TINGKAT PENGETAHUAN IBU, PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN PERILAKU PENGGUNAAN PENYEDAP RASA MONOSODIUM GLUTAMAT (MSG) PADA MASAKAN
I Nyoman Adiyasa, Lalu Khairul Abdi, Ririn Fujiawati
Abstrak: Menurut penelitian John Olney (1996) MSG diberikan sebagai pangan kepada cindil atau anak tikus putih, bila dalam dosis tinggi (0,5 g/kg berat badan/hari) atau dalam dosis yang lebih, maka dapat mengakibatkan kerusakan beberapa sel saraf, khususnya dibagian otak yang disebut hypothalamus. Bagian otak inilah yang bertanggung jawab menjadi pusat pengendalian selera makan, suhu, dan fungsi lainnya yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu, peran petugas kesehatan dan perilaku penggunaan penyedap rasa monosodium glutamat (MSG) pada masakan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Dusun Perampuan Barat Desa Perampuan Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dan pendekatan crosssectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 80 sampel, pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak (systematic random sampling). Pengumpulan data melalui wawancara dan menggunakan kuesioner. Umur sampel sebagian besar berada pada kelompok umur > 35 tahun yaitu sebanyak 52 orang (65%). Sebagian besar pendidikan sampel berada pada kategori pendidikan dasar sebesar 50 orang sampel (62,5%), dan sebagian besar sampel bekerja sebagai ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 46 orang (57,5%). Tingkat pengetahuan sampel masih dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 52 orang (65,0%). Petugas kesehatan tidak berperan. Sampel seluruhnya (100%) menambahkan MSG pada masakannya dan sebanyak 69 orang (86,25%) yang menambahkan MSG ke dalam masakan sesuai dengan dosis optimum 0,1-0,8% dari volume makanan. Dari hasil penelitian sebagian besar masih berpengetahuan kurang dengan penggunaan penyedap rasa monosodium glutamat (MSG) dan petugas kesehatan tidak berperan, namun perilaku penggunaan masih tergolong aman. Kata Kunci: : Pengetahuan, Peran Petugas Kesehatan, Penggunaan MSG.
THE MOTHER'S KNOWLEDGE LEVEL, THE ROLE OF HEALTH OFFICER AND THE BEHAVIOUR OF USING MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG) FOR CUISINES
Abstract : According to John Olney’s research (1996) MSG is given as food to the baby of white mouse, if it is given at high dose (0.5 g / kg body weight / day) or at higher dose, it can cause damage to some nerve cells, especially the section of the brain called the hypothalamus. The parts of the brain that are responsible become central of appetite control, temperature, and other vital functions. This study aims to describe the mother's of knowledge level, the role of health workers and the behaviour of using monosodium glutamate (MSG) for foods. This study was conducted on March 2014 in the Rural Area of West Perampuan, Perampuan village, Labuapi Sub-District of West Lombok Regency. This study used descriptive and observational cross-sectional approach. The number of sample on this study was 80 samples. The sample collection was conducted by systematic random sampling. the data collection gained from interview and questionnaire. The age of the samples was mostly over > 35 year as many as 52 people (65%). Most of the samples education was 50 people on elementary level (62.5%), and most of the sample worked as a housewife, as many as 46 people (57.5%). The level of knowledge of the sample was still in the low category, as many as 52 people (65.0%). Health workers did not play a role. Total sample was 100% added monosodium glutamate (MSG) for their foods and as
___________________________________________________________________________ I Nyoman Adiyasa, Lalu Khairul Abdi, Ririn Fujiawati : Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Prabu Rangkasari Dasan Cermen Sandubaya Mataram
1756
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 10 NO. 2, AGUSTUS 2016
many as 69 people (86.25%) were added MSG for their foods in accordance with the optimum dose of 0.1 to 0.8% of the volume of the food. the result of the research was most of the mothers were still lack of knowledge of using monosodium glutamate (MSG) and health workers did not play a role. However, the mothers’behaviour to use monosodium glutamate was still relatively safe. Keywords: Knowledge, The Role of Health Personnel, the use of MSG. MSG berakibat kerusakan pada fungsi dan morfologi
PENDAHULUAN
retina.
Monosodium glutamat telah berkembang
Glutamat
fungsi
yang
sama
setelah konsumsi MSG sejak anak-anak (Ardyanto,
yaitu memberikan rasa sedap pada
2004). Menurut lembaga Public Interest Reseach
digunakan oleh industri makanan seperti disodium
And Advocacy Center (PIRAC) (2003), yang meneliti
inosinat (IMP) dan disodium guanilat (GMP).
