TINGKAT KINERJA…..(27):211-221
TINGKAT KINERJA DAN PERMASALAHAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT PROGRAM GERHAN DI KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN Oleh/by MUHAMMAD AKHDIYAT & SRI RIYANI Program Studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT Group Farmer of HR Gerhan owning performance storey;level with high criterion [is] Kelompok Tani Maju Bersama with obtaining average value 89,44 % and Kelompok Tani Karya Muda obtain;get average value 76,16 , while Kelompok Tani Griya Muda have criterion mount performance by obtaining average value 61,33 %. As a whole the each Group becoming research object have problems. Of so much many existing problems, problems which is dominant to be experienced of by all group and determine group motion is about ill defined activity plan, incomplete group administration and construction which is not optimal . Keyword : Level Performance, Problems, Group Farmer
PENDAHULUAN
UU No.41 Tahun 1999 telah secara jelas menyebutkan peran dari masyarakat dalam kehutanan baik melalui kegiatan pemerintah maupun mandiri. Salah satunya kegiatan tersebut adalah Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL/ Gerhan yang salah satunya adalah Hutan Rakyat (HR). Hutan rakyat diarahkan untuk menghasilkan kayu dan hasil hutan lainya yang berada di luar kawasan hutan bukan tanpa kendala. Pendidikan yang minim, wawasan yang kurang memadai menyebabkan keberadaan HR dan masyarakat sekitar hutan semakin tidak pasti dan semakin diragukan keberhasilannya. Berbagai upaya telah dilakukan mulai dari membangun sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan, melakukan pendampingan hingga membentuk suatu wadah atau lembaga dengan tujuan meningkatkan posisi tawar masyarakat agar terwujudnya kelompok tani yang tangguh dan dinamis dengan manajemen yang memadai dalam bidang satu unit usaha yang menguntungkan guna mencapai tujuan bersama.
Kelembagaan pada prinsipnya adalah usaha dalam memberdayakan masyarakat sekitar hutan melalui pembinaan regulasi, supervisi dan fasilitas yang terwujud dalam bentuk pembangunan infrastruktur baik fisik maupun sosial dengan berbagai macam kegiatan seperti pendidikan berkelanjutan sehingga masyarakat sekitar hutan mempunyai akses lebih terhadap sumber daya alam, teknologi dan modal. Berbagai pihak menyebutkan bahwa saat ini pengembangan kelembagaan menjadi jauh dari harapan. Kelembagaan kelompok tani yang dimaknai sebagai wadah untuk meningkatkan potensi dan transfer teknologi kepada masyarakat yang masih tertinggal dalam hal pengetahuan dan keterampilan juga dalam hal aksesnya untuk memperoleh informasi dan memanfaatkan peluang kemudahan-kemudahan yang tersedia bagi mereka masih mengalami kesulitan, sehingga target keberhasilan program sulut dicapai kerena masih rendahnya tingkat kinerja. Bertitik tolak dari pernyataan diatas penulis mencoba melakukan penelitian tingkat kinerja beberapa
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009
211
TINGKAT KINERJA…..(27):211-
kelompok tani hutan rakyat program gerhan di desa Kertak Empat dan Mangkaok Kecamatan Pengaron Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja dan permasalahan kelompok tani program HR Gerhan.khusunya di desa Kertak
