SERI PRi
1
890 N
GOM 7 Gerakan Operasi Militer. VII. Penjelesasati Perlstiwa DI/T.I.I.
ariwiadi
G E R A K A N 0PERAS1 MÏLITER VII PENJ ELESAIAN PERIST1WA A T J E H
o le h : A R I W I' A D I
M E G A BOOKSTORE PENERBIT & TOKO B U K U (Publisher & Bookstore)
Diterbitkan dalam kerdjasama
dengan
PUSAT SEDJARAH A N G K A T A N BERSENDJATA S. A . B .
D A F T A R ISI : Halaman : [.
H U B U N G A N PERISTIWA TJUMBOK D E N G A N PEMBERONTAKAN DAUD BEUREU'IH
II.
1
ABRI DISELURUH A T J E H T A K K E N A L M E NJERAH
III.
OFENSIF S A P T A M A R G A O L E H ABRI
IV.
PENJELESAIAN DENGAN MUSJAWARAH.
3 7 10
B A B
I
H U B U N G A N PERISTIWA T J U M B O K D E N G A N PEMBERONTAKAN DAUD BEUREU'IH.
Sebagaimana kita ketahui di Atjeh terdapat dua golongan jang berpengaruh, jaitu golongan ulama dan golongan uleëbalang. Karena adanja taktik divide et impera (memetjah belah) oleh fihak tentara pendudukan Djepang selama masa pendudukannja di Atjeh, telah timbul perten tangan antara kedua golongan ini. Adapun tindakan2 tentara pendudukan Djepang jang bersifat memetjah-belah tersebut a.1. dengan djalan menggantikan kekuasaan peradilan swapradja jang terdiri dari kaum uleëbalang dengan tenaga dari kalangan PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Atjeh). Badan2 pengadilan jang dibentuk oleh pemerintah pendudukan militer Djepang itu bernama Tjiho Hoin dan Ku Hoin. Perhitungan Djepang dengan tindakannja ini tentunja, bahwa ia akan mendapatkan simpati dari rakjat banjak jang telah diketahui sangat tebal ke-Islam-annja ; dan simpati rakjat banjak itu sangat diperlukan untuk memperbesar potensi perangnja. Sedjak Proklamasi 17 Agustus 1945 pemerintah Reputblik Indonesia ,dapat mempersatukan fihak2 jang berlainan keinginannja, sehingga suasana tegang mendjadi reda. Akan tetapi karena Proklamasi Kemerdekaan ini masih harus diikuti oleh tindakan2 pengisian kemerdekaan, diantaranja dengan pengisian kedudukan penting dalam organisasi negara, maka terbukalah kemungkinan timbulnja perbedaan pendapat dan perbedaan keinginan diantara golongan2 jang sedjak lama bertentangan kepentingan hidupnja dan tjita2 politiknja. Achirnja terdjadilah pertentangan antara golongan uleëbalang dengan golongan ulama jang kemudian mendjelma mendjadi pertempuran didaerah Pidië pada bulan Nopember 1945 selama lebih kurang 2 hulan, jang terkenal dengan nama "Peristiwa Tjumbok", dimana keunggulan ada dipihak ulama. 2
2
i
Pada achirnja golongan ulama jang memegang peranan penting sebagai penegak hukum Islam, sedangkan golongan uleëbalang adalah pemelihara adat. Kemudian, sedjak aksi-militer pertama pada pertengahan tahun 1947, Atjeh dinjatakan sebagai daerah militer istimewa, dibawah seorang Gubernur Militer jang bertanggung-djawab baik sipil, maupun militer jang ada hubungannja dengan masalah pertahanan. Sebagai Gubernur Militer diangkat Tgk. M o hamad Daud Beureu'ih dari kalangan P U S A jang sedianja akan mengepalai Djawatan Agama Daerah Atjeh. Ketika pada tahun 1950 berdasarkan ketetapan Pemerintah, Atjeh didjadikan keresidenan dibawah propinsi Sumatra Utara, Daud Beureu'ih merasa kurang puas, k a rena menganggaip dengan "diturunkannja" Atjeh dari tingkatan propinsi kepada tingkatan keresidenan, kekuasaan- . nja berkurang. Karena itu ia lalu mengundurkan diri dan selama l.k. 3 tahun ia dengan kawan2nja menjelenggarakan persiapan- untuk mengadakan pengatjauan didaerah Atjeh. Dalam usahanja untuk mendapatkan simpati R a k jat, Daud Beureu'ih dengan kawanZnja menggunakan sentimen kedaerahan dan sentimen ke-Islam-an dalam mengadakan perlawanan terhadap pemerintah R . I . Demikian djuga organisasi kepanduan jang seharusnja didirikan untuk pendidikan tentang perikemanusiaan telah digunakan oleh Daud Beureu'ih dengan kawan2nja sebagai potensi kekuatan militernja, dengan memlberikan latihan siang dan malam mengenai kemiliteran kepada mereka. Kemanapun pergi mereka selalu siap-siaga dengan alat sendjatanja ; mereka memaksa penduduk untuk mengikuti kemauan mereka, sedang jang tidak niau menurut diantjam akan d i bunuh dan dibakar rumahnja. Demikianlah tanggal 20 September 1953 merupakan suatu saat jang tak dapat dilupakan dalam sedjarah Indonesia umumnja dan Atjeh chususnja. Pada tanggal inilah dibuka suatu lembaran hitam bagi sedjarah Atjeh, karena pada tanggal itu Tgk. M o h . D a u d Beureu'ih memulai pem_ berontakannja terhadap pemerintah R . I . jang sah. Mereka 2
(Daud Beureu'ih dengan kawan nja) pada tanggal 21 September 1953 mengeluarkan pernjataan dalam'bentuk "pro_ klamasi" Atjeh sebagai "Negara Bagian dari Negara Islam Sndonesia", dibawah Imam Kartosuwirjo. Segera sesudah pengumuman "proklamasi" tadi, terdjadilah usaha untuk menduduki kota2 besar diseluruh Atjeh oleh Daud Beureu'ih dkk. Tapak Tuan di Atjeh Selatan, Meulaboh di Atjeh Barat, Banda Atjeh di Atjeh Besar, Sigli di Atjeh Pidie, Lho' Seumawe dan Bireuën di Atjeh Utara, Langsa di Atjeh Timur dan Takengon mendjadi sasaran serangan para pemberontak. Serangan terhadap sebagian besar kota2 tersebut dapat ditangkis. Kota Bireuën, Meureudu, Takengon, Tangsë dan Geumpang pada permulaan serangan ini dapat diduduki oleh kaum pemberontak. Adapun tjara penjerangan jang dilakukan oleh kaum pemberontak dilakukan dengan bergelombang ; setiap gelombang terdiri atas beribu-ribu penjerang. Barisan jang paling muka terdiri dari tenaga muda, pada umumnja dari anak- sekolah Agama dan anggota Pemuda Islam jang telah berhasil dapat diperalat oleh D a u d Beureu'ih dkk. Mereka bersendjatakan sendjata tadjam, sqperti rentjong, keiewang, tombak dll. Barisan belakang terdiri dari tenaga jang telah agak berumur, dengan bsrsendjata aipi, seperti stengun, karaben dll. Dalam melakukan penjerangan ini mereka meneriakkan k a t a : " A l l a h u akbar". Melihat ini anggota Angkatan Bersendjata pada umumnja tidak sampai hati untuk meiepaskan tembakan kearah kumpulan manusia jang dipelqpori oleh anak muda iu. 2
2
2
2
2
2
2
2
B A B
II
ABRI DISELITRUH A T J E H T A K K E N A L M E N J E R A H .
Daud Beureu'ih jang pada mulanja mempunjai kejakinan, bahwa dalam tempo kurang dari seminggu seluruh Atjeh akan berhasil dikuasainja, melihat bahwa dugaannja ini ternjata meieset samasekali, karena hampir disemua tempat ia mengalami perlawanan jang gigih dari kesatuan 3
Angkatan Bersendjata, sungguhpun djumlali pasukan kita jang mempertahankan diri itu djauh lebih ketjil. Banda Atjeh sebagai ibu kota Keresidenan Atjeh, berkat kewaspadaan A B R I , terutama fihak Angkatan Darat, jang dipimpin oleh Major Prijatna, jang bekerdja-sama dengan Pamongpradja setempat, terhindar dari pendudukan kaum pemberontakan. Kota Meulabohpun tidak sampai diduduki oleh kaum pemberontak. Hal ini disebabkan karena tindakan tjepat dari acting Bupati/Kepala Daerah Patih Radja Kalelong. Kota Tapak Tuan, ibukota Kabupaten Atjeh Selatan, diduduki pemlberontak sampai tanggal 3 Oktober 1953. Untuk kepentingan penjusunan kekuatan kembali, ibukota Kabupaten itu dipindahkan ke Kandang. Disitulah mulai dipersiapkan rentjana untuk merebut kembah Tapak Tuan. Pada tanggal 1 Oktober 1953 djam 17.00 Komandan K . D . M . Letnan Hasan Samosir mengadakan rapat dengan pedjaibat2 sipil dan diambil keputusan untuk menjerang pemberontak jang berada di Kluet Utara. Kemudian dengan mendapat bantuan dari hampir seluruh penduduk Bakongan dan Kandang pada tanggal 2 Oktober 1953 djam 03.00 dimulailah penjerangan ke Kluet Utara. Serangan jang dilakukan dengan kerdjasama dengan Rakjat ini berhasil memukul-rnundur pemberontak dari tempat itu. Kemudian pasukan Letnan Hasan Samosir bersamasama Rakjat memperbaiki djemlbatan Krueng Bateë, jang telah dirusakkan oleh kaum pemberontak. Keesokan harinja, pada tanggal 3 Oktober 1953 disusun kembali kekuatan untuk merebut Tapak Tuan, tetapi ternjata setelah diadakan penjerbuan, kota Tapak Tuan telah ditinggalkan oleh pemberontak. Dapatlah dikatakan, bahwa selama Tapak Tuan diduduki oleh kaum pemiberontak tidak per nah bendera apa jang dinamakan "Darul Islam" dapat dikibarkan, karena penduduk telah ber-siap2 untuk memberikan perlawanan apabila pemberontak berani menaikkan bendera itu. Kota Sigli dan Lho' Seumawe masing sebagai ibukota Kabupaten Atjeh Pidië dan Atjeh Utara djuga mengalami serangan hebat pemberontak, baik dari djurusan laut, 2
4
maupun dari djurusan darat. Tetapi berkat ketabahan dan keberanian dari kesatuan2 A B R I setempat, terutama anggota2 Kepolisian, serangan2 ini dapat digagalkan. Kepala Polisi Kabupaten, Sastrowardojo dari Sigli dan Daniël Hamongan dari Lho' Seumawe telah Ibertekad bulat untuk mempertahankan kedudukan kota ini hingga titik darah jang penghabisan. Pertempuran jang berlangsung selama beberapa hari dan menelan korban jang sangat banjak ini berachir dengan mundurnja fihak pemberontak. Djuga kota Bireuën di Atjeh Utara mengalami serangan, tetapi tidak sampai dikuasai oleh pemiberonak. Kota Meureudu di Atjeh Pidië dapat dikuasai oleh kaum pemberontak. Hal ini disebabkan karjsna tindakan pengchianatan Hasan Saleh (ex Kapten TNI) jang telah meninggalkan kesatuannja di Sidikalang dan menggabungkan diri dengan kaum pemberontak. Para pemberontak menjerang Meureudu dengan perlengkapan persendjataan jang dilarikan oleh Hasan Saleh. Meskipun mendapat serangan kaum pemberontak jang djumlahnja lebih Ibesar, namun kesatuan A B R I tetap mengadakan perlawanan dengan gigih dibawah pimpinan Surojo. Achirnja karena kehabisan amunisi mereka terpaksa meninggalkan kota dan menjingkir dengan menjusur pantai laut kearah selatan. Tetapi malang bagi mereka, karena mereka kepergok pemberontak dan ditawan. Surojo digunakan oleh pemberontak sebagai instruktur, tetapi kemudian ia dapat meloloskan diri dan melaporkan diri kepada fihak Kepolisian di Sumatera Utara. Kota Takengon, ibukota Atjeh Tengah ternjata kota jang terhebat mengalami serangan kaum pemberontak. Kesatuan Polisi dibawah A K P Mohamad Jusuf beserta pegawai2 Pamongpradja telah melakukan perlawanan jang gigih. Kemudian karena kehabisan peluru mereka terpaksa mengundurkan diri ke Bireuën. Bupati Mohamad Husin ditawan atas tuduhan memihak pemberontak, sebagai gantinja diangkat patih H . Sitompul, jang ditugaskan sebagai acting Bupati/Kepala Daerah Kabupaten Atjeh Tengah dengan tempat kedudukan Bireuën. 2
5
Takengon dikuasai pemberontak selama l.k. 2 bulan. Kota Langsa, Peureulak mengalami djuga serangan pemberontak. Para pedjabat setempat pada waktu itu sedang berada di Medan, menghadiri P O N ke III. Pada tanggal 20 September 1953 djam 02.00 malam " T H " berhasil meir duduki Peureulak dan mengibarkan bendera merah Bulan Bintang. Malam itu djuga dilakukan perlutjutan sendjata terhadap Polisi sub-wilajah Peureulak oleh fihak pemberontak, bersama dengan Asisten Wedana A . R . Hasan jang telah memihak kepada pemberontak. Demikian djuga dikota Idi dilakukan hal jang sama oleh lnspektur Polisi Aminuddin A l i jang djuga telah memihak pemberontak. Berita tentang penjerbuan ini diterima di Langsa pada tanggal 20 September 1953 djam 9.00. Para anggota Polisi di Langsa telah menentukan sikap, bahwa mereka akan memberikan perlawanan terhadap kaum pemberontak, apabila mereka diserang. Pada tanggal 21 September 1953 kira2 djam 4.30 pagi dalam djumlah beribu-ribu pemberontak menjerbu markas C P M dan asrama B R I M O B di Langsa. Terdjadilah tembak-menembak hingga djam 9.00 lebih. Tembak-menembak itu berachir setelah fihak pemberontak mengundurkan diri dengan keadaan kotjar-katjir dan meninggalkan beberapa orang korfban. Bantuan didatangkan kemudian dari Medan. Untuk mendjaga segala kemungkinan maka diadakan djam malam mulai djam 18.00 hingga djam 06.00. buka kembali. Tanggal 23 September 1953 diadakan pembersihan dikota Langsa dan Simpang. Pada tanggal itu djuga A B R I berhasil membebaskan kota Bajeun dari tangan pemberontak. Korban difihak pemberontak 21 orang tewas. Keesokan harinja pada tanggal 24 September 1953 A B R I dapat membebaskan kota Peureulak dari tangan pemberontak dengan tidak ada korban jang djatuh. Tanggal 25 September 1953 kota Idi berhasil djuga dibebaskan. Dalam waktu seminggu kekuasaan kaum pemberontak dari Langkat Tamiang ke Idi dan Darul A m a n telah djatuh kemlbali ketangan A B R I . K a u m pemberontak masih djuga melakukan 6
aktivilasnja disana-sini seperti: penggarongan, pentjulikan dsb., tetapi kebanjakan terdjadi disebelah Barat dan Selaan Darul Aman. Djulo' dan Simpang Ulim merupakan sarang pemberontak jang terkuat. Dalam usahanja untuk melumpuhkan kedua sarang pemberontak itu, kedua tempat itu diisolir oleh A B R I , sehingga usaha- infiltrasi kaum pemberontak tidak menghasilkan sesuatu. Adapun pendudukan kembali kota Peureulak oleh A B R I terdjadi pada tanggal 23 September 1953, l.k. djam 17.00, ialah oleh kesatuan Kompi 103, dibawah pimpinan Kajpten Manaf dan B R I M O B jang dipimpin oleh Komisaris R . Jusuf. Pasukan A B R I memasuki kota tanpa menemui perlawanan, karena kira2 20 km sebelum pasukan kita memasuki kota Peureulak kaum pemberontak telah melarikan diri. y 2
B A B
III
O F E N S I F S A P T A M A R G A O L E H ABRI.
