THE RESULT FOR DIFFERENCE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE THE LEARNING CELL AND TEAM GAMES TOURNAMENT ON SUB KONSEP THE HUMAN BREAT RESEACH Zhimatiana Anugrah Gus Iskandar, Hernawan ABSTRACK The teacher have a vital role for the success of the students to understanding their lesson. Because as a teacher have to be able to provide innovation in learning the learning objeck can be achieved. The one of is by use cooperative learning with centered system to students, wich that students actively in learning. Theres learning model that can be use is cooperative learning with the learning with the learning cell type and teams games tournament can improve students learning outcomes.
Keyword : Cooperatif Learning, The Learning Cell, Temas Games Tournament
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE LEARNING CELL DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA SUB KONSEP SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Zhimatiana Anugrah Gus Iskandar, Hernawan ABSTRAK Guru memiliki peran yang sangat penting terhadap keberhasilan siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Oleh karena itu guru harus mampu memberikan inovasi-inovasi dalam pembelajarannya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang berpusat kepada siswa sehingga siswa aktif dalam setiap pembelajarannya. Model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pemelajaran kooperatif tipe the learning cell dan teams games tournament yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, the learning cell, temas games tournament
1
2 Pendahuluan A. Latar belakang Guru harus mampu memberikan ilmu dan menciptakan siswa yang berkualitas. Namun pembelajaran tidak akan sesuai dengan yang diharapkan apabila tidak ada dukungan dan keterlibatan siswa. Terutama pembelajaran IPA yang memerlukan pemahaman lebih karena tingkat kesulitannya yang tinggi. Guru harus kreatif dan mampu menghadirkan inovasi-inovasi dalam pembelajarannya , sehingga tidak akan membuat siswa merasa jenuh, selalu menanti proses pembelajaran dan membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. Fenomena di lapangan selama ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak permasalahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di kelas IV SD Negeri I Cilele Kabupaten Sukabumi, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata pelajaran IPA tahun ajaran 2012/2013 pada materi Sistem Pernapasan pada Manusia baru mencapai 61,25 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah 65,00. Hal ini menunjukkan dalam proses belajar IPA di kelas IV SD Negeri I Cilele Kabupaten Sukabumi terdapat beberapa kelemahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan inovasi modelmodel pembelajaran kooperatif sehingga dapat maningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif yang dipilih yaitu tipe the learning cell dan teams games tournament. Kedua model pembelajaran ini memberikan situasi pembelajaran yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell menuntut siswa berpasangan dan harus dapat membuat pertanyaan sehingga mereka bisa saling melempar pertanyaan. Sementara untuk model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament siswa dibagi ke dalam kelompok di mana setiap kelompok akan mengikuti sebuah turnamen dan kelompok yang memiliki skor paling tinggi akan mendapatkan sebuah penghargaan. B. Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dan teams games tournament pada sub konsep Sistem Pernapasan Pada Manusia ?”. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dan teams games tournament jika diterapkan pada proses pembelajaran konsep Sistem Pernapasan Pada Manusia. D. Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.