Empat dan Mangkaok Kecamatan Pengaron Kalimantan Selatan. Hasil dari penelitian ini bermanfaat sebagai informasi dan masukan bagi pengambil kebijakan dalam hal ini Dinas/ Instansi terkait dalam rangka perencanaan program hutan rakyat.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kertak Empat dan Mangkauk Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei hingga Juli 2008 yang meliputi pengambilan data, pengolahan dan analisis data. Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan tulis menulis, kuisioner (lembar pertanyaan) yang berfungsi sebagai alat untuk memperoleh data primer baik dari responden contoh maupun pengambil kebijakan (Dinas Kahutanan/ Penyuluh lapangan dll) dan kamera sebagai alat dokumentasi objek-objek penelitian Disamping itu, peneliti di lapangan dibantu oleh satu tenaga lapangan yang ikut terlibat aktif dalam pengumpulan data di Kelompok Karya Muda dan Griya Muda serta Maju Bersama. Obyek dalam penelitian ini adalah anggota maupun pengurus kelompok tani HR Gerhan yaitu Kelompok Karya Muda dan Griya Muda di Desa Kertak Empat dan Kelompok Maju Bersama di Desa Mangkauk Kecamatan Pengaron dan instansi terkait yaitu Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar dan Kantor Kecamatan Pengaron. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara survei lapang melalui wawancara terpandu kepada masing-masing responden, wawancara langsung dengan narasumber khusus di Desa, panduan wawancara kepada
responden terpilih adalah dengan bantuan kuisioner (lembar pertanyaan) yang telah disiapkan sebelumnya dan untuk wawancara dengan beberapa narasumber disiapkan dengan semi struktur. Pengambilan data sekunder diperoleh dari studi pustaka dari berbagai sumber diantaranya Lembaga Pemerintah (pelaksana), Pemerintah Daerah atau Instansi terkait berupa data awal pelaksanaan kegiatan sampai dengan keadaan saat penelitian ini dilakukan, antara lain potensi desa dan kelurahan (keadaan umum wilayah) untuk memperoleh data jumlah penduduk dan keadaan umum Desa serta data pendukung lainnya. Penentuan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling untuk menentukan tempat penelitian di masing-masing wilayah kelompok tani HR Gerhan yang dipilih secara sengaja. Satuan terkecil sampel (responden) adalah pengurus dan anggota kelompok agar diperoleh informasi mendalam yang responden dipilih secara acak. Masing-masing mewakili kelompok sebanyak 50 % sehingga secara keseluruhan didapatkan 44 orang responden yang terdiri dari : a. Responden kelompok Karya Muda sebanyak 50 % (18 responden) dari jumlah 35 orang anggota b. Responden kelompok Griya Muda sebanyak 50 % (13 responden) dari jumlah 25 orang anggota
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009
212
TINGKAT KINERJA…..(27):211-
responden menjabat sebagai Penyuluh Kehutanan Pelaksana Lanjut
c. Responden kelompok Maju Bersama sebanyak 50 % (13 responden) dari jumlah 25 orang anggota. Selain itu diperlukan pula 4 orang responden masing-masing berasal dari penyuluh dan Instansi terkait (Kehutanan) sebagai pembina dan Kecamatan Pengaron sebagai lembaga payung hukum kelompok yang terdiri dari : a. Responden dari Dinas Kehutanan sebanyak 3 responden : 1 responden menjabat sebagai Kasubdin Pengembangan Usaha dan Penyuluhan Kehutanan dan 2
b. Responden dari kantor Kecamatan Pengaron yaitu Camat Pengaron. Data yang diperoleh diolah dengan cara tabulasi sederhana, kemudian dinilai secara kualitatif melalui skoring terhadap jawaban responden dengan skala 3 :2: 1. Untuk mendapatkan tingkat kinerja kelompok tani setiap lembaga mengutip dari Anies (2005), adalah sebagai berikut :
• Mengetahui TKKT persatuan pertanyaan TKKT =
SrD X 100 % SrI
• Mengetahui TKKT seluruhnya
TKKT
TKKT total =
∑ Seluruhnya TKKT Ideal
x 100 %
