PENGUKURAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DESA CIBEDUG, KABUPATEN BOGOR DALAM PEMBANGUNAN JALAN DESA TIPE OTTA SEAL The Measurement of Community Participation Level at Cibedug Village, Bogor Regency on Developing Rural Roads with Otta Seal Type
Ahsan Asjhari Balai Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Sosial Ekonomi dan Lingkungan, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum Jl. Gayung Kebonsari No. 50 Surabaya Email:
[email protected] Tanggal diterima: 17 April 2013 ; Tanggal disetujui: 17 Juni 2013
ABSTRACT Roads are the infrastructure needed to support rural connectivity. Roads open access to the market, education, and healthcare facilities to develop socioeconomic communities in the area. The technology used to open to penetrate rural areas up to the remote, it takes the road with low traffic volume specifications. One of the technologies of road pavement to support the road specification is otta seals that developed by Pusjatan Balitbang PU. In 2011, the technology was applied to build the rural road in Desa Cibedug, Kabupaten Bogor as a pilot project. This study aims to determine the level participation villagers Cibedug in the construction process using the combination of level participation stair by Arnstein and participatory road scheme. This study categorizes participation into three levels, i.e. high, medium, and low. Based on the results of the discussion, it can be seen that the participation of the villagers of Cibedug in most phases of construction is medium category. Meanwhile in the phase of action plan, participation of community was categorized as high, which can be seen through various forms of material and non-material participation deployed. Thus community participation has an important role in the successful development of rural roads. Keywords: participation, construction of roads, rural roads, otta seal ABSTRAK Jalan merupakan prasarana yang diperlukan untuk menunjang konektivitas daerah pedesaan. Jalan membuka akses terhadap fasilitas pasar, pendidikan, serta kesehatan untuk pengembangan sosial ekonomi bagi masyarakat di daerah tersebut. Teknologi yang digunakan untuk membuka daerah pedesaan, biasanya berupa jalan dengan spesifikasi volume lalu lintas rendah. Salah satu teknologi perkerasan jalan dengan spesifikasi tersebut adalah otta seal yang dikembangkan oleh Pusat Litbang Jalan dan Jambatan Balitbang PU. Pada tahun 2011, teknologi tersebut diujicobakan untuk membangun jalan di Desa Cibedug, Kabupaten Bogor. Tulisan ini bertujuan untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat Desa Cibedug dalam pembangunan jalan desa tersebut, dengan mengkombinasikan tangga partisipasi Arnstein dan skema model pembangunan jalan partisipatif dengan teknologi otta seal sehingga dapat dikategorisasi menjadi 3 tingkatan partispasi, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dari pembahasan diketahui, tingkat partisipasi masyarakat Desa Cibedug pada sebagian tahapan pembangunan jalan desa tersebut termasuk sedang. Sementara dalam tahap implementasi rencana aksi, partisipasi masyarakat termasuk tinggi. Ini terlihat dari berbagai bentuk partisipasi masyarakat yang dikerahkan dalam tahapan tersebut. Kata Kunci: partisipasi, pembangunan jalan, jalan desa, otta seal.
77
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.5 No.2, Juli 2013 hal 76 - 139
PENDAHULUAN Transportasi jalan merupakan prasarana yang sangat dibutuhkan untuk menembus isolasi wilayah, seperti penduduk di daerah pedesaan. Keberadaan jalan tersebut diperlukan untuk menunjang konektivitas daerah pedesaan tersebut terhadap daerah lainnya. Selanjutnya, konektivitas tersebut akan membuka akses terhadap pasar untuk pemasaran hasil pertanian, fasilitas pendidikan, kesehatan, dan berbagai peluang untuk pengembangan sosial ekonomi di daerah pedesaan tersebut. Jalan untuk pedesaan dengan spesifikasi volume lalu lintas rendah diperlukan untuk menembus daerah pedesaan hingga pelosok pedalaman. Tipe jalan ini memiliki beban standar yang sangat rendah, jauh di bawah standar jalan umum. Umumnya, jalan tersebut tersebut dirancang untuk menerima beban lalu lintas dengan volume tinggi selama masa konstruksinya dan kembali menjadi jalan dengan volume lalu lintas rendah di saat beroperasi (MacCulloch 2006). Menurut Manual on Uniform Traffic Control Devices (MUTCD), jalan volume rendah merupakan fasilitas yang terletak di luar area perkotaan, pusat kota, dan perumahan. Jalan ini memiliki volume lalu lintas kurang dari 400 Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR). Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang Kementerian PU telah melakukan pengembangan sebuah model teknis pembuatan atau peningkatan jalan desa yang memenuhi kriteria volume lalu lintas rendah. Salah satu fokus pengembangan jalan volume lalu lintas rendah adalah metode dengan teknologi lapis perkerasan jalan bertipe otta seal.