13 merek makanan snack. Dari 13 merek itu ternyata
Namun, MSG-lah yang paling disukai orang karena
sebanyak 7 merek tidak menyebutkan adanya MSG
kemurahan dan keefektifan MSG dalam menguatkan
dalam kemasannya. Ketujuh merek itu adalah Chiki,
rasa. Secara sederhana MSG dibagi menjadi dua
Chitato, Cheetos, Taro Snack, Smax, Golden Horn,
jenis, yaitu MSG alami dan buatan. MSG yang alami
dan Anak Mas. Sesuai dengan Undang-Undang
sehat untuk dikonsumsi, sedangkan MSG buatan
Perlindungan Konsumen Tahun 1999 dan Peraturan
yang justru banyak beredar, sangat berpotensi
Menteri Kesehatan Nomor 722 Tahun 1988 tentang
mendatangkan gangguan kesehatan (Nisa, 2013).
Bahan Tambahan Makanan kandungan MSG dalam
Pada tahun 1969, John Olney yang dikutip Cahyadi.
2012,
mengumumkan
glaukoma
diduga akan terjadi pada umur sekitar 40 tahun,
seperti
makanan. Selain MSG, ada penyedap rasa lain yang
dalam
terjadi
terjadi secara perlahan, yang kalau pada manusia
di seluruh dunia. Ketika ditambahkan pada makanan, memberikan
banyak
(peninggian tekanan dalam bola mata). Proses ini
menjadi salah satu zat aditif makanan yang populer
MSG
Akibatnya
makanan harus disebutkan.
hasil
Menurut penelitian Mutakhir Aji-no-moto
penelitian yang kemudian menimbulkan banyak
(MSG), aturan Joint Expert Committee on Food
polemik dan kontroversi. MSG diberikan sebagai
Additives (JECFA)/BPOM : ADI (Acceptable Daily
pangan kepada cindil atau anak tikus putih, bila
Intake) NOT SPECIFIED/SECUKUPNYA, artinya
dalam dosis tinggi (0,5 g/kg berat badan/hari) atau
MSG bisa ditambahkan hingga mencapai dosis
dalam dosis yang lebih, maka dapat mengakibatkan
dimana rasa gurih (umami) terasa. Dosis optimum
kerusakan beberapa sel saraf, khususnya dibagian
umumnya 0,1-0,8% dari volume makanan. Dalam
otak yang disebut hypothalamus. Bagian otak inilah
kuah 400 cc bila ditambahkan penyedap rasa 1 g
yang bertanggung jawab menjadi pusat pengendalian
(0,3%) rasanya enak, ditambahkan 4 g (1%) kurang
selera makan, suhu, dan fungsi lainnya yang penting.
enak, dan ditambahkan 8 g (2%) rasanya tidak enak.
Laporan dari Experimental Eye Research
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi
tahun 2002 menyebutkan bahwa konsumsi tinggi
NTB, Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB)
1757
I Nyoman Adiyasa, Tingkat Pengetahuan Ibu, Peran Petugas
per kapita Kabupaten Lombok Barat tahun 2012
pengolahan makanan. Berdasarkan data tersebut,
yaitu
ini
peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat
memungkinkan masyarakat di Daerah Kabupaten
pengetahuan ibu, peran petugas kesehatan, dan
Lombok Barat khususnya di Dusun Perampuan Barat
perilaku penggunaan penyedap rasa monosodium
lebih cenderung membeli bumbu penyedap sintetis,
glutamat pada masakan,di Dusun Perampuan Barat,
karena harganya murah dan mudah didapatkan
Desa Perampuan, Kecamatan Labuapi, Kabupaten
dibandingkan dengan bumbu-bumbu alami yang
Lombok Barat.
663.855,83
rupiah
per
bulan.
