ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG OLEH YANSHEN M SITANGGANG 200110080081
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
Hasil dan Pembahasan • Keadaan Umum Lokasi Penelitian • Sejarah RPH Ciroyom 1906 oleh Haminte Kota Bandung
2000 sampai sekarang Dinas Pertanian
1933 dibangun RPH Ciroyom
1942-1945 Balatentara
1975 Dinas Kesehatan Hewan & Peternakan
1966 Dinas Kehewanan
• Tenaga Kerja = 2 orang
1. Persyaratan Lokasi • Lokasi RPB Ciroyom tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan atau Bagian Wilayah Kota ( RBWK). • Tidak berada di daerah padat penduduk dan rawan banjir. • Memiliki lahan yang luas untuk pengembangan. • Lokasi RPB Ciroyom sudah sesuai dengan SNI
2. Persyaratan Sarana. • Memiliki jalan akses yang mudah dilewati kendaraan. • Sumber air dan listirk yang tersedia sudah cukup. • Memiliki sumber air panas untuk perontokan bulu • Persyaratan sarana RPB Ciroyom sudah sesuai dengan SNI
3. Persyaratan bangunan dan tata letak. • Memiiki 5 bangunan utama namun beberapa bangunan tidak difungsikan lagi. • Bangunan untuk sarana kebersihan karyawan tidak tersedia. • Menurut SNI semua bangunan utama harus dimiliki oleh RPB dan dipergunakan dengan baik.
4. Persyaratan peralatan • Sarana peralatan pemotongan menggunakan peralatan milik karyawan dari pengusaha babi. • Sarana peralatan lain yang tersedia merupakan peninggalan Belanda • Perlengkapan standar karyawan belum tersedia. • Persyaratan peralatan belum sesuai dengan SNI karena seluruh peralatan seharusnya dimiliki RPB Ciroyom .
5. Persyaratan higiene karyawan. • Tidak adanya peraturan terhadap petugas dan pengunjung yang datang agar sanitasi dan higiene RPB tetap terjaga. • Hal ini bertentangan dengan SNI dimana seharusnya ada peraturan yang mengatur izin kunjungan ke RPB Ciroyom sehingga tidak pengunjung tidak bebas keluar masuk bangunan utama.
6. Pengawasan kesehatan masyarakat Veteriner • Pengawasan serta pemeriksaan antemortem sampai postmortem dilakukan oleh petugas yang ahli namun bukan seorang dokter. • Menurut SNI pengawas kesehatan adalah seorang dokter hewan ataupun seorang yang tenaga ahli.
7. Kendaraan pengangkut daging • RPB Ciroyom belum memiliki kendaraan pengangkut daging sendiri. • Pengangkutan daging dilakukan oleh pengusaha daging babi menggunakan kendaraanya sendiri.
8. Persyaratan ruang pendingin/pelayuan • RPB Ciroyom saat ini sudah memiliki ruang pendingin/pelayuan di dalam bangunan pemotongan, namun tidak difungsikan dengan benar karena permintaan konsumen yang mengiginkan daging segar
9. Persyaratan ruang pembeku. • Ruang pembeku daging saat ini tidak dimiliki RPB Ciroyom. • Ruang pembeku biasanya digunakan untuk RPH tipe A dan tipe B sehingga penggunaan ruang pembeku pada RPB yang bertipe D dinilai tidak efektif.
10. Persyaratan ruang pembagian karkas dan pengemasan daging. • Ruang pembagian karkas dan pengemasan RPB Ciroyom sudah ada sejak jaman Belanda. namun tidak dipergunakan dimana pembagian karkas dilakukan di ruang pemotongan. • Menurut SNI pembagian karkas harus dilakukan di daerah bersih berdekatan dengan ruang pendinginan.
11. laboratorium. • Laboratorium khusus daging babi belum dimilkii RPB Ciroyom. • Menurut SNII sebuah RPB harus memiliki laboratorium sederhana.
Analisis Kelayakan Finansial A. Pengeluaran (biaya) • Biaya Tetap Tambahan (incremental fixed cost) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk penyesuaian RPB Ciroyom dengan SNI. Biaya penambahan bangunan, biaya penambahan peralatan dan biaya penambahan sarana pelengkap lainya.
Tabel 1. asumsi incremental fixed cost Uraian
Satuan
Tempat istirahat karyawan Kursi + meja istirahat
Meter
4X4
2.000.000
Biaya (RP) 32.000.000
Paket
2
2.000.000
4.000.000
Loker karyawan
Paket
3
1.600.000
4.800.000
Kamar mandi
Meter
2 (2x2)
2.000.000
16.000.000
Closet jongkok
Buah
2
145.000
290.000
Wastafel
Buah
2
200.000
400.000
Pembuatan kompos
Unit
2
1.000.000
2.000.000
Pembuatan rumah jaga Pembuatan laboratorium Microskop
Meter
8
2.000.000
16.000.000
Meter
2x3
3.000.000
18.000.000
Buah
2
2.000.000
4.000.000
TOTAL
kebutuhan
Harga satuan (Rp)
97.490.000
• Biaya Operasional Tambahan (incremental variable cost) Biaya Operasional Tambahan adalah biaya operasional yang diperlukan untuk melakukan pengembangan RPB.
