TIGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA DA TIGKAT KEMAFAATA PROGRAM (KASUS DI KARAWAG ITERATIOAL IDUSTRIAL CITY)
UIK ARIAI WIJAYATI
DEPARTEME SAIS KOMUIKASI DA PEGEMBAGA MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MAUSIA ISTITUT PERTAIA BOGOR 2011
ii
ABSTRACT
UIK ARIAI WIJAYATI. THE PARTICIPATION LEVEL OF PARTICIPANTS ON DESA TELAGA CSR PROGRAM AND THE BENEFIT LEVEL OF PROGRAM (A CASE IN KARAWANG INTERNATIONAL INDUSTRIAL CITY). (Supervised by TITIK SUMARTI). The objectives of this study are to analyse the perception of corporate and participants of program and its relation to the participation level, the social economic condition and its relation to the participation level, the participation level and its relation to the benefit level of corporate and participants of programs, and the benefit level of corporate and participants of programs. The research was conducted in Karawang International Industrial City and five villages, Sukaluyu, Wadas, Margakaya, Sirnabaya, and Puserjaya. The research applied quantitative approach supported by qualitative approach. The quantitative data were collected using survey method on 30 participants of Desa Telaga CSR Program. The respondents were selected by purposive method. On the other hand the qualitative information was collected with interview. Keywords: participation level, Corporate Social Responsibility, KIIC
iii
RINGKASAN UIK ARIAI WIJAYATI. TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA DAN TINGKAT KEMANFAATAN PROGRAM (KASUS DI KARAWA+G I+TER+ATIO+AL I+DUSTRIAL CITY). (Di bawah Bimbingan TITIK SUMARTI) Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep tentang nilai dan standar yang dilakukan berkaitan dengan beroperasinya perusahaan. CSR diartikan sebagai komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa cara pandang terhadap implementasi program CSR Karawang International Industrial City (KIIC), kondisi sosial ekonomi peserta (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga), tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga, serta manfaat yang diperoleh perusahaan dan peserta setelah program CSR Desa Telaga terlaksana. Selain itu juga menganalisa hubungan antara cara pandang peserta dengan tingkat partisipasi, hubungan kondisi sosial ekonomi dengan tingkat partisipasi, dan hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat. KIIC melakukan kerjasama dengan Fakultas Sejarah Universitas Indonesia pada tahun 2000. Berdasarkan survei awal oleh UI program CSR KIIC untuk komunitas harus difokuskan untuk membantu masyarakat desa pada tiga subjek yaitu kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan. Maka KIIC bersama Asosiasi Tenants KIIC mewujudkan sebuah program CSR bersama yang disebut Desa Telaga. Desa Telaga merupakan sebuah workshop untuk program-program pengembangan ekonomi berbasis pertanian dan pelestarian lingkungan untuk masyarakat sekitar dan karyawan perusahaan. Subyek penelitian ini terdiri dari informan dan responden. Informan dalam penelitian ini adalah pihak KIIC yaitu fasilitator dan tim leader CSR KIIC. Sementara itu, responden dalam penelitian merupakan populasi, yaitu 30 orang dengan rincian 25 orang peserta program pelatihan Budidaya Lele CSR Desa Telaga di lima desa (Desa Sukaluyu, Desa Wadas, Desa Margakaya, Desa Sirnabaya, dan Desa Puserjaya), dan lima orang peserta yang menjadi petani di kawasan Desa Telaga. Uji Korelasi Rank Spearman dan tabulasi silang digunakan untuk melihat hubungan antara cara pandang, kondisi sosial ekonomi, tingkat partisipasi, dan tingkat manfaat program. Cara pandang perusahaan terhadap partisipasi dapat digolongkan sebagai internal driven. Demikian pula cara pandang peserta terhadap program CSR KIIC tergolong tinggi sebesar 66,67 persen. Sebagian besar peserta berusia muda produktif sebesar 80 persen. Tingkat pendidikan tergolong rendah sebesar 66,67 persen. Tingkat pendapatan rendah (80%). Dengan jumlah beban keluarga kecil sebesar 66,67 persen. Tingkat partisipasi peserta memiliki kategori rendah yaitu sebesar 70 persen. Berdasarkan tingkat partisipasi Arnstein dapat dikategorikan tokenisme dan pemberitahuan. Cara pandang peserta memiliki hubungan
iv
signifikan positif terhadap tingkat partisipasi. Kondisi sosial ekonomi peserta yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat partisipasi hanya usia dan tingkat pendidikan. Terdapat kecenderungan negatif antara usia dan tingkat partisipasi. Di lain pihak terdapat kecenderungan positif antara tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi. Manfaat yang diperoleh perusahaan setelah melaksanakan program CSR Desa Telaga dinilai tinggi sebesar 66,67 persen. Sementara manfaat yang diperoleh peserta masih tergolong rendah sebesar 53,33 persen. Terdapat hubungan yang nyata atau signifikan antara tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat yang diterima perusahaan dan peserta. Terdapat kecenderungan positif antara tingkat partisipasi dan tingkat manfaat program bagi perusahaan dan peserta.
TIGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA DA TIGKAT KEMAFAATA PROGRAM (KASUS DI KARAWAG ITERATIOAL IDUSTRIAL CITY)
Oleh
UIK ARIAI WIJAYATI I34050008
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEME SAIS KOMUIKASI DA PEGEMBAGA MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MAUSIA ISTITUT PERTAIA BOGOR 2011
vi
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama
:
Nunik Ariani Wijayanti
NRP
:
I34050008
Judul Skripsi :
Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga dan Tingkat
Kemanfaatan
Program
(Kasus
Di
Karawang
International Industrial City) dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Titik Sumarti, MS NIP. 19610927 198601 2 001
Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP 19550630 198103 1 003
Tanggal Pengesahan:
vii
PERYATAA
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA DAN TINGKAT
KEMANFAATAN
PROGRAM
(KASUS
DI
KARAWANG
INTERNATIONAL INDUSTRIAL CITY)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, 25 Januari 2011
Nunik Ariani Wijayanti I34050008
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kendal pada tanggal 18 September 1987. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Muhadi dan Sri Narti. Pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penulis adalah sebagai berikut: TK Tunas Baru (1992-1993) di Brangsong-Kendal; SDN 1 Rejosari (1993-1999), di Brangsong-Kendal; SLTPN 2 Kendal (1999-2002), di Kendal; dan SMUN 1 Kendal (2002-2005), di Kendal Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru), dan masuk di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menumpuh pendidikan S1 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dan Minor Kewirausahaan Agribisnis. Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di International Association of Students in Agricultural and Related Scieces (IAAS) LC IPB sebagai PO IAAS Zone HRD Department, dan sekretaris External Department. Aktif pula di Koperasi Mahasiswa IPB sebagai sekretaris Departemen Komunikasi, dan Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai staff divisi Sinematografi dan Fotografi. Selain itu, penulis aktif mengikuti berbagai kepanitian dan seminar internasional, nasional, regional, dan kampus. Penulis pernah menjadi tentor Bahasa Inggris bagi siswa SD dan mahasiswa TPB IPB, dan hingga sekarang penulis masih berkecimpung di dunia penerjemah.
ix
KATA PEGATAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya dalam mengerjakan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi berjudul ”Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga dan Tingkat Kemanfaatan Program (Kasus Di Karawang International Industrial City)” merupakan syarat mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Topik skripsi dipilih dengan pertimbangan semakin berkembangannya konsep dan implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia, dan kaitannya dengan bidang yang dipelajari di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji bagaimana tingkat partisipasi mempengaruhi tingkat manfaat program CSR Desa Telaga. KIIC dipilih karena merupakan sebuah kawasan dengan 69 perusahaan beroperasi di dalamnya dan meraih sertifikat ISO 9001:2000 dan ISO 14001:2004. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Titik Sumarti, MC, MS atas saran, bimbingan, dan kritikannya selama proses penulisan proposal, penelitian, dan penulisan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada KIIC dan para peserta program atas kerelaanya membagi informasi sebagai data pada penelitian. Kepada Bapak Muhadi, Ibu Sri Narti dan adik Bayu Widodo ucapan terima kasih terbesar disampaikan untuk doa dan dorongannya kepada penulis selama proses belajar ini. Juga kepada teman-teman yang tidak dapat disebut satupersatu. Hanya ucapan “hontou ni arigatou gozaimashita” yang mampu penulis sampaikan.
x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ........................................................................................ x DAFTAR TABEL ................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................ 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 6 1.4 Kegunaan Penulisan ....................................................... 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS........................................... 8 2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .............................. 8 2.1.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/ CSR .................................................................... 8 2.1.2 Cara Pandang Perusahaan Mengimplementasikan CSR .................................................................... 9 2.1.3 Tahapan Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ......................................................... 10 2.1.4 Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 11 2.2 Konsep Pengembangan Masyarakat .............................. 13 2.2.1 Pengertian Pengembangan Masyarakat ............. 13 2.2.2 Pengembangan Masyarakat sebagai Alat untuk Menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 14 2.3 Konsep Partisipasi ......................................................... 15 2.3.1 Definisi Partisipasi ........................................... 15 2.3.2 Tipe dan Tingkatan Partisipasi Masyarakat ....... 16 2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi .. 19 21 2.4 Kerangka Pemikiran ...................................................... 2.5 Hipotesis ........................................................................ 22 2.6 Definisi Operasional ....................................................... 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................... 25 3.1 Metode Penelitian .......................................................... 25 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................... 25 3.3 Teknik Penentuan Responden ....................................... 26 3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................. 27 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................... 27 BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN DAN PROFIL PROGRAM KIIC ........................................................... 29 4.1 Kondisi Geografis Kabupaten Karawang ...................... 29 4.2 Profil Kecamatan Telukjambe Timur ............................ 30 4.3 Profil KIIC (Karawang International Industrial City) .. 31 4.3.1 Sejarah KIIC ...................................................... 31 4.3.2 Profil Program CSR KIIC .................................. 32 4.4 Profil Program CSR Desa Telaga .................................. 35 BAB V CARA PANDANG TERHADAP PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPO+SIBILITY ................... 38
xi
5.1 5.2 BAB VI
Cara Pandang Perusahaan terhadap Program CSR ....... 38 Cara Pandang Peserta terhadap Program CSR .............. 39 KONDISI SOSIAL EKONOMI PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA ................................................... 41 6.1 Usia ................................................................................ 41 6.2 Tingkat Pendidikan ....................................................... 42 6.3 Tingkat Pendapatan ....................................................... 42 6.4 Jumlah Beban Keluarga ................................................ 43 BAB VII TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA, SERTA HUBUNGANNYA DENGAN CARA PANDANG PESERTA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI PESERTA .................................... 45 7.1 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan .. 45 7.2 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan .. 46 7.3 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Evaluasi ....... 47 7.4 Tingkat Partisipasi Peserta Terhadap Program CSR Desa Telaga ................................................................... 47 7.5 Hubungan Cara Pandang Peserta dan Program CSR dengan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga ................................................................... 49 7.6 Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga .............. 50 BAB VIII TINGKAT MANFAAT PROGRAM CSR DESA TELAGA BAGI PERUSAHAAN DAN MASYARAKAT, DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI ................................................................ 55 8.1 Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan ................... 55 8.2 Tingkat Manfaat Program bagi Peserta .......................... 56 8.3 Hubungan antara Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan ................................ 58 8.4 Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Manfaat Program bagi Peserta ....................................... 60 BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 62 9.1 Kesimpulan .................................................................... 62 9.2 Saran ............................................................................ 64 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 65 LAMPIRAN ........................................................................................ 67
xii
DAFTAR TABEL Nomor Halaman Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Komunitas-Perusahaan ....................... 12 Tabel 2. Delapan Tingkatan Partisipasi Masyarakat menurut Arnstein (1969) ..................................................................... 17 Tabel 3. Definisi Operasional .............................................................. 23 Tabel 4. Karakteristik Perusahaan di Kawasan Industri KIIC ............ 32 Tabel 5. Jumlah dan Presentase Cara Pandang Peserta terhadap Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 ............................... 40 Tabel 6. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden dalam Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 ............................................... 42 Tabel 7. Jumlah dan PresentaseTingkat Partisipasi Responden pada Tahap Perencanaan Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 46 Tabel 8. Jumlah dan Presentase Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Pelaksanaan Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 47 Tabel 9. Jumlah dan Presentase Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Evaluasi Program CSR Desa Telaga Tahun 2009....... 47 Tabel 10. Matriks Jumlah Responden menurut Cara Pandang Peserta dan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga Tahun 2009............................................................................. 49 Tabel 11. Matriks Jumlah Responden menurut Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga Tahun 2009............................................................................. 51 Tabel 12. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga, 2009 .............................. 52 Tabel 13. Matriks Jumlah Responden Menurut Usia dan Tingkat Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan ...................................... 53 Tabel 14. Matriks Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi .......................................................... 54 Tabel 15. Matriks Jumlah Responden Menurut Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan ........................... 58 Tabel 16. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Manfaat bagi Perusahaan ............................................................................. 59 Tabel 17. Matriks Jumlah Responden berdasarkan Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat Program bagi Peserta .......................... 60 Tabel 18. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Manfaat bagi Peserta .................................................................................. 61
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7.
Halaman Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga dan Tingkat Kemanfaatan Program ..... 22 Pemangku Kepentingan dalam Program CSR KIIC ......... 34 Alur Wewenang Implementasi Program CSR .................. 35 Distribusi Usia Responden Program CSR Desa Telaga Tahun 2009......................................................................... 41 Distribusi Pendapatan Responden Program CSR Desa Telaga Tahun 2009............................................................. 43 Distribusi Jumlah Beban Keluarga Responden Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 .......................................... 44 Tingkat Partisipasi Responden Terhadap Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 ................................................... 48
xiv
DAFTAR LAMPIRA Nomor Halaman Lampiran 1. Kuesioner ........................................................................ 67 Lampiran 2. Peta Lokasi Kawasan Desa Telaga .................................. 70 Lampiran 3. Teknik Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data ............ 71 Lampiran 4. Karakteristik Perusahaan di KIIC .................................... 73
BAB I PEDAHULUA
1.1.
Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, baik yang
terbarukan (renewable) maupun yang tidak terbarukan (non-renewable). Seluruh kekayaan alam ini merupakan kekayaan bangsa yang harus dipergunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Perusahaan diberikan Tanggung Jawab Sosial dalam rangka memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat dan sekaligus menjaga kelestarian sumberdaya alam, terutama untuk perusahaan yang bidang usahanya berkaitan dengan sumberdaya alam. Kewajiban perusahaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas LN No. 106 TLN No. 4756, Pasal 74 ayat (1): “Perseroan yang menjalankan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.” Berdasarkan Undang-Undang tersebut, selain untuk menaikkan citra, melakukan efisiensi dan menjaga keberlangsungan usahanya, terdapat beberapa perusahaan di Indonesia yang melakukan suatu kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR). CSR diartikan sebagai komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas (The World Business Council for Sustainable Development/WBCSD dalam Arisyono, 2008).
2
Perwujudan dari CSR tersebut dapat dilakukan melalui charity, kegiatankegiatan
filantropi,
Pengembangan
maupun
Masyarakat
kemitraan (community
dan
pengembangan
development)
masyarakat.
adalah
kegiatan
pembangunan komunitas yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses komunikasi guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya (Budimanta, 2002 dalam Rudito dan Famiola, 2007). Pengembangan masyarakat diyakini merupakan aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada hanya sekedar aktivitas charity (Ambadar, 2008). Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat, terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan keberlanjutan. Selain itu, menurut Ife (1995) salah satu prinsip pengembangan masyarakat atau community development adalah partisipasi. Menurut Nasdian (2003) partisipasi komunitas dalam pengembangan masyarakat merupakan suatu proses bertingkat dari pendistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar pada hidup mereka sendiri. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program CSR yang berbasis pengembangan masyarakat perlu dilakukan pendekatan komunitas yang mengoptimalkan partisipasi. Pendekatan ini bertujuan agar semua warga ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan hingga menumbuhkan kemandirian masyarakat. Partisipasi menjadi salah satu ukuran keberhasilan suatu program CSR. Setelah dilakukan penjajagan awal penelitian diperoleh informasi bahwa pada tahun 2000 pihak KIIC melakukan kerjasama dengan Fakultas Sejarah
3
Universitas Indonesia untuk memberikan gambaran keadaan masyarakat desa dan aspek yang perlu diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas sekitar. Mengacu pada rekomendasi hasil survei awal oleh Universitas Indonesia pada Agustus/September 2000, program pengembangan masyarakat/CSR KIIC untuk komunitas harus difokuskan untuk membantu masyarakat desa pada tiga subjek yaitu kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan. Kemudian KIIC bersama perusahaan-perusahaan yang ada di dalam Kawasan Industri KIIC mewujudkan sebuah program CSR bersama yang disebut Desa Telaga. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berusaha, khususnya yang berbasis pertanian (agribisnis) kepada masyarakat desa sekitar. Desa Telaga merupakan sebuah workshop untuk program-program pengembangan ekonomi berbasis pertanian dan pelestarian lingkungan untuk masyarakat sekitar dan karyawan perusahaan. Pihak KIIC menyatakan telah melakukan program pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat sendiri mengandung konsep partisipasi dan berusaha mewujudkan kemandirian. Atas dasar latar belakang di atas, peneliti ingin mengkaji program pengembangan masyarakat (community development) yang diimplementasikan oleh kawasan Industri KIIC, terutama dalam program CSR Desa Telaga, dalam arti apakah strategi pengembangan masyarakat melalui partisipasi telah diterapkan dalam implementasi program? Dan sejauh mana telah mampu memberikan manfaat baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat sekitar perusahaan? Masyarakat yang dimaksudkan di sini adalah peserta program CSR Desa Telaga. Dengan demikian penulis memberi judul penelitian ini dengan “Tingkat Partisipasi Peserta CSR Desa Telaga dan Tingkat Kemanfaatan Program (Kasus di Karawang International Industrial City).
4
1.2
Perumusan Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu upaya kepekaan atau
kepedulian dari perusahaan karena motif tertentu sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menjaga lingkungan alam sekitarnya. Melihat perkembangan CSR di Indonesia yang masih sedikit menerapkan kegiatan pengembangan masyarakat yang dapat mempertahankan keberlanjutan program dan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat maupun perusahaan, maka dibutuhkan program CSR yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut jika dikaitkan dengan strategi pemberdayaan masyarakat sebagai proses dan tujuan dalam implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, maka terdapat dua faktor input yang menentukan proses pemberdayaan. Faktor pertama adalah perusahaan sebagai aktor yang mempunyai sumberdaya yang lebih kuat atau lebih banyak daripada masyarakat sekitar. Perusahaan diharapkan dapat mentransferkan sebagian sumberdayanya kepada masyarakat sekitar agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Hal yang menentukan dalam implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan (TJSP) adalah cara pandang perusahaan terhadap TJSP/CSR. Ketika perusahaan telah memberikan sumberdayanya, kemudian muncul permasalahan baru, yaitu masyarakat menjadi tergantung terhadap sumberdaya yang telah diberikan oleh perusahaan. Masyarakat hanya menunggu pemberian dari perusahaan, mereka menjadi pasif terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan. Mereka lupa akan sumberdaya yang mereka miliki sendiri untuk terus dikembangkan. Agar masyarakat tidak menjadi pasif, maka faktor input kedua yang menentukan proses pemberdayaan adalah masyarakat. Hal-hal dari
5
masyarakat yang menentukan dalam implementasi program CSR adalah kondisi sosial dan ekonomi (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga). Peran konsep pemberdayaan sebagai salah satu tujuan dari konsep pengembangan masyarakat muncul sebagai upaya untuk menghidupkan kemandirian suatu komunitas. Pemberdayaan di sini mengandung makna yaitu proses menyeluruh dimana ada suatu proses aktif partisipasif antara masyarakat dengan perusahaan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sehingga dapat berkelanjutan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hubungan manfaat yang saling menguntungkan antara keduanya. Tingkat manfaat program CSR bagi masyarakat dilihat melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, peningkatan status sosial, dan peningkatan peluang ekonomi. Manfaat bagi perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya reputasi perusahaan, lisensi sosial dari masyarakat, dan penghargaan dari pihak ketiga. Adapun beberapa pertanyaan yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara pandang perusahaan dan peserta program terhadap implementasi tanggung jawab sosial perusahaan dari KIIC? 2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga) peserta program CSR Desa Telaga?
6
3. Sejauhmana tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga dan hubungannya dengan cara pandang perusahaan dan peserta, dan kondisi sosial ekonomi peserta? 4. Sejauhmana tingkat manfaat program CSR Desa Telaga bagi perusahaan dan peserta dan hubungannya dengan tingkat partisipasi?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat memahami dan menganalisa: 1. Cara pandang perusahaan dan peserta program terhadap implementasi tanggung jawab sosial perusahaan dari KIIC; 2. Kondisi sosial ekonomi (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga) peserta program CSR; 3. Tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga, dan hubungannya dengan cara pandang perusahaan dan peserta, serta kondisi sosial ekonomi peserta; dan 4. Tingkat manfaat program CSR Desa Telaga bagi perusahaan dan peserta, dan hubungannya dengan tingkat partisipasi.
1.4
Kegunaan Penulisan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang
bermanfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun terkait dengan masalah tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), khususnya kepada: 1. Kalangan akademisi, dapat menambah literatur dalam mengkaji tanggung jawab sosial perusahaan yang sampai saat ini masih jarang diperoleh;
7
2. Kalangan non-akademisi, yaitu masyarakat, swasta, LSM dan pemerintah diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi dalam implementasi tanggung jawab sosial di masa depan; dan 3. Peneliti yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dan manfaatnya.
BAB II PEDEKATA TEORITIS
2.1
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
2.1.1
Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/CSR Dilihat dari etimologisnya Corporate Social Responsibility (CSR) kerap
diterjemahkan sebagai “Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TJSP)” dalam konteks lain juga disebut “Tanggung Jawab Sosial Korporasi” atau “Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha (Tansodus)”. Definisi TJSP dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya yaitu sebagai tanggung jawab perusahaan terhadap para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Wibisono, 2007). Sedangkan konsep TJSP menurut The Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Arisyono (2008), adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Menurut World Bank dalam Wibisono (2007), “CSR is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development”. Sementara versi Uni Eropa mengatakan ”CSR is a concept where by companies integrate social and
9
environmental concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basis”. Kotler dan Lee (2005) menyatakan “Corporate social responsibility is a commitment to improve community wellbeing through discretionary business practices and contributions of corporate resources”. Yakni komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penerapan praktek bisnis yang baik dan sumbangsih sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan beragamnya definisi yang dikemukakan oleh para pakar tersebut berarti sampai saat ini belum ada sebuah definisi tunggal mengenai konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Namun demikian konsep ini menawarkan sebuah kesamaan, yaitu keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan (Wibisono, 2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan dalam kegiatannya juga harus memperhatikan tiga hal yaitu keuntungan/profit, masyarakat, dan lingkungan (tripple bottom line). Ketiganya harus berjalan sinergis dan berkesinambungan agar tercipta iklim perusahaan yang baik sehingga eksistensi perusahaan juga terjamin dengan citra atau reputasi positif yang didapatnya dari konsumen dan masyarakat.
2.1.2
Cara Pandang Perusahaan Mengimplementasikan CSR Cara pandang perusahaan melakukan TJSP atau alasan perusahaan
menerapkan TJSP bisa diklasifasikan sebagai berikut (Wibisono, 2007): 1. Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena terjadi
10
masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan). 2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan karena terdapat
regulasi,
hukum,
dan
aturan
yang
memaksa
perusahaan
menjalankannya. 3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya saja, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2.1.3
Tahapan Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Adapun tahap-tahap dalam penerapan TJSP atau CSR yang dilakukan oleh
perusahaan pada umumnya yaitu (Wibisono, 2007): 1. Tahap perencanaan. Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun CSR manual, upaya dapat dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu
11
memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien. 2. Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumberdaya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. 3. Tahap evaluasi. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian
perusahaan
dalam
implementasi
CSR
sehingga
dapat
mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. 4. Pelaporan. Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2.1.4
Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Beberapa manfaat penerapan tanggung jawab sosial bagi perusahaan dapat
diidentifikasi diantaranya (Wibisono, 2007): 1. Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan; 2. Mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi;
12
3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholders perusahaan; 4. Melebarkan akses terhadap sumberdaya; 5. Membentangkan akses menuju market; 6. Mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui proses daur ulang ke dalam siklus produksi; 7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders; 8. Memperbaiki hubungan dengan regulator; 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan; dan 10. Peluang mendapatkan penghargaan. Rogovsky (2000) dalam Wibisono (2007) menyusun sebuah tabel tentang keterlibatan komunitas-perusahaan sebagai berikut. Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Komunitas-Perusahaan Komunitas pada Perusahaan
Perusahaan pada Komunitas
-
Reputasi dan citra yang lebih baik
-
Lisensi untuk beroperasi secara sosial
kerja, pengalaman kerja dan
-
Bisa memanfaatkan pengetahuan dan tenaga kerja
pelatihan pendanaan
lokal
-
-
Peluang penciptaan kesempatan
Pendanaan investasi komunitas,
-
Keamanan yang lebih besar
-
Infrastruktur dan lingkungan sosial-ekonomi yang
-
Keahlian komersial
lebih baik
-
Kompetisi teknis dan personal
-
Menarik dan menjaga personel yang kompeten untuk memiliki komitmen yang tinggi
-
-
pengembangan infrastruktur
individual pekerja yang terlibat -
Representatif bisnis sebagai
Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan
jurus promosi bagi prakarsa-
mungkin pelanggan lokal yang bermutu
prakarsa komunitas
Laboratorium pembelajaran untuk inovasi organisasi
13
2.2
Konsep Pengembangan Masyarakat
2.2.1 Pengertian Pengembangan Masyarakat Dunham (1958) dalam Rukminto (2003) mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai “berbagai upaya yang terorganisir yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari pemerintah ataupun lembagalembaga sukarela”. Dunham juga menyatakan ada lima prinsip dasar pengorganisasian masyarakat ataupun pengembangan masyarakat. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Penekanan pada pentingnya kesatuan kehidupan masyarakat yang dilakukan dengan mempertimbangkan keseluruhan kehidupan masyarakat, tidak dilakukan untuk segmen tertentu; 2. Perlu adanya pendekatan antar tim dalam pengembangan masyarakat, tidak hanya menekankan pada pendekatan multi profesi, tetapi juga multi lapisan profesi (multi vocational); 3. Kebutuhan akan adanya community worker yang serba bisa (multi purpose) pada wilayah pedesaan; 4. Pentingnya pemahaman akan pola budaya masyarakat lokal; dan 5. Adanya prinsip kemandirian yang menjadi prinsip utama dalam pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat (community development) adalah kegiatan pembangunan komunitas yang dilakukan secara sistematis, terencana dan
14
diarahkan untuk memperbesar akses komunikasi guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya (Budimanta, 2002 dalam Rudito dan Famiola, 2007). Secara hakekat, community development merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap kehidupan komunitas lokal (Rudito, 2003 dalam Rudito dan Famiola, 2007). Indikator keberhasilan suatu program pembangunan komunitas dapat dilihat dari bentuk-bentuk kebersamaan yang dijalin antar pihak-pihak pemerintah, perusahaan dan komunitas lokal yang tergambar dalam partisipasi dan keberlanjutan (sutainability). Partisipasi dapat dilihat sebagai keterlibatan para pihak di dalam mengelola program-program community development. Secara mendasar, partisipasi bukanlah milik dari komunitas lokal, akan tetapi semua pihak harus berpartisipasi. Sedangkan keberlanjutan adalah strategi program yang dipakai untuk menunjang kemandirian komunitas/komunitas yang dapat dilihat dari sisi-sisi manusia (human), sosial (social), lingkungan (environment) dan ekonomi (economic) (Wibisono, 2007). Sehingga dengan adanya keberlanjutan, suatu usaha dapat dinikmati tidak hanya oleh generasi pada masa sekarang saja, akan tetapi juga oleh generasi selanjutnya dalam bentuk alih teknologi maupun bentuk pola hidup yang berbeda dari sebelumnya.
