TINJAUAN KELAYAKAN USAHA ANGKUTAN KOTA DI KOTAMADYA BANDUNG
TESIS MAGISTER
Oleh ACHMADANI ACHMAD NEW : 25098003
BIDANG KIIUSUS REKAYASA TRANSPORTASI PROGRAM STUDI TEKMK SIPII. PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2001
Dr. In Harun Al Ikas{yid, MSc,
Ir.Pamudii Widodo,MSc
TINJAUAN KELAYAKAN USAHA ANGKUTAN KOTA DI KOTAMADYA BANDUNG
ABSTRAK Pelayanan angkutan kota di Kotamadya Bandung pada saat ini memiliki 39 trayek dengan jumlah armada kurang lebih sebanyak 5404 kendaraan, ditambah lagi dengan angkutan kota yang terdaftar di Kabupaten Bandung yang beberapa rute operasinya melintasi wilayah Kotamadya Bandung. Di samping kenaikan harga suku cadang tiap tahunnya dan semakin banyaknya jumlah kendaraan yang beroperasi serta bertumpang - tindihnya beberapa trayek pada ruas-ruas jalan tertentu , semakin menyulitkan bagi pengusaha untuk menjalankan usahanya. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisa kelayakan usaha terhadap ke 3 (tiga) kelompok pengusaha yang menjalankan usahanya pada trayek gemuk, trayek kurus dan pengusaha yang menjalankan usahanya pada ke dua trayek tersebut. Penelitian dilakukan dengan jangka waktu selama 10 (sepuluh ) tahun dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2000. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kelompok pengusaha pada trayek gemuk mendapatkan margin paling besar kemudian pengusaha pada trayek gabungan dan yang terakhir pengusaha pada trayek kurus. Nilai ROI yang di capai pada tahun ke 10 usaha untuk trayek gemuk 100 %, trayek gabungan 80% sedangkan trayek kurus 32%. Dari analisa struktur biaya operasi kendaraan tanpa komponen bahan bakar didapatkan komponen suku cadang merupakan komponen biaya terbesar 28%, ban 24% , minyak pelumas 21%, perawatan 15% dan sisanya 12% komponen biaya tetap. Titik impas pada trayek gemuk tercapai pada tahun ke 2 usaha, untuk trayek gabungan titik impas tercapai pada tahun ke 3 usaha dan trayek kurus titik impas terjadi pada tahun ke 5 usaha.
REVIEW OF THE FEASIBILITY OF ANGKOT SERVICE IN KOTAMADYA BANDUNG ABSTRACT Angkot (i'ara transit) services in Kotamadya Bandung at this moment have 39 designated route with the amount about 5404 fleets, not including fleets registered in Kobupaten Bandung, which was some of the designated route past the Kotamadya area. Beside i e increasing cost of spare parts each year, there was so many public transport operated in the city of Bandung, and there some routes overlapped. This condition made it more difficult for the operator. In this research a feasibility study of public transport was carried out for three group of operators in three different routes, consisting profitable route, less profitable route and combine of profitable route and less profitable route or mixed route. Time horizon assumed to be 10 years periode starting 1990 to 2000. From the research, it was found that !he operators of profitable routes made the biggest profit, and the operators less profitable routes made less profit. After 10 years the operators of profitable routes reach Return On Investment (ROI) 100%, ,while the operators of mix route reach only 80% and operators of less profitable route reach 32%. From the operating cost analysis, not included fuel component it was, found that spare part contribute 28 %, tire 24% and lubricant oil about 21%, mainfenances 15%. The rest of them about 12% which is fixed cost component. The break event point in profitable route achieved in the second year , mixed route achieved in the third year and for less profitable route each achieved in the fifth year.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisa yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut I. Pendapatan rata-rata per kendaraan untuk masing -masing trayek yang di analisa mengalami kenaikan setiap tahunnya, untuk trayek gemuk pendapatan mengalami kenaikan sebesar 15% pertahunnya. Untuk trayek kurus pendapatan naik rata-rata sekitar 20% per tahunnya dan untuk trayek gabungan