Hal
kemungkinan harganya lebih mahal. METODE PENELITIAN
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan cara membagikan angket
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
terhadap 40 orang ibu rumah tangga di Dusun
Maret 2014 di Dusun Perampuan Barat Desa
Perampuan Barat tentang penggunaan penyedap rasa
Perampuan Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok
monosodium glutamat diperoleh data ibu-ibu yang
Barat.
sering menggunakan MSG sebanyak 37 orang
observasional deskriptif dan pendekatan cross-
(92,5%). Dari hasil wawancara pendahuluan dengan
sectional. Jumlah sampel sebanyak 80 sampel, yang
ibu-ibu diperoleh tidak pernah ada informasi/
diambil secara acak sistematik (systematic random
penyuluhan dari pemerintah desa atau petugas
sampling). Pengumpulan data dilakukan melalui
kesehatan
wawancara dan menggunakan kuesioner.
takaran
tentang yang
penggunaan
aman
jika
MSG
ditambahkan
terutama
Penelitian
ini
menggunakan
metode
dalam
HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Sampel Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik (Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan) di Dusun Perampuan Barat No 1
2
3
Karakteristik Umur (Tahun) <20 20-35 >35 Total Pendidikan Tidak Sekolah Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Perguruan Tinggi Total Pekerjaan Buruh Tani PNS IRT Wiraswasta Total
1758
n
%
3 25 52
3,8 31,2 65,0
80
100,0
15 50 13 2 80
18,7 62,5 16,3 2,5 100,0
0 2 46 32 80
0 2,5 57,5 40,0 100,0
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 7 NO. 2, AGUSTUS 2013
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa
penyedap rasa melalui quesioner yang berisi tentang
sebagian besar sampel berada pada kelompok umur
pengertian penyedap rasa, jenis penyedap rasa,
>35 tahun, yaitu sebanyak 52 orang (65,0%), dan
tujuan penggunaan penyedap rasa, pemahaman yang
hanya 3 orang (3,8%) berada pada pada kelompok
diperlukan
umur <20 tahun.
ditimbulkan, setelah dikategorikan diperoleh hasil
Berdasarkan pendidikan, dapat diketahui
dalam
sehari,
dan
bahaya
yang
seperti tampak pada tabel berikut :
bahwa tingkat pendidikan terakhir sampel sebagian
Tabel 2. Distribusi Responden Tingkat Pengetahuan Perampuan Barat.
besar adalah pendidikan sekolah dasar sebanyak 50 orang sampel (62,5%).
No
Berdasarkan di Dusun
Tingkat Pengetahuan
n
Persentase (%)
1
Baik
1
1,3
diketahui bahwa jumlah tertinggi adalah tidak
2
Sedang
27
33,7
bekerja, yaitu sebagai ibu rumah tangga yakni
3
Kurang
52
65,0
80
100
Ditinjau dari pekerjaan sampel, dapat
Total
sebanyak 46 orang (57,5%), sedangkan untuk jumlah terendah adalah dengan jenis pekerjaan sebagai PNS
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa
yakni sebanyak 2 orang (2,5%).
dari 80 responden tingkat pengetahuan ibu berada dalam kategori kurang yaitu sebanyak 52 orang
B.
Tingkat Pengetahuan Berdasarkan
hasil
sampel (65,0%). Pengetahuan yang masih kurang wawancara
tentang
dapat dilihat pada tabel berikut :
pengetahuan ibu rumah tangga dan penggunaan Tabel 3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jawaban Yang Benar di Dusun Perampuan Barat. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indikator Pengetahuan Mengetahui jenis penyedap yang ditambahkan Mengetahui jenis penyedap alami dan penyedap buatan Mengetahui penyedap alami Mengetahui pengaruh penyedap alami terhadap kesehatan Mengetahui pengertian MSG Mengetahui tujuan penambahan MSG Mengetahui jumlah penggunaan MSG yang aman Mengetahui waktu menambahkan MSG dalam masakan Mengetahui bahaya jika mengkonsumsi MSG secara berlebihan Mengetahui penyakit yang ditimbulkan jika mengkonsumsi MSG secara berlebihan
Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa dari
n
Persentase (%)
29 4 37 40 4 60 0 26 46 27
36,2 5,0 46,3 50,0 5,0 75,0 0 32,5 57,5 33,8
(100%) tidak tahu jumlah penggunaan MSG yang
80 sampel 4 orang sampel (5,0%) yang mengetahui
aman, 26 sampel (32,5%)
jenis penyedap alami dan penyedap buatan (MSG), 4
menambahkan MSG ke dalam masakan, dan 46
orang sampel (5,0%) yang mengetahui pengertian
orang
penyedap rasa (MSG), kemudian seluruh sampel
mengkonsumsi MSG secara berlebihan.