2.2.2
Pengembangan
Masyarakat
sebagai
Alat
untuk
Menjalankan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Program pengembangan masyarakat merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan. Program pengembangan
15
masyarakat sebagai salah upaya implementasi tanggung jawab sosial perusahaan antara lain dilatarbelakangi oleh (Kadar, 2006 dalam Aprilianti, 2008): 1. Adanya penguasaan sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi yang bersifat eksploitatif, ekspansif, akumulatif; 2. Perusahaan menempatkan dirinya lebih kuat daripada masyarakat sehingga berdampak pada terjadinya peminggiran masyarakat; 3. Perusahaan adalah entitas sosial di samping sebagai entitas bisnis sehingga harus mempunyai social responsibility; dan 4. Timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) dan ketidakseimbangan antara masyarakat dan perusahaan.
2.3
Konsep Partisipasi
2.3.1
Definisi Partisipasi Terdapat beberapa definisi partisipasi, diantaranya dikemukakan oleh
Nasdian (2003) yaitu proses aktif dimana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol secara efektif. Definisi ini memberi pengertian bahwa masyarakat diberi kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri. Partisipasi komunitas dalam
pengembangan
masyarakat
adalah
suatu
proses
bertingkat
dari
pendistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar pada hidup mereka sendiri (Nasdian, 2003). Menurut Davis dalam Kurniawan (2008) partisipasi adalah keterlibatan emosi dan mental seseorang dalam situasi kelompok yaitu adanya kesediaan
16
untuk mengambil bagian dalam menetapkan tujuan bersama, serta kesediaan memikul tanggung jawab bagi pencapaian tujuan bersama. Sedangkan Slamet dalam Sumodiningrat (1999) mengartikan partisipasi masyarakat sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, baik itu pada prosesnya maupun dalam menikmati hasil pembangunan. Pada konteks pemberdayaan masyarakat, partisipasi dilakukan mulai dari tepat guna dan pembinaan kelompok usaha yang menerapkan teknologi dan ketrampilan tersebut.
2.3.2 Tipe dan Tingkatan Partisipasi Masyarakat Cohen dan Uphof (1977) dalam Makmur (2005) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1.
Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan suatu kegiatan.
2.
Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.
3.
Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.
4.
Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan,
17
maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan
masyarakat
(citizen
partisipation
is
citizen
power)
yaitu
mendefinisikan strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat atau pemerintah. Berdasarkan hal ini, Arnstein berpendapat bahwa berbagai tingkatan pelibatan dapat diindentifikasikan, mulai dari tanpa partisipasi sampai dengan pelimpahan kekuasaan seperti yang dipaparkan pada Tabel 2. Tabel 2. Delapan Tingkatan Partisipasi Masyarakat menurut Arnstein (1969) Tingkatan Partisipasi 1. Manipulasi 2. Terapi 3. Pemberitahuan
4. Konsultasi 5. Placation 6. Kemitraan 7. Pendelegasian kekuasaan
Hakekat Kesertaan Komitmen resmi Pemegang kekuasaan mendidik masyarakat Hak-hak masyarakat dan pilihan-pilihannya diidentifikasikan Masyarakat didengar, tetapi tidak dipakai sarannya Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan Timbal balik dinegosiasikan Masyarakat diberikan kekuasaan untuk sebagian atau seluruh program
Tingkatan Pembagian Kekuasaan Tidak ada partisipasi
Tokenism
Tingkatan kekuasaan masyarakat
8. Kontrol Masyarakat
Tingkatan tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Manipulasi (manipulation). Pada tangga partisipasi ini bisa diartikan relatif tidak ada komunikasi apalagi dialog; tujuan sebenarnya bukan untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program tapi untuk mendidik atau ”menyembuhkan” partisipan (masyarakat tidak tahu sama sekali terhadap tujuan, tapi hadir dalam forum).
18
2. Terapi (therapy). Pada level ini telah ada komunikasi namun bersifat terbatas. Inisiatif datang dari pemerintah dan hanya satu arah. Tangga ketiga, keempat dan kelima dikategorikan sebagai derajat tokenisme dimana peran serta masyarakat diberikan kesempatan untuk berpendapat dan didengar pendapatnya, tapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan. Peran serta pada jenjang ini memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat. 3. Pemberitahuan (information). Pada jenjang ini komunikasi sudah mulai banyak terjadi tapi masih bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbal balik. Informasi telah diberikan kepada masyarakat tetapi masyarakat tidak diberikan kesempatan melakukan tangapan balik (feed back). 4. Konsultasi (consultation). Pada tangga partisipasi ini komunikasi telah bersifat dua arah, tapi masih bersifat partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi, telah ada aturan pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi masyarakat akan didengarkan, tapi belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi. 5. Penentraman (placation). Pada level ini komunikasi telah berjalan baik dan sudah ada negosiasi antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat dipersilahkan untuk memberikan saran atau merencanakan usulan kegiatan. Namun pemerintah tetap menahan kewenangan untuk menilai kelayakan dan keberadaan usulan tersebut.
19
Tiga tangga teratas dikategorikan sebagai bentuk yang sesungguhnya dari partisipasi dimana masyarakat memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan. 6. Kemitraan (partnership). Pada tangga partisipasi ini, pemerintah dan masyarakat merupakan mitra sejajar. Kekuasaan telah diberikan dan telah ada negosiasi antara masyarakat dan pemegang kekuasaan, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi. Kepada masyarakat yang selama ini tidak memiliki akses untuk proses pengambilan keputusan diberikan kesempatan untuk bernegosiasiai dan melakukan kesepakatan. 7. Pendelegasian kekuasaan (delegated power). Ini berarti bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus sendiri beberapa kepentingannya, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, sehingga masyarakat memiliki kekuasaan yang jelas dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keberhasilan program. 8. Kontrol masyarakat (citizen control). Dalam tangga partisipasi ini, masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai kegiatan untuk kepentingannya sendiri, yang disepakati bersama, dan tanpa campur tangan pemerintah.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Kondisi sosial ekonomi peserta program menentukan partisipasi dalam pelaksanaan CSR seperti yang diungkapkan oleh Pangestu sebagai karakteristik individu. Menurut Pangestu (1995) dalam Ramadyanti (2009) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, yaitu:
20
1. Faktor internal, mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok; dan 2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran yang dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tersebut tidak akan ragu untuk berpartisipasi dalam proyek. Menurut Silaen (1998) dalam Ramadyanti (2009), semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru. Pangestu (1995) dalam Ramadyanti (2009) menyebutkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah memberi informasi dan pembinaan. Ramadyanti (2009) menambahkan bahwa seseorang berpendidikan tinggi mampu memanfaatkan informasi pengetahuan yang didapat untuk kemudian disebarkan ke orang lain. Ajiwarman (1996) dalam Ramadyanti (2009) menunjukkan bahwa semakin besar jumlah keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga.
21
2.4
Kerangka Pemikiran Kajian tingkat partisipasi dalam implementasi program tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR) dan manfaatnya ini dilakukan dengan meninjau faktorfaktor input yang mempengaruhi keputusan pelaksanaan program, proses implementasi hingga output yang dirasakan oleh perusahaan dan sasaran program. Pisau analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi partisipasi. Faktor-faktor input dari perusahaan yang dinilai sangat mempengaruhi tingkat partisipasi program CSR ada dua. Faktor tersebut adalah cara pandang perusahaan yang dilihat dari wujud pelaksanaan CSR-nya dan diukur dari pandangan peserta program tentang pelaksanaan CSR. Sedangkan faktor input sasaran program yang mempengaruhi partisipasi dilihat dari usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah beban keluarga. Selanjutnya dilakukan identifikasi mengenai proses pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan untuk melihat sejauh mana tingkat partisipasi dalam program. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kemudian dilakukan analisa sejauh mana program tanggung jawab sosial perusahaan memberikan manfaat bagi perusahaan, misalnya berupa citra yang baik, lisensi sosial, dan penghargaan. Serta manfaatnya bagi peserta sehingga menjadi
berdaya,
misalnya
peningkatan
peningkatan status sosial, dan peluang ekonomi.
pengetahuan
dan
ketrampilan,
22
Cara pandang terhadap program CSR: 1. External driven, environmental driven, reputation driven 2. Compliance 3. Internal driven
Kondisi sosial ekonomi peserta: • Usia • Tingkat pendidikan • Tingkat pendapatan • Jumlah beban keluarga
Tingkat Partisipasi dalam Program CSR Desa Telaga: 1. Tahap Pengambilan Keputusan (Perencanaan) 2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Evaluasi
Manfaat bagi perusahaan: 1. Reputasi dan citra perusahaan. 2. Lisensi sosial 3. Penghargaan.
Manfaat bagi peserta program: 1. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan 2. Peningkatan status sosial 3. Peluang ekonomi (pendapatan)
Keterangan: : mempengaruhi : secara kualitatif dan kuantitatif : secara kuantitatif Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga dan Tingkat Kemanfaatan Program
2.5
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
uji sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan nyata/signifikan antara cara pandang program CSR menurut peserta dan tingkat partisipasi; 2. Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara usia dan tingkat partisipasi; 3. Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi; 4. Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara tingkat pendapatan dan tingkat partisipasi;
23
5. Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara jumlah beban keluarga dan tingkat partisipasi; 6. Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara tingkat partisipasi dan tingkat manfaat yang diterima oleh perusahaan; dan 7. Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara tingkat partisipasi dan tingkat manfaat yang diterima oleh peserta program.
2.6
Definisi Operasional Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini
dipaparkan pada Tabel 3. Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Kondisi Sosial Ekonomi Usia
Definisi Operasional Kondisi sosial ekonomi individu responden yang dapat memotivasi untuk ikut berpartisipasi dalam program Lama waktu hidup responden dari sejak lahir sampai pada saat diwawancarai, dan diukur dalam tahun
Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditamatkan responden
Jumlah Beban Keluarga
Banyaknya orang yang hidup dalam satu atap yang menjadi tanggungan responden. Termasuk di dalamnya suami/istri, anakanak, anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan responden Rata-rata jumlah hasil kerja berupa uang yang diperoleh suatu rumah tangga responden setiap bulan
Tingkat pendapatan
Cara pandang
Cara pandang merupakan persepsi peserta terhadap program CSR
Tingkat Partisipasi
Keikutsertaan responden dalam semua tahapan kegiatan kelompok yang meliputi tahap pengambilan keputusan (perencanaan), pelaksanaan, dan evaluasi
Tahap Pengambilan
Keikutsertaan responden dalam mengikuti rapat/penyusunan rencana kegiatan
Indikator Kondisi sosial ekonomi individu responden meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah beban keluarga Diukur dalam jumlah tahun berdasarkan tingkatan usia produktif. Muda : < 51 tahun Tua : > 51 tahun Diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal. Rendah : tamat SD Sedang : tamat SMP s/d SMA Tinggi : tamat D3/S1/S2 Diukur dengan jumlah jiwa berdasar acuan standar BKKBN yaitu dua anak cukup. Kecil : < 4 orang Besar : > 4 orang Diukur dengan satuan Rupiah berdasar UMR Karawang tahun 2009 yaitu Rp 1.044.500,00/bulan Rendah : < Rp 1.044.500,00/bulan Tinggi : > Rp 1.044.500,00/bulan Diukur dengan ukuran ordinal. Rendah yaitu skor 1-2 Tinggi yaitu skor 3-4 Diukur dengan menjumlahkan skor total dari tiap tahapan, sehingga tingkat partisipasi dapat dikategorikan menjadi: Rendah yaitu skor 7-15 Tinggi yaitu skor 16-26 Diukur berdasarkan skor total yang didapat. Rendah yaitu skor 1-5
24
Variabel Keputusan (Perencanaan) Tahap Pelaksanaan Tahap Evaluasi
Definisi Operasional
Indikator
program CSR Desa Telaga
Tinggi yaitu skor 6-8
Keikutsertaan responden dalam pelaksanaan program CSR Desa Telaga
Diukur berdasarkan skor total yang didapat Rendah yaitu skor 6-10 Tinggi yaitu skor 11-17 Diukur berdasarkan skor total yang didapat Rendah yaitu skor 1-2 Tinggi yaitu skor 3-4 Diukur menurut persepsi responden program dengan ukuran ordinal Rendah yaitu skor 1-2 Tinggi yaitu skor 3-4 Diukur menurut persepsi responden dengan ukuran ordinal Rendah yaitu skor 5-7 Tinggi yaitu skor 8-10
Keikutsertaan responden dalam menilai kinerja kegiatan dari keseluruhan kegiatan program CSR Desa Telaga Manfaat bagi Tingkatan manfaat yang diperoleh perusahaan perusahaan dari pelaksanaan program CSR yaitu reputasi dan citra perusahaan, lisensi social, dan penghargaan Manfaat bagi Tingkatan manfaat yang diperoleh peserta program responden yaitu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, peningkatan status sosial, dan peluang ekonomi (pendapatan) Keterangan: Rendah = di bawah rata-rata Tinggi = di atas rata-rata
BAB III METODOLOGI PEELITIA
3.1
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif serta didukung oleh
data-data kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan penulis untuk mencari informasi faktual secara mendetail yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatankegiatan yang sedang berjalan (Wahyuni dan Muljono, 2007). Metode yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Tujuannya adalah untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa. Hubungan kausal yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah hubungan kondisi sosial ekonomi peserta dengan tingkat partisipasi dalam program CSR Desa Telaga, serta hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat yang diterima oleh perusahaan dan peserta program.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kawasan Industri KIIC (Karawang International
Industrial City), Karawang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti telah melakukan observasi melalui penelusuran kepustakaan surat kabar, buku, hasil penelitian dari beberapa peneliti, internet, serta beberapa narasumber yang memberikan informasi mengenai perusahaan yang telah melakukan tanggung jawab sosialnya. Setelah dilakukan penelusuran melalui kepustakaan. Akhirnya
26
KIIC dipilih sebagai lokasi penelitian setelah berdiskusi dengan dosen pembimbing dan diperkuat dengan informasi bahwa KIIC adalah salah satu kawasan industri utama di Indonesia dengan 69 perusahaan berada di dalamnya serta telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 (Quality Management System) dan ISO 14001:2004 (Environmental Management System). Penelitian ini dilaksanakan pada Mei 2009 sampai Januari 2011. Penelitian dimaksud mencakup waktu semenjak peneliti intensif di lapangan hingga penulisan skripsi.
