Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
KELEMAHAN MATERIAL: ANALISIS ATAS UKURAN PEMERINTAHAN DAN BELANJA MODAL SERTA DAMPAKNYA TERHADAP OPINI AUDITOR (Studi Pada Kabupaten/ Kota Se-Jawa Tengah) Theresia Woro Damayanti Poppy Septia Sari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga E-mail :
[email protected]
ABSTRACT Good Governance signed with the three main pillars which become the basic element that interlocked with others. The three basic elements are participation, transparency, and accountability. Because of that, the region government has to own an internal controlling system which can form and realize a good governance. In this condition, the total of region income and capital expenditure which become a tool in cotrolling the region’s financial become a big role in forming and realizing the good governance. Moreover, the aim of this research is that to analyze whether there is a significance influence between the government size and capital expenditure towards the auditor’s opinion in the regent and city in the Central Java Province. This research used 29 regents and 6 cities in the Central Java Province as the sample. The operational data of the variable used the material weakness of internal controlling system and the characteristics of the region government which measured with the total of the region’s income and the proportion of capital expenditure toward the total region’s charges also auditor’s opinion. Moreover, the research’s analysis used statistic analysis in descriptive quatitative and inferential statistic using double regrecy analysis and logistic. The result this research proved that there is no significance influence between the government’s size and capital expenditure toward the material of internal controlling system’s weakness also there is no significance influence between internal controlling system’s weakness toward the auditor’s opinion. Keywords : The material’s weakness, government’s size, capital expenditures and auditor’s opinion.]
ABSTRAK Good gorvenance ditandai dengan tiga pilar utama yang merupakan elemen dasar utama yang saling kait mengait dengan yang lain. Ketiga elemen dasar tersebut adalah partisipasi, transparasi dan akuntabilitas. Oleh sebab itu aspek utama yang mendukung keberhasilan pengelolaan keuangan pemerintah daerah untuk menuju good gorvenance yaitu dengan adanya sistem pengendalian internal yang memadai. Oleh sebab itu, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal sebagai alat pengontrol keuangan daerah menjadi hal yang penting untuk mewujudkan good gorvenance. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran pemerintah dan belanja modal terhadap kelemahan material sistem pengendalian internal serta menganalisis pengaruh kelemahan material sistem pengendalian internal terhadap opini auditor dengan menggunakan 29 Kabupaten dan 6 Kota di Jawa Tengah. Variabel operasional menggunakan kelemahan material SPI, pendapatan asli daerah, dan proporsi belanja modal terhadap total pengeluaran serta opini auditor. Penelitian ini menggunakan alat analisis statistic deskriptif kuantitatif, regresi berganda dan logit regresi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara ukuran pemerintah, belanja modal terhadap kelemahan material SPI dan juga tidak ada pengaruh signifikan antara kelemahan material SPI terhadap opini auditor. Kata kunci : Kelemahan Material, Ukuran Pemerintah, Belanja Modal dan Opini Auditor
42
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
PENDAHULUAN
aspek
Pemerintah yang baik atau good
keberhasilan pengelolaan keuangan
gorvenance ditandai dengan tiga
pemerintah daerah untuk menuju
pilar utama yang merupakan elemen
good
dasar utama yang saling kait mengait
adanya sistem pengendalian internal
dengan yang lain. Ketiga elemen
yang memadai. Sarbanes-Oxley Act,
dasar tersebut adalah partisipasi,
dikonsentrasikan pada Section 302
transparasi dan akuntabilitas (Halim,
dan
2007). Akuntabilitas adalah asas
pengendalian internal atas pelaporan
yang
setiap
keuangan untuk menemukan bahwa
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
dasar sumber akuntansi yang utama
menentukan
bahwa
penyelenggaraan negara harus dapat
tidak
utama
yang
gorvenance
404,
yaitu
memadai
pada
kelemahan kelemahan
kepada
material.
Contohnya,
masyarakat
dan
sebagai
material
dengan
pemegang
kedaulatan
negara
sesuai
dengan
tertinggi
kualifikasi
ketentuan
kelemahan
peraturan perundang-undangan yang
disampaikannya
daerah.
dilaksanakannya
akuntabilitas mengharuskan untuk
laporan
pemerintah
Tuntutan
tidak
publik
tersebut
pemerintah sekedar
daerah
melakukan
vertical reporting atau pelaporan kepada pemerintah pusat akan tetapi juga
horizontal
reporting
yaitu
pelaporan pemerintah daerah kepada masyarakat melalui DPRD sebagai bentuk
horizontal
personil
adanya akuntansi,
material
pada
pengendalian internal berhubungan
kebijakan Wujud dari akuntabilitas ini adalah
keuangan
tidak
dengan manajemen, yaitu mengenai
berlaku (Flynn, 1997).
dengan
dengan
menghubungkan
dipertanggungjawabkan rakyat
mendukung
accountability
pengakuan
pendapatan
(revenue recognition policies) yang lemah,
pemisahan
penugasan
(segregation of duties), proses akhir periode
laporan
(period-end
reporting process) dan kebijakan akuntansi (policies accounting) yang lemah,
dan
akun
rekonsiliasi
(account reconciliation) tidak tepat. Kelemahan pada tambahan spesifik pengendalian internal juga tampak pada keadaan yang bisa. Keadaan yang
bisaa
ini
diidentifikasi
kelemahan material akun spesifik
(Mardiasmo,2002). Oleh sebab itu 43
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
(account specific) yang terjadi akun
governance, serta factor - faktor
akrual yang lancar, seperti account
pendukungnya,
receivable
inventory.
optimalnya pengendalian internal,
Pengungkapan kelemahan material
(4) belum diimplementasikannya risk
oleh
management
dan
manajemen
dijelaskan
juga
sering
dalam
(3)
belum
(pengelolaan
risiko)
masalah
sesuai yang disyaratkan dalam good
pengendalian internal pada akun
corporate governance. Oleh karena
yang kompleks, seperti derivative
itu, saat ini dan di masa mendatang,
dan income tax account.
sangat
penting
daerah
Jawa
Ikhtisar
Hasil
Pemeriksaan
Sementara tahun 2008 oleh Badan Pemeriksaan Indonesia Propinsi
menerapkan internal
bagi
pemerintah
Tengah
sistem
yang
untuk
pengendalian
lebih
baik
guna
Keuangan
Republik
melaporkan
bahwa
mencapai otonomi daerah sesuai
memiliki
dengan yang disyaratkan dalam good
Jawa
Tengah
sistem pengendalian internal yang
corporate governance.
masih lemah dan kepatuhan terhadap
Kejelasan mengenai lemahnya sistem
peraturan perundang - undangan
pengendalian internal di Provinsi
belum
dilaksanakan,
Jawa Tengah tersebut perlu dikaji
antara lain terungkap dalam temuan
lebih lanjut dengan menganalisis
pemeriksaan bahwa belanja daerah
pengaruh ukuran pemerintah dan
TA 2007 sebesar Rp2,75 miliar
belanja modal terhadap kelemahan
dibayarkan TA 2008 dan dana
material sistem pengendalian internal
bantuan sebesar Rp 19,85 miliar
serta
belum
kelemahan
sepenuhnya
dipertanggungjawabkan,
sehingga
daerah
pengaruh
material
sistem
tidak
pengendalian internal terhadap opini
mencerminkan realisasi sebenarnya
auditor. Oleh sebab itu, penelitian ini
dan
dapat
diharapkan
dapat
dimanfaatkan secara tepat waktu. Hal
penjelasan
analisis
ini jelas mengindikasikan adanya (1)
diharapkan
dapat
kurang
kontribusi di dalam perkembangan
dana
belanja
menganalisis
bantuan
sehatnya
pemerintah diterapkannya
daerah, good
tidak
keuangan (2)
belum
corporate
memberikan empiris
dan
memberikan
ilmu pengetahuan akuntansi dan dapat
menjadi
masukan
bagi 44
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
pertengahan
untuk bisa lebih memperhatikan
pelaksana
pengendalian
dan
memberikan kewenangan yang lebih
adanya
luas dan bertanggung jawab kepada
internalnya
diharapkan
dengan
1998
menuntut
otonomi
daerah
pengungkapan kelemahan material
daerah
ini
Daerah
Pemerintah daerah satu sisi memiliki
Kabupaten/Kota dapat lebih efektif
kewenangan yang lebih besar dalam
dalam menciptakan akuntabilitas dan
mengelola
tranparasi pada laporan keuangan
pengelolaan keuangan derah), namun
agar tidak berdampak pada lemahnya
luasnya kewenangan yang dimiliki
pengendalian
suatu
beserta besarnya dana yang dikelola
Diharapkan
di sisi lain dapat mengakibatkan
Pemerintah
internal
pemerintahan daerah.
secara
yang
proposional.
daerahnya
hasil dari kesimpulan dan saran pada
resiko
penelitian
mendorong
dalam pengelolaan keuangan daerah
pengendalian
oleh pihak - pihak yang tidak
internal pada kabupaten dan kota
bertanggung jawab (korupsi politik,
yang ada di Jawa Tengah.
mengandung
ini
perbaikan
dapat
sistem
terjadinya
(termasuk
penyimpangan
unsur
-
unsur
kepentingan pribadi oleh petinggi -
TINJAUAN PUSTAKA
petinggi daerah) sehingga hal ini Pengaruh
Ukuran
Pemerintah
Terhadap Kelemahan Material
membuat
tingginya
kelemahan
pengendalian internal. Kondisi ini
Dalam penelitiannya, Taliawo (2009)
tidak mendukung hasil penelitian
mengungkapkan pemerintah signifikan
bahwa
ukuran
Doyle
berpengaruh
positif
menunjukkan
terhadap
pengendalian
internal,
kelemahan artinya
et
al.
(2006),
bahwa
yang
kelemahan
pengendalian internal lebih banyak terjadi
pada
entitas
kecil
yang
pemerintah besar yang memiliki
disebabkan karena adanya perbedaan
pendapatan tinggi justru memiliki
obyek
lebih
kelemahan
pemaparan diatas maka hipotesis
Pergantian
yang akan diuji adalah
banyak
pengendalian
internal.
penelitian.
Berdasarkan
pemerintahan dari orde baru kepada orde
reformasi
yang
dimulai 45
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
H1: Ukuran pemerintah berpengaruh
kepala
signifikan
meminta uang jasa (dibayar di muka)
terhadap
kelemahan
material
daerah
juga
seringkali
kepada pemenang tender sebelum
Pengaruh
Belanja
Modal
melakukan
proyek.
Kondisi
ini
menunjukkan bahwa belanja modal
Terhadap Kelemahan Material
bisa menjadi obyek korupsi politik Dalam penelitiannya Mauro (1998) berpendapat bahwa korupsi lebih mudah
dilakukan
anggaran
pada
yang
dan korupsi administratif oleh pihak legislatif dan eksekutif.
belanja
memudahkan
Penelitian Mauro (1998) dan fakta
dan
pada harian kompas di atas bertolak
membuat tindakan tersebut tidak
belakang dengan penelitian Taliawo
terdeteksi. Terkait dengan belanja
(2009) yang mengungkapkan bahwa
terjadinya
modal,
suap,
harian
mark
up
Kompas
(2007)
belanja modal berpengaruh negatif
merinci delapan belas modus korupsi
terhadap kelemahan pengendalian
di daerah, antara lain ditemukan
internal.
bahwa
belanja modal suatu daerah maka
ada
seringkali
pengusaha
yang
mempengaruhi
kepala
Artinya
semakin
kelemahan material
pada
besar
sistem
daerah atau pejabat daerah untuk
pengendalian daerah justru semakin
mengintervensi
pengadaan
kecil. Hal ini disebabkan karena
tersebut
Sumber Daya Manusia (SDM) yang
tender atau
dimiliki pemerintah daerah pulau
ditunjuk langsung kemudian harga
Jawa rata - rata cukup memadai.
barang/jasa
SDM
agar
proses
pengusaha
dimenangkan
dalam
dinaikkan
(markup),
yang
banyak
membuat
yang pada akhirnya selisihnya dibagi
terlaksananya pembagian tugas dan
- bagikan.
fungsi masing - masing perangkat daerah. Hal ini dapat meminimalkan
Selain itu ditemukan bahwa antara pengusaha, pejabat eksekutif, dan pejabat legislative bersepakat untuk melakukan pemda
dan
pengganti
markdown
atas
aset
markup
atas
aset
pengusaha.
Para
dari
terjadinya maupun pengelolaan
kesalahan, penyimpangan keuangan
kelalaian dalam daerah
sehingga meminimalkan lemahnya pengendalian internal. Berdasarkan
46
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
pemaparan diatas maka hipotesis
melaksanakan
yang akan diuji adalah
laporan
H2: Belanja modal berpengaruh
menguji dan menilai SPI pemerintah
signifikan
daerah yang bersangkutan, seperti
terhadap
kelemahan
pemeriksaan
keuangan,
BPK
atas wajib
yang diamanatkan dalam pasal 12
material
UU no 15 tahun 2004 yang berbunyi Pengaruh
Kelemahan
Material
Terhadap Opini Auditor
“Dalam
rangka
keuangan
pemeriksaan
dan/atau
kinerja,
Berdasarkan petunjuk Teknis LKPD
pemeriksa melakukan pengujian dan
dan LKPP Tahun 2007 menyatakan
penilaian atas pelaksanaan sistem
bahwa dasar penetapan opini auditor
pengendalian intern pemerintah”.
(UU No 15 tahun 2004) yaitu: kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan,kecukupan (adequate kepatuhan
terhadap
peraturan perundang - undangan, dan efektivitas
sistem
pengendalian
intern. Di samping itu, di dalam penetapan
opini
pemeriksa,
pemeriksa juga mempertimbangkan SPKN,
pembatasan
lingkup
pemeriksaan oleh pemerintah atau kondisi,
keandalan
SPI,
ketidaksesuaian dan ketidakcukupan pengungkapan LKPD dengan SAP dikaitkan dengan tingkat materialitas yang telah ditetapkan, dan tanggapan pemerintah
daerah
Kawedar
menyebutkan
bahwa
(2009) salah
satu
penyebab penurunan opini auditor
pengungkapan disclousure),
Penelitian
atas
hasil
pemeriksaan. Sehingga dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa sebelum menetapkan opini auditor, di dalam
pada Kabupataen Purworejo adalah kelemahan
sistem
pengendalian
internal. Pada tahun 2006 Kabupaten Purworejo memperoleh opini wajar dengan
pengecualian
memiliki
kelemahan
dan
hanya material
sebanyak 8 item. Namun pada tahun 2007
Kabupaten
Purworejo
memperoleh opini disclaimer dengan total kelemahan material sebanyak 10 item, sehingga dapat disimpulkan peningkatan
jumlah
kelemahan
material SPI inilah yang membuat adanya penurunan opini auditor. Begitu
juga
dengan
penelitian
Sunarsih (2009) menjelaskan bahwa semakin tinggi kelemahan material SPI
maka
semakin
besar
juga 47
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
peluang
opini
memberikan
auditor opini
dalam
1. Ukuran
disclaimer.
