Prosiding SENATEK 2015 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto, 28 November 2015, ISBN 978-602-14355-0 -2
KAJIAN KELAYAKAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DI PURWOKERTO Juanita1, Tito Pinandita2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh Purwokerto, 53182. 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh Purwokerto, 53182. 1
1
Email:
[email protected] ABSTRAK
Pengoperasian angkutan umum sangat penting dalam usaha mengakomodir permintaan masyarakat untuk beraktifitas. Keseimbangan antara sediaan dan permintaan dalam pengoperasian angkutan umum merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam pelayanan angkutan umum. Kajian kelayakan trayek angkutan umum di Purwokerto digunakan metode break even, dimana terdapat titik impas antara pengeluaran biaya operasional kendaraan dengan pendapatan yang diterima. Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap angkutan kota di 29 trayek di Purwokerto, terdapat 11 trayek angkutan umum tidak layak artinya operator mengalami kerugian, sedangkan 18 trayek lainnya dinyatakan layak. Kata kunci: Kelayakan, trayek,angkutan umum PENDAHULUAN Rencana Umum Tata Ruang Kota Purwokerto, wilayah administrasi Kota Purwokerto terdiri dari Kecamatan Purwokerto Timur, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kecamatan Purwokerto Barat, dan Kecamatan Purwokerto Utara. Luas wilayah administrasi sebagai berikut : Kecamatan Purwokerto Timur seluas 841.91 Ha, Kecamatan Purwokerto Barat seluas 739.73 Ha, Kecamatan Purwokerto Utara seluas 901.39 Ha, Kecamatan Purwokerto Selatan seluas 1.375.31 Ha. Fungsi dan peranan kota Purwokerto dalam konstelasi regional terutama untuk kegiatan transportasi, komunikasi dan perdagangan adalah merupakan kota transit yang penting bagi kota Tegal dan Cilacap. Dimana kota Cilacap berpotensi sebagai pusat industri Jawa Tengah bagian Selatan dan Tegal di bagian Utara sehingga memberi peluang terhadap Purwokerto untuk tumbuh dan berkembang yang prospektif terhadap terjadinya pertukaran barang dan jasa.Angkutan umum dalam kota menyebar di 29 trayek yang beroperasi di seluruh jalan yang ada di Purwokerto. Angkutan umum melayani penduduk dengan angka kepadatan penduduk kota Purwokerto rata-rata sebesar 65 jiwa per hektar.(BPS Banyumas, 2014) Hasil penelitiandiketahui di Purwokerto terdapat klasifikasi kawasan berskala besar dan kelas analisis dampak lalu lintas kelas III dua perumahan, sedang dan kelas analisis dampak lalu lintas kelas II dua perumahan dan berskala kecil dan kelas analisis dampak lalu lintas kelas I satu perumahan. Tingkat bangkitan kendaraan yang dihasilkan setiap 100 m2 pada jam puncak Perum Griya Tegal Sari Indah sebesar 5 kendaraan, Perum Griya Satria Sumampir 2 kendaraan, Perum Purwokencana I dan II 5 kendaraan, Bumi Arca Indah 1 kendaraan dan Perum Teluk 7 kendaraan. (Juanita, Sulfah A, 2012).Karakteristik sosio ekonomi dua perumahan berdasarkan kendaraan yang dipergunakan untuk beraktivitas dari perumahan GTSI adalah menggunakan sepeda motor 77,8% sedangkan di Perumahan Teluk sepeda motor 62,2% dan mobil 26,7 %. Jumlah total anggota keluarga di perumahan GTSI sebagian besar 2 – 3 orang 85,8 % sedangkan di Perumahan Teluk total anggota keluarga sebagian besar 3 – 4 orang 74,5 %. Jumlah kepemilikan sepeda motor yang ada di Perumahan GTSI 1 sepeda motor per KK sebanyak 38,9 % dan yang mempunyai 2 kendaraan sebesar 34,4% sedangkan di Perumahan Teluk 1 sepeda motor per KK sebanyak 45,6 % dan yang mempunyai 2 kendaraan sebesar 43,3%.(Juanita, Sulfah A, 2013) Berdasarkan hal tersebut, tingginya pergerakan danpemicu permasalahan angkutan umum yang diakibatkan oleh penggunaan sebagian besar kendaraan pribadi, terdapat jumlah bangkitan pergerakan yang tinggi dan pengembangan kawasan yang besar, kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi serta penggunaan angkutan umum yang rendah, diperlukan analisis kelayakan trayek yang mementingkan kepentingan pemilik angkutan umum dan penumpang. Pemilik tidak merasa dirugikan dengan
50
Prosiding SENATEK 2015 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto, 28 November 2015, ISBN 978-602-14355-0 -2
pengeluaran biaya operasional kendaraan terhadap pendapatan yang diterima dari penetapan tarif, tetapi penumpang juga diuntungkan dengan pelayanan angkutan umum dengan jumlah armada yang optimal.
