PENELITIAN INSTITUSI
LAPORAN PENELITIAN
TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG Oleh : KRISWIHARSI KUN SAPTORINI, SKM, M.Kes TIARA FANI, SKM
Dibiayai oleh Universitas Dian Nuswantoro dengan No. Kontrak : 006/A.35-02/UDN.09/II/2013
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JUNI, 2013
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN 1. a
.Judul Penelitian
:
b. Bidang ilmu c. Kategori penelitian 2. Ketua Peneliti a. Nama lengkap dan gelar b. Jenis kelamin c. Golongan pangkat dan NPP d. Jabatan fungsional e. Jabatan struktural f. Fakultas/ program studi 3. Alamat ketua peneliti a. Alamat kantor/ telepon
: : : : : : : : : : :
b. Alamat rumah/ telepon
:
4. Jumlah anggota peneliti a. Nama anggota peneliti I 5. Lokasi penelitian 6. Kerjasama dengan institusi lain a. Nama Institusi b. Alamat Institusi c. Telepon/ fax 7. Lama penelitian a. Mulai bulan/ tahun b. Selesai bulan/ tahun
: : : : : : : : : :
Tingkat Partisipasi Mahasiswa dalam Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Dian Nuswantoro Semarang Kesehatan Penelitian Pengembangan Institusi Kriswiharsi Kun Saptorini, SKM, M.Kes Perempuan III A/ 0686.11.2000.292 Asisten Ahli Fakultas Kesehatan/ DIII RMIK Jl. Nakula I/5 Semarang/ (024) 3549948 Jl. Ngablak RT 8 RW IV Semarang/ (024) 6594087 Tiara Fani, SKM Universitas Dian Nuswantoro 6 (enam) bulan Februari/ 2013 Mei/ 2013
8. Biaya penelitian
:
9. Sumber biaya penelitian
:
Rp. 3.500.000 ,(Tiga juta lima ratus ribu rupiah) Universitas Dian Nuswantoro
Semarang, 13 Juni 2013 Mengetahui Dekan Fakultas Kesehatan
DR. dr Sri Andarini I, M.Kes NPP: 0686.20.2007.346
Ketua Peneliti
Kriswiharsi Kun Saptorini, SKM, M.Kes NPP: 0686.11.2000.292
Menyetujui Kepala LPPM Universitas Dian Nuswantoro
Y. Tyas Catur Pramudi. S.Si, M.Kom NPP. 0686.11.1993.041
RINGKASAN (Tingkat Partisipasi Mahasiswa dalam Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Kriswiharsi Kun Saptorini, Tiara Fani, 2013, xi+38 hal)
Penelitian ini membahas tentang hubungan pengetahuan dan sikap tentang Kawasan Tanpa Rokok dengan implementasi Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Dian Nuswantoro. Survei pendahuluan berdasarkan observasi peneliti menunjukkan rendahnya partisipasi mahasiswa dalam implementasi KTR. Hal ini ditunjukkan di wilayah yang harusnya bebas asap rokok, masih dijumpai perokok. Penelitian ini termasuk jenis penelitian survei dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 96 mahasiswan aktif sebagai responden. Data primer meliputi karakteristik responden, pengetahuan, sikap dan partisipasi yang diukur secara langsung dengan metode wawancara. Data sekunder diperoleh dari profil UDINUS. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analitik dengan uji chi square. Penelitian menunjukkan 83,3% responden berpengetahuan baik, 93,8% responden mempunyai sikap baik, 83,3% partisipasi responden tergolong kurang tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok dengan tingkat partisipasi dalam implementasi Kawasan Tanpa Rokok (p value = 0,065), tidak ada hubungan antara sikap tentang Kawasan Tanpa Rokok dengan tingkat partisipasi dalam implementasi Kawasan Tanpa Rokok (p value = 0,585). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang partisipasi mahasiswa dalam bentuk penelitian kualitatif yang lebih mendalam untuk menggali opini perokok untuk secara bersama-sama mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok di kampus, mengingat mayoritas perokok dijumpai pada usia muda, perlu adanya sosialisasi tentang Kawasan Tanpa Rokok di UDINUS baik pada dosen maupun mahasiswa dalam bentuk banner, tulisan larangan merokok serta perlu adanya penegakan Kawasan Tanpa Rokok di kampus dalam bentuk pengawasan di area tersebut, mengoptimalkan peran mahasiswa dalam penegakan Kawasan Tanpa Rokok melalui kelompok sebaya (peer group).
(Program Studi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro, No. Kontrak : 006/A.35-02/UDN.09/II/2013)
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Tingkat Partisipasi Mahasiswa dalam Implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Dian Nuswantoro Semarang”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Dian Nuswantoro dengan dibiayainya peneltian ini. Selain itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1.
Rektor Universitas Dian Nuswantoro, DR. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, atas kesempatan yang telah diberikan.
2.
Dekan Fakultas Kesehatan, Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes beserta segenap staf akademik yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini
3.
Mahasiswa aktif di lingkungan Universitas Dian Nuswantoro yang menjadi responden penelitian ini.
4.
Mahasiswa Fakultas Kesehatan peminatan epidemiologi tahun 2013 yang telah menjadi interviewer.
5.
Serta semua pihak yang telah membantu penyusunan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan segala kritik dan saran demi penyempurnaannya. Semoga penelitian ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak. Semarang, Juni 2013 Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN........................................................ i RINGKASAN ............................................................................................................ iii PRAKATA .................................................................................................................. v DAFTAR ISI.............................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... .x I
II
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3
Ruang Lingkup .......................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Rokok ......................................................................................................... 6
2.2
Perokok .................................................................................................... 11
2.3
Kawasan Tanpa Rokok ............................................................................ 11
2.4
Langkah-Langkah Pengembangan KTR di Tempat Proses Belajar Mengajar ............................................................................................... 14
2.5
Indikator KTR Tempat Proses Belajar Mengajar ................................... 17
2.6
Pemantauan dan Evaluasi Kawasan Tanpa Rokok pada tempat belajar mengajar ................................................................................................... 17
2.7
Konsep Partisipasi Masyarakat ................................................................ 18
2.8
Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ............................... 19
2.9
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku....................................................... 20
2.10 Perilaku Kesehatan .................................................................................. 21 2.11 Kerangka Teori ....................................................................................... 28 III
IV
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 29
3.2
Manfaat Penelitian ................................................................................... 29
METODE PENELITIAN 4.1
Kerangka Konsep ..................................................................................... 31
4.2
Hipotesis Penelitian ................................................................................. 31
4.3
Jenis Penelitian......................................................................................... 31
4.4
Variabel Penelitian ................................................................................... 32
4.5
Definisi Operasional ................................................................................ 32
4.6
Populasi dan Sampel ................................................................................ 33
4.7
Instrumen Penelitian ................................................................................ 33
4.8
Pengumpulan Data ................................................................................... 33
4.9
Pengolahan Data ...................................................................................... 34
4.10 Analisis Data ............................................................................................ 35 V
VI
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Hasil Penelitian ........................................................................................ 35
5.2
Pembahasan.............................................................................................. 50
5.3
Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 52
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan .............................................................................................. 53
6.2
Saran ........................................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1
Ukuran Tendensi Menurut Umur ....................................................... 41
Tabel 5.2
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin .................................. 42
Tabel 5.3
Distribusi Responden Menurut Aktivitas Merokok ........................... 42
Tabel 5.4
Distribusi Responden Menurut Umur mulai Merokok ...................... 42
Tabel 5.5
Distribusi Responden Menurut Banyaknya Rokok............................ 42
Tabel 5.6
Distribusi Responden Menurut Banyaknya Rokok yang dikonsumsi ......................................................................................... 43
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang KTR ................................ 43
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan tentang KTR ................. 44
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Sikap tentang KTR ........................................... 44
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Kategori Sikap tentang KTR ............................ 45
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Tingkat partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) .......................................................................... 46
Tabel 5.12
Distribusi Frekuensi Tingkat partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) .......................................................................... 46
Tabel 5.13
Hubungan antara pengetahuan dengan tingkat partisipasi ................. 47
Tabel 5.14
Hubungan antara sikap dengan tingkat partisipasi............................. 47
Tabel 5.15
Karakteristik Peserta Diskusi Kelompok Terarah (DKT) .................. 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Teori .................................................................................. 28
Gambar 4.1
Kerangka Konsep ............................................................................... 31
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Analisis bivariat dengan uji chi square Lampiran 3 Daftar hadir FGD Lampiran 4 Transkrip FGD Lampiran 5 Dokumentasi kegiatan Lampiran 6 Laporan Penggunaan Anggaran Lampiran 7 Draf Artikel
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang WHO mendefinisikan sehat adalah kondisi sehat secara sejahtera baik secara fisik, mental maupun sosial ditandai dengan tidak adanya gangguangangguan atau gejala-gejala penyakit, seperti keluhan sakit fisik, keluhan emosional. Merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu secara terus menerus diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, politik, utamanya aspek kesehatan. Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India. Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Pada tahun yang sama, Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa penduduk berumur di atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dan angka tersebut meningkat sebesar 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15 tahun. Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun, dari 17,3% (2007) menjadi 18,6% atau naik hampir 10% dalam kurun waktu 3 tahun. Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu 25-34 tahun dari 29,0% (2007) menjadi 31,1% (2010). Konsumsi rokok paling rendah terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun dan kelompok umur 75 tahun ke atas. Hal ini berarti kebanyakan perokok adalah generasi muda atau usia produktif. Selanjutnya, pada daerah pedesaan, jumlah batang rokok yang dikonsumsi lebih banyak dibanding daerah perkotaan. Keterpaparan asap rokok dapat meningkatkan risiko terkena Bronkitis, Pneumonia, infeksi telinga tengah, Asma, risiko Kanker Paru dan jenis kanker lainnya. Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah menjadi perhatian dunia. WHO memprediksi penyakit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1
orang diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. Dari data terakhir WHO di tahun 2004 ditemui sudah mencapai 5 juta kasus kematian setiap tahunnya serta 70% terjadi di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun. (1) Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif merupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa disebut penetapan Kawasan Tanpa Rokok. Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan/atau penggunaan rokok.
(1)
Peraturan Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 88/ Menkes/ /I / 2011, nomor 7 tahun 2011 telah mengatur Kawasan Tanpa Rokok. Dalam peraturan tersebut telah disepakati bahwa salah satu tatanan kawasan tanpa rokok adalah tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, dan tempattempat “umum” yang dapat diakses oleh masyarakat umum, termasuk anak-anak. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, diantaranya UndangUndang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 113 sampai dengan 116 dan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. (1) Mahasiswa adalah kaum intelektual yang merupakan bagian dari masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa berperan sebagai kontrol sosial dan menjadi golongan masyarakat yang memberikan perubahan ke arah yang lebih baik, termasuk dalam menciptakan lingkungan kampus yang sehat. Implementasi Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Dian Nuswantoro sudah diwujudkan dengan peraturan larangan merokok di area KTR, pemasangan banner kawasan bebas asap rokok di gedung yang dinyatakan bebas asap rokok, tidak adanya promosi dan sponsor rokok dalam kegiatan kampus sehingga diharapkan dapat berkontribusi mewujudkan masyarakat yang sehat tanpa rokok. Namun pada kenyataannya upaya mewujudkan KTR di kampus masih jauh tertinggal dibandingkan dengan penjualan, periklanan/promosi dan atau
penggunaan
rokok.