3 2. Dapat membantu kelangsungan pembelajaran di sekolah dan memberikan masukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. 4. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan dan menentukan kebijakan penetapan kurikulum di masa yang akan datang. Pembahasan A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell Model the learning cell pertama kali dikembangkan oleh Goldschmid dari Swiss Federal Institute of Technology di Lausanne (Suprijono, Agus, 2009:122) mengemukakan bahwa “Model pembelajaran the learning cell menunjuk pada suatu bentuk belajar kooperatif dalam bentuk berpasangan, dimana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan materi bacaan yang sama”. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe the learning cell menurut Suprijono, Agus (2009:122) adalah: 1. sebagai persiapan, siswa diberi tugas membaca suatu bacaan kemudian menulis pertanyaan yang berhubungan dengan msalah pokok yang muncul dari bacaan atau materi terkait lainnya; 2. pada awal pertemuan, siswa ditunjuk untuk berpasangan dengan mencari kawan yang disenangi. Siswa A memulai dengan membacakan pertanyaan pertama dan dijawab oleh siswa B; 3. setelah mendapat jawaban dan mungkin telah dilakukan koreksi atau diberi tambahan informasi, giliran siswa B mengajukan pertanyaan yang harus dijawab siswa A; 4. jika siswa A selesai mengajukan satu pertanyaan kemudian dijawab oleh siswa B, ganti siswa B yang bertanya, dan begitu seterusnya; 5. selama berlangsung tanya jawab, guru bergerak dari satu pasangan ke pasangan lain sambil memberi masukan atau penjelasan dengan bertanya atau menjawab pertanyaan; dan 6. guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan mengenai materi yang sudah disampaikan. Zaini, dkk (2008:87) menyatakan bahwa: model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell ini dapat dimodifikasi dalam bentuk lain salah satu bentuk variasi lain dari model ini adalah setiap siswa membaca atau mempersiapkan materi yang berbeda, siswa A berperan sebagai mengajar siswa B menuliskan pokok pokok dari siswa A dan kemudian siswa B untuk bertanya kemudian siswa A dan B berganti peran dan begitu seterusnya. B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Slavin, Robet (2011:163) menyatakan bahwa: teams games tournemant sama dengan student teams achievement division kecuali satu hal teams games tournament menggunakan tournament akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lainya yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.
4 Menurut Saco (Rusman, 2013:224) “Dalam teams games tournament siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing”. Menurut Slavin, Robert E (Komalasari, Kokom, 2011:67-68) ada lima komponen utama dalam teams games tournament, yaitu : 1. penyajian kelas. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan mamahami materi yang akan disampaikan guru; 2. kelompok. guru membagi kelompok terdiri dari empat orang siswa secara heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, ras dan etnik; 3. game. Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok; 4. tournament. Tournament dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja; dan 5. team recognize.Tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. C. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Learning Cell dan Teams Games Tournament Tes hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri I Celele Kabupaten Sukabumi yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kopertaif tipe the learning cell diperoleh nilai minimum 7, nilai maksimum 28, rentang 21, rata-rata 20, varians 35,27, standar deviasi 5,49, median 12. Sementara tes hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri I Celele Kabupaten Sukabumi yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kopertaif tipe teams games tournament diperoleh nilai minimum 5, nilai maksimum 26, rentang 21, rata-rata 16,5, varians 29,27, standar deviasi 5,41, median 16. Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode statistik uji t, yang digunakan untuk membandingkan nilai postest model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dan teams games tournament untuk mengetahui apakah nilai postest telah mencapai KKM atau belum. Namun sebelum dilakukan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians. Uji normalitas data posttes yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dengan menggunakan Uji Lilliefors diperoleh L0 = 0,10 yang lebih kecil dari Lkritis = 0,18. Demikian pula data postest yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament diperoleh L0 = 0,07 yang lebih kecil dari Lkritis = 0,18. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kedua data telah diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Fmaksimum diperoleh nilai Fhitung = 1,20 sedangkan Ftabel = 2,01.
