuan Dana Operasional Dibandingkan Jumlah Kejadian Krisis Kesehatan
Pada grafik 6.17 dapat dilihat bahwa dari 211 kejadian krisis kesehatan yang terpantau oleh PPKK, terdapat 16 (7%) kejadian yang memerlukan bantuan dana operasional dengan kumulatif nominal Rp. 1.081.742.000. Hal itu disebabkan antara lain karena dampak kejadian krisis kesehatan yang terjadi selama tahun 2012 tidak terlalu besar, serta daerah setempat
mampu
menangani permasalahan kesehatan yang timbul.
c. Upaya Pasca Krisis Kesehatan Kegiatan pasca krisis kesehatan dilakukan oleh lintas program, lintas sektor maupun LSM. Namun data komprehensif hasil kegiatan pasca krisis kesehatan belum dapat dikumpulkan secara lengkap. Tabel berikut adalah pembahasan ke-14 indikator upaya penanggulangan krisis kesehatan sesuai Kepmenkes No. 876/2006 dibandingkan dengan upaya yang telah dilakukan sepanjang tahun 2012.
99
Tabel 6.4 Upaya Pasca Krisis Kesehatan Tahun 2012 No 1
2
3 4 5 6 7 8 9
Upaya Pasca Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006 Melaksanakan pemulihan kesehatan masyarakat dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat serta mitra kerja internasional Melaksanakan pemulihan fasilitas dan penyediaan tenaga kesehatan dengan melibatkan instansi terkait, pihak swasta, LSM dan masyarakat serta mitra kerja internasional agar dapat berfungsi kembali. Memberdayakan masyarakat dalam upaya pemulihan. Mengendalikan vektor dan penyakit berpotensial wabah Melakukan suveilans penyakit potensial wabah dan faktor risiko Memantau kualitas air bersih dan sanitasi Mengendalikan faktor risiko kesehatan Menanggulangi masalah kesehatan jiwa dan psikososial Melakukan analisis dampak kesehatan
10
Melaksanakan pelayanan Kespro
11 12
Melakukan perbaikan gizi masyarakat Melakukan upaya rehabilitasi medik
13
Melakukan upaya rekonstrusi sumber daya kesehatan
Upaya Pasca Krisis Kesehatan Tahun 2012 Tidak ada data
PPKK memberikan bantuan pembiayaan untuk pembelian alat kesehatan di RSUD Prov. NTB .
Upaya surveilans epidemiologi Upaya penyehatan lingkungan Upaya sanitasi dan pemeriksaan kualitas air bersih Tidak ada data Upaya kesehatan jiwa di pengungsian Gunung Lokon Analisis dampak kesehatan dilakukan oleh unit-unit teknis terkait di tingkat wilayah sesuai besaran bencana. PPKK melakukan penilaian kerusakan dan kerugian sektor kesehatan bersama BNPB untuk rehab rekon pasca letusan Gunung Merapi tahun 2010 Upaya pelayanan gizi Dalam bentuk dukungan pembiayaan yang dialokasikan dalam program Jamkesmas. -
100
No 14
Upaya Pasca Krisis Kesehatan Sesuai Kepmenkes No. 876/2006 Monitoring dan evaluasi
Upaya Pasca Krisis Kesehatan Tahun 2012 Evaluasi tanggap darurat banjir bandang di Kab. Gorontalo, gempa bumi di Prov. Bali, kebakaran RSUD Mataram dan banjir lahar dingin Gn. Merapi di Prov. DIY dan Jateng
* Keterangan : - , tidak ada data
101
98
BAB VII PERMASALAHAN
Permasalahan yang ditemui dalam melaksanakan upaya penanggulangan krisis kesehatan baik pada tahap pra krisis kesehatan, saat krisis kesehatan dan pasca krisis kesehatan berdasarkan kategori sumber daya manusia, manajemen, keuangan, sumber daya dan logistik). 1. Upaya Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan A. Tahap pra krisis kesehatan : a. Sumber Daya Manusia SDM kefarmasian masih ada masih banyak yang belum pernah mengikuti pelatihan pengelolaan obat bencana. b.
Manajemen 1. Kesulitan dalam merencanakan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan baik dalam jumlah maupun jenis. 2. Pembagian tugas dan tanggung jawab pengelolaan obat di daerah belum sepenunhnya dilaksanakan.
B. Tahap Krisis Kesehatan : a. Manajemen 1. Koordinasi dalam permintaan obat dan perbekalan kesehatan belum berjalan dengan baik. 2. Pelayanan kefarmasian hanya dilakukan di pelayanan kesehatan belum pada pelayanan di Instalasi Farmasi. 3. Pencatatan dan pelaporan belum berjalan dengan baik b. Sumber Daya dan Logistik 1. Penyediaan obat-obat spesialistik belum memadai 2. Sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan kefarmasian belum memadai.
