TINDAK TUTUR DALAM INTERAKSI SOSIAL DI PASAR TRADISIONAL AKSARA
TESIS
Oleh ROSTINA 067009020/LNG
S
C
N
PA
A
S
K O L A
H
E
A S A R JA
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
TINDAK TUTUR DALAM INTERAKSI SOSIAL DI PASAR TRADISIONAL AKSARA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh ROSTINA 067009020/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Judul Tesis Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: TINDAK TUTUR DALAM INTERAKSI SOSIAL DI PASAR TRADISIONAL AKSARA : Rostina : 067009020 : Linguistik
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Amrin Saragih, MA, Ph.D) Ketua
Ketua Program Studi
(Prof. T. Silvana Sinar, MA, Ph.D)
(Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S) Anggota
Direktur
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Tanggal lulus: 10 November 2008
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Telah diuji pada Tanggal 10 November 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Prof. Amrin Saragih, MA, Ph.D
Anggota
: 1. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S 2. Prof. T. Silvana Sinar, MA, Ph.D 3. Dr. Eddy Setia, M.Ed, TESP
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
PERNYATAAN
TINDAK TUTUR DALAM INTERAKSI SOSIAL DI PASAR TRADISIONAL AKSARA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, atau kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 10 November 2008
Rostina
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Tindak Tutur dalam Interaksi Sosial di Pasar Tradisional Aksara Medan”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif induktif. Data yang digunakan adalah percakapan/tindak tutur dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara (tuturan antara pembeli dan penjual). Data dikumpulkan dengan menggunakan alat rekam lalu data direduksi dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna, data yang tidak penting dibuang atau disisihkan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pragmatik yang membahas fungsi-fungsi bahasa yakni tindak tutur oleh Austin dan pola pasangan Berdampingan/Bersesuaian oleh Coulthard, dan struktur percakapan teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS). Temuan penelitian menunjukkan bahwa percakapan/tindak tutur dalam berinteraksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan adalah tindak ilokusi (representatif/asertif, direktif, ekspresif, komisif dan deklarasi) dan tindak perlokusi. Tindak tutur yang paling dominan adalah tindak direktif (pertanyaan, memohon, menyuruh, menantang, dan lain-lain). Suatu percakapan juga mempunyai struktur yang dibatasi dengan pola pasangan berdampingan/bersesuaian. Ditemukan ada delapan Pola pasangan berdampingan/bersesuaian, ditemukan ada delapan (8) pola pasangan berdampingan/bersesuaian yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan, antara lain (1) pola sapaan-sapaan, (2) pola panggilan-jawaban, (3) pola permintaan informasi-pemberian, (4) pola keluhanmengakui, (5) pola permintaan-pemersilakan, (6) pola penawaran-penerimaan, (7) pola penawaran-penolakan, dan (8) pola pertanyaan-jawaban. Struktur percakapan yang dijumpai di pasar tradisional aksara Medan memiliki gangguan dan tidak selamanya linear. Percakapan yang terpanjang terdiri dari enam unit percakapan, pemakaian bahasa dalam percakapan di pasar tradisional aksara adalah bahasa nonformal.
Kata Kunci: Tindak tutur, Struktur percakapan.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
ABSTRACT
This Analysis entitled “Speech Act in social interaction in Medan Aksara tradisional market” The method used in this analysis is Qualitative inductive Data of analysis consist of conversation/speech act in social interaction in Aksara traditional market (utterances between buyers and sellers). Data are pragmatic which deals with the functions of language that is speech act introduced by Austin and adjacency pair by coal thard, and systemic functional linguistic theory related to conversation structure. The findings of this analysis indicate that conversation/speech act in social interaction in Medan Aksara traditional market include illocutionary acts (perlocutionary acts, speech act which is the most dominant is Directive (questioning, requesting, asking for, challenging etc). A conversation has structure which is limited by adjacency pair, it is found that there are eight adjacency pairs included in social interaction in Medan – Aksara traditional market: (1) greeting pattern, (2) calling – Answering pattern, (3) information asking and giving pattern, (4) complaining – apologizing, (7) bargaining – refusing pattern, (8) questioning – answering pattern. Conversational structures found in Medan Aksara traditional market have dynamics that make them not linear. The longest conversation consists of six conversational units. The language used in conversation in Medan Aksara traditional market is nonformal.
Key words: Speech act, Conversational structure.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Tesis ini berjudul tindak tutur dalam interaksi sosial di Pasar Tradisional Aksara Medan. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan-kekurangan, namun penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Medan,
September 2008
(Rostina)
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih bagi Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat karunia dan kasih sayang kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,Sp.A(K), Direktur Sekolah Pascasarjana USU, Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Ketua Program Studi Linguistik Prof. T. Silvana Sinar, MA., Ph.D., Sekretaris Program Studi Linguistik Drs. Umar Mono M.Hum, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program magister di Universitas Sumatera Utara. Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada para pembimbing Prof. Amrin Saragih, M.A.,Ph.D, Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S, atas bimbingan, pengarahan dan perhatian yang telah diberikan selama penulisan tesis ini. Selanjutnya terima kasih penulis sampaikan kepada: Bapak Prof. Bahren Umar Siregar, Ph.D, Bapak H. Rustam Amir Effendi, M.A., Ph.D, Bapak Prof. Dr. Khairil Ansyari, M.Pd, Ibu Dra. Hayati Chalil, M.Hum, Bapak Prof. Mangantar Simanjuntak, Bapak Prof. J. Naibaho, selaku staf pengajar di Program Studi Linguistik Pascasarjana USU Medan dan seluruh staf administrasi
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
pada Sekolah Pascasarjana USU yang telah membantu penulis dalam penyediaan berbagai fasilitas. Yang tidak dapat penulis lupakan adalah semua rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa Program Studi Linguistik angkatan tahun 2006/2007, penulis sampaikan terima kasih atas ketulusan dalam berbagi rasa dan saling membantu selama dalam perkuliahan. Ucapan terima kasih kepada Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D selaku Koordinator Kopertis Wilayah I Medan yang telah memberikan izin kepada penulis mengikuti Program Studi Linguistik di Sekolah Pascasarjana USU Medan. Akhirnya terima kasih penulis ucapkan kepada suami tercinta, T.R. Situmorang yang dengan tulus mendorong penulis untuk belajar terus, memberi semangat, demikian juga buat anak-anak tersayang Cicilia, Astrid, dan Mega yang juga memiliki andil membantu meringankan beban psikologis dan tanggung jawab orang tuanya, dan penulis selalu menyertai mereka, mudahmudahan mereka menjadi anak yang baik, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, patuh kepada kedua orang tua, berguna kepada negara, nusa dan bangsa. Ucapan terima kasih juga kepada Abangda Erwin Saragih dan Kel. Abangda Erwan Saragih dan seluruh keluarga yang telah memberi semangat, membantu moral dan material sehingga perkuliahan dan penulisan tesis ini dapat terselesaikan.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Mudah-mudahan segala bantuan, dukungan, dan budi baik dari berbagai pihak yang telah diberikan kepada penulis selama perkuliahan sampai selesainya penulisan tesis ini, Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Agung memberikan imbalan yang setimpal kepada seluruh pihak yang berjasa kepada penulis. Amin.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP I. Data Pribadi Nama Lengkap : Rostina Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/Tgl Lahir : Medan/31 Agustus 1960 Alamat : Jl. Perjuangan Gg. Sanggup No. 2 Medan Telp : (061) 6636443 HP : 085261619924 Agama : Katolik II. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA S1
: SD Negeri No. 5 lulus tahun 1972 : SMP Negeri X lulus tahun 1975 : SMA Negeri VI lulus tahun 1979 : Fakultas Sastra USU lulus tahun 1984
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK.............................................................................................. i ABSTRACT ........................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................. iii UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................... iv RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vi DAFTAR ISI .......................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................... ix DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... x BAB I
PENDAHULUAN .................................................................. 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1.2 Masalah ................................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
1 1 6 6 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 2.1 Landasan Teori......................................................................... 2.2 Pragmatik ................................................................................. 2.3 Pragmatik dan Tindak Tutur (Speech Acts) ............................. 2.3.1 Tindak Tutur ................................................................... 2.3.2 Konteks ........................................................................... 2.4 Struktur Percakapan ................................................................. 2.4.1 Fungsi Ujar...................................................................... 2.4.2 Modus.............................................................................. 2.4.3 Langkah (Move) .............................................................. 2.5 Pasangan Bersesuaian (Adjacency Pair).................................. 2.6 Ragam Bahasa.......................................................................... 2.7 Peneliti Terdahulu ....................................................................
8 8 9 11 12 17 20 21 21 22 23 28 30
BAB III
METODE PENELITIAN ........................................................ 3.1 Pendekatan Penelitian .............................................................. 3.2 Data dan Sumber Data ............................................................ 3.3 Situasi Sosial ........................................................................... 3.4 Prosedur Data ........................................................................... 3.5 Analisis Data ............................................................................
32 32 33 33 34 35
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................. 36 4.1 Jenis-jenis Tindak Tutur yang Dipakai dalam Berinteraksi .........................................................................................36 4.2 Data Pasangan Berdampingan dalam Percakapan di Pasar Tradisional Aksara ............................................................ 54 4.2.1 Pola sapaan - sapaan ................................................. 54 4.2.2 Pola panggilan - jawaban .......................................... 55 4.2.3 Pola permintaan informasi - pemberian ..................... 56 4.2.4 Pola keluhan - mengakui ........................................... 57 4.2.5 Pola permintaan - pemersilakan ................................ 58 4.2.6 Pola penawaran - penerimaan.................................... 59 4.2.7 Pola penawaran - penolakan...................................... 60 4.2.8 Pola pertanyaan jawaban........................................... 61 4.3 Merujuk pada Teori LFS ................................................... 62 4.4 Bahasa yang Dipakai dalam Percakapan di Pasar Tradisional Aksara Medan ................................................ 74 4.5 Pembahasan ...................................................................... 80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 5.1 Simpulan........................................................................... 5.2 Saran.................................................................................
83 83 84
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
85
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Nomor 1. 2. 3.
Judul Proposisi Tindak Tutur…………………………………………… Proposisi Fungsi Ujar………………………………………….... Proposisi Modus…………………………………………………..
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Halaman 40 41 42
DAFTAR SINGKATAN
A
= mewakili pembeli
B
= mewakili penjual
K1
= orang pertama mengetahui informasi (primary knower)
K2
= orang pertama mengetahui informasi (secondary knower)
K1f
= orang pertama mengetahui lanjutan (primary knower – follow up)
K2f
= orang kedua mengetahui lanjutan (secondary knower – follow up)
Ch
= tantangan (challenge)
rch
= jawaban terhadap tantangan (response to challenge)
cl
= penjelasan (clarification)
rcl
= tanggapan terhadap penjelasan (response to clarification).