Survei
pendahuluan
berdasarkan
observasi
peneliti
menunjukkan rendahnya partisipasi mahasiswa dalam implementasi KTR. Hal ini ditunjukkan di wilayah yang harusnya bebas asap rokok, masih dijumpai perokok. Menurut Notoatmodjo, partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya.
Institusi
kesehatan
hanya
sekadar
memotivasi
dan
membimbingnya. Di dalam partisipasi setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat berbentuk daya (tenaga) dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan di dalam 4 M, yakni manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu, bambu, beras, batu, dan sebagainya), dan mind (ide atau gagasan). (2) Rendahnya partisipasi mahasiswa perlu segera dicari penyebabnya dan segera diatasi. Oleh karena itu, perlu diteliti tentang bagaimana partisipasi mahasiswa sebagai pelaku utama dunia kampus dalam implementasi KTR baik pada perokok maupun yang bukan perokok. Agar hak perokok dan bukan perokok sama-sama tidak terabaikan.
1.2
Rumusan Masalah UDINUS adalah salah satu Universitas yang sudah merealisasikan Kawasan Tanpa Rokok di kampus. Kondisi tersebut dilatarbelakangi pemenuhan hak hidup sehat bagi seluruh civitas akademika UDINUS. Masalah yang ditemukan di UDINUS berkaitan dengan implementasi KTR adalah belum adanya kontrol/ upaya penegakan terhadap area KTR. Keberhasilan implementasi KTR sangat tergantung dengan faktor persepsi dan partisipasi masyarakat kampus sendiri dalam menciptakan lingkungan kampus yang sehat dan nyaman, serta melindungi setiap warga kampus untuk dapat menikmati udara bersih dan bebas dari asap rokok, sehingga mendukung proses belajar mengajar di kampus. Oleh karenanya rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :“Bagaimana tingkat partisipasi mahasiswa dalam implementasi Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Dian Nuswantoro ?”
1.3
Ruang Lingkup Penelitian 1.3.1
Lingkup keilmuan Penelitian ini termasuk dalam lingkup keilmuan ilmu kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat.
1.3.2
Lingkup materi Materi dalam penelitian ini menekankan pada tingkat partisipasi mahasiswa dalam implementasi Kawasan Tanpa Rokok di Universitas Dian Nuswantoro.
1.3.3
Lingkup obyek/ sasaran Obyek penelitian ini adalah mahasiswa aktif di lingkungan Universitas Dian Nuswantoro.
1.3.4
Lingkup metode Metode pengambilan data dilakukan secara observasi dan wawancara dengan instrumen berupa pedoman observasi dan wawancara.
1.3.5
Lingkup lokasi Lokasi penelitian ini adalah Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
1.3.6
Lingkup waktu Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Rokok (3) 2.1.1 Definisi Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm, berwarna putih dan coklat. Biasanya berisi daundaun tembakau yang telah dicacah, di tambah sedikit racikan-racikan cengkeh, saus rokok serta racikan lainnya. Untuk menikmati sebatang rokok, perlu pembakaran pada salah satu ujungnya dan di biarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujungnya yang lain. 2.1.2 Zat-zat yang terkandung dalam rokok 1) Zat kimia yang berbahaya dalam rokok Sebatang rokok mengandung berbagai zat yang berbahaya. Tembakau adalah salah satu bahan baku dalam pembuatan rokok. Selain itu masih banyak lagi zat-zat kimia yang sangat berbahaya dalam kandungan rokok, berikut ini zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok : a) Nikotin Nikotin merupakan salah satu bahan kimia utama dalam sebatang rokok. Zat ini meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran, memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang. Nikotin dalam dosis besar berfungsi sebagai depresan, menghambat aliran sinyal antara sel saraf. Dalam dosis yang lebih besar, itu adalah racun mematikan, yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah, dan hormon. Nikotin berperan dalam memulai
terjadinya penyakit jaringan pendukung gigi karena nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak rongga mulut termasuk gusi melalui aliran darah dan perlekatan gusi pada permukaan gigi dan akar. Nikotin dapat ditemukan pada permukaan akar gigi dan hasil metabolitnya yakni kontinin dapat ditemukan pada cairan gusi.(4) b) Gas karbon monoksida (CO) Gas karbon monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernasapan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan seorang perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah seorang perokok mencapai 415 persen. c) Timah hitam (Pb) Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. d) Tar Tar berupa cairan kental berwarna coklat tua atau hitam didapatkan dengan cara distilasi kayu dan arang juga dari getah tembakau. Zat inilah yang menyebabkan kanker paru-paru. Tar dalam asap rokok juga memperbesar peluang terjadinya radang gusi, yaitu penyakit gusi yang paling sering tejadi yang disebabkan oleh plak bakteri dan faktor lain yang dapat menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar gusi. Tar dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi sehingga permukaan ini menjadi kasar dan mempermudah perlekatan plak. 2) Zat-zat kimia lain yang terkandung dalam rokok : a) Acrolein: zat berbentuk cair tidak berwarna diperoleh dengan mengambil cairan dari glyceril atau dengan mengeringkannya. Pada dasarnya zat ini mengandung alkohol yang berbahaya.
b) Ammonia: gas yang tidak berwarna, terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Memiliki bau yang sangat tajam dan merangsang. Zat ini sangat cepat memasuki sel-sel tubuh dan kalau disuntikkan sedikit saja pada aliran darah akan membuat pingsan atau koma. c) Formic Acid: cairan tidak berwarna, tajam baunya, bisa bergerak bebas dan dapat membuat lepuh. d) Hydrogen Cyanide: gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak ada rasa. Zat ini paling ringan dan mudah terbakar. Cyanide mengandung racun berbahaya dan jika dimasukkan langsung ke dalam tubuh akan berakibat kematian. e) Nitrous Oxide: gas tidak berwarna dan jika diisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan membuat rasa sakit. Zat ini awalnya adalah untuk zat pembius pada saat operasi. f) Formaldehyde: gas tidak berwarna dan berbau tajam. Gas ini bersifat pengawet dan pembasmi hama. g) Phenol: zat ini terdiri dari campuran kristal yang dihasilkan dari distilasi zat-zat organik misalnya kayu dan arang. Phenol bisa terikat didalam protein dan menghalangi kerja enzyme. h) Acetol: zat ini adalah hasil dari pemanasan aldehyde dan menguap dengan alkohol. i) Hydrogen Sulfide: gas yang mudah terbakar dan berbau keras. Zat ini menghalangi oksidasi enxym (zat besi berisi pigmen). j) Pyridine: cairan tidak berwarna dan berbau tajam. Zat ini mampu mengubah alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama. k) Methyl Chloride: merupakan campuran zat-zat bervalensa satu atas mana hidrogen dan karbon sebagai unsur utama. Zat ini merupakan compound organis yang sangat beracun dan uapnya bersifat sama dengan pembius. l) Methanol: cairan ringan yang mudah menguap dan terbakar. Jika diminum dan diisap dapat berakibat pada kebutaan dan kematian.(5) 2.1.3 Gejala dan penyakit-penyakit yang dapat disebabkan karena rokok •
Katarak
•
Kanker hidung
•
Karies gigi (gigi berlubang dan warna gigi kuning)
•
Kanker lidah, mulut dan kelenjar ludah
•
Kanker payudara
•
Kanker Rahim
•
Kerusakan sperma (mutu dan jumlah sperma berkurang)
•
Amputasi kaki (penyumbatan pembuluh darah pada kaki)
•
Penyakit pembuluh darah dan pembusukan jari-jari kaki
•
Kulit keriput
•
Hilangnya pendengaran
•
Kanker kulit
•
Osteoporosis
•
Penyakit jantung
•
Kanker paru
•
Tukak lambung dan kanker lambung
•
Kanker usus besar dan kanker anus
•
Kanker ginjal, kandung kemih, dan pancreas
•
Impotensi
•
Gangguan pada kehamilan dan janin (5)
2.1.4 Tahapan seseorang menjadi perokok tetap •
Persiapan;
sebelum
seseorang
mencoba
rokok,
melibatkan
perkembangan perilaku dan intensi tentang merokok dan bayangan tentang seperti apa rokok itu. •
Inisiasi; reaksi tubuh saat seseorang mencoba rokok pertama kali berupa batuk, berkeringat. (Sayangnya hal ini sebagian besar diabaikan dan semakin mendorong perilaku adaptasi terhadap rokok).
•
Menjadi perokok; melibatkan suatu proses ‘concept formation’ , seseorang belajar kapan dan bagaimana merokok dan memasukkan aturan-aturan perokok ke dalam konsep dirinya.
•
Perokok tetap; terjadi saat faktor psikologi dan mekanisme biologis bergabung yang semakin mendorong perilaku merokok.
2.1.5 Faktor Psikologis Perokok
•
Kebiasaan yang dikondisikan (terlepas dari motif positif atau negatif).
•
Alasan sosial (penerimaan kelompok).
•
Ketergantungan (memenuhi keinginan/ kebutuhan dari dalam diri).
2.1.6 Aspek-aspek kecanduan merokok •
Ketagihan secara fisik atau kimia, yaitu ketagihan terhadap nikotin (nicotine addiction)
•
Automatic Habit, berupa kebiasaan dalam merokok (ritual habit) seperti membuka bungkus rokok, menyalakannya, menghirup dalamdalam, merokok sehabis makan dan merokok sambil minum kopi dan lain-lain
•
Ketergantungan psikologis/emosional, dimana kebiasaan merokok dipakai dalam mengatasi hal-hal yang bersifat negatif, misalnya rasa gelisah, stress ataupun depresi. (5)
2.2 Perokok Perokok aktif adalah orang yang mempunyai prilaku merokok. Perokok pasif adalah orang yang menghirup asap rokok. 2.2.1 Ada dua tipe asap rokok : •
Asap primer, merupakan asap yang dihisap dari dalam rokok.
•
Asap sekunder, yakni asap yang keluar dari rokok yang terbakar (6)
2.2.2 Ada tiga macam perokok yaitu :
(7)
•
Perokok ringan menghabiskan rokok < 10 batang per hari
•
Perokok sedang menghabiskan rokok 10-20 batang
•
Perokok berat menghabiskan rokok > 20 batang
• 2.3 Kawasan Tanpa Rokok
(1)
2.3.1 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. 2.3.2 Peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, sebagai berikut :
•
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
•
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 113 sampai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
•
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
•
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
•
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
•
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
•
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan.
•
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
•
Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan.
•
Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.
•
Instruksi
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
161/Menkes/Inst/III/ 1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok. 2.3.3 Tujuan Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah : •
Menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
•
Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.
•
Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.
•
Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.
•
Mewujudkan generasi muda yang sehat.
2.3.4 Sasaran Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di tempat pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). 1) Sasaran di Fasilitas Pelayanan Kesehatan •
Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola fasilitas pelayanan kesehatan.
•
Pasien.
•
Pengunjung.
•
Tenaga medis dan non medis.
2) Sasaran di Tempat Proses Belajar Mengajar •
Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat proses belajar mengajar.
•
Peserta didik/siswa.
•
Tenaga kependidikan (guru).
•
Unsur sekolah lainnya (tenaga administrasi, pegawai di sekolah).
3) Sasaran di Tempat Anak Bermain •
Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat anak bermain.
•
Pengguna/pengunjung tempat anak bermain.
4) Sasaran di Tempat Ibadah •
Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola tempat ibadah.
•
Jemaah.
•
Masyarakat di sekitar tempat ibadah.
5) Sasaran di Angkutan Umum •
Pengelola sarana penunjang di angkutan umum (kantin, hiburan, dsb).
•
Karyawan.
•
Pengemudi dan awak angkutan.
•
Penumpang.
6) Sasaran di Tempat Kerja
•
Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di tempat kerja (kantin, toko, dsb).
•
Staf/pegawai/karyawan.
•
Tamu.
7) Sasaran di Tempat Umum •
Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola sarana penunjang di tempat umum (restoran, hiburan, dsb).
2.4
•
Karyawan.
•
Pengunjung/pengguna tempat umum.
Langkah-langkah pengembangan Kawasan Tanpa Rokok Di Tempat Proses Belajar Mengajar Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pimpinan/pengelola tempat proses belajar mengajar dengan menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan keuntungannya jika dikembangkan Kawasan Tanpa Rokok di area tersebut. Dari advokasi tersebut akhirnya pimpinan/pengelola tempat belajar mengajar setuju untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Contoh tempat proses belajar mengajar adalah sekolah, kampus, perpustakaan, ruang praktikum dan lain sebagainya. Yang perlu dilakukan oleh pimpinan/pengelola untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut : a. Analisis Situasi Penentu kebijakan/pimpinan di tempat proses belajar mengajar melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan bagaimana sikap dan perilaku sasaran (karyawan/guru/dosen/ siswa) terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan. b. Pembentukan Komite atau Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. Pihak pimpinan mengajak bicara karyawan/guru/dosen/siswa yang mewakili perokok dan bukan perokok untuk : •
Menyampaikan maksud, tujuan dan manfaat Kawasan Tanpa Rokok.
•
Membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok.
•
Meminta masukan tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok, antisipasi kendala dan sekaligus alternatif solusi.
•
Menetapkan
penanggung
jawab
Kawasan
Tanpa
Rokok
dan
mekanisme pengawasannya. •
Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi karyawan/guru/dosen/ siswa.
•
Kemudian pihak pimpinan membentuk komite atau kelompok kerja penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
c. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Komite atau kelompok kerja membuat kebijakan yang jelas tujuan dan cara melaksanakannya. d. Penyiapan Infrastruktur antara lain : •
Membuat surat keputusan dari pimpinan tentang penanggung jawab dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok di tempat proses belajar mengajar.
•
Instrumen pengawasan.
•
Materi sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok.
•
Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok.
•
Mekanisme dan saluran penyampaian pesan tentang KTR di tempat proses belajar mengajar melalui poster, stiker larangan merokok dan lain sebagainya.
•
Pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok.
•
Pelatihan kelompok sebaya bagi karyawan/guru/dosen/siswa tentang cara berhenti merokok.
e. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara lain : •
Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan internal bagi karyawan/guru/ dosen/siswa.
•
Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.
f. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok •
Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada karyawan/ guru/dosen/siswa
melalui
poster,
tanda
larangan
pengumuman, pengeras suara dan lain sebagainya. •
Penyediaan tempat bertanya
merokok,
•
Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.
g. Pengawasan dan Penegakan Hukum •
Pengawas Kawasan Tanpa Rokok di tempat proses belajar mengajar mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
•
Melaporkan hasil pengawasan kepada otoritas pengawasan yang ditunjuk, baik diminta atau tidak.
h. Pemantauan dan Evaluasi •
Lakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang kebijakan yang telah dilaksanakan.
•
Minta pendapat komite dan lakukan kajian terhadap masalah yang
•
ditemukan.
•
Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap masalah kebijakan.
2.5
Indikator Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Tempat Proses Belajar Mengajar Indikator Input a. Adanya kebijakan tertulis tentang KTR. b. Adanya tenaga yang ditugaskan untuk memantau KTR di tempat proses belajar mengajar. c. Adanya media promosi tentang larangan merokok/KTR. Indikator proses a. Terlaksananya sosialisasi kebijakan KTR baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui media cetak, elektronik) b. Adanya pengaturan tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan KTR. c. Terpasangnya pengumuman kebijakan KTR melalui poster, tanda larangan merokok, mading, surat edaran, pengeras suara. d. Terpasangnya tanda KTR di tempat proses belajar mengajar. e. Terlaksananya penyuluhan KTR dan bahaya merokok dan etika merokok. Indikator output a. Lingkungan tempat proses belajar mengajar tanpa asap rokok. b. Siswa yang tidak merokok menegur siswa yang merokok di lingkungan KTR. c. Perokok merokok di luar KTR. d. Adanya sanksi bagi yang melanggar KTR.
2.6
Pemantauan dan Evaluasi Kawasan Tanpa Rokok pada tempat belajar mengajar 2.6.1 Evaluasi 4-6 bulan a. Adanya tanda Kawasan Tanpa Rokok yang dipasang b. Adanya media promosi Kawasan Tanpa Rokok.
2.6.2 Evaluasi 1-3 tahun a. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diterima dan dilaksanakan oleh pimpinan dan karyawan/guru/dosen/siswa. b. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas yang mendukung Kawasan Tanpa Rokok. c. Tidak ada penjual rokok di sekitar tempat proses belajar mengajar. d. Karyawan /guru/dosen/siswa yang tidak merokok bertambah banyak. e. Semua karyawan/guru/dosen/siswa tidak merokok di Kawasan Tanpa Rokok.
2.7
Konsep Partisipasi Masyarakat (2, 8) 2.7.1 Pengertian partisipasi masyarakat Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya. Institusi kesehatan hanya sekadar memotivasi dan membimbingnya 2.7.2 Peranan Partisipasi Masyarakat Menurut Notoatmodjo, di dalam partisipasi setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat berbentuk daya (tenaga) dan ide (pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan di dalam 4 M, yakni manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti kayu, bambu, beras, batu, dan sebagainya), dan mind (ide atau gagasan). 2.7.3 Pendekatan Partisipasi Masyarakat (9) Menurut Club du Sahel dalam Mikkelsen (2003), beberapa pendekatan untuk memajukan partisipasi masyarakat yaitu: 1) Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi; yakni pendekatan yang beranggapan bahwa pihak eksternal lebih menguasai pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sumber daya. Dengan demikian partisipasi
tersebut memberikan komunikasi satu arah, dari atas ke bawah dan hubungan pihak eksternal dan masyarakat bersifat vertical. 2) Pendekatan partisipasi aktif; yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi secara lebih intensif dengan para petugas eksternal, contohnya pelatihan dan kunjungan. 3) Pendekatan partisipasi dengan keterikatan; masyarakat atau individu diberikan kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan diberikan pilihan untuk terikat pada sesuatu kegiatan dan bertanggung jawab atas kegiatan tersebut. 4) Pendekatan dengan partisipasi setempat; yaitu pendekatan dengan mencerminkan
kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang
diambil oleh masyarakat setempat.
2.8
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat (10) Menurut Mardikanto (2003), tumbuh kembangnnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1) Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Adanya kesempatan yang diberikan, merupakan faktor pendorong tumbuhnya
kemauan,
dan
kemauan
akan
menentukan
kemampuannya. Sebaliknya, adanya kemauan akan mendorong seseoransg untuk meningkatkan kemampuan serta memanfaatkan setiap kesempatan. 2) Adanya kemauan untuk berpartisipasi Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang cukup belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk membangun. 3) Adanya kemampuan untuk berpartisipasi Kemampuan
untuk
menemukan
dan
berpartisipasi memahami
adalah
kemampuan
untuk
kesempatan-kesempatan
untuk
membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya). Kemampuan untuk melaksanakan
pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber daya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.
2.9
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku (8) Lawrence Green (1980) mencoba menganalisis perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yaitu: a. Faktor-faktor Pendorong (Predisposing Factors), yang terwujud dalam pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilai, norma sosial, persepsi dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat yang kemudian akan memotivasi individu atau kelompok untuk melakukan suatu perilaku. b. Faktor-faktor Pendukung (Enabling Factors), terwujud dalam lingkungan fisik yakni tersedianya sarana pelayanan kesehatan, fasilitas-fasilitas dan kemudahan untuk mencapainya, kemudaian termasuk juga prioritas dan komitmen masyarakat / pemerintah terhadap kesehatan serta ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan. c. Faktor-faktor yang Memperkuat (Reinforcing Factors), yakni mencakup sikap dan perilaku dari keluarga, teman sebaya, petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok intervensi dari perilaku masyarakat.
2.10 Perilaku Kesehatan Menurut Lawrence Green bahwa perilaku seseorang salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki. Perilaku seseorang terdiri dari tiga bagian penting, yaitu kognitif, efektif, dan psikomotor. Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, efektif dari sikap atau tindakan dan psikomotor diukur melalui tindakan (praktik) yang dilakukan. Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar
individu. Faktor dari dalam mencakup pengetahuan, kecerdasan, presepsi, sikap, emosi dan motivasi yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor dari luar individu meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. (11) 1) Pengetahuan Pengetahuan adalah terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa, dimulai pada domain kognitif, dalam arti si subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi / obyek di luarnya sehingga
menimbulkan
pengetahuan
baru
pada
subyek
tersebut.
Selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap obyek yang diketahuinya. Akhirnya rangsangan yakni obyek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action) atau sehubungan dengan stimulus/ obyek dalam stimulus yang diterima subyek dapat langsung menimbulkan tindakan, artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui makna dari stimulus yang diterima, dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan dan sikap. (11) Diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber , seperti media masa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan media poster, kerabat dekat, dsb. Pengetahuan ini tidak membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. (12) Merupakan resultan dari akibat proses pengindraan terhadap sesuatu obyek. Pengindraan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuisioner berisi materi yang ingin diukur dari responden. (8) Tingkat pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif yaitu : a) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterima. Tahu merupakan pengetahuan yang paling rendah. b) Memahami (Comprehention) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi secara benar. c) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi/ penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau subyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru untuk menyusun formulasi baru di formulasi yang lama. f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
melakukan sustifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek berdasarkan kriteria yang ada. (8)
2) Sikap Merupakan reaksi yang masih tertutup tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sifat hanya ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu secara merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif, reaksi afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu. Sikap mempengaruhi proses berfikir atau respon afeksi, kehendak dan perilaku berikutnya. Sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Menurut Mar’at (1981) sikap merupakan produk dari proses sosialisasi darimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya sebelum orang mendapat informasi atau orang melihat obyek itu tidak mungkin terbentuk sikap. (11) Meskipun dikatakan mendahului tindakan aktif tetapi merupakan prediksi posisi (melandasi / mempermudah) untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap sesuatu tertentu mencakup komponen kognitif, afeksi dan kognotif. (11) Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek, misalnya bagaimana pendapat
seseorang tentang pelayanan di suatu Rumah Sakit. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan impetensi kemudian ditanyakan pendapat responden. (8) a) Karakteristik Sikap Sikap merupakan respon evaluative yang dapat respon positif maupun respon negatif, dan sikap mempunyai karakteristik sebagai berikut : •
Sikap mempunyai arah arti, sikap akan menunjukan apakah seseorang menyetujui atau tidak, apakah mendukung atau tidak. Sesorang akan mempunyai sikap mendukung terhadap suatu obyek tersebut. Seseorang yang tidak memihak atau tidak mendukung suatu obyek berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap obyek yang bersangkutan.