Variabel
Pemerintahan, ukuran
pemerintah
Berdasarkan pemaparan diatas maka
daerah diukur dengan instrumen
hipotesis yang akan diuji adalah
yang
H3
material
Taliawo
terhadap
tersebut adalah total pendapatan
:
Kelemahan
berpengaruh
signifikan
dikembangkan (2009).
daerah
opini auditor
yang
Laporan
oleh
Instrument
diperoleh
Realisasi
dari
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah METODE PENELITIAN
untuk
Teknik pengambilan sampel dalam
sampai dengan 31 Desember
penelitian
2007 yang dipublikasikan oleh
ini
dipilih
dengan
tahun
yang
menggunakan purposive sampling
BPK
dan
www.bpk.go.id.
menggunakan
metode
berakhir
melalui
website Ukuran
penggabungan atau pooling data.
pemerintah
Sampel
harus
pendapatan daerah selama satu
memenuhi kriteria (1) Pemerintah
tahun dapat dimaknai bahwa
daerah yang melaporkan laporan
semakin besar total pendapatan
keuangan tahunan periode 2007 –
daerah maka akan semakin besar
2008. Pemilihan periode laporan
ukuran
keuangan pada periode 2007 - 2008
tersebut. Dalam pengujiannya,
karena
total
yang
diambil
keterbatasan
data
dilihat
dari
pemerintah
pendapatan
total
daerah
akan
(fragmantis), tidak semua pemerintah
ditransformasikan dalam bentuk
daerah pada kabupaten dan kota
logaritma
mengungkapkannya
menghindari
dan
karena
natural
untuk
ketidaknormalan
sampai penelitian ini ditulis, laporan
data akibat nilai nominalnya
hasil
yang
pemeriksaan
untuk
tahun
terlalu
besar.
Total
diperoleh
dari
terbaru belum dapat diakses atau
pendapatan
diperoleh. (2) memiliki kelengkapan
persamaan (1) sebagai berikut:
data. Definisi operasional variabel
Total Pendapatan Daerah =
yang akan diteliti dalam penelitian
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
ini adalah sebagai berikut:
+ Dana Perimbangan + Lain48
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
lain Pendapatan Daerah yang
adalah kondisi dimana terdapat
Sah………………………………
salah saji yang material pada
………...(1)
suatu pemerintah daerah karena adanya
kelalaian
maupun
2. Belanja modal, Variabel belanja
kecurangan. Kelemahan material
modal diukur dengan instrumen
diukur dengan jumlah kelemahan
yang
material
dikembangkan
Taliawo tersebut modal
(2009). adalah dibagi
oleh
Instrumen
total
sistem
pengendalian
internal yang diungkapkan oleh
belanja
auditor BPKRI pada laporan
total
hasil pemeriksaan atas sistem
dengan
belanja daerah yang diperoleh
pengendalian
dari Laporan Realisasi Anggaran
tahun anggaran 2007. Laporan
Pendapatan dan Belanja Daerah
Hasil Pemeriksaan ini sendiri
untuk
dapat
tahun
yang
berakhir
sampai dengan 31 Desember
internal
diakses
untuk
melalui
www.bpk.go.id.
2007 yang dipublikasikan oleh BPK
melalui
www.bpk.go.id.
website ini
dapat diartikan sebagai pendapat
dapat dimaknai bahwa semakin
yang diberikan oleh auditor BPK
besar belanja modal maka akan
Republik
semakin besar dan berkembang
kewajaran
pemerintah
daerah
tersebut,
pemerintah daerah yang diaudit.
dikarenakan
dapat
menambah
Data opini auditor diperoleh dari
aset dan kekayaan daerahnya.
Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Belanja modal diperoleh dengan
Laporan Keuangan Pemerintah
persamaan (2) sebagai berikut:
Daerah
Belanja Modal = Total Belanja
kabupaten/kota di Jawa Tengah
Modal
tahun anggaran 2007 yang dapat
:
Variabel
4. Opini Auditor, Opini auditor
Total
Belanja
Daerah...............................(2)
Indonesia laporan
pada
atas
keuangan
setiap
diakses melalui www.bpk.go.id. Indikator yang digunakan dalam
3. Kelemahan Kelemahan
material
material,
penelitian adalah lima jenis opini
artinya
auditor yang dapat diukur dengan 49
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
melakukan
skala
pengukuran
ordinal sebagai berikut: 1. Pendapat
wajar
analisis statistika inferensial dengan menggunakan alat uji analisis regresi
tanpa 1
berganda untuk menguji pengaruh
pengecualian
ukuran pemerintahan dan belanja
(unqualified opinion)
modal terhadap kelemahan material serta menggunakan alat uji analisis
2. Pendapat
wajar
pengecualian
tanpa 2 dengan
bahasa penjelasan yang ditambahkan
dalam
laporan
bentuk
baku
audit
(Unqualified
Opinion
with
Explanatory Language) 3. Pendapat wajar dengan 3 pengecualian
(qualified
opinion) 4. Pendapat
regresi
logistik
wajar 4
(adverse opinion)
menguji
pengaruh kelemahan material sistem pengendalian internal terhadap opini auditor. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pemerintah Daerah Tabel 4.1 adalah statistik deskriptif berdasarkan karakteristik pemerintah daerah
untuk
pemerintah tidak
untuk
melihat
gambaran
daerah
secara
keseluruhan yang dilihat dari total pendapatan
pemerintah
daerah
(ukuran pemerintah), belanja modal, 5. Menolak
memberikan 5
pendapat (disclaimer of opinion)
kelemahan
dan
opini
auditor. Berikut adalah penjelasan dari
Teknik analisis yang digunakan di
material,
masing-masing
karakteristik
pemerintah daerah.
dalam penelitian ini adalah teknik Tabel 4.1. Karakteristik Pemerintah Daerah Karakteristik Max 1.173.328 Total Pendapatan Daerah (dlm juta) 323.355 Belanja Modal (dlm juta) 14 Kelemahan Material SPI 5 Opini Auditor Sumber: Data Sekunder Diolah (2010)
Min 302.688
Avg 662.361
Std Dev 176.844
55.443 2 3
139.910 5.06 3.25
49.979 2.53 0.67
50
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
Salatiga
1. Ukuran Pemerintah Daerah
yaitu
sebesar
Total pendapatan daerah sebagai
55,443,571,67.
ukuran pemerintah dari variabel -
belanja
variabel
139.910.741.789,88.
yang
penelitian
diuji
ini
dalam
menunjukkan
Rata
modal
Rp
-
rata
adalah
Rp
3. Kelemahan Material
bahwa dari 32 pemerintah daerah
Dilihat dari statistik deskriptif
yang diujikan, total pendapatan
kelemahan
yang paling tinggi pada tahun 2007
dimiliki
Semarang
oleh
(data
Kota laporan
material
menunjukkan bahwa dari 32 pemerintah daerah yang diujikan, kelemahan
material
keuangan, tahun 2007) memiliki
dimiliki
oleh
total
Purworejo
pendapatan
sebesar
1.173.328.883.585.
Rp
Sedangkan
sebanyak
kelemahan
material
dimiliki
oleh
Salatiga
sebesar
Kota Rp
14
kelemahan material, sedangkan
terendah
oleh
tertinggi Kabupaten
total pendapatan daerah yang dimiliki
SPI,
Purbalingga
terendah Kabupaten
dan
Kabupaten
302.688.638.675. Rata - rata total
Sukoharjo sebanyak 2 kelemahan
pendapatan daerah adalah Rp
material. Rata - rata kelemahan
662.361.013.705,47.
material adalah 5 kelemahan material.
2. Belanja Modal
Berikut
adalah
Dari tabel 4.1 dapat dilihat
pengungkapan
statistik deskriptif belanja modal,
material pemerintah daerah pada
dari variable - variabel yang diuji
setiap type.
dalam
Account Specific, Kelemahan
penelitian
ini
menunjukkan bahwa dari 32
material
pemerintah daerah yang diujikan,
specific terjadi di sebanyak 8
belanja modal yang tertinggi
pemerintahan daerah yaitu di
dimiliki oleh Kabupaten Cilacap
pemerintah
sebesar
Batang,
sedangkan terendah
Rp
323.355.799.207 belanja
dimiliki
oleh
modal kota
dari
kelemahan
tipe
daerah
account
Kabupaten
Kabupaten
Blora,
Kabupaten Kendal, Kabupaten Magelang,
Kabupaten 51
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
Purbalingga, Kabupaten Tegal,
perkiraan profesional tidak akan
Kabupaten Brebes, dan Kota
terealisasi pengembaliannya.
Tegal
yang
oleh
Training, Kelemahan material dari
pertama, belum adanya ketetapan
tipe training terjadi di sebanyak 23
rekening
pemerintahan
digunakan Kas
disebabkan
-
rekening
untuk
yang
menampung
Daerah sebagai
RKUD,
pemerintah
operasional
Jepara,
Cilacap,
Demak,
Kabupaten
di
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
atau
yaitu
daerah
Batang,
belum adanya ketetapan rekening penerimaan
daerah
Kabupaten Karanganyar,
rekening operasional pengeluaran
Kabupaten
dengan Surat Keputusan Bupati
Magelang, Kabupaten Pekalongan,
sehingga tidak ada pengendalian
Kudus,
Kabupaten
Kabupaten
Pemalang,
Kabupaten
yang
Purworejo,
Kabupaten
Semarang,
Kedua,
Kabupaten
Sragen,
Kabupaten
pada
Sukoharjo,
Kabupaten
Wonogiri,
SKPD dan Bagian Pengelolaan
Kabupaten
Grobogan,
Kabupaten
Aset Daerah belum dilakukan
Banyumas,
terhadap
rekening
dipergunakan. pengelolaan
sesuai
aset
tetap
dengan
pengendalian
sistem
intern
Kabupaten
Brebes,
Kabupaten Rembang, Kota Salatiga,
yang
Kota Semarang, Kota Surakarta,
memadai berdasarkan ketentuan
Kota Tegal dan Kota Pekalongan
peraturan perundang - undangan
yang disebabkan oleh kurangnya
yang berlaku dan yang ketiga
tingkat
belum adanya mekanisme untuk
SKPD masing - masing pemerintah
melakukan
daerah
estimasi
yang
pemahaman
pada
terhadap
setiap
pelaksanaan
memadai dalam menilai jumlah
keseluruhan pengelolaan keuangan
pengembalian pada Investasi Non
dan
Permanen yang mungkin akan
peraturan dan ketentuan yang sudah
terealisasi.
ditetapkan oleh masing - masing
Selain
itu
ada
aset
beberapa pemda yang belum
daerah,
melakukan pencadangan dan/atau
pemahaman
penghapusan untuk nilai investasi
perpajakan,
non permanen yang menurut
penyajian
daerah
sesuai
misalnya mengenai
dengan
kurangnya ketentuan
pengakuan aset
pada
dan laporan 52
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
keuangan dan penyusunan laporan
giro
keuangan.
penempatan dana cadangan. Kedua,
Period-End Reporting or Account
yang
harus
disetor
dan
belum adanya Peraturan Daerah yang
Policies, Kelemahan material dari
mengatur tentang pokok - pokok
tipe period-end reporting or account
pengelolaan
policies
Kabupaten
daerah,
di
sebanyak
9
petunjuk
daerah
yaitu
di
bergulir, tata cara pemberian dan
Kabupaten
pertanggungjawaban belanja tidak terduga, prosedur stándar dalam
terjadi
pemerintahan
keuangan
Cilacap,
teknis/pelaksanaan
Demak,
Kabupaten
Kudus,
Kabupaten
Pemalang,
Kabupaten
pembukaan
Purworejo, Kabupaten Tegal, Kota
penempatan
Semarang, Kota Tegal dan Kota
dana
rekening uang
bank,
daerah
dalam
bentuk deposito sebagai investasi
Pekalongan yang disebabkan oleh,
daerah, tata cara pengelolaan dan
pertama, belum adanya kebijakan
pembukuan uang titipan yang terjadi
akuntansi pemerintah daerah yang
di beberapa pemerintah daerah.
mengatur
Revenue Recognition, Kelemahan
penetapan
ketentuan besaran,
penggunaan, penutupan
tentang tata
cara
material
pembukaan
dan
recognition terjadi di sebanyak 5
rekening,
dari
tipe
revenue
pembukuan,
pemerintah
daerah
yaitu
pelaporan dan pertanggungjawaban
Kabupaten
Batang,
Kabupaten
uang
Cilacap,
Kabupaten
Magelang,
persediaan,
belum
adanya
di
kebijakan akuntansi mengenai harga
Kabupaten Purworejo, Kabupaten
perolehan aset, penyusunan laporan
Brebes,
keuangan,
pencatatan
disebabkan oleh, pertama, kelalaian
dan pelaporan piutang, belum adanya
pihak PT. PLN (Persero) yang tidak
kebijakan
mekanisme
mematuhi dan memenuhi hak dan
pencatatan dan pelaporan transaksi
kewajibannya sesuai Surat Perjanjian
non anggaran ke dalam Laporan
untuk menyetor realisasi PPJ secara
Arus Kas Daerah, penilaian investasi
tepat waktu ke kas daerah dan tidak
non
ada
mekanisme
mengenai
permanen
pembebanan
(dana
biaya
bergulir), administrasi
rekening, besarnya pendapatan jasa
dan
sanksi
Kota
tegas
Tegal
dari
yang
pemda
mengenai kelalaian ini. Kedua, tidak adanya
perjanjian
antara
Dinas 53
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
Perhubungan dan Juru Parkir yang
fungsinya yang tidak sesuai dengan
mengatur
kewajiban
aturan dan ketentuan yang sudah
pemungutan retribusi parkir secara
ditetapkan. Misalnya, kesengajaan
jelas.
Bendahara Pengeluaran pada masing
Segregation of duties, Kelemahan
- masing SKPD di salah satu
material dari tipe Segregation of
pemerintah daerah yang menyajikan
duties
31
BKU dan register penutupan kas
di
tidak sesuai transaksi atau kondisi
hak
terjadi
pemerintah
dan
di
sebanyak
daerah
yaitu
Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten
riil,
Batang, Kabupaten Blora, Kabupaten
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Boyolali,
Pembantu pada 22 SKPD yang tidak
Kabupaten
Kabupaten Jepara,
Demak,
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Cilacap,
kelalaian
Bendahara
segera menyetorkan pajak yang telah
Karanganyar,
dipungut dan penerimaan pendapatan
Kabupaten
ke Kas Negara, serta kelalaian pada
Kendal,
Pati,
PPKD dan PPK - SKPD pada
Kabupaten Pekalongan, Kabupaten
beberapa pemerintah daerah sebagai
Pemalang, Kabupaten Purbalingga,
pelaksana
Magelang,
Kabupaten
Kabupaten Purworejo, Kabupaten Semarang, Kabupaten Tegal,
Kabupaten Sukoharjo,
Kabupaten
Sragen, Kabupaten
Temanggung, Kabupaten
sistem
pemerintah mampu
daerah
dalam
akuntansi yang
belum
menyelenggarakan
sistem akuntansi pemerintah daerah sebagaimana
diamanatkan
dalam
ketentuan perundang - undangan
Kabupaten
Wonogiri,
Grobogan,
Kabupaten Banyumas,
yang berlaku.
Kabupaten
Kebumen,
Account Reconciliation, Kelemahan
Kabupaten
Brebes, Kabupaten Rembang, Kota
material
Salatiga,
reconciliation terjadi di sebanyak 3
Kota
Semarang,
Kota
dari
tipe
account
Surakarta, Kota Tegal dan Kota
pemerintah
daerah
yaitu
Pekalongan yang disebabkan oleh
Kabupaten
Blora,
Kabupaten
kelalaian atau kesalahan baik yang
Pekalongan, dan Kabupaten Brebes
disengaja maupun yang tidak sengaja
yang disebabkan oleh tidak adanya
oleh SKPD di setiap kabupaten atau
rekonsiliasi
kota dalam melaksanakan tugas dan
BPKD
setiap
dengan
tahun PDAM
di
antara atas 54
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
pengakuan
dan
penyajian
nilai
menolak memberikan pendapat
investasi Pemerintah Daerah pada
atas
PDAM dalam rangka penyusunan
pemerintah daerah Purworejo dan
Neraca Daerah.
Banyumas,
Subsidiary
Specific,
Kelemahan
laporan
keuangan
sedangkan
opini
auditor terendah dimiliki oleh 30
material dari tipe Subsidiary specific
pemerintah
terjadi di sebanyak 1 pemerintah
Kabupaten
daerah yaitu di Kabupaten Tegal
Kabupaten Batang, Kabupaten
yang disebabkan oleh penyelesaikan
Blora,
laporan keuangan pada Kabupaten
Kabupaten Cilacap, Kabupaten
Tegal tidak tepat waktu sehingga
Demak,
menganggu
penyelesaian
laporan
Technology
Issue,
pemerintah
dan
Tidak
daerah
Banjarnegara,
Kabupaten
Boyolali,
Kabupaten
Kabupaten
Kudus, Management
yaitu
Jepara,
Karanganyar,
Kabupaten Kendal, Kabupaten
keuangan secara keseluruhan. Senior
daerah
ada yang
mengungkapkan pada kedua tipe ini. 4. Opini Auditor
Kabupaten
Kabupaten
Magelang,
Pati,
Kabupaten
Pekalongan,
Kabupaten
Pemalang,
Kabupaten
Purbalingga,
Kabupaten
Semarang, Kabupaten Sragen,
Opini Auditor diukur dengan
Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten
melakukan
pengukuran
Tegal, Kabupaten Temanggung,
terhadap jenis opini auditor yang
Kabupaten Wonogiri, Kabupaten
diungkapkan pada laporan audit
Grobogan, Kabupaten Kebumen,
pemerintah
semakin
Kabupaten Brebes, Kabupaten
besar opini auditor maka semakin
Rembang, Kota Salatiga, Kota
tidak wajar laporan keuangan
Semarang, Kota Surakarta, Kota
suatu pemerintah daerah. Dari 32
Tegal
pemerintah daerah yang diujikan,
sebanyak 3. Angka 3 dapat
opini auditor tertinggi dimiliki
diartikan
oleh Kabupaten Purworejo dan
pendapat
Kabupaten Banyumas yaitu 5,
pengecualian
yang dapat
keuangan
skala
daerah,
diartikan auditor
dan
Kota
auditor
Pekalongan
memberikan
wajar atas ke-30
dengan laporan pemerintah 55
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
daerah di atas. Rata-rata angka
belanja
opini auditor adalah 3.
kelemahan material (Y1), dengan
Analisis Regresi Berganda 𝑯𝟏 dan 𝑯𝟐
ukuran
analisis
(X2)
terhadap
persamaan (3): Adapun hasil uji
Pengujian Hipotesis
Hasil
modal
regresi
regresi
yang
diperoleh
sebagai
adalah berikut:
pengaruh
pemerintahan
(X1)
dan
Tabel 4.2. Hasil Uji Regresi Berganda Variabel Independen Koef. Regresi Konstanta -28.582 Ukuran Pemerintah 1,289 Belanja Modal -6,305 Adj R2 R2 Sig F Sumber: Data Diolah (2010)
Hasil
perhitungan
T
Sig. 0,533 0,411 0,577 -0,029 0,038 0,572 0,570
0.630 0,782 0,564
4.2
adjusted R² yang negative, maka
menunjukkan bahwa nilai F hitung
nilai adjusted R² dianggap bernilai
sebesar
nol (R² = 0). Dengan kata lain
0,570
tabel
St. Error 45,338 1,648 11,177
dengan
nilai
probabilitas
0,572.
Dasar
kelemahan
sistem
pengambilan
keputusan
dalam
internal tidak dapat dijelaskan oleh
penelitian ini menggunakan nilai
variabel
probabilitas
Karena
belanja modal dan kemungkinan
signifikansi jauh di atas 0,05 maka
kelemahan material pada pemerintah
model regresi ini tidak dapat dipakai
daerah disebabkan bisa oleh sebab -
untuk
sebab yang lain di luar model.
(Sig).
memprediksi
kelemahan
ukuran
pengendalian
pemerintah
dan
material sistem pengendalian internal
Dari kedua variabel independen yang
atau dapat dikatakan bahwa ukuran
dimasukkan ke dalam model regresi,
pemerintah daerah dan belanja modal secara
bersama
ukuran
pemerintah
dan
belanja modal tidak signifikan, hal
signifikan
terhadap
ini dapat dilihat dari probabilitas
material
sistem
signifikansi untuk ukuran pemerintah
pengendalian internal. Pada tabel 4.2
sebesar 0,441 dan belanja modal
kelemahan
sama
variabel
tidak
berpengaruh
-
juga menunjukkan besarnya nilai 56
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
sebesar 0,577 dan keduanya jauh di
termasuk pengelolaan penerimaan
atas
daerah
0,05.
Dari
sini
disimpulkan
bahwa
kelemahan
material
dapat variabel tidak
dan
belanja
modal.
Pemerintah
daerah
diberikan
kewenangan
untuk
mengelola
dipengaruhi oleh ukuran pemerintah
penerimaan daerahnya sendiri dan
dan belanja modal. Dengan demikian
menentukan alokasi sumberdaya ke
hipotesis pertama dan kedua ditolak.
dalam belanja - belanja sehingga
Penolakan hipotesis pertama dan
diharapkan pemerintah daerah yang
kedua tersebut tidak mendukung
memiliki penerimaan dan belanja
hasil penelitian Taliawo (2009) yang
modal relatif besar juga memiliki
menunjukkan
sistem pengendalian internal yang
bahwa
kelemahan
pengendalian internal lebih banyak
kuat,
terjadi pada pemerintah daerah yang
mempertanggungjawabkan
mempunyai ukuran pemerintah yang
kegiatan
besar tetapi mendukung hipotesis
pemerintah daerah dengan baik.
kedua yang menyebutkan bahwa
Namun
belanja modal tidak berpengaruh
menunjukkan hasil yang berbeda.
secara signifikan terhadap kelemahan
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal
material SPI.
yaitu
Dari
sudut
pengaruh
teoritis,
seharusnya
variabel
ukuran
agar
dapat
pengelolaan
seluruh keuangan
temuan
yang
partisipasi
empiris
pertama
publik
yang
tingkat rendah,
sebagian masyarakat di Indonesia
pemerintahan dan variabel belanja
masih
modal terhadap kelemahan material
penerimaan
sistem
modal adalah persoalan elit yang
pengendalian
internal
memiliki pengaruh yang signifikan,
tidak
hal
masyarakat
ini
dikarenakan
sejak
menganggap
bahwa
daerah
belanja
perlu
dan
diketahui
umum,
yang
oleh pada
daerah
akhirnya mengakibatkan pemerintah
perubahan
daerah pun menjadi menganggap
pertanggungjawaban
bahwa tranparansi dan akuntanbilitas
keuangan daerah, maka keuangan
atas pengelolaan keuangan daerah
daerah seluruhnya menjadi tanggung
menjadi tidak penting. Hal ini akan
jawab
berdampak pada lemahnya kontrol
diberlakukannya yang
otonomi
mengharuskan
sistem
penuh
pemerintah
daerah
57
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
suatu pemerintah daerah sehingga
Penyebab yang kedua adalah praktek
dapat dijelaskan tingkat partisipasi
korupsi, kolusi dan nepotisme. Hasil
publik
penelitian
terhadap
pengendalian
Transparency
penggunaan anggaran penerimaan
International
daerah dan belanja modal yang
menunjukkan
rendah
menyebabkan
terserap aksi korupsi, kolusi dan
jumlah
penerimaan
berapapun
%
APBD
di
kalangan
modal kabupaten atau kota, baik
legislatif,
dan
aparat
tinggi atau rendah. Hal ini tidak akan
Penerimaan
berpengaruh
modal sebagai salah satu instrument
pada
SPI.
belanja
40-60
(TII)
nepotisme
material
dan
Indonesia
kelemahan
Misalnya,
daerah
birokrat, keamanan.
dan
belanja
Kota
penyusun APBD memiliki peranan
Semarang sebagai pemerintah daerah
penting sebagai alat kebijakan untuk
yang memiliki
mensejahterakan
total
penerimaan
rakyat
dan
alat
untuk
daerah dan belanja modal yang
sekaligus
sebagai
paling tinggi di Jawa Tengah hanya
mengelola
perekonomian Negara,
memiliki 10 item kelemahan material
dalam konteks ini DPRD memiliki 3
SPI, sedangkan pada Kabupaten
hak penting, yaitu hak legislasi, hak
Purworejo
total
anggaran dan hak pengawasan yang
belanja
berperan dalam mengawal APBD,
modal lebih rendah dibanding kota
dengan ketiga hak ini diharapkan
Semarang
DPRD
yang
penerimaan
memiliki
daerah
dan
memiliki
jumlah
dapat
kelemahan material SPI lebih tinggi
melakukan
sebanyak
jawabnya
14
dikarenakan
item.
ini
-
benar
tugas
dan
tanggung
secara
baik
sehingga
partisipasi
APBD dapat secara efektif menjadi
publik atas pengelolaan penerimaan
instrument untuk mensejahterakan
daerah dan belanja modal antara
rakyat dan mengelola perekonomian
kedua kota tersebut bisa jadi sama -
Negara dengan baik, namun justru
sama
seringkali pejabat pemerintah daerah
rendah,
penerimaan modal
tingkat
Hal
benar
tidak
sehingga
daerah
dan
berpengaruh
kelemahan material SPI.
total belanja pada
tersebut
malah
menyalahgunakan
haknya dan tidak bekerja sesuai peraturan.
Misalnya,
proses
pengalokasian sumberdaya ke dalam 58
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
anggaran
belanja
proyek
terhadap kelemahan material sistem
pembangunan atau belanja modal,
pengendalian internal. Atau dapat
kegiatan
ini
sebuah
disimpulkan,
proses
yang
sarat
dengan
daerah
kepentingan-kepentingan
politis.
penerimaan
Anggaran
merupakan
yang
suatu
yang
pemerintah
memiliki
daerah
dan
total belanja
seharusnya
modal tinggi belum tentu memiliki
memenuhi
kelemahan material SPI yang tinggi,
kebutuhan publik akan sarana dan
begitu juga sebaliknya, pemerintah
prasarana
daerah
dimaksudkan
untuk
umum
daerah, namun
yang
memiliki
karena adanya kepentingan politik
penerimaan
dari lembaga dari lembaga legislatif
modal rendah belum tentu memiliki
yang
proses
kelemahan material SPI yang rendah
penyusunan anggaran menyebabkan
hal ini dikarenakan tertanamnya
alokasi belanja modal terdistorsi dan
perilaku koruptip pada para politisi,
menjadi masalah. Beberapa hal di
sehingga
atas juga dapat dibuktikan dari hasil
pemerintah
daerah
itu
analisis tipe kelemahan material, tipe
penerimaan
daerah
dan
kelemahan material paling banyak
modal tinggi atau rendah, itu tetap
terletak pada tipe segregation of
menjadi peluang bagi para politisi
duties, atau secara tidak langsung
untuk beramai - ramai berbuat
dapat dijelaskan bahwa sebenarnya
kecurangan.
yang menjadi titik kelemahan sistem
Sebab ketiga diduga adalah karena
pengendalian internal
Negara
sumber daya manusia yang terbatas.
Indonesia adalah kesalahan yang
Terbatasnya jumlah sumber daya
disengaja
seperti
manusia yang memiliki kemampuan
dan
dalam bidang manajemen keuangan
didukung
daerah dan akuntansi pemerintahan
dengan lemahnya hukum di Negara
menyebabkan sistem pengendalian
Indonesia, sehingga dalam hal ini
internal
ukuran pemerintah yang dihitung
daerah menjadi sangat lemah, hal ini
dari penerimaan daerah dan belanja
didukung melalui hasil analisis tipe
modal tidak berpengaruh signifikan
kelemahan material yang sangat
terlibat
praktek nepotisme,
oleh korupsi, yang
dalam
di
pegawai kolusi, juga
daerah
tidak
pada
dan
total
peduli
suatu
belanja
suatu memiliki belanja
pemerintah
59
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
tinggi pada tipe training. Suatu
mempengaruhi kelemahan material.
pemerintah daerah yang memiliki
Mardiasmo (2002:42) menyatakan
total peneriman daerah dan belanja
terbatasnya
modal tinggi, tetapi tidak memiliki
pemerintah
sumber daya manusia yang dapat
berlatarbelakang
dihandalkan dalam bidang keuangan
akuntansi, sehingga mereka tidak
daerah
sistem
perduli atau mungkin tidak mengerti
pengendalian internal tidak dapat
dengan masalah yang sesungguhnya.
berjalan
sehingga
Dari beberapa alasan di atas dapat
tingginya
disimpulkan
kelemahan material atas SPI. Begitu
penerimaan
juga dengan pemerintah daerah yang
modal tidak berpengaruh signifikan
memiliki belanja modal rendah tetapi
terhadap kelemahan material atas
juga tidak memiliki sumber daya
SPI.
manusia yang berkualitas. Hal ini
Analisis Regresi Logistik H3
menyebabkan
dengan
berdampak
baik,
pada
jumlah
personel
daerah
yang pendidikan
bahwa daerah
besarnya dan
belanja
juga dapat menyebabkan tingginya kelemahan material atas SPI pada pemerintah daerah tersebut sehingga dapat
ditarik
kesimpulan,
besar
kecilnya total penerimaan daerah dan belanja
modal
tidak
akan
Hasil
analisis
probabilitas
regresi
pengaruh
logistik kelemahan
material (X1) terhadap opini auditor (p) dengan persamaan (4) adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.3. Hasil Uji Regresi Logistik Panel A Uji Goodness of Fit Test
Chi Square 11.014
Panel B Block Number Block Number = 0 Block Number = 1
-2 Log Likelihood 24.113 22.392
Df 5
Sig 0.051
Panel C B Kelemahan Material 0.242 konstanta -3.313 Sumber : Data Diolah (2011)
Sig. 0.184 0.008
60
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
Hasil pengujian diperoleh nilai Chi
atau
Square sebesar 11,014 dengan nilai
kelemahan
Sig.
hasil
berpengaruh pada opini auditor. Dari
tersebut terlihat bahwa nilai Sig.
tabel di atas juga dapat diketahui
lebih besar daripada alpha (0,05),
bahwa tidak ada indikator dari
yang bearti tidak ada perbedaan
kelemahan
antara klasifikasi yang diprediksi
mempengaruhi opini auditor. Hal ini
dengan klasifikasi yang diamati. Ini
diketahui
menunjukkan bahwa model regresi
indikator yang lebih dari α = 0,05.
logistik
bisa
Menurut
analisis
selanjutnya.
sebesar
0,051.
Dari
digunakan Dari
untuk hasil
dapat
dikatakan
variabel
material
tidak
material
dari
nilai
petunjuk
yang
signifikansi
teknis
dalam
penetapan opini auditor memang
perhitungan nilai -2 Log Likelihood
seharusnya
dapat dilihat bahwa bahwa nilai blok
mempertimbangkan
pertama (block number=0) adalah
sistem
24,113 dan nilai -2 Log Likelihood
sehingga dapat dijelaskan bahwa
pada blok kedua (block number=1)
seharusnya
adalah sebesar 22,392. Dengan hasil
mempunyai
tersebut, dapat disimpulkan bahwa
signifikan terhadap opini auditor,
model regresi kedua lebih baik dalam
namun temuan empiris menunjukkan
memprediksi opini auditor.
hal yang berbeda, hal ini disebabkan
Dari tabel Variables in Equation di
oleh beberapa hal yaitu yang pertama
atas
karena
dapat
dilihat
bahwa
nilai
auditor efektifitas
pengendalian
internal,
kelemahan
material
pengaruh
jangka
yang
waktu
audit
pengujian
SPI
konstanta adalah sebesar – 3,313 dan
pemerintah,
koefisien kelemahan material adalah
merupakan
bagian
sebesar 0,242. Dari hasil pengujian
pengujian
pemeriksaan
terhadap signifikansi model dapat
bertujuan
untuk
menentukan
dilihat bahwa variabel kelemahan
keluasan
pengujian
selanjutnya
material signifikan pada probabilitas
(saldo dan substantif). Pengujian
0,242. Dari tabel 4.6 juga didapatkan
pengendalian
bahwa untuk variabel kelemahan
menentukan
material mempunyai p-value (pada
(control risk) setelah menentukan
kolom sig.) > 0,05 (0,184 > 0,05)
risiko melekat (inherent risk) pada
awal
dilakukan risiko
dari yang
untuk
pengendalian
61
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
pemeriksaan awal atau pendahuluan.
laporan keuangan pemerintah pusat
Kemudian jika setelah dilakukan
dan daerah praktis dalam waktu
pengujian
paling lama 3 (tiga) bulan tentu saja
bahwa
pengendalian
SPI
lemah
diketahui dapat
diperlukan pemanfaatan sumber daya
disimpulkan bahwa auditee memiliki
dan dana sebaik - baiknya. Hal inilah
risiko
yang menjadi faktor mengapa tidak
pengendalian
maka
yang
tinggi
sehingga perlu dilakukan pengujian
ada
selanjutnya yang lebih luas dari
material SPI dan opini auditor,
bisaanya.
risiko
seperti yang sudah dijelaskan di atas,
pengendalian bersama risiko melekat
jika diketahui SPI lemah, maka
menjadikan
prosedur
Penilaian
auditor
menentukan
pengaruh
antara
audit
kelemahan
pada
risiko deteksi dan membuat program
substantive
pengujian
berdasarkan
jumlah sampel yang semakin besar
penilaian tersebut (risk assesment).
untuk bisa mendapatkan bukti audit
Misalnya jika dalam penilaian resiko
yang cukup dan kompeten dan
diketahui bahwa SPI lemah maka
tentunya hal ini akan memakan
prosedur
waktu audit
substantif
audit
substantif
pada
harus
pengujian
menggunakan
Auditor
harus
pengujian
menggunakan
yang cukup lama. diharapkan
untuk
jumlah sampel yang semakin besar
mengumpulkan
untuk bisa mendapatkan bukti audit
mungkin, tetapi di sisi lain, auditor
yang cukup dan kompeten.
juga diperketat dengan jangka waktu
Jangka waktu pelaksanaan audit atas
audit yang sudah diamanatkan dalam
laporan
undang-undang, sehingga seringkali
keuangan
pusat/daerah
oleh
pemerintah BPK
sesuai
sampel
sebanyak
audit hanya mengumpulkan sampel
dengan amanat Undang - Undang
sesuai
Nomor
dengan
kebutuhan
untuk
17
Tahun
2003
harus
melakukan pengujian substantif. Jadi
diselesaikan
paling
lama
dalam
dapat dimungkinkan bahwa auditor
(tiga)
bulan,
dapat memberikan opini tidak wajar
sehingga untuk dapat memenuhi
(adverse opinion) atas efektifitas SPI
jadwal yang sangat ketat sesuai
tetapi mengeluarkan opini wajar
amanat undang - undang tersebut,
tanpa
yaitu
opinion)
jangka
waktu
3
melaksanakan
audit
atas
pengecualian
(unqualified
atas laporan keuangan. 62
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
Karena meskipun SPI lemah, namun
tanggung
jika penyajian angka dalam laporan
pemerintah pusat, pemerintah daerah,
keuangan diyakini wajar, auditor
BUMN, BUMD, dan BHMN/BLU
masih bisa memberikan opini Wajar
yang seluruhnya sejumlah 683 pada
Tanpa Pengecualian. Sehingga dapat
semester II, jika ditotal keseluruhan,
disimpulkan bahwa SPI yang lemah
objek pemeriksaan BPK pada tahun
tidak
berpengaruh
2008 mencapai angka 1.148 objek.
langsung terhadap opini atas laporan
Sehingga dapat dianalisis, dengan
keuangan.
jumlah auditor sekitar 1.755 orang
Faktor kedua yang diduga menjadi
dan objek pemeriksaannya mencapai
sebab
angka 1.148 maka dapat diasumsikan
akan
sampai
tidak
kelemahan
berpengaruhnya material
sistem
jawab
keuangan
setiap 1 objek pemeriksaan hanya
pengendalian internal terhadap opini
diperiksa oleh 1 sampai 2 auditor.
auditor adalah jumlah auditor di
Jika dilihat dari proses pemeriksaan
BPK,
yang
di atas, jika diketahui SPI lemah,
melaksanakan tugas pemeriksaan di
maka prosedur audit pada pengujian
lingkungan
substantive
Auditor
BPK
RI
Auditama
dan
Perwakilan menurut data pada tahun
harus
menggunakan
jumlah sampel yang semakin besar
pegawai.
untuk bisa mendapatkan bukti audit
Pemeriksaan itu sendiri meliputi
yang cukup dan kompeten dan
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan
tentunya hal ini juga membutuhkan
kinerja dan pemeriksaan dengan
sumberdaya manusia yang cukup.
tujuan tertentu. Sedangkan obyek
Auditor
pemeriksaan BPK keseluruhan pada
mengumpulkan bukti audit semakin
tahun 2008 terdiri dari pemeriksaan
banyak.
Namun
pada pemerintah pusat berjumlah
auditor
yang
152
pada
didukung dengan lamanya jangka
pemerintah daerah termasuk BUMD
waktu audit yang hanya 3 bulan,
berjumlah 301 obyek pemeriksaan,
maka
dan di lingkungan BUMN berjumlah
mengumpulkan sampel kebutuhan
12 obyek pada semester I, dan
audit sesuai dengan kebutuhan tanpa
pemeriksaan atas pengelolaan dan
memperhatikan
2004
sebanyak
obyek
1.755
pemeriksaan,
diharapkan
dapat
karena sangat
seringkali
jumlah terbatas
auditor
sepenuhnya
hanya
hasil 63
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
dari kelemahan SPI sehingga dapat
dengan
disimpulkan, meskipun SPI lemah
masyarakat
dan dianggap tidak wajar oleh
secara
auditor,
pengelolaan
namun
kondisi,
dalam
auditor
memberikan
keinginan
untuk mau berperan
aktif
dalam
pengawasan
keuangan
daerah.
tetap
dapat
Misalnya: Mendorong masyarakat
wajar
tanpa
untuk
opini
pengecualian
beberapa
mendorong
kepada
laporan
keuangan.
mau
mengikuti
organisasi
masyarakat
proses
perencanaan
penganggaran
KESIMPULAN DAN SARAN
pelatihan mengenai
APBD,
dan dengan
mengikuti pelatihan ini setidaknya Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan Ukuran pemerintah dan belanja modal tidak signifikan mempengaruhi kelemahan material
sistem
pengendalian
internal. Demikian halnya dengan variabel kelemahan material tidak berpengaruh pada opini auditor.
masyarakat dapat belajar mengenai apa itu APBD, fungsi APBD, dan mengenai pentingnya pengawasan APBD
sebagai
salah
alat
kesejahteraan masyarakat, sehingga diharapkan berperan
masyarakat aktif
perencanaannya, sampai
dapat
dalam
proses
penganggarannya
pada
pengawasan
Dari analisis penelitian ini beberapa
penggunaannya.
sarana
daerah
partisipasi masyarakat seperti ini,
adalah sistem pengendalian internal
maka hal ini dapat meningkatkan
menjadi
sistem
bagi
pemerintah
sangat
penting
bagi
Dengan
pengendalian
adanya
internal
pemerintah daerah yang memiliki
pemerintah
ukuran dan belanja modal yang
Pemerintah daerah mau menyediakan
tinggi,
ruang tersendiri bagi masyarakat
dengan
adanya
pengendalian internal
sistem
yang baik
untuk
daerah.
dapat
Selain
itu
menyampaikan
maka hal ini dapat mengurangi
partisipasinya
kelemahan kelemahan material pada
ketidakpuasan terhadap pengelolaan
suatu satunya
pemerintah adalah
meningkatkan
dan
keluhan
atas
daerah,
salah
keuangan daerah. Dengan adanya
dengan
cara
penyediaan ruang dan mekanisme
partisipasi
publik,
komplain
dalam
pengelolaan 64
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
pendapatan dan belanja daerah maka
material SPI dari pemerintah daerah
ini bisa menjadi pintu besar bagi
tersebut, pemerintah daerah yang
pembuka perubahan dan perbaikan
memiliki ukuran pemerintah dan
bagi sistem pengendalian internal.
belanja modal yang lebih tinggi
Hukum di Negara Indonesia yang
bisanya cenderung memiliki ukuran
masih sangat lemah turut mendorong
pemerintah SPI yang tinggi pula atau
tidak
ukuran
malah justru sebaliknya, namun hal
modal
ini menjadi tidak saling berpengaruh
material,
dikarenakan sumber daya manusia di
pengaruhnya
pemerintah
dan
terhadap
belanja
kelemahan
sehingga
disarankan
pemerintah
daerah harus semakin memperbaiki dan menegakkan hukum di Negara
bidang
akuntansi
pemerintah
di
Negara Indonesia yang masih sangat terbatas,
sehingga
disarankan
Indonesia. Sampai sejauh ini, hukum
pemerintah
di Negara Indonesia masih sangat
meningkatkan sumber daya manusia
lemah,
terutama dalam bidang akuntansi dan
dan
hal
ini
semakin
daerah
memberikan kesempatan yang besar
pengawasan
keuangan
bagi pejabat - pejabat di pemerintah
Pemerintah
diharapkan
daerah
untuk
melakukan
dapat
memberikan pelatihan - pelatihan khusus dalam bidang akuntansi dan
memperketat
diklat secara berkala. Pemerintah
pemerintah
menegakkan
dan
di
daerah.
dapat
Diharapkan
hukum
KKN.
terus
Indonesia,
konsisten
juga
dapat
menerapkan
and
punishment
sistem
dengan undang-undang yang sudah
reward
dibuat, menegakkan keadilan hukum
pegawai
tanpa memandang latar belakang
sehingga hal ini diharapkan dapat
masyarakat, dan mengurangi obral-
meningkatkan kualitas kerja bagi
obralan remisi kepada para tahanan
pegawai.
koruptor.
Hasil analisis variabel kelemahan
pemerintah
bagi daerah,
ukuran
material dan opini auditor menjadi
modal
tidak berpengaruh signifikan, hal ini
pemerintah daerah terhadap ukuran
diduga karena jangka waktu audit
pemerintah
akan
hanya 3 bulan. Dalam peraturannya,
kelemahan
Presiden dan Gubernur atau Bupati
Besar
atau
pemerintah
berpengaruh
kecilnya dan
belanja
akhirnya terhadap
tidak
65
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
atau
Walikota
sudah
harus
menyampaikan rancangan undang -
waktu
penyusunan
laporan
keuangan.
undang tentang pertanggungjawaban
DAFTAR PUSTAKA
pelaksanaan APBN/APBD kepada
Arens, A.A., Elder, R.J., dan Beasley M.S. 2006. Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, 9th Edition. MCGraw – Hill.
DPR/DPRD
berupa
laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh BPK selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
setelah
tahun
anggaran
berakhir, tetapi penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat/daerah pada umumnya masih memerlukan waktu yang cukup lama meskipun telah menggunakan sistem akuntansi keuangan sehingga
yang baru
terkomputerisasi, diselesaikan
dan
disampaikan kepada BPK sekitar 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sisa waktunya selama 3 (tiga) bulan akan digunakan BPK
untuk
mengaudit
laporan
keuangan tersebut. Oleh karena itu, jika pemerintah daerah dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien serta mampu
menggunakan
sistem
informasi akuntansi yang berbasis komputer
dengan
sebaik-baiknya
maka ini dapat dapat meringankan beban kerja (audit workload) BPK. Sehingga
disarankan
pemerintah
daerah dapat memperpendek jangka
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Iktisar Hasil Pemeriksaan Sementara, 2008. ________, Laporan Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, 2008. Boynton, W.C., dan Kell W.G. 2006. Modern Auditing, 8th edition. John Wiley & Sons, Inc. Flynn, Norman. 1997. Public Sector Management, Prentice Hall. Ge,
Weili; Sarah McVay. The Disclosure of Material Weaknesses in Internal Control after the Sarbanes-..., Accounting Horizons; Sep 2005, 19, 3, ABI/INFORM Global pg. 137.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Guy, Dan M.,C. Wayne Alderman, dan Alan J.Winter, 1999, Auditing, Edisi 5, Erlangga, Jakarta. Hakim, Abdul, 2001, Statistika Deskriptif untuk ekonomi dan Bisnis, Ekonisia, Yogyakarta. Halim, Abdul, 2007, Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah, Edisi Revisi, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta. 66
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
_________________, Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.
Indonesia, Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan).
Halim, Abdul, dan Theresia Woro, 2007, Pengelolaan Keuangan Daerah, Edisi Kedua, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.
Mauro, Paulo, 1998, ”Corruption and the Composition of Goverment Expenditure”, Journal of Public Economic Vol. 69:263-279
Ikatan Akuntansi Indonesia. PSAP (Professional Standart Accountant Public). Per 1 Januari 2004. Jakarta: Salemba Empat.
Prawitt, Douglas F; Steven M. Glover; William F. Messier. 2006. Auditing and Assurances Services a Systematic Approach, 4th Edition. Mc.Graw – Hill.
___________________. SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan). Per 1 September 2007. Jakarta: Salemba Empat.
Romney, Marshall B; Paul John Steinbart. 2004. Accounting Information System, 9th Edition. Salemba Empat, Jakarta.
Kawedar, Warsito, 2010, ”Opini Audit dan Sistem Pengendalian Internal (Study Kasus di Kabupaten PWJ yang Mengalami Penurunan Opini Audit)”, Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol 6, No. 1, Tahun 2009, Universitas Diponegoro.
Santika, Andry A., 2005, Peranan Controller dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Gaji pada PT Pos Indonesia (PERSERO), http://dspace.widyatama.ac.id/ha ndle/10364/425.20 Maret 2010.
Kazmier, Leonard J, 1988, Basis Statistics For Business And Economics, McGraw-Hill, Japan. Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta. Laswad, Fawzi, Richard Fisher dan Peter Oyelere, 2005, ”Determinants of Voluntary Internet Financial Reporting By Local Government Authorities”, www.elsevier.com. 20 Maret 2010 Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, serial ketiga, Andi, Yogyakarta. Mari, 2009, Pengungkapan Kelemahan Pengendalian Internal Pada BUMN di
Sunarsih, -, Faktor-faktor yang mempengaruhi opini disclaimer BPK terhadap laporan keuangan di lingkungan departemen di Jakarta. http://www.gunadarma.ac.id. Taliawo, Elisabeth Arini, 2009, Analisi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota SeJawa/Bali),http://dspace151:8080 /jspui/bitstream/1234 56789/2091/1/T232005118.pdf. 20 Maret 2010. Utami, Intiyas; Suzy Noviyanti. 2004. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit. Fakultas Ekonomi UKSW, Salatiga. 67
Theresia Woro damayanti&Poppy Septia Sari
Warren, Carl S dan James M. Reeve, 2006, Warren Reeve Fess Accounting, 21th Edition. Salemba Empat, Jakarta.
68