TINDAK TUTUR GURU NORMATIF DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMK NEGERI KUDU JOMBANG Lukman Hidayat Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Tindak tutur guru dalam interaksi pembelajaran memiliki peran penting dan strategis yang berdampak pada kemudahan siswa dalam memahami informasi dan juga tindak tutur guru dapat membentuk karakter dan kepribadian siswa. Karena itulah penelitian tentang tindak tutur guru normatif dalam interaksi pembelajaran di SMK Negeri Kudu Kabupaten Jombang dilakukan dengan mendeskripsikan jenis, strategi, fungsi tindak tutur guru normatif dalam interaksi pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data penelitian ini berupa tuturan guru dan siswa yang dideskripsikan, catatan deskripasi jawaban guru dan gambaran situasi interaksi pembelajaran. Adapun hasil penelitian menunjukkan ada 16 jenis tindak tutur, strategi tindak tutur ada dua jenis, yaitu strategi langsung literal dan strategi langsung tidak literal. Dan fungsi tindak tutur berdasarkan temuan menunjukkan 87% bersifat deposit bank emosi dan 13 % bersifat negatif terhadap citra guru. Kata kunci: tindak tutur, guru normatif, interaksi pembelajaran PENDAHULUAN Tuturan guru dalam interaksi pembel-ajaran sangat beragam, benarbenar peka konteks, artinya bila tuturan guru dilepas (dimaknai di luar konteks), maknanya pun akan berabah atau paling tidak memiliki maksud dan dampak, efek (perlokusi) tidak seperti ketika dimaknai dalam konteks dengan prinsip edukasi dalam arti membuat anak jadi lebih baik. Tindak tutur yang ¬tidak langsung menghindarkan diri dari sikap memojokkan, mempermalukan, mendiskriditkan siswa yang dapat saja menimbulkan ketersinggungan, hal ini tentu saja (dalam konteks tertentu) efektivitas tuturan menurun. Sebaliknya ungkapan langsung cenderung memojokkan, memvonis siswa sekaligus juga mempermalu-kannya. Ini akan berakibat terjadinya keeng-ganan untuk
memperbaiki diri, menimbulkan sakit hati, tidak senang bahkan menimbulkan perlawanan emosional. Hal yang juga harus disadari secara sungguh-sungguh adalah bahwa tuturan guru sering, kali menjadi model bagi para siswa. Tuturan guru yang di samping diarahkan pada misi pokok yakni untuk mentransfer ilmu pengetahuan; tentu juga diharapkan memiliki nilai sosial psikologis seperti keakraban, kerjasama, saling menghargai, perhatian dan penghargaan terhadap individu, kasih sayang, berprasangka positif,menggairahkan suasana belajar; sebagai implementasi tugas mendidik seorang guru. Tuturan guru memiliki nilai sangat strategis terkait dengan upaya mengefektifkan proses pembelajaran. Tuturan guru yang menarik perhatian
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 89
siswanya karena intonasi, pilihan kata, kalimat dan gaya tuturannya; merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan interaksi belajar mengajar. Interaksi belajar mengajar akan lebih hidup, perhatian siswa lebih terfokus, suasana kelas menyenangkan dan tugas transfer of knowledge lebih berhasil. Ini sejalan dengan tuntutan kompetensi guru dalam bertutur yang harus mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya termasuk juga perasaan para siswa. Berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang tindak tutur guru normatif dalam interaksi pembelajaran di SMK Negeri Kudu Kabupaten Jombang. Secara teoritis, temuan penelitian ini bermanfaat untuk pengkaijian dan pengem-bangan teori pragmatik dan linguistik di sekolah. Apalagi tindak tutur di kelas. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa penelitian di bidang tindak tutur ini masih kurang, lebih-lebih dalam konteks pembelajaran di sekolah. Apalagi, tindak tutur di kelas menjadi baro-meter citra intelektualitas, citra keluhuran tuturan dan citra medan tutur yang harmonis. Petutur dan penutur secara bersamasama mengembangkan diri. Pada teori linguistik mengingat tindak tutur direpresentasikan secara utuh (bentuk, makna dan prosodi) dalam kalimat. Secara praktis, temuan penelitian ini bermanfaat bagi guru karena aneka model tuturan dapat menjadi . Contoh untuk dikem-bangkan dan dibiasakan. Ini akan memberikan konstribusi yang besar bagi guru agar
guru benar-benar welcome bagi para siswa. Bagi siswa temuan ini dapat mendorongkan timbul-nya usaha dan komitmen untuk menjadi penutur yang baik, santun sekaligus mengin-dahkan bank emosi untuk senantiasa mengalami deposit. Hal ini akan mendukung terciptanya siswa yang berperilaku arif, bijak sekaligus dapat menerima kekurangan/ kesalahan orang lain. Bagi guru, penelitian ini dapat memperkaya bahan ajar demi tercipta-nya suatu kompetensi. Juga bagi departemen pendidikan dan kebudayaan, temuan ini sebagai bimbingan terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan kemrosotan moral guru. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif utamanya jenis analisis isi (content analysis). Disebut kualitatif karena penelitian ini dimiliki karakteristik (1) menggunakan latar alamiah sebagai sumber data, (2) bersifat deskriptif, (3) lebih mementingkan proses daripada hasil, (4) analisis data secara induktif, dan (5) menekan-kan pada kebermaknaan (periksa Moleong, 2001:4-8). Kelas yang diteliti merupakan kelas tempat kegiatan interaksi pembelajaran antar guru dan siswa yang menghasilakan tuturan ilmiah. Peran peneliti di sini sebagai instrumen utama yang memahami terhadap permasalahan yang terjadi. Peneliti berupaya mendiskripsikan data yang diperoleh berdasarkan pada gejala yang terungkap dilapangan, yaitu tutur-an guru dan siswa serta situasi yang melingku-pi dalam interaksi
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 90
pembelajaran di kelas. Pendeskripsian lakukan setelah memperoleh data tentang tindak tutur mengomentari, bertanya, memberikan informasi, mengarah-kan dan lainya yang merupakan realisasi wujud, strategi, dan fungsi tindak tutur dalam interaksi pembelajaran sesuai fenomena yang terjadi di kelas. Pada penelitian kualitatif ini kehadiran peneliti sifatnya mutlak karena dalam hal ini peneliti sekaligus bertindak selaku pengumpul data . Data penelitian ini berupa data tuturan guru-siswa dan data catatan lapangan. Data tuturan guru-siswa diperoleh dari hasil pere-kaman interaksi pembelajaran di kelas dalam pembelajaran agama yang ditranskripsikan. Sedangkan, data catatan lapangan diperoleh melalui observasi dan wawancara. Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yakni perekaman, observasi, dan wawancara. Ketiga teknik ini digunakan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik analisis data dilakukan dengan menganut alur analisis data model mengalir yang dikemukakan Miles dan Huberman (1992:15-20) bahwa teknik mengalir merujuk pada dua kegiatan yang prinsip, yakni model analisis data selama dan setelah penumpulan data. Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengacu pada pendapat Moleong (2000:154). Teknik ini digunakan untuk mengecek kesahihan data yang telah diperoleh. Teknik pemeriksaan keabsahan data
dilakukan melalui dua tahap kegiatan, yaitu (1) ketekunan pengamatan dan (2) triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Tindak Tutur Sesuai dengan pendapat Coulthard (1978), hasil penelitian ini juga menemukan 16 jenis tindak tutur, yaitu (1) tindak tutur memberi pengantar (2) tindak tutur member penanda (3) tindak tutur memancing (4) tindaktutur memberi informasi (5) tindak tutur pemeriksaan (6) tindak tutur memberi perintah (7) tindak tutur memberi dorongan (8) tindak tutur memberi peunjuk (9) tindak tutur memberi isyarat (10) tindak tutur memberi tawaran (11) tindak tutur menunjuk (12) tindak tutur memberi pengakuan (13) tindak tutur memberi penerimaan (14) tindak tutur memberi komentar (15) tindak tutur meminta balasan (16) tindak tutur memberi penyimpul-an. Tindak Tutur Memberi Pengantar Tindak tutur ini dilakukan oleh guru untuk menarik perhatian, membuka perhatian serta memusatkan perhatian siswa terhadap apa yang akan dipelajari. Wujud tuturan dapat berupa pernyataan ataupun perintah.Tuturan, "Modulnya sudah siap, anak-anak ? Sekarang kita akan membahas masalah kenakalan remaja!"merupakan tindak tutur memberi pengantar. Tindak Tutur Memberi Penanda Tindak tutur ini dilakukan guru dalam rangka mengalihkan perhatian dengan kata-kata penanda. Tuturan, "Ini, anak-anak contoh orang yang sedang kecanduan narkoba ! Perhatikan
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 91
performen wajahnya !" merupakan contoh tindak tutur memberi penanda. Tindak Tutur Memancing Tindak tutur ini dilakukan guru dalam rangka meningkatkan dan mengaktifkan perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang sedang dibahas. Tuturan, "Dapatkah kamu menjelaskan lebih rinci dampak negatif narkoba?" merupakan contoh tindak tutur pemancingan. Tindak tutur Memberi Informasi Tindak tutur ini merupakan tindai: tutur yang paling sering dilakukan cleh guru karena menyangkut penyediaan informasi tentang fakta, opini, ide, dan informasi baru. Respon siswa dalam hal ini adalah pemahaman siswa terhadap informasi dimaksud. Tuturan. "Ada hal yang perlu kalian pahami menyangkut beragam narkoba antara lain morphin, ganja, sabu-sabu, heroin dan sebagainya!" merupkan contoh tuturan memberi informasi. Tindak Tutur Pemeriksaan Tindak tutur pemancingan dilakukan guru dalam rangka untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atas meteri yang telah disampaikan. Tindak tutur ini disampaikan dalam pertanyaan berlawanan (polar question) yang berhubungan dengan selesainya suatu perkerjaan, kesiapan siswa, kesulitan siswa, tingkat pemahaman siswa dan masalah yang dihadapi siswa. Tuturan, "Bagaimana Akbari, ada persoalan?" merupakan contoh tuturan pemeriksaan. Tindak Tutur Memberi Perintah Tindak tutur memberi perintah dilakukan guru untuk menyuruh siswa melakukan sesuatu. Tuturan, "Bila ingin
mudah memahami pelajaran syaratnya harus penuh perhatian terhudap penjelasan Bapak !" merupakan contoh tuturan memberi perintah. Tindak Tutur Memberi Dorongan Tindak bahasa memberi dorongan dilakukan oleh guru dalam rangka memperkuat perintah dengan cara mensugesti agar siswa lebih berperan aktif dan dalam interaksi pembelajaran.Tuturan, "Ayo..., perwakilan kelompok dua,...masak kalah dengan kelompok empat! Jawab, beri penjelasan!" merupakan contoh tuturan memberi dorongan. Tindak Tutur Memberi Petunjuk Tindak bahasa memberi petunjuk dilakukan guru dalam rangka memberikan keterangan tentang apa yang akan ditanyakan agar siswa lebih mudah dalam memberikan jawaban ataupun melakukan perintah guru. Tuturan, "Baik kalau kalian masih kesulitan dalam mengerjakan perintah saya, coba kalian lihat catatan tentang proses terjangkitnya pengaruh narkoba pada tubuh manusia!" merupakan contoh tindak tutur memberi petunjuk. Tindak Tutur Memberi Isyarat Tindak tutur memberi isyarat dilakukan guru dalam rangka membei aba-aba dan bukan memberi perintah. Aba-aba ini bersifat penawaran bagi siswa apakah ada keberanian untuk menjawab atau melakukan perintah guru. Tuturan, "Hanya Akbari yang dapat menjawab pertanyaan ini? merupakan tuturan memberi isyarat. Tindak Tutur Memberi Tawaran Tindak tutur memberi tawaran dilakukan guru dalam rangka memberikan tawaran kepada siswa
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 92
sehingga diketahui respon siswa. Tuturan, "Bagaimana apakah diskusi ini dapat kita akhiri?" merupakan tuturan yang tergolong memberi tawaran. Tindak Tutur Menunjuk Tindak tutur menunjuk dilakukan guru dalam rangka memberikan perhatian khusus kepada siswa khusus kepada siswa baik secara individu mapun kolektif (klasikal). Tindak tutur ini dalam realisasinya dapat dengan menggunakan kata ganti orang kedua tunggal atau jamak; juga dengan memberikan perhatian khusus secara menyeluruh. Tuturan, "Sekarang saya ingin mendengar suara Mira! Bagaimana komentarmu, Mir? merupakan tuturan yang tergolong menunjuk. Tindak Tutur Memberi Pengakuan Tindak tutur memberi pengakuan dilakukan guru dalam rangka menunjukkan sikap bahwa guru dapat menerima, mengakui dan memaklumi pendapat dan tanggap siswa. Tuturan, "Saya dapat memahami komentar dan keluhan Kardi! merupakan contoh tuturan memberi pengakuan. Tindak Tutur Memberi Penerimaan Tindak tutur memberi penerimaan dilakukan guru dalam rangka menerima ide prilaku dan perasaan siswa. Tuturan, "Benar apa yang dikatakan Mira ! Kita semua hars dapat membentengi diri dengan iman dan taqwa agar terhindar dari pengaruh narkcba!' tergolong tindak tutur memberi penerimaan. Tindak Tutur Memberi Komentar Tindak tutur memberi komentar dilakukan guru dalam rangka memperluas informasi, membuka wawasan siswa atau menyesuaikan
tanggapan siswa atas suatu persoalan. Tindak tutur itu lebih menampak-kan tanggapan prbadi guru terhadap pendapat ataupun pernyataan siswa. Tuturan, "Nah, itulah,yang sering saya katakan sebagai tindakan yang merugikan masyarakat banyak!" termasuk jenis tindak tutur memberi komentar. Tindak Tutur Meminta Balasan Tindak tutur meminta balasan ini dilakukan guru dalam rangka meminta tanggapan siswa sesuai dengan pertanyaan pancingan. Tuturan. "Nah.... Sekarang. ..siapa ini ?(siswa) Gambar atau contoh orang yang menjadi korban narkoba! Gambar atau contoh?" Tergolong tindak tutur meminta balasan. Tindak Tutur Memberi Penyimpulan Tindak tutur memberi penyimpulan dilakukan guru dalam rangka memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih memahami materi secara terstruktur denganmemberikan kesimpulan. Tuturan, "Jadi, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk membentengi diri dari pengaruh narkoba yakni menjaga pergaulan, meningkatkan iman dan taqwa, mengikuti penyuluhan tentang narkoba guna memperoleh wawasan yang benar tentang narkoba!" termasuk tindak tutur memberi penyimpulan (Ekosihwahyu, 2003:97-104). Strategi Tindak Tutur Adapun Strategi tuturan hanya ditemukan dua jenis strategi yaitu strategi langsung literal dan strategi tidak langsung literal. Kedua strategi ini memang lebih efektif untuk proses pembelajaran yang memerlukan bahasa
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 93
yang langsung dan makna kata atau frase yang digunakan pun relevan dengan maksud tersebut. Sementara pada tuturan tidak langsung selagi masih literal juga masih mudah dipahami oleh siswa. Tindak tutur memerintah yang disampaikan dengan modus berita ataupun bertanya masih mudah dipahami oleh siswa.Lebih-lebih tindak tutur yang secara langsung dan literal tentu lebih mudah lagi bagi siswa untuk memahami maksud tuturan. Oleh karena itulah guru normatif sengaja menggunakan strategi langsung literal dan tidak langsung literal semata-mata untuk memberikan kemudahan bagi siswa. Dengan strategi ini kesalahpaham-an atas maksud tuturan bisa dihindari yang berarti pula dari sudut bank emosi dan modus tuturan sebagaimana disampaikan oleh Searle. Fungsi Tindak Tutur Sedangkan fungsi tuturan yang ditemukan meliputi fungsi asertif, komisif, naratif, direktif dan ekspresif. Hal ini bersifat menambah deposit bank emosi artinya bernilai positif bagi citra guru. Pertama, asertif dalam hal ini guru normatif mengikat penutur (siswa) pada kebenaran proposisi yang diungkapkan melalui tindak tutur menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), mengarahkan, menekankan, dan mengomentari serta memberikan petunjuk. Ini dilakukan guru dalam rangka memberikan rujukan, pedoman serta model bagi siswa untuk bersikap dan berprilaku. Kedua,direktif dalam hal ini guru normatif mengharapkan penutur (siswa) melakukan apa yang dikehendaki melalui tindak tutur
memesan (ordering ), memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending), memerintah, meminta balasan, mempersilakan, memancing, memperingatkan dan memberikan contoh. Fungsi direktif ini diimplementasikan dengan maksud agar siswa mengalami perubahan tingkah laku menuju kebaikan. Ketiga, ekspresif dalam hal ini guru normatif bermaksud menyampaikan keadaan psikologis, perasaan dirinya dengan cara berterimakasih (thanking), memberi selamat (congrutulating), menyalahkan (blambing), memuji (praising), memberkan pujian, meminta maaf, menyatakan syukurnya dan gembiranya. Ini semua dilakukan guru untuk membangkitkan gairah belajar dan menghidupkan suasana belajar. Keempat, komisif dalam hal ini guru normatif melalui tuturannya bermaksud menyatakan janji, menawarkan bahkan juga menyimpulkan. Ini dilakukan dalam rangka memberikan gambaran tentang apa yang dilakukan guru yang pada gilirannya bisa ditiru untuk kemaslahatan bersama.Dengan penawaran juga diharapkan siswa ikut berperan dalam memilih alternatif sehingga pilihan itu menjadi pilihan kita yang berarti pula menjadi tanggung jawab bersama untuk mewujudkan. Kelima, deklarasi dalam hal ini guru normatif melalui tuturannya bermaksud mewujudkan hubungan yang baik antara tuturannya dengan realitas. Adapun tindak tutur yang diwujudkan adalah melalui penyimpulan, penegasan, komentar, penunjukan, pemberian dorongan dan pengakuan. Fungsi
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 94
deklaratif ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi pribadi yang berpegang teguh pada prinsip sebagaimana dicontohkan oleh guru. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis data dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Hasil penelitian menunjukkan, ada 16 jenis tindak tutur yang ditemukan, yaitu (1) tindak tutur memberi pengantar (2) tindak tutur member penanda (3) tindak tutur memancing (4) tindaktutur memberi informasi (5) tindak tutur pemeriksaan (6) tindak tutur memberi perintah (7) tindak tutur memberi dorongan (8) tindak tutur memberi peunjuk (9) tindak tutur memberi isyarat (10) tindak tutur memberi tawaran (11) tindak tutur menunjuk (12) tindak tutur memberi pengakuan (13) tindak tutur memberi penerimaan (14) tindak tutur memberi komentar (15) tindak tutur meminta balasan (16) tindak tutur memberi penyimpulan. Strategi tuturan hanya ditemukan dua jenis strategi yaitu strategi langsung literal dan strategi tidak langsung literal. Sedangkan fungsi tuturan yang ditemukan meliputi fungsi asertif, komisif, naratif, direktif dan ekspresif. Berdasarkan temuan penelitian disampaikan saran dan pemikiran berkaitan dengan tindak tutur guru sebagai sebuah diskursus. Saran dan pemikiran dimaksud dipaparkan berikut ini. (1) Penelitian ini menfokuskan pada tindak tutur guru normatif ( guru Pendidikan Agama Islam dan guru pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) dalam interaksi pembelajaran. Oleh karena ituhasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengembangan interaksi
pembelajaran khususnya guru normatif yang secara moral memiliki tanggung jawab lebih dalam mendidik siswa menjadi warga negara yang baik. (2) Berdasarkan penelitian, tindak tutur guru normatif memiliki kecenderungan sangat bervariatif dan terus berkembang sesuai dinamika interaksi pembelajaran. Oleh karena itu penelitian lanjutan dengan latar dan spesifikasi guru perlu dilanjutkan shingga diperoleh informasi yang lengkap dan menyeluruh menyangkut jenis dan karakteristik tuturan serta dampaknya dalaminteraksi belajar mengajar. (3)Tindak tutur guru dalam interaksi pembelajaran bersifat dinamis dan kontekstual. Ini berarti penelitian lanjutan yang mampu terus menggali dan mengeksploirasi tuturan di kelas akan berdampak positif bagi pengembangan kajian lokusioner. (4)Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa sebuah maksud dapat dinyatakan dalam beragam modus. Begitu juga sebuah modus tuturan dapat digunakan untuk beragam maksud. Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut menyangkut dua hal tersebut dalam rangka memperkaya khazanah korelasional antara keduanya serta karakteristik yang menyertainya. (5)Telaah tindak tutur guru normatif di SMK Negeri Kudu,Kabupaten Jombang dari sudut pandang teori bank emosi menampakkan gejala bahwa tindak tutur guru adalah sebagian pribadi guru yang bersangkutan. Ini berarti penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk membektikan fenomena tersebut. (6) Kepada para guru disarankan agar mengetahui lebih banyak tentang tindak tutur karena hal ini akan mengembangkan bahasa guru terasa lebih hidup, bervariasi dan sudah tentu tidak menjemukan. (7)Mengingat guru termasuk salah satu sosok yang memungkinkan diidolakan oleh siswa syogyanya guru perlu menyadari bahwa tindak tuturnya bisa menjadi model. Oleh karena itu disarankan agar mereka
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 95
mendalami prinsip-prinsip komunika-si. (8)Tindak tutur guru sering kali menjadi model (tiruan) bagi siswa, ini berarti bagi kepala sekolah dapat dijadikan bahan pembinaan bagi para guru untuk senantiasa bertutur kata dengan baik, tidak menyinggung perasaan, tidak memojokkan dan tidak menganggap rendah kepada siswa. (9)Bagi guru normatif hasil penelitian ini dapat memberikan dorongan untuk lebih menumbuhkan tanggungjawab yang diemban-nya terutama terkait dengan tugasnya sebagai guru yang harus mengembangkan dan menjaga aspekaspek moral siswa.
DAFTAR RUJUKAN Austin, J.L. 1975. How To Do Things With Word. Harvord: Harvord Press Brown, Gillion, George Yule. Analisis Wacana. (penerjemah; Sutikno). PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Coulthord, Malcolm. 1997. An Introduction to Discourse Analysis. Longman : London and New York Covey, Stephen R. Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif (Alih Bahasa: Budijanto). PT Bima Rupa Aksara : Jakarta Fairelough, Norman. 2003. Language and Power Relasa Bahasa, Kekuasaan dan Ideologi. Royon : Gresik, Malang Hymes, D.H. 1997. On Communication Com-petence. Dalan J. B. Pride & Jenet Holmes (Eds). Sociolinguistics (hal: 269 – 293) New York : Pinguin Books Ibrahim, Abdul Syukur. 1992. Kajian Tindak Tutur. Usaha Nasional : Surabaya Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik (penerjemah: MDD
Oka). Universitas Indonesia : Jakarta Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, Tekniknya. PT Rajagrafindo Persada : Jakarta Miles, M. B., & Hubberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. (terjemahan: Tjetjep Rohendi Rohani) UI Press : Jakarta Moelong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya : Bandung Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya : Bandung Seorle, John R. 1983. Speech Act An Essay In The Philosophy of Language. Cambridge University Press : Londodo New York Sumarsono, Portana, Paina. 2002. Sosiolinguistik. Pustaka Pelajar : Yogyakarta Sunarto, H. Hartono, B. Agung. 1995. Perkembangan Peserta Didik. PT Rineka Cipta : Jakarta
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 96