cf
= konfirmasi (confirmation)
rcf
= tanggapan terhadap konfirmasi (response to confirmation)
S
= pernyataan (statement)
AS
= persetujuan atas pernyataan (acknowledge statement)
Q
= pertanyaan (question)
RSQ
= jawaban terhadap pertanyaan (response statement to question)
Q1
= pertanyaan pertama
Q2
= pertanyaan kedua
C
= perintah (command)
O
= tawaran (offer)
LFS
= Linguistik Fungsional Sistemik
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa masyarakat tidak dapat berhubungan satu sama lain, dengan adanya bahasa maka seseorang itu dapat menyampaikan maksud dan isi hatinya kepada orang lain. Pada hakekatnya bahasa digunakan oleh para penuturnya dalam berinteraksi. Melalui bahasa, seseorang mengutarakan pikiran dan perasaannya kepada orang lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Bahasa dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan, lisan dan isyarat. Oleh karena itu bahasa adalah wahana yang pertama dan utama dalam komunikasi antar manusia. Bahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat penutur. Pada setiap komunikasi akan terjadi interaksi di antara penutur dan petutur yang dapat berupa informasi seperti penuangan gagasan, maksud perasaan, pikiran maupun emosi secara langsung. Oleh karena itu dalam setiap proses komunikasi itulah apa yang disebut peristiwa tutur yang merupakan suatu kegiatan berbahasa. Interaksi yang
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Menurut Kridalaksana (1983: 153) peristiwa tutur/bahasa merupakan apa yang terjadi sebagai akibat pengungkapan bahasa. Pengungkapan bahasa itu dapat melalui percakapan. Percakapan sebenarnya merupakan suatu aktivitas yang dipelajari sebagai bagian pemerolehan kompetensi percakapan (Purba, 2002: 93). Percakapan itu adalah interaksi oral dengan bertatap muka antara dua partisipan atau lebih, tetapi percakapan itu lebih dari sekedar pertukaran informasi seperti dalam suatu dalam proses percakapan, bagaimana percakapan berkembang, dan sampai berakhirnya percakapan tersebut. Ketika orang bergabung dalam suatu percakapan, mereka saling berbagi prinsip umum yang membuat mereka dapat saling menginterpretasikan tuturan-tuturan yang mereka hasilkan. Tuturan-tuturan yang terdapat pada percakapan itu merupakan bagian dari peristiwa tutur/bahasa. Dalam tiap-tiap peristiwa percakapan (tutur) itu selalu terdapat faktor-faktor yang mengambil peranan dalam peristiwa itu seperti penutur, lawan bicara, pokok pembicaraan, tempat bicara. Si pembicara akan memperhitungkan dengan siapa dia berbicara, tentang apa yang dibicarakan, di mana dibicarakan, bila dibicarakan, dan sebagainya yang akan membagi warna terhadap pembicaraan itu. Keseluruhan peristiwa itu disebut peristiwa tutur (Lubis, 1996: 83). Menurut Chaer dan Agustina (1995: 61) bahwa peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
tuturan di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Sama halnya menurut Pateda (1987: 22) berpendapat peristiwa tutur/bahasa (speech event) adalah interaksi linguistik tertentu, suatu kejadian komunikasi yang terdiri dari satu atau lebih ujaran. Jadi, interaksi yang terjadi di pasar, rapat, di ruang seminar, di pengadilan pada waktu tertentu, yang mempergunakan bahasa disebut peristiwa tutur. Pemakaian bahasa dalam komunikasi yang sesungguhnya, selain ditentukan oleh faktor-faktor linguistik juga ditentukan oleh faktor-faktor yang sifatnya nonlinguistik. Faktor yang demikian itu sering pula dikatakan berkaitan erat dengan faktor sosial dan kultural. Faktor sosial dan kultural tersebut tidak terlepas dari masyarakat sebagai pengguna bahasa yang di dalamnya terdapat tindakan bertutur antara satu dengan yang lainnya di dalam suatu waktu tertentu. Pada waktu seseorang melakukan tindakan berkomunikasi banyak pokok bahasan yang dia bicarakan di dalam suatu waktu tertentu, baik di ruang rapat, di suatu seminar, di pengadilan ataupun di pasar. Dalam penelitian ini dikaji tindak tutur yang terjadi saat berinteraksi (pedagang dengan pembeli) sedang melakukan transaksi di pasar tradisional Aksara Medan. Pasar tradisional Aksara Medan diresmikan tahun 1990, terletak di simpang empat jalan Aksara Medan, lokasinya sangat strategis dan ramai dikunjungi para pembeli atau masyarakat yang melakukan interaksi mulai pukul 06.00 pagi sampai pukul 19.00 WIB.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Pasar tradisional Aksara tempat berinteraksi antara pedagang dan pembeli, pedagang menjual berbagai macam dagangan mulai dari kebutuhan pokok beras, ikan, sayur-mayur, barang pecah belah, pakaian, dan lain-lain. Saat terjadi interaksi antara seorang penjual dengan pembeli dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi disebut tindak tutur, tindak tutur inilah yang menjadi pokok bahasan pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui tindak tutur apa saja yang dipakai dalam berinteraksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan. Penelitian tindak tutur yang dilakukan di pasar tradisional Aksara Medan sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan peneliti lain, inilah yang menjadi peneliti merasa tertarik untuk meneliti di pasar tradisional Aksara. Tindak tutur merupakan salah satu bidang kajian penting pragmatik bahasa, pandangan yang berterima di kalangan pakar pragmatik dan juga di kalangan pakar sosiolinguistik bahwa jika kita berbicara atau mengeluarkan ujaran (apakah ujaran itu berupa kalimat, frasa, atau kata) apa yang keluar dari mulut kita itu dapat dianggap sebagai tindakan. Tindakan itu dapat disebut sebagai tindakan berbicara, tindakan berujar, atau tindakan bertutur. Istilah yang sekarang lazim dipakai untuk mengacu ke tindakan itu ialah tindak tutur yang merupakan terjemahan dari istilah Inggris speech act.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Tindak tutur ialah melakukan tindak tertentu melalui kata, misalnya memohon sesuatu, menolak (tawaran, permohonan), berterima kasih, memberi salam, memuji, meminta maaf, dan mengeluh. Teori tindak tutur/bahasa ini dimajukan oleh Austin. Ia mengatakan bahwa secara analistis dapat dipisahkan menjadi tiga macam tindak tutur yang terjadi secara serentak: Tindak ‘Lokusi’ (Locutionary act) yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis. 2) Tindak ‘ilokusi’ (illocutionary act), yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji pernyataan dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentukbentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan, dan 3) Tindak ‘Perlokusi’ (Perlocutionary act), yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Menelaah tindak tutur harus benar-benar disadari betapa pentingnya konteks ungkapan/ucapan. Teori tindak tutur adalah bagian dari pragmatik dan pragmatik itu sendiri merupakan bagian dari performansi linguistik. Selain tindak tutur, dalam suatu percakapan umumnya dilakukan oleh dua partisipan yang memiliki dua fungsi yaitu sebagai pembicara dan pendengar. Oleh karena itu, dapat dikatakan dalam sebuah percakapan kedua partisipan itu disebut dengan pasangan berdampingan/bersesuaian. Suatu percakapan dapat diketahui kejelasannya atau dapat dimengerti apabila pembaca mengetahui konteks dari
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
situasi pembicaraan tersebut. Karena makna kata atau makna suatu kalimat berhubungan dengan konteks.
1.2
Masalah 1. Tindak tutur apakah yang dipakai dalam berinteraksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan? 2. Bagaimanakah struktur percakapan di pasar tradisional Aksara Medan?
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Menemukan dan menganalisis jenis-jenis tindak tutur yang dipakai dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan, dan 2. Mendeskripsikan
struktur
percakapan (berinteraksi)
yang
terdapat
di pasar tradisional Aksara Medan.
1.4
Manfaat Penelitian Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Pengembangan teori linguistik dalam memberikan sumbangan pada kajian pragmatik umumnya dan kajian tindak tutur khususnya baik secara teoritis maupun secara praktis, 2. Pembaca dapat memahami struktur percakapan yang dipakai di pasar tradisional aksara Medan,
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
3. Khasanah kepustakaan dalam menambah bahan bacaan dalam bidang linguistik, dan 4. Menjadi rujukan bagi peneliti lain yang berminat menganalisis bahasa khususnya bahasa di pasar tradisional.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pendahuluan Teori yang dipakai dalam kajian ini adalah teori pragmatik yang secara
rinci mengenai fungsi-fungsi bahasa yakni tindak tutur yang termasuk dalam kajian sosiolinguistik berdasarkan pendapat dan teori Austin (1962) serta teori Coulthard yaitu pasangan berdampingan/bersesuaian. Yang merupakan bagian dari suatu percakapan dan konteks yang mempunyai peranan penting dalam situasi percakapan. Selanjutnya percakapan, khususnya dengan teori linguistik fungsional sistemik (LFS) diungkapkan bahwa pasangan bersesuaian dalam percakapan dibangun dari sejumlah langkah (move) yakni k1, k2. Langkah k1 merupakan orang yang menguasai informasi sedangkan k2 menanya informasi. Antara keduanya dapat terjadi dinamisme yang kemudian menjadi pengingkaran terhadap prinsip pasangan berdekatan. Dinamisme ini dapat terdiri atas langkah cl, rcl, ch, rch, cf, rcf (Saragih, 2006: 40).
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
2.2
Teori Pragmatik Pragmatik (pragmatics) merupakan kajian arti atau makna yang timbul
dalam pemakaian bahasa. Pragmatik didefinisikan berbeda-beda menurut pandangan berbagai pakar. Pertama, Pragmatik adalah kajian tentang arti yang disampaikan atau dikomunikasikan oleh pembicara (penulis) dan diinterpretasikan oleh pendengar (pembaca). Dengan kata lain, pragmatik mencakupi kajian makna yang dikomunikasikan oleh pemakai bahasa. Arti atau makna yang dikomunikasikan oleh pemakai bahasa (pembicara atau pendengar) melebihi dari makna yang terucap dalam ujaran dalam tulisan. Ini berarti pragmatik unit linguistik yang dapat berupa bunyi, kata, frase, klausa, paragraf. Makna yang dimaksud melebihi dari makna yang terucap dalam ujaran, dalam tulisan, seperti contoh percakapan di bawah ini: Rahman
: Enak makanan di pesta itu?
Nina
: Masakan Jawa
Makna yang disampaikan Nina adalah “dia menyatakan bahwa makanan itu bagi dia tidak enak dan dia tidak menyukai masakan Jawa karena masakan Jawa manis. Makna ini tidak tersurat atau terucap dalam percakapan itu. Rahman hanya menyatakan bahwa masakan di pesta itu makanan Jawa. Makna bahwa dia tidak menyukai makanan itu melebihi dari apa yang tertulis dalam teks percakapan itu.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Kedua, Pragmatik merupakan kajian makna kontekstual. Dengan pengertian ini, pragmatik mencakup makna sebagai hasil atau akibat apa yang dikatakan seseorang, kepada siapa hal itu dikatakan, di mana, kapan, dan dalam situasi apa. (Pragmatics is the study of contextual meaning). Makna suatu bentuk linguistik bergantung pada konteks sosial pemakaian bahasa. Sebagai contoh teks: Besok kita akan melakukan operasi. Makna yang dimaksudkan dapat mencakup lima makna jika konteks sosialnya berubah, seperti sebagai berikut: a. Besok kita akan mengoperasi pasien. (yang dibicarakan adalah kesehatan, antara dokter dan asistennya di rumah sakit). b. Besok kita akan mencek harga beras, gula, atau minyak. (yang dibicarakan adalah harga pasar oleh petugas dari Bulog). c. Besok kita akan menyerang atau menggempur musuh. (yang dibicarakan adalah penyerangan atau peperangan oleh seorang jendral dengan stafnya di waktu malam di markas tentara). d. Besok kita akan merampok mangsa kita di suatu tempat yang telah diamati sebelumnya. (yang dibicarakan adalah taktik merampok oleh seorang bos dengan kawan-kawannya di tempat persembunyian mereka di waktu malam). e. Besok kita akan mencari lelaki hidung belang sebagai pelanggan kita.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
(yang dibicarakan adalah teknik merayu pelanggan oleh dua orang wanita pelacur di sebuah restoran). Tarigan (1990: 32) menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa yang dapat mempengaruhi tafsiran atau interprestasi. Tarigan (1990: 33) dengan mengutip Levinson memberikan batasan pragmatik sebagai telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain: telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat.
2.3
Pragmatik dan Tindak Tutur (Speech Acts) Pragmatik berhubungan erat dengan tindak tutur karena pragmatik
menelaah makna dalam kaitan dengan situasi tuturan, Leech (1993: 19). Dalam menelaah tindak tutur, konteks amat penting, telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi cara kita menafsirkan kalimat disebut pragmatik, Tarigan (1990: 34). Jadi tindak tutur merupakan bagian kajian pragmatik, pragmatik merupakan bagian dari performansi linguistik.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
2.3.1 Tindak Tutur Bahasa merupakan alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam berkomunikasi, manusia akan menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Saat penyampaian informasi inilah manusia melakukan tindak bahasa atau disebut sebagai tindak tutur (Speech act). Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Leech (1993: 5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan): menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur, dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana. Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat netral di dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini seperti praanggapan, perikutan, ini implikatur percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan. Menurut Searle (1975) dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bahasa bukan sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur. Lebih tegasnya, tindak
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Sebagaimana komunikasi bahasa yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah, tindak tutur dapat pula berwujud pernyataan, pertanyaan dan perintah (dalam Rani, 2004: 158). Teori tindak tutur seperti yang disebut di atas berkembang dan ini dimajukan oleh Austin (dalam Chaer, 1995: 69). Ia mengatakan bahwa secara analitis dapat kita pisahkan tiga macam tindak bahasa yang terjadi secara serentak: 1. Tindak tutur lokusi (Locutionary act) yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis, dalam bahasa Inggris subject-predicate dan topic comment ini disebut juga propositional act (Searle, dalam Lubis, 1996: 9). Contoh: Saya haus, seseorang mengartikan Saya sebagai orang pertama tunggal (si penutur), dan haus mengacu ke ‘tenggorokan kering dan perlu diisi’, tanpa bermaksud untuk meminta minuman. 2. Tindak tutur lokusi (Locutionary act) yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis, dalam bahasa
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Inggris subject-predicate dan topic comment ini disebut juga propositional act (Searly, dalam Lubis, 1996: 9). Tindak tutur ilokusi (illocutionary act), ini biasanya pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, menjanjikan dan menjanjikan, misalnya, “Ibu guru menyuruh saya agar segera berangkat”. Menurut Searle (1975) ilokusi dibedakan atas: a. representatif (kadang-kadang disebut asertif), yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya (misalnya:
menyatakan,
melaporkan,
menunjukkan,
menyebutkan,
meyakini, menerangkan). Contoh: Saya meyakini bahwa dia akan datang. b. direktif, yaitu tindak ujaran yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu (misalnya: memerintahkan, memohon, menyuruh, menyarankan, menantang). Contoh: Saya memerintahkan agar rumah itu disita. c. ekspresif, yaitu tindak ujaran yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam ujaran itu (misalnya: memuji, mengeluh, mengkritik, berterima kasih) contohnya: Saya berterima kasih bahwa dia berhasil atas usahanya. d. komisif,
yaitu
tindak
ujaran
yang
mengikat
penuturnya
untuk
melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya (misalnya
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
berjanji, bersumpah, mengancam, menyetujui dan merencanakan). Contoh: Saya berjanji bahwa saya akan memperjuangkan kepentingan rakyat semua. e. deklarasi, yaitu tindak ujaran yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru (misalnya:
memutuskan,
membatalkan,
melarang,
menobatkan,
meresmikan, mengizinkan, menghukum, menyatakan). Contohnya: Saya menyatakan bahwa rapat ini dibuka secara resmi. 3. Tindak tutur perlokusi (Perlocutionary act) yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu (Nababan 1984: 18, dalam Lubis, 1996: 9). Contoh: dari kalimat saya haus yang dituturkan oleh si penutur menimbulkan efek kepada pendengar yaitu dengan memberikan atau menawarkan minuman kepada penutur. Dalam ilmu bahasa dapat kita samakan tindak lokusi itu dengan ‘predikasi’, tindak ilokusi dengan ‘maksud kalimat’ dan tindak perlokusi dengan akibat suatu ungkapan. Atau dengan kata lain dapat kita katakan bahwa lokusi adalah makna dasar atau referensi kalimat itu, ilokusi sebagai daya yang ditimbulkan oleh pemakaiannya sebagai perintah, ejekan, keluhan, pujian dan lain-lain, dan perlokusi adalah hasil dan ucapan tersebut terhadap pendengarannya. Contoh: Nilai rapormu bagus sekali. Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Dalam segi lokusi, ini hanya sebuah pernyataan bahwa nilai rapor itu bagus (makna dasar). Dari segi ilokusi, bisa berarti pujian atau ejekan. Pujian kalau memang nilai itu bagus, dan ejekan kalau memang nilai rapor itu memang tidak bagus. Dari segi perlokusi dapat membuat pendengar itu menjadi sedih (muram) dan sebaliknya dapat mengucapkan terima kasih. Ucapan yang tidak langsung itu tidak menyatakan pujian atau ejekan tetapi mengharuskan si pendengar mengolahnya, sehingga makna yang sebenarnya
dapat
ditentukannya.
Ini
dapat
diketahui
dari
kaidah
perbincangannya. Jadi kalimat: Nilai rapormu bagus sekali bermakna dasar, sebuah rapor bernilai bagus. Prinsip koperatifnya di sini dijalankan karena si pembicara menyatakan sesuatu dengan tujuan pembicara itu. Dari segi evaluatifnya dapat dikatakan bahwa si pembicara menyatakan sesuatu dengan terang dan jelas dan ini biasanya mempunyai makna di baliknya Di sini konteksnya dan penuturnya menegaskan peranan untuk menyatakan nilai evaluatifnya. Kalau yang menyatakan itu adalah orang tuanya kepada anaknya yang menunjukkan rapornya dan air muka orang tuanya itu kelihatan tidak jernih, maka jelas daya ilokusi pernyataan itu adalah kekesalan. Kesimpulan ini menentukan bagaimana respon si pendengar atau anak yang mempunyai rapor tersebut. Ia mungkin akan menyatakan bahwa guru-gurunya tidak jujur atau mungkin juga cuma merasa sedih atau mungkin
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
juga ia akan menangis, atau ia akan mengatakan bahwa ia telah berusaha sekuat mungkin. Dan inilah nilai perlokusi.
2.3.2 Konteks Parera (1990: 120) mengemukakan tiga ciri yang harus dipenuhi untuk terciptanya suatu konteks, yaitu: 1). Setting, 2). Kegiatan dan 3). Hubungan (relasi). Interaksi ketiganya membentuk konteks. 1). Setting meliputi: (a) unsur-unsur material yang ada di sekitar peristiwa interaksi berbahasa, (b) tempat, (c) waktu. 2) Kegiatan: semua tingkah laku yang terjadi dalam interaksi, seperti berbahasa itu sendiri, juga termasuk kesan, perasaan, tanggapan, dan persepsi Pn dan Pt. 3) Hubungan (relasi) meliputi hubungan antara Pn dan Pt yang ditentukan oleh (a) jenis kelamin (b) umur (c) kedudukan; status, peran, prestise (d) hubungan kekeluargaan, (e) hubungan kedinasan, setting, kegiatan dan hubungan ditentukan secara kultural. S (= Setting and Scene) P (= Participants) E (= Ends: Purpose and goal) A (= Act sequences) K (= Key: tone or spirit of act) I (= Instrumentalities)
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
N (= Norms fo interaction and interpretation) G (= Genres). Setting and Scene. Di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara keras-keras, tapi di ruang perpustakaan harus seperlahan mungkin. Partisipant adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar, tetapi dalam khotbah di mesjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orang tuanya atau gurunya bila dibandingkan kalau dia berbicara terhadap teman-teman sebayanya.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi diruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara, namun, para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil. Dalam peristiwa tutur di ruang kuliah linguistik, dosen yang cantik itu berusaha menjelaskan materi kuliah agar dapat dipahami mahasiswanya, namun barangkali di antara para mahasiswa itu ada yang datang hanya untuk memandang wajah ibu dosen yang cantik itu. Act Squence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda begitu juga dengan isi yang dibicarakan. Key, mengacu pada nada, cara dan semangat di mana suatu pesan disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditujukan dengan gerak tubuh dan isyarat. Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf, atau telepon. Instrumentalities ini juga
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek atau register. Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya. Dari yang dikemukakan Hymes itu dapat kita lihat betapa kompleksnya terjadinya peristiwa tutur.
2.4
Struktur Percakapan Dalam
kamus
linguistik,
struktur
adalah
perangkat
unsur
yang
diantaranya terdapat hubungan yang bersifat ekstrinsik, unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang bersifat intuitif, sedangkan percakapan adalah suatu interaksi bahasa antara dua pembicara atau lebih (Kridalaksana, 1983: 130). Struktur percakapan dapat juga disebut organisasi percakapan merupakan suatu bentuk pemakaian bahasa yang mempunyai organisasi atau perangkat unsur dalam percakapan. Struktur percakapan ini diperoleh dari pengamatan situasi-situasi ketika percakapan sedang terjadi. Yule (2006: 121) menambahkan bahwa struktur percakapan ialah apa saja yang sudah kita
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
asumsikan sebagai suatu yang sudah dikenal baik melalui diskusi sebelumnya. Struktur itu secara lebih dekat adalah sebagai suatu aspek pragmatik yang krusial.
2.4.1 Fungsi Ujar Fungsi ujar merupakan tindakan yang dilakukan oleh penutur bahasa dalam percakapan (Halliday, 1976: 69). Dengan menggunakan bahasa setiap langkah (move) percakapan direalisasi oleh fungsi ujar. Menurut teori sistemik dan filsafat bahasa, bahwa bahasa adalah wahana pengungkapan realitas dunia manusiawi dan direalisasi menurut kebutuhan manusia. Dengan demikian, perubahan bentuk berdasar pada kebutuhannya. Bahasa digunakan untuk menggambarkan dan mempertukarkan pengalaman (Halliday, 1976). Dengan kata lain, bahasa dibentuk dan digunakan menurut bidang (field) saat manusia memakainya. Ada dua hal yang saling terkait, yakni fungsi ujar dan modus. Fungsi ujar distratifikasikan sebagai komoditas sedangkan modus berada pada stratifikasi realisasi komoditas tersebut. Ada empat (4) komoditas dalam fungsi ujar, yakni pernyataan (statement), pertanyaan (question), tawaran (offer) dan perintah (command) dan demikian juga dalam modus yakni deklaratif (declatative), interogatif (interrogative), imperatif (imperative), dan salah satu dari yang tiga tersebut untuk fungsi ujar “tawaran” (offer).
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
2.4.2 Modus Modus adalah realisasi fungsi ujar, sementara fungsi ujar adalah uraian dari langkah. Dengan demikian percakapan dapat dikaji dengan merujuk langkah, fungsi ujar dan modus. Modus dasar terdiri atas modus indikatif dan imperatif. Indikatif terdiri atas modus deklaratif dan interogatif.
2.4.3 Langkah (Move) Merujuk pada teori LFS pasangan bersesuaian dalam bentuk penundaan pada percakapan dibangun dari sejumlah langkah (move) yakni k1, k2. Langkah k1 merupakan orang yang menguasai informasi, sedangkan k2 menanya informasi. Antara keduanya dapat terjadi dinamisme yang kemudian menjadi pengingkaran terhadap prinsip pasangan berdekatan. Dinamisme ini dapat terdiri atas langkah: cl
(clarification) yaitu klarifikasi atas suatu informasi.
rcl (reaction of clarification) yaitu reaksi atas suatu klarifikasi. ch
(chalenge) yaitu tantangan dari informasi atau klarifikasi.
rch (reaction of chalenge) yaitu reaksi atas tantangan cf
(confirmation) yaitu konfirmasi informasi
rcf (reaction of confirmation) yaitu reaksi atas konfirmasi. f
(frequency) yaitu frekuensi atau banyaknya muncul informasi atau informasi baru, klarifikasi, atau tantangan.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
2.5
Pasangan Bersesuaian (Adjacency Pair) Pasangan bersesuaian adalah pasangan dari bentuk peristiwa berbahasa
lisan yang selalu bersamaan, misalnya pertanyaan dan jawaban. Sebuah rangsangan dengan jawabannya adalah pasangan bersesuaian yang diucapkan oleh si pembicara dan si pendengar pada permulaan komunikasi, pertengahannya atau pada akhirnya. Pasangan bersesuaian ini adalah sebuah unit yang penting dalam berkomunikasi walaupun kelihatannya sangat sederhana dan ringkas (Lubis, 1996: 109) contoh: Permulaan :
“Selamat Pagi”
(bertemu)
“Selamat Pagi Juga” “Apa kabar?” “Baik”
Pertengahan:
“Jadi kau setuju?” “Setuju” “Kapan kita berjumpa lagi?” “Minggu”
Akhir:
“Nah, sampai jumpa lagi”
(berpisah)
“Oke”
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Saragih (2006: 38) menjelaskan bahwa percakapan umumnya dibangun oleh ujaran dalam pasangan bersesuaian atau dua bagian sebagai contoh percakapan berikut terdiri atas dua bagian. A: Mau ke mana?
(bagian pertama)
B: Ke Bandung
(bagian kedua)
Antara kedua bagian itu dapat terjadi sisipan, seperti dalam contoh berikut: A: Mau penerbangan pertama?
(Q1-pertanyaan pertama)
B: Pukul berapa?
(Q2-pertanyaan kedua)
A: Tujuh
(A2-jawab kedua)
B: Baik, Saya ambil itu.
(A1-jawab pertama)
Coulthard (dalam Purba, 2002: 108) memberikan pasangan bersesuaian sebagai unit struktur percakapan. Oleh karena itu, ketika seorang pembicara menghasilkan sebuah tuturan sebagai bagian pertama dan lawan bicara diharapkan memberikan pasangan serasi pada bagian kedua. Coulthard membagi delapan pola pasangan persesuaian. 1. Pola sapaan-sapaan Merupakan pola yang paling umum dijumpai dalam percakapan. Contoh:
A: “Halo” B: “Hai”
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
2. Pola panggilan-jawaban Merupakan pola yang biasa kita jumpai dan biasanya pola panggilan jawaban ini sering dilakukan apabila percakapan tersebut dilakukan secara lisan. Contoh:
A : Dek, mau cari apa ya! Masuk dek, masuk! B : Ga, lihat-lihat aja.
3. Pola permintaan informasi-pemberian Dalam percakapan juga ditemukan adanya pola permintaan informasi yang dibalas dengan pemberian informasi oleh masing-masing mitra bicaranya. Contoh:
A: Pak, ada minyak bimoli? B: Ada
4. Pola keluhan-mengakui Keluhan-permintaan maaf adalah percakapan yang terjadi yang penutur pertama mengeluh akan suatu perbuatan atau sikap, benda, ataupun tentang manusia, dan penutur selanjutnya mengakui dan minta maaf. Contoh:
A: Satu harian hujan terus, orang yang belanja pun sepi B: Ya bu, orang malas belanja ke pasar.
5. Pola permintaan-pemersilakan Pola permintaan-pemerilahkan adalah percakapan yang terjadi yang penutur pertama meminta sesuatu misalnya kegiatan untuk melakukan suatu perbuatan atau sikap, benda ataupun barang sedangkan penutur
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
selanjutnya mempersilakan atau melakukan apa yang diminta penutur pertama. Contoh:
A: Boleh dicoba jeruknya dek? B: Boleh
6. Pola penawaran-penerimaan Pola
penawaran-penerimaan
mengindikasikan
adanya
pihak
yang
pihak
yang
menawarkan sesuatu, dan penawaran yang diajukan diterima. Contoh:
A: Bu, jeruk madu harganya sekilo lima ribu B: Kasih sekilo saja
7. Pola penawaran-penolakan Pola
penawaran
penolakan
mengindikasikan
adanya
menawarkan sesuatu, hanya saja penawaran yang diajukan sama sekali tidak diterima karena alasan-alasan tertentu. Contoh:
A: Cabenya Bu…ini cabe gunung, ambil seperempat ya. B: Masih ada
8. Pola pertanyaan-jawaban Pertanyaan jawaban adalah percakapan yang sering dijumpai, salah satu penutur mengutarakan pertanyaan dan penutur yang menjadi lawan tuturnya berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut. Contoh:
A : Ada minyak goreng putih pak? B : Ada
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
2.5.1 Langkah (Move) dalam Percakapan Menurut Teori LFS Merujuk pada teori LFS pasangan bersesuaian dalam percakapan dibangun dari sejumlah langkah (move), yakni k1, k2. langkah k1 merupakan orang yang menguasai informasi sedangkan k2 menanya informasi. Antara keduanya dapat terjadi dinamisme yang kemudian menjadi pengingkaran terhadap prinsip pasangan berdekatan. Dinamisme ini dapat terjadi atas langkah: a. cl (clarification ) yaitu klarifikasi atas suatu informasi b. rcl (reaction of clarification) yaitu reaksi atas suatu klarifikasi c. ch (chalenge) yaitu tantangan dari informasi atau klarifikasi d. rch (reaction of chalenge) yaitu reaksi atas tantangan e. cf (confirmation) yaitu konfirmasi informasi f. rcf (reaction of confirmation) yaitu reaksi atas konfirmasi g. f (frequency) yaitu frekuensi atau banyaknya muncul informasi atau informasi baru, klarifikasi atau tantangan (k2f, k1f) Contoh : k2
A: mau ke mana?
k1
B: ke pasar
k2
A : Berapa udang sekilo?
k1
B : Empat puluh
ch
A : Wah! murah kali ya.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
k2
A : Dencis berapa sekilo?
k1
B : Enam belas ribu
ch
A : Enam belas ribu! Kurang ya
rch B : Ga kurang lagi k2f A : Sekilo ya.
k2
A : Baru ikannya ini Pak? Berapa sekilo?
k1
B : Baru, lihat aja insangnya. Dua puluh sekilo
ch
A : ga kurang Pak?
rch B : ga kurang lagi k2f A : setengah aja
2.6
Ragam Bahasa Ragam bahasa merupakan suatu istilah yang dipergunakan untuk
menunjukkan salah satu dari sekian variasi yang terdapat dalam pemakai bahasa, sedangkan variasi itu timbul karena kebutuhan penutur akan adanya alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dalam kontek sosialnya. Adanya berbagai variasi menunjukkan bahwa pemakaian bahasa (tutur) itu bersifat aneka ragam. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya pragmatik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bahasa. Dalam hal ini, jenis-jenis atau ragam-ragam
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
dalam komunikasi yang pragmatis ialah: ragam bahasa yang memperhatikan waktu, tempat, dan keadaan. Di samping itu, pembicara dan lawan bicara harus diperhatikan pula dari segi status sosial, kedudukan, jabatan, umur, dan lainlain. Ada pakar yang beranggapan bahwa ragam bahasa pada dasarnya hanya ada dua yaitu formal dan nonformal. Bagi kelompok orang yang beranggapan demikian, meyakini bahwa pemakaian bahasa di kantor-kantor, sekolah-sekolah, dan tempat-tempat resmi lainnya serta upacara-upacara, dokumen-dokumen resmi, selalu dikelompokkan sebagai bahasa ragam formal, sedangkan ragam nonformal ialah semua pemakaian bahasa di tempat umum, di rumah, di pasar dan lain-lain. Pemakaian bahasa yang dipakai dalam percakapan di pasar tradisional adalah ragam nonformal. Ragam bahasa dikenal secara umum (Nababan, 1984: 22-23) dibagi atas 3 macam, yaitu: 1) ragam resmi (formal), 2) ragam usaha (informal), dan 3) ragam akrab. Ragam resmi atau formal biasanya dipakai dalam tempat dan situasi resmi, misalnya di dalam pidato, ceramah, pertemuan ilmiah, dan lain-lain. Ragam usaha (informal) biasanya dipakai di tempat kerja, sekolah-sekolah dan lain-lain, Ragam akrab dipakai antar anggota keluarga, teman sebaya, dan orang-orang yang sudah dikenal dengan baik.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
2.7
Peneliti Terdahulu Penelitian tentang tindak tutur sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh
Siregar (2003) dan Hasibuan (2005). Dalam penelitiannya, Siregar mengkaji secara teoritis prinsip-prinsip yang berkaitan dengan tindak tutur, pemerolehan tindak tutur dan siasat kesantunan. Ia juga mengemukakan penggunaan tindak tutur, meskipun terbatas pada enam bentuk tindak tutur, yaitu tindak tutur permohonan, permohonan maaf, keluhan, pujian, menjawab pujian dan terima kasih. Sedangkan Hasibuan (2005) mengkaji perangkat tindak tutur dan siasat kesantunan berbahasa dalam bahasa Mandailing. Ia mengemukakan berbahasa dalam bahasa Mandailing. Ia mengemukakan jenis-jenis tindak tutur versi Scarle yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Juga dibahas jenis tindak tutur langsung dan tidak langsung. Ia juga mengaitkan tindak tutur dengan kesantunan berbahasa sama halnya dengan kajian Siregar. Beda dengan Hasibuan, penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Aksara Medan yang membicarakan tindak ilokusi (representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif). Penelitian tindak tutur yang dilakukan di pasar tradisional Aksara belum pernah dilakukan peneliti lain, jadi penulis tertarik untuk menelitinya. Dalam penelitian Nasution (2001) dalam sebuah percakapan kedua partisipan disebut dengan pasangan berdampingan/bersesuaian. Nasution menunjukkan bahwa wacana persidangan memiliki lima pola pasangan Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
bersesuaian. Kelima pola itu meliputi pola panggilan – jawaban, permintaan – pemersilakan, permintaan informasi – pemberian, penawaran – penerimaan, dan penawaran – penolakan. Selain itu, ia menyimpulkan bahwa tidak semua pasangan bersesuaian tersebut yang bermakna implikatur. Berbeda pula dengan Bengar, penelitiannya struktur percakapan bahasa Jerman, pola pasangan persesuaian yang muncul dalam penelitiannya memiliki 8 (delapan) pola pasangan bersesuaian yaitu pola sapaan – sapaan, panggilan – jawaban, keluhan – bantahan, keluhan – permintaan maaf, permintaan – pemersilakan, permintaan informasi – pemberian, penawaran – penerimaan, dan penawaran – penolakan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Arianto, ia mengemukakan bahwa ada 4 (empat) pola pasangan bersesuaian yang terdapat pada percakapan wawancara kerja yaitu pola permintaan – pemersilakan, permintaan informasi – pemberian, penawaran – penolakan dan penawaran – penerimaan. Struktur percakapan di pasar tradisional Aksara Medan juga dijumpai pasangan berdampingan/bersesuaian, percakapan yang terdapat pada wacana persidangan, stuktur percakapan di pasar tradisional merupakan percakapan secara lisan hanya situasi percakapannya yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa setiap percakapan selalu memiliki struktur yang berbeda-beda.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian Penulis menggunakan metode kualitatif-deskriptif di dalam penelitian ini,
dimana akan dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Metode-deskriptif yang dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara alamiah (Djajasudarma, 1993: 8-9). Sugiyono (2005: 23) metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapangan, dengan metode kualitatif peneliti melakukan penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data dan selanjutnya diverifikasi. Di dalam mengamati interaksi sosial yang terjadi, penulis melaksanakan metode ini dengan cara mengamati, ikut berperan serta melakukan wawancara dan merekam tuturan-tuturan yang diujarkan oleh si penjual dan si pembeli yang sedang melakukan transaksi jual-beli di pasar tradisional. Sugiyono (2005: 22-23) bahwa untuk memahami interaksi sosial yang kompleks penelitian dengan metode kualitatif melakukannya dengan cara ikut berperan serta, wawancara terhadap interaksi tersebut sehingga ditemukan pola-pola yang jelas.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
3.2
Data dan Sumber Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari bahasa lisan yang dituturkan oleh pedagang/penjual dan pembeli yang sedang melakukan transaksi jual-beli di pasar tradisional Aksara Medan, data yang dianalisis 20 percakapan.
3.3
Situasi Sosial Menurut
Sugiyono
(2005:
49)
dalam
penelitian
kualitatif
tidak
menggunakan istilah populasi tetapi tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya.
3.3.1 Tempat (Place) Penelitian ini akan berlangsung di pasar tradisional Aksara yang letaknya di jalan Aksara Medan.
3.3.2 Pelaku (Actors) Adapun pelaku didalam penelitian ini adalah para pedagang/penjual dengan pembeli.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
3.3.3 Aktivitas (Activity) Adapun aktivitas atau kegiatan yang nantinya akan diteliti di dalam penelitian ini adalah saat pedagang/penjual dengan pembeli yang sedang melakukan transaksi jual-beli di pasar tradisional Aksara Medan.
3.4
Prosedur Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini data dilakukan dengan pemeriksaan data dari sumber data yang berhubungan dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini dengan cara mengamati wawancara, merekam, mengklasifikasikan, dan mengelompokkan data yang diperoleh menurut jenis-jenisnya yang ada kaitannya dengan perumusan masalah dalam penelitian. Meleong (1989: 111) mengatakan bahwa pengamatan tidak bisa berdiri sendiri artinya tidak dapat dilakukan tanpa pencatatan datanya. Oleh karena itu selain pengamatan, penulis akan melakukan pengumpulan data dengan cara merekam serta mencatat data dimana terjadi percakapan/interaksi sosial antara pedagang/penjual dengan pembeli.
3.4.2 Teknik Pengolahan Data Pengolahan data ini akan dilakukan di dalam beberapa tahap: Tahap pertama menuliskan tuturan lisan/rekaman ke dalam tulisan sehingga akan terlihat jenis-jenis tindak tutur kemudian dipilih tuturan-tuturan yang akan dianalisis lalu mengelompokkan dari kelima jenis tindakan tutur, serta Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
mengelompokkan struktur percakapan yang terdapat pada percakapan di pasar tradisional.
3.5
Analisis Data Metode kajian (analisis) yang dipakai dalam penganalisisan adalah
dengan analisis induktif. Menurut Sugiyono (2005: 89) analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan. Sementara Djajasudarma (1993: 13) menyebutkan bahwa data secara induktif yaitu data yang dikaji melalui proses yang berlangsung dari data ke teori. Sesuai dengan metode yang digunakan, langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut: a. Data dianalisis berdasarkan jenis tindak tutur, b. Data dikelompokkan berdasarkan jenis tindak tutur, c. Data direduksi maksudnya merangkum, memilih hal-hal yang pokok, data yang tidak penting dibuang atau disisihkan, d. Data disimpulkan dari hasil analisis tindak tutur dan hasil struktur percakapan.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Jenis-jenis Tindak Tutur yang Dipakai dalam Berinteraksi Tindak tutur yang dipakai dalam interaksi sosial di pasar tradisional
Aksara Medan yaitu tindak ilokusi (representatif, direktif, ekspresif, komisif, deklarasi) dan tindak perlokusi. Tindak tutur yang paling dominan yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan adalah tindak tutur direktif (pertanyaan, memohon, menyuruh, menantang dan lain-lain). Tindak tutur representatif (kadang-kadang disebut asertif) yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya (misalnya memberitahukan, menyatakan, melaporkan, mewujudkan dan lainlain). Contoh:
A : seperempat? B : representatif A : B : representatif A : setengah ya Tindak tutur direktif yaitu tindak ujaran yang
berapa cabe direktif enam setengah tomat? direktif enam ribu cabe seperempat, tomat direktif dilakukan penuturnya
dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran
itu,
(misalnya:
pertanyaan,
memohon,
menyuruh,
menantang) dan lain-lain.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
menyarankan,
Contoh: B: A: B: A: B: A: B: A: B: A: B: A:
Bu, cari apa ya? Masuk Bu, direktif (ajakan) masuk Bu…. ada baju seragam SMP? direktif/pertanyaan ada Bu, Ibu pilih aja direktif berapa ini sepasang? direktif/pertanyaan enam puluh representatif/memberitahukan ah, mahal kali, kurang ya direktif/menantang kurang dikitlah Bu, bagus bahannya representatif Bu empat lima ya direktif biar jadi Bu, lima puluh ga kurang lagi representatif bungkuslah direktif yang lain apalagi Bu? komisif/menawarkan itu aja deklarasi/memutuskan Tindak tutur eksresif yaitu tindak ujaran yang dilakukan dengan maksud
untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan (misalnya ucapa terima kasih, meminta maaf, ucapan selamat, mengkritik, mengeluh). Contoh: A: B: A: B: A: B:
beras ini berapa sekilo? enam ribu minyak goreng biasa berapa? dua belas kog, semua harga pada naik? ya bu, BBM uda naik, jadi semua barang-barang harganya naiklah Bu! A : kasih beras dua kilo, minyak setengah ya B : yang lain apa Bu? A : itu aja B. makasih Bu!
direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan ekspresif/keluhan representatif/melaporkan
direktif/meminta komisif/menawarkan deklarasi/memutuskan ekspresif
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Tindak tutur komisif yaitu tindak ujaran yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya (misalnya berjanji, penawaran, mengancam, menyetujui, bersumpah). Contoh: B: A: B: A: B: A: B: A: B: A: B: A:
Bu, cari apa ya? Masuk Bu, masuk direktif/ajakan Bu…. ada baju seragam SMP? direktif/pertanyaan ada Bu, Ibu pilih aja direktif berapa ini sepasang? direktif/pertanyaan enam puluh representatif/memberitahukan ah, mahal kali, kurang ya direktif/menantang kurang dikitlah Bu, bagus bahannya representatif Bu empat lima ya direktif biar jadi Bu, lima puluh ga kurang representatif lagi bungkuslah direktif yang lain apalagi Bu? komisif/menawarkan itu aja deklarasi/memutuskan Tindak tutur deklarasi yaitu tindak ujaran yang dilakukan si penutur
dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan dan sebagainya) yang baru. (Misalnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan). Contohnya: A: B: A: B: A:
bawal berapa? tiga puluh kurang ya, dua lima aku ambil sekilo ga bisa, baru ikannya bu ga jadilah
direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif (memohon) representatif deklarasi/membatalkan
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Tabel 1. Proposisi Tindak Tutur No 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Tindak Tutur Representatif (asertif) Direktif Ekspresif Komisif Deklarasi Total
Jumlah 35 61 12 2 13 123
Persentase 28,5 46,6 9,7 1,6 10,6 100%
Dari tabel di atas dapat diambil simpulan bahwa tindak tutur direktif paling dominan (49,6%) dipakai dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan. Pemakaian tindak tutur direktif yang dominan terjadi karena tindak direktif tindak ujaran yang dilakukan penutur dengan maksud agar si pendengar/ mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam ujaran itu. Dalam data percakapan di pasar tradisional Aksara banyak ditemukan tuturan tindak direktif (pertanyaan, memohon, menyuruh, menantang dan sebagainya). Misalnya dalam tuturan “Apa ikannya Bu? Lele, ikan masa, nila (Data 4). Tindak ujaran yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu (agar membeli lele, ikan mas, atau nila).