•
Intensitas artinya kekuatan pada seseorang belum tentu sama walaupun
arahnya mungkin
tidak
berbeda.
Sama-sama
memiliki sikap yang berarah negatif, belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Sikap yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai dari agak stuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim. •
Keluasan artinya kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu obyek. Hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik, akan tetapi dapat pula mencakup banyak aspek yang ada pada obyek sikap.
•
Konsitensi maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan respondennya terhadap obyek yang sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antara waktu untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Konsisten yang diperlihatkan oleh tidak adanya keseimbangan dalam bersikap. Konsisten dalam bersikap tidak sama tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap obyek sikap. Sikap yang tidak konsisten dan perilakunya / yang mudah berubah-ubah dari waktu kewaktu akan sulit diinterpretasikan
dan tidak banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilaku individu yang bersangkutan. (8) b) Komponen Sikap Sikap terdiri dari tiga komponen : •
Komponen Kognitif (Cognitive) Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai obyek sikap. Kepercayaan dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang kita lihat itu kemudian terbentuk suatu ide/ gagasan mengenai sifat karakteristik umum suatu obyek.
•
Komponen Afektif (Affective) Komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
•
Komponen Perilaku (Kognotive) Komponen perilaku atau komponen kognotif dalam sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang mempengaruhi perilaku. Maksudnya orang akan berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan perasaan terhadap stimulus tersebut merupakan kecenderungan perilaku secara
konsisten,
selaras
dengan
kepercayaan
dan
perasaan,sikap seseorang akan dicerminkan dalam bentuk perilaku obyektif. (13) c) Tingkatan Sikap •
Menerima (Receiving) Menerima
diartikan
bahwa
orang
(subyek)
mau
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). •
Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut. •
Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
•
Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. (13)
3) Pengertian Praktik Pengaruh pengetahuan terhadap praktik pendapat bersifat langsung maupun melalui perantara sikap. Suatu sikap belum otentik terwujud dalam bentuk praktik (overt behaviour). Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik) diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan.
(11)
Perilaku manusia merupakan
refleksi berbagai gejala kejiwaan sperti keinginan, minat kehendak, pengatahuan, emosi, berfikir, sikap, motivasi, refleksi, namun sulit dibedakan dari reflek kejiwaan yang tercermin dalam tindakan atau perilaku manusia tersebut.(12) Maka terdapat macam – macam faktor, antara lain pengalaman, keyakinan, sasaran fisik sosial budaya masyarakat dan sebagainya. Tingkatan didalam praktik meliputi : a) Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. b) Respon Terpimpin (Guided Response ) Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan indikator praktik tingkat dua. c) Mekanisme (Mechanism) Apabila sesorang tahu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. d) Adaptasi (Adaptation)
Suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya
tindakan
itu
sudah
dimodifikasinya
mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. (8)
sendiri
tanpa
2.11 Kerangka Teori
Predisposing factor • Pengetahuan • Sikap • Kepercayaan • Nilai • Persepsi
Enabling factor • Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan • Keterjangkauan/ kemudahan untuk mencapainya
Perilaku spesifik : Partisipasi mahasiswa dalam implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Reinforcing factor • Keluarga • Teman sebaya • Petugas kesehatan
Sumber : Modifikasi Lawrence Green
Gambar 2.1 Kerangka Teori
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1
Tujuan Penelitian 3.2.1 Tujuan Umum Mengetahui tingkat partisipasi mahasiswa dalam implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Dian Nuswantoro
3.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui karakteristik responden penelitian
Mengetahui pengetahuan responden tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Mengetahui sikap responden tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Mengetahui tingkat partisipasi responden tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Mengetahui hubungan pengetahuan responden tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dengan tingkat partisipasi responden tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Mengetahui hubungan sikap responden tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dengan tingkat partisipasi responden tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
3.2
Manfaat Penelitian 3.2.1 Bagi Institusi Sebagai informasi tentang bentuk partisipasi mahasiswa dalam implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Universitas Dian Nuswantoro, sehingga dapat memberi masukan penerapan KTR yang baik tanpa mengabaikan hak-hak perokok dan bukan perokok. Data ini bermanfaat dalam upaya pembenahan lingkungan kampus sehingga akan menghasilkan lingkungan yang sehat dan mendukung proses belajar mengajar baik bagi mahasiswa maupun karyawan.
Data penelitian ini bermanfaat bagi pengelola Klinik Berhenti Merokok UDINUS dalam evaluasi Kawasan Tanpa Rokok, sehingga dapat ditetapkan strategi yang tepat untuk mengimplementasi KTR.
3.2.2 Bagi peneliti Sebagai pembelajaran kegiatan penelitian dan meningkatkan kemampuan sesuai keilmuan.
BAB IV
METODE PENELITIAN
1.4
Kerangka konsep Variabel bebas Pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Sikap tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Variabel terikat
Tingkat partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Gambar 4.1 Kerangka Konsep
1.5
Hipotesis Penelitian
Ada hubungan pengetahuan responden tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dengan tingkat partisipasi responden tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Ada hubungan sikap responden tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dengan tingkat partisipasi responden tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
1.6
Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian survei, dengan pendekatan cross sectional dimana pengambilan data hanya dilakukan sesaat untuk mengetahui kejadian berdasarkan data yang dikumpulkan.
1.7
Variabel Penelitian 4.4.1 Variabel Bebas:
Pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Sikap tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
4.4.2 Variabel Terikat:
1.8
Tingkat partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Definisi Operasional
Pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah pemahaman responden tentang Kawasan Tanpa Rokok yang diukur berdasarkan hasil wawancara menurut kuesioner Skala : ordinal Kategori :
- Baik
=
≥7
- Kurang baik
=
<7
Sikap tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah respon responden tentang keberadaan Kawasan Tanpa Rokok yang diukur berdasarkan hasil wawancara menurut kuesioner Skala : ordinal Kategori :
- Baik
=
≥8
- Kurang baik
=
<8
Tingkat partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah praktik responden/ bentuk kontribusi responden dalam penerapan Kawasan Tanpa Rokok yang diukur berdasarkan hasil wawancara menurut kuesioner Skala : ordinal Kategori :
- Baik
=
≥5
- Kurang baik
=
<5
1.9
Populasi dan Sampel Populasi terjangkau penelitian ini meliputi semua mahasiswa aktif di Universitas Dian Nuswantoro. Sampel penelitian di ambil dengan menggunakan metode acak (simple random sampling) sehingga setiap anggota populasi memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Perhitungan besar sampel minimal : np
=
[Z α √ f + Z β √f – d2 ]2 d2
=
[1,96 √ 0,4 + 0,842 √0,4 – 0,22 ]2
= 75 orang Total jumlah sampel yang diambil adalah 90 orang np
=
jumlah sampel yang dicari
Zα
=
derivat baku alpha (ditentukan α=5% sehingga Zα =1,64)
Zβ
=
derivat baku beta (ditentukan β=20% sehingga Zβ =0,842)
f
=
proporsi subyek yang memberi respon diskordan
d
=
beda proporsi klinis yang penting (clinical judgement)
1.10 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan panduan FGD untuk menggali informasi tentang saran perbaikan bagi implementasi KTR.
1.11 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data karakteristik responden, pengetahuan dan sikap tentang KTR serta partisipasi implementasi KTR. Diskusi Kelompok Terarah (FGD) untuk menggali informasi tentang saran perbaikan bagi implementasi KTR di UDINUS.