1759
sampel
(57,5%)
mengetahui waktu
mengetahui
bahaya
I Nyoman Adiyasa, Tingkat Pengetahuan Ibu, Peran Petugas
Tabel 4. Distribusi Gambaran Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan di Dusun Perampuan Barat. Pengetahuan Pendidikan
Total
Tidak Sekolah
n 0
% 0
Sedang n % 0 0.0
Pendidikan Dasar
0
0
17
63.0
33
63.5
50
63
Pendidikan Menengah
0
0
9
33.3
4
7.7
13
16
Perguruan Tinggi
1
100
1
3.7
1
1.9
3
4
1
100
27
100
52
100
80
100
Total
Baik
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa
Kurang n % 14 26.9
n 14
% 18
Tabel 5. Distribusi Jenis Masakan Yang Ditambahkan MSG Oleh Responden di Dusun Perampuan Barat
jumlah pendidikan tertinggi berada pada kategori pendidikan dasar yaitu sebanyak 33 orang sampel
No 1 2 3
(63,0%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.
Jenis Masakan Tumis Berkuah Tumis dan Berkuah Total
Persentase (%)
n 3 10 67 80
3,8 12,5 83,7 100
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa
C. Peran petugas kesehatan Dari hasil wawancara yang dilakukan
dari 80 sampel sebanyak 67 orang (83,7%) yang
terhadap petugas kesehatan dan ibu, ternyata petugas
menambahkan MSG untuk jenis masakan tumis
kesehatan tidak berperan. Setelah diklarifikasi, hal
maupun berkuah. Jumlah MSG yang ditambahkan ke
ini sama dengan pernyataan seluruh ibu (100%)
dalam masakan sebagian besar sudah sesuai dengan
mengatakan bahwa mereka tidak pernah diberikan
dosis optimum, seperti tampak pada tabel berikut:
penyuluhan atau informasi tentang MSG. Petugas
Tabel 6. Distribusi Jumlah Penggunaan MSG di Dusun Perampuan Barat
kesehatan memang pernah memberikan penyuluhan
No
pada saat posyandu, tetapi materi yang disampaikan 1
hanya tentang ASI Ekslusif, KADARZI, Makanan 2
pendamping ASI, suplemen vitamin A, dan garam beriodium.
Banyak Penggunaan/Hari
n
Persentase (%)
Dosis optimum 0.8% dari volume makanan Lebih dari dosis optimum 0.8% dari volume makanan Total
69
86,2
11
13,8
Berdasarkan
tabel
80
6,
dapat
100
diketahui
sebanyak 69 orang (86.2%) yang menambahkan D. Perilaku penggunaan MSG
MSG ke dalam masakan sesuai dengan dosis
Dari wawancara yang dilakukan terhadap 80
optimum 0,1-0,8% dari volume makanan.
orang sampel, dapat diketahui bahwa seluruh sampel
Sampel
di dalam menggunakan MSG
(100%) ternyata menambahkan MSG kedalam
bervariasi, ada yang menambahkan MSG diawal
masakannya. Jenis masakan yang ditambahkan MSG
proses memasak, ada yang ditengah proses memasak,
dapat di lihat pada tabel berikut :
dan ada juga yang menambahkan diakhir proses memasak. Dari kebiasaan ibu yang menambahkan MSG tidak menggunakan takaran seperti sendok
1760
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 10 NO. 2, AGUSTUS 2016
tetapi langsung menaburkan MSG dari kemasan
sekolah dasar sebanyak 50 orang sampel (62,5%).
sachet ke dalam masakan.
Dimana dengan tingkat pendidikan yang rendah
Tabel 7. Distribusi Waktu Penambahan MSG di Dalam Memasak
dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu
No 1 2 3
Waktu Menambahkan MSG
n
Persentase (%)
Di awal memasak Di tengah proses memasak Di akhir proses memasak Total
23 31 26 80
29 38 33 100
rumah tangga (Nursalam, 2001). Wied
Hary
Notoatmodjo
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa 31 orang sampel (38%) yang menambahkan MSG ke
A.
(2003),
(1996)
dalam
menyebutkan
bahwa
tingkat
pendidikan turut
mudah
tidaknya
pula
seseorang
menentukan
menyerap
dan
memahami pengetahuan yang mereka peroleh,
dalam masakan di tengah proses memasak dan 23
pada umumnya semakin tinggi pendidikan
orang (29%) yang menambahkan MSG ke dalam
seseorang
masakan pada saat awal memasak.
maka
semakin
baik
pula
pengetahuannya. 3. Pekerjaan
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui A. Karakteristik Sampel
bahwa jumlah tertinggi pekerjaan sampel adalah
1. Umur
jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa
sebanyak
sebanyak 52 orang sampel (65%) berada pada
tetap
umur semakin banyak keterampilan ibu rumah masakan
Menurut
dalam
memilih,
memasak
Agustin
(2012)
Pekerjaan
tangga karena hal inilah yang nantinya akan
dan
menentukan penghasilan yang diperoleh untuk
menghidangkan makanan anak dapat berpengaruh
kelangsungan
terhadap pemenuhan nutrisi anak. Ibu yang
menyajikan
akan
hidup
suatu
rumah
tangga.