5 Jadi menurut perhitungan tersebut, maka didapat Fhitung < Ftabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data tersebut memiliki varians yang homogen. Hasil perhitungan uji t diperoleh thitung = 2,17 dan ttabel = 2,01. Ini menunjukkan hasil posttest siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell tidak sama dengan hasil posttest yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament. Selain itu uji t juga menunjukkan nilai posttest siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran nilai kooperatif tipe the learning cell telah mencapai KKM yang ditentukan. Sementara posttest siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran nilai kooperatif tipe teams games tournament belum mencapai KKM yang ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament di kelas IV SD Negeri I Cilele Kabupaten Sukabumi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cel diperoleh nilai rata-rata posttest sebesar 35,27 lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament diperoleh nilai rata-rata posttest sebesar 29,27. Adanya perbedaan ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, dalam pembelajaran kooperatif tipe the learning cell yang memfokuskan pembelajaran pada kelompok kecil yang memungkinkan siswa lebih aktif bertanya dan saling bekerjasama. Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya dalam pertanyaan tersebut dan juga siswa harus mencari informasi dalam bacaan yang diberikan sebanyak-banyaknya sehingga dapat menjawab pertanyaan dari pasangannya. Berdasarkan hal tersebut, maka terjalinlah kerjasama antar siswa untuk menjawab pertanyaan untuk memahami materi pembelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament siswa dikelompokan dengan berbagai tingkat kemampuan yang berbeda Pada saat pembelajaran berlangsung terutama pada saat diskusi kelompok siswa kesulitan untuk dapat bekerjasama dengan kelompoknya. Sebenarnya pada saat tahapan games dan tournament dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dimana siswa harus dapat menjawab pertanyaanpertanyaan yang diberikan oleh guru dan juga melatih tanggungjawab karena siswa harus menyumbangkan skor untuk kelompoknya. Hanya saja dalam tahapan ini siswa terlalu terhanyut dalam games dan tournament sehingga kelas menjadi tidak kondusif dan juga memerlukan waktu yang lama. Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dan teams games toaurnamet dapat diketahui kekurangan dan kelebihannya.
6 Selain kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dan teams games tournament terdapat beberapa kendala sebagai berikut: 1. sulitnya pengelompokan siswa dalam proses pembelajaran karena siswa tidak terbiasa melakukan proses pembelajaran dengan cara berkelompok; 2. sulitnya untuk memotivasi siswa yang memiliki kmampuan yang rendah untuk dapat mengungkapkan pendapatnya sendiri; 3. kurang terjalinnya kerjasama yang baik antar siswa selama proses pembelajaran; dan 4. daya tangkap siswa yang bervariasi yaitu sebagian kecil memiliki daya tangkap yang baik dan sebagian besar memiliki daya tangkap yang kurang baik sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menjelaskan tahapan proses pembelajaran. Dari hasil pengamatan tersebut penulis memberikan saran-saran dalam pembelajaran sebagai berikut: 1. guru harus bisa lebih memotivasi siswa yang memiliki latar kemampuan yang berbeda; 2. guru harus mampu memberikan suasana yang berbeda dalam setiap pertemuan sehingga siswa tidak akan merasa jenuh dan bosan tetapi tidak terlepas dari model pembelajaran yang digunakan yaitu the learning cell dan teams games tournament; dan 3. guru harus dapat mengefektifkan waktu supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis, maka penulis berkesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dan teams games tournament pada sub konsep Sistem Pernapasan pada Manusia. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. proses belajar mengajar di kelas hendaknya lebih bervariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh ketika sedang berada di kelas misalnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dan teams games tournament seperti yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini; 2. dalam penerapan model pembelajaran kooperatif khususnya model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dan teams games tournament hendaknya guru membimbing proses diskusi lebih baik dan teratur sehingga sasaran dari diskusi dapat tercapai; 3. untuk mengefektifkan proses pembelajaran hendaknya guru dapat memodifikasi mekanisme suatu model pembelajaran sehingga dapat
7 meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran tanpa membuang unsur pokok model pembelajaran yang digunakan; dan 4. pada penelitian ini, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe the learning cell dan teams games toaurnament pada sub konsep Sistem Pernapasan pada Manusia, untuk peneliti selanjutnya penulis menyarankan untuk mencoba materi lain. Daftar Pusataka
Hernawan, Edi. (2013) Pengantar Statistik Parametrik. Tasikmalaya: Tidak diterbitkan. Komalasari, Kokom. (2011). Pembelajaran Konstektual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama Poedjiadi, Anna. (2005). Dasar-dasar Biokimia. Bandung: Universitas Indonesia Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers Slavin, E Robert. (2011). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media Suprijono, Agus. (2009). Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yamin, Martinis. (2012). Paradigma Pendidikan Kontrustivistik. Jakarta: Gaung Persada Press Zaini, Hisyam. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani Riwayat Penulis Zhimatiana Anugrah Gus Iskandar, adalah mahasiswa Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya.