BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Mutu Mutu menurut ISO 9000: 2000 adalah derajat/tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan dan keinginan. Adapun area tanggung jawab mutu adalah pasien dalam menerima asuhan keperawatan, praktisi dalam penampilan kinerja dan profit dalam pembiayaan keperawatan. Joint Commision telah membuat program jaminan mutu sebagai syarat bagi pengakreditasian rumah sakit. Kebutuhan akan kegiatan jaminan mutu keperawatan dilontarkan pada standar keperawatan nomor 12.8 dari buku panduan pengakreditasian unit kerja tahun 1986 (Gillies, 1994); (12.8.1) Departemen keperawatan memiliki suatu proses yang terencana dan sistematis untuk memonitor dan mengevaluasi mutu serta kelayakan perawatan pasien serta memecahkan masalah- masalah yang timbul; (12.8.2) Mutu dan kelayakan perawatan pasien dimonitor dan dievaluasi di semua fungsi klinis utama dari departemen keperawatan; (12.8.3) Monitor dan evaluasi dilakukan dengan cara sebagai berikut pengumpulan data mengenai aspek-aspek penting dari asuhan keperawatan dan pemeriksaan periodik oleh departemen keperawatan terhadap data yang dilaporkan, dan mengidentifikasi masalah-masalah penting dalam perawatan pasien serta kesempatan untuk meningkatkan mutu keperawatan; (12.8.3) Apabila masalah penting dalam perawatan pasien dan kesempatan untuk mengembangkan mutu keperawatan telah teridentifikasi maka segera diambil
8 Universitas Sumatera Utara
tindakan dan dievaluasi keefektifan tindakan tersebut; (12.8.4) Penemuan dan kesimpulan dari hasil monitor, evaluasi dan kegiatan pemecahan masalah didokumentasikan dan dilaporkan sebagaimana mestinya; (12.8.5) Tindakantindakan yang diambil dalam pemecahan masalah dan efek dari tindakan tersebut terhadap peningkatan mutu keperawatan didokumentasikan dan dilaporkan sebagaimana mestinya. 2.2. Aspek Penilaian Mutu Secara umum aspek penilaian meliputi E-DIA (Evaluasi, Dokumen, Instrumen, Audit). Struktur adalah semua masukan untuk sistem pelayanan sebuah RS yang meliputi M1 (tenaga), M2 (sarana dan prasarana), M3 (metode asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (marketing), dan lainnya (Nursalam, 2007). Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lainnya yang mengadakan interaksi profesional dengan pasien. Interaksi ini diukur dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosa, rencana tindakan keperawatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan (Sitorus. R, 2011) Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain terhadap pasien. Ada empat prinsip utama dalam manajemen mutu (Bustami, 2011): a. Kepuasan pelanggan Konsep
mengenai
kualitas
dan
pelanggan
mengalami
perluasan.Kualitas tidak lagi bermakna kesesuaian dengan spesifikasi
Universitas Sumatera Utara
tertentu, tetapi kualitas ditentukan oleh pelanggan.Pelanggan itu sendiri meliputi
pelanggan
internal,
pelanggan
eksternal
dan
intermediate.Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek termasuk di dalamnya harga, kenyamanan, keamanan, dan ketepatan waktu. b. Penghargaan terhadap setiap orang Dalam organisasi kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan. c. Manajemen berdasarkan fakta Organisasi kelas dunia berorientasi fakta. Maksudnya bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data dan informasi, bukan sekedar perasaan. d. Perbaikan berkesinambungan Agar dapat sukses, setiap organisasi perlu melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCA (plan- do- check- action), yang terdiri
dari
langkah-langkah
perencanaan,
pelaksanaan
rencana,pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan koreksi terhadap hasil yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
Indikator- indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi: (1) angka infeksi nosokomial: 1-2 %, (2) angka kematian kasar: 3-4 %, (3) kematian pasca- bedah: 1-2 %, (4) kematian ibu melahirkan : 1-2 %, (5) kematian bayi baru lahir: 20/ 1000, (6) NDR (Net Death Rate): 2,5 %, (7) ADR (Anesthesia Death Rate): max 1/ 5000, (8) PODR (Post- Operation Death Rate): 1%, dan (9) POIR (Post Operative Infection Rate): 1% (Nursalam, 2007). Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat effisiensi RS meliputi: (1) unit cost untuk rawat jalan, (2) jumlah penderita yang mengalami dekubitus, (3) jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur, (4) BOR: 70- 85%, (5) BTO (Bed Turn Over): 5- 45 hari atau 40- 50 kali per satu TT/ tahun, (6) TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong, dan (7) LOS: 7- 10 hari (komplikasi, infeksi nosokomial, gawat darurat, tingkat kontiminasi dalam darah, tingkat kesalahan, dan kepuasan pasien) (Nursalam, 2007). Indikator cakupan pelayanan rumah sakit terdiri atas: (1) jumlah dan persentase kunjungan rawat inap menurut jarak RS dan asal pasien, dan (2) jumlah pelayanan dan tindakan (Nursalam, 2007). Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien meliputi: (1) pasien jatuh dari tempat tidur, (2) pasien diberi obat salah, (3) tidak ada oksigen, (4) tidak ada penyedot alat pemadam kebakaran, (5) pemakaian obat, (6) Pemakaian air, listrik, gas, dan lain- lain (Nursalam, 2007). 2.3. Mutu Pelayanan Keperawatan Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit di mana mutu pelayanan keperawatan harus dikelola dengan sebaik
Universitas Sumatera Utara
baiknya karena pelayanan keperawatan utamanya di Instalasi Rawat Inap dapat menjadi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit.Sistem pemberian asuhan keperawatan (care delivery system) merupakan metode yang digunakan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien (Sitorus.R & Panjaitan.R, 2011). Mutu pelayanan adalah tanggung jawab bersama, setiap individu yang berkaitan langsung dengan pelayanan, mutu tidak saja menjadi tanggung jawab perawat pelaksana yang langsung berhadapan dengan pasien, tetapi juga menjadi tanggung jawab manajer. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan sumber daya perawat yang didukung oleh komitmen, motivasi dan faktor eksternal lain seperti kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, sistem penugasan dan pembinaan. Pelayanan di ruang rawat inap bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit sampai pasien pulang. Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut : 1. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan penanganan segera. 2. Penanganan pertama dari perawat harus mampu menaruh kepercayaan bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar. 3. Penanganan para dokter dan perawat
yang profesional akan
menimbulkan kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih rumah sakit .