Adanya pekerjaan akan menambah penghasilan
memiliki keterampilan dalam memasak, memilih dan
mengandalkan datangnya
merupakan faktor penting dalam suatu rumah
Menurut Santoso (2004), keterampilan
bahan
dan hanya
panggilan untuk berburuh tani di sawah.
untuk
keluarganya.
ibu
(57,5%).
disebabkan karena mata pencaharian yang tidak
ini mengindikasikan bahwa semakin banyak
membuat
sampel
pekerjaan atau hanya sebagai rumah tangga
sampel pada penelitian ini yaitu 38 tahun. Umur
dalam
orang
Mendominasinya sampel yang tidak memiliki
kelompok umur >35 tahun. Rata- rata umur
tangga
46
pada suatu rumah tangga Sehingga dapat
menghasilkan
memilih makanan yang kualitas dan kuantitas
makanan yang menarik saat disajikan.
yang baik untuk kebutuhan gizi. Kaitannya
2. Pendidikan
dengan
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
penyedap,
digharapkan
dengan
pendapatan yang meningkat dapat memilih
bahwa tingkat pendidikan terakhir dari sampel
penyedap alami yang aman dan berkualitas.
yang diambil sebagian besar adalah pendidikan
1761
I Nyoman Adiyasa, Tingkat Pengetahuan Ibu, Peran Petugas
ternyata
B. Tingkat Pengetahuan Menurut
besar
ibu
sudah
sesuai
(1989),
pada
menambahkan MSG ke dalam masakannya, akan
makanan
dalam
tetapi ibu tidak mengetahui bahwa jumlah MSG
rumah tangga sehari-hari dikoordinir oleh ibu.
yang ibu gunakan sudah sesuai dengan dosis
Ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang tinggi
yaitu 0,1-0,8% dari volume makanan.
umumnya
Suhardjo
sebagian
penyelenggaraan
akan melatih kebiasaan makan yang sehat sedini
Jika
ibu
telah
memiliki
tingkat
mungkin kepada semua anggota keluarganya.
pengetahuan yang cukup baik maka mereka akan
Faktor kepercayaan dan tingkat pengetahuan ibu
mengetahui bagaimana cara mengatur makanan
sebagai
akan
yang baik bagi keluarganya. Termasuk dalam
berpengaruh juga pada macam bahan makanan
menggunakan MSG dalam setiap kali memasak.
dalam konsumsi keluarga sehari-hari.
Jika tingkat pengetahuan yang baik akan dapat
pengelola
rumah
tangga
Berdasarkan penelitian, dapat diketahui
merubah perilaku seseorang untuk dapat lebih
bahwa dari 80 responden tingkat pengetahuan ibu
baik (Baliwati Y.F, 2004).
berada dalam kategori kurang yaitu sebanyak 52
Dari hasil penelitian, 26 sampel (32,5%)
orang sampel (65,0%). Kurangnya pengetahuan
mengetahui waktu menambahkan MSG ke dalam
dilihat dari 80 sampel, 4 orang sampel (5,0%)
masakan. Jika ditanyakan tentang bahaya MSG
mengetahui jenis penyedap alami dan penyedap
apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak dan
buatan (MSG).
sering sebanyak 45 orang sampel (56,0%) yang
Ibu-ibu memahami bahwa penyedap itu
menjawab berbahaya, namun bahayanya mereka
hanya masako atau vetsin, tetapi masih tidak
tidak tahu. Kurangnya pengetahuan ibu tentang
memahami
digunakan
bahaya MSG dikarenakan ibu tidak pernah
memasak sehari-hari adalah penyedap alami yang
mendapatkan informasi atau penyuluhan dari
tanpa ditambahkan penyedap rasa buatan atau
petugas kesehatan setempat.
bahwa
bumbu
yang
MSG pun masakan tetap terasa enak.
