TIDAK RAHASIA
ESSENTIAL FACT A.
PENDAHULUAN
A.1.
Latar Belakang
1.
Pada tanggal 15 Januari 2014, Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) menerima permohonan dari PT. Gunung Garuda (selanjutnya disebut ”Pemohon”)
untuk
melakukan
penyelidikan
Tindakan
Pengamanan
Perdagangan (TPP) akibat terjadinya lonjakan jumlah impor barang I dan H Section dari baja paduan lainnya (selanjutnya disebut ”Barang Yang Diselidiki”), yang menimbulkan dampak kerugian serius atau ancaman kerugian serius bagi industri Pemohon yang memproduksi Barang Yang Secara Langsung Bersaing dengan Barang Yang Diselidiki.
2.
Pemohon mengajukan permohonan untuk melakukan penyelidikan TPP terhadap Barang Yang Diselidiki, atas dasar melonjaknya impor barang tersebut secara signifikan ke Indonesia yang menyebabkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius bagi Industri Dalam Negeri (IDN). Barang yang diajukan untuk diselidiki adalah I dan H Section dari baja paduan lainnya yang secara langsung bersaing dengan barang yang diproduksi oleh Pemohon yaitu I dan H Section dari besi atau baja bukan paduan. Dengan demikian Barang Yang Diselidiki adalah I dan H Section dari baja paduan yang memiliki kandungan atau unsur kimia dalam persentase tertentu yang diatur dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia tahun 2012 (BTKI 2012). Unsur kimia dimaksud antara lain adalah boron, kromium, dan mangan, dimana I dan H Section dapat dikategorikan sebagai baja paduan apabila kandungan boron dalam baja sebesar minimum 0,0008%, atau kandungan kromium sebesar minimum 0,3%, atau kandungan mangan sebesar minimum 1,65%.
3.
Barang Yang Diselidiki tersebut dapat menggantikan barang yang diproduksi di dalam negeri karena kegunaannya sama dengan barang yang diproduksi di dalam negeri dan bersaing di pasar yang sama. Selain itu, bentuk fisik, karakteristik, jenis, dan kualitas Barang Yang Diselidiki adalah sama dengan 1
TIDAK RAHASIA
barang yang diproduksi dalam negeri. Hal yang membedakan kedua barang tersebut adalah kandungan unsur kimia didalamnya seperti yang disebutkan di atas, sehingga kedua barang tersebut memiliki nomor pos tarif yang berbeda.
4.
Setelah melakukan analisa terhadap bukti-bukti yang disampaikan dalam permohonan, KPPI menemukan adanya bukti awal yang cukup untuk memulai penyelidikan, yaitu: a. terjadinya lonjakan jumlah impor Barang Yang Diselidiki; b. terjadinya kerugian serius yang dialami Pemohon; dan c.
adanya hubungan sebab-akibat akibat terjadinya lonjakan jumlah impor Barang Yang Diselidiki dengan kerugian serius yang dialami Pemohon.
5.
Berdasarkan analisa jawaban kuesioner dan verifikasi yang dilakukan oleh KPPI, disusun laporan data utama (essential facts) hasil penyelidikan yang akan menjadi dasar keputusan akhir KPPI terhadap penyelidikan TPP atas impor barang I dan H Section dari baja paduan lainnya yang termasuk dalam Nomor HS. 7228.70.10.00 dan 7228.70.90.00 sesuai dengan BTKI 2012.
A.2.
Pengumuman dan Notifikasi
6.
Pada tanggal 12 Februari 2014, KPPI melakukan inisiasi penyelidikan dan mengumumkan mengenai dimulainya penyelidikan melalui surat kabar Koran Bisnis Indonesia, dan website Kementerian Perdagangan.
7.
Pada tanggal yang sama, KPPI menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang
dimulainya
penyelidikan
kepada
pihak-pihak
terkait
dan
menyampaikan Notifikasi Article 12.1(a) kepada Committee on Safeguards di WTO perihal dimulainya penyelidikan atas lonjakan jumlah impor barang I dan H Section dari baja paduan lainnya ke Indonesia yang merugikan Pemohon. Notifikasi Article 12.1(a) dimaksud disirkulasi oleh WTO pada tanggal 13 Februari 2014 dengan nomor dokumen G/SG/N/6/IDN/25 (Lampiran 1).
2
TIDAK RAHASIA
8.
Pada tanggal 24 Februari 2014, Pemerintah Republik Indonesia melalui PTRI di Jenewa menyampaikan corrigendum notifikasi Article 12.1(a) kepada Committee on Safeguards di WTO perihal revisi dari kesalahan penulisan uraian Barang Yang Diselidiki pada notifikasi Article 12.1(a). Corrigendum notifikasi Article 12.1(a) dimaksud disirkulasi oleh WTO pada tanggal 26 Februari
2014
dengan
nomor
dokumen
G/SG/N/6/IDN/25/Corr.1
(Lampiran 2).
9.
Pada tanggal 12 Maret 2014, KPPI menyampaikan suplemen notifikasi Article 12.1(a) kepada Committee on Safeguards di WTO perihal penyelenggaraan dengar pendapat untuk memberikan kesempatan kepada pihak-pihak terkait untuk menyampaikan tanggapannya atas dimulainya penyelidikan ini, yang akan dilakukan pada tanggal 21 Maret 2014. Suplemen notifikasi Article 12.1(a) dimaksud disirkulasi oleh WTO pada tanggal 12 Maret 2014 dengan nomor dokumen G/SG/N/6/IDN/25/Suppl.1 (Lampiran 3).
A.3.
Identitas Pemohon
10.
PT. Gunung Garuda Alamat
:
Jl. Imam Bonjol 4, Warung Bongkok, Sukadanau, Cikarang Barat, Bekasi 17520, West-Java - Indonesia
Telp./Faks.
:
021 – 8900111 Ext. 6128 / 021 – 89107711
E-mail
:
[email protected]
Website
:
www.gunungsteel.com
A.4.
Barang yang Diproduksi oleh Pemohon
11.
Pemohon memproduksi I Section dari besi atau baja bukan paduan yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstruksi, dengan tinggi atau lebar 100 mm sampai dengan 600 mm, yang termasuk dalam Nomor HS. 7216.32.00.00 dan H Section dari besi atau baja bukan paduan yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstruksi, dengan tinggi 100 mm sampai dengan 350 mm, yang termasuk dalam Nomor HS. 7216.33.00.00. Barang yang diproduksi Pemohon merupakan Barang Yang Secara Langsung Bersaing dengan 3
TIDAK RAHASIA
Barang Yang Diselidiki hal ini dapat terlihat dari bentuknya yang secara fisik sama dan juga digunakan untuk konstruksi sebagaimana diuraikan dalam Bab B.1. Perbedaan antara barang yang diproduksi Pemohon dengan Barang Yang Diselidiki adalah barang yang diproduksi oleh Pemohon merupakan I dan H Section dari besi atau baja bukan paduan, sedangkan Barang Yang Diselidiki adalah I dan H Section dari baja paduan yang memiliki kandungan atau unsur kimia dalam persentase tertentu antara lain adalah boron, kromium, dan mangan, dengan kandungan boron dalam baja sebesar minimum 0,0008%, atau kandungan kromium sebesar minimum 0,3%, atau kandungan mangan sebesar minimum 1,65%.
12.
Pemohon juga memproduksi barang lain yaitu billet, bloom, beam blank, dan angle hot-rolled.
A.5.
Proporsi Produksi Pemohon
13.
Di Indonesia hanya ada 2 produsen Baja Section yaitu PT. Gunung Garuda dan PT. Krakatau Wajatama. Total produksi Pemohon pada tahun 2013 adalah sebesar 91% dari total produksi nasional yang memproduksi Barang Yang Secara Langsung Bersaing dengan Barang Yang Diselidiki, sehingga Pemohon telah memenuhi persyaratan untuk mewakili IDN. (Tabel 1) Tabel 1: Produksi Nasional I dan H Section Satuan: %
No
Industri Dalam Negeri
Tahun 2010
2011
2012
2013
1.
Pemohon
86
88
90
91
2.
Non-Pemohon
14
12
10
9
3.
Total Produksi Nasional
100
100
100
100
Sumber: Pemohon, Non-Pemohon, dan diolah.
A.6.
Periode Penyelidikan
14.
Periode Penyelidikan adalah dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.
4
TIDAK RAHASIA
A.7.
Pihak Yang Berkepentingan
15.
Pihak Yang Berkepentingan yang memberikan tanggapan dan/atau mengikuti Dengar Pendapat adalah sebagai berikut: a. Industri Dalam Negeri Pemohon. 1) PT. Gunung Garuda. b. Industri Dalam Negeri Lainnya. 1) PT. Krakatau Wajatama. c. Asosiasi Terkait Industri Dalam Negeri: 1) Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA); dan 2) Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI). d. Negara Eksportir. 1) Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang diwakilkan Rizhao Steel Group Co.,Ltd. e. Asosiasi Eksportir. 1) China Iron and Steel Association (CISA). f. Importir: 1) PT. Sarana Steel; 2) PT. Cakung Prima Steel; 3) PT. Mitra Logam Pratama; 4) PT. Inti Roda Makmur; 5) PT. Anugerah Steel; 6) PT. Adi Sakti Steel; dan 7) PT.Citramas Heavy Industries; 8) CL PT.Chong Lik; 9) PT. Trifosa Mulia; dan 10) B&S Sunli / Liewu China. g. Instansi Terkait: 1) Direktorat
Jenderal
Basis
Industri
Manufaktur,
Kementerian
Perindustrian RI; dan 2) Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI.
5
TIDAK RAHASIA
A.8.
Prosedur
16.
Pada tanggal 15 Januari 2014, KPPI menerima permohonan dari PT. Gunung Garuda yang menyatakan mengalami kerugian serius akibat terjadinya lonjakan jumlah impor barang I dan H Section dari baja paduan lainnya yang merupakan Barang Yang Secara Langsung Bersaing di pasar dalam negeri. Setelah melakukan analisa bukti awal terhadap kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang dialami oleh Pemohon akibat lonjakan jumlah impor barang dimaksud, KPPI memutuskan untuk menerima permohonan tersebut.
17.
Pada tanggal 12 Februari 2014, sesuai dengan Pasal 73, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Anti Dumping, Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan (PP 34/2011), KPPI menetapkan untuk memulai penyelidikan TPP atas terjadinya lonjakan jumlah impor barang I dan H Section dari baja paduan lainnya yang mengakibatkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius pada Pemohon.
18.
Pada tanggal yang sama, sesuai dengan Article 12.1(a) WTO Agreement on Safeguards KPPI melakukan Pengumuman dan Notifikasi kepada Committee on Safeguards di WTO dan mengirimkan Kuesioner kepada Pemohon. Kuesioner yang berbeda juga disampaikan kepada para importir yang diketahui.
19.
Untuk memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyampaikan tanggapan dan pendapat atas dimulainya penyelidikan TPP terhadap impor barang I dan H Section dari baja paduan lainnya, sesuai Article 3.1 WTO Agreement on Safeguards KPPI menyelenggarakan Dengar Pendapat
pada
tanggal
21
Maret
2014.
Pemberitahuan
mengenai
diselenggarakannya Dengar Pendapat ini disampaikan baik melalui surat kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan
maupun
melalui
website
Kementerian Perdagangan, serta melalui Committee on Safeguards di WTO.
6
TIDAK RAHASIA
B.
PENYELIDIKAN
B.1.
Penentuan Barang Yang Secara Langsung Bersaing
B.1.1. Uraian Barang 20.
Barang yang diproduksi Pemohon adalah I Section dari besi atau baja bukan paduan yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstruksi, dengan tinggi atau lebar 100 mm sampai dengan 600 mm, yang termasuk dalam Nomor HS. 7216.32.00.00; dan H Section dari besi atau baja bukan paduan yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstruksi, dengan tinggi 100 mm sampai dengan 350 mm, yang termasuk dalam Nomor HS. 7216.33.00.00.
21.
Barang Yang Diselidiki adalah I Section dengan tinggi atau lebar 100 mm sampai dengan 600 mm, dan H Section dengan tinggi 100 mm sampai dengan 350 mm, dari baja paduan lainnya, yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, yang termasuk dalam Nomor HS.7228.70.10.00; dan I Section dengan tinggi atau lebar 100 mm sampai dengan 600 mm, dan H Section dengan tinggi 100 mm sampai dengan 350 mm, dari baja paduan lainnya, yang dikerjakan lebih lanjut selain dicanai dingin, yang termasuk dalam Nomor HS. 7228.70.90.00.
B.1.2. Bahan Baku 22.
Barang yang diproduksi oleh Pemohon dan Barang Yang Diselidiki menggunakan bahan baku yang relatif sama yaitu Billet, Bloom, dan Beam Blank, dibuat dari Scrap besi. Namun, untuk Barang yang Diselidiki ditambahkan kandungan atau unsur kimia dalam persentase tertentu yang diatur dalam BTKI 2012. Kandungan tersebut antara lain adalah boron, kromium, dan mangan.
B.1.3. Proses Produksi 23.
Proses produksi Pemohon dimulai dari proses Scrap Charging, Electric Arc Furnace dan Continuous Casting Machine, untuk merubah scrap menjadi bloom dan beam blank sesuai dengan grade yang diinginkan. Kemudian bloom dan beam blank tersebut dipanaskan melalui proses working beam 7
TIDAK RAHASIA
furnace, untuk selanjutnya di-rolling agar daktil dari hasil pemanasan sebelumnya dapat dihilangkan. Tahap selanjutnya adalah memasukkan ke dalam hot saw untuk meratakan ujung-ujung dari hasil rolling tersebut dan melakukan universal roughing dan edger stand serta universal finishing stand untuk me-rolling bloom dan beam blank untuk mendapatkan bentuk produk yang diinginkan. Kemudian, terhadap produk tersebut dilakukan pemotongan sesuai dengan ukuran dengan panjang/tinggi yang dinginkan, dan setelah dilakukan pemotongan maka tahapan selanjutnya adalah proses cooling bed untuk mendinginkan produk tersebut. Proses terakhir adalah meluruskan produk
tersebut
melalui
straightening
machine
agar
sesuai
dengan
persyaratan yang ditentukan dalam standar, untuk kemudian diperiksa di bagian quality control.
24.
Proses produksi Barang Yang Diselidiki pada dasarnya menggunakan metode yang sama dengan proses produksi Pemohon seperti yang telah diuraikan pada recital 23.
B.1.4. Standarisasi Produk 25.
Standar kualitas barang yang dihasilkan oleh Pemohon sudah sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar internasional Japan International Standard (JIS), yaitu: JIS G3101 SS400.
26.
Standar kualitas Barang Yang Diselidiki pada umumnya menggunakan standar yang sama dengan barang yang diproduksi oleh Pemohon. Namun, apabila Barang Yang Diselidiki terdapat unsur tambahan kandungan Boron (B) atau Kromium (Cr), maka standar Barang Yang Diselidiki menjadi JIS G3101 SS400B atau JIS G3101 SS400Cr.
B.1.5. Kegunaan 27.
Baik Barang Yang Diproduksi Pemohon maupun Barang Yang Diselidiki memiliki kegunaan yang sama yaitu untuk konstruksi sipil seperti High dan Low Risk Buildings, Comercial Buildings, Industrial Buildings, Jembatan dan 8
TIDAK RAHASIA
Tower. Penggunaan Barang Yang Diselidiki tersebut dapat menggantikan barang yang diproduksi Pemohon karena bersaing di pasar yang sama.