Universitas Sumatera Utara
4. Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit. 5. Peralatan yang memadai dengan operator yang professional. 6. Lingkungan rumah sakit yang nyaman (Sitorus. R & Panjaitan. R, 2011). Mutu pelayanan keperawatan klinik lebih berorientasi kepada pasien dan memberikan kontribusi dalam mutu pelayanan kesehatan.Mutu sendiri merupakan kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi kebutuhankebutuhan pelanggan (Gillies, 1994). Kualitas
layanan
keperawatan
selalu
menjadi
kepentingan
bagi
perawat.Namun perkembangan sistem untuk mengukur dan mengelola kualitas keperawatan telah relatif berpusat pada kepuasan pasien yang sangat sulit dipahami terhadap pelayanan keperawatan. Kualitas pelayanan kesehatan secara umum meliputi struktur, proses dan hasil (Donabedian, 1980 dalam Foulkes, M., 2011). Dimensi mutu pelayanan Parasuraman et al, (1988) menemukan bahwa lima dimensi pokok mutu yaitu: a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan saran komunikasi. b. Kehandalan yakni kemampuan memberikan pelayanan dengan segera, akurat, dan memuaskan. c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
Universitas Sumatera Utara
d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas dari bahaya, resiko atau keragu raguan. e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan. Upaya untuk dapat menilai mutu dari asuhan keperawatan telah ditetapkan indikator klinik keperawatan.Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi.Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan satu kecendrungan sistem yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan. Berdasarkan hal tersebut indikator klinik adalah kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap pelayanan (Depkes RI, 2008). Indikator mutu pelayanan keperawatan klinik SP2KP meliputi (Depkes RI, 2008) : a. Keselamatan pasien Indikator ini meliputi pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cedera akibat restrain. 1. Dekubitus Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan integritas kulit.Hal ini terjadi akibat tekanan, gesekan dan kombinasi di daerah kulit dan jaringan di bawahnya. 2. Kesalahan dalam pemberian obat Kesalahan dalam pemberian obat oleh perawat terjadi jika perawat melakukan kesalahan dalam prinsip 6 benar dalam pemberian obat
Universitas Sumatera Utara
yaitu benar pasien, benar obat, benar waktu pemberian, benar dosis, benar cara pemberian dan benar dokumentasi.
3. Pasien jatuh Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai atau tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istirahat ataupun saat pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh penyakit stroke, epilepsi, bahaya karena terlalu banyak aktivitas. Angka kejadian pasien jatuh adalah persentase jumlah insidensi pasien jatuh dari tempat tidur yang terjadi di sarana kesehatan pada periode waktu tertentu setiap bulan. 4. Restrain Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk mobilisasi, terutama untuk pasien bingung atau disorientasi. Restrain hanya digunakan bila metode lain sudah tidak efektif. b. Perawatan diri Perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat tidak terpenuhinya kebutuhan perawatan diri misalnya kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih dan lain lain. c.
Kepuasan pasien
Universitas Sumatera Utara
Tingkat kepuasan pasien berdasarkan efisiensi, efektivitas, biaya dan perilaku terdiri dari: (1) kelengkapan dan ketepatan informasi, (2) penurunan kecemasan, (3) perawat terampil professional, (4) pasien merasa nyaman, (5) terhindar dari bahaya, (6) privacy terjaga, dan (7) perawat ramah dan empati. d. Kecemasan Cemas adalah perasaan was-was seakan terjadi sesuatu sebagai ancaman. Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan, bertambahnya hari rawat. e. Kenyamanan Rasa nyaman adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.Nyeri dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab atau bahkan tidak diketahui penyebabnya. f. Pengetahuan Pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan discharge planning.Indikator ini menunjukkan kemungkinan masalah dalam pemberian informasi pengetahuan pasien di ruang rawatan. Peningkatan mutu pelayanan keperawatan dapat dilakukan sesuai pendekatan Deming atau pendekatan sistem (Sitorus.R, 2011). 1.
Pendekatan Deming
Universitas Sumatera Utara
Siklus kegiatan yang terus-menerus dari Deming dalam Wijono (1999) mengidentifikasi empat tahapan yaitu plan, do, check, and action atau disingkat PDCA. PDCA merupakan proses pemecahan masalah klasik. a. Plan merupakan proses mutu pelayanan keperawatan seharusnya dimulai dengan merencanakan secara hati-hati dan cermat langkah-langkah kegiatan perencanaan, seperti analisa situasi, penetapan tujuan, sasaran, jenis kegiatan dan monitoring pelayanan keperawatan. Dalam tahap ini, ditetapkan apa tujuan, apa yang dibutuhkan, tipe penampilan yang diukur dan siapa yang bertanggung jawab serta tolak ukur keberhasilan. b. Do,Perencanaan yang dibuat diikuti oleh setiap orang yang bersangkutan. Di sini termasuk pelaksanaan pelatihan, metode ilmiah, survey kebutuhan dan keinginan pelanggan, pengumpulan dan pengolahan data. c. Check, Memeriksa apakah kegiatan peningkatan mutu yang telah dibuat sesuai yang direncanakan, mengamati hasilnya, efeknya yang terjadi dan adanya perubahan. d. Action, Kegiatan koreksi dilaksanakan berdasarkan pelajaran yang diambil dari tahapan sebelumnya. Perubahan-perubahan seharusnya diadopsi atau dihilangkan sesuai hasil dari tahap sebelumnya. 2. Pendekatan sistem Pendekatan
sistem
dapat
meningkatkan
mutu
asuhan
keperawatan
memperhatikan manajemen mutu mulai dari input, proses, dan output. a. Mutu input atau struktur
Universitas Sumatera Utara
Struktur meliputi penampilan tempat dan sumber-sumber yang ada yaitu fasilitas, kenyamanan dan keamanan, peralatan, kelengkapan, tenaga keperawatan dan biaya ketersediaan. Beberapa kegiatan untuk menjamin mutu asuhan keperawatan adalah: 1) Tenaga. Tenaga yang bermutu sesuai dengan dasar pendidikan profesi masing-masing dan senantiasa ditingkatkan dengan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan. 2) Standar dan prosedur pelayanan keperawatan. Penggunaan standar prosedur untuk mengetahui apakah pelayanan keperawatan yang dilakukan sesungguhnya adalah bermutu. 3) Perizinan. Izin adalah suatu pernyataan boleh melakukan sesuatu kegiatan. Izin
diberikan
setelah
syarat-syarat
dipenuhi.
Pada
dasarnya
izin
dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak bertanggung jawab. 4) Sertifikasi, pemberian sertifikasi dikaitkan dengan telah berhasilnya seseorang setelah menempuh pendidikan dan pelatihan professional. 5) Akreditasi, tenaga keperawatan diharuskan untuk memperoleh angka kredit tertentu berkaitan dengan praktik pelayanan keperawatan. Makin banyak memperoleh angka kredit, maka tenaga tersebut semakin bermutu. b. Mutu proses Menjaga mutu pelayanan keperawatan pada sisi proses berhubungan langsung dengan praktik pelayanan, apakah telah mengacu pada standar prosedur
Universitas Sumatera Utara
yang dapat diketahui melalui observasi langsung, penilaian diri perawat dan penilaian dokumentasi pasien. c. Mutu output Output
menunjukkan
sasaran
akhir
semua
aktifitas
pelayanan
keperawatan.Hasil yang diharapkan dapat dilihat dari angka infeksi nosokomial, angka dekubitus, angka pasien jatuh, dan kepuasan pasien. Upaya meningkatkan pelayanan yang berkualitas, efisien dan efektif serta berfokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan baik internal ataupun eksternal.Customer atau pelanggan adalah individu atau unit yang menikmati/ membeli/menerima produk/barang/jasa/pelayanan dengan harapan mendapatkan keuntungan atau kepuasan.Customer internal adalah individu atau unit yang melakukan jasa pelayanan di rumah sakit misalnya dokter, perawat, apoteker, teknisi, staf administrasi.Customer eksternal adalah individu atau unit yang menikmati jasa pelayanan, yaitu pasien yang dirawat, individu/ unit yang berhubungan dengan rumah sakit (Sitorus.R & Panjaitan.R, 2011). 2.4. Pelayanan Keperawatan Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Permenkes RI, 2001). Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik
Universitas Sumatera Utara
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (PPNI, 2009). Menurut Griffith dalam Sitorus.R & Panjaitan. R (2011) menyatakan bahwa kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik antara lain: 1. Pelayanan keperawatan personal (personal nursing care), yang antara lain berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosional pada pasien, pemberian obat, dll. 2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga merupakan petugas yang seyogyanya paling tahu tentang keadaan pasien. 3. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien, Komunikasi yang baik dengan keluarga atau kerabat pasien akan membantu proses penyembuhan pasien itu sendiri. 4. Menjaga
lingkungan
bangsal
tempat
perawatan.
Perawat
bertanggungjawab terhadap lingkungan bangsal perawatan pasien, baik lingkungan fisik, mikrobiologik, keamanan, dan lain-lain. 5. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit. Program ini diberikan pada pasien dengan materi spesifik sesuai dengan penyakit yang dideritannya.
