TINGKAT STRES PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM DI MAJAPAHIT WOUND CARE CENTRE MOJOKERTO MOH. SYIBRO MULIS 1212010023 SUBJECT Ulkus diabetikum, Tingkat stres DESCRIPTION Pasien yang mengalami ulkus diabetikum rentan terhadap stres. Perubahan dalam kehidupan pasien yang mengalami ulkus diabetikum merupakan salah satu pemicu terjadinya stres. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat stres pada pasien ulkus diabetikum di Majapahit Woundcare Centre Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Variabelnya adalah tingkat stres pada pasien ulkus diabetikum di Majapahit Woundcare Centre. Populasinya adalah pasien yang menjalani perawatan luka ulkus diabetikum Di Majapahit Woundcare Centre sebanyak 6 pasien. Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan total sampling. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan Instrument Stres Questionnaires Of Departement Of Mental Health Thailand. Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa deskriptif yang disajikan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan pasien yang mengalami stres normal sebanyak 5 responden (83,3%) dan 1 responden (16,7%) yang mengalami stres yang sangat berat. Dari hasil penelitian ini Sebagian besar pasien yang menjalani perawatan di Majapahit Woundcare Centre mengalami stres normal. Stres menjadi perhatian penting bagi perawat karena hal ini menjadi suatu acuan keberhasilan dari suatu tindakan keperawatan khususnya pada pasien yang menjalani perawatan ulkus diabetikum. Bagi Responden diharapkan mampu mempertahankan mekanisme koping yang sudah baik saat mengalami ulkus diabetikum untuk menghindari terjadinya stres dan meningkatkan kualitas hidup pasien ulkus diabetikum.
ABSTRACT Patients who experience diabetic ulcers are prone to stress. Changes in the lives of patients with diabetic ulcers is one of the triggers of stress. The purpose of this study was to determine the level of stress in patients with diabetic ulcers at Majapahit Woundcare Centre The type of this research is descriptive. The variable was the level of stress in patients with diabetic ulcers at Majapahit Woundcare Centre. The population was the patients undergoing diabetic ulcer wound care at Majapahit Woundcare Centre as many as 6 patients. Sampling technique in this study used total sampling. Data was collected by using Stress Questionnaire Instrument of Department of Mental Health of Thailand. Data analysis in this study used descriptive analysis presented by using frequency distribution table. The result suggests that patients who had normal stress were as many as 5
respondents (83.3%) and 1 of the respondents (16.7%) experienced severe stress. From the results of this study, the majority of patients who undergo treatment at Majapahit Woundcare Centre experienced normal stress. Stress is an important concern for nurses because it is a benchmark of success of nursing action, especially in patients undergoing treatment for diabetic ulcers. Respondents are expected to maintain coping mechanisms that have been good while experiencing diabetic ulcers to avoid stress and improve the quality of life of patients with diabetic ulcers. Key words : Diabetic Ulcer, Stress Level Contributor Date Type Material Edentifier Right Summary
: 1. Budi Prasetyo, M.Kep.,Ns. : 2. Dr. Nurwidji.,MHA,.MSI : 30 Juli 2015 : Laporan Penelitian : : Open Document :
Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (WHO, 2008). International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2011 jumlah penderita diabetes melitus sekitar 366 juta, dan perkiraan penderita diabetes pada tahun 2030 akan mencapai 552 juta orang. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita terbesar ke 4 di dunia (8,7 juta orang) setelah India, Cina dan amerika serikat (WHO, 2008). Pada tahun 2007 jumlah penderita diabetes melitus menduduki urutan ke 1 dari keseluruhan pasien penyakit dalam (Depkes, 2008). Salah satu komplikasi diabetes melitus adalah ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai kematian jaringan setempat karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vascular insusifiensi dan lebih lanjut terdapat luka penderita DM yang sering tidak dirasakan dan dapat berkembang menjadi infeksi (Ford et al, 2007). Proporsi ulkus diabetikum berdasarkan klasifikasi wagner stadium 3-4 mencapai 7,46% dibanding dengan stadium 1-2 yang hanya mencapai 25,4%. Ulkus diabetikum merupakan penyebab pertama terjadinya tindakan amputasi ekstremitas bawah, semakin tinggi derajat ulkus semakin tinggi resiko amputasi (Muliawan dkk, 2005). Seiring meningkatnya angka kejadian ulkus diabetikum di indonesia, banyak perawat yang menekuni bidang perawatan luka dan mendirikan tempat praktek perawatan luka, dari data Wocare Bogor didapatkan data lulusan sertifikasi perawatan luka seluruh indonesia kurang lebih 4.000 orang dan yang sudah membuka praktek mandiri kurang lebih 300 orang. Pasien yang mengalami ulkus diabetikum rentan terhadap stress, Perubahan dalam kehidupan pasien yang mengalami ulkus diabetikum merupakan salah satu
