Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
ISSN : 2087-1899
TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP LAYANAN AKADEMIK DI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Wahyu Kuncoro Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT The purpose of the study was to test the contribution appraisal of procedural justice and appraisal of interactional justice to the satisfaction of academic service. The research hypothesis was the appraisal of procedural justice and appraisal of interactional justice which had contribution to the satisfaction of academic service. The research subjects consisted of 44 students. The data was obtained by using 3 scales, namely appraisal of procedural justice scale, appraisal of interactional justice scale, and
satisfaction of academic service scale. The result by using simple
regression technique found that
appraisal of procedural justice and appraisal of
interactional justice had significant effect in increasing the level of academic service satisfaction
PENDAHULUAN
Sedangkan
Perkawinan
merupakan
gerbang menuju terwujudnya sebuah keluarga. yang
Kehidupan
harmonis,
berkeluarga
bahagia
dan
menurunkan generasi yang sehat dan berkualitas
merupakan
kebanyakan orang. sedemikian
dambaan
Peran keluarga
pentingnya
dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
yang
masyarakat
pembentukan (Sriningsih,
dalam
insan 2005).
proses
seutuhnya
berlaku
di
perundangan
Indonesia,
UU
Perkawinan RI No.1 Tahun 1974, perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
karena merupakan komunitas terkecil dalam
menurut
Perkawinan dapat dikatakan sebagai sebuah aktivitas (Walgito, 1984).
Seperti layaknya aktivitas
Perkawinan
lainnya, perkawinan memiliki tujuan
didefinisikan sebagai bersatunya dua
yang akan dicapai oleh pasangan
orang sebagai pasangan suami istri
suami istri. Perkawinan yang sukses
(Hornby
adalah
dalam
Walgito,
1984).
perkawinan
yang
dapat
82
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
mewujudkan
tujuan
pribadi
memuaskan
masing-masing
ISSN : 2087-1899
dan
Perceraian merupakan peristiwa yang
pihak
lazim terdengar terutama di kota-kota
baik suami maupun istri. Antara suami
besar di Indonesia.
dan istri sangat perlu mempersatukan
perceraian
tujuan
peningkatan yang signifikan setiap
yang
akan
dicapai
perkawinan
tersebut.
perkawinan
perlu
dalam Tujuan
di
tahunnya.
Saat ini jumlah
Indonesia
mencapai
Dua ratus ribu pasangan
diusahakan
suami istri berpisah setiap tahunnya.
bersama. Tujuan perkawinan tersebut
(http://www.suarasurabaya.net/v05/kel
antara
dapat
anakota/). Khususnya di Jawa Timur,
sayang;
(2)
tahun 2003, terdapat 40.391 pasangan
mata
dan
lain,
(1)
melimpahkan menjaga
tenteram,
kasih
pandangan
kehormatan
bercerai.
Tahun 2004 meningkat
diri;
(3)
memperoleh
menjadi 42.769 pasangan bercerai
keturunan
yang
sah
dan
dan tahun 2005 mencapai 55.509
jasmani,
rohani,
mempererat
sosial;
dan
hubungan
sehat
memperluas
kekeluargaan;
membangun
hari
(4)
depan
(5) individu,
kasus
perceraian.
Perceraian
dianggap jalan keluar terakhir yang diambil pasangan suami istri bila menemui
jalan
buntu
dalam
keluarga dan masyarakat yang lebih
menyelesaikan masalah perkawinan.
baik (BP4 DIY, 1993).
Meskipun
Pada umumnya orang merasa lebih merasa bahagia dalam ikatan perkawinan.
Perkawinan sekaligus
merupakan sarana untuk menyalurkan kebutuhan-kebutuhan manusia,
antara
alamiah
lain,
perceraian
dianggap
sebagai salah satu cara penyelesaian masalah,
perceraian
akan
banyak
menimbulkan masalah baru baik untuk mantan suami istri maupun anakanaknya.
kebutuhan
Para
ahli
fisiologis,
kebutuhan
psikologis,
bahwa
kebutuhan
sosial
kebutuhan
keluarga merupakan sumber stress
religius.
Dengan
mengherankan
bila
dan
demikian banyak
masalah
mengemukakan
paling besar dalam rentang kehidupan
orang
orang dewasa (Hurlock, 1993; Monks, Knoers,
perkawinan.
sebabnya tak
semua
orang
mampu mewujudkan perkawinan yang harmonis.
Tak sedikit pasangan
suami istri yang mengakhiri ikatan perkawinannya
dengan
dan
tak
sangat mengidam-idamkan kehidupan
Namun
perkawinan
perceraian.
Haditono, di
1999).
negara
maju
Itu telah
dibentuk unit pelayanan masyarakat yang secara professional memberikan informasi, konseling bagi pasangan muda yang hendak menikah dan pasangan suami-istri yang sedang
83
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
ISSN : 2087-1899
menjalani kehidupan rumah tangga.
khususnya di wilayah Sleman DIY juga
Masalah
melayani konseling yang diperlukan
lain
seperti
pelanggaran
kasus
moral,
budaya
masyarakat.
Saat ini Puskesmas di
kekerasan, pergaulan bebas, tawuran
wilayah
pelajar,
dan
dengan pelayanan jasa Psikolog yang
perselingkuhan merupakan akibat dari
diharapkan dapat memenuhi tuntutan
kegagalan
dan
kecanduan
rumah
narkoba
tangga
dalam
Sleman
telah
kebutuhan
masyarakat
di
membangun kepribadian anggotanya.
sekitarnya
Krisis
konseling khususnya tentang masalah
perkawinan
dan
keluarga
dengan kata lain tidak berjalannya fungsi
perkawinan
telah
masyarakat.
Oleh
karena
itu,
ketahanan keluarga sangat diperlukan untuk mempertahankan keharmonisan keluarga dan menyelesaikan masalah dalam rumah tangga.
Ketahanan
keluarga dapat meliputi kestabilan psikologis dan kemandirian ekonomi. Di
Indonesia
memerlukan
jasa
perkawinan.
banyak
membawa masalah patologi sosial di
yang
dilengkapi
Ketersediaan layanan dari dua institusi
di
atas,
merupakan
sebenarnya
suatu
kabar
menggembirakan bagi seluruh lapisan masyarakat terutama di DIY. Namun sampai seberapa jauh layanan ini dikenal
dan
dimanfaatkan
oleh
masyarakat saat mengalami masalah perkawinan merupakan suatu hal yang
sendiri
perlu dipahami. Hambatan-hambatan
sebenarnya telah tersedia institusi
apa saja yang sering dialami oleh
BP4
pasangan suami istri dalam mencari
(Badan
Perkawinan,
Penasihatan,
Perselisihan
dan
bantuan
dalam
Perceraian) yang berada di bawah
masalah
perkawinan
naungan Departemen Agama.
untuk dikaji lebih lanjut.
BP4
bertujuan utama untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah dan kekal menurut ajaran agama Islam. sebagai
BP4 berperan
lembaga
konsultasi
perkawinan
di
Indonesia
melayani
masyarakat
yang yang
memerlukan nasihat perkawinan dan sedang
mengalami
perkawinan.
perselisihan
Selain itu beberapa
layanan masyarakat di Puskesmas,
menyelesaikan
Berdasarkan
sangat
perlu
penjelasan
di
atas maka tujuan penelitian untuk menggali
informasi
mengenai
“bagaimana cara seorang istri/suami dalam
menyelesaikan
masalah
perkawinan; sejauhmana suami/istri mencari
bantuan
menyelesaikan perkawinannya bagaimana tentang
masalah dan
pandangan
perlunya
dalam dalam terakhir, suami/istri
bimbingan
dan
84
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
konseling
perkawinan
membantu
menyelesaikan
ISSN : 2087-1899
dalam
Masing-masing
individu
masalah
berbeda satu dengan lainnya, masing-
perkawinan yang sedang dihadapi”.
masing individu mempunyai sifat yang
Dengan
ini
berbeda-beda. menyelesaikan
adanya
penelitian
diharapkan
akan
didapatkan
gambaran
sebenarnya
mengenai
cepat,
Ada
yang
dapat
masalah
tetapi
yang
dengan
lain
lambat.
sejauhmana kebutuhan masyarakat
Perbedaan tersebut dapat difahami,
akan
dan
karena pada dasarnya perkawinan
Untuk
merupakan dua pribadi yang masing-
selanjutnya melalui penelitian ini akan
masing mempunyai latar belakang
mendorong
kehidupan yang berbeda, kebutuhan
layanan
konseling
terkait
bimbingan
perkawinan.
pihak/lembaga/intitusi
perkawinan
untuk
segera
yang
berbeda,
sejarah
dan
pola
merevitalisasi pelayanan bimbingan
pengasuhan orangtua yang berbeda,
dan konseling perkawinan yang dapat
perkembangan individu,
diakses
kultural yang berbeda.
oleh
seluruh
lapisan
masyarakat.
dan sosio-
Masalah–masalah
yang
Dengan adanya penelitian ini, maka akan diperoleh suatu gambaran mengenai permasalahan perkawinan, bagaimana pasangan suami istri mencari bantuan untuk mengatasi masalah perkawinan serta kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling perkawinan. Penelitian ini sekaligus memberikan suatu model/mekanisme pelayanan bimbingan dan konseling perkawinan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan kemudahan akses pelayanan. Model ini dapat bermanfaat sebagai acuan pada instansi pemerintah KUA, BP4 dan Puskesmas dalam memberikan bimbingan dan konseling perkawinan. Hasil penelitian juga dapat menjadi acuan bagi institusi/lembaga yang mengurusi perkawinan untuk menyusun suatu pelatihan bimbingan dan konseling pranikah.
biasanya muncul dalam perkawinan
Aspek Psikologis dalam Perkawinan
sering menghadapi berbagai macam
menurut Brooks & Emmert (dalam Idayati, 2003) dalam penelitian yang dilakukan dengan subjek 233 wanita dan 102 pria bercerai di Sydney penyebabnya
adalah
masalah
seksual, kurang waktu untuk bersama, dan
kurangnya
komunikasi.
Hasil
survey dan wawancara awal yang dilakukan hakim
peneliti
dengan
Pengadilan
Yogyakarta Desember bahwa
Agama
pada 2009
mantan
tanggal
juga
perceraian
di 20
menyatakan suami
istri
disebabkan oleh masalah kurangnya komunikasi, ekonomi dan masalah seksual. Pasangan
kesulitan,
antara
yang
lain
bermasalah
kesulitan
85
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
keuangan,
kepuasan
ISSN : 2087-1899
seksual,
diri
anak
buruk
pembagian pekerjaan rumah tangga,
peningkatan
otonomi, isu-isu parenting, kesulitan
orangtua anak
komunikasi,
perselingkuhan,
dan konflik
5) Dampak paling besar dari
penyelesaian masalah dan negosiasi
konflik
masalah
anak-anak adalah bila anak
(Sundberg,
Winebarger,
pasangan
pada
Taplin, 2007). Kesulitan semacam ini
menyaksikan
menimbulkan
antara
bila konflik intens atau fisik
mengenai
dan bila konflik itu juga
konflik terhadap hubungan pasangan
berhubungan dengan anak.
pasangan.
konflik
di
Penelitian
konflik
itu,
menunjukkan hasil sebagai berikut: 1) Individu dalam hubungan berkomitmen
dapat
dipengaruhi
secara
negative oleh tingkat konflik yang
tinggi
ditemukan
berhubungan
dengan
depresi,
penyalahgunaan
alcohol
pada
gangguan
laki-laki,
makan
penganiayaan
dan fisik
suami/istri. 2) Tingkat
konflik
berdampak
tinggi
negatif
pada
kesehatan fisik suami istri; istri
paling
merasakan
Penyelesaian
istri
hubungan
Apabila
memiliki
implikasi-
terjadi
perselisihan
dalam keluarga pasangan suami istri dapat meminta
pihak ketiga untuk
membantu
menyelesaikan
permasalahan tersebut. Pihak ketiga dimaksud adalah
: (1) keluarga, (2)
Lembaga-lembaga
swasta
LKBHuWK,
An-Nisa
Rifka
misal atau
lembaga yang semi resmi yaitu BP 4 (Badan
Penasehatan
Perselisihan
dan
Perkawinan,
Perceraian),
(3)
Pengadilan Agama. Sebuah
suami
dalam
Perkawinan
dampak negatifnya. 3) Konflik
Permasalahan
penelitian
yang
dilakukan oleh Vogel dan Murphy (2007)
mengenai
“Penggunaan
implikasi serius bagi fungsi
Perilaku „Demand dan Withdraw‟ atau
keluarga
Menuntut dan Menarik Diri dalam
terutama
anak-
anak. 4) Tingkat
Perkawinan, konflik
menunjukkan
bahwa
tinggi
perkawinan yang memuaskan sangat
dengan
dipengaruhi oleh peran wanita dalam
yang
bertanggung jawab dalam hubungan,
tidak efektif, penyesuaian
memastikan hubungan berjalan baik
berhubungan praktek
parenting
86
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
ISSN : 2087-1899
dan semua hal terselesaikan serta
merumuskan 5 perilaku „Demand dan
semua
Withdraw‟ yang meliputi:
orang
merasa
bahagia.
Penelitian ini juga menemukan bahwa
1) Avoidance/menghindar
perkawinan yang sehat tergantung dari
bagaimana
suami
2) Discussion/diskusi
menerima
3) Blame/menyalahkan
pengaruh dari istrinya.
4) Pressure
Penelitian ini melibatkan 72
change/tekanan
pasangan suami istri dari negara
merasa
bahagia
untuk
berubah
bagian Iowa, Amerika Serikat, yang dilaporkan
of
5) Withdrawl/menarik diri
atas
Peneliti menemukan suatu temuan
perkawinannya. Rata-rata berusia 33
yang sangat menarik bahwa selama
tahun dan telah menikah rata-rata 7
proses
tahun.
masalah,
Data dikumpulkan melalui
kuesioner
mengenai
hubungan
yang
evaluasi
informasi
memuaskan
tentang
membuat
kemampuan
keputusan
perkawinan. kemudian
dalam
yang
untuk
besar.
yang
dalam
perhatian
hubungan,
dan
memastikan
hubungan berjalan baik dan semua hal
merasa bahagia.
mendaftar
lebih
Wanita bertanggung jawab
belum terpecahkan. untuk
dapat
menggunakan kekuatan yang lebih
terselesaikan
diminta
Peneliti
wanita
jawab
dan penyelesaian yang selama ini Partisipan juga
memperlihatkan
bahagia,
bertanggung
diminta
membutuhkan
istri
menjelaskan bahwa dalam perkawinan
pasangan
masalah
penyelesaian
dominasi dalam diskusi.
Setiap
mengidentifikasi dirasakan
dan
negosiasi
serta
semua
orang
perilaku
khusus dan tindakan apa saja yang digunakan
untuk
menyelesaikan
Kebutuhan
masalah tersebut. Partisipan diminta
Perkawinan
melakukan
hal
di
berdiskusi
dengan
atas
Psikologis
dengan
pasangannya
selama 10 menit. Proses ini kemudian direkam untuk kemudian dipelajari
Kebutuhan psikologis dalam perkawinan diketahui
seharusnya
terlebih
seseorang
oleh peneliti.
perkawinan. Berdasarkan mengenai
intraksi
kuesioner
yang
hasil
rekaman
pasangan
diperoleh,
dalam
dahulu
dapat sebelum
melangsungkan Tidak
harus
melalui
pendidikan formal, tetapi petugas dari
dan
KUA dapat memberikannya pada saat
peneliti
diadakan bimbingan konseling Pra Nikah yang pada kenyataannya hal ini
87
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
kurang
mendapat
perhatian
dari
petugas maupun calon mempelai. Walgito
(1984),
ISSN : 2087-1899
karakteristik pesan secara sistematis dan objektif (Berg, 2001).
Pimpinan
Penelitian
dilaksanakan
di
Pusat „Aisyiyah (1989), dan Idayati
wilayah KUA dan BP4 Departemen
(2003) menyatakan bahwa kebutuhan
Agama,
psikologi dalam perkawinan tersebut
melibatkan 10 orang subyek, laki-laki
antara lain : kebutuhan akan cinta,
dan
kasih sayang, seksual, pengertian,
menikah atau pernah menikah; 5
perhatian,
orang
penghargaan,
kepercayaan,
kejujuran,
kebersamaan,
di
Sleman,
perempuan
subyek
DIY,
dengan
dengan
narasumber
status
dari
social,
instansi/lembaga terkait perkawinan
rekreasional, keserasian, komunikasi,
antara lain dari KUA/ BP4 kecamatan
dan kesetaraan gender.
Depok, LSM yang menangani masalah perkawinan, Dukuh Mlati, Sleman, Tokoh agama yang sering menangani masalah
perkawinan
dan
Hakim
agama PA Sleman METODE Metode
pengambilan
data
secara kualitatif dengan wawancara terstruktur
dan
HASIL
wawancara
Berdasarkan
pengumpulan
semistruktur secara mendalam untuk menggali data. Data yang didapatkan
data yang dilakukan terhadap 10
selanjutkan diolah dengan analisis
orang subyek dan 5 orang narasumber
kualitatif dan dibantu dengan statistik
terkait
deskriptif.
terhadap
maupun
dilakukan
penelitian
terkait
masalah
data
dilakukan
Analisis
pendekatan
kuantitatif.
teknik
subyek
situasi
penelitian. dengan
kualitatif
dengan
serta
observasi di KUA Depok Sleman dan di Pengadilan Agama Sleman, maka dihasilkan data-data sebagai berikut:
dan
Analisis data kualitatif dengan
menggunakan
content analysis.
Content
analysis merupakan suatu untuk
perkawinan
Observasi juga dilakukan
sebagai pengumpulan data sekunder baik
masalah
pengambilan cara
teknik
kesimpulan
mengidentifikasi
88
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
ISSN : 2087-1899
A. Deskripsi subjek dan nara sumber 1. Deskripsi subyek ditinjau dari jenis kelamin dan usia DESKRIPSI
PRIA
WANITA
Jumlah
2 orang
8 orang
Usia
40 tahun
2 orang
24 tahun
1 orang
30-35 tahun
3 orang
40-45 tahun
2 orang
60 tahun
2 orang
2. Deskripsi subyek ditinjau dari masa perkawinan Masa perkawinan
Jumlah
1-2 tahun
1 kasus
1-5 tahun
2 kasus
15 tahun
1 kasus
40 tahun
2 kasus
Tidak diketahui
4 kasus
3. Deskripsi subyek ditinjau dari tingkat pendidikan Tingkat pendidikan
Jumlah
SMP
2 kasus
SMA
3 kasus
S1
2 kasus
S2
1 kasus
89
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
Tidak diketahui
ISSN : 2087-1899
3 kasus
4. Deskripsi subyek ditinjau dari jenis pekerjaan Pekerjaan
Jumlah
Ibu Rumah Tangga
3 kasus
PNS
1 kasus
Dosen
1 kasus
ABRI
1 kasus
Karyawan
1 kasus
Tidak diketahui
3 kasus
5. Deskripsi subyek narasumber Narasumber
Jumlah
Dukuh
1 orang
Tokoh Agama
1 orang
Ketua KUA/BP4
1 orang
Tokoh LSM
1 orang
Hakim Pengadilan Agama
1 orang
B. Masalah Utama yang Dihadapi Pasangan Suami Istri Masalah Utama yang dikeluhkan Tidak tinggal serumah dengan pasangan; pasangan memilih membantu orangtua di kota lain
Jumlah 1 kasus (10%)
90
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
ISSN : 2087-1899
Pasangan selingkuh, memiliki WIL/istri lagi
4 kasus (40 %)
Ditinggal suami tanpa kabar
1 kasus (10%)
Perbedaan prinsip dengan pasangan
1 kasus (10%)
Pasangan dirasakan tidak dapat mengelola keuangan keluarga dengan baik
1 kasus (10%)
Perkawinan dirasakan tidak bahagia karena kondisi ekonomi dianggap kurang layak
1 kasus (10%)
Warisan; khawatir pasangan tidak membagi harta warisan dengan adil
1 kasus (10%)
C. Masalah Utama Perkawinan yang Diungkap Narasumber Masalah Utama
Sumber
1. masalah ekonomi
Kepala KUA dan Hakim Pengadilan Agama
2. masalah perselingkuhan
Kepala KUA dan Hakim Pengadilan Agama
3. masalah pekerjaan pasangan yang tidak menentu
Hakim Pengadilan Agama
4. masalah kehamilan yang tidak diinginkan
Hakim Pengadilan Agama
5. masalah perkawinan berbeda agama
Hakim Pengadilan Agama
6. masalah tempat tinggal (berjauhan)
Hakim Pengadilan Agama
7. masalah kekerasan dalam rumah tangga
Tokoh LSM
D. Cara Narasumber Memberikan Bantuan pada Pasangan yang Bermasalah Perkawinan Bentuk Bantuan 1. memberi nasihat perkawinan 2. memberi nasihat perkawinan dengan mengacu ayat-ayat suci 3. melakukan mediasi sebelum memproses
Dilakukan oleh BP4/KUA Tokoh Agama Hakim Pengadilan Agama
91
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
ISSN : 2087-1899
dalam persidangan 4. menyediakan pendampingan konselor dan pengacara dalam persidangan
Tokoh LSM
5. bimbingan dan pengarahan
Tokoh LSM
6. memberikan tempat tinggal bagi korban KDRT (shelter)
Tokoh LSM
E. Cara Menyelesaikan Masalah Perkawinan dari Subyek Penelitian Cara menyelesaikan masalah perkawinan Meminta bantuan dari pihak yang dianggap kompeten misalnya ustazah di pengajian, dokter dan kyai Berusaha menyadarkan pasangan Bertanya pada keluarga terdekat dan kerabat Berbicara pada pasangan Memendam masalah
DISKUSI
perbedaan
Dalam penelitian ini menggunakan 10 orang subyek, terdiri dari 8 orang wanita dan 2 orang pria berusia yang ditemui saat mengurus
perceraian ataupun meminta
prinsip
yang
berakibat
perpisahan dengan pasangan karena lebih mementingkan keluarga asal dan ingin kembali pada orangtua. Informasi
dari
narasumber
penasihatan di Pengadilan Agama Sleman.