Teknologi lapis perkerasan jalan bertipe otta seal dikembangkan pada tahun 1960an dan pertama kali diujicobakan di Lembah Otta, Norwegia. Otta seal adalah lapisan aspal tipis yang dapat diaplikasikan sebagai lapisan tunggal atau ganda yang terdiri dari kerikil bergradasi atau agregat pecahan yang berisi semua ukuran. Lapisan tersebut kemudian dilapisi aspal tipis kemudian dipadatkan dengan menggunakan roller. Dengan demikian teknologi lapis perkerasan jalan bertipe otta seal yang relatif sederhana karena pertimbangan kemudahan aplikasi dan pemanfaatan bahan-bahan lokal, sehingga mudah diterapkan secara partisipatif oleh masyarakat.
Pada tahun 2011, teknologi perkerasan jalan bertipe otta seal tersebut diterapkan pada skala lapangan oleh Pusjatan di Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Penerapan ini dilakukan dengan didampingi oleh Pusat Litbang Sosial
78
Ekonomi dan Lingkungan untuk mendukung penerapan teknologi perkerasan jalan bertipe otta seal yang dilaksanakan langsung oleh masyarakat. Teknologi yang dikembangkan oleh Pusat Litbang Jalan dan Jembatan ini diharapkan dapat diterapkan langsung secara partisipatif oleh masyarakat setempat.
Desa Cibedug Kecamatan Ciawi sendiri terletak di selatan Kabupaten Bogor dan berada pada ketinggian antara 500 – 1200 mdpl di atas permukaan laut. Sebagian besar penduduk desa adalah petani. Tercatat penduduk yang terlibat dalam sektor pertanian mencapai 78% dari total jumlah penduduk berdasar mata pencaharian. Selain sebagai petani, mata pencaharian penduduk desa ini antara lain adalah sebagai karyawan perusahaan (14%), bergerak di sektor industri mulai kecil, menengah hingga besar (5%), dan sebagai abdi masyarakat (PNS/Polri/Pensiunan), yaitu sebesar 3% (Profil Desa Cibedug 2010). Merujuk pada aspek demografis terkait tingkat pendidikan secara umum, sebagian besar masyarakat Desa Cibedug hanya mengenyam pendidikan hingga sekolah dasar yang mencapai 53% dari total jumlah penduduk. Bahkan presentasi untuk penduduk yang tidak mengenyam pendidikan mencapai 33,8%. Berdasarkan observasi lapangan, rendahnya pendidikan tersebut berkaitan dengan buruknya prasarana jalan yang mengisolasi sebagian dusun di Desa Cibedug, yaitu Dusun Babakan dan Ciaul. Hal tersebut menyebabkan akses menuju sekolah setingkat SMP/MTs cukup sulit dijangkau, sehingga pembangunan jalan merupakan kebutuhan vital bagi penduduk desa tersebut. Dengan demikian pembangunan jalan dengan teknologi perkerasan otta seal dapat dilaksanakan secara partisipatif oleh masyarakat Desa Cibedug.
Penelitian ini merupakan kegiatan verifikasi terhadap Mekanisme Alih Teknologi Penyelenggaraan Jalan Volume Lalu Lintas Rendah dan Biaya Murah Secara Partisipatif yang telah disusun pada tahun 2011. Penelitian ini menggunakan skema model pembangunan jalan partisipatif dengan teknologi otta seal yang disandingkan dengan tangga partisipatif, untuk mengukur partisipasi masyarakat Desa Cibedug dalam penerapan teknologi perkerasan jalan bertipe otta seal tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai “Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam penerapan teknologi perkerasan jalan bertipe otta seal di Desa Cibedug, Kabupaten Bogor?” Dengan diketahuinya tingkat partisipasi masyarakat dalam
Pengukuran Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa Cibedug, Kabupaten Bogor dalam Pembangunan Jalan Desa Tipe Otta Seal Ahsan Asjhari pembangunan jalan dengan teknologi tipe otta seal di desa tersebut, diharapkan dapat dijadikan bahan penyempurnaan bagi mekanisme pelaksanaan alih teknologi Penyelenggaraan Jalan Volume Lalu Lintas Rendah dan Biaya Murah Secara Partisipatif, di kemudian hari.