Menurut Suhardjo (1989) pengetahuan
Dari seluruh sampel (100%) tidak tahu jumlah penggunaan MSG
gizi
yang baik bagi
merupakan
salah
satu
variabel
yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang di samping
kesehatan tubuh. Hal ini dikarenakan kebiasaan
variabel-variabel
ibu
tidak
kesehatan, pendapatan, pekerjaan, pendidikan,
menggunakan alat takar seperti sendok melainkan
suku, lokasi atau tempat tinggal. Gaya hidup ini
langsung menuangkan MSG dalam kemasan ke
kemudian akan menentukan perilaku individu
dalam masakannya.
dalam mengkonsumsi makanan.
yang
menambahkan
Setelah
MSG
diklarifikasi,
lain
seperti
pengetahuan
kemudian
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui
menghitung jumlah MSG yang digunakan dan
bahwa jumlah pendidikan tertinggi berada pada
membandingkan
kategori pendidikan dasar yaitu sebanyak 33
dengan
volume
makanan,
1762
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 10 NO. 2, AGUSTUS 2016
orang
sampel
tingkat
Setiadi (2008) dalam Ayuna (2013),
tingkat
mengatakan peran petugas kesehatan adalah suatu
pendidikan yang rendah mempengaruhi tingkat
kegiatan yang diharapkan dari seorang petugas
pengetahuan ibu rumah tangga (Nursalam, 2001).
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
pengetahuan
(63,0)
yang
Menurut
memiliki
kurang.
Amelia
Dimana
(2008)
dalam
kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat
Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan
kesehatan masyarakat.
landasan penting untuk terjadi perubahan sikap
Effendy (1998) dalam Novalia (2011),
dan perilaku gizi. Tingkat pengetahuan seseorang
menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan adalah
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam
kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
pemilihan makanan yang pada akhirnya akan
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
berpengaruh pada keadaan gizi individu yang
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
bersangkutan.
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
Oleh mengenai
sebab
itu,
keamanan
pengetahuan
penggunaan
ibu
suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
MSG
kesehatan.
merupakan salah satu faktor penting yang akan menentukan praktik penggunaan MSG pada ibu
D. Perilaku Penggunaan MSG
rumah tangga.
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui
Dari hasil wawancara yang dilakukan
sampel
ini dikarenakan ibu-ibu merasa
terhadap petugas kesehatan dan ibu, ternyata kesehatan
seluruh
ternyata
menambahkan MSG kedalam masakannya. Hal
C. Peran Petugas Kesehatan
petugas
bahwa
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa
penggunaan
dari 80 sampel sebanyak 67 orang (83,7%) yang
penyedap buatan, contohnya MSG. Hal ini
menambahkan MSG untuk semua jenis masakan,
dikarenakan dari 80 sampel 4 orang sampel
baik itu masakan yang tumis maupun masakan
(5,0%) yang mengetahui jenis penyedap alami
yang berkuah. Hal ini dapat dilihat dari hasil
dan penyedap buatan (MSG), kemudian seluruh
penelitian bahwa dalam setiap kali memasak,
sampel (100%) tidak tahu jumlah penggunaan
baik itu memasak sayur, lauk hewani maupun
MSG yang aman, dan masih ada sebagian sampel
nabati selalu ditambahkan MSG, karena jika tidak
yang tidak mengetahui bahaya mengkonsumsi
menambahkan masakan akan terasa kurang enak
MSG
saat dikonsumsi.
secara
informasi
berperan
kurang enak apabila tidak ditambahkan MSG.
dalam
memberikan
kurang
masakanya
tentang
berlebihan.
Kurangnya
peran
petugas kesehatan dikarenakan materi tentang
Sukawan
(2008)
menyebutkan
keamanan pangan tidak terdapat di dalam
pemberian MSG dosis besar baik pada manusia
program puskesmas.
maupun hewan percobaan hanya meningkatkan
1763
I Nyoman Adiyasa, Tingkat Pengetahuan Ibu, Peran Petugas
sedikit kadar glutamat plasma. Tetapi pemberian
Menurut penelitian Mutakhir Aji-no-
MSG yang dilarutkan dalam air menghasilkan
moto (MSG), aturan Joint Expert Committee on
kadar glutamat plasma yang lebih tinggi. Menurut
Food
Tsai dan Huang (2000) glutamat yang berasal
(Acceptable
dari penambahan MSG pada makanan berkuah
SPECIFIED/SECUKUPNYA, artinya MSG bisa
dimetabolisme oleh tubuh dengan sangat cepat.