menunjukkan hal yang serupa.
Subyek penelitian memiliki rentang usia
perkawinan yang berujung pada perceraian
antara 24 hingga 60 tahun dengan masalah
antara lain dipicu oleh masalah ekonomi
utama yang bervariasi.
dan perselingkuhan. Selain itu ada pula
Masalah yang dikeluhkan subyek penelitian sangat bervariasi dari mulai pasangan
berselingkuh,
kesulitan ekonomi, spesifik
seperti
alasan
dan
dan masalah yang pembagian
warisan,
Masalah
masalah pekerjaan pasangan yang belum mapan sehingga menyebabkan masalah utama di atas, yaitu kesulitan ekonomi, masalah kehamilan yang tidak diinginkan, perkawinan berbeda agama, tempat tinggal
92
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
yang
berjauhan dan kekerasan dalam
rumah tangga.
masalah yang dihadapi subyek adalah masalah perselingkuhan pasangan (40%), antara lain pasangan memiliki WIL, sudah menikah dengan wanita lain dan memiliki pasangan
pergi
tanpa
kabar.
Masalah perselingkuhan pasangan agaknya merupakan
meminta bantuan dari keluarga seperti orangtua karena khawatir akan membebani
Pada penelitian ini, sebagian besar
anak,
ISSN : 2087-1899
masalah
terberat
dalam
perkawinan yang menyebabkan terjadinya perceraian.
atau
tidak
mau
masalahnya
orangtua atau keluarga. yang
digunakan
Cara yang lain
adalah
dengan
menyadarkan pasangan dan berbicara pada pasangan. Namun demikian pada subyek penelitian cara semacam ini tidak efektif menyelesaikan masalah karena ternyata akhirnya
subyek
memutuskan
bercerai.
Cara terakhir yang digunakan
subyek
penelitian
memendam masalah.
Keluhan-keluhan pasangan suami
diketahui
adalah
untuk
dengan
Secara psikologis
cara menyelesaikan masalah semacam ini
respon
terhadap
terbukti kurang efektif karena menimbulkan
masalah yang sedang dihadapi.
Keluhan
stres atau tekanan emosi pada individu
istri
muncul
sebagai
yang muncul berupa tak tahan lagi dengan
yang mengalaminya (Taylor, 2006).
kehidupan yang tidak layak, tidak tahan
dan tekanan emosi yang berkelanjutan
dengan
dapat
sifat
pasangan
yang
sulit,
menimbulkan
Stres
kesejahteraan
perkawinan yang tidak bahagia, pasangan
psikologis yang tidak layak, kualitas hidup
tidak
menurun, juga masalah kesehatan.
dapat
menunjukkan
diajak
bicara.
bahwa
Hal
pasangan
ini
masih
kurang mampu menyelesaikan masalah interpersonal
perkawinan
di
antara
keduanya.
Latar belakang perkawinan subyek penelitian sangat bervariasi seperti menikah karena keinginan orangtua, menikah cepat dikenalkan oleh teman, menikah dengan
Cara
yang
digunakan
subyek
duda yang telah memiliki anak menjadi
penelitian dalam menyelesaikan masalah
suatu
perkawinannya antara lain dengan meminta
mempengaruhi masalah dalam perkawinan.
bantuan berupa nasihat dari orang yang
Dengan demikian, sebaiknya pasangan
dianggap
sebelum menikah perlu memahami dan
berkompeten
dalam
masalah
latar
belakang
yang
akan
perkawinan seperti tokoh agama. Selain itu
menyadari
risiko masing-masing latar
juga meminta pada keluarga dan kerabat.
belakang ini sehingga dapat mengantisipasi
Namun ada juga subyek yang enggan
93
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
ISSN : 2087-1899
semua masalah yang mungkin akan timbul
untuk
di kemudian hari.
bantuan
Dari kasus yang ditemukan pada10 subyek penelitian, masa perkawinan sangat bervariasi dari mulai usia perkawinan 1-2 tahun, 1-5 tahun bahkan usia perkawinan 15 hingga 40 tahun tidak lepas dari masalah perkawinan.
Usia perkawinan muda 1-5
tahun pada umumnya pasangan mulai memahami
sifat
masing-masing
juga
dihadapkan pada masalah ekonomi yang belum mapan sehingga sering menjadi pemicu perselisihan.
