TIM REDAKSI Pemimpin Redaksi
: Drs. Mulyono R. Prabowo, MSc
Wakil Pimpinan Redaksi : Riris Adriyanto, ST Editor Pelaksana
: Taufiq Hidayah, M.Si
Sekretariat Redaksi
: Hesti Heningtiyas, S.Si; Eko Wardoyo, MT
Tata Naskah
: Iddam Hairuly Umam, S.Si Sri Afnitawati Rizky, S.Si
Staf Redaksi
: Farida Ariany;
Pencetakan
: Deni Permana, S.Si; Abdullah Ali
Distribusi
: Siswadi
i
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil ‘alaamiin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, penyusunan Prosiding ”Workshop Operasional Radar dan Satelit Cuaca” T.A 2014 telah dapat diselesaikan. Prosiding ”Workshop Operasional Radar dan Satelit Cuaca” T.A 2014 ini merupakan kumpulan makalah yang dibuat oleh para prakirawan yang diundang dalam kegiatan ”Workshop Operasional Radar Cuaca” T.A 2014. Para penulis berasal dari UPT BMKG Daerah maupun dari BMKG Pusat. Prosiding ini terdiri dari 34 (tiga puluh empat) Makalah berkaitan tentang Teknik Interpretasi dan Analisis Citra Radar dan Teknik Pembuatan Analisa dan Prakiraan Cuaca Ekstrem Yang Akurat, Cepat dan Mudah Dimengerti dengan Menggunakan Citra Radar, dengan tidak sedikitpun mengubah isi dari makalah sebenarnya dari penulis. Akhirnya, kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya atas kerjasama dari semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan Prosiding ini.
Jakarta, Desember 2014 Kepala Bidang Pengelolaan Citra Inderaja
Riris Adriyanto, ST
ii
SAMBUTAN KEPALA PUSAT METEOROLOGI PUBLIK PADA PROSIDING “WORKSHOP OPERASIONAL RADAR DAN SATELIT CUACA” TAHUN 2014 Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya lah prosiding “Workshop Operasional Radar dan Satelit Cuaca” Tahun 2014 ini dapat terbit dan sampai ke tangan pembaca semua. Prosiding ini merupakan kompilasi hasil pemikiran rekan-rekan prakirawan pemerhati cuaca terkait dengan teknik pembuatan analisa kejadian-kejadian cuaca ekstrim berdasarkan data radar cuaca. Pemikiran yang dituangkan dalam bentuk makalah tersebut telah dipaparkan dan didiskusikan pada acara “Workshop Operasional Radar Cuaca” Tahun 2014 yang telah diselenggarakan pada tanggal 7-10 Mei 2014 di Hotel Grand Mercure, Padang. Workshop tersebut dimaksudkan sebagai sarana diskusi bagi para prakirawan mengenai pemanfaatan produk radar cuaca untuk operasional layanan meteorologi. Hal ini dimaksudkan sebagai respon atas tuntutan bagi BMKG untuk mampu memanfaatkan teknologi terbaru dalam pemantauan cuaca termasuk penginderaan jauh menggunakan radar cuaca. Lebih lanjut, sesuai dengan visi BMKG yaitu tanggap dan mampu memberikan pelayanan MKKuG yang handal guna mendukung keselamatan dan keberhasilan pembangunan, tidak dapat dipungkiri saat ini BMKG telah menjadi salah satu sumber referensi bagi pemerintah dan masyarakat untuk mampu menyampaikan informasi cuaca secara akurat, cepat, tepat, mudah dipahami dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maupun pengguna khusus. Kepada semua pihak yang telah berperan aktif, kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas kerja keras yang telah dilakukan. Tidak lupa pula kami menyampaikan apresiasi, terima kasih yang setinggi–tingginya kepada seluruh penyumbang makalah, seluruh Tim Redaksi, dan semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian prosiding ini. Semoga materi isi prosiding ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi berbagai pihak dalam memahami dan mengembangkan meteorologi praktis, khususnya dengan memanfaatkan data dan produk radar cuaca. Selamat berkarya. Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Meteorologi Publik, BMKG
Drs. Mulyono R. Prabowo, M.Sc
iii
PENGARUH TROPICAL DEPRESION GILLIAN TERHADAP KEADAAN CUACA DI WILAYAH BIMA (Oleh : Puteri Permata Sani – Stasiun Meteorologi Muhammad Salahuddin Bima) ................................. ANALISIS NILAI MAKSIMUM PPI REFLECTIVITY DAN VIL RADAR CUACA PADA AWAN BERPOTENSI CUACA EKSTRIM (Oleh : Rahmat Subekti - Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung) ......................................................
109 113
ANALISIS KEJADIAN PUTING BELIUNG TANGGAL 11 DESEMBER 2013 DI WILAYAH DENPASAR BAGIAN SELATAN - BALI (Oleh : Subekti Mujiasih dan Topan Primadi – Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar)........................
117
VALIDASI KONSTANTA MARSHALL PALMER PADA RADAR UNTUK ESTIMASI CURAH HUJAN (Oleh : Suyitno Tejo Arianto - Stasiun Meteorologi Blang Bintang Banda Aceh).......................................
123
ANALISIS SEBARAN DEBU VULKANIK MENGGUNAKAN RADAR C-BAND DI STASIUN METEOROLOGI JUANDA SURABAYA (STUDI KASUS MELETUSNYA GUNUNG KELUD 13 FEBRUARI 2014) (Oleh : Swasti Ayudia Priyatmayanti dan Eko Wardoyo - Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya)...
129
ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG DI BANDARA SULTAN HASANUDDIN MAKASSAR (STUDI KASUS TERGELINCIRNYA WINGS AIR TANGGAL 28 MARET 2014) (Oleh : Tri Setyo Hananto - Stasiun Meteorologi Hasanuddin Makassar).....................................................
138
ANALISA BANJIR TANGGAL 09 JANUARI 2014 DI BANJARBARU DAN SEKITARNYA (Oleh : Uli Mahanani - Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin)..............................................
141
PEMANFAATAN PRODUK RADAR CUACA & AWS UNTUK KLASIFIKASI PERINGATAN DINI CUACA EKSTRIM DI TERNATE (Oleh : Vianca Adjie Dwi Putra – Stasiun Meteorologi Babullah Ternate).......................................................
147
ANALISA GELOMBANG LAUT DI SELAT SUNDA SAAT TERJADI AWAN CUMULONIMBUS DENGAN HIGH FREQUENCY RADAR (CODAR) (STUDI KASUS PENGAMATAN 22-24 Februari 2014) (Oleh : Willy Wulansari dan Furqon Alfahmi – Sub Bidang Informasi Meteorologi Maritim, Bidang Meteorologi Maritim) ..........................................................................................................................................
151
KORELASI FAKTOR REFLEKTIVITAS RADAR SEBAGAI QUANTITATIVE PRESCIPITATION ESTIMATE DENGAN PENAKAR HUJAN DI PADANG DAN SICINCIN (Oleh : Yudha Nugraha - Stasiun Meteorologi Minangkabau Padang) ..........................................................
156
PEMANFAATAN DATA RADAR SEBAGAI PENUNJANG DVORAK ANALYSIS SIKLON TROPIS PADA TAHAP EARLY STAGE DEVELOPMENT (STUDI KASUS SIKLON GILLIAn 19 Maret 2014) (Oleh : Mia Khusnul Khotimah dan Zakiyah – Sub Bidang Siklon Tropis Bidang Peringatan Dini Cuaca) ........................................................................................................................................................................................
162
vi
ANALISIS KEJADIAN PUTING BELIUNG TANGGAL 11 DESEMBER 2013 DI WILAYAH DENPASAR BAGIAN SELATAN - BALI Subekti Mujiasih1) and Satria Topan Primadi, S.Si2) 1,2 Staf Sub Bidang Pelayanan Jasa Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar Jl. Raya Tuban, Kuta 80362, Kabupaten Badung, Bali,Indonesia, 1
[email protected],
[email protected] Abstrak - Berdasarkan laporan dari masyarakat, media massa dan Stasiun Geofisika Sanglah, tanggal 11 Desember 2013 di wilayah Denpasar Selatan Bali telah terjadi putting beliung. Kejadian ini menimbulkan kerugian yang signifikan. Peringatan dini mengenai adanya awan cumulonimbus yang berluang terjadinya hujan, angin kencang dan puting beliung sudah dilakukan melalui short message service (SMS) pada tanggal 11 Desember 2013 jam 11.30 wita. Namun masyarakat menilai bahwa mereka tidak mendapatkan peringatan dini puting beliung dri BMKG. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi prakirawan dalam melakukan identifikasi bibit puting beliung secara dini dan lebih rinci. Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisa puting beliung dengan memanfaatkan echo Radar DWSR2501C EEC berupa filtered intensity, radial velocity dan vertical shear dari produk Constant Altitude Plan Position Indication (CAPPI) dan radial velocity dari produk Universal Wind Technique (UWT). Berdasarkan analisa data Radar Cuaca menunjukkan pola echo reflectivity memiliki bentuk hook, berkembang sejak 13.30 – 13.50 waktu Indonesia Tengah (Wita) dan memiliki pola echo couplet radial velocity, mempunyai interval vertical shear yang sangat besar yakni 0 – 115.2 pada ketinggian 100 meter pada jam 13.50 Wita, kecepatan awan badai berkisar 35 - 40 Knot ( 63 - 72 Km/Jam) pada jam 13.50 Wita. Kata Kunci : CAPPI, Puting Beliung, Bali, BMKG Abstrak – There was small tornado event at South Denpasar Bali in 11 December 2013 at 13.50 referred to public report, electronic media, mass media and Sanglah Geophysics Station. This event had significant damage. Thunderstorm early warning had been delivered using short message service (SMS) in 11 December 2013 at 11.30 wita (Central Indonesian time). However, Public claimed that they had not got early warning information from BMKG. It becomes high challenge for BMKG forecaster to give tornado information in detail and earlier. In this study, author analyzed tornado using echo Radar DWSR2501C EEC including filtered intensity, radial velocity and vertical shear from Constant Altitude Plan Position Indication (CAPPI) product and radial velocity from Universal Wind Technique (UWT) product. Based on radar image, Results show “hook echo” from echo reflectivity, developed since 13.30 until 13.50 Wita and have couplet radial velocity, high vertical shear about 0 – 115.2 at 100 meter height at 13.50 Wita and storm speed about 35 - 40 Knot ( 63 - 72 Km/Jam) at 13.50 Wita. Keyword : CAPPI, tornado, Bali, BMKG 1. PENDAHULUAN Puting beliung telah menjadi fenomena cuaca ekstrim yang perlu diwaspadai masyarakat. Fenomena ini menduduki urutan kedua setelah banjir dimana kejadian puting beliung sebanyak 2879 kali dengan jumlah korban 292 jiwa, sejak tahun 1815-2014 berdasarkan sebaran kejadian bencana dan korban meninggal per jenis kejadian Bencana sejak tahun 1815 – 2014 atau posisi kedua dengan persentase 21% dari total jumlah kejadian bencana per jenis kejadian bencana sejak tahun 1815-2014. Secara umum angka kejadian bencana di Bali memang tidak terlalu tinggi yakni 268 kejadian [1]. Namun kejadian puting beliung yang terekam pada tanggal 11 Desember 2013 Puting beliung merupakan sebutan lokal untuk tornado skala kecil yang terjadi di Indonesia[5]. Sebagaimana Peraturan Kepala BMKG mengenai prosedur standar operasional Cuaca ekstrim,
pada jam 13.50 Wita[2][3][4] dan laporan dari Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar menunjukkan dampak yang sangat merugikan seperti pada gambar 1. Kejadian ini mencuri perhatian masyarakat dan menilai BMKG tidak memberikan informasi peringatan dini putting beliung. Dalam pesan singkat melalui Short Message Service (SMS) BMKG telah menyampaikan peringatan dini adanya awan yang berpeluang hujan, angin kencang dan puting beliung Ppada jam 11.30 wita tanggal 11 Desember 2013 (gambar 2). Namun, peringatan dini khusus putting beliung belum diberikan. Ini menjadi tantangan yang perlu dijawab oleh BMKG sebagai penyedia informasi peringatan dini cuaca. dinyatakan bahwa puting beliung merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrim dimana angin kencang yang berputar dari awan Cumulonimbus dengan kecepatan lebih dari 34.8 knots atau 64.4 km/ jam dan
_______________________________________________________________________________________________ __ Prosiding Workshop Operasional Radar & Satelit Cuaca | Vol : II Desember 2014 117
terjadi dalam waktu singkat[6]. Dampak dari puting beliung ini dapat berupa kerugian materil maupun immaterial [7]. Kajian tornado menggunakan radar telah banyak dilakukan. Identifikasi puting beliung atau tornado menggunakan CAPPI [8], Skala Fujita [9], radial velocity [10][11][12][13][14], vertical shear [15]. Walaupun fenomena ini merupakan skala menengah (meso) [16], namun penulis merasa perlu melakukan analisa cuaca secara bertahap mulai dari regional hingga ke lokal. Analisa Regional meliputi analisa streamline, Analisa Sinoptik, Analisa Citra satelit hingga analisa lokal yakni analisa Citra radar sebagaimana Prosedur standar operasional Analisa Cuaca Bawil III [17]. Dengan adanya kerugian yang ditimbulkan oleh puting beliung, kondisi atmosfer Bali dimana termasuk tropis didominasi oleh pertumbuhan awan konvektif, maka penulis bermaksud mengidentifikasi pola echo radar pada saat sebelum hingga saat kejadian putting beliung, sehingga diharapkan hasil dapat menjadi rekomendasi bagi prakirawan dalam melakukan prakiraan puting beliung.
Gambar 1. Dampak Putting beliung
Gambar 2 Peringatan dini melalui SMS
2. DATA dan METODE Dalam penelitian ini penulis menggunakan 5 jenis data yakni : a. Peta streamline dari reanalysis model TAccess Bureau of Meteorology Australia (BOM) b. Data pengamatan curah hujan dari Stasiun Geofisika Sanglah, c. Data pengamatan Arah dan kecepatan angin dari Stasiun Geofisika Sanglah d. Data citra satelit MTSAT
e.
Data citra Radar DWSR2501C EEC dengan interval data setiap 10 menit. Walaupun fenomena ini merupakan skala menengah (meso) [16], namun penulis merasa perlu melakukan analisa cuaca secara bertahap mulai dari regional hingga ke lokal. Analisa Regional meliputi analisa streamline, Analisa Sinoptik, Analisa Citra satelit hingga analisa local yakni analisa Citra radar sebagaimana Prosedur standar operasional Analisa Cuaca Bawil III [17]. Selanjutnya dilakukan analisa citra radar menggunakan produk CAPPI pada ketinggian 0.1 km, 0.3 km, 0.8 km, 1 km dan 1.3 km. Moment yang digunakan adalah filtered intensity, radial velocity dan vertical shear. Penulis melakukan pengecekan awan badai 20 menit sebelumnya yakni citra radar jam 13.30, 13.40 hingga 13.50 dimana terjadi puting beliung. Pola echo tornado menurut Fujita adalah pola seperti pada gambar 4. Pola echo reflectivity dari CAPPI filtered intensity akan dianalisa, apakah menyerupai pola echo Fujita[10] atau tidak. Sedangkan, Pola echo CAPPI radial velocity akan dianalisa apakah terdapat couplet radial velocity, dimana terdapat pola berpasangan antara echo mengarah ke radar dan echo menjauhi radar. Jadi terdapat pasangan echo bernilai negatif dan positif[10][11]. Pola echo vertical shear dianalisa menggunakan CAPPI vertical Shear. Penulis mencoba menganalisa parameter ini karena parameter ini sangat penting bagi terbentuknya putting beliung[15]. Selain itu penulis melakukan identifikasi pola radial velocity menggunakan produk UWT untuk melihat arah dan kecepatan awan badai. Lokasi penelitian adalah lokasi kejadian putting beliung di sekitar Jalan Pulau Moyo sebagaimana gambar 3.
Gambar 3. Lokasi Kejadian putting beliung[18]
Gambar 4 Bentuk Citra Radar Identifikasi Tornado Fujita[9]
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Streamline Kondisi Streamline pada gambar 5 menunjukkan adanya daerah trough disekitar wilayah Indonesia
_______________________________________________________________________________________________ __ Prosiding Workshop Operasional Radar & Satelit Cuaca | Vol : II Desember 2014 118
bagian selatan. Trough memanjang dari Samudera Hindia sebelah barat Sumatera hingga Jawa, Bali, NTB, NTT dan Papua bagian Timur). Hal ini memberi indikasi bahwa sepanjang daerah tersebut merupakan daerah konvergen (daerah pertemuan angin) yang memicu awan-awan konvektif dapat tumbuh dengan cepat. Gambar 6a. Kondisi Citra Satelit Jam 13.30 Wita
Gambar 5. Streamline 11 Des 2013 : 00 UTC
3.2. Analisis Sinoptik Berdasarkan pengamatan di Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar, tercatat pengamatan Synop sebagaimana tabel 1. Tabel ini menunjukkan bahwa pada tanggal 11 Desember 2013 terjadi hujan dengan intensitas ringan (1 - 5 mm/Jam atau 5 - 20 mm/hari) dengan arah dan kecepatan angin dominan dari barat 4 - 8 Knot pada jam 08.00 – 14.00 wita . kemudian pada jam 16.00 wita arah angin berubah dari tenggara dengan kecepatan 3 knot. Tabel 1. Data Synoptik Stageof Sanglah Denpasar. TANGGAL
JAM
11-Des-13
08.00 11.00 14.00 16.00
ANGIN ARAH KEC (Knot) Barat 4 Baratdaya 7 Baratlaut 8 Tenggara 3
HUJAN 0 0.7 2 5
3.3. Analisis Citra Satelit Berdasarkan pantauan Citra satelit di wilayah Bali dan sekitarnya pada tanggal 11 Desember 2013 pada jam 13.30 - 14.13 Wita menunjukkan adanya awan Cumulonimbus yang aktif di wilayah Bali bagian barat (Negara) dan sekitarnya (gambar 6a dan 6b). Sedangkan wilayah Denpasar dan sekitarnya tidak terlihat adanya awan konvektif. Namun, awan-awan ini semakin meluas ke arah tenggara menuju Denpasar selatan seperti pada gambar 6c. Awan Cb juga merupakan awan yang dapat menimbulkan petir/kilat, hujan lebat, hujan es (hail), angin kencang tiba-tiba (downburst), dan puting beliung.
Gambar 6b. Kondisi Citra Satelit Jam 13.57 Wita
Gambar 6c. Kondisi Citra Satelit Jam 14.13 Wita
3.4. Analisis Citra Radar 3.4.1. Storm Track Setelah diketahui bahwa awan cb telah terbentuk diatas Bali bagian barat, maka dilakukan analisa secara lebih rinci menggunakan citra radar . Produk display yang digunakan adalah Storm Track untuk mengetahui jejak awan badai dan arah pergerakannya. Fasilitas ini tersedia dalam aplikasi Edge yang merupakan perangkat lunak untuk pengoperasian radar [19]. Berdasarkan penampakan citra radar (Reflektifitas) potensi awan Cb sudah terlihat mulai jam 13.10 Wita dan terbentuk di sekitar wilayah Tabanan bagian barat dan terus bergerak menuju Denpasar selatan hingga jam 14.50 Wita (gambar 7). Awan-awan menimbulkan hujan ringan dengan intensitas seperti pada Tabel 1. Namun pertumbuhan awan Cb yang terjadi sangat cepat sehingga terjadi puting beliung di Denpasar selatan pada jam 13.50 Wita (berkisar ± 20 menit). Berdasarkan Citra radar (Reflektifitas) seperti pada gambar 7, terlihat bahwa pada jam 13.40 - 13.50 Wita menunjukkan echo yang tajam dengan reflektifitas mencapai 38 - 43 dBz yang menyatakan bahwa kandungan uap air dalam awan sangat tinggi dan pola sebaran echo reflektifitas pada gambar 7 tersebut menyerupai dengan tipe hook echo yaitu hook shape yang dikemukakan oleh Fujita ( (Gambar 4). Dengan demikian awan Cb yang berada di sekitar wilayah Denpasar selatan menimbulkan Puting Beliung. Awan jenis Cb merupakan awan yang mempunyai dasar awan rendah dengan puncak bisa mencapai
_______________________________________________________________________________________________ __ Prosiding Workshop Operasional Radar & Satelit Cuaca | Vol : II Desember 2014 119
ketinggian tropopause. Selain itu, puting beliung dapat diidentfikasi jika pertumbuhan awan cb melebihi ketinggian tropopause di tropis sekitar 16.5 km [20]. Akan tetapi berdasarkan data penampang vertikal dari citra radar (gambar 8) menunjukkan bahwa awan cb di atas wilayah Denpasar selatan mencapai ketinggian puncak sekitar 7 km. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa ketebalan awan Cb di atas wilayah Denpasar selatan berkisar 7 km atau lebih. Ketinggian awan CB yang terlihat bergantung pada faktor elevasi radar yang memantaunya. Jika elevasi yang digunakan rendah maka tinggi puncak awan pada elevasi yang tinggi tidak dapat terjangkau, begitu juga sebaliknya.
Gambar.9a. Cappi filtered Intensity 800 m jam13.30 wita
Gambar.9b. Cappi filtered Intensity 1 km jam 13.30 wita
Gambar 7 Citra Radar Cuaca (Storm Track) tanggal 11 Desember 2013 Jam 14.10 Wita
Gambar 9c. Filtered Intensity 1.3 km jam 13.30 wita
Gambar 8 Citra Radar Cuaca (Crossection) tanggal 11 Desember 2013 Jam 14.10 Wita
3.4.2. Constant Altitude Plan Position Indication (CAPPI) Berdasarkan citra radar Cappi moment filtered intensity (gambar 9a), echo reflectivity sudah mulai mendekati Denpasar selatan mulai ketinggian 800 meter pada jam 13.30 wita dengan pola “hook echo” dan interval echo 18 – 33 dbz. pola sebaran echo reflektifitas semakin jelas menyerupai tipe hook echo pada ketinggian 1 - 1.3 km (gambar.9b dan 9c) Kemudian pola hook echo mencapai lapisan 300 meter pada jam 13.40 (gambar 9d), hingga 100 meter pada jam 13.50 (gambar 9e). Ringkasan ditampilkan seperti pada table 2. Tabel 2. Jam (wita) 13.30 13.40 13.50
Ketinggian (meter) 800 300 100
Intensity (dbz) 10 - 33 10 - 53 10 - 53
Gambar 9d. Filtered Intensity 0.3 km jam 13.40 wita
Gambar 9e. Filtered Intensity 0.1 km jam 13.50 wita
Berdasarkan citra radar (radial velocity) dengan Produk display CAPPI pada gambar 10a terlihat, echo reflectivity sudah membentuk hook echo mulai ketinggian 300 jam 13.30 wita, yang pergerakkannya menuju tenggara yakni Denpasar Selatan. Pada lapisan 800 meter, citra radar menggambarkan pasangan velocity yang saling berlawanan yakni hijau (mengarah pada radar) dan merah (menjauhi radar) seperti pada gambar 10b. Pasangan radial velocity ini menunjukkan adanya bibit tornado di sekitar Denpasar selatan. Pola hook echo pada lapisan 300 meter dan pasangan radial velocity pada lapisan 800 meter terus bertahan hingga jam 13.40 wita . Pola ini semakin mendekati
_______________________________________________________________________________________________ __ Prosiding Workshop Operasional Radar & Satelit Cuaca | Vol : II Desember 2014 120
permukaan hingga ketinggian 100 meter pada jam 13.50 (gambar 10c dan 10d).
Gambar 10a. Radial Velocity 0.3 km jam 13.30 wita
Gambar 11. Vertical Shear 0.1 km jam 13.50 wita
3.4.3. UWT Berdasarkan citra radar produk UWT diperoleh arah pergerakan awan badai dari barat laut dan barat yang membelok berlawanan dengan arah jarum jam (gambar 12). Hal ini berlawanan dengan teori arah angin siklonik di belahan bumi selatan yang mempunyai pola searah dengan jarum jam [21]. Sedangkan dari wind barbnya, kecepatan menunjukkan 35 – 40 knot. Dengan demikian pola arah angin dari produk UWT masih perlu dipelajari lebih dalam.
Gambar 10b. Radial Velocity 0.8 km jam 13.30 wita Gambar 12. UWT Radial Velocity jam 13.50 wita
Gambar 10c. Radial Velocity 0.8 km jam 13.50 wita
Gambar 10d. Radial Velocity 0.3 km jam 13.50 wita
Aplikasi Edge display data radar menyediakan fasilitas moment Vertical Shear dalam Produk display Cappi[19]. Berdasarkan hal tersebut, ditemukan pola hook echo di selatan stasiun Geofisika Sanglah pada ketinggian 100 meter tampak pada gambar 11 dengan Vertical shear sebesar 0 – 115.2 knot/nmi pada jam 13.50 wita
Berdasarkan hasil analisa berbagai produk radar di atas, maka fenomena putting beliung dapat didentifikasi oleh radar. Produk –produk yang dapat digunakan adalah Storm track, Cappi filtered intensity, Cappi radial velocity, Cappi Vertical Shear dan Cross section. Jika prakirawan sudah mengetahui adanya penguatan dan perluasan area awan badai, maka disarankan untuk melakukan identifikasi setiap 10 menit dalam durasi 1 jam untuk mendeteksi kapan terjadi putting beliung dan wilayah-wilayah yang berpotensi terkena dampak. Jika tidak ada perubahan signifikan, maka monitoring dapat dilakukan setiap satu jam atau lebih. Selain itu, identifikasi echo per ketinggian memberikan pola yang signifikan, sehingga penulis menyarankan prakirawan melakukan monitoring secara lebih rinci. Pola echo pada produk storm track belum bisa menjelaskan pola hook echo di permukaan dengan lebih jelas. Penulis tidak menyarankan penggunaan Produk UWT untuk menggambarkan arah awan badai, karena pola yang tertangkap dalam UWT berlawanan dengan arah jarum jam. Sedangkan dari ketiga produk yakni Cappi filtered intensity, Cappi radial velocity dan Cappi Vertical Shear, menunjukkan pola echo menuju ke tenggara dan berbentuk hook echo yang berkembang searah jarum jam. Pola echo radar tersebut sesuai dengan pola arah angin di wilayah belahan bumi selatan yakni sinklonik. Sehingga menurut penulis arah awan badai dari produk UWT belum dapat membantu mengidentifikasi puting beliung. Karena UWT hanya dapat menampilkan kecepatan awan badai secara umum, maka diperlukan banyak stasiun pengamatan yang memadai untuk mengamati arah dan kecepatan puting beliung yang terjadi. Data pengamatan angin yang diperoleh hanya berasal dari stasiun Geofisika Sanglah. Data arah angin yang didapat, sesuai dengan
_______________________________________________________________________________________________ __ Prosiding Workshop Operasional Radar & Satelit Cuaca | Vol : II Desember 2014 121
arah pergerakan awan badai di lapisan bawah yakni didominasi dari barat pada jam 08.00 hingga 14.00 wita. Sedangkan kecepatan yang teramati masih termasuk lemah yakni 4 – 8 knot. . 4. KESIMPULAN BMKG dapat melakukan identifikasi Puting beliung menggunakan citra Radar. Produk yang digunakan adalah pola citra reflectivity, radial velocity dan vertical shear dari CAPPI. Untuk verifikasi data diperlukan sebaran stasiun pengamatan permukaan yang merata.