Keterangan : TKKT = Tingkat Kinerja Kelompok Tani Sr D = Skor yang didapat Sr I = Skor ideal
Kriteria tingkat kinerja kelompok tani (TKKT) seluruhnya
berdasarkan nilai skoring ditetapkan sebagai berikut :
1. Nilai TKKT < 35 % maka kelompok berkinerja rendah 2. Nilai TKKT antara 35 % sampai 70 % maka kelompok berkinerja sedang 3. Nilai TKKT > 70 % maka kelompok berkinerja tinggi.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009
213
TINGKAT KINERJA…..(27):211-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Letak dan Luas Berdasarkan Potensi Desa dan Kelurahan (2008) Kecamatan Pengaron secara administratif pemerintahan merupakan wilayah Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan selatan yang secara geografis terletak pada posisi Lintang selatan (LS) 309’34” – 3017’58” dan Bujur timur (BT) 11507’50” 11505’43”. Desa Kertak Empat memiliki luas 19,00 Km2 dengan batas wilayah dan Desa Mangkauk memiliki luas 40,10 Km2 Topografi dan Tanah Desa Kertak Empat merupakan Desa dataran tinggi/pengunungan dengan tingkat kemiringan tanah 400 dan ketinggian 1500 m dl, tekstur tanah debuan dan warna tanah merah hitam. Desa Mangkauk saat ini belum memiliki data yang pasti untuk topografi dan tanah karena keterangan administrasi yang belum rapi dan dikarenakam adanya permasalahan internal Desa (Potensi Desa dan Kelurahan, 2008). Iklim Iklim daerah Kecamatan Pengaron yang meliputi Desa Kertak Empat dan Mangkauk antara bulan Januari hingga Desember 2006 memiliki curah hujan yang paling besar di bulan Desember yaitu 408,4 mm dan yang terendah pada bulan September yang hanya 2,9 mm. Tekanan udara berkisar 1.010 1.013 Milibar. Kelembaban udara berkisar 66,1% – 89,0 %. Besarnya suhu (temperatur udara) berkisar 26,00 C – 28,40 C serta kecepatan angin ratarata berkisar antara 1,4 knots – 5,4 Knots. Data Penyebaran curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 2 (Kecamatan Pengaron dalam Angka 2006). Desa Kertak Empat dengan jumlah bulan hujan selama 7 bulan dan suhu rata-rata harian 250C sedangkan Desa Mangkauk belum memiliki kejelasan
tentang iklim sekitar tetapi berdasarkan letak daerahnya yang berdekatan dengan Desa Kertak Empat sehingga diasumsikan tidak berbeda jauh kondisi iklimnya (Potensi Desa dan Kelurahan, 2008). Penggunaan Lahan Lahan pada lokasi penelitian sebagian besar dipergunakan untuk keperluan bertani baik dalam bentuk kebun, sawah maupun ladang, lahan pekarangan maupun ladang/tegal banyak yang ditanami kayu-kayuan dalam bentuk hutan rakyat dan merupakan jenis penggunaan lahan yang paling besar. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Jumlah penduduk di desa Kertak Empat 508 jiwa sedangkan didesa Mangkaok 3429 jiwa dengan kumlah kepala keluarga masing-masing 169 dan 788. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan didesa Kertak Empat adalah 245 : 263 dan didesa Mangkaok 1776 : 1653 dengan perbandingan sex ratio masing-masing 92 dan 107. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di desa Kertak Empat 320 jiwa adalah orang dewasa dan 193 anak-anak, sedangkan didesa Mangkaok 2124 jiwa orang dewasa dan 1305 anak-anak. Penduduk di Desa Kertak Empat dan Mangkauk mayoritas berasal dari luar Kalimantan (Transmigran). Penduduk Desa Kertak Empat mayoritas adalah suku Jawa yang mulai bermigrasi tahun 1945, dan responden yang umurnya berkisar 40 tahun merupakan penduduk yang orang tuanya adalah pendatang sehingga mereka kelahiran Desa Kertak Empat sedangkan penduduk Desa Mangkauk mayoritas adalah suku
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009
214
TINGKAT KINERJA…..(27):211-
Banjar dan Madura, untuk responden adalah suku Madura karena daerah HR di sekitar pemukiman mereka dan mereka juga ada yang pendatang dan ada yang berkelahiran di Mangkauk. Pendidikan Pendidikan formal di Desa Kertak Empat hanya memiliki Sekolah Dasar Negeri (SDN) dengan jumlah 1, jumlah tenaga pengajar 6 dan jumlah siswa ada 46 siswa sedangkan Desa Mangkauk memiliki Sekolah Madrasah 1 buah, jumlah tenaga pengajar ada 13 orang dengan jumlah siswa sebanyak 63 siswa Mata pencaharian Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Kertak Empat adalah Petani, Penyadap karet, PNS, Pengumpul rempah-rempah, Pensiunan, Dukun kampung, Tukang pijat dan karyawan swasta serta ada juga yang berprofesi sebagai tukang kayu dan batu sedangkan Desa Mangkauk banyak yang berprofesi sebagai Penyadap karet/tani, PNS, Pedagang dan Buruh di perusahaan batu bara (Potensi Desa dan Kelurahan, 2008). Para pihak dan peranannya dalam kelembagaan kelompok tani HR Dinas Kehutanan memiliki peranan yang penting karena mereka adalah pihak yang sangat bertanggung jawab dari awal pembentukan kelompok. Kemudian proses pembinaan dilanjutkan oleh penyuluh kehutanan dam LSM/pendamping kegiatan program untuk membantu mereka dalam memecahkan masalah kelompok seperti masalah keuangan dan sebagainya. Kelompok akan siap untuk mandiri atau mencapai kemandirian dalam waktu lima tahun pembinaan. Kegiatan penyuluhan tidak akan berhasil tanpa ada sokongan dana dan responden menilai bahwa program pemberdayaan dengan proyek adalah
salah satu cara memperoleh dana sampai kelompok dinilai mandiri dalam menjalankan rencana kerja kelompok. Berbagai masalah muncul di kelompok bisa diselesaikan dengan bantuan Penyuluh (Pembina) yang menggunakan cara partisipatif dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Pendekatan partisipatif ini terbukti efektif dan salah satu penentu keberhasilan kelompok Ahmad (2008) yang menyatakan bahwa pola pendekatan seorang penyuluh adalah faktor yang paling dominan dalam kegagalan dan keberhasilan menjalankan program dan komunikasi di kelompok. Penyuluh juga berinisiatif untuk mengajarkan sesuatu yang baru kepada kelompok seperti pembuatan pupuk atau bibit dan semua aktivitas tersebut adalah swadana penyuluh dalam rangka membentuk kemandirian kelompok, menyelesaikan masalah kelompok juga menyampaikan informasi yang benar serta membina agent-agent/kader yang bertempat tinggal di daerah sekitar kemudian membentuk ”Penyuluh Swadaya”. Penyuluh swadaya yang dipilih adalah anggota kelompok yang menjadi otak tani seperti ketua atau mantan ketua. Otak tani atau dengan istilah kader tani bertugas mentrasnformasi wawasan dan pengetahuan yang diberikan oleh penyuluh kepada anggota yang lain. Apabila pertemuan Penyuluh dengan kelompok dilakukan dalam rangka monitoring dan evaluasi maka penyuluh swadaya ditugaskan untuk menghadirkan anggotanya menggunakan cara teknis membuat seragam dan seragam tersebut dipakai setiap ada pertemuan dengan kelompok. Setiap pertemuan ada pemberian materi dan untuk menguji penerimaan mereka terhadap materi yang disampaikan dibuat permainanpermainan menarik berhadiah dengan
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009
215
TINGKAT KINERJA…..(27):211-
berbagai jenis permainan seperti bentuk arisan, nama yang keluar maka orang tersebut yang menjawab pertanyaan dan akan menerima hadiah yang bisa digunakan oleh orang banyak misalnya makanan atau rokok.
Keberadaan kelompok tani HR Gerhan Keberadaan kelompok tani dicrikan antara lain dengan adanya kelompok (nama), struktur organisasi kelompok, aturan kelompok (AD/ART), rencana kerja kelompok, keanggotaan, areal kelola kelompok, administrasi kelompok. Sebagai gambaran eksistensi kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data kelompok tani HR Gerhan No
Nama kelompok
Jumlah anggota
Jenis tanaman
Nama Desa
1
Karya Muda
35 orang
Jati dan karet (70 :30)
Kertak Empat
2
Griya Muda
25 orang
Jati dan karet (70 :30)
Kertak Empat
3
Maju Bersama
25 orang
Jati dan karet (70 :30)
Mangkauk
Jumlah Anggota yang terbanyak dimiliki oleh kelompok tani Karya Muda sebanyak 35 orang dibandingkan dengan kelompok yang lain. Secara normatif kelompok tani hutan rakyat minimal berjumlah 25 orang karena sesuai luas lahan HR minimal 25 ha, dengan perbandingan 1 orang berbanding 1 ha luasan lahan yang dikerjakan agar efektif dan efesien Faktanya Kelompok Karya Muda memiliki jumlah kelompok 35 orang dengan luasan lahan ada yang 1 ha/anggota dan ada yang 0,5 ha/anggota. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor antara lain luasan lahan yang bisa digarap sedikit sedangkan jumlah masyarakat yang berminat relatif banyak sehingga melebihi luasan lahan normatif, namun dengan rasa toleransi dan kebersamaan yang tinggi, pengurus dengan persetujuan dari kepala desa dan dinas terkait maka kelompok dibentuk dengan lebih dari 25 orang. Hanya saja secara administratif keanggotaan kelompok berjumlah 25 orang saja dan resiko yang harus
ditanggung kelompok salah satunya berupa pembagian baik barang ataupun materi untuk 25 orang dibagi untuk 35 orang Kinerja kelompok tani HR Gerhan Sebagaimana disebutkan terdahulu, kinerja kelompok diukur dengan berbagai indikator yaitu kelompok, struktur kelompok, aturan kelompok (ad/art), rencana kerja kelompok, keanggotaan, areal kelola kelompok, kemandirian kelompok, maanfaat bergabung dengan kelompok, administrasi kelompok, dan pembinaan kelompok. Hasil pengolahan dan analisa data dari pemberian skoring terhadap masing-masing kelompok tani memperlihatkan bahwa kelompok yang memiliki tingkat kinerja dengan kriteria tinggi adalah kelompok Maju Bersama yang memperoleh nilai rata-rata 89,44 % dan Kelompok Karya Muda memperoleh nilai rata-rata 76,16 % , sedangkan kelompok tani Griya Muda memiliki kriteria tingkat kinerja sedang dengan memperoleh nilai rata-rata 61,33 %. Selengkapnya Indikator ,
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009
216
TINGKAT KINERJA…..(27):211-
Nilai dan Kritera Kinerja Kelompok Tani
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Indikator , Nilai dan Kritera Kinerja Kelompok Tani No
Nilai Kinerja Kelompok (%)
Indikator kinerja
Karya Muda
Griya Muda
Maju Bersama
100 66,66
83,33 69,23
83,33 66,66
5,55
0
100
83,33
93,33
100
100 69,44 71,29
100 66,66 66,66
100 66,66 100
100
33,33
100
84,55
34,18
77,77
80,86
66,66
100
JUMLAH TOTAL
761,68
613,38
894,42
Tingkat Kinerja Kelompok Tani
76,16
61,33
89,44
Kriteria
Tinggi
Sedang
Tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok Struktur kelompok Aturan kelompok (AD/ART) Rencana kerja kelompok tani Keanggotaan kelompok Areal kelola kelompok Kemandirian kelompok Manfaat bergabung dengan kelompok Administrasi keorganisasian kelompok Pembinaan kelompok
Permasalahan kelompok Kelompok yang menjadi objek penelitian memperoleh skor kinerja yang tinggi adalah kelompok Karya Muda dan Maju Bersama sedangkan Griya Muda memperoleh skor dibawah 70 % sehingga di kategorikan berkinerja sedang, tetapi walaupun demikian kelompok juga memiliki permasalahan. Permasalahan mendasar adalah ketidaksiapan dalam membentuk kelompok yang berakibat pada ketidakmatangan kelompok tani. Kelompok tani yang ada secara terbuka mengakui bahwa pembentukan awal kelompok mereka bukanlah inisitaif kelompok sendiri melainkan terbentuk atas pemberitahuan kepala desa bahwa ada program Gerhan yang mengharuskan adanya kelompok untuk mendapatkan bantuan dengan syarat bahwa anggota minimal 25 orang dan lahan yang akan digarap seluas
minimal 25 Ha. Pembentukan kelompok dadakan ini tidak disertai dengan administrasi organisasi kelompok bahkan setelah kelompok berjalan hampir 4 tahun dan hingga sekarang kelompok belum ada kelengkapan administrasi organisasinya. Aturan main (AD/ART) kelompok juga merupakan sebuah permasalahan karena sejauh ini kelompok hanya menjalankan aktivitas kelompok lewat rasa kekeluargaan dan rasa kepercayaan terhadap pemimpin sehingga kelompok berjalan belum memiliki koridor yang jelas. Begitu pula dengan rencana kerja, kelompok pun tidak memilikinya, kelompok tidak memiliki tujuan dan arah berjalannya kelompok. Kelompok dijalankan berdasarkan keperluan dan sesuai dengan kondisi yang ada seperti ada
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009
217
TINGKAT KINERJA…..(27):211-
perlombaan maka kelompok ikut perlombaan. Pada saat perlombaan inilah penyuluh dan pengurus akan bekerja keras untuk membuat kelengkapan administrasi agar terkesan bahwa kelompok adalah kelompok dalam klasifikasi utama dan itulah fakta yang ditemukan di lapangan hanya kelompok tertentu yang memperoleh binaan sesuai prosedur tetapi bentuknya sangat temporal sehingga gerak/aktivitas kelompok juga temporal. Jika hal ini dibiarkan tujuan untuk mencerdaskan kelompok tidak akan tercapai dan kelompok tidak akan pernah mandiri. Frekuensi pertemuan kelompok tidak terjadwal artinya kelompok yang mengadakan pertemuan hanyalah kelompok yang memiliki rasa kebersamaan yang tinggi. Kelompok yang tidak mengadakan pertemuan kelompok beralasan bahwa tidak ada yang perlu dievaluasi sehingga tidak perlu ada pertemuan kelompok. Pertemuan dengan penyuluh oleh masing-masing kelompok juga tidak dilakukan karena kelompok tidak memiliki perasaan ketergantungan terhadap penyuluh begitu juga dengan Penyuluh tidak ada inisiatif untuk melakukan pertemuan dengan kelompok. Pendanaan maupun usaha produktif tidak dimiliki oleh kelompok. Permodalan berasal dari pendapatan pribadi dan usaha produktif kelompok bukanlah milik kelompok tetapi milik pribadi salah satu anggota atau
pengurus kelompok tetapi secara administratif kelompok dinilai mempunyai modal kelompok dan usaha produktif. Usaha produktif individu tadi bekerjasama dengan mitra kerja di luar Dinas terkait sehingga kesan yang ada kelompok telah mampu membangun jaringan rencana kerja dengan mitra. Hal ini dilakukan untuk meraih tujuan sesaat yang diketahui oleh semua pihak baik Pengurus, Anggota, dan Pembina. Permasalahan yang lain adalah pola pembinaan kelompok oleh Penyuluh. Pembinaan kelompok bukanlah pembinaan yang memberikan kontribusi terhadap kemajuan kelompok dan tercapainya tujuan hutan lestari. Pembinaan sejauh ini hanya dilakukan pada awal masa tugas atau awal pembentukan kelompok atau karena ada hal/persoalan yang melibatkan permasalahan image penyuluh/Dinas terkait dan bukanlah pembinaan yang bersifat berkesinambungan. Hal tersebut dilakukan karena Penyuluh berpendapat bahwa kelompok haruslah mandiri padahal kemandirian hanya dapat terbangun jika elemen penyuluh dapat menyatu dengan kelompok melalui kelengkapan administrasi, permodalan, rencana kerja yang sesungguhnya dan keterikatan emosi untuk saling bekerja sama demi tercapainya tujuan yang telah disepakati dengan prediksi keberhasilan dalam rentang waktu lima tahun. Keterangan lebih lanjut tentang permasalahan kelompok dan keidealan kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009
218
TINGKAT KINERJA…..(27):211-
Tabel 4. Permasalahan kelompok tani HR dan kondisi idealnya No
1
Permasalahan pada Kelompok Tani
Indikator Kerja
Kelompok
Karya Muda
Griya Muda
Ada bentuk kelompok dan status kelompok sudah berbadan hukum (SK Dinas)
Ada bentuk kelompok dan hanya disyahkan oleh Kecamatan
Ada,Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota
Ada,Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota
Kondisi Ideal
Maju Bersama Ada bentuk kelompok dan status berbentuk perkumpulan yang disyahkan di Kecamatan
2
Struktur kelompok
Ada,Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota
3
Aturan kelompok (AD/ART)
Tidak memiliki AD/ART secara tertulis dan tidak tertulis
Tidak memiliki AD/ART secara tertulis dan tidak tertulis
Aturan kelompok dibuat secara temporal demi tujuan tertentu
Tidak memiliki rencana kerja kelompok tetapi pertemuan kelompok intensif satu minggu sekali
Tidak memiliki rencana kerja kelompok, ada hanya bersifat isidentil demi kepentingan sesaat
Bentuk kelompok ada dan jelas serta status berbentuk badan hukum dengan bukti dari Akte notaris Struktur kelompok terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan koordinator seksi/bidang Ada AD/ART, inisiatif sendiri dan diketahui serta disetujui oleh anggota serta bersifat aplikatif Ada rencana kerja, tertulis, dimusyawarahkan pengurus dan disetujui oleh anggota serta sesuai dengan kondisi dan situasi kelompok
4
Rencana Kerja Kelompok
Tidak memiliki rencana kerja kelompok
5
Keanggotaan kelompok
Anggota berdomisili disekitar areal
Anggota berdomisili disekitar areal
Anggota berdomisili disekitar areal
Ada anggota yang bertempat tinggal disekitar areal
Areal kelola kelompok
Areal tidak satu hamparan dan lahan tanpa sertifikat hanya segel
Areal tidak satu hamparan dan lahan tanpa sertifikat hanya segel
Areal tidak satu hamparan dan lahan tanpa sertifikat hanya segel
Areal satu hamparan dan ada sertifikatnya
6
7
Administrasi keorganisasian kelompok
Ada tetapi tidak bisa menunjukkan kelengkapan administrasi keorganisasian kelompok
Hanya memiliki buku anggota
Ada, kecuali buku keuangan/ kas tetapi semuanya dibuat untuk momentum tertentu
8
Manfaat bergabung dengan kelompok
Ada
Tidak ada
ada
Kemandirian kelompok
Modal secara swadaya dan swadana sedangkan perluasan jaringan kerja tidak ada
Modal secara swadaya dan swadana sedangkan pengembangan jaringan kerja tidak ada
Modal secara swadaya dan swadana sedangkan pembangunan jaringan kerja ada tetapi milik perseorangan
9
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009
Kelengkapan administrasi kelompok dibuktikan dengan adanya buku tamu, anggota, kegiatan, inventarisasi kelompok, jadwal dan hasil pertemuan, tabungan/kas, dan buku evaluasi Ada baik materi maupun penambahan wawasan dan sebagainya Ada dengan membangun usaha kelompok dan kerjasama dengan mitra selain Instansi Pemerintah
219
TINGKAT KINERJA…..(27):211-
10
Pembinaan kelompok
Satu tahun terakhir tidak ada pembinaan
Secara keseluruhan masingmasing Kelompok yang menjadi objek penelitian mempunyai permasalahan. Dari sekian banyak permasalahan yang ada, permasalahan yang dominan dan
Satu tahun terakhir tidak ada pembinaan
Ada dan intensif
Ada, pertemuan rutin untuk Monev (Monitoring dan Evaluasi) dan ada manfaat yang didapat dengan adanya pembinaan seperti bertambahnya wawasan kelompok.
menentukan gerak kelompok adalah tentang rencana kerja yang tidak jelas, administrasi kelompok yang tidak lengkap dan pembinaan yang tidak optimal dialami oleh semua kelompok.