3.3
Teknik Penentuan Responden Penelitian ini menganalisis tingkat partisipasi peserta dalam program
CSR Desa Telaga serta manfaat program CSR bagi perusahaan (KIIC) dan peserta program. Subyek penelitian ini terdiri dari informan dan responden. Informan merupakan pihak yang memberikan keterangan tentang pihak lain dan lingkungannya, sedangkan responden merupakan pihak yang memberikan keterangan tentang diri dan kegiatan yang dilaksanakannya. Informan dalam penelitian ini adalah pihak KIIC yaitu fasilitator dan tim leader CSR KIIC. Sementara itu, responden dalam penelitian merupakan populasi, yaitu 30 orang dengan rincian 25 orang peserta program pelatihan Budidaya Lele CSR Desa Telaga di lima desa (Desa Sukaluyu, Desa Wadas, Desa Margakaya, Desa Sirnabaya, dan Desa Puserjaya), dan peserta yang menjadi petani di kawasan Desa Telaga sebanyak lima orang. Responden dipilih secara sengaja (purposive). Unit analisis responden yang dipilih adalah unit rumah tangga (RT). Unit pengamatan RT digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kondisi sosial ekonomi peserta dalam Program CSR Desa Telaga.
27
3.4
Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui metode survei didukung dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara terstruktur. Instrumen pengumpulan data yang dipakai dalam survei adalah kuesioner. Data sekunder yang dikumpulkan merupakan dokumen-dokumen yang terkait dengan KIIC dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan, seperti data profil perusahaan, arsip kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, serta dokumen kebijakan perusahaan.
3.5
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif.
Teknik dan analisis data untuk data kualitatif dilakukan melalui tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data yang dianalisa secara kualitatif yaitu data tentang cara pandang perusahaan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, pelaksanaan CSR Desa Telaga, serta manfaat yang didapatkan perusahaan setelah menerapkan CSR. Analisis data kuantitatif dilakukan melalui tabulasi silang untuk menjelaskan hubungan kausal dan uji korelasi Rank Spearman (Walpole, 1995) dengan α = 5 % menggunakan software SPSS 17.0 for windows. Rumus korelasi Rank Spearman yang digunakan adalah:
= Nilai Koefisien Rank Spearman di
= Disparitas ( x1-x2)
28
n
= Banyaknya Pengamatan
Hasil uji korelasi Rank Spearman juga menghasilkan nilai probabilitas atau pvalue. Jika p-value lebih kecil dari nilai α (0,05), maka Ho ditolak, dimana: H0: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diuji. H1: Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diuji.
BAB IV PROFIL LOKASI PEELITIA DA PROFIL PROGRAM KIIC
Penelitian dilaksanakan di KIIC (Karawang International Industrial City) sebagai penyelenggara program CSR Desa Telaga dan di lokasi peserta program. Lokasi peserta program tersebar di lima desa di sekitar KIIC yaitu Desa Sukaluyu, Desa Wadas, Desa Margakaya, Desa Sirnabaya, dan Desa Puserjaya yang berada di Kecamatan Teluk Jambe Timur. Pada bab ini juga akan dipaparkan profil KIIC, program CSR, dan profil CSR Desa Telaga.
4.1
Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang berada di bagian utara Provinsi Jawa Barat yang
secara geografis terletak antara 107o02’-107o40’ BT dan 5o562’-6o34’ LS. Kabupaten Karawang termasuk daerah daratan yang relatif rendah, mempunyai variasi kemiringan wilayah 0–2 persen, 2–15 persen dan diatas 40 persen. Secara administratif, Kabupaten Karawang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut sebelah utara batas alam, yaitu Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah tenggara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bekasi. Luas wilayah Kabupaten Karawang 1.753,27 kilometer persegi atau 3,73 persen dari luas Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan subur di Jawa Barat, sehingga sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian. Bentuk tanah di Kabupaten Karawang sebagian besar merupakan dataran yang relatif rata dengan variasi ketinggian antara 0–5 meter diatas permukaan laut.
30
Hanya sebagian kecil wilayah yang bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian antara 0–1200 meter. Wilayah Kabupaten karawang sebagian besar tertutup dataran pantai yang luas, yang terhampar di bagian pantai utara dan merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan-bahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik. Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan sedimen, sedang di bagian selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m diatas permukaan laut. Sesuai dengan bentuk morfologinya Kabupaten Karawang merupakan dataran rendah dengan temperatur udara rata-rata 27 derajat Celsius dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 persen dan kelembabab nisbi 80 persen, sampai April bertiup angin muson laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin muson tenggara, kecepatan angin antara 30–35 kilometer per jam, lamanya tiupan rata-rata lima sampai tujuh jam. Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke utara. Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Bekasi, sedangkan sungai Cilamaya merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang. Selain sungai, terdapat 3 buah saluran irigasi yang besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara, Saluran Induk Tarum tengah dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak dan pembangkit tenaga listrik.
4.2
Profil Kecamatan Telukjambe Timur Kecamatan Telukjambe Timur adalah salah satu Kecamatan dari 30
Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Karawang, merupakan daerah
31
kawasan industri dan pertanian, dengan membawahi sembilan desa yang meliputi 38 Dusun 107 RW dan 392 RT. Luas Wilayah Kecamatan Telukjambe Timur adalah 3.0511.010 hektar yang terdiri dari persawahan seluas 639.500 hektar dan daratan seluas 2.871.510 hektar. Kecamatan Telukjambe Timur termasuk dataran rendah dengan ketinggian 25-30 meter diatas permukaan laut, kemiringan berkisar 5-15 derajat. Suhu rata-rata 25-30 derajat Celsius dengan curah hujan berkisar 1.500 sampai dengan 3.000 milimeter termasuk dalam topografi dataran rendah berbukit, adapun jarak Kecamatan Telukjambe Timur ke Ibu Kota Kabupaten Karawang adalah enam kilometer, dengan waktu tempuh 30 menit. Letak geografis Kecamatan Telukjambe Timur berada pada sebelah Timur Kabupaten Karawang dengan batas-batas Wilayah sebagai berikut : (1) Sebelah utara Kecamatan Karawang Timur; (2) Sebelah selatan Kabupaten Bekasi dan Kecamatan Pangkalan; (3) Sebelah barat Kecamatan Telukjambe Barat; dan (4) Sebelah timur Kecamatan Ciampel. Kecamatan Telukjambe Timur membawahi sembilan desa terdiri dari Desa Telukjambe, Desa Pinayungan, Desa Sirnabaya, Desa Puseurjaya, Desa Sukaluyu, Desa Wadas, Desa Margakaya, Desa Sukamakmur, Desa Purwadana.
4.3
Profil KIIC (Karawang International Industrial City)
4.3.1 Sejarah KIIC Kawasan industri Karawang International Industrial City (KIIC), berlokasi di Kecamatan Teluk Jambe, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Pada awalnya KIIC mengembangkan 800 hektar kavling industri siap pakai yang dikelola oleh dua perusahaan yaitu PT Maligi Permata Industrial Estate, dan PT Harapan Anang Bakrie and Sons. Hingga Mei 2009 terdapat 85 investor telah
32
mendirikan perusahaan di KIIC yang mayoritas dari Jepang. Sehingga dari 800 hektar kavling industri tersebut baru 70 persen yang terjual, sisanya masih menunggu investor. Untuk menambah jumlah investor, KIIC akan membangun kavling industri di areal seluas 400 hektar. Rencananya lahan tersebut akan dikelola oleh PT Karawang Tata Bina Industrial Estate. Jadi total lahan di KIIC adalah 1.200 hektar, dan dikelola oleh tiga perusahaan. Rata-rata jenis industri di kawasan industri KIIC merupakan perusahaan kepemilikan modal asing dari Jepang serta bergerak di bidang otomotif dan logam. Beberapa diantaranya dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik Perusahaan di Kawasan Industri KIIC Karakteristik Perusahaan PMA (Pemilikan Modal Asing) PMDN (Pemilikan Modal Dalam Negeri) Jepang Jepang & Indonesia Indonesia Jepang & Singapura Singapura Amerika Serikat Negara Asal India Pemilik Modal Perancis & Indonesia Inggris & Indonesia Malaysia & Indonesia Jerman & Indonesia Indonesia & Malaysia & Tanzania Otomotif Elektronik Logam, Baja dan Beton Tekstil Bidang Usaha Bahan Kimia Makanan Plastik dan Pipa PVC Lainnya Diolah dari data BKPPMD Provinsi Jawa Barat, 2006 Status Perusahaan
64
Persentase (%) 88
9
12
43 11 9 2 1 1 1 1 1 1 1 1 23 8 9 6 3 2 5 17
60 15 12 3 1 1 1 1 1 1 1 1 32 11 12 8 4 3 7 23
Jumlah
4.3.2 Profil Program CSR KIIC Pertemuan World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) in Making Good Business Sense menghasilkan kesepakatan bahwa
33
praktik CSR adalah wujud komitmen dunia bisnis untuk membantu PBB merealisasikan target Millenium Development Goals (MDGs). Delapan tujuan MDGs inilah yang melatar belakangi KIIC melaksanakan CSR di lingkungannya: 1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim; 2. Mencapai pendidikan primer di seluruh dunia; 3. Meningkatkan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan; 4. Mengurangi kematian anak-anak; 5. Meningkatkan kesehatan ibu hamil; 6. Memberantas HIV/Aids, malaria dan penyakit lainnya; 7. Memastikan keberlanjutan lingkungan; dan 8. Mengembangkan kerjasama global untuk pembangunan. Berdasarkan tujuan MDGs tersebut, KIIC membuat prioritas program CSR. Kerjasama dengan Fakultas Sejarah Universitas Indonesia dilakukan untuk memberikan gambaran keadaan masyarakat desa dan aspek yang perlu diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas sekitar. Mengacu pada rekomendasi hasil survei awal oleh Universitas Indonesia pada Agustus/September 2000, program CSR KIIC untuk komunitas harus difokuskan untuk membantu masyarakat desa pada tiga subjek yaitu kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan. Tujuan CSR KIIC untuk komunitas sekitar adalah: 1. Mendorong pembangunan sumberdaya manusia; 2. Mendorong hidup yang sehat; 3. Mendorong pertumbuhan ekonomi;
34
4. Mengembangkan hubungan sosial antara perusahaan-perusahaan di dalam KIIC dan komunitas sekitar, sehingga semua perusahaan dapat beroperasi dengan lancar dan didukung oleh komunitas sekitar; dan 5. Membangun kehidupan industri yang hijau dan mendorong semua pemangku kepentingan memperhatikan konservasi sumberdaya alam dan membuat aksi untuk mengurangi efek pemanasan global. KIIC melakukan kerjasama dengan berbagai pihak agar dapat melakukan usaha
dan
memberikan
manfaat
secara
berkesinambungan.
Pemangku
kepentingan yang terkait dalam program CSR dapat dilihat pada Gambar 2. Motto program CSR KIIC adalah “Together Develops a Better Future”.
Gambar 2. Pemangku Kepentingan dalam Program CSR KIIC
Manajemen KIIC bekerja sama dengan Asosiasi Tenants dalam mewujudkan program CSR. Bersama-sama mereka membentuk Tim CSR yang memiliki wewenang melakukan perencanaan, implementasi dan evaluasi terhadap program-program CSR KIIC. Terdapat 5 program utama CSR di KIIC yang diperuntukkan bagi komunitas sekitar, yaitu program pengembangan sumberdaya
35
manusia, program kesehatan, program pembangunan ekonomi, program sosial dan kebudayaan, dan program lingkungan. Gambar 3 menunjukkan bagaimana alur wewenang implementasi program CSR.
KIIC Management
KIIC Tenants
KIIC CSR Team Leader
Community Human Capital Development
Community Health Development Program
Community Economic Development Program
Community Social/Cultural Development Program
Community Environmental Development Program
Gambar 3. Alur Wewenang Implementasi Program CSR
4.4
Profil Program CSR Desa Telaga KIIC bersama 28 perusahaan yang ada di dalam kawasan industri KIIC
mewujudkan sebuah program CSR bersama yang disebut Desa Telaga. Desa Telaga merupakan sebuah workshop untuk program-program pengembangan ekonomi berbasis pertanian dan pelestarian lingkungan untuk masyarakat sekitar dan karyawan perusahaan. Desa Telaga ini berlokasi di Jl. Maligi Raya Kawasan Industri KIIC, tepatnya di seberang danau Telaga Resto dengan luas lahan sekitar 3 hektar. Lokasinya yang berada di seberang danau inilah yang mendasari pemberian nama Desa Telaga. Terdapat dua program utama yang dilakukan di Desa Telaga, yakni program pertanian dan program lingkungan. Program pertanian terdiri dari pertanian palawija, budidaya lele, produksi kompos, dan produksi jamur. Program
36
lingkungan sendiri terdiri dari pembibitan pohon buah dan pembibitan pohon pelindung. Di areal Desa Telaga saat ini telah ditanam lebih dari 1000 pohon terdiri atas beberapa tanaman langka, 48 jenis tanaman hutan dan 84 jenis tanaman buah. Petani Desa Telaga telah berhasil memproduksi berbagai jenis tanaman dan melakukan pembibitan untuk tanaman hutan. Hasil pembibitan ini digunakan untuk penghijauan di dalam kawasan industri dan area luar sekitar kawasan. Guna menghasilkan tanaman yang subur Desa Telaga memproduksi kompos sendiri. Kompos berasal dari dedaunan dan rumput serta limbah organik lainnya dari dalam Kawasan Industri KIIC maupun Desa Telaga sehingga limbah dapat dikurangi dan sekaligus dijadikan produk yang memiliki nilai produktif. Fasilitas yang terdapat dalam areal Desa Telaga diantaranya: (1) Akses jalan masuk dari dalam Kawasan Industri KIIC, berikut area parkir; (2) Ruang display dan informasi kegiatan; (3) Ruang pengelola dan pelatihan; (4) Taman persahabatan (dengan koleksi tanaman langka); (5) Kebun tanaman obat; (6) Nursery dan area pembibitan; (7) Kolam lele portable; (8) Area produksi kompos; (9) Kebun buah; (10) Kebun sayur mayur; (11) Mina padi; dan (12) Lubang biopori. Tujuan umum dari program CSR Desa Telaga adalah: 1. Menjadi pusat pelatihan agro wisata bagi masyarakat sekitar; 2. Menjadi tempat pelestarian tanaman langka dan mendorong kegiatan pelestarian alam melalui penanaman pohon dan penggunaan teknologi sederhana yang berwawasan lingkungan; 3. Membantu mengembangkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar yang sesuai dengan latar belakang keahliannya;
37
4. Membangun hubungan yang harmonis dengan penduduk sekitar kawasan KIIC; dan 5. Menjadi pusat informasi kegiatan CSR yang dilakukan perusahaanperusahaan yang beroperasi di dalam kawasan industri KIIC.
38
BAB V CARA PADAG TERHADAP PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPOSIBILITY
Bab ini dibagi menjadi dua sub bab. Bagian pertama menjelaskan tentang cara pandang perusahaan terhadap program Corporate Social Responsibility. Sementara pada bagian kedua menjelaskan tentang cara pandang program Corporate Social Responsibility menurut persepsi peserta program.
5.1
Cara Pandang Perusahaan terhadap Program CSR Perusahaan memandang bahwa implementasi CSR merupakan investasi
demi pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis. Dalam menjalankan bisnis, perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan hanya mencari keuntungan semata, melainkan juga bertanggung jawab terhadap sosial dan lingkungannya. Melalui motto “Together Develops a Better Future” perusahaan memandang bahwa CSR merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan bisnis. PT. Maligi Permata Industrial Estate dan PT. Hab & Sons sebagai pengembang dan pengelola Kawasan Industri KIIC mempunyai misi untuk mengembangkan dan mengelola Kawasan Industri yang mengutamakan mutu/layanan, peduli akan lingkungan dan menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitar. KIIC telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 (Quality Management System) dan ISO 14001:2004 (Environmental Management System). Sejak tahun 2000, KIIC bersama dengan Asosiasi Tenant KIIC telah melakukan community development/CSR program ke masyarakat desa sekitar seperti program pengembangan sumberdaya manusia, program kesehatan,
39
program pembangunan ekonomi, program sosial dan kebudayaan, dan program lingkungan. Dalam menerapkan program CSR yang berkesinambungan, perusahaan selalu aktif mencari masukan, usulan dan komentar para stakeholders, dan pihak luar terbukti dengan kerjasama yang dilakukan bersama Fakultas Sejarah Universitas Indonesia pada Agustus/September 2000 agar dapat menciptakan kontribusi perusahaan lebih efektif, efisien dan tepat sasaran. Sayangnya pertemuan dengan tokoh masyarakat tidak dilakukan secara rutin, sehingga masukan dari masyarakat kurang tersalurkan. Perusahaan sudah mulai menerapkan konsep tanggung jawab sosialnya sejak tahun 2000, jadi murni berasal dari dalam perusahaan tidak berdasarkan paksaaan atau tekanan. Adanya undang-undang yang mengatur yaitu UU No.40 Pasal 74 tahun 2007, tidak mempengaruhi kebijakan CSR perusahaan. Perusahaan menganggap undang-undang tersebut sebagai suatu aturan untuk memperjelas program saja. Cara pandang atau alasan perusahaan melaksanakan CSR dapat dikategorikan internal driven, karena murni dorongan tulus dari dalam perusahaan, tidak karena ada paksaan atau tuntutan masyarakat, bahkan regulasi pemerintah sekalipun. Seperti yang telah di jelaskan diatas, perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha.
5.2
Cara Pandang Peserta terhadap Program CSR Cara pandang peserta terhadap program CSR dalam penelitian ini
merupakan persepsi peserta terhadap implementasi program CSR Desa Telaga. Tiga puluh peserta program CSR diminta menjawab pertanyaan kuesioner dan
40
wawancara tentang latar belakang diadakannya program-program CSR oleh KIIC. Hal ini untuk mengetahui bagaimana penerimaan dan pandangan peserta sebelum dan ketika program CSR berjalan. Tabel 5. Jumlah dan Presentase Cara Pandang Peserta terhadap Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 Cara Pandang Peserta terhadap
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah
10
33,33
Tinggi
20
66,67
Total
30
100
Program CSR
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa 66,67 persen responden menyatakan bahwa cara pandang terhadap program CSR tinggi, artinya pandangan mereka terhadap KIIC selaku perusahaan baik. Program CSR diimplementasikan bukan karena ada permasalahan atau konflik antara masyarakat dengan perusahaan. Hal ini mendukung pernyataan pada sub bab sebelumnya bahwa program CSR dilaksanakan oleh KIIC murni karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven).
BAB VI KODISI SOSIAL EKOOMI PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA
Kondisi sosial ekonomi peserta program dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu rumah tangga responden peserta program CSR Desa Telaga di lokasi penelitian. Responden berjumlah 30 orang. Karakteristik responden dapat dilihat dalam tabel yang berdasarkan empat kategori. Kategori-kategori tersebut adalah usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah beban keluarga.
6.1
Usia Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 responden (80%) termasuk dalam
kategori usia muda produktif kurang dari 51 tahun. Enam orang termasuk dalam kategori usia tua lebih dari 51 tahun. Usia responden paling muda 29 tahun dan responden paling tua 56 tahun. Distribusi responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada Gambar 4.
Usia 6 20% Muda 24 80%
Tua
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Gambar 4. Distribusi Usia Responden Program CSR Desa Telaga Tahun 2009
42
6.2
Tingkat Pendidikan Responden dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa kategori
pendidikan berdasarkan tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden selama hidupnya. Distribusi responden berdasarkan pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden dalam Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 Pendidikan Formal
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah (SD)
20
66,67
Menengah (SMP-SMA)
10
33,33
Tinggi (D3/S1/S2)
0
0
Total
30
100
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Tabel 6. menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program berpendidikan rendah (66,67%) yaitu tamat SD. Sedangkan responden yang berpendidikan menengah yaitu responden yang tamat SMP/SMA sebanyak 33,33 persen. Tidak ada responden yang melanjutkan hingga perguruan tinggi.
6.3
Tingkat Pendapatan Pendapatan rata-rata perbulan responden, yaitu pendapatan per bulan yang
diperoleh responden sesuai jenis pekerjaan yang digeluti. Distribusi respoden berdasarkan tingkat pendapatan rata-rata per bulan dapat dilihat pada Gambar 5.
43
Tingkat Pendapatan Tinggi; 6; 20% Rendah Tinggi
Rendah; 24; 80% Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Gambar 5. Distribusi Pendapatan Responden Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 Gambar 5 menunjukkan sebanyak 24 responden berpendapatan rendah yaitu
berada
di
bawah
rata-rata
UMR
Karawang
dengan
nilai
Rp
1.044.500,00/bulan. Mata pencaharian sebagian besar responden adalah bertani dan buruh kasar. Pekerjaan lain yang digeluti responden adalah wiraswasta bengkel, karyawan, perangkat desa, dan tukang ojek. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan peserta program CSR Desa Telaga adalah komunitas menengah ke bawah karena mayoritas responden berpendapatan rendah atau di bawah ratarata UMR Karawang.
6.4
Jumlah Beban Keluarga Pengukuran jumlah beban keluarga menggunakan dasar acuan standar
BKKBN yaitu jumlah jiwa dua anak cukup serta kedua orang tua. Jumlah anggota keluarga responden terkecil adalah dua anggota keluarga, dan terbesar adalah tujuh anggota keluarga. Sebagian besar responden, sebesar 67 persen atau 20 orang memiliki jumlah beban keluarga kurang dari atau sama dengan empat orang yang dikategorikan sebagai responden dengan jumlah beban keluarga kecil.
44
Sedangkan responden dengan jumlah beban keluarga besar (>4 orang) sebanyak 10 orang atau 33 persen dari total responden.
Jumlah Beban Keluarga
Besar ; 10; 33,33%
Kecil Kecil; 20; 66,67%
Besar
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Gambar 6. Distribusi Jumlah Beban Keluarga Responden Program CSR Desa Telaga Tahun 2009
45
BAB VII TIGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR DESA TELAGA, SERTA HUBUGAYA DEGA CARA PADAG PESERTA DA KODISI SOSIAL EKOOMI PESERTA
Partisipasi peserta adalah bentuk keterlibatan masyarakat dalam program CSR Desa Telaga yang ditunjukkan dengan kehadiran dalam rapat, keterlibatan dalam mengemukakan pendapat, serta keaktifan dalam pelaksanaan program dan kegiatan monitoring. Adapun secara garis besar partisipasi yang diteliti meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Tingkat partisipasi responden pada tiap tahap diukur dengan tabulasi silang.
7.1
Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keikutsertaan responden dalam
penyusunan rencana suatu kegiatan. Pada tahap ini yang dinilai adalah kehadiran responden dalam rapat perencanaan program dan keaktifan dalam rapat tersebut. Tabel 7 memperlihatkan bahwa 83,33 persen responden memiliki partisipasi yang rendah pada tahap perencanaan dan 16,67 persen responden memiliki partisipasi yang tinggi. Menurut para responden memang tidak ada keharusan untuk menghadiri rapat perencanaan program. Pihak KIIC melakukan kunjungan ke desa dan kemudian aparat desa meneruskan informasi mengenai rencana program ke RT/RW. Analisa kebutuhan masyarakat tidak dilakukan dalam rapat melainkan diputuskan oleh KIIC. Pihak KIIC beralasan bahwa masyarakat belum mampu menilai apa yang mereka butuhkan sehingga hal tersebut dilakukan oleh pihak lain (perusahaan dan tenaga ahli).
46
Tabel 7. Jumlah dan Presentase Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Perencanaan Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 Tingkat Partisipasi Tahap Perencanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah
25
83,33
Tinggi
5
16,67
Total
30
100
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
7.2
Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan Partisipasi pada tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan dan
keaktifan dalam pelaksanaan kegiatan program CSR Desa Telaga. Partisipasi diukur
berdasarkan
banyaknya
kegiatan
yang
diikuti
responden
serta
kehadiran/keaktifan dalam tiap kegiatan. Tabel 8 menunjukkan bahwa partisipasi responden pada tahap pelaksanaan tergolong cukup tinggi (60%) sebanyak 18 orang. Sedangkan 40 persen atau 12 orang memiliki partisipasi yang rendah. Responden dengan partisipasi tinggi biasanya terlibat dalam berbagai kegiatan dalam Program CSR Desa Telaga seperti pelatihan budidaya ikan lele, pelatihan tanaman pertanian, penanaman tanaman langka, dan pelatihan budidaya jamur merang. Perusahaan mengirimkan undangan kepada tiap kelompok untuk menghadiri pelatihan, namun ada juga pelatihan yang hanya dihadiri oleh beberapa perwakilan anggota kelompok. Di dalam kegiatan pelatihan perusahaan bertindak sebagai fasilitator yang menyediakan tempat, peralatan dan bahan, konsumsu, mengisi pelatihan, dan memberikan satu kali modal awal untuk memulai usaha. Pada pelatihan budidaya ikan lele modal awal tersebut berupa bibit ikan, terpal, dan pakan. Hal ini dimaksudkan agar kelompok melanjutkan usaha sendiri secara mandiri.
47
Tabel 8. Jumlah dan Presentase Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Pelaksanaan Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 Tingkat Partisipasi Tahap Pelaksanaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah
12
40
Tinggi
18
60
Total
30
100
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
7.3
Tingkat Partisipasi Peserta dalam Tahap Evaluasi Partisipasi warga pada tahap evaluasi yaitu keikutsertaan responden dalam
mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Partisipasi masyarakat diukur melalui peran mereka dalam membuat laporan baik secara lisan maupun tulisan berkaitan dengan program CSR Desa Telaga. Pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan partisipasi responden pada tahap evaluasi tergolong rendah yaitu sebanyak 66,67 persen. Menurut beberapa responden, yang melakukan evaluasi biasanya dari pihak KIIC dan ketua kelompok mengetahui lebih banyak tentang program. Tabel 9. Jumlah dan Presentase Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Evaluasi Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 Tingkat Partisipasi Tahap Evaluasi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah
20
66,67
Tinggi
10
33,33
Total
30
100
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
7.4
Tingkat Partisipasi Peserta Terhadap Program CSR Desa Telaga Partisipasi merupakan keterlibatan seseorang secara aktif dalam mengikuti
suatu kegiatan. Bentuk partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga mulai dari tahap perencanaan hingga tahap evaluasi program itu sendiri. Ukuran yang menyatakan tingkat partisipasi masyarakat adalah dengan menjumlahkan skor
48
total pada tiga tahap partisipasi yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Secara umum, tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga tergolong rendah. Dari total responden sebanyak 30 orang, didapat 21 orang (70%) berpartisipasi rendah, sedangkan sembilan orang lainnya (30%) berpartisipasi tinggi. Responden yang memiliki partisipasi tinggi adalah responden dengan total skor lebih dari atau sama dengan 18, sedangkan responden yang memiliki tingkat partisipasi rendah adalah responden dengan total skor kurang dari 18.
Tingkat Partisipasi
Tinggi; 9; 30%
Rendah Rendah; 21; 70%
Tinggi
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Gambar 7. Tingkat Partisipasi Responden Terhadap Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 Berdasar tingkatan partisipasi Arnstein, tingkat partisipasi dalam program CSR Desa Telaga dikategorikan sebagai partisipasi pemberitahuan pada derajat tokenisme. Perusahaan sebagai pihak yang powerful memberikan kesempatan pada masyarakat (powerless) untuk berpendapat dan didengar pendapatnya dalam perencanaan program. Namun masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh
49
pemegang keputusan (perusahaan). Komunikasi sudah mulai banyak terjadi tapi masih bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbal balik. Informasi telah diberikan kepada masyarakat tetapi masyarakat tidak diberikan kesempatan melakukan tangapan balik (feed back).
7.5
Hubungan Cara Pandang Peserta dan Program CSR dengan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga Hubungan antara cara pandang peserta dengan tingkat partisipasi dapat
dilihat pada Tabel 10. Responden dengan cara pandang tinggi (persepsi terhadap perusahaan baik) lebih banyak melakukan partisipasi, sebanyak 45 persen dari 20 orang. Di lain pihak, responden dengan cara pandang rendah semuanya berpartisipasi rendah, sebanyak 100 persen. Tabel 10. Matriks Jumlah Responden menurut Cara Pandang Peserta dan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 Tingkat Partisipasi Rendah Tinggi Total Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Cara Pandang Peserta Rendah 10 (100%) 0 10 (100%)
Tinggi 11 (55%) 9 (45%) 20 (100%)
Hasil output SPSS juga mendukung tabulasi silang. Berdasarkan hasil output terlihat bahwa nilai Sig adalah 0,044. Nilai Sig ini lebih kecil jika dibandingkan dengan alpha (5%), maka keputusan yang diambil adalah menolak H0. Berdasarkan hasil tersebut juga terlihat bahwa koefisien korelasi antara nilai cara pandang terhadap program dan tingkat partisipasi peserta adalah sebesar 0,370. Koefisien korelasi memberikan indikator adanya hubungan yang signifikan antara cara pandang terhadap program dan tingkat partisipasi peserta, dengan arah yang positif dimana kenaikan dalam nilai cara pandang akan menaikkan tingkat partisipasi peserta program atau sebaliknya. Kesimpulan yang dapat diambil
50
adalah terdapat hubungan positif antara cara pandang peserta terhadap program CSR dan tingkat partisipasi peserta program CSR Desa Telaga.
7.6
Hubungan antara Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga Kondisi sosial ekonomi peserta adalah faktor-faktor yang terdapat dalam
individu rumah tangga peserta yang dapat memotivasi diri atau merupakan dorongan dalam diri untuk ikut berpartisipasi dalam program CSR Desa Telaga. Kondisi sosial ekonomi peserta meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah beban keluarga. Uji hubungan antara kondisi sosial ekonomi dan tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga dilakukan dengan tabulasi silang dan Uji Korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil Uji Korelasi Rank Spearman, hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi adalah terdapat hubungan yang kuat karena nilai probabilitas (sig) sebesar 0,030 yang berarti nilai ini lebih kecil dari alpha (5%) dan memiliki hubungan negatif dilihat dari koefisien korelasi yaitu -0,397. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan bahwa jika usia seseorang tua, tingkat partisipasinya akan rendah. Hal ini mendukung hasil tabulasi silang pada Tabel 11, yaitu responden usia muda produktif (dibawah 51 tahun) yang berpartisipasi tinggi berjumlah sembilan orang, sedangkan responden usia tua tidak ada yang berpartisipasi tinggi. Semakin tua seseorang, kemampuan fisiknya relatif berkurang dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya.
51
Tabel 11. Matriks Jumlah Responden menurut Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga Tahun 2009 Usia
Tingkat Partisipasi Rendah
Tinggi
Total
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
Beban Keluarga
Muda
Tua
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Kecil
Besar
15
6
17
4
16
5
12
9
(62,5%)
(100%)
(85%)
(40%)
(80%)
(83,33%)
(60%)
(90%)
9
0
3
6
8
1
8
1
(37,5%)
(0%)
(15%)
(60%)
(20%)
(16,67%)
(40%)
(10%)
24
6
20
10
24
20
10
(100%)
(100%)
(100%)
(100%)
(100%)
(100%)
(100%)
6 (100%)
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Selain usia, kondisi sosial ekonomi yang memiliki hubungan kuat dengan tingkat partisipasi adalah tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil Uji Korelasi Spearman, hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi adalah terdapat hubungan yang kuat karena nilai probabilitas (sig) sebesar 0,003 yang berarti bahwa nilai ini lebih kecil dari alpha (5%) dan memiliki hubungan yang positif dilihat dari koefisien korelasi sebesar 0,530. Ada kecenderungan jika tingkat pendidikan tinggi maka tingkat partisipasi akan tinggi pula. Responden dengan tingkat pendidikan sedang (tamat SMP atau SMA) dan memiliki tingkat partisipasi tinggi yaitu sebesar 60 persen ditunjukkan oleh Tabel 11, selain menerapkan ketrampilan yang didapat dari program Desa Telaga sebagai manfaat positif, responden juga memanfaatkan informasi pengetahuan yang didapat dan disebarkan ke orang lain. Sementara itu dalam penelitian ini, tingkat pendidikan dan jumlah beban keluarga tidak memiliki hubungan yang nyata atau signifikan dengan tingkat partisipasi. Nilai sig keduanya berturut-turut adalah 0,071 dan 0,088. Hasil tabulasi silang yang disajikan pada Tabel 10 mendukung hal serupa.
52
Hubungan kondisi sosial ekonomi dengan tingkat partisipasi pada setiap tahapan dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan hasil pengujian terlihat bahwa usia berhubungan signifikan dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan. Begitu juga dengan tingkat pendidikan yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat partisipasi pada semua tahapan (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi). Tabel 12. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga, 2009 Kondisi Sosial Ekonomi
Tingkat Partisipasi Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Evaluasi
Usia
-0,346 (0,061)
-0,394* (0,031)
-0,167 (0,377)
Tingkat Pendidikan
0,409* (0,025)
0,553** (0,002)
0,385* (0,036)
Tingkat Pendapatan
-0,220 (0,243)
-0,331
(0,074)
-0,113 (0,551)
Jumlah Beban Keluarga
-0,302 (0,104)
-0,268
(0,152)
-0,324 (0,081)
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009 Keterangan: * : berhubungan signifikan pada p<0,05 ** : berhubungan signifikan pada p<0,01 (…) : (sig)
Hubungan antara usia dan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan signifikan karena nilai probabilitas (sig) sebesar 0,031 yang lebih kecil dibandingkan nilai alpha (5%), dan memiliki hubungan yang negatif dilihat dari koefisien korelasi yaitu -0,394. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan jika usia seseorang tua maka tingkat partisipasinya pada tahap pelaksanaannya rendah. Hal ini mendukung hasil olah data pada Tabel 13, yaitu responden yang berpartisipasi tinggi pada tahap pelaksanaan berjumlah 15 responden usia muda atau di bawah 51 tahun. Usia tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan karena dalam perencanaan program, perusahaan tidak menggunakan masukan dari masyarakat tetapi melibatkan pihak ke-3 yang lebih ahli. Masyarakat dinilai belum mampu menilai
53
dan memutuskan kebutuhan dasarnya. Sedangkan pada tahap evaluasi hanya ketua kelompok dan anggota yang banyak mengetahui tentang programlah yang melakukan evaluasi. Tabel 13. Matriks Jumlah Responden Menurut Usia dan Tingkat Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan Usia
Tingkat Partisipasi Pada Tahap Pelaksanaan
Muda
Tua
Rendah
11 (45,83%)
5 (83,33%)
Tinggi
13 (54,26%)
1 (16,67%)
Total
24 (100%)
6 (100%)
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Pangestu (1995) dalam Ramadyanti (2009) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah memberi informasi dan
pembinaan.
Ramadyanti
(2009)
menambahkan
bahwa
seseorang
berpendidikan tinggi mampu memanfaatkan informasi pengetahuan yang didapat untuk kemudian disebarkan ke orang lain. Kondisi sosial ekonomi lainnya yang memiliki hubungan kuat dengan tingkat partisipasi adalah tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil Uji Korelasi Spearman pada Tabel 12, tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan memiliki hubungan positif (0,409) signifikan pada α=5% dengan nilai probabilitas (0,025). Tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan juga memiliki hubungan positif (0,553) sangat signifikan pada α=1% dengan nilai probabilitas (0,002). Demikian pula tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi yang memiliki hubungan positif (0,385) signifikan pada α=5% dengan nilai probabilitas (0,036). Hal ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan tingkat pendidikan tinggi akan tinggi pula tingkat partisipasi
54
peserta pada setiap tahapan. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pangestu (1995) dan Ramadyanti (2009). Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai rincian jumlah responden menurut tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi dapat melihat Tabel 14. Tabel 14. Matriks Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi Tingkat Partisipasi
Tingkat Pendidikan Rendah Sedang
Rendah
19 (95%)
5 (50%)
Tinggi
1 (5%)
5 (50%)
Rendah
13 (65%)
3 (30%)
Tinggi
7 (35%)
7 (70%)
Rendah
16 (80%)
5 (50%)
Tinggi Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
4 (20%)
5 (50%)
Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Evaluasi
BAB VIII TIGKAT MAFAAT PROGRAM CSR DESA TELAGA BAGI PERUSAHAA DA PESERTA, DA HUBUGAYA DEGA TIGKAT PARTISIPASI
Tingkat manfaat adalah manfaat yang diperoleh setelah diadakan program CSR Desa Telaga. Tingkat manfaat yang diperoleh perusahaan dilihat dari reputasi dan citra perusahaan, serta lisensi sosial dalam pandangan responden. Adapun tingkat manfaat yang diperoleh peserta program merupakan manfaat yang didapatkan oleh responden setelah mengikuti program CSR Desa Telaga. Tingkat manfaat program bagi peserta dilihat dari pengetahuan dan ketrampilan, status sosial, serta peluang ekonomi. Tingkat manfaat digolongkan menjadi rendah dan tinggi dan diukur dengan tabulasi silang.
8.1
Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan Tingkat manfaat program bagi perusahaan adalah manfaat yang diperoleh
perusahaan setelah melaksanakan program CSR Desa Telaga. Tingkat manfaat yang dinilai adalah citra perusahaan di mata masyarakat, serta lisensi sosial yang diberikan masyarakat. Secara umum, tingkat manfaat program CSR Desa Telaga bagi perusahaan tergolong tinggi. Dapat dilihat pada Gambar 12 dari total responden sebanyak 30 orang, didapat 20 orang (66,67%) menyatakan citra perusahaan baik dan memberikan dukungan atau lisensi sosial atas beroperasinya perusahaan.
56
Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan
20 66,67%
10 33,33%
Rendah Tinggi
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Gambar 12. Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan Setelah program terimplementasi, penilaian peserta terhadap citra perusahaan baik, peserta juga memberikan lisensi sosial atas beroperasinya KIIC. Hal ini terjadi karena sebelum program CSR Desa Telaga terlaksana, penilaian terhadap reputasi dan citra perusahaan telah baik, didukung dengan beberapa peserta yang juga merasakan manfaat bagi diri sendiri maupun keluarga setelah mengikuti program. Selain itu peserta mempunyai ekspektasi akan terus adanya bantuan dari KIIC.
8.2
Tingkat Manfaat Program bagi Peserta Tingkat manfaat program bagi peserta adalah manfaat yang diperoleh
responden setelah program CSR Desa Telaga dilaksanakan. Tingkat manfaat yang dinilai adalah peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, peningkatan status sosial, dan peluang ekonomi. Gambar 13 memperlihatkan bahwa 53,33 persen responden menilai tingkat manfaat program masih rendah dan 46,67 persen responden menilai tingkat manfaat program tinggi.
57
Tingkat Manfaat Program bagi Peserta
14 46,67%
16 53,33%
Rendah Tinggi
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Gambar 13. Tingkat Manfaat Program bagi Peserta Manfaat program CSR Desa Telaga untuk peserta masih rendah karena mereka belum merasa memiliki program. Perasaan tidak memiliki ini dapat terjadi karena peserta tidak banyak dilibatkan dalam perencanaan program. KIIC sudah menetapkan program apa yang akan dilakukan, baru mengundang masyarakat rapat untuk kemudian memilih peserta program. Misalnya pada kasus pelatihan budidaya lele, setelah pelatihan selesai dilakukan dan modal awal sudah diberikan, sebagian besar peserta (tiga dari lima kelompok budidaya lele) tidak menjaga keberlanjutan usaha budidaya tersebut. Ikan yang seharusnya dijual malah boleh dipanen gratis oleh masyarakat sekitar yang bukan peserta. Akibatnya program tidak dapat memberikan alternatif peluang ekonomi. Padahal harapan perusahaan melalui pelatihan agribisnis ini adalah kelompok-kelompok tersebut berhasil menjaga kelanjutan usaha dan membagi pengetahuan serta ketrampilan ke masyarakat lain yang tertarik, sehingga menjadi alternatif peluang ekonomi.
58
8.3
Hubungan antara Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan Tingkat partisipasi adalah bentuk keterlibatan masyarakat dalam program
CSR Desa Telaga pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Sedangkan tingkat manfaat adalah manfaat yang diperoleh setelah diadakan program CSR Desa Telaga. Tingkat manfaat yang diperoleh perusahaan dilihat dari reputasi dan citra perusahaan, serta lisensi sosial dalam pandangan responden. Hubungan antara tingkat partisipasi dan tingkat manfaat program CSR Desa Telaga bagi perusahaan diukur dengan tabulasi silang dan Uji Korelasi Rank Spearman. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman terhadap tingkat partisipasi dan tingkat manfaat signifikan karena nilai probabilitas (sig) sebesar 0,000 yang lebih kecil dibandingkan nilai alpha (5%), dan memiliki hubungan yang positif dilihat dari koefisien korelasi yaitu 0,605. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan jika tingkat partisipasi tinggi akan tinggi pula tingkat manfaat bagi perusahaan. Berdasarkan Tabel 15 juga dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat partisipasi tinggi dan tingkat manfaat tinggi sebesar 88,89 persen. Sedangkan responden dengan tingkat partisipasi rendah dan tingkat manfaat tinggi hanya sebesar 57,14 persen. Tabel 15. Matriks Jumlah Responden Menurut Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan Rendah Tinggi Total Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Tingkat Partisipasi Rendah 9 (42,86 %) 12 (57,14 %) 21 (100 %)
Tinggi 1 (11,11 %) 8 (88,89 %) 9 (100 %)
59
Berikutnya akan dipaparkan hasil Uji Korelasi Rank Spearman per variabel. Tabel 16 menunjukkan hubungan tingkat partisipasi per tahapan dengan tingkat manfaat perusahaan menurut reputasi dan citra, serta lisensi sosial. Tabel 16. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Manfaat bagi Perusahaan Tingkat Partisipasi
Tingkat Manfaat Program bagi Perusahaan Reputasi dan Citra
Lisensi sosial
Tahap Perencanaan
0,437* (0,016)
0,453* (0,012)
Tahap Pelaksanaan
0,538** (0,002)
0,595** (0,001)
Tahap Evaluasi
0,440* (0,015)
0,324
(0,081)
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009 Keterangan: * : berhubungan signifikan pada p<0,05 ** : berhubungan signifikan pada p<0,01 (…) : (sig)
Berdasarkan hasil pengujian terlihat tingkat partisipasi pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tingkat manfaat dalam hal reputasi dan citra perusahaan memiliki hubungan yang signifikan. Lain halnya dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dan tingkat manfaat dalam hal lisensi sosial yang tidak memiliki hubungan signifikan. Hanya tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan saja yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat manfaat dalam hal lisensi sosial masyarakat bagi perusahaan. Hubungan antara tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dan tingkat manfaat dalam hal reputasi dan citra serta lisensi sosial signifikan karena nilai probabilitas (sig) sebesar 0,016 dan 0,012 yang lebih kecil dibandingkan nilai alpha (5%), dan memiliki hubungan yang positif dilihat dari koefisien korelasi yaitu 0,437 dan 0,453. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan jika tingkat partisipasi pada tahap perencaaan tinggi maka tingkat manfaat perusahaan tinggi, baik dalam hal reputasi dan citra maupun lisensi sosial.
60
8.4
Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Manfaat Program bagi Peserta Tingkat partisipasi adalah bentuk keterlibatan masyarakat dalam program
CSR Desa Telaga pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Sedangkan tingkat manfaat adalah manfaat yang diperoleh setelah diadakan program CSR Desa Telaga. Tingkat manfaat yang diperoleh peserta dilihat dari peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, peningkatan status sosial, dan peluang ekonomi. Hubungan antara tingkat partisipasi dan tingkat manfaat program bagi peserta diukur dengan tabulasi silang dan Uji Korelasi Rank Spearman. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman terhadap tingkat partisipasi dan tingkat manfaat peserta signifikan karena nilai probabilitas (sig) sebesar 0,000 yang lebih kecil dibandingkan nilai alpha (5%), dan memiliki hubungan yang positif dilihat dari koefisien korelasi yaitu 0,609. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan positif antara tingkat partisipasi dan tingkat manfaat bagi peserta. Berdasarkan Tabel 17 juga dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat partisipasi tinggi dan tingkat manfaat tinggi sebanyak 88,89 persen. Sedangkan responden dengan tingkat partisipasi rendah dan tingkat manfaat tinggi hanya sebesar 23,80 persen. Tabel 17. Matriks Jumlah Responden berdasarkan Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat Program bagi Peserta Tingkat Manfaat Program bagi Peserta Rendah Tinggi Total Sumber: Data Primer Penelitian, 2009
Tingkat Partisipasi Rendah 16 (76,19 %) 5 (23,80 %) 21 (100 %)
Tinggi 1 (11,11 %) 8 (88,89 %) 9 (100 %)
61
Hubungan antara tingkat partisipasi per tahapan dan tingkat manfaat program bagi peserta per variabel diukur dengan Uji Korelasi Rank Spearman. Hasil pengujian hubungan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Manfaat bagi Peserta Tingkat Partisipasi
Tingkat Manfaat Program bagi Peserta Pengetahuan dan Ketrampilan
Status sosial
Peluang Ekonomi
Tahap Perencanaan
0,481** (0,007)
0,474** (0,008)
-0,455* (0,012)
Tahap Pelaksanaan
0,452* (0,012)
0,502** (0,005)
0,436* (0,016)
Tahap Evaluasi
0,268
-0,019
-0,173 (0,361)
(0,153)
(0,920)
Sumber: Data Primer Penelitian, 2009 Keterangan: * : berhubungan signifikan pada p<0,05 ** : berhubungan signifikan pada p<0,01 (…) : (sig)
Berdasarkan hasil pengujian terlihat tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dan tingkat manfaat bagi peserta dalam semua aspek (pengetahuan dan ketrampilan, status sosial, dan peluang ekonomi) memiliki hubungan yang signifikan. Begitu pula dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan dan tingkat manfaat bagi Peserta pada semua aspek, yang berhubungan dengan signifikan. Sedangkan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat manfaat, baik dalam hal peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, status sosial maupun peluang ekonomi.
62
BAB IX KESIMPULA DA SARA
9.1
Kesimpulan Sejak tahun 2000, KIIC telah melakukan kerjasama dengan Asosiasi
Tenants KIIC untuk melaksanakan community development dan memiliki Tim CSR yang berwenang atas perencanaan, implementasi, dan evaluasi lima program CSR-nya: program pengembangan sumberdaya manusia; program kesehatan; program pembangunan ekonomi; program sosial dan kebudayaan; dan program lingkungan. Perusahaan juga memandang bahwa pelaksanaan Corporate Social Responsibility merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan. Penerapan CSR yang dilakukan perusahaan diwujudkan dengan mendirikan Desa Telaga. Desa Telaga merupakan sebuah kawasan yang berada di dalam KIIC, dimaksudkan sebagai workshop untuk program-program pengembangan ekonomi berbasis pertanian dan pelestarian lingkungan untuk masyarakat sekitar dan karyawan perusahaan. Berdasarkan hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa cara pandang perusahaan terhadap CSR dikategorikan internal driven, karena murni dorongan tulus dari dalam perusahaan, tidak ada paksaan atau tuntutan masyarakat, bahkan regulasi pemerintah sekalipun. Cara pandang peserta terhadap program CSR tinggi yang berarti program CSR tidak diimplementasikan karena adanya konflik atau masalah. Kondisi sosial ekonomi peserta program beragam, mulai dari usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah beban keluarga. Sebagian besar peserta berusia muda produktif (kurang dari 51 tahun), memiliki tingkat
63
pendidikan rendah (tamat SD), tingkat pendapatan rendah (di bawah UMR Karawang tahun 2009), dan jumlah beban keluarga kecil (< 4 orang). Secara umum, tingkat partisipasi peserta dalam program CSR Desa Telaga tergolong rendah. Pada tingkatan partisipasi Arnstein, tingkat partisipasi dalam program CSR Desa Telaga dikategorikan partisipasi pemberitahuan pada derajat tokenisme. Perusahaan sebagai pihak yang powerful memberikan kesempatan pada masyarakat (powerless) untuk berpendapat dan didengar pendapatnya dalam perencanaan program. Namun masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan (perusahaan). Komunikasi sudah mulai banyak terjadi tapi masih bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbal balik. Informasi telah diberikan kepada masyarakat tetapi masyarakat tidak diberikan kesempatan melakukan tangapan balik (feed back). Berdasarkan tabulasi silang dan Uji Korelasi Rank Spearman terdapat hubungan positif antara cara pandang peserta terhadap program CSR dan tingkat partisipasi peserta program CSR Desa Telaga. Dari empat jenis kondisi sosial ekonomi peserta, hanya usia dan tingkat pendidikan yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat partisipasi peserta program. Tingkat manfaat program CSR Desa Telaga bagi perusahaan tinggi. Hal ini karena peserta program menyatakan citra perusahaan baik dan memberikan dukungan atau lisensi sosial atas beroperasinya perusahaan. Namun tingkat manfaat program bagi peserta masih rendah karena peserta tidak banyak dilibatkan dalam perencanaan program sehingga tidak merasa memiliki program. Hal ini berakibat peserta tidak mendapatkan manfaat maksimal dari program.
64
9.2
Saran Perusahaan memang sudah dinilai cukup baik oleh responden, namun
dalam implementasi program CSR, khususnya Desa Telaga, partisipasi peserta perlu ditingkatkan lagi dalam tahap perencanaan dan evaluasi. Masyarakat sebaiknya diberikan porsi lebih banyak lagi untuk menilai apa kebutuhan dasar mereka sehingga peserta program CSR memiliki sense of belonging terhadap program yang akan diimplementasikan. Hingga pada akhirnya harapan perusahaan untuk memberikan alternatif peluang ekonomi bagi masyarakat terwujud dan tidak menimbulkan ketergantungan dan budaya meminta dikemudian hari. Evaluasi program CSR Desa Telaga yang dilakukan perusahaan kurang melibatkan masyarakat, artinya hanya sebagian kecil dari peserta yang melakukan laporan perkembangan
secara tertulis sesudah menerima program dan
perbandingannya dengan sebelum program dilaksanakan. Perusahaan dan peserta program harus rutin melakukan monitoring dan evaluasi untuk memantau setiap perkembangan yang ada.
65
DAFTAR PUSTAKA Ambadar, Jackie 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Aprilianti, Lusi 2008. Analisis Pengimplementasian Corporate Social Responsibility oleh PT. A+TAM Tbk. UBPE Pongkor dalam Pengembangan Komunitas (Studi Kasus: Kampung Bantar Karet, Desa Bantar Karet, Kec. +anggung, Kab. Bogor, Prov. Jabar). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Arisyono 2008. Strategi Implementasi Corporate Social Responsibility untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis Karet Rakyat (kasus PT PAMA Distrik Adaro, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Arnstein, Sherry 1969. ‘A Leader of Citizen Participation’. Journal of American Institute of Planner. vol. 4. hal. 216-224. Febriana, Yohana Desi 2008. Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Social Responsibility “Kampung Siaga Indosat” (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gunawan, Alex (forthcoming) 2008. Membuat Program CSR Berbasis Pemberdayaan Partisipatif. Yogyakarta. Hikmat, Harry 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama. Bandung. Ife, Jim 1995. Community Development: Creating Community Alternatives, Vision, Analysis and Practice. Longman. Australia. Kotler, Philip dan Nancy Lee 2005. Corporate Social Responsibility: Doing the Most Good for Your Company and Your Cause. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey. Kurniawan, Edi 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Pada Gerakan +asional Rehabilitasi Hutan, Studi Kasus: Desa Citepus, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Makmur, Setia 2005. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nasdian, Fredian Tonny. 2003. Materi Kuliah Pengembangan Masyarakat. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ramadyanti, Meita Nur 2009. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Unilever Indonesia (Kasus: Program Jakarta Green and Clean (JGC) 2007). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rudito, Bambang dan Melia Famiola 2007. Etika Bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Di Indonesia. Rekayasa Sains. Yogyakarta.
66
Rukminto, Isbandi 2003. Pemberdayaan, pengembangan Masyarakat, dan Intervensi Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sarwono, Jonathan 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sukada, Sonny dkk. 2007. CSR for Better Life: Indonesian Context: Membumikan Bisnis Berkelanjutan: Memahami Konsep & Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Indonesia Business Link. Jakarta. Sumodiningrat, Gunawan 1999. Pemberdayaan Masyarakat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Singarumbun, Masri dan Sofian Effendi 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Wahyuni, Ekawati Sri 2004. Pedoman Teknis Penulisan Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wahyuni, Ekawati Sri dan Pudji Muljono 2007. Bahan Kuliah Metode Penelitian Sosial. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wibisono, Yusuf 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Fascho Publishing. Gresik.