Bantuan Militer didatangkan dari Sumatera Tengah dan Utara. K o t a Seulimeum jang dikuasai pemberontak pada tanggal 24 September 1953. delapan hari kemudian dapat direbut kembali oleh kesatuan A B R I dari Angkatan Darat dan Kepolisian dibawah pimpinan Kapten Sitorus. Kota Bajeun, Idi dan Peureulak dalam waktu singkat dapat dibebaskan, ber-turut2 pada tanggal 23, 24 dan 25 September 1953. 2
K o t a Tapak Tuan direbut kembali pada tanggal 3 Oktober 1953. Dalam pembebasan ini A B R I bekerdja-sama erat dengan Rakjat. Kota Meureudu direbut kembali setelah dilakukan serangan2 dari darat, laut dan udara. Para pemberontak menjingkir ke-gunung2 disekitar kota t e r sebut. Perebutan kembali kota Takengon merupakan saat jang paling lama, djika dibandingkan dengan kota2 lainnja. Perebutan kembali itu dilakukan oleh dua kesatuan, masing dipimpin oleh Let.Kol. (sekarang Major Djendral) Ibrahim Adji, jang bergerak dari Blangkedjeren, melalui 2
7
djalan Uwak, menudju Takengon ; satu pasukan lagi, dibawah pimpinan Kapten Sitorus, jang bergerak dari kota Bireuën, melalui djalan jang menudju Takengon, melewati terrvpat2 : Blangrakal, Lampahan dan Redelong. Dalam hal ini tidak dapat dilupakan djasa Bupati M u d a Sedang, Kepala pemerintahan Atjeh Tengah jang berkedudukan di Bireuën. Beliau telah mengusahakan, agar pendudukan wilajah Takengon oleh A B R I tidak banjak menumpahkan darah. Beliau mengirimkan bdberapa kurir dan orang jang dipertjajai untuk mengadakan kampanje "berbisik" agar tenaga kaum pemberontak mendjadi kotjar katjir dan agar perlawanan terhadap A B R I tidak terdjadi. Dalam hal ini beliau selalu bertukar pikiran dengan K M D . BI.B.Roi.I Kapten N.H..Sitorus, supaja gerakan A B R I diarahkan ke Takengon. Rentjana mengirimkan kurir jang resmi ke Takengon itu mendapat persetudjuan K M D , B I . B.Roi.I. untuk menemui Kepala2 pemberontak, supaja mereka menjerah kepada A B R I . Tetapi ternjata 3 orang kurir jang dikirimkan tidak pernah kembali lagi. 2
Pada tanggal 18 Nopemiber 1953 djam 18.00 W . S . U . A B R I mulai bergerak dibawah komando Kapten N . H . Sitorus, dimana ikut djuga Bupati M u d a Sedang. Pada malam harinja mereka menginap di Tepin Wane. Keesokan harinja pada tanggal 19 Nopember 1953 djam 8.00 W . S . U . rombongan menudju ke Blang Rakal. D i k m 28 mereka terpaksa berhenti, karena djalan telah dihantjurkan oleh kaum pemberontak. Tetapi berkat aktivitas pasukan zeni pionir, dalam tempo 3 djam, djalan dapat dibetulkan dengan baik. Dalam perdjalanan selandjutnja tidak mengalami kontak sendjata dengan kaum pemberontak, ketjuali di k m 32 ditemukan bekas pos tempat pemberontak. Rombongan terus menudju ke Blangrakal. Disini mendapat keterangan dari rakjat, bahwa pemberontak Saleh Adry dengan pengjkut nja berada didaerah Blangrakal dan baru sadja mereka melarikan diri setelah mereka mendengar kesatuan2 A B R I datang. Oleh kesatuan2 kita kemudian diadakan tembakan2 disekitar daerah Blangrakal. untuk mengadakan pembersihan. 2
8
Rombongan ini kemudian menudju kerimba raja dan bermalam disitu tanpa mendapat gangguan apa . Keesokan harinja Kepala Daerah Kabupaten Atjeh Tengah membuat maklumat kepada penduduk, agar mereka kembali kerumah mereka masing2. Dinjatakan pula, bahwa kedatangan A B R I jalah untuk melindungi Rakjat terhadap kaum pemberontak. Pada tanggal 20 Nqpember 1953 djam 9.00 W.S.U. kesatuan2 A B R I menudju Lampahan dan beristirahat sebentar di Ronga . Disitu pada malam tanggal 20 Noperrr ber 1953 pemberontak meiepaskan tembakan2, jang kemudian dibalas oleh kesatuan kita. Achhnja kaum pemberontak melarikan diri dengan kotjar-katjir. Keesokan harinja rombongan menudju ke Simpang Lajan dan mendapat sambutan hangat dari penduduk setempat. Demikianlah setelah dua bulan lamanja daerah L a m pahan dikuasai oleh kaum pemberontak, dibebaskan kembali dengan datangnja A B R I kita itu. Karena bergembira, penduduk mengibarkan bendera sang saka Merah Putih. Ditempat itu kesatuan2 kita beristirahat 3 malam, jang lalu bertemu dengan rombongan Panglima T.T.I. Kolonel M . Simbolon. Kemudian Kapten N . H . Sitorus terus bergerak menudju ke Teritit, tempat terachir operasi dari B I . B . Roi.I JTl/Bukit Barisan. s landjutnja bersama-sama dengan rombongan Panglima T T I pada tgl. 24 Nopmb. 1953 djam 7.00 mereka menudju ke Takengon. Pada djam 8.30 W . S . U . mereka memasuki kota dan disambut oleh K m d . Res II Gadjah. Let.Kol. Ibrahim Adjie. Kedatangan merekapun disambut djuga oleh segenap penduduk. Dalam waktu dua hari setelah pendudukan kota itu l.k. 90% dari para pegawai telah mendaftarkan kembali dan tak satupun insiden jang terdjadi antara A B R I dengan Rakjat. Para anggota A B R I bergaul dengan penduduk setempat se-olah mereka berada dikampung halaman sendiri. H a l ini menjebabkan hilangnja ketakutan dan ketjemasan jang semula ada dalam hati penduduk. Kota terachir, jaitu Geumpang djatuh kembali ketangan kita pada tanggal 29 Nopember 1953. Dengan djatuhnja 2
2
2
e
2
9
Geumpang dapatlah dikatakan, bahwa potensi militer kaum pemberontak telah patah. Kesatuan mereka telah berada dalam kepanikan. terpetjafrbelah. Persatuan pimpinan telah lenjap, tetapi hal ini bukan berarti, bahwa kesatuan A B R I telah dapat ditarik dari Atjeh. Dalam suasana baru ini diperlukan lebih banjak kesatuan A B R I , disebabkan tugas jang telah berubah, jaitu tugas jang semula menghadapi pertempuran besar2an, kini harus mentjegah kemungkinan terulangnja kembali perisliwa-perisüwa seperti jang