1.12 Pengolahan Data Langkah-langkah pengolahan data melalui tahapan :
Editing : pengolahan kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data
Koding : pemberian kode pada data penelitian yang sudah dibuat
Entry data : memasukkan data ke dalam computer dan menganalisa data
Tabulasi : mengelompokkan data sesuai tujuan penelitian dengan menggunakan table distribusi frekuensi
1.13 Analisa Data 4.10.1 Analisa univariat Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan melakukan analisa secara deskriptif pada variabel-variabel yang diteliti. 4.10.2 Analisa bivariat
Uji Chi-square (x2) bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan skala data nominal dan ordinal. Syarat uji Chi-square ; Bila dalam populasi terdiri atas 2 atau lebih klas hipotesis Data dalam bentuk nominal Mempunyai sampel besar Kriteria hasil uji : Jika p value ≤ 0,05 artinya ada hubungan antara variable bebas dengan variable terikat Jika p value > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara variable bebas dengan variabel terikat
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Pengamatan 5.1.1 Gambaran Umum Universitas Dian Nuswantoro
Sejarah Universitas Dian Nuswantoro Pada tahun 1986, didirikan sebuah lembaga kursus komputer IMKA yang berlokasi di kota Semarang. Karena kegigihannya dalam membuka dan menciptakan peluang pasar serta ketahanannya dalam menghadapi
pelbagai
rintangan,
IMKA
berhasil
tumbuh
dan
berkembang serta menyebar ke beberapa kota besar di Pulau Jawa, seperti Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bandung dan Jakarta. Disamping itu, karena mutu dan kualitas pendidikannya yang baik, pada tahun 1989, IMKA diangkat sebagai Ketua Subkonsorsium Komputer, Pengawas dan Penguji Ujian Nasional Pendidikan Komputer. Pada tanggal 30 September 1993, IMKA juga berhasil meraih akreditasi dari NCC (The National Computing Centre) London, dimana dengan akreditasi ini, IMKA mempunyai kewenangan untuk mengajar dan menerbitkan International Certificate. Ahli-ahli komputer dari IMKA ditambah sekelompok ilmuwan kemudian mendirikan Yayasan Dian Nuswantoro yang tertuang dalam Akte Notaris Siswadi Aswin, S.H., No. 18 tanggal 18 Juli 1990. Berdasarkan SK Mendikbud No. 0686/O/1990 tanggal 12 Desember 1990
Yayasan
ini
diperkenankan
menyelenggarakan
Akademi
Manajemen Informatika dan Komputer Dian Nuswantoro yang dikenal dengan nama AMIK Dian Nuswantoro. Kuliah pertamanya diikuti oleh 54 Mahasiswa Wawasan
keyakinan
bahwa
pendidikan
tinggi
harus
dikembangkan ke arah suatu sistem demi kepentingan nasional telah
mendorong pihak Yayasan untuk merumuskan serangkaian kebijakan mengenai perubahan bentuk dari Akademi menjadi Sekolah Tinggi. Kemudian berdasarkan SK MENDIKBUD No. 10/D/O/1994, tanggal 3 Maret 1994, AMIK Dian Nuswantoro secara resmi berubah bentuk menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Dian Nuswantoro. Kini pada tahun 2001, STMIK Dian Nuswantoro menempati kampus seluas 20.000 m2 dengan berbagai bangunan megah, laboratorium komputer yang sedemikian lengkap dan canggih, memiliki mahasiswa aktif lebih dari 9.000 orang, dan telah meluluskan 1.106 Sarjana Komputer serta 2.994 Ahli Madya Komputer. Tanpa adanya suatu prestasi, tak mungkin semua itu dapat diraih dalam waktu yang sedemikian singkat. Pengembangan program pendidikan terus dilakukan. Pada tanggal 1 Juni 1999, Program Studi Manajemen Informatika (D3) dan Teknik Informatika (D3) mendapatkan Status Disamakan berdasarkan SK Mendikbud No. 273/Dikti/Kep/1999. Selanjutnya, pada tanggal 27 Juni 2000, berdasarkan SK Mendikbud Nomor 210/DIKTI/Kep/2000, Program Studi Manajemen Informatika (S1) dan Teknik Informatika (S1) juga menerima Status Disamakan. Sekali lagi, pada tanggal 10 Agustus 2000, berdasarkan SK No. 019/BAN-PT/Ak-IV/VIII/2000, kedua program studi yaitu Manajemen Informatika (S1) dan Teknik Informatika (S1) memperoleh Status Terakreditasi. Melengkapi Program Studi yang telah ada, maka dibukalah Program Studi Komputerisasi Akuntansi (D3) berdasarkan SK Mendiknas No. 66/Dikti/Kep/2000 tanggal 15 Maret 2000. Menghadapi era globalisasi dimana persaingan dunia usaha semakin ketat, maka pada tanggal 22 Februari 1999 berdasarkan SK Mendikbud No. 26/D/O/99, Yayasan Dian Nuswantoro mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Dian Nuswantoro, dengan Program Studi : Manajemen S1 dan D3, Akuntansi S1 dan D3, serta Perpajakan D3. Jumlah mahasiswa yang diterima pada angkatan pertama
tahun akademik 1999/2000 sebanyak 187 orang dan pada tahun 2000/2001 sebanyak 359 orang. Menyadari betapa pentingnya peranan bahasa asing dalam segala aktivitas kehidupan manusia, maka pada tanggal 15 Maret 2000 Yayasan Dian Nuswantoro mendirikan Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Dian Nuswantoro. Pendirian STBA Dian Nuswantoro ini didasarkan pada SK Mendiknas No. No. 27/D/O/2000, dengan program studi : Sastra Inggris (S1), Bahasa Inggris (D3), Bahasa Jepang (D3), dan Bahasa Cina (D3). Dengan dibukanya Program Studi Bahasa Cina, berarti STBA Dian Nuswantoro merupakan perguruan tinggi ketiga di Indonesia yang memiliki Program Studi Bahasa Cina, setelah Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Dharma Persada (Unsada) Jakarta yang keduanya dibuka sebelum tahun 1965. Jumlah mahasiswa yang diterima pada angkatan pertama tahun akademik 2000/2001 sebanyak 466 orang. Ahli-ahli pendidikan dari Yayasan Dian Nuswantoro ditambah dengan sekelompok dokter dan ahli kesehatan, kemudian mendirikan Yayasan Lintang Nuswantoro. Yayasan ini kemudian mendirikan Sekolah Tinggi Kesehatan (STKES) Lintang Nuswantoro yang merupakan salah satu perintis sekolah tinggi kesehatan di Indonesia. Pendirian STKES Lintang Nuswantoro ini disahkan dengan terbitnya SK Mendiknas No.103/D/O/2000 tanggal 7 Juli 2000, dengan program studi : Kesehatan Masyarakat (S1) dan Hiperkes (D3). Untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja pengelolaan perguruan tinggi, maka mulai tahun akademik 2001/2002 keempat perguruan tinggi di bawah Yayasan Dian Nuswantoro dan Yayasan Lintang Nuswantoro (STMIK-STIE-STBA Nuswantoro)
Dian
digabung
Nuswantoro
menjadi
dan
Universitas
STKES Dian
Lintang
Nuswantoro
(UDINUS) berdasarkan SK Menteri Pendidikan Nasional Indonesia No. 169/D/O/2001 tanggal 30 Agustus 2001.
Sehingga berdasarkan SK tersebut Universitas Dian Nuswantoro kini memiliki 5 Fakultas, yaitu :
Fakultas Ilmu Komputer (d.h. STMIK Dian Nuswantoro)
Fakultas Ekonomi (d.h. STIE Dian Nuswantoro)
Fakultas Bahasa dan Sastra (d.h. STBA Dian Nuswantoro)
Fakultas Kesehatan Masyarakat (d.h. STKES Lintang Nuswantoro)
Fakultas Teknik. Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) terus berusaha untuk
meningkatkan mutu dan kualitasnya, sehingga predikat perguruan tinggi yang berkembang pesat segera disandangnya dan akhirnya pada tanggal 5 Juli 2002 UDINUS telah menambah 2 (dua) program lagi, yaitu program studi Teknik Industri di bawah Fakultas Teknik berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No. 1336/D/T/2002. Dan program Pasca Sarjana Magister Komputer berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No. 1322/D/T/2002. Dan dengan mengharap dukungan, restu dan pangestu semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat luas, Universitas Dian Nuswantoro terus ikut serta dalam pembangunan bangsa dan negara sesuai dengan sesanti : Dumununging Ingsun Angrakso Nagoro
5.1.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Visi : Menjadi Universitas Pilihan Utama di bidang pendidikan dan kewirausahaan Misi : 1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas 2. Menumbuhkembangkan kreatifitas dan inovasi civitas akademika yang bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Tujuan untuk tahun 2006-2015 : 1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas dibidangnya dan berjiwa wirausaha 2. Terciptanya atmosfir akademik yang dinamis dan bertanggung jawab 3. Terciptanya manajemen pendidikan yang berorientasi pada mutu 4. Menghasilkan penelitian yang tepat guna bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni 5. Terselenggaranya program pengabdian pada masyarakat yang tepat sasaran sebagai bentuk implementasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni 6. Terjalinnya kerjasama / kemitraan dalam berbagai bidang, baik dengan lembaga pemerintahan maupun swasta, di tingkat nasional maupun internasional 7. Terciptanya sistem pelayanan dan program kerja yang berorientasi pada kepuasan stakeholder. Sasaran a. Meningkatnya kualitas Lulusan 1. Meningkatnya index prestasi lulusan 2. Meningkatnya persentase lulusan yang tepat waktu 3. Berkurangnya waktu tunggu dalam mendapatkan atau menciptakan pekerjaan
4. Meningkatnya lulusan yang berwirausaha b. Atmosfir akademik yang semakin dinamis 1. Meningkatnya otonomi keilmuan, kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik 2. Meningkatnya prasarana, sarana dan dana yang memungkinkan terciptanya interaksi akademik antar sivitas akademika 3. Meningkatnya program dan kegiatan akademik untuk menciptakan suasana akademik (seminar, symposium, lokakarya, bedah buku, penelitian bersama, dll) 4. Meningkatnya Program pembinaan akademik, pengembangan sikap mental
cendikiawan,
serta
pelatihan
kepemimpinan
dan
kewirausahaan. c. Terciptanya manajemen pendidikan yang berorientasi pada mutu 1. Terselenggaranya fungsi-fungsi organisasi sesuai dengan tugas dan tangung jawab setiap satuan kerja 2. Terselenggaranya sistem perencanaan dan garis besar rencana jangka panjang, menengah, dan tahun dalam kaitannya dengan visi, misi dan sasaran institusi 3. Terselenggaranya pengelolahan administrasi yang baik 4. Terselenggaranya kerjasama dan kemitraan institusi dengan instasi atau pihak-pihak tertentu di luar perguruan tinggi 5. Terselenggaranya sistem monitoring dan evaluasi 6. Ketersediaan direktori, katalog, dan atau dokumen tertulis yang menjelaskan keseluruhan kegiatan institusi; yang mencakup isi dan pemanfaatan. d. Menghasilkan penelitian yang tepat guna bagi pengambangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni 1. Tersedianya agenda penelitian, yaitu rancangan dan implementasi kegiatan penelitian untuk mendapatkan jawaban atau informasi ilmiah atau penerapan ilmu pengetahuan, pengembangan teknologi baru mengenai berbagai isu yang dihadapi masyarakat dan pembangunan 2. Meningkatnya produktivitas penelitian yang berkualitas, berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha 3. Terselenggaranya perlindungan hasil penelitian dan hak paten
e. Terselenggaranya program pengabdian pada masyarakat yang tepat sasaran sebagai bentuk implementasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni 1. Meningkatnya keterlibatan dosen dan mahasiswa 2. Meningkatnya jenis dan jumlah kegiatan
pengabdian kepada
masyarakat yang relevan dengan institusi dan atau hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen 3. Meningkatnya dampak kegiatan pengabdian kepada masyarakat, program pembangunan pemerintah dan dunia usaha 4. Meningkatnya sumber dana pengabdian kepada masyarakat f. Terjalinnya kerjasama / kemitraan dalam berbagai bidang, baik dengan lembaga
pemerintah
maupun
swasta.
ditingkat
nasional
maupun
internasional 1. Meningkatnya jumlah mitra kerjasama 2. Meningkatnya kualitas program kerjasama g. Terselenggarnya sistem pelayanan dan program kerja yang berorientasi pada kepuasan stakeholder.
5.1.3 Analisis Univariat
Umur Tabel 5.1 Ukuran Tendensi Menurut Umur Min 18
Max 26
Rata-rata 21,10
SD 1,606
Berdasarkan tabel 5.1, responden termasuk dalam kelompok umur orang muda dan dewasa.
Jenis kelamin Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Frekuensi 64 32 96
% 66,7 33,3 100,0
Berdasarkan tabel 5.2, sebagian besar responden berjenis kelamin lakilaki (66,7 %).
Aktivitas merokok Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Aktivitas Merokok Jenis Kelamin Merokok Tidak merokok Total
Frekuensi 35 61 96
% 36,5 63,5 100,0
Berdasarkan tabel 5.3, sebagian besar responden bukan perokok (63,5 %).
Umur mulai merokok Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Umur mulai merokok Min 12
Max 20
Rata-rata 16
Berdasarkan tabel 5.4, aktivitas merokok responden dimulai paling awal umur 12 tahun, rata-rata umur 16 tahun.
Banyaknya rokok yang dihabiskan dalam 1 hari Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Banyaknya rokok Min 1
Max 40
Rata-rata 7
Berdasarkan tabel 5.5, banyaknya rokok yang dihabiskan rata-rata 7 batang dalam 1 hari sehingga sebagian besar termasuk dalam kelompok perokok ringan.