Universitas Sumatera Utara
Perawat pelaksana ruang rawat adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan di ruang rawat. Yang merupakan syarat bagi perawat pelaksana di ruang rawat inap adalah sebagai
berikut:
(1)
pendidikan:
berijazah
pendidikan
formal
keperawatan/kebidanan dari semua jenjang pendidikan yang disahkan oleh pemerintah/yang berwenang, (2) kursus/pelatihan: tidak ada, (3) pengalaman kerja: tidak ada, dan (4) kondisi fisik: sehat fisik dan rohani (DepKes, 1999). Dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksana di ruang rawat bertanggung jawab kepada kepala ruangan dan kepala instalasi tehadap hal- hal sebagai berikut: (1) kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai
standar,
(2)
kebenaran
dan
ketepatan
dalam
mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan (DepKes, 1999). Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana di ruang rawat mempunyai wewenang sebagi berikut: (1) meminta informasi dan petunjuk kepada atasan, (2) memberikan asuhan keperawatan kepada pasien/ keluarga pasien sesuai kemampuan dan batasan kewenangan (DepKes, 1999). Adapun uraian tugas yang harus dilaksanakan perawat di ruang rawat inap adalah: (1) memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya, (2) menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan berlaku, (3) memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap pakai, (4) melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan sesuai batas kemampuannya, (5) menyusun rencana keperawatan sesuai batas kemampuannya, (6) melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas
Universitas Sumatera Utara
kemampuannya antara lain melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan, memberikan penyuluhan kesehatan kepada psien sesuai penyakitnya, melatih dan membantu pasien untuk melakukan latihan gerak, melakukan tindakan darurat kepada pasien (antara lain panas tinggi, kolaps, pendarahan, keracunan, henti nafas, dan henti jantung) sesuai protap yang berlaku dan selanjutnya melaporkan kepada dokter ruang rawat atau dokter jaga, (7) melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya, (8) mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat berdarkan hasi observasi, (9) berperanserta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, (10) melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai jadwal dinas, (11) mengikuti pertemuan berkala yang diadakan kepala ruang rawat, (12) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan, antara lain melalui pertemuan ilmiah dan penataran atas izin/persetujuan atasan, (13) melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat dan benar sesuai standar asuhan keperawatan, (14) melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian dinas, (15) memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya dengan keadaan dan kebutuhan pasien mengenai program diet, pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaannya, pentingnya pemeriksaan ulang di rumah sakit, puskesmas, atau institusi kesehatan, cara hidup sehat sepertipengaturan istirahat, makanan yang bergizi, atau bahan pengganti sesuai keadaan sosial ekonomi, (16) melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan seperti
Universitas Sumatera Utara
rollstorl, tongkat penyangga, protesa (17) melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di rumah misalnya merawat luka dan melatih anggota gerak dan (18) menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi menyediakan formulir untuk penyelesaian administrasi, seperti: surat izin pulang, surat keterangan istirahat sakit, petunjuk diet, resep obat untuk di rumah, surat rujukan atau pemeriksaan ulang, dan lain-lain (DepKes, 1999). 2.5. Konsep Kinerja Perawat Kinerja adalah suatu proses dan hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, tidak melanggar hukum, aturan serta sesuai dengan moral dan etika, dimana kinerja yang baik dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa (Carthon et al, 2011). Penekanannya akan lebih banyak kepada sasaran dalam bentuk target yang terukur daripada kompetensi. Kinerja mereka akan diukur berdasarkan apa yang telah dilakukan untuk mencapai hasil sehingga mereka melakukannya akan menjadi kurang penting. Kinerja manajer, ketua tim, dan staf profesional umumnya juga akan diukur dengan mengacu kepada defenisi akuntabilitas utamanya. Pencapaian target secara kuantitatif masih penting bagi aspek-aspek tertentu dari pekerjaan tersebut yang mungkin tidak dapat diukur dan dipergunakan.