KESIMPULAN DAN SARAN Kelompok tani HR Gerhan yang memiliki tingkat kinerja dengan kriteria tinggi adalah kelompok Maju Bersama yang memperoleh nilai rata-rata 89,44 % dan Kelompok Karya Muda memperoleh nilai rata-rata 76,16 % , sedangkan kelompok tani Griya Muda memiliki kriteria tingkat kinerja sedang dengan memperoleh nilai rata-rata 61,33 %. Secara keseluruhan masingmasing Kelompok yang menjadi objek penelitian mempunyai permasalahan. Dari sekian banyak permasalahan yang ada, permasalahan yang dominan dialami oleh semua kelompok dan menentukan gerak kelompok adalah tentang rencana kerja yang tidak jelas, administrasi kelompok yang tidak lengkap dan pembinaan yang tidak optimal . Disarankan kepada Dinas kehutanan melalui penyuluh harus lebih
aktif lagi dalam menjalankan profesinya demi mencerdaskan masyarakat pedesaan dengan cara melakukan pendekatan yang bersifat partisipatif hingga mereka merasakan pentingnya kelompok karena kunci keberhasilan pembinaan adalah pola pendekatan yang dijalankan oleh penyuluh dan para pelaksana kegiatan, apabila kegiatan kelompok hendak dilaksanakan lagi hendaknya monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan dengan kesungguhan dan pembinaan terus dilakukan hingga kelompok memang benar-benar siap untuk mandiri dan kemudian kelompok yang sudah terbentuk harus tetap dikuatkan dengan cara melengkapi administrasi kelompok, membenahi program kerja, dan membuat jejaring kerja dengan pihak lain agar kemandirian terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Hutan Rakyat. www.dinashut-jateng.go.id. Diakses tanggal 27 April 2007. Anonim. 2006. Hutan Rakyat. www.wikipedia indonesia-hutan
rakyat. Diakses tanggal 27 April 2007. Ahmad, Tony. 2008. Pengalaman Bersama Masyarakat Sikka, Catatan Pengalaman Sebagai Pendamping Masyarakat.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009
220
TINGKAT KINERJA…..(27):211-
www.blogger.com/profile/0119958 3685377989394. Diakses tanggal 12 Mei 2008. Hariyudianti, Anies. 2005. Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pelaksanaan Program Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Kabupaten Kutai Timur. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Tidak dipublikasikan. Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial SK.50/VUPR/2004. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 12 Tahun 2007. Daftar Isian Potensi Desa dan Kelurahan. Pemerintah Kabupaten Banjar Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat. Kalimantan selatan. Yuanita, Renny. 2005. Aktivitas Pemberdayaan Kelompok Tani dan Hubungannya dengan Kemampuan Kelompok Tani Kecamatan Balikpapan Timur Kota Balikpapan. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Tidak dipublikasikan.
Slamet, M. 1987. Dinamika Kelompok. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Setia, Lisa. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Fungsi Tugas Kelompok Tani Penerima Proyek Pemberdayaan Kelembagaan Pangan di Pedesaan Tahun Anggaran 2001 Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Tidak dipublikasikan. Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada.. Jakarta. Studio Driya Media. 1994. Berbuat Bersama Berperan Setara. Pengkajian dan Perencanaan Program Bersama Masyarakat. Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara. Studio Driya Media. .Tony F, dan Utomo S. Bambang. 2004. Modul Kelembagaan dan Modul Social. Magister Pengembangan Masyarakat Pasca Sarjana IPB. Bogor. Wahyuni, Sri. 2003. Kinerja Kelompok Tani Dalam Sistem Usaha Tani Padi dan Metode Pemberdayaannya. Pusat Penelitian dan Pengembagan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. 8 hlm.
Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009
221