Jenis rokok yang dikomsumsi Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Jenis Rokok yang dikonsumsi Jenis Kelamin Non filter Filter Total
Frekuensi 3 31 96
% 8,8 91,2 100,0
Berdasarkan tabel 5.6, sebagian besar responden bukan perokok (63,5 %).
Pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang KTR
No
Pertanyaan
Jawaban ∑
Apakah yang dimaksud dengan Kawasan Tanpa Rokok ? a. Area tidak boleh merokok b. Area boleh merokok tapi ditempat terbuka c. Area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan / atau mempromosikan produk tembakau No Pertanyaan
%
1
∑ 2 3 No 4 5 6
Adakah peraturan pemerintah yang mengatur tentang Pedoman Kawasan Tanpa Rokok ? Apakah di Semarang sudah ada peraturan Kawasan Tanpa Rokok? Pertanyaan Apakah tempat belajar mengajar merupakan Kawasan Tanpa Rokok ? Apakah di lingkungan kampus UDINUS sudah ditetapkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok? Apakah ada peraturan mengenai Kawasan Tanpa Rokok pada tempat-tempat umum, fasilitas umum, dan fasilitas kesehatan ?
29,2 30,2 40,6
28 29 39
Ada % 70 72,9 47
∑
Tidak ada % 26 27,1
49,0
49
∑ 72
% 75,0
Tidak ∑ % 24 25,0
76
79,2
20
20,8
81
84,4
15
15,6
Ya
51,0
No 7
Pertanyaan
Ya
Dimanakah yang disebut Kawasan Tanpa Rokok? 1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan 2. Tempat Proses Belajar Mengajar 3. Tempat Anak Bermain 4. Tempat Ibadah 5. Angkutan Umum 6. Tempat Kerja 7. Tempat Umum
∑
%
Tidak ∑ %
91 86 77 81 57 69 41
94,8 89,6 80,2 84,4 59,4 71,9 42,7
5 10 19 15 39 27 55
5,2 10,4 19,8 15,6 40,6 28,1 57,3
Berdasarkan tabel 5.7, sebesar 51,0% reponden tidak mengetahui bahwa di Semarang sudah ada peraturan Kawasan Tanpa Rokok, dan sebesar 57,3% responden tidak mengetahui bahwa tempat-tempat umum termasuk dalam Kawasan Tanpa Rokok. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan tentang KTR Tingkat pengetahuan
∑
%
Kurang
16
16,7
Baik
80
83,3
Total
96
100,0
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar responden berpengetahuan baik (83,3%).
Sikap tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Sikap tentang KTR
No 1 2 3 4
Pernyataan Orang dengan aktifitas merokok sangat mengganggu orang lain yang tidak merokok Ketika ada orang lain yang sedang merokok di area KTR, saya berhak menegurnya Merokok adalah hak, jadi orang boleh merokok dimana saja Kampus harusnya menjadi tempat bebas asap rokok
Setuju ∑ % 89 92,7
Tidak Setuju ∑ % 7 7,3
78
81,2
18
18,8
36
37,5
60
62,5
68
70,8
28
29,2
Pernyataan
No
∑ 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan pada yang tidak merokok Harus ada penegakan aturan di area KTR Orang yang melanggar area KTR harus diberi sanksi Pemberian denda sejumlah uang dapat ditegakkan di area KTR UDINUS Saya tidak akan merokok di wilayah yang sudah ditetapkan sebagai KTR Sosialisasi KTR di kampus bermanfaat bagi saya Sosialisasi KTR di kampus dapat saya temui di semua wilayah di UDINUS Pelanggaran terhadap kawasan KTR perlu dicatat Penegakan aturan KTR di UDINUS perlu segera diwujudkan Pemberian sanksi pada yang merokok di area KTR sangat diperlukan Saya akan mengingatkan teman yang merokok di area KTR Keberhasilan penerapan area KTR sangat bergantung dengan kemauan saya
Setuju % 90 93,8
Tidak Setuju ∑ % 6 6,2
91 78
94,8 81,2
5 18
5,2 18,8
59
61,5
37
38,5
91
94,8
5
5,2
81 48
84,4 50,0
15 48
15,6 50,0
69 87
71,9 90,6
27 9
28,1 9,4
78
81,2
18
18,8
79
82,3
17
17,7
72
75,0
24
25,0
Berdasarkan tabel 5.9, sebesar 50,0% reponden berpendapat kurangnya sosialisasi KTR di kampus UDINUS, sebesar 39,5% tidak setuju dengan adanya pemberian denda sejumlah uang di area KTR UDINUS, sebesar 37,5% berpendapat bahwa merokok adalah hak dimana orang boleh merokok dimana saja, sebesar 29,2% tidak setuju bila kampus menjadi tempat bebas asap rokok. Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap tentang KTR Sikap Kurang
∑
% 6
6,2
Baik
90
93,8
Total
96
100,0
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar responden mempunyai sikap baik (93,8%) tentang KTR
Partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) No
Pertanyaan
1
Apakah anda pernah mencari informasi tentang Kawasan Tanpa Rokok ? Apakah anda pernah mendapat sosialisasi mengenai KTR lewat banner, poster, dsb ? Apakah area UDINUS adalah wilayah yang termasuk Kawasan Tanpa Rokok ? Apakah anda pernah mengingatkan mahasiswa lain untuk tidak merokok di area KTR UDINUS ? Apakah anda pernah menegur orang yang merokok di area KTR UDINUS ? Perlukah ada satgas penegakan area KTR di UDINUS ?
2 3 4 5 6
Pilihan Jawaban Pernah/ Perlu Tidak pernah/ Tidak perlu ∑ 20
% 20,8
67
∑ 76
% 79,2
69,8
29
30,2
41
42,7
55
57,3
43
44,8
53
55,2
38
39,6
58
60,4
69
71,9
27
28,1
Berdasarkan tabel 5.11, sebesar 79,2% responden tidak pernah berupaya mencari informasi tentang Kawasan Tanpa Rokok, sebesar 60,4% responden menyatakan tidak pernah menegur orang yang merokok di area KTR UDINUS, sebesar 57,3% berpendapat bahwa area UDINUS bukan termasuk Kawasan Tanpa Rokok, sebesar 55,2% responden tidak pernah mengingatkan mahasiswa lain untuk tidak merokok di area KTR UDINUS.
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Tingkat partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Partisipasi
∑
%
Kurang
80
83,3
Baik
16
16,7
Total
96
100,0
Berdasarkan tabel 5.12, sebagian besar responden mempunyai partisipasi yang kurang tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (83,3%).
5.1.4 Analisis Bivariat
Hubungan antara pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dengan tingkat partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Tabel 5.13 Hubungan antara pengetahuan dengan tingkat partisipasi Pengetahuan Kurang Baik
Tingkat partisipasi Kurang Baik ∑ % ∑ % 16 100,0 0 0 64 80,0 16 20,0
Jumlah ∑ % 16 100,0 80 100,0
Berdasarkan tabel diatas, persentase tingkat partisipasi kurang pada responden dengan pengetahuan kurang (100,0%) lebih besar daripada pengetahuan baik (80,0%). Hasil uji Fisher exact sebagai uji alternatif chi square diperoleh nilai signifikansi 0,065 sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara pengatahuan dengan tingkat partisipasi.
Hubungan antara sikap tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dengan tingkat partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Tabel 5.14 Hubungan antara sikap dengan tingkat partisipasi Sikap Kurang Baik
Tingkat partisipasi Kurang Baik ∑ % ∑ % 6 100,0 0 0,0 74 82,2 16 17,8
Jumlah ∑ % 6 100,0 90 100,0
Berdasarkan tabel 5.14, persentase tingkat partisipasi kurang pada responden dengan sikap kurang (100,0%) lebih besar daripada sikap baik (82,2%). Hasil uji Fisher exact sebagai uji alternatif chi square diperoleh nilai
signifikansi 0,585 sehingga disimpulkan tidak ada
hubungan antara sikap dengan tingkat partisipasi.
5.1.5 Hasil Diskusi Kelompok Terarah/ Focuss Group Discuss
Tujuan dari diskusi kelompok terarah (DKT) adalah untuk menggali informasi yang berhubungan dengan segala hal yang diketahui oleh peserta tentang Kawasan Tanpa Rokok.
1. Karakteristik Peserta Diskusi Kelompok Terarah Peserta diskusi kelompok terarah (DKT) berasal dari Fakultas Kesehatan. Adapun karakteristik dari peserta FGD adalah sebagai berikut: Tabel 5.15 Karakteristik Peserta Diskusi Kelompok Terarah (DKT) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kode Peserta Ds Ya Va Pa Fu Ad Aw Lk Sm Mk La Dy
Umur (tahun) 24 22 22 22 20 20 20 19 19 22 21 21
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Status merokok Tidak merokok Merokok Tidak merokok Tidak merokok Merokok Merokok Merokok Tidak merokok Tidak merokok Merokok Tidak merokok Tidak merokok
2. Pendapat responden tentang pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Hasil diskusi menunjukkan sebagian besar peserta dapat mengatakan apa yang diketahuinya tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Hal ini dikarenakan sudah diterapkannya KTR di Fakultas Kesehatan yang merupakan asal fakultas peserta FGD. Seluruh peserta sepakat bahwa KTR adalah tempat boleh merokok tetapi di area tertentu. 3. Pendapat responden tentang penerapan bahwa tempat belajar seperti kampus menjadi KTR Hasil diskusi menunjukkan semua peserta menyatakan setuju bila tempat belajar seperti kampus menjadi area KTR, tetapi sulit untuk dilaksanakan karena sebagian besar civitas kampus adalah perokok. 4. Pendapat responden tentang penerapan KTR di UDINUS Hasil diskusi menunjukkan sebagian besar peserta menyatakan bahwa KTR di UDINUS belum dapat diterapkan, karena masih mudah dijumpai perokok di seluruh area UDINUS. Ada yang menyatakan bahwa beberapa gedung (C dan G) sudah baik dalam implementasinya karena ada yang mengingatkan untuk mematikan rokok.
5. Pendapat responden tentang upaya mewujudkan KTR di UDINUS Mengenai upaya mewujudkan KTR di UDINUS seluruh peserta sepakat bahwa perlu adanya sosialisasi tentang KTR, karena selama ini kurang dilakukan. Harus ada tempat khusus untuk merokok di setiap lantai, dimana kenyamanan ruang tersebut juga harus diperhatikan. Perlu ada penegakan di area KTR dan pemberian sanksi bagi yang melanggar, oleh karena itu perlu ada petugas khusus, dari karyawan seperti satpam yang memperingatkan bila ada orang mau masuk gedung untuk mematikan rokok. Namun ada yang berpendapat bahwa pemberian denda berarti mengurangi hak perokok. Tulisan yang berisi larangan merokok juga perlu ditambah.
5.2
Pembahasan 5.2.1 Analisis Univariat
Umur responden Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi.