Pada kasus subyek
penelitian, usia perkawinan yang dapat dikatakan panjang, justru rawan untuk masalah perselingkuhan ataupun menikah lagi. Pada subyek penelitian ini masalah perselingkuhan dialami oleh wanita berusia 40-60
tahun
perselingkuhan
dan
keluhan
semuanya
kasus
terjadi
pada
pihak suami.
bercerai
dan
untuk
Semua
sedang
mengurus
subyek
meminta perceraian.
mengaku
belum
mendapatkan penyelesaian masalah seperti yang diharapkan. Bantuan dari pihak lain juga
belum
dirasakan
optimal
untuk
membantu masalah yang sedang dihadapi. Dari fakta ini, menunjukkan bahwa faktor kompetensi emosi juga berperan dalam penyelesaian
masalah-masalah
perkawinan.
Pengambilan
keputusan
perceraian yang gegabah tanpa melalui proses mencari bantuan maupun konseling perkawinan, ataupun meminta bantuan dari pihak
yang kurang berkompeten akan
semakin
memperbesar
kemungkinan
masalah perkawinan yang berujung pada perceraian.
Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh Cooley dan Linda M (2006), menunjukkan bahwa kompetensi emosi pasangan suami istri berhubungan erat dengan kepuasan perkawinan.
Penelitian
laki-laki
Cooley dan Linda M (2006) menunjukkan
keluhan/masalah perkawinan yang sedang
pentingnya peran emosi dalam konteks
dialami adalah istri yang dianggap tidak
perkawinan
yang
dapat mengelola keuangan dengan baik
interaksi
pasangan
sehingga menimbulkan hutang yang harus
Kemampuan
ditanggung
pasangan akan meningkatkan kepuasan
Pada
subyek
suami
penelitian
dan
istri
yang
memutuskan untuk pulang kampung secara sepihak tanpa berbicara terlebih dahulu dengan suami. Sebagian
berguna
mengelola
membangun
suami
istri.
emosi
antara
dalam perkawinan. Dari pernyataan yang diungkapkan oleh subyek penelitian, sumber masalah
besar
subyek
dalam
penelitian ini, telah mengambil keputusan
dimungkinkan komunikasi
karena
yang
adanya
terhambat.
masalah Hal
ini
94
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
ISSN : 2087-1899
ditunjukkan pada kasus pasangan langsung
jelas
meninggalkan tanpa kabar, pasangan tidak
keturunan subyek memang sudah tepat
dapat diajak berbicara atau berdiskusi,
untuk berkonsultasi pada ahlinya yaitu
pasangan
dokter.
langsung
tanpa penjelasan.
menjatuhkan
talak
Berdasarkan fakta ini,
seperti
kesulitan
Sedangkan
mendapatkan
untuk
masalah
psikologis yang kompleks dan melibatkan
menunjukkan bahwa pasangan suami-istri
hubungan
sangat
ketrampilan
interpersonal dengan pihak lain, subyek
untuk
umumnya tidak memanfaatkan lembaga
menyelesaikan
perkawinan. Semua subyek umumnya tidak
membutuhkan
komunikasi
interpersonal
mengungkapkan masalah
dan
yang
dihadapi
perkawinan.
dengan
berkonsultasi
pasangan
dengan
maupun
lembaga
Ketrampilan komunikasi merupakan salah
pernasihatan perkawinan tetapi langsung
satu faktor penting yang berperan dalam
meminta bantuan pada pengadilan agama
kepuasan perkawinan. Sebagaimana yang
dengan tujuan utama yang sudah jelas yaitu
diungkapkan Burleson dan Denton (dalam
mengurus perceraian. Sebelumnya semua
Cooley,
subyek belum pernah meminta nasihat dari
2006),
ketrampilan
komunikasi
berhubungan erat dengan stres perkawinan karena
dengan
adanya
ketrampilan
komunikasi akan mengurangi ketidakjelasan masalah
perkawinan.
komunikasi
Ketrampilan
sekaligus
juga
akan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah perkawinan.
lembaga BP4. Semua subyek tampaknya enggan untuk menceritakan masalah kepada pihak lain karena malu atau takut membebani orangtua
atau
keluarga.
Hal
ini
kemungkinan disebabkan oleh keyakinan bahwa menceritakan masalah keluarga,
Kebanyakan
subyek
meminta
masalah pasangan sama saja dengan
yang
dianggap
membuka aib keluarga, dan hal ini dilarang
berkompeten, namun semuanya tidak atau
oleh agama. Sebagai akibatnya pasangan
belum
yang
yang bermasalah mungkin tidak cepat
perkawinan.
mendapatkan pertolongan justru masalah
bantuan
memberi
dari
orang
memanfaatkan layanan
Tampaknya
lembaga
nasihat
kebanyakan
subyek
lebih
bertambah parah yang
berujung
pada
percaya atau familier pada ahli yang
percerainan. Satu-satunya usaha mencari
terutama dengan latar belakang spiritual
bantuan adalah pada pengadilan negeri dan
seperti ustazah, dan kyai.
pengadilan agama ketika hendak mengurus
Untuk khusus
konselor perkawinan mungkin belum begitu
perceraian itu sendiri.
familier. Khusus untuk masalah yang lebih
95
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
Semua subyek dalam penelitian ini mengaku
belum
meminta
bantuan
ISSN : 2087-1899
pasangan telah mengetahui adanya potensi masalah
dalam
perkawinannya,
namun
penasihatan dari lembaga resmi seperti
tidak dapat menyelesaikan masalah selama
KUA/BP4.