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Dalam tuturan “baru, ibu lihat insangnya” (Data 2). Mitra tutur diharapkan melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu (melihat insang ikan). Dalam tuturan “kurang ya, dua lima aku ambil sekilo (Data 3) Penutur bermaksud untuk meminta/memohon agar diberikan oleh mitra tuturnya (agar harganya boleh dikurangi menjadi Rp. 25.000,00 sekilo). Tabel 2. Proposisi Fungsi Ujar No 1. 2. 3. 4.
Jenis Fungsi Ujar Pernyataan Pertanyaan Tawaran Perintah Total
Jumlah 38 45 2 85
Persentase 44,7 52,9 2,3 100%
Tabel 2 menunjukkan bahwa fungsi ujar yang lebih dominan adalah dalam bentuk pertanyaan (52,9%). Hal ini terjadi karena di dalam satu percakapan terdapat beberapa bentuk pertanyaan.
Tabel 3. Proposisi Modus No
Jenis Modus
Jumlah
Persentase
1.
Deklaratif/declarative
79
63,7
2.
Interrogatif/interrogative
45
36,29
3.
Imperatif/imperative
-
-
Total
124
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
100%
Dalam interaksi di pasar Aksara modus yang lebih dominan adalah dalam bentuk deklaratif/declarative 36,7%. Karena fungsi ujar bentuk question/pertanyaan menjadi RSQ (jawaban terhadap pertanyaan) dinyatakan modus dalam bentuk deklaratif/declarative. Data Percakapan 1 A : dencis berapa sekilo? B : enam belas ribu A : enam belas? Kurang ya B : ga kurang lagi A : Asetengah kilo ya
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberi tahukan direktif/menantang deklarasi/memutuskan direktif/meminta
Analisis: tuturan enam belas? merupakan tindak ujaran direktif/ menantang yang menyatakan harganya kemahalan. Jadi tindak ujaran yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu.
A: B: A: B: A: B: A:
Data Percakapan 2 baru ikannya ini Pak? baru, ibu lihat insangnya berapa sekilo? dua puluh sekilo ga kurang Pak? ga kurang lagi setengah aja
Jenis Tindak Tutur ilokusi, perlokusi direktif direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif deklarasi/memutuskan direktif/meminta
Analisis: 1. Maksud dan fungsi ilokusi dari tuturan baru ikannya ini Pak? Mempunyai maksud ejekan dari ikan tersebut. 2. Tindakan perlokusi si pendengar bisa menjadi muram.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
3. Direktif karena mitra tutur diharapkan melakukan tindakan yang disebut di dalam tuturan itu (melihat insang ikan).
A: B: A: B: A:
Data Percakapan 3 bawal berapa? tiga puluh kurang ya, dua lima aku ambil sekilo ga bisa, baru ikannya bu ga jadilah
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif (memohon) representatif deklarasi/membatalkan
Analisis 1. Memohon merupakan tindak ujaran direktif. Fungsi ilokusi memohon penutur bermaksud untuk meminta atau memohon agar diberikan mitra tuturnya (agar harganya boleh dikurangi menjadi Rp. 25.000,00 sekilo). 2. Tuturan gak bisa, baru ikannya Bu! Memiliki fungsi representatif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakan penuturnya (memberitahukan/menginformasikan tentang ikannya baru). Data Percakapan 4 B : apa ikannya bu? lele, ikan mas, nila A : lele berapa B : dua belas A : ga sebelas aja? B : ga bisa A : sekilolah
Jenis Tindak Tutur direktif direktif/pertanyan repersentatif/pemberitahuan direktif/memohon deklarasi (memutuskan) deklarasi (memutuskan)
Analisis: 1. Direktif yaitu tindak ujaran yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu (agar membeli lele, ikan mas, dan nila).
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
2. Memohon merupakan tindak ujaran direktif. Fungsi ilokusi memohon di sini penutur bermaksud untuk meminta/memohon sesuatu agar diberikan oleh mitra tuturnya (agar diberikan harga ikan lele sebelas ribu). Data Percakapan 5 A : teri berapa seons? B : lima ribu A : seons ya
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/meminta
Data Percakapan 6 A : berapa udang sekilo? B : empat puluh A : empat puluh? wah, murah kali ya ga jadilah Pak!
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan ilokusi, perlokusi deklarasi/membatalkan
Analisis 1. Maksud dan fungsi ilokusi dari tuturan empat puluh? Bukan tujuannya bertanya, tuturan wah, murah kali ya bisa berarti ejekan yang berarti harganya terlalu mahal. 2. Tindak perlokusi si pendengar itu menjadi kesal. 3. Tuturan ga jadilah merupakan tindak ujaran deklarasi (membatalkan). Data Percakapan 7 daging berapa Pak? enam puluh kasih seperempat lah makasih sama-sama Data Percakapan 8 A : ayam berapa? B : paha, dada lapan belas A : naik lagi ayam ya, ga kurang dek? B : ga kurang lagi bu! A : kasih paha aja sekilo, potongpotong ya B : jual ya bu A: B: A: B: A:
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/meminta ekspresif ekspresif Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan ekspresif/keluhan deklarasi/memutuskan direktif/menyuruh representatif/menyebutkan
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Analisis: Tuturan naik lagi ya ayam ya, ga kurang dek merupakan keluhan bagian dari tindak ekspresif. Data Percakapan 9 A : ikan mas berapa? B : sekilo dua dua A : ga kurang da? B : ga biasa harganya A : pilih sekilo dua ekor ya da, bersihkan ya da B : makasi ya da
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif representatif direktif/menyuruh ekspresif
Analisis: 1. Tuturan ga biasa harganya memiliki fungsi representatif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakan penuturnya (memberitahukan bahwa harganya masih seperti biasa/harganya belum naik). 2. Menyuruh merupakan tindak ujaran direktif. Fungsi ilokusi menyuruh di sini penutur
bermaksud
untuk
meminta/menyuruh
mitra
tuturnya
membersihkan dan memilih ikan sekilo dua ekor. Data Percakapan 10 A : berapa cabe seperempat? B : enam setengah A : tomat? B : enam ribu A : cabe seperempat, tomat setengah ya
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/meminta
Data Percakapan 11 A : cantik cabenya ya da! Ini cabe gunung da? B : ya, ini cabe gunung
Jenis Tindak Tutur ekspresif/memuji representatif/pernyataan
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
agar
A: B: A: B: A:
berapa seperempat? enam setengah kurang ya da enam ribulah seperempat aja ya
direktif/pertanyan representatif/memberitahukan direktif deklarasi/memutuskan direktif/meminta
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
A: B: A: B: A: B:
A: B: A: B.
Data Percakapan 12 beras ini berapa sekilo? enam ribu minyak goreng biasa berapa? dua belas kog, semua harga pada naik? ya bu, BBM uda naik, jadi semua barang- barang harganya naiklah Bu! kasih beras dua kilo, minyak setengah ya yang lain apa Bu? itu aja makasih Bu!
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan ekspresif/keluhan representatif/melaporkan
direktif/meminta komisif/menawarkan deklarasi/memutuskan ekspresif
Analisis: 1. Keluhan/kritikan merupakan bagian dari tindak ekspresif. Tindak ekspesif yaitu tindak ujaran penutur (pembeli) mengeluh, mengkritik dalam tuturan kog semua harga pada naik. 2. Tindak tutur representatif (melaporkan) berarti memberitahukan atau menginformasikan kepada mitra tuturnya tentang kenaikan BBM sehingga harga-harga sudah pada naik.
Data Percakapan 13 A : kelapa yang uda diparut berapa Pak? B : dua setengah A : kasih satu pilih yang tua ya Pak B : makasih bu A : sama-sama
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/menyuruh ekspresif ekspresif
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
A: B: A: B: A: B: A:
Data Percakapan 14 ada minyak goreng putih Pak? ada berapa sekilo tiga belas ga kurang? ga bisa, minyak udah naik bu kasih seperempat ya
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif representatif/melaporkan direktif/pertanyan
Analisis: Representatif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya (melaporkan) bahwa minyak sudah naik.
Data Percakapan 15 A : Ci, berapa kuetiaw sekilo? B : kuetiaw enak…..lima ribu A : lima ribu? Kasih sekilo aja
A: B: A: B: A: B: A: B: A: B: A: B: A: B: A: B:
Data Percakapan 16 jeruk ini berapa enam ribu pear? dua belas jeruk aja dua kilo makasih ya bu Data Percakapan 17 Pak, ada gelas duralex panjang? ada berapa selusin? enam puluh ga kurang Pak? ga kurang lagi Bu bisa beli setengah lusin? bisa Bu, setengah lusin tiga puluh kasih setengah lusin aja ya Pak terima kasih Bu!
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan representatif/direktur
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan deklarasi/memutuskan ekspresif Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/memohon deklarasi/memutuskan direktif/memohon representatif/memberitahukan direktif/meminta ekspresif
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Data Percakapan 18 Tas ini berapa? seratus ribu Bu! seratus ribu? Murah kali jadi mau berapa Bu? tawarlah Bu…. dari tadi Bu, kami belum buka dasar, sepi kali penjualan sekarang, jadi ibu mau berapa? A : empat puluh ya, kalau bisa saya ambil B : tambah dikit lagilah Bu, biar jadi A : empat puluhlah B : ambillah Bu, makasih….Jual ya Bu
A: B: A: B:
Jenis Tindak Tutur direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan ilokusi, perlokusi direktif/menyuruh representatif/menyatakan representatif/menyatakan direktif/memohon perlokusi deklarasi/memutuskan direktif/ekspresif
Analisis: 1. Maksud dan fungsi ilokusi dari tuturan seratus ribu? Murah kali mempunyai maksud sindiran yang harganya terlalu mahal. 2. Tindak perlokusi si pendengar itu jadi sedih. 3. Tuturan dari tadi Bu, kami belum buka dasar, sepi kali penjualan sekarang mengisyaratkan bahwa terdapat ungkapan keluhan meruapakan bagian dari tindak ekspresif dari penutur kepada mitra tuturnya yang merasakan sepi kali penjualan sehingga dirinya mengeluh. 4. Tindak perlokusi karena digunakan untuk membujuk mitra tuturnya agar mau membeli tas. 5. Direktif karena mitra tuturnya diharapkan melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. 6. Ekspresif si penutur mengucapkan terima kasih
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Data Percakapan 19 A : Bagus kali ya mode pakaian ini berapa harganya? B : tujuh lima A : ga kurang? B : kurang dikit ya A : empat puluh ya B : ga bisa, tambahlah dek biar jadi A : enggaklah
Jenis Tindak Tutur ilokusi, perlokusi direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif direktif direktif perlokusi deklarasi/membatalkan
Analisis: 1. Maksud dan fungsi dari tuturan bagus kali ya mode pakaian ini bisa berarti pujian atau ejekan. Pujian kalau memang mode pakaian itu bagus, dan ejekan kalau memang mode pakaian itu tidak bagus. 2. Tindak perlokusi si pendengar itu menjadi sedih atau muram dan dapat jua mengucapkan terima kasih. 3. Direktif karena mitra tutur diharapkan melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu (harga pakaian sedikit saja dikurangi). 4. Tindak tutur perlokusi karena digunakan untuk membujuk mitra tutur agar mau membeli pakaian.
B: A: B: A: B: A: B: A: B:
Data Percakapan 20 Bu, cari apa ya? Masuk Bu, masuk Bu…. ada baju seragam SMP? ada Bu, Ibu pilih aja berapa ini sepasang? enam puluh ah, mahal kali, kurang ya kurang dikitlah Bu, bagus bahannya Bu empat lima ya biar jadi Bu, lima puluh ga kurang lagi
Jenis Tindak Tutur direktif (ajakan) direktif/pertanyaan direktif direktif/pertanyaan representatif/memberitahukan direktif/menantang representatif direktif representatif
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
A : bungkuslah B : yang lain apalagi Bu? A : itu aja
direktif komisif/menawarkan deklarasi/memutuskan
Analisis: 1. Peristiwa tutur dalam bentuk ajakan merupakan bagian dari fungsi tindak tutur direktif. Dalam aktivitas ini penutur memiliki maksud untuk mengajak pendengar untuk melakukan sesuatu (mengajak masuk). 2. Representatif yaitu tindak tutur yang mengikat tindak tuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya (bahannya bagus).
4.2
Data Pasangan Berdampingan Tradisional Aksara
dalam
Percakapan
di
Pasar
Pola Pasangan berdampingan/bersesuaian adalah pola dari unit-unit terkecil percakapan sehingga menghasilkan pasangan yang berdampingan. Adapun jenis pola pasangan bersesuaian dalam percakapan di pasar tradisional Aksara dipaparkan di bawah ini: (A mewakili pembeli dan B mewakili penjual). 4.2.1 Pola Sapaan – Sapaan Pola sapaan-sapaan merupakan pola yang paling umum dijumpai dalam percakapan. Sapaan-sapaan adalah pola pasangan bersesuaian yang di dalamnya
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
terdapat ujaran antara penutur saling menyapa, menegur, atau mengucapkan salam. Data percakapan yang diperoleh seperti di bawah ini: (1) A: Hallo Pak!habis ikannya ya! B: Lumayan (2) A: Hallo da! Uda banyak yang laku? B: Ya, begitulah (3) A: Dek! Laris jualannya ya B: terima kasih (4) Hallo Bu! Apa kabar? Uda lama ga belanja B: lagi sibuk (5) A: Kak! apa kabar? Kog uda lama ga nampak? B: ya, pulang kampung Pola sapaan-sapaan yang sering dijumpai dalam percakapan di pasar tradisional Aksara yaitu percakapan antara penutur dan petuturnya yang sudah saling kenal/bagi langganan.
4.2.2 Pola Panggilan – Jawaban Pola Panggilan-Jawaban yaitu percakapan antara penutur memanggil nama atau orang dan penutur lain menjawab panggilan tersebut. Data percakapan yan diperoleh sebagai berikut: (1) B: Bu, mari Bu, masuk Bu, mau beli apa ya
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
A: mau lihat-lihat dulu (2) B: Kak! sini…cari apa ya? A: lihat-lihat aja
(3) B: Da, apa sayurnya? A: mau cari gori (4) B: Eda, mari singgah A: nanti ya (5) B: Dek, mari…..Apa ikanmu? A: ga beli ikan Pola panggilan jawaban yang terdapat dalam percakapan di pasar tradisional Aksara selalu yang dimulai dengan si penjual (B) yang memanggil (A) pembeli dan penutur (A) menjawab panggilan tersebut. Seperti terlihat dalam contoh di atas.
4.2.3 Pola Permintaan Informasi – Pemberian Pola permintaan informasi – pemberian adalah percakapan yang penutur pertama meminta informasi kepada penutur kedua dan penutur kedua memberi informasi yang diminta. Data percakapan yang diperoleh misalnya: (1) A: Pak, ada minyak Bimoli? B: Ada
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
(2) A: Eda, ini cabe gunung? B: Ya, cabe gunung (3) A: Udang berapa seperempat? B: Dua belas (4) A: Berapa tomat sekilo? B: Enam ribu (5) A: Kopi enak berapa sekilo? B: Dua lima (6) A: Pak, ada gelas duralex panjang? B: Ada (7) A: Ikan mas berapa sekilo? B: Dua dua Pada umumnya yang digunakan dalam pola permintaan informasipemberian adalah bentuk pertanyaan, yang dimulai dengan penutur (A) pembeli kepada penutur (B) penjual yang memberi jawaban/informasi yang diminta.
4.2.4 Pola Keluhan – Mengakui Pola keluhan mengakui adalah percakapan yang terjadi penutur pertama mengeluh akan suatu perbuatan atau sikap, benda, ataupun tentang manusia dan penutur selanjutnya mengakui.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Data percakapan yang diperoleh misalnya: (1) B: Satu harian hujan terus, orang yang belanja pun sepi. A: Ya Bu, orang malas belanja ke pasar.
(2) B: Sudah tengah hari, penjualanku belum juga buka dasar. A: Ya, sekarang makan aja orang susah, apalagi untuk beli pakaian. (3) A: BBM naik, harga-harga di pasaran semua pada naik, kami ibu-ibu bingung mau belanja. B: Bagaimanalah Bu, semua kita merasakannya. Dalam jenis pola keluhan-mengakui meminta maaf dalam contoh di atas tidak dijumpai kata permintaan maaf, penutur pertama mengeluh dan penutur yang lain mengakuinya.
4.2.5 Pola Permintaan – Pemersilakan Pola pasangan permintaan – pemersilakan adalah percakapan yang terjadi yang penutur pertama meminta sesuatu. Misalnya kegiatan untuk melakukan suatu perbuatan atau sikap, benda atau barang, sedangkan penutur selanjutnya mempersilakan atau melakukan apa yang diminta penutur pertama. Data percakapan yang diperoleh misalnya: (1) A: Bisa sekalian diperas kelapanya Pak? B: Bisa
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
(2) A: Saya coba dulu bajunya ya Kak! B: Cobalah (3) A: Bisa jeruk nipis empat seribu? B: Bisa, ambillah
(4) A: Pak, buang insangnya dan potong dua aja ya! B: ya (5) A: Eda bersihkan ikannya, kepala belah dua ya! B: Ok (6) A: Boleh dicoba jeruknya Dek? B: Boleh Pola pasangan permintaan-pemersilakan yang terdapat dalam percakapan di pasar tradisional Aksara selalu dimulai dengan penutur (A) pembeli meminta/melakukan suatu perbuatan/sikap sedangkan penutur (B) penjual mempersilakan.
4.2.6 Pola Penawaran – Penerimaan Pola penawaran-penerimaan adalah percakapan antara penutur pertama menawarkan sesuatu seperti barang/jasa dan penutur kedua menerimanya. Data percakapan yang diperoleh misalnya: (1) B: Bu, mari Bu, jeruk madu sekilo lima ribu A: Kasih sekilo ya
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
(2) B: Apa ikannya Bu? Ini ada lele, ikan mas, nila A: Lele aja sekilo (3) B: Tomatnya Bu, cantik tomatnya, tomat buah ga ambil? A: Kasih setengah aja (4) B: Apa sayurnya Dek? Ambil brokoli ya A: Yang kecil aja ya (5) B: Beli apa kak? Cari apa Kak? mari masuk, masuk kak A: Boleh lihat-lihat dulu (6) B: Bu, mau cari apa ya? A: Mau cari handuk kecil Pola pasangan penawaran penerimaan yang dijumpai dalam percakapan di pasar tradisional Aksara selalu dimulai dengan penutur (B) si penjual menawarkan sesuatu barang kepada (A) si pembeli dan penutur (A) si pembeli menerimanya.
4.2.7 Pola Penawaran – Penolakan Pola penawaran – penolakan adalah percakapan antara penutur pertama yang menawarkan benda/barang atau jasa/perbuatan dan penutur kedua menolak tawaran tersebut. Data percakapan yang diperoleh misalnya: (1) B: Daging Bu? A: Ga
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
(2) B: Cabenya Bu… ini cabe gunung, ga ambil? A: Masih ada (3) B: Beli ayam Bu? A: Ga (4) B: Ini Bu, dencis kaleng baru ikannya A: Ga beli ikan (5) B: Eda, gembung rebus empat sepuluh ambil da A: Enggak da (6) B: Dek, mau cari apa ya! A: Ga, mau lihat-lihat aja (7) B: Tomatnya Dek, ini tomat buah A: Masih ada kak Pola pasangan penawaran-penolakan yang dijumpai dalam percakapan di pasar tradisional Aksara selalu dimulai dengan penutur (B) si penjual yang menawarkan benda atau barang kepada penutur (A) si pembeli dan penutur (A) si pembeli menolak tawaran tersebut.
4.2.8 Pola Pertanyaan – Jawaban Pola pertanyaan – jawaban adalah percakapan yang sering dijumpai di pasar tradisional Aksara, salah satu penutur mengutarakan pertanyaan dan penutur yang menjadi lawan tuturnya berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Data percakapan yang diperoleh misalnya: (1) A: Dencis berapa sekilo? B: Enam belas ribu (2) A: Bawal berapa? B: Tiga puluh (3) A: Ada minyak goreng putih Pak? B: Ada (4) A: Berapa udang sekilo? B: Empat puluh (5) A: Ci, berapa kuetiaw sekilo? B: Kuetiaw enak, lima ribu (6) A: Gelas duralex panjang berapa selusin? B: enam puluh Pola pasangan pertanyaan – jawaban adalah pola percakapan yang pada umumnya dijumpai setiap intraksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan. Pola pasangan pertanyaan – jawaban yang terdapat dalam percakapan di pasar tradisional Aksara pada umumnya selalu dimulai dengan penutur (A) si pembeli mengutarakan pertanyaan/bertanya kepada penutur (B) si penjual dan penutur (B) menjawab pertanyaan tersebut.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
4.3
Merujuk pada Teori LFS Merujuk pada teori LFS pasangan bersesuaian dalam percakapan
dibangun dari sejumlah langkah (move) yakni k1, k2. Langkah k1 merupakan orang yang menguasai informasi sedangkan k2 menanya informasi. Antara keduanya dapat terjadi dinamisme yang kemudian menjadi pengingkaran terhadap prinsip berdekatan. (A mewakili pembeli dan B mewakili penjual). Analisis Struktur Data 1 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : Dencis berapa sekilo?
Q
Interogatif
k1 B : enam belas ribu
RSQ
Deklaratif
ch A : enam belas ribu?kurang ya
Q
Interogatif
rch B : ga kurang lagi
RSQ
Deklaratif
k2f A : setengah kilo ya
S
Deklaratif
Percakapan di atas memiliki struktur yang tidak linear. Ucapan enam belas ribu? bukanlah bertujuan bertanya, tetapi menantang namun direalisasi dengan kalimat tanya. Analisis Struktur Data 2 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : baru ikannya ini Pak?
Q
Interogatif
k1 B : baru, ibu lihat insang juga
RSQ
Deklaratif
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
k2 A : berapa sekilo?
Q
Interogatif
k1
RSQ
Deklaratif
k2 A : ga kurang Pak
Q
Interogatif
k1 B : ga kurang lagi
RSQ
Deklaraif
k2 A : setengah aja
S
Deklaratif
B: dua puluh sekilo
Percakapan di atas terdiri dari tiga unit percakapan struktur percakapan di atas dalah linear, ini berarti dalam percakapan tersebut tidak ada gangguan (dynamic). Analisis Struktur Data 3 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : bawal berapa?
Q
Interogatif
k1 B : tiga puluh
RSQ
Deklaratif
k2 A : kurang ya dua lima, aku ambil sekilo
S
Deklaratif
k1
S
Deklaratif
S
Deklaratif
B: ga bisa, baru ikannya Bu!
k2 A : ga jadilah
Percakapan di atas terdiri dari dua unit percakapan, percakapan tersebut linear dan tidak ada gangguan. Analisis Struktur Data 4 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : apa ikannya Bu?
Q
Interogatif
k1 B : lele, ikan mas, nila
RSQ
Deklaratif
k2 A : lele berapa?
Q
Interogatif
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
k1 B : dua belas
RSQ
Deklaratif
k2 A : ga sebelas aja?
Q
Interogatif
k1
S
Deklaratif
S
Deklaratif
B: ga bisa
k2f A : sekilolah
Percakapan di atas terdiri dari tiga unit percakapan, langkah pertukaran di atas berjalan mulus dan tidak ada gangguan (dynamic). Dengan kata lain strukturnya linear. Analisis Struktur Data 5 Struktur
Percakapan
k2 A : teri berapa seons? k1
B: lima ribu
k2f A : seons saja
Fungsi Ujar Modus Q
Interogatif
RSQ
Deklaratif
Q
Deklaratif
Percakapan di atas adalah linear, ini berarti dalam percakapan tersebut tidak ada gangguan (dynamic). Analisis Struktur Data 6 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : berapa udang sekilo
Q
Interogatif
k1
RSQ
Deklaratif
Q
Interogatif
B: empat puluh
ch A : empat puluh? wah, murah kali ya ga jadilah Pak.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Percakapan di atas memiliki struktur yang tidak linear. Ucapan empat puluh? bukanlah bertujuan bertanya, tetapi menantang namun direalisasi dengan kalimat tanya. Analisis Struktur Data 7 Struktur
Percakapan
k2 A : daging berapa Pak?
Fungsi Ujar Modus Q
Interogatif
RSQ
Deklaratif
k2f A : kasih seperempatlah
S
Deklaratif
k1f B : makasih
S
Deklaratif
k2f A : sama-sama
AS
Deklaratif
k1
B: enam puluh
Percakapan di atas terdiri dari dua unit percakapan, dan percakapan tersebut tidak ada gangguan atau dynamic. Analisis Struktur Data 8 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : ayam berapa sekilo?
Q
Interogatif
k1 B : paha, dada lapan belas
RSQ
Deklaratif
k2 A : naik lagi ayam ya? ga kurang dek?
Q
Interogatif
k1 B : ga kurang lagi Bu.
RSQ
Deklaratif
k2
A : kasih paha aja sekilo
Q
Deklaratif
k1
B : jual ya Bu
S
Deklaratif
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Struktur percakapan di atas terdiri tiga unit percakapan dan terdapat tantangan sehingga langkah dalam percakapan tersebut tidak linear. Analisis Struktur Data 9 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : ikan mas berapa?
Q
Interogatif
k1 B : sekilo dua-dua
RSQ
Deklaratif
k2 A : ga kurang da?
Q
Interogatif
k1 B : ga, biasa harganya
RSQ
Deklaratif
k2 A : pilih sekilo dua ekor ya da!
S
Deklaratif
S
Deklaratif
bersihkan ya da! k1f A : sekilolah
Percakapan di atas terdiri dari tiga unit percakapan, percakapan tersebut linear dan memiliki k1f (ucapan terima kasih). Analisis Struktur Data 10 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : berapa cabe seperempat?
Q
Interogatif
k1 B : enam setengah
RSQ
Deklaratif
k2 A : tomat?
Q
Interogatif
k1 B : enam ribu
RSQ
Deklaratif
k2f A : cabe seperempat, tomat setengah ya
S
Deklaratif
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Percakapan di atas terdiri dari dua unit percakapan, langkah pertukaran berjalan mulus dan tidak ada gangguan (dynamic). Dengan kata lain strukturnya linear. Analisis Struktur Data 11 k2 A : Cantik cabenya ya da!
Q
Interogatif
k1 A : ya, ini cabe gunung
RSQ
Deklaratif
k2 A : berapa seperempat?
Q
Interogatif
k1 B : enam setengah
RSQ
Deklaratif
k2 A : kurang ya da
S
Deklaratif
k1 B : enam ribu ya
S
Deklaratif
k2f A : seperempat aja ya
S
Deklaratif
Ini cabe gunung da?
Percakapan di atas terdiri dari tiga unit percakapan, struktur percakapan di atas adalah linear, ini berarti dalam percakapan tersebut tidak ada gangguan. Analisis Struktur Data 12 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : beras ini berapa sekilo
Q
Interogatif
k1 B : enam ribu
RSQ
Deklaratif
k2
A : minyak goreng biasa berapa?
Q
Interogatif
k1
B : dua belas
RSQ
Deklaratif
ch
A : kog semua harga pada naik?
Q
Interogatif
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
rch
B : ya Bu. BBM udah naik, jadi barang- RSQ barang harganya naiklah Bu!
Deklaratif
k1
A : kasih beras sekilo, minyak setengah ya S
Deklaratif
k2
A : yang lain palagi Bu?
O
Interogatif
k1
B : itu aja
RSQ
Deklaratif
A : makasih Bu
S
Deklaratif
k2f
Percakapan di atas dari 5 unit percakapan, namun terdapat tantangan sehingga langkah dalam percakapan tersebut tidak linear. Analisis Struktur Data 13 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : kelapa yang uda diparut berapa Pak
Q
Interogatif
k1
RSQ
Deklaratif
S
Deklaratif
S
Deklaratif
S
Deklaratif
B: dua setengah
k2f A : kasih satu, pilih yang tua ya Pak k1f
B: makasih Bu
k2f A : sama-sama
Percakapan di atas terdiri dari dua unit percakapan, langkah pertukaran berjalan mulus dan tidak ada tidak ada gangguan (dynamic). Dengan kata lain strukturnya linear. Analisis Struktur Data 14 Struktur
Percakapan
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Fungsi Ujar Modus
k2 A : Ada minyak goreng putih Pak?
Q
Interogatif
k1 B : ada
RSQ
Deklaratif
k2
A : berapa sekilo?
Q
Interogatif
k1
B : tiga belas
RSQ
Deklaratif
k 2f
A : ga kurang
Q
Interogatif
RSQ
Deklaratif
S
Deklaratif
k 1f k 2f
B: ga bisa, minyak uda naik Bu A : seperempatlah
Struktur percakapan di atas terdiri dari tiga unit percakapan, struktur percakapan di atas adalah linear, ini berarti dalam percakapan tersebut tidak ada gangguan. Analisis Struktur Data 15 k2
A : ci, berapa kuetiaw sekilo?
k1
B: kuetiaw enak … lima ribu
k 2f
A : lima ribu, kasih sekilo aja
Q
Interogatif
RSQ
Deklaratif
S
Deklaratif
Percakapan di atas terdiri dari satu unit percakapan dan struktur percakapan di atas adalah linear, ini berarti dalam percakapan tersebut tidak ada gangguan (dynamic). Analisis Struktur Data 16 Struktur
Percakapan
k2 A : Jeruk ini berapa?
Fungsi Ujar Modus Q
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Interogatif
k1 B : enam ribu
RSQ
Deklaratif
k2
A : pear?
Q
Interogatif
k1
B : dua belas
RSQ
Deklaratif
k2
A : jeruk aja dua kilo
S
Deklaratif
k1
B : makasih ya Bu!
S
Deklaratif
Langkah pertukaran di atas, berjalan mulus dan tidak ada gangguan (dynamic), dengan kata lain strukturnya linear dan terdapat ucapan terima kasih. Analisis struktur Data 17 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : Pak, ada gelas duralex panjang?
Q
Interogatif
k1 B : ada
RSQ
Deklaratif
k2
A : berapa selusin?
Q
Interogatif
k1
B : enam puluh
RSQ
Deklaratif
k2
A : ga kurang Pak
Q
Interogatif
k1
B : ga kurang lagi Bu
RSQ
Deklaratif
k2
A : bisa beli setengah lusin?
Q
Interogatif
k1
B : bisa, tiga puluh
RSQ
Deklaratif
k 2f
A : kasih setengah lusin aja Pak!
S
Deklaratif
k 1f
B : terima kasih Bu
RSQ
Deklaratif
Percakapan di atas terdiri dari empat unit percakapan, dan berjalan mulus tidak ada gangguan (dynamic). Dengan kata lain strukturnya linear dan memiliki ucapan terima kasih. Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Analisis Struktur Data 18 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2
A : tas ini berapa?
Q
Interogatif
k1
B : seratus ribu Bu!
RSQ
Deklaratif
ch
A : seratus ribu? murah kali
Q
Interogatif
B : jadi mau berapa Bu? tawarlah Bu …. Q
Interogatif
rch
dari tadi Bu, kami belum buka dasar, sepi kali penjualan sekarang! jadi Ibu mau berapa. k2
A : empat puluh ya! Kalau bisa saya ambil S
Deklaratif
k1
B : tambah dikit lagilah Bu, biar jadi
S
Deklaratif
k 2f
A : empat puluhlah
S
Deklaratif
k 1f
B : ambillah Bu, makasih …. jual ya Bu
AS
Deklaratif
Percakapan di atas memiliki struktur yang tidak linear. Ucapan seratus ribu? Murah kali, bukanlah bertujuan bertanya, tetapi menantang namun direalisasi dengan kalimat tanya. Analisis Struktur Data 19 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2 A : Bagus kali ya, mode pakaian ini Q berapa harganya?
Interogatif
k1 B : tujuh lima
RSQ
Deklaratif
k2
A : ga kurang?
Q
Interogatif
k1
B : kurang dikit ya
S
Deklaratif
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
k2 k1 k2
A : empat puluh ya B: ga bisa, tambalah dek biar jadi A : gakla
S
Deklaratif
S
Deklaratif
S
Deklaratif
Percakapan di atas terdiri dari tiga unit percakapan, struktur percakapan di atas adalah linear dan tidak ada gangguan (dynamic). Analisis Struktur Data 20 Struktur
Percakapan
Fungsi Ujar Modus
k2
B : Bu … cari apa ya! masuk Bu ... Q masuk Bu …
k1
A : - tidak ada jawaban
k2
A : ada baju seragam SMP?
Q
Interogatif
k1
B : ada Bu, ibu pilih aja.
S
Deklaratif
k2
A : berapa ini sepasang?
Q
Integratif
RSQ
Deklaratif
k1
B: enam puluh
Interogatif
k2f
A : Ah, mahal kali, kurang ya
S
Deklaratif
k1f
B : kurang dikitlah Bu, bagus bahannya S Bu.
Deklaratif
k2
A : empat lima ya
S
Deklaratif
k1
B : biar jadi bu, lima puluh ga kurang lagi
S
Deklaratif
k1
A : bungkuslah
S
Deklaratif
k2
B : yang lain apalagi Bu?
Q
Interogatif
k1
A: Itu aja
S
Deklaratif
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Percakapan di atas terdiri dari enam (6) unit percakapan dan terdapat tantangan sehingga langkah dalam percakapan tersebut tidak linear.
4.4.
Bahasa yang Dipakai dalam Percakapan di Pasar Tradisional Aksara Medan
Data Percakapan
A: B: A: B: A:
1.
Bahasa nonformal dencis berapa sekilo? enam belas ribu enam belas? Kurang ya ga kurang lagi Asetengah kilo ya
Data Percakapan
B : tiga puluh A : kurang ya, dua lima aku ambil sekilo ga bisa, baru ikannya bu
A : ga jadilah
Bahasa baku/formal Berapa harga dencis satu kilo? Enam belas ribu rupiah Enam belas ribu rupiah? Tidak kurang lagi harganya. Setengah kilo ya.
Bahasa baku/formal A : Baru ikannya ini Pak? Berapa harganya satu kilo? B : Baru, ibu lihat insangnya, dua puluh ribu satu kilo. A : Tidak kurang harganya Pak? B : Tidak kurang lagi. A : Setengah kilo saja.
3.
Bahasa nonformal A : bawal berapa?
B:
: : : : :
2.
Bahasa nonformal A : baru ikannya ini Pak? Berapa sekilo B : baru, ibu lihat insangnya, dua puluh sekilo. A : ga kurang Pak? B : ga kurang lagi A : setengah aja Data Percakapan
A B A B A
Bahasa baku/formal Berapa harga bawal satu
A : kilo? B : Tiga puluh ribu rupiah. A : Kurang ya harganya dua puluh lima ribu, saya ambil satu kilo. B : Ikannya baru Bu, harga tidak kurang lagi A : Tidak jadilah.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Data Percakapan
4.
Bahasa nonformal apa ikannya bu? lele, ikan mas, nila A : lele berapa? B : dua belas A : ga sebelas aja? B : ga bisa A : sekilolah
B:
Data Percakapan
Bahasa baku/formal B : Ibu mau ikan apa? lele, ikan mas, nila A : Berapa harga lele satu kilo? B : dua belas ribu rupiah A : Tidak sebelas ribu saja? B : Tidak bisa A : Satu kilo ya.
5.
Bahasa nonformal A : teri berapa seons? B : lima ribu A : seons ya Data Percakapan
5.
Bahasa nonformal A : berapa udang sekilo? B : empat puluh A : empat puluh? Wah, murah kali ya ga jadilah Pak! Data Percakapan
Bahasa baku/formal Berapa harga udang satu
A: kilo? B: Empat puluh ribu rupiah. A : Empat puluh ribu rupiah? Wah/ murah sekali ya Tidak jadilah.
6.
Bahasa nonformal A : daging berapa Pak? B: A: B: A:
Bahasa baku/formal B: Berapa harga teri satu ons? B: Lima ribu rupiah. A : Satu ons ya.
enam puluh kasih seperempat lah makasih sama-sama
Bahasa baku/formal Berapa harga daging satu
A: kilo? B: Empat puluh ribu rupiah A : Seperempat ya. B : Terimakasih A : Sama-sama
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Data Percakapan
7.
Bahasa nonformal A : ayam berapa? B:
paha, dada lapan belas
A : naik lagi ayam ya, ga kurang dek? B:
ga kurang lagi bu!
A : paha aja sekilo, potong-potong ya B:
jual ya bu Data Percakapan
8.
Bahasa nonformal A : ikan mas berapa? B:
sekilo dua dua
A : ga kurang da? B : ga biasa harganya A : pilih sekilo dua ekor ya da, bersihkan ya da. B : makasi ya da Data Percakapan
Bahasa baku/formal A: Berapa harga ayam satu kilo? B: paha, dada delapan belas ribu. A : Naik lagi harga ayam ya, tidak kurang lagi harganya dek? B: Tidak kurang lagi harganya Bu A : Paha saja satu kilo dan dipotong-potong ya! B: Jual ya bu
Bahasa baku/formal A: Berapa harga ikan mas satu kilo. B : Satu kilo, dua puluh dua ribu rupiah. A: Tidak kurang da? B: Tidak. A: Pilih satu kilo dua ekor ya Da. B: Terima kasih ya Da.
9.
Bahasa nonformal A : berapa cabe seperempat? B : enam setengah A : tomat? B : enam ribu A : cabe seperempat, tomat setengah ya
Bahasa baku/formal Berapa harga ikan mas satu
A: kilo. B: Enam ribu lima ratus rupiah. A: Berapa harga tomat satu kilo? B: Enam ribu rupiah. A : Cabe seperempat kilo, tomat setengah kilo ya.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Data Percakapan
10.
Bahasa nonformal A : cantik cabenya ya da! Ini cabe gunung da? B : ya, ini cabe gunung A : berapa seperempat? B: A: B: A:
enam setengah kurang ya da enam ribulah seperempat aja ya
Data Percakapan
11.
Bahasa nonformal A : beras ini berapa sekilo? B : enam ribu A : minyak goreng biasa berapa? B : dua belas A : kog, semua harga pada naik? B:
ya bu, BBM uda naik, jadi semua barang-barang harganya naiklah Bu! A : kasih beras dua kilo, minyak setengah ya B : yang lain apa Bu? A : itu aja B. makasih Bu! Data Percakapan
makasih bu
Bahasa baku/formal A : Berapa harga beras ini satu kilo? B: Enam ribu rupiah A : Berapa harga minyak goring biasa satu kilo? B: Dua belas ribu rupiah. A: Semua harga-harga sudah naik? B : Ya Bu, BBM sudah naik, jadi semua barang harganya naik Bu! A : Beras dua kilo, minyak setengah kilo ya. B: Yang lain apalagi Bu? A: Itu saja B: Terima kasih BU!
12.
Bahasa nonformal A : kelapa yang uda diparut berapa Pak? B : dua setengah A : kasih satu pilih yang tua ya Pak B:
Bahasa baku/formal A : cantik cabenya ya da! Ini cabe gunung ? B: Ya, ini cabe gunung. A : Berapa harga cabe seperempat rupiah. B: Enam ribu lima ratus rupiah. A: Kurang harganya ya da! B : Enam ribu rupiah. A : Seperempat kilo saja ya.
Bahasa baku/formal A : Pak! berapa harga kelapa yang sudah diparut? B: Dua ribu lima ratus rupiah. A : Kelapanya satu, pilih yang tua ya Pak! B: Terimakasih Bu.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
A : sama-sama Data Percakapan
A: 13.
Bahasa nonformal A : ada minyak goreng putih Pak? B : ada A : berapa sekilo B : tiga belas A : ga kurang? B : ga bisa, minyak udah naik bu A : kasih seperempat ya Data Percakapan
A : lima ribu? Kasih sekilo aja
enam ribu pear? dua belas jeruk aja dua kilo makasih ya bu.
Data Percakapan
ada
Bahasa baku/formal A: Berapa harga jeruk ini satu kilo? B : Enam ribu rupiah A : Pear? B: Dua belas ribu rupiah A: Jeruk dua kilo B : Terima kasih ya Bu.
16.
Bahasa nonformal A : Pak, ada gelas duralex panjang? B:
Bahasa baku/formal A: Berapa kuetiaw satu kilo Ci? B : Kuetiaw enak …. lima ribu rupiah. A : Lima ribu rupiah? Satu kilo saja.
15.
Bahasa nonformal A : jeruk ini berapa B: A: B: A: B:
Bahasa baku/formal A: Pak! ada minyak goreng putih? B : Ada A : Berapa harga minyak goreng putih satu liter? B: Tiga belas ribu rupiah. A: Tidak kurang B : Tidak bisa bu, minyak sudah naik. A: Seperempat ya.
14.
Bahasa nonformal A : Ci, berapa kuetiaw sekilo? B : kuetiaw enak…..lima ribu
Data Percakapan
Sama-sama.
Bahasa baku/formal A: Pak! ada gelas duralex panjang. B: Ada
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
A: B: A: B: A: B:
berapa selusin? enam puluh ga kurang Pak? ga kurang lagi Bu bisa beli setengah lusin? bisa Bu, setengah lusin tiga puluh
A : kasih setengah lusin aja ya Pak B : terima kasih Bu! Data Percakapan
17.
Bahasa nonformal A : Tas ini berapa? B : seratus ribu Bu! A : seratus ribu? Murah kali B:
jadi mau berapa Bu? tawarlah Bu….Dari tadi Bu, kami belum buka dasar, sepi kali penjualan sekarang, jadi ibu mau berapa?
A : empat puluh ya, kalau bisa saya ambil B : tambah dikit lagilah Bu, biar jadi A : empat puluhlah B : ambillah Bu, makasih….Jual ya Bu
Data Percakapan
A: Berapa harganya satu lusin? B: Enam puluh ribu rupiah. A: Tidak kurang Pak? B: Tidak kurang lagi Bu! A: Bisa beli setengah lusin? B : Bisa Bu, setengah lusin harganya A: Setengah lusin ya Pak B: Terima kasih Bu!
Bahasa baku/formal A: Tas ini berapa harganya? B: Seratus ribu rupiah Bu! A : Seratus ribu rupiah? murah sekali. B : Jadi Ibu mau berapa? tawarlah Bu … dari tadi kami belum buka dasar, sepi sekali penjualan sekarang, jadi ibu mau berapa? A: Empat puluh ribu rupiah ya, B : Bu! tambah sedikit lagi supaya jadi. A: Empat puluh ribu rupiah ya! B : Ambillah Bu!, terima kasih …. jual ya Bu.
18.
Bahasa nonformal A : Bagus kali ya mode pakaian ini berapa harganya? B : tujuh lima A : ga kurang? B : kurang dikit ya A : empat puluh ya B : ga bisa, tambahlah dek biar jadi A : enggaklah
Bahasa baku/formal A : Bagus ya mode pakaian ini. Berapa harganya? B: Tujuh puluh lima ribu. A: Tidak kurang harganya? B: Kurang harganya ya! A: Empat puluh ribu rupiah ya. B: Tidak bisa. A: Tidak jadilah.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Data Percakapan
19.
Bahasa nonformal Bu, cari apa ya? Masuk Bu, masuk Bu…. A : ada baju seragam SMP? B : ada Bu, Ibu pilih aja A : berapa ini sepasang? B : enam puluh A : ah, mahal kali, kurang ya B:
B:
kurang dikitlah Bu, bagus bahannya Bu A : empat lima ya B:
biar jadi Bu, lima puluh ga kurang lagi A : bungkuslah B : yang lain apalagi Bu? A : itu aja
4.5.
Bahasa baku/formal B : Bu! mau cari apa? masuk Bu …. masuk Bu …. A: Ada baju seragam SMP? B: Ada Bu, pilih saja Bu! A: Berapa harganya sepasang? B: Enam puluh ribu rupiah. A : Harganya mahal sekali, kurang ya harganya. B : Harganya boleh kurang sedikit, karena bahannya bagus Bu!. A : Empat puluh lima ribu rupiah ya! B : Supaya jadi Bu, lima puluh ribu tidak kurang lagi. A: Bungkuslah. B: Yang lain mau apalagi Bu? A: Itu saja.
Pembahasan Temuan ada lima jenis tindak tutur yang dipakai dalam interaksi sosial
di pasar tradisional Aksara Medan, yaitu: tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif dan tindak tutur deklarasi. Tindak tutur yang paling dominan yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan adalah tindak tutur direktif (pertanyaan memohon, menyuruh, menantang dan lain-lain). Ada delapan pola pasangan berdampingan/bersesuaian yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan: pola sapa - sapaan, pola panggilan - jawaban, pola permintaan informasi-pemberian, pola keluhan –
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
mengakui, pola permintaan – pemersilakan, pola penawaran – penerimaan, pola penawaran – penolakan, pola pertanyaan – jawaban. Pola pasangan berdampingan/bersesuaian yang terdapat dalam intraksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan berbeda dengan percakapan yang terdapat pada wacana persidangan yang memiliki lima pola pasangan berdampingan yaitu: pola panggilan – jawaban, permintaan – pemersilakan, permintaan informasi – pemberian, penawaran – penerimaan, penawaran – penolakan, dan percakapan pada wawancara kerja memiliki empat pola pasangan berdampingan, yaitu: pola permintaan – pemersilakan, permintaan informasi – pemberian, penawaran – penolakan, dan penawaran – penerimaan. Begitupula struktur percakapan bahasa Jerman penelitian Bengar yang memiliki delapan pola pasangan berdampingan, yaitu: pola sapaan-sapaan, panggilan – jawaban, keluhan – bantahan, keluhan – permintaan maaf, permintaan – pemersilakan, permintaan informasi – pemberian, penawaran – penerimaan, penawaran – penolakan. Pola pasangan berdampingan/bersesuaian yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan sedikit berbeda dengan pola pasangan berdampingan/bersesuaian yang ditawarkan oleh teori Coulthard, Colthard tidak dijumpai pola pertanyaan – jawaban, sedangkan pola pasangan berdampingan/ sesuaian yang sering muncul dalam percakapan di pasar tradisional Aksara Medan ialah pola pertanyaan – jawaban. Jadi setiap percakapan selalu memiliki struktur yang berbeda-beda. Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Ada beberapa struktur memiliki gangguan (dynamic). Struktur yang memiliki gangguan tersebut antara lain struktur data satu, struktur data enam, struktur data delapan, struktur data dua belas, struktur data delapan belas dan struktur data dua puluh. Dari dua puluh percakapan terdapat enam gangguan dan percakapan yang terpanjang terdiri dari enam unit percakapan karena terdapat tantangan, bahasa yang dipakai dalam percakapan di pasar tradisional Aksara Medan adalah bahasa nonformal.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan beberapa simpulan
dikemukakan sebagai berikut: 1. Tindak tutur yang dipakai dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan yaitu tindak ilokusi (representatif, direktif, ekspresif, komisif, deklarasi) dan tindak perlokusi. Tindak tutur yang paling dominan yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan adalah tindak tutur direktif (pertanyaan, memohon, menyuruh, menantang dan lainlain), karena tindak direktif tindak ujaran yang dilakukan Penutur dengan maksud agar si pendengar atau mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam ujaran itu. 2. Dalam penelitian ini juga dianalisis pasangan berdampingan/bersesuaian yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan. Ada 8 (delapan) pola pasangan berdampingan/bersesuaian yaitu pola sapaansapaan, pola panggilan-jawaban, pola permintaan informasi-pemberian, pola keluhan-mengakui,
pola
permintaan-pemersilakan,
pola
penawaran-
penerimaan, pola penawaran-penolakan, pola pertanyaan–jawaban.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Pola pasangan berdampingan/bersesuaian yang sering muncul dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan adalah pola pertanyaan – jawaban. Struktur percakapan interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan memiliki gangguan (dynamic) dan tidak selamanya linear, dan percakapan yang terpanjang terdiri dari enam unit percakapan karena terdapat tantangan, bahasa
yang dipakai dalam percakapan di pasar
tradisional Aksara Medan adalah bahasa nonformal.
5.2
Saran Berkenaan dengan simpulan yang dibuat, saran dikemukakan sebagai
berikut: 1. Peneliti mengharapkan agar peneliti berikutnya mengenai tindak tutur/speech act perlu dikaji lebih mendalam dan lebih luas karena masih banyak hal-hal lain yang belum terungkap temuan hasil penelitian tindak tutur ini dapat ditindaklanjuti dengan penelitian yang sama dalam skala lebih besar. 2. Disarankan agar peneliti lain mengkaji secara rinci struktur percakapan dengan menggunakan teori yang berbeda dan melakukan pengkajian selanjutnya seperti aspek interpersonal lainnya.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, Hendra. 2003. Pasangan Bersesuaian dalam Wacana Wawancara Kerja: Analisis Implikatur Percakapan. Skripsi. Medan: Fakultas Sastra USU. Austin, John L. 1962. How To Do Thing With Word. Oxford: Cornell University Press. Chaer, Abdul dan Leonic Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco. Halliday, M.A.K and R. Hassan. 1976. Cohesion in English. London: Longman. Hasibuan, Namsyah Hot. 2005. Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan Berbahasa. (Data Bahasa Mandailing): Dalam Loget 1 : 87-95. Kaswantin Purwo, Bambang. 1987. Pragmatik dan Linguistik. dalam Bacaan Linguistik. Yogyakarta: Masyarakat Linguistik Indonesia Komisariat Universitas Indonesia. Kridalaksana. Kamus Linguistik. 1983. Jakarta: Gramedia. Leech, G. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Lubis, A. Hamid Hassan. 1996. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Penerbit Angkasa. Martin, JR. 1992. English Tex: Systems and Structure. Amsterdam: John Benjamin. Meleong, Lexi J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Nasution, Dewana Indrianto. 2001. Pasangan Bersesuaian dalam Wacana Persidangan (Analisis Implikator Percakapan). Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009
Pateda, Mansoer, 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa. Perera, J.D. 1990. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press. Rani, Kodul. 2004. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia. Saragih, Amrin. 2006. Pragmatik. Medan: Unimed. Searte, J. 1975. “Indirect Speech acts” P. Cok & J. Morgan (Ed). Syntax and Semantics. New York: Academic Press. Siregar, Bahren Umar. 2003. Pemerolehan, Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan: Suatu Ancangan Teoritis (tidak diterbitkan). Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Angkasa. Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Wijaya, J. Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Amki. Yule, Geoge. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rostina : Tindak Tutur Dalam Interaksi Sosial Di Pasar Tradisional Aksara, 2008 USU e-Repository © 2009