ditambahkan hingga mencapai dosis dimana rasa
Additives
(JECFA)/BPOM:
Daily
Intake)
ADI NOT
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
gurih (umami) terasa. Dosis optimum umumnya
bahwa sebagian besar sampel yaitu 69 orang
0,1-0,8% dari volume makanan. Dalam kuah 400
(86.25%) yang menambahkan MSG ke dalam
cc bila ditambahkan penyedap rasa 1 g (0,3%)
masakan sesuai dengan dosis optimum 0,1-0,8%
rasanya enak, ditambahkan 4 g (1%) kurang enak,
dari volume makanan. Hal ini disebabkan karena
dan ditambahkan 8 g (2%) rasanya tidak enak.
ibu-ibu merasakan apabila menambahkan terlalu
MSG
secara
langsung
dapat
banyak MSG dan tidak sesuai dengan volume
memperburuk autisme, mengurangi kemampuan
masakan maka masakan akan terasa kurang enak.
perhatian dan hiperaktif. MSG juga dapat
Namun kebiasaan ibu pada saat memasak yaitu
menyebabkan otak menjadi tidak terangkai,
menambahkan MSG dengan cara langsung
khususnya bagi bayi yang berada di rahim dan
menuangkan MSG yang masih dalam kemasan ke
pada awal-awal kehidupan. Kerusakan pada
dalam masakannya.
koneksi otak dapat mengacaukan hingga hampir
Kebiasaan-kebiasaan
ibu
yang
semua fungsi otak, dari kendali hormon hingga
menggunakan penyedap rasa buatan atau MSG
perilaku kecerdasan (Kwok R.H, 2009).
namun jumlah yang tidak banyak sulit untuk
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui
dihilangkan, misalnya sebagian ibu rumah tangga
bahwa
mengatakan
tidak
menambahkan MSG ke dalam masakan di tengah
ditambahkan penyedap rasa buatan atau MSG
proses memasak dan 23 orang (29%) yang
maka rasa masakan kurang enak dan mereka
menambahkan MSG ke dalam masakan pada saat
sudah biasa menambahkan MSG dalam setiap
awal memasak.
bahwa
jika
masakan
kali memasak. Menurut
31
orang
sampel
(38%)
yang
Vetsin atau MSG dipanaskan maka akan Chartika
(2005)
pecah terurai menjadi 2 zat yang berbeda dengan
menjelaskan
bahwa
induknya, yaitu glutamic pyrlosied 1 (GLU-P-1,
kebutuhan akan MSG (penyedap rasa) dimulai
Amino-Methyl Dipyrido Imidazole) dan GLU-P-2
pada kesadaran akan manfaatnya yaitu, dapat
(Amino Dipyrido Imidazole). Kedua zat tersebut
membuat masakan menjadi lebih sedap dan enak,
bersifat mutagenic yang dapat menyebabkan
menambah rasa gurih pada masakan, dinyatakan
kelainan
oleh 77% responden.
menyebabkan kanker. Dengan uji Ame’s, kedua
dalam Irdasari
penelitian (2009),
1764
genetik
dan
karsinogenik
yang
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 10 NO. 2, AGUSTUS 2016
zat ini secara konsisten dapat mengakibatkan
terhadap kesehatan. Selain itu, petugas kesehatan
mutagenic pada kuman Salmonella Typhirmurium
juga
dan pada tikus dan mencit dapat mengakibatkan
kegunaan dan manfaat penyedap dari bahan alami
kanker kerongkongan, lambung, usus, hati, otak,
agar ibu dapat mengurangi kebiasaan menggunakan
mammae dan lain sebagainya. Ke dua zat tadi
penyedap
jauh lebih poten dibandingkan dengan aflatoksin
pangan/makanan merupakan wewenang Balai Besar
yang hanya menyebabkan kanker hati saja.
Pangan Obat dan Makanan (BPOM) sehingga pada
Dari uraian hasil penelitian-penelitian
dapat
memberikan
buatan
penyuluhan
(MSG).
tentang
Keamanan
penelitian lebih lanjut dalam penyuluhan tentang
diatas dapat disimpulkan bahwa ibu-ibu sebagai
keamanan
pangan
khususnya
bahan
konsumen bisa lebih memperhatikan faktor resiko
makanan
(MSG)
petugas/sampel
menggunakan penyedap rasa buatan (MSG)
ditangani petugas BPOM.
tambahan
penelitiannya
dalam masakan sehari-hari. Alangkah baiknya DAFTAR PUSTAKA
apabila ibu menggunakan bahan penyedap alami sebagai pengganti dari penyedap rasa buatan
Agustin, Niken. 2012. Analisis Konsumsi Rumah Tangga Petani Padi Dan Palawija.Skripsi. Universitas Diponegoro. Fakultas ekonomi. . http://eprints.undip.ac. Diunduh tanggal 13 Juli 2014.