Kebanyakan subyek penelitian
mengarungi bahtera rumah tangganya.
langsung
mengurus
memperoleh
perceraian
bantuan
tanpa
penasihatan
dari
lembaga pemerintah yang berwenang. Hal ini dapat disebabkan karena dua hal, yang pertama subyek memang tidak berminat mencari
bantuan,
perkawinan
merasa
masalah
merupakan
masalah
pribadi/domestik yang tidak perlu diketahui orang lain.
kedua, peran BP4 sebagai
lembaga penasihatan perkawinan belum dikenal oleh masyarakat luas sehingga sangat perlu disosialisasikan.
juga
Alur pelayanan masalah perkawinan sebenarnya dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat yaitu dari dukuh. biasanya
pasangan
Namun
mendapatkan
pelayanan hanya karena formalitas untuk mengurus surat-surat perceraian. Sebelum perceraian diproses di pengadilan agama, pasangan harus mengurus surat di tingkat pedukuhan dalam hal ini bertemu dengan Dukuh,
dilanjutkan
kelurahan
dan
kecamatan.
dengan
kemudian
Dari
tingkat
di
tingkat
di
tingkat
kecamatan,
Selain subyek di atas, penelitian ini
selanjutnya akan diproses di pengadilan
mengambil
agama.
data
dari
5
orang
Pada masing-masing tingkat,
narasumber yang terdiri dari tokoh agama
tokoh-tokoh
dari agama Islam, dukuh, Ketua KUA
pedukuhan,
merangkap Ketua BP4 Depok, Sleman,
diwajibkan untuk telah memberikan nasihat
Hakim Pengadilan Agama Sleman, dan
perkawinan
Tokoh LSM.
pengantar ke tingkat yang lebih tinggi.
Pada
umumnya
pasangan
yang
bermasalah dalam perkawinan, sebenarnya sebelum
menikah
telah
memiliki
sumber masalah yang sama.
Hal ini
diungkapkan
oleh
pun
Kepala
KUA/BP4.
masyarakat kelurahan,
dan
dan
di
tingkat
kecamatan
memberikan
surat
Pihak pengadilan agama akan memproses perceraian
bila
pasangan
telah
mendapatkan nasihat perkawinan dan surat pengantar dari masing-masing lembaga tersebut.
Pasangan sebelum menikah, sebelumnya
Selain itu pengadilan agama juga
telah meminta bantuan pada pihak KUA
meminta pasangan yang akan mengurus
untuk meminta nasihat, namun masalah
perceraian untuk berkonsultasi di KUA
berlanjut sampai pada tahap perkawinan.
melalui
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya
berkewajiban memberikan pengarahan dan
lembaga
BP4.
KUA/BP4
96
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
nasihat
perkawinan
sehingga
semakin
ISSN : 2087-1899
Dengan
adanya
model
pelatihan
sedikit kemungkinan terjadinya perceraian.
praperkawinan yang matang maka akan
Selanjutnya di tingkat pengadilan agama,
meningkatkan
akan
bermanfaat untuk pasangan yang akan
melakukan
mediasi
sebanyak
2
peminatnya
sekaligus
sampai 3 kali sebelum sidang perceraian.
menikah.
Mediasi dapat dilakukan oleh hakim lain
Hongkong,
yang tidak menangani kasus tersebut atau
pengetahuan pelayanan perkawinan masih
pihak lain yang diinginkan oleh pasangan
terbatas. Sebagaimana diungkapkan dalam
seperti
penelitian Kam dan Man (1999), bahwa
keluarga,
konselor
perkawinan
selama jangka waktu 40 hari. Penelitian
ini
juga
melibatkan
praperkawinan yang dihadiri oleh pasangan menikah
yang
mendaftar
membayar secara sukarela.
dan
Pelatihan
dilakukan pada pukul 09.00 sampai dengan 11.00 WIB setiap 2 minggu sekali pada hari dan jam kerja. Materinya berupa masalah perkawinan, kesehatan reproduksi, keluarga sakinah dan hukum perkawinan.
Pemateri
antara lain Kepala KUA, staf dari BP4 dan ahli dari puskesmas. pasangan
calon
pelatihan
praperkawinan,
sikap komunitas cina sebenarnya positif
pengamatan saat berlangsung pelatihan
akan
Di negara lainpun, seperti di
terhadap program persiapan perkawinan, namun
keikutsertaan
terhadap
program
dan
perhatian
serupa
cenderung
rendah. Tingkat kesadaran akan masalah perkawinan perkawinan
dan
layanan
cenderung
konseling
rendah.
Dari
penelitian Kam dan Man ini, menunjukkan pula
bahwa
sosialisasi
praperkawinan
dan
pembekalan
layanan
konseling
perkawinan menjadi sangat perlu untuk segera dilakukan.
Acara dihadiri 18
pengantin.
Acara
berlangsung monoton kurang ada interaksi antara pemateri dan peserta karena forum
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan
bersifat ceramah. Pelaksanaan acara juga berlangsung
singkat
dan
kurang
ada
pembahasan pada bagian sebelumnya,
fasilitas penunjang seperti makalah dan alat
maka
peraga.
sebagai berikut:
Dari
menunjukkan
hasil
bahwa
pengembangan
pengamatan masih modul
perlu
ini, ada dan
pelatihan/penataran ketrampilan psikologis bagi
pasangan
yang
akan
menikah.
1.
peneliti
Subyek
mengambil
penelitian
kesimpulan
pada
umumnya
belum dapat menyelesaikan masalah perkawinan secara efektif. perkawinannya
berujung
Masalah pada
97
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
perceraian.