[16]
[17] [18] [19] [20]
[1] [2]
[3] [4] [5] [6]
[7] [8] [9] [10] [11] [12]
[13] [14]
[15]
DAFTAR REFERENSI Situs www.bnpb.go.id diakses tanggal 02 April 2014 Situs http://www.beritabali.com/index.php/page/berita /dps/detail/2013/12/11/Angin-Puting-BeliungKejutkan-Warga-/201312110005 diakses tanggal 2 April 2014 Situs http://www.youtube.com/watch?v=4I1ylcFE6g8 diakses tanggal 2 April 2014 Situs http://www.youtube.com/watch?v=tg2Mp6Ygv7 Y diakses tanggal 2 April 2014 Situs http://meteo.bmkg.go.id/siklon/learn/04/id diakses tanggal 3 April 2014 Peraturan Kepala BMKG no. Kep.009 Tahun 2010 tentang Prosedur Standar Operasional Pelaksanaan Peringatan Dini, Pelaporan dan Diseminasi Informasi Cuaca Ekstrim. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Kobayashi, Tetsuya, Koji Sassa, Hiroshi Uyeda. Strusture of The Fukuoka Tornado Observed by Diffreent radars. Markowski,P.M, 2001, Hook Echoes and RearFlank Downdrafts: A Review, Monthly Weather Review. Vol 130 : 852-876 Situs https://ams.confex.com/ams/pdfpapers/81827.pd f diakses tanggal 4 April 2014 Situs http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/rs/ra d/ptrn/ptrn4.rxml diakses tanggal 4 April 2014 International Weather Radar Networking. Final Seminar of the Cost Project 73.Kluwer Academic Publisher. Comission of the European.1991. ISBN 0-7923-1706-8 Situs http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/rs/rad /appl/trndo.rxml diakses tanggal 5 April 2014 Situs http://www.wmo.int/pages/prog/arep/wwrp/new/ documents/Guide_book_nowcasting_new_delhi. pdf diakses tanggal 5 April 2014 Markowski, Paul, Yvette Richardson, 2006: On the Classification of Vertical Wind Shear as
[21]
Directional Shear versus Speed Shear. Wea. Forecasting,21, 242–247 Situs http://www.meted.ucar.edu/tropical/textbook_2n d_edition/print_1.htm#page_8.1.0 diakses tanggal 5 April 2014 Standar operasional prosedur analisis Cuaca Balai Besar MKG wilayah III Situs https://www.google.com diakses tanggal 5 April 2014 DWSR-2501 C (SD) Edge 5 Manual Indonesia Job no.8389/8393. Seidel Et Al.: Tropical Tropopause Climatology. Journal of Geophysical Research.Vol.106.No.D8, Pages 7857–7878, April 27, 2001 Holton, James R., An Introduction of Dynamic Meteorology. Fourth Edition. Elsevier Academic Press.2004.
_______________________________________________________________________________________________ __ Prosiding Workshop Operasional Radar & Satelit Cuaca | Vol : II Desember 2014 122