METODE PENELITIAN Metodologi yang dilakukan dalam kajian ini adalah : 1.
Survei pendahuluan dilakukan untuk mengindentifikasi metode survey yang akan dilakukan sehingga diperoleh data yang akurat, perancangan form survey, kebutuhan jumlah surveyor serta lokasi survey.
2.
Pengumpulan data, pengumpulan data berupa primer dan sekunder. Data primer meliputi jumlah turun naik penumpang dan biaya komponen operasional kendaraan. Data sekunder diantaranya daftar rute trayek dan jumlah armada operasi.
3.
Analisis break even point merupakan analisis yang menghubungkan biaya volume laba sebagai salah satu factor penting dalam pengambilan keputusan, karena adanya keterlibatan factor-faktor masukan, keluaran dan produksi barang/jasa serta penjualan. Faktor-faktor tersebut adalah biaya tetap, biaya variable, volume produksi, komposisi produk/jasa yang dijual dan harga jual. (Tamin dkk, 1999)
4.
Untuk menghitung Load Factor pada kondisi Break Even dipergunakan rumus : LFBE = (BOK/PD) x LF.....................................................................................(1) Sedangkan load factor dihitung dengan rumus : LF = (Pgz/Td)........................................................................................(2) Dimana : LFBE = Load Factor Break even BOK = Biaya operasional kendaraan PD = Pendapatan LF = Load Factor Pgz = Jumlah penumpang pada suatu zona Td = kapasitas angkot
5.
Penentuan jumlah penumpang dan pendapatan sebagai berikut : Jumlah penumpang ini diperoleh dari survei naik-turun penumpang dandihitung jumlahnya. Penentuan jumlah penumpang per kendaraan per zona Pgzona = Pg (z-1) + Pgn – Pgt...................................................................(3) Dimana : Pgzona = Jumlah penumpang per kendaraan per zona Pg (z-1) = Jumlah penumpang yang diangkut per kendaraan pada zona sebelumnya Pgn = Jumlah penumpang naik pada zona tersebut Pgt = Jumlah penumpang turun pada zona tersebut Pendapatan yang diperoleh berdasarkan pengoperasian kendaraan selama umur ekonomis kendaraan dihitung dengan : PDr = Pgr x Tr.....................................................................................(4) Dimana : PDr = Pendapatan per rit Pgr = Jumlah penumpang yang diangkut per rit
51
Prosiding SENATEK 2015 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto, 28 November 2015, ISBN 978-602-14355-0 -2
Tr = Tarif per penumpang
6.
Setelah dilakukan analisis akan ditarik kesimpulan mengenai kelayakan trayek angkutan umum di Purwokerto.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah penumpang Jumlah penumpang berdasarkan hasil survey dibagi kedalam 3 periode pagi, siang dan sore di 29 trayek, dibedakan atas penumpang umum dan penumpang pelajar. Jenis penumpang ini berhubungan dengan tarif yang diberlakukan. Survey dilakukan untuk satuan rit dengan periode pagi dilakukan mulai jam 06.30, siang jam 11.30 dan sore jam 14.30. Jumlah penumpang dimasing-masing trayek terdapat permintaan penumpang tinggi dan ada juga yang rendah seperti disajikan pada gambar .1.