ISSN : 2087-1899
Akses subyek penelitian
akan
antara suami-istri seperti status sosial
di
ekonomi,
dan
lembaga
yang
sosialisasi
BP4
dan
perbedaan
4.
kurangnya
budaya,
usia
Selama mengarungi mahligai rumah tangga pasangan suami istri berproses, masih
mencari
pasangannya
tentang
mencolok
terpaut jauh.
pengetahuan subyek penelitian akan bantuan
sangat
dan
perkawinan dari ahli yang berkompeten bidangnya
yang
warisan
perbedaan
Hal ini disebabkan karena kurang
masalah
perlu
saling
belajar
dari
maupun
orang
lain,
perkawinan.
sangat mungkin mengambil keputusan
Perlunya persiapan atau pembekalan
yang salah sehingga sangat perlu
pra pernikahan pada pasangan yang
mendapatkan
akan menempuh pernikahan. Materi
nasihat dan bimbingan.
utama yang perlu dilatihkan antara lain
bimbingan ini haruslah dilakukan oleh
kemampuan
orang yang berkompeten di bidang
penyelesaian
masalah,
pertolongan
berupa
Nasihat dan
kompetensi emosi dan kemampuan
konseling
komunikasi antara suami istri. Selain
memberikan
itu
penyelesaian kasus rumah tangga dan
perlu
juga
bagaimana
pemberian
mengelola
materi
keuangan
rumah tangga dan mengurus rumah
3.
harta
dalam mencari bantuan pernasihatan
berwenang masing sangat terbatas.
2.
masalah
tangga
mengingat
keluhan
atau
begitu
masalah
banyak
perkawinan
perkawinan hasil
sehingga
optimal
pada
tidak justru memperuncing suasana. 5.
Diperlukan
suatu
bimbingan
dan
mekanisme
layanan
konseling
perkawinan yang komprehensif antar
bersumber dari masalah ekonomi yang
instansi
dirasakan kurang layak.
masyarakat
Pasangan suami istri yang sedang
perkawinan.
mengarungi bahtera rumah tangga
dilakukan oleh ahli yang berkompeten
sangat perlu memahami latar belakang
di
masing-masing
untuk
membantu
dengan
masalah
Layanan bimbingan ini
bidangnya,
seperti
konselor
risiko
latar
perkawinan, psikolog juga melibatkan
sehingga
dapat
konselor dengan latar belakang agama
ataupun
seperti ustad, ustazah, pendeta. Hal ini
menyelesaikan persoalan saat terjadi
sangat diperlukan karena umumnya
masalah. Latar belakang itu misalnya
masyarakat
saja pasangan yang sebelumnya telah
karakteristik
menikah dan memiliki anak akan rawan
masalah perkawinan dan rumah tangga
belakang menerima,
dan
terkait
tersebut
mengantisipasi
Indonesia religious
memiliki dan
untuk
98
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
seringkali merujuk pada pendekatan agama dan keyakinannya. 6.
Sangat
perlu
untuk
melakukan
ISSN : 2087-1899
Departemen Agama R.I. 1994. Nasihat Perkawinan dan Keluarga. Jakarta: Pustaka Antara PT.
sosialisasi pada masyarakat tentang layanan BP4 karena pada umumnya belum memahami dan memanfaatkan layanan tersebut untuk menyelesaikan
Hasnida, 2007. Family Counseling. Fakultas Kedokteran Universtas Sumatera Utara. Didownload dari situs USU Digital Library.
masalah perkawinan. Selain itu, perlu membangun
kesadaran
masyarakat
agar tidak merasa malu dan segan untuk berkonsultasi dengan pihak yang berkompeten
ketika
menghadapi
masalah
Kesadaran
ini
ditumbuhkan
untuk
untuk
segan
tidak
sedang perkawinan.
terutama
perlu
kelompok
pria
berbagi
atau
berkonsultasi karena pada umumnya pria
memiliki
menyelesaikan
karakteristik masalahnya
ingin sendiri
Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Hidup. (Alih bahasa oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Http://www.suarasurabaya.net/v05/kelanako ta/. Perceraian di Indonesia Tiap Tahun 200 Ribu Pasangan. Diakses tanggal 16 Desember 2008.
atau mengabaikan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Coleey, Linda M. 2006. Do Element Emotional Competence Related to Marital Satisfaction.
Berg, B.L. 2001. Qualitative Research Methods For The Social Sciences. Boston: Allyn and Bacon.
Idayati, W. 2003. Pemenuhan Kebutuhan Berkomunikasi dan Kepuasan Perkawinan. Skripsi. Tidak diterbitkan. Univ. Wangsa Manggala Yogyakarta.
Kam, Ping-Kwong., Man, Kam-Yin. 1999. Preparation for Marriage in Chinese Community. International Social Work, Vol. 42, No.4, 389-406.
Pimpinan Pusat Aisyiyah. 1989. Keluarga Sakinah. Yogyakarta : Pimpinan Pusat „Aisyiyah.
99
Jurnal Sosio-Humaniora Vol.1 No. 1 September 2010
Sundberg, N; Winebarger, A; Taplin, J. 2007. Psikologi Klinis: Perkembangan Teori, Praktek dan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Taylor, S.E. 2006. Health Psychology. New York: McGraw-Hill
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
ISSN : 2087-1899
Walgito. B. 1984. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Univ. Gadjah Mada.
Vogel, D; Murphy, M. 2007. Study: Women Best at Problem-Solving Skills in a Marriage. Sumber: Journal of Psychology Counseling. Didownload dari situs http://content.apa.org/journals/cou/5 4/2/165. Diakses t
anggal 19 Desember 2008
100