Angka-angka
kesakitan
maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Dalam penelitian ini, menurut pengelompokan umur WHO, responden termasuk dalam kelompok orang muda dan dewasa (15-49 tahun). (8)
Jenis kelamin Dalam penelitian ini, sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (66,7%). Berkaitan dengan aktifitas merokok, lebih banyak pria mengisap rokok diduga oleh karena berperannya faktorfaktor lingkungan. (8)
5.2.2
Analisis Bivariat
Hubungan antara pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dengan tingkat partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Hasil uji Fisher exact sebagai uji alternatif chi square diperoleh nilai signifikansi 0,065 sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara
pengetahuan
dengan
tingkat
partisipasi.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa baik kurangnya pengetahuan tidak menunjukkan baik
kurangnya
pastisipasinya.
Sebagian
besar
mempunyai
pengetahuan baik tentang KTR, khususnya dalam hal pengertian KTR dan area-area yang masuk dalam KTR. Pemahaman mahasiswa tentang hal tersebut mencapai lebih dari 70%. Hanya saja yang kurang adalah pengetahuan mahasiswa mengenai regulasi KTR. Hanya 49% mahasiswa yang mengetahui adanya peraturan daerah tentang KTR. Saat ini sudah ada Perwal Kota Semarang Nomor 12/2009 yang mengatur KTR. Namun, belum sepenuhnya dipatuhi. Berkaitan
dengan regulasi KTR di UDINUS, masih terdapat 20,8% mahasiswa yang tidak mangetahui adanya peraturan KTR di UDINUS. Hal tersebut menunjukkan kurangnya pemahaman KTR di UDINUS sehingga implementasinyapun mengalami kendala. Hasil FGD menunjukkan perlu adanya sosialisasi untuk mewujudkan KTR di UDINUS baik kepada dosen maupun mahasiswa.
Hubungan antara sikap tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dengan tingkat partisipasi tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Hasil uji Fisher exact sebagai uji alternatif chi square diperoleh nilai signifikansi 0,585 sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara sikap dengan tingkat partisipasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa baik kurangnya sikap tidak menunjukkan baik kurangnya pastisipasinya. Sebagian besar mempunyai sikap baik (83,3%),
artinya
mahasiswa
menyadari
bahwa
keberhasilan
implementasi KTR di UDINUS sangat tergantung pada kemauan civitas akademika untuk mewujudkannya. Hasil FGD menunjukkan bahwa respon mahasiswa mengenai upaya menciptakan KTR sudah tergolong baik, pada yang merokok maupun tidak merokok. Mahasiswa yang merokok berpendapat bahwa untuk mewujudkan hak pada perokok maupun bukan perokok harus ada tempat yang dikhususkan bagi mereka untuk merokok. Tempat tersebutpun mestinya dibuat senyaman mungkin seperti halnya pada yang tidak merokok, sehingga kedua kelompok tersebut sama-sama tidak terabaikan haknya. Hal tersebut didukung hasil kuesioner yang menunjukkan sebesar 37,5% berpendapat bahwa merokok adalah hak dimana orang boleh merokok dimana saja. Hal yang kurang mendukung terhadap sikap tentang KTR adalah pada variable partisipasi. Sebesar 83,3% memiliki partisipasi kurang. Sebesar 60,4 % responden menyatakan tidak pernah menegur orang yang merokok di area KTR dan 55,2% tidak pernah mengingatkan mahasiswa lain untuk tidak merokok di area KTR. Hal tersebut menunjukkan kurangnya penegakan di area KTR. Menurut
Margono
dalam
Mardikanto,
kemauan
untuk
berpartisipasi
merupakan kunci utama bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi. Kesempatan dan kemampuan yang cukup belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk membangun. 5.3
Keterbatasan penelitian 1. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional dimana variable bebas dan terikat diukur secara bersamaan hanya pada suatu saat, sehingga tingkat partisipasi hanya diukur menggunakan kuesioner, dan tidak melalui observasi. 2. Kuesioner penelitian tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas sehingga kemungkinan besar terdapat item pertanyaan yang tidak valid dan reliable.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.4
Kesimpulan 1. Sebesar 83,3% responden berpengetahuan baik tentang Kawasan Tanpa Rokok. 2. Sebesar 93,8% responden mempunyai sikap baik tentang Kawasan Tanpa Rokok. 3. Sebesar 83,3% partisipasi responden tergolong kurang tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok. 4. Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok dengan tingkat partisipasi dalam implementasi Kawasan Tanpa Rokok (p value = 0,065). 5. Tidak ada hubungan antara sikap tentang Kawasan Tanpa Rokok dengan tingkat partisipasi dalam implementasi Kawasan Tanpa Rokok (p value = 0,585).
5.5
Saran 3. Penelitian ini merupakan survei pendahuluan tentang implementasi Kawasan Tanpa Rokok sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam bentuk penelitian kualitatif yang lebih mendalam khususnya pada perokok untuk menggali opini perokok untuk secara bersama-sama mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok di kampus, mengingat mayoritas perokok dijumpai pada usia muda. 4. Perlu adanya sosialisasi tentang Kawasan Tanpa Rokok di UDINUS baik pada dosen maupun mahasiswa dalam bentuk banner maupun tulisan larangan merokok di semua area UDINUS 5. Perlu adanya penegakan Kawasan Tanpa Rokok di kampus dalam bentuk pengawasan di area tersebut dengan mengoptimalkan peran mahasiswa melalui kelompok sebaya (peer group).
DAFTAR PUSTAKA 1. Kementrian
Kesehatan
–
Pusat
Promosi
Kesehatan.
Pedoman
Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. 2011 2. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007 3. Swan,
Gary.
2004.
Nikotin
&
Tembakau.
Boston
University:
http://www.scienceblog.com/community 4. Triswanto, Sugeng D. Stop Smoking. Yogyakarta. Progresif Book. Mei 2007. 5. Nawawi,
H.
2005.
Akibat
Buruk
Merokok.
http://www.eramoslem.com/ks/ks/53/17883,1,v.html 6. Sugito, J. Stop Rokok Mudah, Murah, Cepat. Jakarta : Penebar Swadaya. 2007. 7. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT Rineka Cipta, Jakarta. 2000. 8. Notoatmodjo, S. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. 9. Mikkelsen, Britha. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. 2006. 10. Mardikanto, Totok. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press, Bogor. 2003. 11. Green, L. Health Education Planning A Diagnostic Approach. USA : The John Hopkins University Mayfield Publishing Co. 1994. 12. Ma'rat. Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta: Ghala Indonesia; 1992. 13. Azwar S. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 1995.
TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG No Responden Interviewer Tanggal A.
B.
: : :
……………………………………………………………… ……………………………………………………………… ………………………………………………………………
Karakteristik Responden 1. Nama 2. Umur 3. Alamat 4. Masih merokok sampai saat ini ?
: : : :
…………………………………….. ……………… tahun …………………………………….. 1. Ya 2. Tidak
Kebiasaan merokok untuk yang merokok 1. Sejak umur berapa anda merokok ? ……………………………. Tahun 2. Berapa banyak anda menghabiskan rokok dalam 1 hari ? ……………… batang Jenis rokok apakah yang sering anda konsumsi ? (satu jawaban) 3. 2. Filter (yang biasanya ada busanya) 1. Non filter / kretek/ tingwe 4. Merk rokok yang sering dikonsumsi? ……………………………….
C. PENGETAHUAN (Lingkari pada pilihan jawaban) No Pertanyaan Pilihan Jawaban 1 Apakah yang dimaksud dengan Kawasan Tanpa Rokok ? d. Area tidak boleh merokok e. Area boleh merokok tapi ditempat terbuka f. Area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan / atau mempromosikan produk tembakau 2 Adakah peraturan pemerintah yang mengatur tentang Pedoman 1. Ada Kawasan Tanpa Rokok ? 2. Tidak ada 3 Apakah di Semarang sudah ada peraturan Kawasan Tanpa Rokok? 1. Ada 2. Tidak ada 4 Apakah tempat belajar mengajar merupakan Kawasan Tanpa Rokok ? 1. Ya 2. Tidak 5 Apakah di lingkungan kampus UDINUS sudah ditetapkan peraturan 1. Ya Kawasan Tanpa Rokok? 2. Tidak 6 Apakah ada peraturan mengenai Kawasan Tanpa Rokok pada 1. Ya tempat-tempat umum, fasilitas umum, dan fasilitas kesehatan ? 2. Tidak 7 Dimanakah yang disebut Kawasan Tanpa Rokok? 1. Ya / tidak 8. Fasilitas Pelayanan Kesehatan 2. Ya / tidak 9. Tempat Proses Belajar Mengajar 3. Ya / tidak 10. Tempat Anak Bermain 4. Ya / tidak 11. Tempat Ibadah 5. Ya / tidak 12. Angkutan Umum 6. Ya / tidak 13. Tempat Kerja 7. Ya / tidak 14. Tempat Umum
D. SIKAP (Beri tanda √ pada jawaban setuju/ tidak setuju) No Pernyataan 1 Orang dengan aktifitas merokok sangat mengganggu orang lain yang tidak merokok 2 Ketika ada orang lain yang sedang merokok di area KTR, saya berhak menegurnya 3 Merokok adalah hak, jadi orang boleh merokok dimana saja 4 Kampus harusnya menjadi tempat bebas asap rokok 5 Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan pada yang tidak merokok 6 Harus ada penegakan aturan di area KTR 7 Orang yang melanggar area KTR harus diberi sanksi 8 Pemberian denda sejumlah uang dapat ditegakkan di area KTR UDINUS 9 Saya tidak akan merokok di wilayah yang sudah ditetapkan sebagai KTR 10 Sosialisasi KTR di kampus bermanfaat bagi saya 11 Sosialisasi KTR di kampus dapat saya temui di semua wilayah di UDINUS 12 Pelanggaran terhadap kawasan KTR perlu dicatat 13 Penegakan aturan KTR di UDINUS perlu segera diwujudkan 14 Pemberian sanksi pada yang merokok di area KTR sangat diperlukan 15 Saya akan mengingatkan teman yang merokok di area KTR 16 Keberhasilan penerapan area KTR sangat bergantung dengan kemauan saya E. PARTISIPASI (Lingkari pada pilihan jawaban) No Pertanyaan 1 Apakah anda pernah mencari informasi tentang Kawasan Tanpa Rokok ? 2 Dimanakah informasi tersebut diperoleh ?
3 4 5 6 7 8 9 10
11
Apakah anda pernah mendapat sosialisasi mengenai KTR lewat banner, poster, dsb ? Apakah area UDINUS adalah wilayah yang termasuk Kawasan Tanpa Rokok ? Bila anda perokok, apakah anda pernah merokok di area KTR UDINUS? Bila anda perokok, apakah anda mematikan rokok anda ketika memasuki area KTR UDINUS? Apakah anda pernah mengingatkan mahasiswa lain untuk tidak merokok di area KTR UDINUS ? Apakah anda pernah menegur orang yang merokok di area KTR UDINUS ? Perlukah ada satgas penegakan area KTR di UDINUS ?
1. 2. • • • 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2.