pemicu terjadinya stres, perubahan tersebut dapat menjadi variabel yang diidentifikasi sebagai stressor (Rasmun, 2004). Ketakutan terancam terjadi amputasi mampu memicu stres pada pasien ulkus diabetikum, untuk mencegah terjadinya ulkus diabetikum yang menyebabkan amputasi, pasien menjalani perawatan luka yang tepat. Dari segi ekonomi, biaya perawatan yang mahal menjadikan salah satu stressor pada pasien ulkus diabetikum. Penelitian ini oleh Iversen et al., (2009) menyimpulkan pasien ulkus diabetikum tidak mempunyai persepsi sehat dan kondisi psikologis yang baik. Vileikyte, et al. (2009) yang menyimpulkan pasien ulkus diabetikum itu sendiri adalah neuropati sebagai salah satu komplikasi DM, kondisi ini yang menyebabkan rasa sakit dan membuat keadaan tidak nyaman (unsteadiness) sehingga membuat menurunnya persepsi diri karena tidak mampu untuk menjalankan peran sosial sebagaimana biasanya. Stres yang berkelanjutan dapat menimbulkan gangguan mental yang disebut depresi, sehingga pasien yang menjalani perawatan ulkus diabetikum tidak hanya pada tingkat stres, tapi mencapai tingkat depresi. Timbulnya respon psikologis depresi yang dialami pasien ulkus diabetikum dibuktikan dari sebuah penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Ningsih (2008) tentang pengalaman psikososial pasien ulkus diabetikum. Hasil penelitian tersebut menggambarkan pasien ulkus diabetikum cenderung mengalami depresi yang ditandai dengan sikap ketakutan, tidak berdaya, menjadi beban keluarga, dan menyalahkan diri sendiri. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25 Juli 2015 di Majapahit Wound Care Centre didapatkan jumlah pasien sebanyak 6 orang, 2 orang diantaranya mengatakan stres karena takut bagian dari tubuhnya yang mengalami ulkus diabetikum akan diamputasi, 1 orang mengatakan menerima lukanya dan berharap untuk segera sembuh. Stres harusnya menjadi perhatian penting oleh perawat profesional karena hal ini menjadi suatu acuan keberhasilan dari suatu tindakan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi kesehatan yang paling sering dan paling lama berinteraksi dengan pasien sangat berperan dalam membantu pasien meningkatkan daya adaptasi terhadap perubahan yang dialami, serta mengelola permasalahan yang muncul agar pasien tetap hidup dan sehat (Anderson, 1999). Berdasarkan uraian dan fenomena diatas tentang tingginya prevalensi penyakit Diabetes Melitus, kejadian stres yang banyak dialami oleh pasien yang menjalani perawatan ulkus diabetikum dan pentingnya perawat dalam memperhatikan kejadian stres pada pasien yang menderita Diabetes Melitus, maka dari itu Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul tingkat stres pada pasien ulkus diabetikum. Metodologi Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini yaitu tingkat stres pada pasien ulkus diabetikum. Populasi penelitian ini adalah pasien yang menjalani perawatan ulkus diabetikum di Majapahit Wound Care Centre Mojokerto sebanyak 6 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total sampling. Pengambilan data dilakukan di Majapahit Wound Care Centre Mojokerto pada tanggal 27 – 28 juli 2015. Pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat stres normal sebanyak 5 orang (83,3 %), meskipun terdapat responden yang mengalami tingkat stres sangat berat sebanyak 1 orang (16,7 %). Hasil ini menunjukkan perubahan yang terjadi pada pasien ulkus mengalami stres, hasil ini sesuai dengan penelitian Rasmun (2004) yang mengatakan perubahan dalam kehidupan pasien merupakan salah satu pemicu terjadinya stres, perubahan tersebut dapat menjadi variabel yang diidentifikasi sebagai stressor. Tetapi stres yang mereka alami sangat bervariasi sesuai dengan faktor yang mereka alami. Dari responden yang mengalami stres normal memiliki respon yang berbeda beda. Saat dilakukan wawancara pada responden nomer 1 dan 2, mereka memiliki respon yang baik saat mengalami luka ulkus diabetikum. Responden mengatakan sangat bersyukur karena lukanya sudah mulai menutup yang dari awal responden sempat tidak yakin akan sembuh dan ada perasaan takut gagal dalam proses perawatan yang dijalaninya, responden juga mengatakan saat ini masih sering mengalami susah tidur dan terkadang cemas memikirkan lukanya tetapi tidak seperti dulu sebelum dirawat di Majapahit Wound Care Centre, karena Majapahit Wound Care Centre menerapkan perawatan luka dengan menggunakan metode modern dressing / balutan modern dengan basis ilmu terkini atau yang disebut dengan Evidence Based Practice yang bertujuan untuk mempercepat penyembuhan luka. Stres memiliki beberapa tahapan, mulai tahap 1 hingga tahap ke 6. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang, hal tersebut karena cadangan makanan tidak memadai (Hawari, 2001). Hasil wawancara dari 2 orang responden ini menunjukkan bahwa kedua responden ini mengalami stres ringan pada stres tahap kedua. Dan kedua responden ini memiliki koping yang baik dalam mengahadapi stres pada saat mengalami ulkus diabetikum. Responden nomer 3 juga memiliki respon yang baik walaupun luka ulkus yang dialami cukup mengkhawatirkan karena jari kakinya yang hampir putus, tapi responden ini mempunyai keyakinan bahwa lukanya akan sembuh walaupun sering memikirkan penyakitnya, sehingga sering insomnia, mudah capek tapi semangat untuk sembuh sangat luar biasa, ditambah perawat yang ada di majapahit wound care centre sangat ramah dan sopan karena pelayanan menggunakan 5S (salam, sapa, senyum, sopan, santun) sehingga responden merasa nyaman ketika melakukan perawatan. Responden ini juga mengatakan setiap penyakit pasti akan sembuh dengan izin Allah SWT. Mendekatkan diri kepada Tuhan dapat memberikan ketenangan kepada orang itu sendiri. Sehingga cara ini dapat dijadikan usaha yang tepat untuk mengurangi stres (Atawater, 1963 dalam Hawari, 2010). Responden nomer 4 adalah responden yang baru menjalani perawatan di Majapahit Wound Care Centre, tetapi memiliki respon yang baik terhadap penyakit yang dialaminya hanya memiliki keluhan susah tidur pada saat malam hari, dan berpikir bahwa penyakitnya ini akan susah disembuhkan. Awalnya responden ini di rawat di Majapahit Wound Care Centre, karena ingin lekas
sembuh, responden ini pernah melakukan operasi dirumah sakit akan tetapi setelah dioperasi lukanya bukan membaik tetapi semakin parah, responden kembali ke Majapahit Wound Care Centre, dan diberikan konseling tentang penyakit yang dialami, proses penyembuhan luka dan penatalaksanaan diit pada ulkus diabetikum, setelah diwawancara responden mengatakan yakin dengan perawatan yang dijalani saat ini, hanya saat ini responden mudah lelah karena kurang aktifitas. Responden nomer 5 juga memiliki respon yang baik tehadap penyakit yang dialaminya karena saat wawancara responden mengatakan sudah bisa beraktifitas dan melakukan pekerjaan rumah tangga, walaupun lukanya masih harus di lindungi, saat lukanya masih parah responden mengatakan sering susah tidur, berpikir akan penyakitnya susah untuk disembuhkan akan tetapi setelah menjalani perawatan di Majapahit Wound Care Centre bersemangat untuk sembuh karena di Majapahit Wound Care Centre responden diberikan konseling tentang penanganan stres ketika terkena ulkus diabetikum sehingga pola koping responden sangat baik dalam menghadapi stres. Responden nomer 4 dan 5 menunjukkan bahwa dua responden ini mengalami stres ringan tetapi masih mencapai tahap pertama, yaitu stres yang disertai dengan perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan semakin tajam (Hawari, 2001) Responden nomer 6 merupakan responden yang sudah lama menderita ulkus diabetikum semenjak 8 bulan yang lalu, responden sempat divonis akan diamputasi karena luka yang dialaminya cukup parah, responden ini menceritakan selama mengalami ulkus diabetikum selalu susah tidur, tidur hanya 2 jam ketika malam, terlalu banyak pikiran karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh, sering frustasi dan emosi yang tidak terkontrol, responden juga mengurangi interaksi sosial dengan masyrakat, sempat putus asa karena penyakit yang tak kunjung sembuh, sering lelah dan sering berpikir pengobatan ini akan gagal. Dan yang menjadi beban bagi Responden ini adalah biaya yang harus dikeluarkan setiap menjalani pengobatan karena responden ini juga sudah tidak bekerja lagi dan termasuk dari keluarga yang berekonomi menengah kebawah, sehingga menambah stres yang dialami oleh responden tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden nomer 6 ini mengalami stres sangat berat. Stres sangat berat merupakan stres yang sudah mencapai tahap ke 5 yaitu tahapan stres ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berati meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik. Tetapi pasien ulkus diabetikum yang mengalami stres yang sangat berat belum mencapai tahapan ke 6 yang ditandai dengan jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, loyo serta pingsan atau collaps (Hawari, 2001).
Simpulan Hasil penelitian didapatkan sebagian besar pasien yang menjalani perawatan di Majapahit Wound Care Centre memiliki tingkat stres normal. Meskipun ada satu responden yang mengalami tingkat stres sangat berat. Rekomendasi 1. Bagi Petugas Majapahit Wound Care Centre Mojokerto Diharapkan perawat Majapahit Wound Care Centre Mojokerto selalu memperhatikan pasien ulkus diabetikum, tidak hanya dari segi fisiologis tapi juga memperhatikan dari segi psikologis nya, dan mempertahankan mutu pelayanan Majapahit Wound Care Centre Mojokerto. 2. Bagi Responden Diharapkan responden mampu mempertahankan mekanisme koping yang sudah baik saat mengalami ulkus diabetikum. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian tentang tingkat stres pada pasien ulkus diabetikum dengan menambahkan variabel atau pengembangan penelitian menjadi penelitian eksperimental Alamat Correspondensi : Alamat rumah : Kwanyar Barat Kec.Kwanyar Kab. Bangkalan Email :
[email protected] No.Hp : 082232132136