c. Keuangan Biaya operasional pengelolaan obat tidak dianggarkan. C. Tahap Pasca Krisis Kesehatan a. Manajemen Kesulitan dalam inventarisasi sisa obat dan perbekalan kesehatan yang sudah tidak dalam kemasan yang utuh. b. Keuangan 1. Keterbatasan biaya operasional dalam penarikan obat dan perbekalan kesehatan yang sudah tidak dipakai. 2. Biaya pelaksanaan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan tidak ada
2. Upaya Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang A. Tahap Pra Krisis Kesehatan a. Manajemen 1. Belum adanya peta penyebaran vektor untuk semua wilayah endemis penyakit 2. Penggunaan insektisida dalam pengendalian vektor belum diatur secara konsisten 3. Mekanisme dan sistem penggunaan pestisida dan alat pengendalian vektor yang standar belum dilaksanakan di semua sektor yang terkait. 4. Permenkes Nomor 374/Menkes/Per/III/2010, masih belum disosialisasikan ke KKP, Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota dan BTKL. 5. Buku pedoman pengendalian vektor, masih ada beberapa kesalahan ketik dan perlu dilakukan revisi. 6. Kegiatan pengendalian vektor saat ini dilakukan oleh masing-masing program. 7. Intervensi vektor yang dilakukan masih belum optimal didukung dan memanfaatkan data dan informasi vektor.
b. Sumber daya dan logistik 1.
Keterbatasan sumber daya (tenaga dan logistik)
2.
Jumlah tenaga Entomologi Kesehatan di Subdit Pengendalian Vektor setiap tahun terus berkurang, sehingga baik secara kualitas maupun kuantitas jumlah tenaga tersebut masih kurang
3.
Beberapa instansi KKP dan BBTKL mempunyai sebagian alat perlengkapan pengendalian vektor, akan tetapi masih lebih banyak yang tidak memiliki peralatan tersebut termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.
4.
Usulan agar KKP dan semua BBTKL/BTKL termasuk dinas kesehatan Kabupaten dan Kota mempunyai alat Pengendalian Vektor sendiri sudah dilakukan, namun usulan tersebut belum bisa dilaksanakan secara optimal.
c. Keuangan Anggaran untuk kegiatan sub direktorat pengendalian vektor tahun ini sangat kurang bila dibandingkan dengan tanggungjawab yang harus dilakukan berhubungan dengan penyelenggaraan pengendalian vektor. B. Tahap Krisis Kesehatan Manajemen 1. Pada saat terjadi KLB untuk penyakit demam berdarah dengue, malaria dalam pengendalian vektor menggunakan bahan insektisida dengan pengadaan sendiri walaupun sebagian dari pengiriman pusat. Penggunaan bahan-bahan tersebut masih memakai bahan insektisida yang sudah resisten dan tidak efektif lagi. 2. Faktor risiko lingkungan yang memungkinkan tersebarluasnya jenis-jenis vektor. 3. Meningkatnya resistensi vektor terhadap insektisida.
3. Upaya Pelayanan Gizi a. Manajemen Masih ditemukan pendistribusian susu formula untuk bayi dibawah 6 bulan Dapur umum tidak menyediakan makanan bagi bayi dan balita Penerapan di lapangan yang belum sesuai dengan yang diharapkan b. Sumber daya dan logistik Saat kejadian bencana sering ditemukan makanan bantuan yang hampir mencapai masa kadaluarsa.
4. Upaya Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan A. Manajemen 1. Petugas kesehatan bidang PP dan PL di daerah yang terkena bencana masih mengalami hambatan baik koordinasi, sarana dan pra sarana 2. Surveilans penyakit bencana yang belum optimal dan tercatat dengan baik 3. Belum seluruh pedoman ditetapkan menjadi Permenkes B. Sumber Daya dan Logistik 1. Terbatasnya tenaga
PP dan PL di daerah (sanitarian, epidemiolog,
entomolog), termasuk masih kurangnya kapasitas petugas kesehatan dalam penanggulangan bidang PP dan PL 2. Terbatasnya ketersediaan logistik PP dan PL di pusat dan daerah 3. Atribut kesehatan petugas lapangan yang terbatas, sehingga sering dianggap sektor kesehatan belum melakukan upaya C. Keuangan 1. Keterbatasan biaya operasional untuk petugas penanggulangan bencana PP dan PL baik di pusat dan daerah 2. Keterbatasan handling cost
5. Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa A. Manajemen Dalam melakukan komunikasi (assessment dan intervensi) di Kab Sampang, tim mengalami kendala bahasa, karena banyak penyintas yang tidak bisa bahasa Indonesia B. Sumber daya dan Logistik Petugas siaga bencana di lapangan masih kurang memahami
materi
kesehatan jiwa pada situasi bencana seperti Psychological First Aid (PFA), diharapkan pelatihan kesehatan jiwa pada stuasi bencana ditambah, atau dapat integrasi materi kesehatan jiwa ke pelatihan TRC (Tim reaksi cepat) bencana yang diadakan oleh PPKK Kurangnya persediaan obat – obatan untuk kesehatan jiwa di Puskesmas setempat
6. Direktorat Bina Kesehatan Ibu A. Manajemen 1. PPAM kesehatan reproduksi belum menjadi prioritas dalam upaya penanggulangan bencana pada kelompok rentan. 2. Pedoman yang sekarang masih digunakan merupakan cetakan tahun 2003. Saat ini Direktorat Ibu sedang melakukan adaptasi modul PPAM dari IASC tahun 2010. Target selesai tahun 2013. 3. Penerapan di lapangan belum sesuai yang diharapkan. B. Sumber daya dan Logistik 1. Terbatasnya jumlah fasilitator yang masih aktif: perlu 3-4 orang per pelatihan. 2. Kesulitan dalam penyimpanan dan distribusi kit individual. 3. Kit Kespro dari UN yang sering tidak sesuai dengan kondisi lokal (ukuran).