Gambar .1. Jumlah penumpang di 29 trayek (Sumber : olah data, 2015) Jumlah armada operasi Jumlah armada operasi yang diperoleh dari koperasi angkutan kota Purwokerto disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Armada operasi angkutan kota Purwokerto Nama angkot Jumlah angkot tiap trayek Nama angkot Jumlah angkot tiap trayek Nama angkot Jumlah angkot tiap trayek Nama angkot Jumlah angkot tiap trayek
A1 20 D2 20 H1 5 K2 10
A2 20 E1 10 H2 5 L1 3
B1 30 E2 10 I1 10 L2 3
B2 30 F1 10 I2 10 M1 3
C1 10 F2 10 J1 5 M2 3
C2 10 G1 20 J2 5 N 4
D1 20 G2 20 K1 10 O1 10
O2 10
Sumber : Kopata Purwokerto, 2015
Biaya Operasional Kendaraan Biaya operasional kendaraan terdiri dari biaya operasi kendaraan yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
52
Prosiding SENATEK 2015 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto, 28 November 2015, ISBN 978-602-14355-0 -2
1.
Biaya Tetap, meliputi komponen-komponen biaya sebagai berikut : a)
2.
Biaya izin trayek, adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperpanjang masa berlakunya izin pengoperasian kendaraan pada suatu trayek tertentu b) Biaya kir adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan kelaikan kendaraan secara teknis agar memenuhi syarat untuk melakukan pergerakan / beroprasi di jalan raya. c) Biaya pajak kendaraan, adalah biaya pajak atas kepemilikan kendaraan yang dikeluarkan untuk memperpanjang masa berlakunya Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). d) Biaya penyusutan kendaraan, adalah biaya yang dikeluarkan atas penyusutan nilai ekonomis kendaraan akibat keausan teknis karena melakukan operasi e) Biaya organda, adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik kendaraan angkutan umum atas keterlibatannya sebagai anggota ORGANDA Purwokerto. f) Biaya asuransi jasa raharja, adalah biaya asuransi yang dikenakan kepada operator kendaraan angkutan umurn untuk menjamin resiko kecelakaan Yang mungkin terjadi terhadap penumpang umum yang diangkut kendaraan yang bersangkutan selama beroperasi. g) Biaya retribusi, adalah biaya yang dikeluarkan untuk dibayarkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Purwokerto, yang terdiri dari biaya retribusi kebersihan kota dan retribusi terminal. Biaya variabel, dalam penelitian ini biaya variabel operasi kendaraan meliputi komponen-komponen biaya sebagai berikut : a)
Biaya bahan bakar, adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar minyak (bensin) yang digunakan untuk mengoperasikan kendaraan. b) Biaya konsumsi pengemudi adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan makan dan minum pengemudi setiap hari dalam mengoperasikan kendaraan c) Biaya upah/gaji pengemudi, adalah sejumlah uang sebagai imbalan kerja pengemudi yang besarnya tergantung dari selisih pendapatan operasi per hari dikurangi seluruh biaya harian yang menjadi tanggungjawab pengemudi. d) Biaya pemakaian suku cadang,adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti suku cadang kendaraan yang tergolong cepat aus seperti : ban, olie, filter olie, busi, platina, kondensor, plat kopling, kanvas rem, (muka/belakang), dan accu/baterai. e) Biaya cuci kendaraan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membersihkan kendaraan setelah dioperasikan sehari-hari. Biaya operasional kendaraan yang dikeluarkan pemilik per tahun berdasarkan hitungan dirangkum dan disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Pengeluaran biaya operasional