(MSG), seperti merica, kayu manis, pala, jahe, cengkeh, sereh, daun pandan, daun salam dan bumbu alami lainnya.
Anonim, 2008. Jurnal www.digilib.unimus.ac.id. Diunduh tanggal 18 Agustus 2014.
KESIMPULAN
Ardyanto, Tonang D. 2004. MSG dan Kesehatan : Sejarah, Efek dan Kontroversinya. Jurnal www.uns.ac.id. Diunduh tanggal 15 Oktober 2013.
Tingkat pengetahuan sampel masih dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 52 orang (65,0%). Petugas kesehatan kurang berperan (tidak pernah
Badan Pusat Statistik. 2012. Pendapata Regional Dan Angka-Angka Per Kapita Kota Mataram Atas Dasar Harga Berlaku Dan Konstan 2000 Tahun 2010-2012.
memberikan informasi tentang penggunaan penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Dari 80 orang sampel
seluruhnya
(100%)
sampel
tersebut
Baliwati Y.F, Khosman Ali, Dwiriani C. Meti. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
menambahkan MSG pada masakanya. Sebagian besar sampel yaitu 69 orang (86,25%) yang
Barbara.2008. dikutip dari KTI Cut Ayuna Yustisia (2013). Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dan Media Informasi Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Baby Blues Di Bps Yuniar Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar, Banda Aceh, STIKES U’budiyah.
menambahkan MSG ke dalam masakan sesuai dengan dosis optimum 0,1-0,8% dari volume makanan. SARAN Petugas
kesehatan
terdekat
agar
memberikan
Cahyadi, Wisnu. 2012 . Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan. Jakarta:Bumi Aksara.
informasi tentang keamanan pangan khususnya penggunaan BTM berupa MSG mengenai dampak
1765
I Nyoman Adiyasa, Tingkat Pengetahuan Ibu, Peran Petugas
Irdasari, N. 2009.Analisis Sikap Konsumen Terhadap Kinerja Atribut Produk Penyedap Rasa Merek Masako. Jurnal www.ipb.ac.id.Diunduh tanggal 10 Oktober 2013.
Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta Novalia.
Kwok R, H. 2009. Mononatrium Glutamate, dapat diakses di http://id.wikipedia.org/wiki/mononatriumglutamat. ditampilkan pada tanggal 28 november 2013. Machin,
Noviwaty. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Membeli Produk Vetsin. Jurnal www.unsri.ac.id. Diunduh tanggal 13 Oktober 2013.
Ahmad. 2012. Biosaintifika (Potensi Hidrolisat Tempe Sebagai Penyedap Rasa Melalui Pemanfaatan Ekstrak Buah Nanas). Jurnal www.unnes.ac.id. Diunduh tanggal 29 september 2013.
Nursalam, (2001). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian IImu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Sabri
Menkes RI. 1999. Bahan Tambahan Makanan. No. 722/Per/x/88. Nabilah,
Nisa,
2011. Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jurnal www.usu.ac.id. Diunduh pada tanggal 11 Agustus 2014.
Ananda R. 2013. Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan, dapat diakses di http://ikirizki95.blogspot.com/2013/07/pend idikan-dan-penyuluhan-kesehatan_1.html. ditampilkan pada tanggal 1 juli 2013.
Emita, dkk. 2006. Efek Pemberian Monosodium Glutamat (Msg) Terhadap Perkembangan Embrio Mencit (Mus Musculus L.) Strain Ddw Selama Periode Praimplantasi Hingga Organogenesis. Jurnal www.usu.ac.id. Diunduh tanggal 11 Oktober 2013.
Suhardjo.1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor
Anisoryatun. 2013. Penggunaan MSG (Monosodium Glutamat) Pada Makanan. Diakses di http://anisroiyatunisa.blogspot.com/2013/02 /penggunaan-msg-monosodium-glutamatpada.html. ditampilkan pada tanggal 30 november 2013.
Wibowo, S dan Suryani, D. 2013. Pengaruh Promosi Kesehatan Metode Audio Visual Dan Metode Buku Saku Terhadap Peningkatan Pengetahuan Penggunaan Monosodium Glutamat (Msg) Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnalwww.uad.ac.id. Diunduh tanggal 12 oktober 2013.
Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:PT Rineka Cipta.
1766
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 10 NO. 2, AGUSTUS 2016
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
1767