Tabel 2. incremental variabel cost A Uraian
Satuan
Kebutuhan /bulan
harga satuan (Rp)
Biaya (Rp)
Karyawan −ahli
Orang
6
3.000.000
18.000.000
−biasa
Orang
4
1.271.000
5.084.000
−pengawas
Orang
2
3.200.000
6.400.000
Orang
3
1.000.000
3.000.000
1
1.000.000
1.000.000
Satpam Operasional laboratorium Solar
-insenerator
Liter
1.200
10.500
12.600.000
-pembakaran air panas
Liter
1.800
10.500
18.900.000
Sabun
Bungkus
20
3.000
60.000
Wipol
Buah
10
8.000
80.000
Total
65.124.000
Sub Total 1 tahun
781.488.000
B Uraian
satuan
Kebutuhan /tahun
harga satuan (Rp)
Biaya (Rp)
Peralatan −palu
Buah
2
200.000
400.000
−pisau sembelih
Buah
10
50.000
500.000
−kampak
Buah
2
100.000
200.000
Buah
10
100.000
1.000.000
Seragam karyawan
Buah
10
200.000
2.000.000
Sepatu boat
Buah
10
100.000
1.000.000
Perawatan alat
triwulan
3
1.000.000
3.000.000
-pengasah pisau
Sub Total TOTAL A+B
8.100.000 789.588.000
B. Pendapatan (benefit) • Pendapatan Sebelum Pengembangan Pendapatan sebelum pengembangan berasal dari besarnya tarif jasa pemotongan yang dibebankan kepada konsumen pemotongan sebesar Rp18.250 dengan rincian antara lain izin pemotongan Rp2.500, sewa kandang Rp750 dan biaya pemotongan Rp15.000.
Tabel 3. pendapatan sebelum pengembangan Bulan
Jumlah Hari
Pemotongan
Januari
30
31
Februari
28
30
Maret
31
30
April
30
30
Mei
31
30
Juni
30
30
Juli
31
30
Agustus
31
30
September
30
30
Oktober
31
30
November
30
30
Desember
31
30
Total
Total pemotongan
930 840 930 900 930 900 930 930 900 930 900 930 10.950
Tarif pemotongan 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250 18.250
Total pendapatan
16.972.500 15.330.000 16.972.500 16.425.000 16.972.500 16.425.000 16.972.500 16.972.500 16.425.000 16.972.500 16.425.000 16.972.500 199.837.500
• Perhitungan Biaya Minimal Pemotongan. Biaya minimal pemotongan merupakan penyesusaian biaya pemotongan agar pengembangan usaha tidak mengalami kerugian. Besarnya biaya minimal pemotogan mengggunakan perhitungan Break Even Point sehingga diperoleh hasil biaya minimal pemotongan Rp73.000/ekor.
• Pendapatan Tambahan (Incremental Benefit) Pendapatan tambahan merupakan pendapatan yang diperoleh setelah adanya penyesuaian tarif pemotongan. Jumlah tarif pemotongan diperoleh dari penambahan biaya minimal pemotongan dengan sewa kandang, dan izin pemotongan usaha yaitu Rp73.000 +Rp 750 + Rp2.500 menjadi Rp 76.250 tiap ekor
Tabel 4. incremental benefit tahun I Bulan
Jumlah Hari
Pemotongan
Total pemotongan
Tarif pengembangan
Total pendapatan
Januari
31
30
930
0
0
Februari
28
30
840
76.250
64.050.000
Maret
31
30
930
76.250
70.912.500
April
30
30
900
76.250
68.625,000
Mei
31
30
930
76.250
70.912.500
Juni
30
30
900
76.250
68.625.000
Juli
31
30
930
76.250
70.912.500
Agustus
31
30
930
76.250
70.912.500
September
30
30
900
76.250
68.625.000
Oktober
31
30
930
76.250
70.912.500
November
30
30
900
76.250
68.625.000
Desember
31
30
930
76.250
70.912.500
TOTAL
10.950
764.025.000
• Pada bulan pertama masih menggunakan tarif pemotongan lama sebelum pengembangan karena dibulan pertama sedang terjadi pembangunan investasi sehingga tidak ada benefit tambahan pada bulan pertama. • Penggunaan tarif pengembangan dimulai dari bulan kedua dalam tahun pertama.