Variabel BOK
Jumlah per tahun
A. Biaya tetap 1. Pajak & perijinan 2. Biaya supir 3. Biaya yang dikeluarkan sopir untuk koperasi dll 4. Biaya penyusutan Biaya Tidak Tetap 1. Biaya pelumas 2. Biaya ban 3. Biaya suku cadang 4. Biaya perawatan 5. Biaya Operasional Total BOK
Rp989.000 Rp18.650.000 Rp2.700.000 Rp1.072.043 Rp1.683.300 Rp700.000 Rp1.393.992 Rp1.000.000 Rp98.640.000 Rp126.828.334
Sumber : olah data, 2015 Pendapatan Pendapatan angkutan umum per trayek diperoleh dari tarif yang diberlakukan terhadap penumpang. Tarif untuk penumpang umum Rp 4000,- sedangkan pelajar Rp 2000,-. Sehingga diperoleh
53
Prosiding SENATEK 2015 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto, 28 November 2015, ISBN 978-602-14355-0 -2
pendapatan periode pagi, siang dan sore sesuai dengan jumlah penumpang yang diangkut yang disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Pendapatan di tiga periode tiap trayek (Sumber : olah data, 2015) Load Factor Berdasarkan jumlah penumpang yang diperoleh disetiap trayek yang tercantum dan kapasitas angkot 20 penumpang per rit maka load factor rata-rata dibandingkan dengan load factor break even pada tiap trayek disajikan gambar 2.
Gambar 2. Perbandingan Load factor (Sumber : olah data, 2015) Kelayakan trayek Kelayakan trayek angkutan umum berdasarkan metode break even point ditinjau dari nilai break even rata-rata dan load factor rata-rata yang diperoleh diketahui bahwa 11 trayek tidak layak dalam arti operator mengalami kerugian karena pendapatan tidak bisa menutup pengeluaran biaya operasional kendaraan. Trayek yang merugi diantaranya trayek A1, C2, E2, F1, H1, I1, I2, J1, L1, L2, N sedangkan 18 trayek lainnya dianggap layak.
54
Prosiding SENATEK 2015 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto, 28 November 2015, ISBN 978-602-14355-0 -2
KESIMPULAN Hasil analisis disimpulkan bahwa kelayakan trayek angkutan umum di 11 trayek tidak layak dalam arti operator mengalami kerugian karena pendapatan tidak bisa menutup pengeluaran biaya operasional kendaraan, sedangkan 18 trayek lainnya dianggap layak.
DAFTAR PUSTAKA Pemerintah Kabupaten Banyumas, Evaluasi dan Revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota Purwokerto, 2001 Badan Pusat Statistik, Kecamatan Purwokerto Barat dalam Angka 2014, BPS, Kabupaten Banyumas Badan Pusat Statistik, Kecamatan Purwokerto Timur dalam Angka 2014, BPS, Kabupaten Banyumas Badan Pusat Statistik, Kecamatan Purwokerto Utara dalam Angka 2014, BPS, Kabupaten Banyumas Badan Pusat Statistik, Kecamatan Purwokerto Selatan dalam Angka 2014, BPS, Kabupaten Banyumas Juanita, Sulfah A, 2012, Analisis Pembangunan Perumahan Di Purwokerto Terhadap Dampak Lalulintas, Penelitian, DIKTI, Purwokerto Juanita, Sulfah A, 2013,Analisis Bangkitan Pergerakan Perumahan Di Purwokerto Berdasarkan Sosio Ekonomi, Penelitian, LPPM UMP, Purwokerto Tamin, O.Z. Aine Kusumawati, Ari S.Munandar, 1999, Optimasi Jumlah Armada Angkutan Umum dengan Metode Pertukaran Trayek (Studi Kasus DKI Jakarta), ITB, Bandung. Tamin, O.Z., 1998, Pemodelan Optimasi Jumlah Armada dan Tarif Angkutan Kota di Kotamadya Bandung, Penelitian, ITB, Bandung.
55