Universitas Sumatera Utara
Pada pekerjaan administratif dan pendukung, ukuran kinerja akan dihubungkan dengan defenisi dari tugas-tugas utama atau aktifitas kunci terhadap standar kinerja yang berkesinambungan akan disertakan untuk mengukur kinerja. Persyaratan atribut dan kompetensi yang sesuai dengan tingkat pekerjaan akan tetap penting. Pada beberapa pekerjaan, kinerja akan diukur dengan mengacu kepada standar output ataupun lama waktu yang dipakai. Attribute menurut kamus Oxford adalah kualitas yang melekat pada diri seseorang atau sesuatu. Atribut mengacu pada apa yang perlu diketahui dan dapat dilakukan oleh seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara efektif. Karenanya atribut terdiri sari pengetahuan dan keahlian (Dharma, 2005). Kompetensi mengacu kepada dimensi perilaku dari suatu peran-perilaku yang diperlukan seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara memuaskan. Daftar kompetensi yang digunakan dalam Standard chartered (Amstrong, 1994) adalah pengetahuan kerja dan profesional, kesadaran organisasi dan konsumen, komunikasi, keahlian interpersonal, kerja sama tim, inisiatif/ kemampuan beradaptasi, kreatifitas, keahlian analitis dan pengambilan keputusan (Dharma, 2005). Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu variabel individu, variabel organisasi, dan variabel psikologis. Ketiga kelompok ini mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja personal. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja
Universitas Sumatera Utara
adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas (Ilyas, 2002). Gibson dalam Ilyas(2012) menyampaikan model teori kinerja adalah analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis. Variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.Variabel psikologis terdiri dari subvariabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel psikologis seperti ini adalah hal yang kompleks dan sulit diukur.Variabel organisasi digolongkan dalam subvariabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan. Perilaku individu dilihat dari respon terhadap stimulus dibagi menjadi dua bagian yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka dalam bentuk praktek atau tindakan yang diamati. Jadi kinerja dalam keperawatan merupakan hasil karya dari perawat dalam bentuk tindakan atau praktek yang diamati atau dinilai. Kinerja perawat mencerminkan kemampuan perawat untuk mengimplementasikan proses asuhan keperawatan (PPNI, 2010). Praktek keperawatan merupakan tindakan mandiri atau kolaborasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Gillies, 1994). 1. Standar I: Pengkajian Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Rasional pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses keperawatan bertujuan menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan dalam merumuskan masalah klien dan rencana tindakan. Kriteria struktur pengkajian keperawatan yaitu: (1) metode pengumpulan data yang digunakan dapat menjamin, (2) pengumpulan data yang sistematis dan lengkap, (3) diperbaharui data dalam pencatatan yang ada, (4) kemudahan memperolah data, (5) terjaganya kerahasiaan, (6) tatanan praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian integral dari suatu sistem pencatatan pengumpulan data klien, (7) sistem pencatatan berdasarkan
proses
berkesinambungan,
keperawatan, (8)
praktek
singkat,
mempunyai
menyeluruh, sistem
akurat
dan
pengumpulan
data
keperawatan yang menjadi bagian dari sistem pencatatan kesehatan klien, (9) di tatanan praktek tersedia sistem pengumpulan data yang dapat memungkinkan diperoleh kembali bila diperlukan, dan (10) tersedianya sarana dan lingkungan yang mendukung. Kriteria proses yaitu: (1) pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan mempelajari data penunjang, serta mempelajari data lain, (2) sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis, serta catatan lain, (3) klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data, dan (4) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi status kesehatan klien saat ini, status kesehatan klien masa lalu,
Universitas Sumatera Utara
status biologis (fisiologis), status psikologis (pola koping), status spiritual, status sosial kultural, respon terhadap terapi, harapan tentang tingkat kesehatan optimal, resiko masalah potensial. Kriteria hasil adalah data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format yang ada, data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien (PPNI, 2010). 2. Standar II: Diagnosa Keperawatan Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Rasional diagnosa keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan, dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien. Kriteria struktur yaitu:(1) tatanan praktek memberi kesempatan kepada teman sejawat, klien untuk melakukan validasi diagnosa keperawatan, (2) adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, dan (3) untuk mengakses sumber-sumber dan program pengembangan prfesional yang terkait. Kriteria proses meliputi:(1) proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi
data,
identifikasi
masalah
klien,
dan
perumusan
diagnosa
keperawatan, (2) komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), gejala/ tanda (S) atau terdiri dari masalah dari penyebab (PE), (3) bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk menvalidasi diagnosa keperawatan, dan (4) melakukan kaji ulang dan revisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria hasil meliputi:(1) diagnosa keperawatan divalidasi oleh klien bila memungkinkan, (2) diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman sejawat sebagai diagnosisi yang relevan dan signifikan, dan (3) diagnosis didokumentasikan untuk mempermudah perencanaan, implementasi, evaluasi, dan penelitian (PPNI, 2010). 3. Standar III: PerencanaanKeperawatan Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan klien. Rasionalnya perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan. Kriteria stuktur yaitu: (1) tatanan praktek menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan, dan (2) adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat dikomunikasikan. Kriteria proses yaitu: (1) perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan keperawatan, (2) bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan, (3) perencanaan bersifat individual sesuai kondisi dan kebutuhan klien, dan (4) mendokumentasikan rencana keperawatan. Kriteria hasil meliputi:(1) tersusun suatu rencana asuhan keperawatan klien,
(2)
perencanaan
mencerminkan
penyelesaian
terhadap
diagnosis
keperawatan, (3) perencanaan tertulis dengan format yang singkat dan mudah
Universitas Sumatera Utara
didapat, (4) perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan (PPNI, 2010). 4. Standar IV: Pelaksanaan Tindakan (Implementasi) Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Rasional perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan. Kriteria struktur meliputi: tatanan praktek menyediakan (1) sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan, (2) pola ketenagaan yang sesuai dengan kebutuhan, (3) ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik, (4) pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis keperawatan, dan (5) sistem konsultasi keperawatan. Kriteria proses meliputi:(1) bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, (2) kolaborasi dengan profesi lain untuk meningkatkan status kesehatan klien, (3) melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien, (4) melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan di bawah tanggung jawabnya, (5) menjadi koordinator pelayanan dan advokasi
terhadap
klien
untuk
mencapai
tujuan
kesehatan,
dan
(6)
menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada, memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai konsep dan keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakannya, mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria hasil meliputi:(1) terdokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien secara sistematik dan dengan mudah diperoleh kembali, (2) tindakan keperawatan dapat diterima klien, dan (3) ada bukti-bukti terukur tentang pencapaian tujuan (PPNI, 2010). 5. Standar V: Evaluasi keperawatan Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Rasional: praktek keperawatan merupakan suatu proses dinamis yang mencakup berbagai perubahan data diagnosa, atau perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Efektifitas asuhan keperawatan tergantung pada pengkajian yang berulang-ulang. Kriteria struktur meliputi:(1) tatanan praktek menyediakan sarana dan lingkungan yang mendukung terlaksananya proses evaluasi, (2) adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat dalam penyempurnaan perencanaan, dan (3) adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat dalam evaluasi secara efektif dan mengembangkan alternatif perencanaan yang tepat. Kriteria proses yaitu:(1) menyusun rencana evaluasi hasil tindakan secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus, (2) menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan, (3) memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien, (4) bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan, (5)
Universitas Sumatera Utara
mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan, dan (6) melakukan supervisi dan konsultasi klinik. Kriteria hasil dinilai dengan:(1) adanya hasil revisi data, diagnosis, rencana tindakan berdasarkan evaluasi, (2) klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana tindakan, (3) hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan, dan (4) evaluasi tindakan terdokumentasi sedemikian rupa yang menunjukkan kontribusi terhadap efektifitas tindakan keperawatan dan penelitian (PPNI ,2010). 2.6. Landasan Teoritis Kinerja perawat merupakan hasil dari apa yang dikerjakannya berdasarkan wewenang, tanggung jawab dan tugas yang harus dipenuhinya. Perilaku kerja dan kinerja dipengaruhi oleh 3 variabel yaitu variabel individu, organisasi dan psikologis. Kinerja perawat akan semakin baik apabila disertai dengan metode monitoring dan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil kerja sudah sesuai dengan pekerjaan yang harus dilakukan, sasaran serta standar kinerja, ukuran serta indikator kinerja, persyaratan dan nilai dasar perusahaan. Mutu adalah terpenuhinya standar profesi dalam layanan dan terwujudnya hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan. Pelayanan yang bermutu akan menghasilkan pelanggan. Upaya meningkatkan pelayanan yang berkualitas, efisien dan efektif serta berfokus pada kebutuhan dan keinginan pelanggan baik internal ataupun eksternal.Customer atau pelanggan adalah individu atau unit yang menikmati/ membeli/menerima produk/barang/jasa/pelayanan dengan harapan mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
keuntungan atau kepuasan.Customer internal adalah individu atau unit yang melakukan jasa pelayanan di rumah sakit dan customer eksternal adalah individu atau unit yang menikmati jasa pelayanan. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui kinerja perawat, mutu pelayanan keperawatan berdasarkan penilaian pasien sebagai konsumen eksternal dan perawat sebagai konsumen internal. Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada hubungan kinerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan di RSUD Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai
berdasarkan konsumen internal dan
konsumen eksternal dengan 5 dimensi mutu (bukti nyata, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati) akan menjadi indikator mutu seperti terlihat pada gambar 2.1.
Teori perilaku & kinerja (Gibson, 1987 dalam Ilyas, 2002): 1. Variabel individu 2. Variabel psikologis 3. Variabel Organisasi
Perilaku individu (apa yang dikerjakan) Kinerja(hasil yang diharapkan)
Daur manajemen kinerja (Amstrong, 1994 dalam Dharma, 2005) Penilaian kinerja Kesepakatan kinerja Rencana, sasaran dan tujuan perusahaan, departemen dan tim Mutu Konsumen: 1. Internal (perawat) 2. Eksternal (pasien)
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Landasan Teoritis 2.7. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian adalah melihat hubungan variabel bebas (kinerja perawat) dengan variabel terikat (mutu pelayanan keperawatan) seperti gambar 2.2. Variabel bebas
Variabel terikat
Kinerja perawat:
Mutu pelayanan keperawatan:
1. Konsumen internal (perawat) 2. Konsumen eksternal (pasien)
1. Konsumen internal (perawat) 2. Konsumen eksternal (pasien)
Keterangan : : berhubungan Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.10. Jenis Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian
kuantitatif
dengan
jenis
penelitiankorelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectionalyaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point time approach ).