B.1.6. Penentuan Barang Yang Diselidiki sebagai Barang Yang Secara Langsung Bersaing dengan Barang Yang Diproduksi Pemohon 28.
Merujuk B.1.1 sampai B.1.5 maka Barang Yang Diselidiki adalah I dan H Section dari baja paduan lainnya yang directly competitive dengan barang yang diproduksi Pemohon.
29.
Setelah dilakukan pendalaman terhadap Barang Yang Diselidiki, dan mempertimbangkan tanggapan dari Pihak Yang Berkepentingan, maka KPPI melakukan penajaman terhadap uraian barang yang diselidiki menjadi: a. I Section dengan tinggi atau lebar 100 mm sampai dengan 600 mm, dan H Section dengan tinggi 100 mm sampai dengan 350 mm, dari baja paduan lainnya, yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, yang termasuk dalam Nomor HS. 7228.70.10.00; dan b. I Section dengan tinggi atau lebar 100 mm sampai dengan 600 mm, dan H Section dengan tinggi 100 mm sampai dengan 350 mm, dari baja paduan lainnya, selain dari I Section dan H Section dari baja paduan lainnya yang dicanai dingin, dan selain dari I Section dengan tinggi atau lebar 100 mm sampai dengan 600 mm, dan H Section dengan tinggi 100 mm sampai dengan 350 mm, dari baja paduan lainnya yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, yang termasuk dalam Nomor HS. 7228.70.90.00.
30.
Barang yang diselidiki tidak mencakup: a. Angle dari baja paduan lainnya, yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, yang termasuk dalam Nomor HS. 7228.70.10.00; b. Angle dari baja paduan lainnya, selain dari angle dari baja paduan lainnya yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, yang termasuk dalam Nomor HS. 7228.70.90.00; 9
TIDAK RAHASIA
c. Shape dari baja paduan lainnya, yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, yang termasuk dalam Nomor HS. 7228.70.10.00; d. Shape dari baja paduan lainnya, selain dari shape dari baja paduan lainnya yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, yang termasuk dalam Nomor HS. 7228.70.90.00; e. I dan H Section dari baja paduan lainnya, selain dari I Section dengan tinggi atau lebar 100 mm sampai dengan 600 mm, dan H Section dengan tinggi 100 mm sampai dengan 350 mm dan section lainnya, dari baja paduan lainnya, yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, yang termasuk dalam Nomor HS. 7228.70.10.00; dan f. I dan H Section dari baja paduan lainnya, yang dicanai dingin dan selain dari I Section dengan tinggi atau lebar 100 mm sampai dengan 600 mm, dan H Section dengan tinggi 100 mm sampai dengan 350 mm, dari baja paduan lainnya yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi, yang termasuk dalam Nomor HS. 7228.70.90.00. B.2.
Klasifikasi Uraian Barang dan Pos Tarif Barang Yang Diselidiki
31.
Klasifikasi Uraian Barang berdasarkan BTKI 2012 Tabel 2. Uraian Barang Berdasarkan BTKI 2012 Nomor HS.
Uraian Angle, shape dan section dari baja paduan lainnya, yang
7228.70.10.00 tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi. Angle, shape dan section dari baja paduan lainnya, selain 7228.70.90.00
dari angle, shape dan section dari baja paduan lainnya yang tidak dikerjakan lebih lanjut selain dicanai panas, ditarik panas atau diekstrusi.
Sumber: BTKI 2012.
10
TIDAK RAHASIA
32.
Klasifikasi Tarif Bea Masuk untuk Barang Yang Diselidiki Tabel 3. Pos Tarif Barang Yang Diselidiki Berdasarkan BTKI 2012 Satuan: Persentase (%)
Nomor HS
TARIF MFN
2010
2011
2012
2013
7,5
7,5
7,5
7,5
7228.70.10.00
AC-FTA
0
0
0
0
dan
AK-FTA
7,5
7,5
7,5
7,5
ATIGA
0
0
0
0
IJEPA
7,5
7,5
7,5
7,5
7228.70.90.00
Sumber: Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Kementerian Keuangan RI
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa, pada tahun 2010-2013 tarif bea masuk MFN untuk Barang Yang Diselidiki adalah sebesar 7,5%, untuk AC-FTA sebesar 0%, AK-FTA sebesar 7,5%, ATIGA sebesar 0%, dan IJEPA sebesar 7,5%.
B.3.
Impor
B.3.1. Impor Absolut Tabel 4: Impor Absolut HS. 7228.70.10.00 dan 7228.70.90.00 Uraian Jumlah (Ton)
Tahun 2010 20.331
Perubahan (%) Tren (%)
2011
2012
2013
104.083
348.477
395.814
412
235
14
175
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) dan diolah.
33.
Sebagaimana terlihat dalam Tabel 4, jumlah impor Barang Yang Diselidiki mengalami lonjakan secara absolut selama periode penyelidikan, dengan tren peningkatan sebesar 175%. Lonjakan jumlah impor tersebut secara signifikan terjadi pada tahun 2011, yaitu sebesar 412%, dari 20.331 ton ditahun 2010 menjadi 104.083 ton ditahun 2011. Pada tahun-tahun selanjutnya juga terjadi lonjakan jumlah impor yang signifikan yaitu sebesar 235% dan 14% secara berturut-turut. 11
TIDAK RAHASIA
B.3.2. Impor Relatif Tabel 5: Impor Relatif Barang Yang Diselidiki Uraian Volume Impor Produksi Nasional Impor Relatif terhadap Produksi Nasional Tren Impor Relatif
Satuan
Tahun 2011
2012
2013
20.331
104.083
348.477
395.814
Indeks
100
109
133
113
Indeks
100
468
1.282
1.705
Ton
2010
(%)
160
Sumber: BPS, Pemohon, dan diolah.
34.
Sebagaimana terlihat dalam Tabel 5, jumlah impor Barang Yang Diselidiki mengalami lonjakan secara relatif selama periode penyelidikan, dengan tren peningkatan sebesar 160%. Lonjakan jumlah impor tersebut secara signifikan terjadi pada tahun 2013, yaitu menjadi sebesar 1.705 poin indeks, dari sebesar 100 poin indeks pada tahun 2010.
B.3.3. Pangsa Pasar Negara Asal Impor Utama Tabel 6: Pangsa Pasar Negara Asal Impor Utama Satuan: %
Negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Singapura Jumlah
Pangsa Impor 2010
Pangsa Impor 2013
59,78
96,62
36,55
0,96
96,33
97,58
Sumber: BPS dan diolah.
35.
Berdasarkan Tabel 6 di atas, total pangsa pasar kedua negara asal impor utama pada tahun 2010 adalah sebesar 96,33% dan pada tahun 2013 pangsa pasar tersebut masih meningkat yaitu sebesar 2,48 poin menjadi 97,58%. Peningkatan pangsa terbesar adalah berasal dari RRT yang meningkat secara signifikan dari 59,78% menjadi 96,62%. Sebaliknya, pangsa pasar impor Singapura mengalami penurunan dari sebesar 36,55% menjadi 0,96%. 12
TIDAK RAHASIA
B.3.4. Pangsa Pasar Negara Asal Impor Lainnya Tabel 7: Pangsa Pasar Negara Asal Impor Lainnya Satuan: %
Negara
Pangsa Impor 2010
Pangsa Impor 2013
Korea Selatan
0,33
1,56
Malaysia
0,76
0,43
-
0,20
Taiwan
1,77
0,12
Jepang
0,25
0,05
Inggris
0,09
0,03
Turki
0,18
0,02
Thailand
0,09
0,01
Jumlah
3,47
2,42
Hongkong
Sumber: BPS dan diolah.
36.
Pada tahun 2010, pangsa pasar impor dari negara lainnya adalah sebesar 3,47%, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 2,42% atau turun sebesar 1,05 poin.
B.4.
Perkembangan Tidak Terduga
37.
Industri baja memainkan peranan penting di dunia, dimana produk hasil baja digunakan bagi banyak industri yang berkontribusi langsung kepada pembangunan.
Beberapa
pengguna
langsung
material
baja
adalah
konstruksi, manufaktur, infrastruktur, oil & gas, industri galangan kapal dan lainnya. Adapun 5 negara penghasil baja terbesar dunia yang tercatat pada World Steel Association adalah seperti terlihat dalam tabel 8 di bawah ini.
13
TIDAK RAHASIA
Tabel 8: Produksi 5 Negara Penghasil Baja Terbesar di Dunia Satuan: Ribu Ton
No.
Negara
Tahun 2010
2011
2012
2013
1.
RRT
637.400
702.000
716.500
779.000
2.
Jepang
109.600
107.600
107.200
110.600
3.
Amerika Serikat
80.500
86.400
88.700
86.900
4.
India
68.300
73.500
77.600
81.200
5.
Rusia
66.900
68.900
70.400
68.700
1.429.100
1.536.200
1.546.800
1.606.000
Produksi Dunia
Sumber: World Steel in Figures 2012-2014, World Steel Association.
38.
Pada tabel 8 di atas diketahui bahwa RRT merupakan produsen baja terbesar dunia dengan volume produksi sebesar 779 Juta Ton di tahun 2013. Sementara itu, produsen terbesar kedua yaitu Jepang dengan volume produksinya sebesar 110,6 Juta Ton. Melihat perkembangan produksi dunia dengan RRT merupakan produsen baja terbesar dengan tren yang terus meningkat sebesar 6,42%, maka RRT sangat berpotensi untuk tetap menjadi negara pemasok baja terbesar dunia dengan produksi yang terus meningkat.
Tabel 9: Persediaan Baja RRT
Sumber: My Steel; BNP Paribas.
14
TIDAK RAHASIA
Tabel 10: Kapasitas Produksi, Utilisasi Kapasitas dan Konsumsi Baja RRT
Sumber: My Steel; BNP Paribas
39.
Tingginya volume produksi baja RRT juga diiringi dengan meningkatnya persediaan baja, meningkatnya kapasitas produksi, dan menurunnya utilisasi kapasitas di negara tersebut seperti yang terlihat pada Tabel 9 dan 10 diatas. Hal ini mengakibatkan RRT mencari pasar di luar negeri untuk mengurangi persediaan baja di dalam negeri.
40.
Disaat yang bersamaan, pada tahun 2010-2013 negara pengimpor baja section terbesar mengalami pergeseran. Importasi baja section yang semula didominasi oleh beberapa negara di benua Amerika dan Eropa beralih ke beberapa negara di benua Asia yang salah satunya adalah Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada perubahan posisi negara pengimpor baja section terbesar dimana pada tahun 2010 Indonesia masih berada di posisi ke-8, dan pada tahun 2013 Indonesia sudah menempati peringkat pertama sebagai importir terbesar baja section.
Tabel 11: Negara Pengimpor Baja Section 15
TIDAK RAHASIA
(HS 7228.70) Terbesar Tahun 2010 dan 2013
Sumber: Trade Map.
41.
Konsumsi
nasional
Indonesia
untuk
baja
section
yang
mengalami
peningkatan cukup signifikan ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang cukup tinggi dan stabil, sehingga menyebabkan meningkatnya konsumsi di sektor konstruksi.
42.
Adanya peningkatan kapasitas produksi dan produksi yang sangat tinggi di RRT, namun tidak sebanding dengan peningkatan kebutuhan baja RRT menyebabkan RRT perlu mencari pasar ke luar negeri antara lain ke Indonesia, sehingga terjadi peningkatan ekspor ke Indonesia dalam jumlah yang besar, dimana hal ini tidak dapat diduga sebelumnya, menyebabkan terjadinya lonjakan volume impor baja section di Indonesia sebagaimana terlihat dalam Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12: Volume Impor Indonesia dari Dunia dan dari RRT, dan Pangsa Impor dari RRT untuk HS. 7228.70.10.00 dan 7228.70.90.00
No.
Deskripsi
1.
Volume Impor Indonesia dari Dunia Volume impor Indonesia dari RRT Pangsa Impor dari RRT
2. 3.
Satuan
2010
2011
2012
2013
Ton
20.331
104.083
348.477
395.814
Ton
12.153
62.663
330.025
382.424
59,8
60,2
94,7
96,6
%
Sumber: BPS.
16
TIDAK RAHASIA
B.5.
Kinerja Pemohon Tabel 13: Konsumsi Nasional, Volume Impor, dan Pangsa Pasar
No.
Uraian
Satuan
1.
Konsumsi Nasional
2.
Volume Impor
3.
Pangsa Pasar Pemohon
4. 5.
Tahun 2011 2012
2010
Indeks
2013
Tren (%)
100
124
169
167
20
20.331
104.083
348.477
395.814
175
Indeks
100
95
77
71
(12)
Pangsa Pasar Non-Pemohon
Indeks
100
73
57
40
(26)
Pangsa Pasar Impor
Indeks
100
129
190
218
31
Ton
Sumber: BPS, Pemohon, dan diolah.
43.
Selama periode penyelidikan, konsumsi nasional I dan H Section mengalami tren peningkatan sebesar 20%. Peningkatan konsumsi nasional tersebut secara signifikan terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 45 poin indeks walaupun pada tahun 2013 mengalami sedikit penurunan sebesar 2 poin indeks jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dilain pihak, impor Barang Yang Diselidiki mengalami peningkatan dengan tren sebesar 175% selama periode penyelidikan, yang berarti peningkatan impor Barang Yang Diselidiki jauh lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan konsumsi nasional. Dalam periode yang sama pangsa pasar impor I dan H Section meningkat dengan tren sebesar 31%, sedangkan pangsa pasar Pemohon mengalami penurunan dengan tren sebesar 12%, demikan juga pangsa pasar non-Pemohon mengalami penurunan dengan tren sebesar 26%. Hal ini menunjukkan
bahwa
peningkatan
konsumsi
nasional
tidak
dapat
dimanfaatkan oleh IDN untuk meningkatkan penjualannya. Tabel 14: Produksi, Penjualan Domestik, dan Pangsa Pasar Pemohon Satuan: Indeks
Tahun
1.
Konsumsi Nasional
2010 100
2011 124
2012 169
2013 167
Tren (%) 20
2.
Produksi
100
111
138
120
8
3.
Penjualan Domestik
100
118
131
118
6
4.
Pangsa Pasar Pemohon
100
95
77
71
(12)
No.
Uraian
Sumber: Hasil verifikasi.
17
TIDAK RAHASIA
44.
Sebagaimana terlihat pada Tabel 14, peningkatan produksi selama periode penyelidikan dilakukan sejalan dengan upaya Pemohon untuk meningkatkan penjualan domestik dikarenakan adanya peningkatan konsumsi nasional. Dalam periode yang sama, penjualan domestik mengalami peningkatan dengan tren sebesar 6%, namun pangsa pasar Pemohon justru mengalami penurunan dengan tren sebesar 12%. Hal ini disebabkan karena peningkatan konsumsi nasional lebih banyak diisi oleh barang impor. Tabel 15: Laba/Rugi Satuan: Indeks
Uraian Laba/Rugi
Tahun 2010
2011
2012
2013
(100)
234
356
(383)
Sumber: Hasil verifikasi.
45.
Sebagaimana terlihat pada Tabel 15, Pemohon mengalami kerugian terbesar yang terjadi pada tahun 2013 yaitu (383) poin indeks, karena Pemohon terpaksa menjual dibawah biaya produksi agar dapat bersaing dengan harga impor. Tabel 16: Harga Jual Pemohon, Biaya Produksi Dan Harga Jual Impor Satuan: Indeks
No.
Uraian
1.
Tahun
Tren (%)
2010
2011
2012
2013
Harga Jual Pemohon
100
119
121
111
3
2.
Biaya Produksi
99
112
111
115
4
3.
Harga Jual Impor
116
112
94
101
(6)
Sumber: Hasil verifikasi.
46.
Berdasarkan Tabel 16, selama periode penyelidikan harga jual Pemohon terus mengalami peningkatan dengan tren sebesar 3% dikarenakan adanya peningkatan biaya produksi dengan tren sebesar 4%. Di saat yang bersamaan, harga jual impor mengalami penurunan dengan tren sebesar 6%. Walaupun harga jual Pemohon lebih tinggi dari harga jual impor tahun 2013,
18
TIDAK RAHASIA
namun Pemohon terpaksa menjual barangnya dibawah biaya produksi karena adanya tekanan harga impor yang jauh lebih murah. Tabel 17: Tenaga Kerja, Produktivitas, dan Produktivitas Yang Diharapkan Satuan: Indeks
No.
Uraian
Tahun
Tren
2010
2011
2012
2013
(%)
1.
Tenaga Kerja
100
108
138
102
3
2.
Produktivitas
100
103
100
118
5
3.
Produktivitas yang Diharapkan
106
111
99
153
11
Sumber: Hasil verifikasi.
47.
Akibat adanya kerugian yang sangat besar di tahun 2013 tersebut, Pemohon melakukan efisiensi dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja sebesar 36 poin indeks dari tahun sebelumnya sebagaimana terlihat pada Tabel 17. Pengurangan tenaga kerja di tahun 2013 ini menyebabkan peningkatan produktivitas sebesar 18 poin indeks dari 100 poin indeks di tahun 2012 menjadi 118 poin indeks di tahun 2013, namun angka produktivitas di tahun 2013 ini masih jauh dari angka target produktivitas yang diharapkan yaitu sebesar 153 poin indeks. Tabel 18: Persediaan, Produksi, dan Pangsa Pasar Satuan: Indeks
No.
Uraian
Tahun
Tren
2010
2011
2012
2013
(%)
1.
Persediaan
100
61
168
201
36
2.
Produksi
100
111
138
120
8
3.
Pangsa Pasar Pemohon
100
95
77
71
4.
Pangsa Pasar Impor
100
129
190
218
(12)
31
Sumber: Hasil verifikasi.
48.
Sebagaimana terlihat pada Tabel 18, persediaan Pemohon mengalami tren peningkatan sebesar 36% selama periode penyelidikan. Meningkatnya persediaan tersebut sebagai akibat dari hasil proses produksi yang tidak
19
TIDAK RAHASIA
dapat terjual seluruhnya, akibat tergerusnya pangsa pasar Pemohon oleh pangsa pasar impor.
Tabel 19: Kapasitas Terpasang, Utilisasi Kapasitas, Target Utilisasi Kapasitas Satuan: Indeks
No.
Uraian
Tahun
Tren
2010
2011
2012
2013
(%)
1.
Kapasitas Terpasang
100
100
100
100
-
2.
Target Produksi
100
113
129
148
14
3.
Produksi
100
111
138
120
8
4.
Utilisasi Kapasitas
100
111
139
121
8
Sumber: Hasil verifikasi.
49.
Sebagaimana terlihat pada Tabel 19, selama periode penyelidikan tidak ada penambahan kapasitas terpasang yang dilakukan oleh Pemohon. Produksi selama 2010 sampai 2012 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2013 menurun sebesar 18 poin indeks jika dibandingkan tahun sebelumnya. Target produksi yang ditetapkan Pemohon tidak pernah dapat dicapai kecuali pada tahun 2012. Hal ini disebabkan karena biaya produksi pada tahun tersebut mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2012 target produksi dapat dilampaui karena terjadi penurunan biaya produksi. Di lain pihak, harga jual impor selama tahun periode penyelidikan mengalami penurunan dengan tren sebesar 6%, bahkan pada tahun 2012 dan 2013 harga jual impor berada dibawah biaya produksi, sehingga pada tahun 2013 Pemohon terpaksa melakukan penyesuaian harga dengan menjual dibawah biaya produksi yang pada akhirnya menyebabkan kerugian. Apabila dilihat secara keseluruhan, produksi Pemohon mengalami peningkatan dengan tren sebesar 8%, namun demikian
peningkatan tersebut
masih
tidak
dapat
memenuhi
target
produksinya kecuali pada tahun 2012.
20
TIDAK RAHASIA
B.6.
Dampak Harga
B.6.1. Price Undercutting Tabel 20: Price Undercutting Satuan: Indeks
No
Tahun
Uraian
2010
2011
2012
2013
1.
Harga Impor
100
97
81
87
2.
Harga Jual Pemohon
86
103
104
96
3.
Price Undercutting
14
(6)
(23)
(9)
Sumber: BPS, Pemohon, dan diolah.
50.
Pada tahun 2011-2013 harga jual impor selalu berada di bawah harga jual Pemohon. Walaupun harga impor terus mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2010 hingga 2013 dengan tren sebesar 6%, namun harga impor masih berada jauh di bawah harga jual Pemohon, kecuali pada tahun 2010. Selama periode 2011-2013 terjadi Price Undercutting yang cukup besar
dan
yang
terbesar
terjadi
pada
tahun
2012
yaitu
sebesar
(23) indeks poin dan pada tahun 2013 terjadi Price Undercutting sebesar (9) indeks poin.
B.6.2. Price Depression Tabel 21: Price Depression Satuan: Indeks
No
Uraian
1.
Harga Jual Pemohon
2.
Price Depression
Tahun 2010
2011
2012
2013
86
103
104
96
17
1
(8)
Sumber: Pemohon, dan diolah.
51.
Pada tahun 2013 harga Pemohon mengalami tekanan dari harga impor sehingga harga jualnya menurun sebesar 8 poin indeks, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pemohon mengalami Price Depression pada tahun tersebut. 21
TIDAK RAHASIA
B.7.
Faktor Lain
52.
Selain faktor-faktor kerugian diatas, KPPI juga menganalisa apakah ada faktor lain yang menyebabkan kerugian Pemohon selain oleh lonjakan impor, yaitu sebagai berikut: a. Dampak penjualan ekspor Dari hasil verifikasi terhadap Pemohon diketahui bahwa Pemohon juga melakukan
penjualan
ekspor
selama
periode
tahun
2010-2013,
sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 22: Penjualan Domestik, dan Penjualan Ekspor Satuan: %
No.
Uraian
Tahun 2010
2011
2012
2013
1.
Penjualan Domestik
96
94
99
99
2.
Penjualan Ekspor
4
6
1
1
3.
Total Penjualan
100
100
100
100
Sumber: Hasil verifikasi.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa meskipun penjualan ekspor menurun selama periode tahun 2012-2013, disaat yang sama penjualan domestik juga menurun, namun pangsa penjualan ekspor Pemohon tidak besar, hanya sekitar 1% dari total penjualan selama tahun tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kerugian yang dialami Pemohon pada tahun 2013 bukan disebabkan oleh menurunnya penjualan ekspor, oleh karena peran ekspor yang kecil. b. Dampak Persaingan dengan IDN Non-Pemohon Tabel 23: Pangsa Impor, Pangsa Pemohon, Pangsa Non-Pemohon Satuan: Indeks
No.
Uraian
Tahun 2010
2011
2012
2013
100
129
190
218
2.
Pangsa Impor Paduan dan Non Paduan Pangsa Pemohon
100
95
77
71
3.
Pangsa Non-Pemohon
100
73
57
40
1.
Sumber: BPS, Pemohon, Non-Pemohon, dan diolah.
22
TIDAK RAHASIA
Dari Tabel 23 di atas, terlihat jelas bahwa Pangsa Pemohon dan NonPemohon keduanya mengalami penurunan, sedangkan pangsa impor terus mengalami peningkatan selama periode penyelidikan. Tergerusnya pangsa IDN (Pemohon dan Non-Pemohon) oleh pangsa impor ini membuktikan bahwa tidak ada persaingan antara Pemohon dengan NonPemohon. c. Kualitas Pemohon memproduksi Barang Yang Secara Langsung Bersaing dengan Barang Yang Diselidiki sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Japan International Standard (JIS). Dengan demikian, produk dalam negeri dapat dikatakan mampu bersaing dengan produk impor dalam segi kualitas, karena sudah sesuai dengan standar yang diakui secara nasional dan internasional. 53.
Dari hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada faktor lain yang menyebabkan kerugian serius Pemohon selain dari melonjaknya impor Barang Yang Diselidiki.
C.
HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT
54.
Berdasarkan penjelasan pada B.3 sampai dengan B.6, tebukti bahwa terjadinya lonjakan impor mengakibatkan kerugian serius bagi Pemohon: a. Berdasarkan penjelasan pada B.3, telah terbukti adanya lonjakan jumlah impor Barang Yang Diselidiki baik secara absolut maupun relatif selama periode penyelidikan. b. Selama periode penyelidikan terjadi peningkatan konsumsi nasional, namun peningkatan tersebut tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh Pemohon karena terjadinya lonjakan jumlah impor Barang Yang Diselidiki. c. Sebagai dampak dari adanya lonjakan jumlah impor Barang Yang Diselidiki
menyebabkan
menurunnya
penjualan
domestik
yang
mengakibatkan produksi juga mengalami penurunan dan peningkatan persediaan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan pangsa Pemohon terhadap konsumsi nasional.
23
TIDAK RAHASIA
d. Penurunan penjualan domestik dan penurunan pangsa Pemohon menyebabkan Pemohon mengalami kerugian finansial yang cukup signifikan di tahun 2013 sehingga memaksa Pemohon untuk mengurangi jumlah tenaga kerjanya sebagaimana telah diuraikan pada B.6. e. Terjadi Price Undercutting dan Price Depression yang dialami oleh Pemohon sebagai akibat terjadinya lonjakan volume impor Barang Yang Diselidiki.
55.
Sehubungan dengan recital 54 dan bab B.7 di atas, KPPI membuktikan bahwa lonjakan jumlah impor Barang Yang Diselidiki merupakan penyebab utama kerugian serius yang dialami oleh Pemohon dan bukan diakibatkan oleh faktor lain.
24