Tabel 5 incremental benefit tahun II Bulan
Jumlah Hari
Pemotongan
Total pemotongan
Biaya pemotongan
Total pendapatan
Januari
31
30
930
76.250
70.912.500
Februari
28
30
840
76.250
64.050.000
Maret
31
30
930
76.250
70.912.500
April
30
30
900
76.250
68.625,000
Mei
31
30
930
76.250
70.912.500
Juni
30
30
900
76.250
68.625.000
Juli
31
30
930
76.250
70.912.500
Agustus
31
30
930
76.250
70.912.500
September
30
30
900
76.250
68.625.000
Oktober
31
30
930
76.250
70.912.500
November
30
30
900
76.250
68.625.000
Desember
31
30
930
76.250
70.912.500
TOTAL
10.950
834.937.500
• Pada tahun ke-2 incremental benefit sudah menggunakan tarif pengembangan. • Asumsi pada tahun ke-3 sampai tahun ke10 memiliki total incremental benefit yang sama dengan tahun ke-2 karena jumlah pemotongan dan tarif pemotongan yang sama dengan tahun ke-2.
C. Performa investasi • Kelayakan finansial yang ditinjau dari performa investasi dapat diketahui melalui perhitungan BCR, NPV dan IRR • Tabel 5.performa investasi Uraian
Sebelum Pengembangan Rp 18.250
Pengembangan Rp 76.250
BCR
0,24
1,02
NPV
-3.712.388.796
116.697.137
IRR
0
26,8%
D. Performa Keuangan • Kelayakan finansial yang ditinjau dari performa keuangan dapat diketahui melalui proyeksi arus kas (cash flow). • Hasil proyeksi performa keuangan pada menunjukkan bahwa usaha pengembangan RPB Ciroyom layak dilakukan karena saldo kas akhir tahun proyek bernilai positif yaitu Rp 230.092.500
Perhitungan cashflow 0 A.INFLOW
B.OUTFLOW
1
T A H N U 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rp (62,053,000) Rp (34,703,500) Rp (6,354,000) Rp 22,995,500 Rp 53,345,000 Rp 84,694,500 Rp117,044,000 Rp150,393,500 Rp184,743,000
saldo awal tahun modal pinjaman pendapatan
Rp 100,000,000 Rp (17,490,000) Rp 764,025,000 Rp 834,937,500 Rp 834,937,500 Rp 834,937,500 Rp 834,937,500 Rp 834,937,500 Rp 834,937,500 Rp834,937,500 Rp834,937,500 Rp834,937,500
TOTAL A
Rp 100,000,000.00 Rp 746,535,000 Rp 772,884,500 Rp 800,234,000 Rp 828,583,500 Rp 857,933,000 Rp 888,282,500 Rp 919,632,000 Rp951,981,500 Rp985,331,000 Rp1,019,680,500
incremental fixed cost incremental variabel cost bunga pinjaman (10%) cicilan pinjaman 10 tahun TOTAL B
Rp 97,490,000 Rp 789,588,000 Rp 10,000,000.00 Rp 9,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 117,490,000 Rp 808,588,000
Rp 789,588,000 Rp 8,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 807,588,000
Rp 789,588,000 Rp 7,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 806,588,000
Rp Rp Rp Rp
789,588,000 6,000,000.00 10,000,000.00 805,588,000
Rp 789,588,000 Rp 5,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 804,588,000
Rp 789,588,000 Rp 4,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 803,588,000
Rp 789,588,000 Rp 3,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 802,588,000
Rp 789,588,000 Rp 2,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 801,588,000
Rp Rp Rp Rp
789,588,000 1,000,000.00 10,000,000.00 800,588,000
Rp 789,588,000 Rp Rp Rp 789,588,000
C.SALDO AKHIR TOTAL A-TOTAL B Rp (17,490,000.00) Rp (62,053,000) Rp (34,703,500) Rp (6,354,000) Rp 22,995,500 Rp 53,345,000 Rp 84,694,500 Rp 117,044,000 Rp 150,393,500 Rp 184,743,000 Rp 230,092,500 TAHUN
KESIMPULAN DAN SARAN • Kesimpulan
a) RPB Ciroyom secara teknis belum sesuai dengan Standar Nasional Indonesia karena sarana dan prasarana yang belum lengkap dan tidak difungsikannya sebagian peralatan. b) Usaha pengembangan Rumah Pemotongan Babi Ciroyom agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 016159-1999) secara finansial layak dilakukan dengan adanya penyesuaian tarif pemotongan.
• Saran a)
RPB Ciroyom harus melakukan penyesuaian dengan SNI karena fungsinya sebagai sarana pelayanan masyarakat yang harus menjamin kesehatan masyarakat veteriner
b)
Pengembangan RPB Ciroyom secara finansial harus disesuaikan dengan peningkatan biaya pemotongannya
Proses pemotongan babi
Sekian dan Terima Kasih