Setuju
Tidak Setuju
Pilihan Jawaban Pernah Tidak pernah ……………………………………….. ……………………………………….. ……………………………………….. Pernah Tidak pernah Ya Tidak Pernah Tidak pernah Ya Tidak Pernah Tidak pernah Pernah Tidak pernah Perlu Tidak perlu
Menurut anda bagaimana penerapan KTR di UDINUS ? …………………………………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… Bagaimana saran anda untuk menciptakan kawasan tanpa rokok di UDINUS ? ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………
DESKRIPSI KARAKTERISTIK masih merokok saat ini? Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ya
35
36.5
36.5
36.5
tidak
61
63.5
63.5
100.0
Total
96
100.0
100.0
UMUR N
Minimum
umur responden
96
Valid N (listwise)
96
Maximum
18
Mean
26
Std. Deviation
21.10
1.606
DESKRIPSI KEBIASAAN MEROKOK sejak umur berapa mulai merokok Cumulative Frequency Valid
Missing
Percent
Valid Percent
Percent
12
1
1.0
2.9
2.9
13
1
1.0
2.9
5.7
14
3
3.1
8.6
14.3
15
8
8.3
22.9
37.1
16
10
10.4
28.6
65.7
17
5
5.2
14.3
80.0
18
4
4.2
11.4
91.4
19
1
1.0
2.9
94.3
20
2
2.1
5.7
100.0
Total
35
36.5
100.0
System
61
63.5
96
100.0
Total
berapa banyak anda menghabiskan rokok dalam 1 hari? Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
1
1.0
2.9
2.9
3
6
6.2
17.6
20.6
Missing
4
1
1.0
2.9
23.5
5
4
4.2
11.8
35.3
6
1
1.0
2.9
38.2
7
3
3.1
8.8
47.1
8
6
6.2
17.6
64.7
12
10
10.4
29.4
94.1
13
1
1.0
2.9
97.1
40
1
1.0
2.9
100.0
Total
34
35.4
100.0
System
62
64.6
96
100.0
Total
jenis rokok yang sering dikonsumsi Cumulative Frequency Valid
Missing
non filter
Percent
Valid Percent
Percent
3
3.1
8.8
8.8
filter
31
32.3
91.2
100.0
Total
34
35.4
100.0
System
62
64.6
96
100.0
Total
merk rokok yang dikonsumsi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
62
64.6
64.6
64.6
a mild
1
1.0
1.0
65.6
clasmild
1
1.0
1.0
66.7
djarum
3
3.1
3.1
69.8
gudang garam
8
8.3
8.3
78.1
LA
3
3.1
3.1
81.2
la light
1
1.0
1.0
82.3
malboro
8
8.3
8.3
90.6
sampoena
1
1.0
1.0
91.7
sampoerna
8
8.3
8.3
100.0
jenis rokok yang sering dikonsumsi Cumulative Frequency Valid
Missing
non filter
Percent
Valid Percent
Percent
3
3.1
8.8
8.8
filter
31
32.3
91.2
100.0
Total
34
35.4
100.0
System
62
64.6
Total
96
100.0
100.0
DESKRIPSI TINGKAT PENGETAHUAN apa yang disebut kawasan tanpa rokok Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
area a dan b
57
59.4
59.4
59.4
area c
39
40.6
40.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
adakah peraturan pemerintah yang mengatur tentang pedoman KTR Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak ada
26
27.1
27.1
27.1
ada
70
72.9
72.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
apakah di Semarang sudah ada peraturan KTR Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak ada
49
51.0
51.0
51.0
ada
47
49.0
49.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
apakah tempat belajar mengajar merupakan KTR Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
24
25.0
25.0
25.0
ya
72
75.0
75.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
apakah di Lingkungan UDINUS udah diterapkan peraturan KTR Frequency Valid
tidak
Percent 20
20.8
Valid Percent 20.8
Cumulative Percent 20.8
ya
76
79.2
79.2
Total
96
100.0
100.0
100.0
apakah ada peraturan tentang KTR pada TTU, Fasilitas Umum an Kesehatan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidaK
15
15.6
15.6
15.6
ya
81
84.4
84.4
100.0
Total
96
100.0
100.0
KTR, Fasilitas yankes Frequency Valid
tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
5
5.2
5.2
5.2
ya
91
94.8
94.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
KTR, Tempat proses belajar mengajar Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
10
10.4
10.4
10.4
ya
86
89.6
89.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
KTR, Tempat anak bermain Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
19
19.8
19.8
19.8
ya
77
80.2
80.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
KTR, Tempat ibadah Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
15
15.6
15.6
15.6
ya
81
84.4
84.4
100.0
Total
96
100.0
100.0
KTR, Angkutan Umum Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
39
40.6
40.6
40.6
ya
57
59.4
59.4
100.0
Total
96
100.0
100.0
KTR, Tempat Kerja
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
27
28.1
28.1
28.1
ya
69
71.9
71.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
KTR, Tempat Umum Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
55
57.3
57.3
57.3
ya
41
42.7
42.7
100.0
Total
96
100.0
100.0
total skor pengetahuan KTR Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
4
3
3.1
3.1
3.1
5
8
8.3
8.3
11.5
6
5
5.2
5.2
16.7
7
8
8.3
8.3
25.0
8
8
8.3
8.3
33.3
9
12
12.5
12.5
45.8
10
19
19.8
19.8
65.6
11
17
17.7
17.7
83.3
12
8
8.3
8.3
91.7
13
8
8.3
8.3
100.0
96
100.0
100.0
Total
kategori tingkat pengetahuan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
kurang
16
16.7
16.7
16.7
baik
80
83.3
83.3
100.0
Total
96
100.0
100.0
DESKRIPSI SIKAP Orang yang merokok sangat menganggu orang lain yang tidak merokok Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
7
7.3
7.3
7.3
setuju
89
92.7
92.7
100.0
Total
96
100.0
100.0
ketika ada orang lain yang merokok di area KTR, saya berhak menegur Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
18
18.8
18.8
18.8
setuju
78
81.2
81.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
merokok adalah hak, jadi orang boleh merokok dimana saja Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
setuju
36
37.5
37.5
37.5
tidak
60
62.5
62.5
100.0
Total
96
100.0
100.0
kampus harusnya menjadi tempat bebas asap rokok Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
28
29.2
29.2
29.2
setuju
68
70.8
70.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
KTR merupakan upaya perlindungan pada yang tidak merokok Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
6
6.2
6.2
6.2
setuju
90
93.8
93.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
harus ada penegakan di area KTR Cumulative Frequency Valid
tidak
Percent 5
5.2
Valid Percent 5.2
Percent 5.2
setuju
91
94.8
94.8
Total
96
100.0
100.0
100.0
orang yang melanggar area KTR harus diberi sanksi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
18
18.8
18.8
18.8
setuju
78
81.2
81.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
pemberian denda sejumlah uang dapat ditegakkan di area KTR UDINUS Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
37
38.5
38.5
38.5
setuju
59
61.5
61.5
100.0
Total
96
100.0
100.0
saya tidak akan merokok di wilayah yang sudah ditetapkan sebagai KTR Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
5
5.2
5.2
5.2
setuju
91
94.8
94.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
sosialisasi KTR di Kampus bermanfaat bagi saya Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
15
15.6
15.6
15.6
setuju
81
84.4
84.4
100.0
Total
96
100.0
100.0
sosialisasi KTR di kampus dapat saya temui disemua wilayah UDINUS Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
48
50.0
50.0
50.0
setuju
48
50.0
50.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
pelanggaran terhadap KTR perlu dicatat
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
27
28.1
28.1
28.1
setuju
69
71.9
71.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
penegakan aturan KTR di UDINUS perlu segera diwujudkan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
9
9.4
9.4
9.4
setuju
87
90.6
90.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
pemberian sanksi pada yang merokok di area KTR sangat diperlukan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
18
18.8
18.8
18.8
setuju
78
81.2
81.2
100.0
Total
96
100.0
100.0
saya akan mengingatkan teman yang merokok di area KTR Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
17
17.7
17.7
17.7
setuju
79
82.3
82.3
100.0
Total
96
100.0
100.0
keberhasilan penerapan area KTR sangat bergantung dengan kemauan saya Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
24
25.0
25.0
25.0
setuju
72
75.0
75.0
100.0
Total
96
100.0
100.0
kategori sikap Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
saya akan mengingatkan teman yang merokok di area KTR Cumulative Frequency Valid
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
17
17.7
17.7
17.7
setuju
79
82.3
82.3
100.0
kurang
6
6.2
6.2
6.2
baik
90
93.8
93.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
DESKRIPSI PARTISIPASI apakah anda pernah mencari Info tentang KTR Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
76
79.2
79.2
79.2
pernah
20
20.8
20.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
apakah anda pernah mendapat sosialisasi tentang KTR lewat banner, poster, dsb Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
29
30.2
30.2
30.2
penah
67
69.8
69.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
apakah area UDINUS adalah wilayah KTR Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
55
57.3
57.3
57.3
pernah
41
42.7
42.7
100.0
Total
96
100.0
100.0
apakah anda pernah mengingatkan mahasiswa lain untuk tidak merokok di area KTR Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
53
55.2
55.2
55.2
pernah
43
44.8
44.8
100.0
Total
96
100.0
100.0
apakah anda pernah menegur orang yang merokok di area KTR Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
58
60.4
60.4
60.4
pernah
38
39.6
39.6
100.0
Total
96
100.0
100.0
perlukah ada satgas penegakan area KTR di UDINUS Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
tidak
27
28.1
28.1
28.1
pernah
69
71.9
71.9
100.0
Total
96
100.0
100.0
kategori tingkat partisipasi Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
80
83.3
83.3
83.3
baik
16
16.7
16.7
100.0
Total
96
100.0
100.0
ANALISIS BIVARIAT Crosstab kategori tingkat partisipasi kurang kategori sikap
kurang
Count % within kategori sikap
baik
sikap Total
0
6
100.0%
.0%
100.0%
74
16
90
82.2%
17.8%
100.0%
80
16
96
83.3%
16.7%
100.0%
Count % within kategori sikap
Total
6
Count % within kategori
baik
d
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
Point
sided)
sided)
sided)
Probability
df a
1
.258
.320
1
.572
2.266
1
.132
1.280 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
1.267
N of Valid Cases
c
1
.260
.585
.324
.380
.324
.585
.324
.585
.324
.324
96
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00. b. Computed only for a 2x2 table c. The standardized statistic is 1.125. d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results. Crosstab kategori tingkat partisipasi kurang kategori tingkat pengetahuan kurang
Count % within kategori tingkat pengetahuan
baik
Count
baik
Total
16
0
100.0%
.0%
64
16
16 100.0 % 80
% within kategori tingkat pengetahuan Total
80.0%
20.0%
80
16
83.3%
16.7%
Count % within kategori tingkat pengetahuan
100.0 % 96 100.0 %
d
Chi-Square Tests
Point
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
sided)
sided)
a
1
.050
2.535
1
.111
6.443
1
.011
3.840 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
3.800
N of Valid Cases
c
1
.051
(1-sided) .065
.041
.045
.041
.065
.041
.065
.041
96
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.67. b. Computed only for a 2x2 table c. The standardized statistic is 1.949. d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
Exact Sig. Probabili ty
.041