sudah2 itu. Tugas utama mereka pada saat itu ialah mengadakan patroli, mentjari djedjak, mengedjar dan menangkaip pemimpin pemberontak dan pengikut nja jang telah menghilang dalam hutan-ibelukar, gunung2 dan lembah- jang sulit didatangi. Untuk melaksanakan ini maka Kabinet A l i Satsroamiajojo S.H. mengambil tindakan dengan mengirimkan satuan-satuan Angkatan Darat, Laut dan Udara. Hingga tahun 1961 tindakan kaum pemberontak hanja terbatas pada pengerusakan alat2 perhubungan, pembakaran gedung pemerintah, antjaman2, teror dan intimidasi. Diantara sa tuan- A B R I jang pernah bertugas di Atjeh jalah Bataljon 434 dari Divisi Diponegoro jang dipimpin oleh Major (sekarang Kolonel) Rustamadji Wibowo, jang bertugas didaerah Banda Atjeh, Atjeh Barat, Atjeh Besar. Meulaboh, Tapak Tuan, daerah Gajo dan Takengon. K e satuan lainnja jalah dari Bataljon 446 Divisi Diponegoro, jang bertugas didaerah Bireuën sampai dengan Sigli. Bataljon ini dipimpin oleh Major Sugiarto. 2
2
2
2
B A B
IV
P E N J E E E S A I A N D E N G A N MUSJAVVARAH.
Peristiwa pemberontakan di Atjeh ini pada dasarnja merupakan pertentangan jang sudah lama antara golongan jang berlainan ideologinja. Oleh karena itu pemerintah mentjarikan penjelesaiannja dengan djalan jang se-bidjaksana-bidjaksana mungkin. Sebagai usaha pertama kearah 2
10
ini maka dikirimkanlah misi HARD! untuk menanainkan pengertian pada fihak2 jang saling bertentangan. Sebagai kelandjutan pelaksanaan usaha ini maka pada tanggal 17 s/d 28 Desember 1962 diadakan "musjawarah" kerukuir an rakjat Atjeh", jang diadakan atas inisiatif pribadi Panglima Kolonel Mohamad Jasin, jang disokong oleh tokoh Peperda (Atjeh) dan pemerintah daerah. Musjawarah itu diadakan dengan maksud utama untuk melaksanakan keamanan. jang telah ditjapai untuk mentjiptakan suatu suasana jang menguntungkan bagi pelaksanaan pembangunan semesta. 2
Adapun keputusan musjawarah itu a.1. berkenaan dengan pelaksanaan unsur sjariat Islam/bagi pemeluknja di Atjeh jang penting bagi kelandjutan konsolidasi dan stabilisasi keamanan dan kerukunan daerah. Menurut Pang dam. I, bahwa keamanan lahir (fisik) telah ditjapai. Oleh karena itu keamanan batin (mental) perlu segera diadakan djuga. Dengan berhasilnja musjawarah kerukunan ini, maka lahir piagam kerukunan rakjat Atjeh sebagai manifestasi hasrat dan kepribadian rakjat Atjeh jang merupakan goal penjelesaian terachir mengenai keamanan didaerah ini. M a k a tibalah saatnja bagi generasi kita untuk membangun daerah Atjeh setjara besar an dalam rangka pembangunan bangsa jang besar. 2