Universitas Sumatera Utara
3.11. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.11.1. Lokasi Penelitian Telah dilaksanakan di RSUD Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai. Alasan peneliti memilih RSUD Sultan Sulaiman adalah karena di rumah sakit ini ditemukan masalah pencapaian mutu RSUD Sultan Sulaiman berdasarkan indikator DepKes, 2008 yang masih jauh dari standar yang diperoleh dari data produktifitas rawat inap bulan September 2012 dan belum pernah dilakukan penilaian kinerja perawat sehingga pihak manajemen belum mengetahui secara spesifik kinerja perawat selama ini. 3.2.1. Waktu Penelitian Telah dilaksanakan Mei-Juni 2013. Kegiatan penelitian ini diawali dengan pengajuan judul, pengajuan dosen pembimbing, studi pendahuluan, review pustaka terkait variabel penelitian, penyusunan proposal dan pelaksanaan penelitian, pengolahan data dan penulisan tesis. 3.3. Populasi dan Sampel 33 3.3.1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Arikunto, 2007). Populasi pada penelitan ini yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Populasi pertama adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai sebanyak 70 orang. 2. Populasi kedua adalah seluruh pasien rawat inap RSU Sultan Sulaiman. 3.3.2. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2012). Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk populasi pertama adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Peneliti mengharapkan generalisasi dengan kesalahan yang kecil. Untuk populasi kedua digunakan purposive samplingdengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang ada dengan kriteria inklusi yaitu pasien yang dirawat selama 48 jam. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel yaitu: 1. Sampel pertama adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai sebanyak 70 orang. 2. Sampel kedua adalah pasien rawat inap RSUD Sultan Sulaiman yang sudah mendapat perawatan 48 jam sebanyak 40 orang. 3.4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada perawat dan pasien dengan jawaban sudah tersedia dan pengamatan atau observasi terhadap dokumen ruangan rawat inap RSUD Sultan Sulaiman. 1. Data primer
Universitas Sumatera Utara
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data primer dari penelitian ini diperoleh dari sumbernya melalui kuesioner yang telah disiapkan mengenai kinerja perawat berdasarkan pelaksanaan wewenang, tanggung jawab dan tugas perawat pelaksana di ruang rawat inap menurut DepKes
berdasarkan konsumen internal (lampiran 1c ) dan kinerja perawat
berdasarkan konsumen eksternal (lampiran 1d), data mutu pelayanan keperawatan melalui pembagian kuesioner kepada perawat mengenai mutu pelayanan keperawatan berdasarkan bukti langsung, kehandalan, ketanggapan, jaminan, dan empati berdasarkan konsumen internal (lampiran 1e) dan mutu pelayanan keperawatan berdasarkan konsumen ekstrenal (lampiran 1f). 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh dari sumbernya tetapi melalui pihak kedua.Data sekunder dalam penelitian ini adalah data Rekam Medis, laporan tahunan, data kepegawaian di RSUD Sultan Sulaiman Kab.Serdang Bedagai yang digunakan untuk mengklarifikasi jawaban responden (perawat). 3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
disebut
berkualitas
dan
dapat
dipertanggungjawabkan
pemakaiannya apabila sudah terbuktivaliditas dan reliabilitasnya.Validitas dan reliabilitas pada penelitian kuantitatif dapat diukur dengan melakukan uji coba instrumen penelitian yang akandigunakan. Uji coba (try out) instrumen penelitian kuesioner kinerja perawat dan mutu pelayanan keperawatan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
konsumen internal akan dilakukanpada 20 orang perawat RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam, yang mempunyai karakteristik sama dengan RSU Sultan Sulaiman. Dan uji validitas kuesioner kinerja perawat menurut pasien dan mutu pelayanan keperawatan berdasarkan konsumen eksternal akan dilakukan pada 20 pasien rawat inap yang telah menerima perawatan 48 jam diRSU Sari Mutiara Lubuk Pakam. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya pertanyaan yang sulit dimengerti atau kekurangan dari materi kuesioner itu sendiri agar dapat digunakansebagai alat penelitian. 1.
Uji validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut.
2. Uji reliabilitas Reliabilitas
(keterhandalan)
mengandung
pengertiansejauh
mana
responden memberikan jawaban yang konsisten terhadap kuesioner yang diberikan. Jawaban respondenterhadap pertanyaan dikatakan reliabel jika masing-masingpertanyaan
dijawab
secara
konsisten,
karena
masing-
masingpertanyaan hendak mengukur hal yang sama. Pengukuran hanya sekali
Universitas Sumatera Utara
dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain ataumengukur korelasi atau jawaban pertanyaan.Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan ujistatistik Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika mempunyai nilai AlphaCronbach > 0,60.Data diperoleh dari jawaban responden terhadappertanyaan-pertanyaan. Kuesioner dalam penelitian ini diadopsi dari DepKes, 1999 dan Tjiptono, 2008 yang telah dilakukan uji coba dengan hasil valid dan reliabilitas tinggi. 3.6. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu yaitu benda, manusia, dll (Nursalam, 2003). Variabel penelitian terdiri dari dua yaitu : 1. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi yaitu kinerja perawat. Kinerja perawat menurut perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing.Menurut pasien kinerja perawat adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan perawat dalam melayani pasien. 2. Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu mutu pelayanan keperawatan yang terdiri dari bukti langsung, daya tanggap, kehandalan, jaminan dan empati. Mutu pelayanan keperawatan menurut konsumen internal adalah kemampuan pelayanan keperawatan yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien. Mutu
Universitas Sumatera Utara