pendapatan mengalami
kenaikan rata-rata sekitar 15% pertahunnya. Dan bila dibandingkan dari tahun pertama sampai tahun ke 10 pendapatan untuk semua trayek mengalami kenaikan sekitar 140%. 2. Untuk pengeluaran, untuk pembelian kendaraan secara tunai perubahan yang t.-rjadi dari tahun pertama ke tahun ke dua mengalami penurwian sekitar 75 % untuk trayek gemuk dan trayek kurus, serta 80% pz da trayek gabungan, dan untuk tahun selanjutnya pengeluaran mengalami kenaikan sekitar 2% pertahun untuk semua trayek. Untuk pembelian kendaraan secara kredit dengan uang muka 30%, pengeluaran mengalami kenaiakan sekitar 30% untuk trayek gemuk dan kurus, serta 22% untuk trayek gabungan. Setelah kendaraan limas pengeluaran turun sekitar 35% untuk trayek gemuk dan kurus dan 50% untuk trayek gabungan dan kemudian mengalami
kenaikan sekitar 2 % pertahun untuk semua trayek. Untuk kredit dengan uang muka 60% pengeluaran mengalami penurunan 40% dari tahun pertama ke tahun ke dua imthrk t ayek gemuk dan kurus dan 45% untuk tray:- gabungan, dan untuk selanjutnya pengeluarani naik sekitar 2% pertahunnya untuk semua tra.yek 3. Pada analisa komposisi komponen biaya terhadap biaya operasi kendaraan, komponen suku cadang merupakan komponen dengan kontribusi yang terbesar yaitu sekitar 28% kemudian disusul komponen ban sebesar 24%, komponen minyak pelumas 21%, komponen perawatan 15% dan yang terl:ecil adalah komponen biaya tetap
sekitar
12%.
Untuk trayek kurus semua komponen
kontribusinya sama hanya komponen perawatan kontribusinya sekitar 17% dan komponen biaya tetap sekitar 10%. 4. Untuk kajian terhadap kinerja finansial para pengusaha di tiga trayek dari analisa NPV dan IRR diperoleh hasil 'oahwa kajian investas'. untuk tiga trayek tersebut layak dengan nilai NPV dan IRR seper i tabel di bawah.
Untuk investasi pada ke tiga trayek ini, cap-,
pembelian kendaraan yang terbaik adalah dengan kredit dengan uang muka 30% atau dengan modal sendiri yang terkecil, hal ini terlihat dari nilai IRR yang terbesar bila dibandingkan dengan dua cara pembelian kendaraan yang lain. Pada tabel di bawah dapat dilihat nilai IRR pada trayek gemuk untuk pembelian kendaraannya secara kredit dengan uang muka 30% tidak didapat karena NPV pada kondisi tersebut setiap tahunnya selalu positif.
. . erg
via
inWIM
~i
6. Titik impas pada trayek gemuk dicapai pada tahun ke 2 usaha, titik impas pada trayek kurus dicapai pada tahun ke 5 usaha untuk cara pembelian kendaraan secara tunai dan tahun ke 6 usaha untuk pembelian kendaraan secara kredit. Sedang:Kan pada trayek gabungan titik impas tercapai pada tahwr ke 3 usaha untuk pembelian kendaraan secara tunai dan tahun ke 4 usaha untuk pernbelian kendaraan secara kredit. 7. Kesimpulan yang diperoleh sifatnya tidak berlaku umum, kesimpulan i ni hanya berlaku untuk pengoperasian angkot di Kotamadya Bandung. 6.2. Saran Berdasarkan analisa dan kesimpulan diatas, maka dirasa perlu unt,lh. mengajukan saran. 1. Untuk melakukan studi kelayakan usaha angkot di Kotamadya Bandung disarankan agar analisa yank, dilakukan dengan menggunakan kombinasi beberapa ke ndaraan yang berbeda merk dan tahun pembuatannya supaya hasil yang didapat semakin mendekati kondisi'yang sebenarnya. 2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih mewakili , perlu dilakukan survey dengan jumlah sampel yang lebih besar dan mepgumpulkan data biaya variabel terutama suku cadang kendaraan yang lebih mendetail. 3. Melakukan analisa dengan awal tahun investasi yang berbeda-beda agar dapat mengamati perubahan kinerja finansial pepgusaha pada beberapa tahun yang berbeda.