67
Lampiran 1. Kuesioner
Diisi oleh peneliti No Responden
:
Hari/tanggal pengisian
:
LEMBAR KUESIOER Responden Yang Terhormat, Peneliti bernama Nunik Ariani Wijayanti, merupakan mahasiswi Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Saya sedang melakukan penelitian mengenai “Tingkat
Partisipasi Peserta Program CSR Desa Telaga dan Tingkat Kemanfaatan Program (Kasus di Karawang International Industrial City)”. Penelitian ini dilakukan dalam rangka menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1). Saya berharap Anda bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan apa adanya. Perlu diperhatikan, bahwa dalam mengisi kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Apapun jawaban Anda, akan menjadi data berharga bagi kelancaran penelitian ini. Identitas dan jawaban Anda akan saya jamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Atas ketersediaan dan waktu Anda mengisi kuesioner ini, saya ucapkan banyak terima kasih. Petunjuk Pengisian: Isilan titik-titik (……..) dan berilah Anda Silang [X] pada pilihan jawaban yang tersedia yang menurut Anda tepat dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. A. IDETITAS RESPODE Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
................... tahun
a. b. a. b. c. : d. e. f. :
Laki-laki Perempuan Tidak Tamat SD Tamat SD/Sederajat Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat Diploma (D1, D2, D3) Sarjana (S1, S2, S3) Desa/Kelurahan
Alamat
:
Pekerjaan
:
Lama pekerjaan
:
a. < 1 tahun b. > 1 tahun
Lama kerja per hari
:
…………… jam/hari
Pendapatan (/hari atau /bulan)
:
Jumlah Anggota Keluarga
:
................... orang
Jumlah Tanggungan
:
................... orang
RT
RW
68
Cara Pandang Terhadap Program 1. Sebelum ada program Desa Telaga apakah pernah ada permasalahan atau konflik antara masyarakat dengan perusahaan? 1. Ya 2. Tidak 2. Jika ya, karena apa? ............................................................................................................................. 3. Apakah Anda mengetahui atau mengikuti program-program dari KIIC sebelum tahun 2007? 1. Ya 2. Tidak Tingkat Partisipasi Tahap Perencanaan 4. Apakah Anda pernah hadir dalam perencanaan kegiatan? 1. Ya (lanjut ke nomor 2) 2. Tidak (lanjut ke nomor 4) 5. Berapa kali Anda pernah hadir dalam rapat perencanaan tersebut? 1. > 2 kali 2. < 2 kali 6. Apakah yang Anda lakukan dalam rapat perencanaan tersebut? 1. Hadir, bertanya, memberi usul/pendapat dan usul/pendapat tersebut diterima 2. hadir, bertanya, dan memberi usul/pendapat 3. Hadir dan bertanya 4. Hanya hadir Tahap Pelaksanaan 7. Apakah Anda mengikuti kegiatan yang ada pada proyek “Desa Telaga”? 1. Ya 2. Tidak 8. Kegiatan apa saja yang Anda ikuti pada proyek ”Desa Telaga”? (boleh lebih dari 1) 1. Budidaya Lele 2. Pertanian Palawija 3. Produksi Kompos 4. Produksi Jamur 5. Pembibitan pohon buah 6. Pembibitan pohon pelindung 9. Berapa kali Anda hadir pada kegiatan tersebut dalam 3 bulan terakhir? 1. > 3 kali 2. < 3 kali 3. Tidak pernah hadir 10. Jika terdapat masalah dalam pelaksanaan program, apakah Anda menyampaikannya? 1. Ya 2. Tidak
69
11. Apakah Anda pernah menerima keluahan atau pendapat tentang program dari masyarakat sekitar? 1. Ya 2. Tidak 12. Jika ya, apakah Anda menyampaikannya pada pihak KIIC? 1. Ya 2. Tidak Tahap Evaluasi 13. Apakah Anda ikut menilai/mengevaluasi pelaksanaan atau hasil suatu kegiatan dalam proyek ”Desa Telaga” yang Anda ikuti? 1. Ya 2. Tidak 14. Apakah Anda pernah membuat laporan (lisan/tulisan) terhadap apa yang telah dilakukan dalam mengikuti kegiatan ”Desa Telaga”? 1. Ya 2. Tidak Tingkat Manfaat Tingkat Manfaat bagi Peserta 15. Menurut Anda apakah setelah adanya proyek ”Desa Telaga” pendapatan Anda menjadi lebih baik dari sebelumnya? 1. Ya 2. Tidak Alasan ................................................................................................................. 16. Menurut Anda apakah setelah adanya proyek ”Desa Telaga” status sosial Anda menjadi lebih baik dari sebelumnya? 1. Ya 2. Tidak Alasan ................................................................................................................. 17. Apakah Anda mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan setelah mengikuti kegiatan dalam proyek ”Desa Telaga”? 1. Ya, sebutkan... 2. Tidak 18. Apakah Anda menerapkan ketrampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari? 1.Ya, sebutkan... 2.Tidak Tingkat Manfaat bagi Perusahaan 19. Setelah mengikuti program Desa Telaga bagaimana penilaian Anda terhadap KIIC? 1. Baik 2. Biasa saja 3. Buruk Alasan ................................................................................................................ 20. Setelah mengikuti program Desa Telaga apakah Anda mendukung keberadaan KIIC melanjutkan usahanya? 1. Ya 2. Tidak Terima kasih
70
Lampiran 2. Peta Lokasi Kawasan Desa Telaga
71 Lampiran 3. Teknik Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data Rumusan Masalah 1. Cara pandang perusahaan dan peserta terhadap program CSR KIIC
Variabel - Sejarah perusahaan - Peraturan perundangan - Komitmen dan keputusan perusahaan -Persepsi peserta terhadap program CSR KIIC
Data yang diperlukan - Profil perusahaan (visi, misi, filosofi, struktur organisasi perusahaan) - Pandangan perusahaan terhadap konsep tanggung jawab sosial perusahaan - Divisi yang menangani kegiatan CSR dan yang berhubungan dengan masyarakat - Koordinasi antar divisi dalam melaksanakan kegiatan CSR - Tata aturan pelaksanaan kegiatan CSR - Persepsi peserta program
2. Kondisi sosial ekonomi peserta program
- usia - tingkat pendidikan - tingkat pendapatan - jumlah beban keluarga - Tingkat partisipasi tahap perencanaan - Tingkat partisipasi tahap pelaksanaan - Tingkat partisipasi tahap evaluasi
- Karakteristik peserta program CSR Desa Telaga
3. Tingkat partisipasi peserta program
- Partisipasi peserta program dalam tahapan partisipasi
Sumber Data Data Primer: - Manajemen perusahaan khususnya yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan CSR dan berhubungan dengan kepentingan masyarakat - Persepsi peserta terhadap program CSR KIIC Data Sekunder: - Peraturan Perundangan mengenai pelaksanaan CSR - Regulasi/Aturan /Kebijakan perusahaan mengenai CSR Data Primer: Karakteristik peserta program
Teknik Pengumpulan Data - Wawancara dengan manajemen perusahaan - Analisis data sekunder - Kuesioner
Data Primer: Partisipasi peserta program dalam tahapan partisipasi
- Kuesioner - Wawancara dengan peserta program - Wawancara dengan manajemen perusahaan
- Kuesioner - Wawancara dengan peserta program
72 4. Manfaat yang diperoleh perusahaan dan peserta setelah program CSR dilaksanakan
Manfaat bagi perusahaan: - Citra perusahaan - Aman dalam melakukan usaha (lisensi sosial) Manfaat bagi penerima program: - Peningkatan pendapatan - Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan - Peningkatan status sosial
-
Data laporan CSR Manfaat pelaksanaan CSR
Data primer: - Manajemen perusahaan khususnya yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan CSR dan berhubungan dengan kepentingan masyarakat - Manfaat yang diterima peserta program Data sekunder: Penghargaan yang diperoleh perusahaan
- Wawancara - Kuesioner - Analisis data sekunder
73 Lampiran 4. Karakteristik Perusahaan di Kawasan Industri KIIC o. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Perusahaan PT. Horiguchi Engineering Indonesia PT. Pantjasona PT. Wajasentosa Metalindo PT. Inkali PT. Kawamura Indah PT. Kawakasei Indah PT. Hagihara Wiharta Indonesia PT. Marumo Indonesia Forging PT. Toyobo Knitting Indonesia PT. Mizobata Laju PT. Astra International PT. Fuji Technica Indonesia PT. Saitama Stamping Indonesia PT. NBC Indonesia PT. Jalco Electronics Indonesia PT. Ogawa Indonesia PT. Sharp Semiconductor Indonesia PT. Mesindo Putra Perkasa PT. Onamba Indonesia PT. Yamaha Motor Parts Manufac. Indonesia PT. A&K Door Indonesia PT. Iwatani Industrial Gas Indonesia PT. Aneka Kimia Raya PT. Dai-Chi Kima Raya PT. Indotech Metal Nusantara PT. Jibuhin Bakrie Indonesia PT. Astra Daihatsu PT. Asian Isuzu Casting Center PT. AT Indonesia PT. Shikino Indonesia PT. Towa Kogyo Indonesia PT. NHK Gasket Indonesia
PMA x
Status Perusahaan PMD on PMA/PMD x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
egara Asal (PMA) Singapura Indonesia Indonesia Jepang Jepang Jepang Jepang/Indonesia Jepang Jepang/Indonesia Jepang/Indonesia Indonesia Jepang Jepang Jepang Jepang Jepang Jepang Indonesia Jepang Jepang Jepang Jepang Indonesia Jepang/Indonesia Malaysia/Indonesia Jepang/Indonesia Indonesia Jepang/Indonesia Jepang/Indonesia Jepang Jepang Jepang
Bidang Usaha Precision Engineer Bed Making Steel Production Chemicals Table lift Glass Fiber Connector Packing Cloth Forging / Metal Textile Knitting Chemicals Design Center Auto part & Body Car Stamping / Metal Mesh Cloth Electronic Components Parfume / Cosmetic IC/OP To Device Car Spare Part Cable and Plug Casting Components Wooden Dor Industrial Gas Specialty Chemical Textile Auxiliaries Metal Stamping Automotive Parts Automotive Component Casting Factory Casting / Machining IC & Parts Wood Product Gasket
74 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. FASE II 66. 67.
PT. Air Liquide Indonesia PT. Matsushita Semiconductor Indonesia PT. Mitsubishi Jaya Elevator And Escalator Pt. Kyoraku Blowmoldingâ Indonesia PT. Kyoraku Kanto Mold Indonesia PT. Wavin Duta Jaya PT. Mikatasa Agung PT.Naraseni Perkasa PT. Himb Concrete Manufacturer PT.Uni-Charm Indonesia Pt. Nks Filter Indonesia PT.Shin-Etsu Polymer Indonesia PT. Dai Nippon Printing Indonesia Pt. Suncall Indonesia PT.Freyabadi Indotama PT.Ceres Meiji Indotama Pt. Kawai Indonesia PT.Fcc Indonesia PT. Totoku Toryo Indonesia PT. Imai Indonesia PT. Noah Tex PT. Naigai Shirts Indonesia PT. Fujita Indonesia PT. Mugai Indonesia PT. Achiki Autoparts Indonesia PT. Maruichi Indonesia PT. Toyo Besq Precision Parts Indonesia PT. Hamatetsu Indonesia PT. Koyama Indonesia PT. Fuji Spring Indonesia PT. ISK Indonesia PT. Oriental Manufacturing Indonesia PT. Trix Indonesia
x x x x x
PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia PT. Procter ang Gamble Home Product
x x
x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
Perancis/Indonesia Jepang Jepang/Indonesia Jepang Jepang Indonesia Indonesia Indonesia Inggris/Indonesia Jepang/Indonesia Jepang Jepang Jepang Jepang Jepang/Singapura Jepang/Singapura Jepang Jepang Jepang Jepang Jepang/Indonesia Jepang Jepang Jepang Jepang Jepang Jepang Jepang Jepang Jepang Jepang Indonesia/Malaysia/Tanzania
Amerika Serikat
Industrial Gas IC Elevator Parts Plastic Formation Plastic Mold Formation PVC Pipe Adhesive Metal Handicraft Pre Stressed Concrete Hygienic Products Metal Processing Plastic, Silicone Printing Roller Printer Chocolate Confectionery Product Piano & Parts of Piano Clutches & Part of Clutches Varnish for Enameled Wires Plastic Formation Textile Garment/Shirt Connecting Road Parts of automobile & motorcycle Part of automobile Motorcycle Clutches Shoe Automotive & Motorcycle Parts Automotive & Motorcycle Parts Automotive & Motorcycle Parts Automotive & Motorcycle Parts Metal Molding Frame Electronic & Motorcycle Part Molding Automobile & Motocycle Parts Automobile Consumer Product
75 68. 69. 70. 71. 72. 73.
Indonesia PT. Voith paper Service Indonesia PT. Taiho Nusantara PT. Taiksha Manufacturing Indonesia PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing PT. Idemitsu Lube Techno Indonesia PT. Minda Asean Automotive
Sumber: BKPPMD Provinsi Jawa Barat, 2006
x x x x x x
Jerman/Indonesia Jepang Jepang Jepang Jepang India
Roller for Paper Mill Automotive Parts Metal Articles Motorcycle Parts & Its Equipment Lubricant Oil Automobile & Engineering Parts