pelayanan keperawatan menurut konsumen eksternal adalah tanggapan seseorang pasien terhadap suatu kegiatan yang diterima dari prosedur pelayanan keperawatan.Mutu dapat dinilai dari 5 dimensi mutu yaitu: a. Bukti
langsung
(tangibles),
meliputi
fasilitas
fisik,
perlengkapan, pegawai, dan saran komunikasi. b. Kehandalan yakni kemampuan memberikan pelayanan dengan segera, akurat, dan memuaskan. c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas dari bahaya, resiko atau keragu raguan. e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan. 3.7. Metode Pengukuran Untuk
mengukur
kinerja
perawat,
peneliti
menggunakan
kuesioner.Instrument ini dijawab oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap dan terdiri dari 30 item pertanyaan (lampiran 4) dan oleh pasien rawat inap yang terdiri dari 25 item pertanyaan (lampiran 5) yang berisikan pertanyaan tugastugas, tanggung jawab yang telah dilakukan oleh perawat. Kuesioner menggunakan skala likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-
Universitas Sumatera Utara
tiap item yaitu nilai 3 bila jawaban selalu, nilai 2 bila jawaban kadang-kadang, dan nilai 1 bila jawaban tidak pernah. Lalu total skor yang didapatkan akan dikategorikan kinerja perawat baik, sedang atau buruk. Untuk instrumen mutu pelayanan keperawatan terdiri dari lima subvariabel yaitu bukti nyata, daya tanggap, kehandalan, jaminan dan empati. Setiap subvariabel mutu dijabarkan menjadi pernyataan mengenai bukti nyata pelayanan 5 penyataan (no. 1 s.d 5), daya tanggap pelayanan 5 pernyataan (no 6 s.d 10), kehandalan pelayanan 5 pernyataan (no 11 s.d 15), jaminan pelayanan 5 pernyataan (no 16 s.d 20), dan empati dalam pelayanan 5 pernyataan (no 21 s.d 25). Instrumen ini akan dijawab oleh perawat di ruang rawat inap, dan pasien. Instrumen mutu pelayanan keperawatan yang terdiri dari 25 pernyataan dengan bobot jawaban nilai 3bila jawaban selalu, dan nilai 2 dengan jawaban kadangkadang, dan 1 bila jawaban tidak pernah, lalu total skor akan dikategorikan menjadi mutu pelayanan keperawatan tinggi, sedang atau rendah seperti terlihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Metode Pengukuran No
Variabel
Alat ukur
Indikator
1
Kinerja perawat a. Konsumen internal
kuesioner (lampiran 1c)
selalu = 3 kadang-kadang=2 tidak pernah= 1
b. Konsumen eksternal
kuesioner (lampiran 1d)
selalu= 3 kadang-kadang=2
Kategori
Skala
71-90= baik 51-70= sedang 30-50= buruk 59-75= baik
skala ordinal
skala ordinal
Universitas Sumatera Utara
tidak pernah= 1
2
42-58= sedang 25-41= buruk
Mutu pelayanan keperawatan: a. Konsumen kuesioner selalu=3 internal (lampiran 1e) kadang-kadang=2 tidak pernah=1
b. Konsumen eksternal
kuesioner (lampiran 1f)
selalu=3 kadang-kadang=2 tidak pernah=1
59-75= baik 42-58= sedang 25-41= buruk 59-75= baik 42-58= sedang 25-41= buruk
skala ordinal
skala ordinal
3.8. Metode Analisis Data Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang benar sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Editing Dalam melakukan editing data langkah yang dilakukan adalahmenata dan menyusun semua lembar jawaban skala yangterkumpul berdasarkan nomor skala yang telah ditentukan.Kemudian memeriksa kembali jawaban responden satu persatudengan maksud untuk memastikan bahwa jawaban ataupertimbangan yang diberikan sesuai dengan perintah danpetunjuk pelaksanaan. 2. Koding
Universitas Sumatera Utara
Pengkodingan data dilakukan dengan maksud untukmemudahkan proses pengolahan data. Pengkodingan iniadalah mengklasifikasikan jawaban responden menurutmacamnya dengan cara menandai masing-masing jawabandengan tanda kode tertentu. 3. Processing Pemprosesan data atau pengolahan data pada penelitian inidimulai dengan tabulating skor atau melakukan entry datakasar dalam bentuk tabulasi pada lembar kertas data. Tujuannya adalah memastikan kesiapan data dengan tepatsebelum dientry data kedalam program SPSS. 4. Cleaning data Dalam cleaning dilakukan pengecekan kembali data yangsudah dientry pada program SPSS dengan maksud untukmengevaluasi apakah masih ada kesalahan atau tidak.Hal ini biasanya terlihat pada missing data atau data yang terlewati, variasi data (kesalahan pengetikan), konsistensi data yaitu kesesuaian data dengan tabulating skor.
5. Analisis data Analisis inibertujuan untuk mengetahui hubungan variabel bebasterhadap variabel terikat.Pada penelitian ini analisis data dilakukan secara bertahap yaitu : a. Univariat Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti secara sederhana yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi responden.
Universitas Sumatera Utara
b. Bivariat Untuk melihat hubungan kinerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan digunakan uji chi- square.Uji statistic ini digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Penilaian dilakukan sebagai berikut: 1. Jika p value ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. 2. Jika p value
> 0,05 maka disimpulkan tidak ada hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat. 3.9.Pertimbangan Etik Sebelum
melakukan
pengumpulan
data,
peneliti
terlebih
dahulu
mengajukan permohonan persetujuan ke komite etik penelitian kesehatan Sumatera Utara, kemudian memberikan penjelasan kepada responden dalam penelitian ini yaitu perawat pelaksana di ruang rawat inap dan pasien yang dirawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sultan Sulaiman Kab. Serdang Bedagai bahwa responden dilindungi dari berbagai aspek dalam penelitian ini (Polit &Hungler, 1999) yaitu: (1) Self Determination yaitu peneliti memberi kesempatan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak bersedia menjadi responden (lampiran 3), (2) Privacy yaitu peneliti meyakinkan responden bahwa data yang terkumpul tidak akan disebarluaskan oleh peneliti (lampiran 1a), (3) Anonimity yaitu peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan memberikan kode pada setiap instrument (lampiran 1a), (4) Confidentality yaitu peneliti berjanji merahasiakan informasi yang didapatkan dan data yang
Universitas Sumatera Utara