Diputuskan djuga dalam musjawarah itu agar peristiwa jang lalu segera dilupakan. Demikianlah setelah melalui proses jang b e r l i k u dalam usaha pemulihan keamanan di Atjeh sedjak dari Kolonel Sjamaun Gaharu selaku Pang dam I dengan konsepsi prinsipiil kebidjaksanaannja, b a n r lah pada tanggal 17 Agustus 1961 Pangdam I Kolonel M . Jasin menjatakan, bahwa Atjeh dari Darulharb (katjau) mendjadi Darussalam (aman), jang meletakkan dasar kebidjaksanaan penjelesaian keamanan kepada : P E N J E L E SAIAN K E A M A N A N LAHIR-BATIN. 2
2
I I
Diantara keputusan musjawarah kerukunan rakjat Atjeh dapat disimpulkan bahwa : 1. Hukum sjari'at Agama Islam dengan sendirinja (otomatis) berlaku di Atjeh sadja. 2. Dapat ditjiptakan perundang-an bagi para pemeluk agama Islam jang dapat disesuaikan dengan Sjari'at Islam. 3. BerdasarkanPe/-«/araan Missi Hardi S.H., Pemerintah Daerah diperkenankan membentuk Perundang2an Daerah dalam lapangan keagamaan, peradatan dan pendidikan jang didalamnja diambil kebidjaksanaan berkenaan dengan unsur Sjari'at Agama Islam dengan tjatatan, bahwa tidak bertetangan dengan garis besar daripada Haluan Negara, keipentingan umum, atau peraturan perundangan jang lebih tinggi tingkatnja. 2
2
2
SUMBER : 2
1.
U S E P R A N A W I D J A J A S H , Hubungan Sistim Pertahanan dengan Sistim Pemerintahan Bagian III (Atjeh).
2.
Arsip D.O. KODAM
ATJEH
1959.
3.
M i \ S . M . A m i n , Disekitar Peristiwa berdarah di Atjeh.
4.
Kementerian Penerangan, Provinsi Sumatera Utara.
5. Wawantjara dengan Kapten Surjadi (Bekas anggota Jon 434 Divisi Diponegoro).
12
Diterbitkan oleh M E G A B O O K S T O R E dalam kerdjasama dengan PUSAT S E D J A R A H A N G K A T A N B E R S E N D J A T A S.A.B. SERI B A T J A A N PERADJURIT 1. P E R T E M P U R A N SURABAJA. 2. G E R A K A N OPERASI MILITER VI. 3. L A K S A M A N A M U D A U D A R A PROF. DR. A B D U L R A C H M A N S A L E H PELOPOR K E D O K T E R A N , R A DIO D A N P E N E R B A N G A N . 4. O P E R A S I 2 MILITER T E R H A D A P PERMESTA TAH U N 1958. 5. D J E N D E R A L URIP SUMOHARDJO PERINTIS A N G K A T A N B E R S E N D J A T A R.I. 6. G E R A K A N OPERASI MILITER VII. 7 D A R A H T E R S I M B A H DI DJAWA B A R A T . 8. K I S A H P E N U M P A S A N R.M.S. 9. P A N G L I M A BESAR SUDIRMAN. 10. B O M W A K T U KOLONIALIS B E L A N D A M E L E D A K DI M A K A S A R . 11. H A K E K A T S E D J A R A H D A N A Z A S 2 M E T O D E SEDJARAH. 12. S A P T A M A R G A B E R K U M A N D A N G DI S U M A T E R A . 13.
OPERASI2 MILITER M E N U M P A S K A H A R M U Z A KAR. dan SEDJARAH PERDJUANGAN BERSENDJATA.
NASIONAL
dibidang
Karya : Djenderal Dr. A . H . NASUTION. Kertas: Koran. Tebal : 320 halaman. Ukuran : 14 x 25 cm.
11^fft ffjll
EaA
| ^ ^ ^ |
ë22££E2£2L
P E N E R B I T & TOKO BUKTJ (Publisher & Bookstore)
Dlterbltkan dalam Kerdjaaama dengan PUSAT SEDJARAH A N G K A T A N BERSENDJATA S. A . B .
Segara 588/65 - 10000 exp.