KAJIAN PUSTAKA Pembangunan Masyarakat
Jalan
Desa
Berbasis
Peran
Merujuk pada UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, khususnya pada pasal 1 angka 9 disebutkan bahwa penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi : 1. Pengaturan. Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan perencanaan umum, dan penyusunan peraturan perundang undangan jalan;
2. Pembinaan. Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan;
3. Pembangunan. Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan; dan 4. Pengawasan jalan. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan.
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2012 tentang Pedoman Peran Masyarakat dalam Penyelenggaraan Jalan menyebutkan bahwa masyarakat dapat ikut berperan dalam pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan. Masyarakat yang berperan dalam penyelenggaraan jalan dapat bersifat: perorangan, kelompok, dan badan usaha. Tiap sifat tersebut dapat digolongkan sebagai 1) masyarakat pengguna jalan, dan 2) masyarakat pemanfaat jalan. Peran masyarakat dapat dilakukan pada jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/ kota, dan jalan desa. Sedangkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan, menyebutkan bahwa peran masyarakat untuk penyelenggaraan jalan desa, antara lain : 1. Partisipasi, masyarakat terlibat secara langsung dalam kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, supervisi maupun pemanfaatan serta pemeliharaannya; dan
2. Keswadayaan, kemampuan masyarakat menjadi faktor pendorong utama dalam keberhasilan kegiatan, baik proses perencanaan, pelaksanaan, supervisi maupun pemanfaatan serta pemeliharaannya.
Berdasarkan konsep di atas, dalam konteks penelitian ini, penyelenggaraan jalan lebih difokuskan pada kegiatan pembangunan jalan desa yang melibatkan peran masyarakat yang meliputi unsur partisipasi dan keswadayaan mayarakat dalam persiapan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Penelitian terkait peran atau partisipasi masyarakat dalam pembangunan jalan antara lain dilakukan oleh Balai Pemberdayaan ke-PU-an Surabaya (2007). Dalam penelitian yang dilakukan di Desa Undisan, Bali, Balai Pemberdayaan kePU-an Surabaya membagi pembangunan jalan yang berbasis komunitas (Community Based Development) menjadi 8 tahapan, yaitu sosialisasi ke pemerintah daerah, pemilihan lokasi, sosialisasi program ke lokasi terpilih, survei lokasi, penyusunan community action plan, implementasi, pembentukan kelembagaan masyarakat, dan pendampingan kelompok masyarakat. Tahapan pembangunan jalan pada penelitian ini mencoba menggali kebutuhan masyarakat terhadap prasarana jalan lingkungan sebagai dasar penyusunan rencana aksi komunitas.
Sementara penelitian Balai Litbang Sosekling Bidang Jalan dan Jembatan (2011) yang mencoba mempertemukan kebutuhan masyarakat akan prasarana jalan dengan kebutuhan teknis untuk penerapan teknologi perkerasan otta seal untuk diterapkan pada skala lapangan. Setidaknya terdapat 7 tahap pembangunan jalan partisipatif dengan teknologi otta seal yang meliputi : fase persiapan (penyusunan) program yang meliputi tahap 1) pemilihan lokasi, 2) pemetaan potensi, dan 3) sosialisasi kegiatan. Fase perencanaan teknis yang meliputi tahap 4) pembentukan dan perkuatan pokja, serta 5) penyusunan rencana aksi. Fase konstruksi yang meliputi tahap 6) implementasi rencana aksi dan fase pengoperasian dan pemeliharaan jalan yang meliputi tahap 7) pemeliharaan pasca konstruksi. Tahapan tersebut merupakan skema ideal yang dapat diacu dalam pelaksanaan pembangunan jalan dengan menggunakan teknologi otta seal sehingga dapat memaksimalkan potensi partisipasi masyarakat secara maksimal. Tahapan pelaksanaan pembangunan jalan dengan teknologi otta seal tersebut kemudian dirumuskan ke dalam skema model pembangunan jalan
79
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.5 No.2, Juli 2013 hal 76 - 139
Gambar 1. Skema model pembangunan jalan partisipatif dengan teknologi otta seal Sumber : Balai Litbang Sosekling Jatan, 2011
partisipatif dengan teknologi otta seal sebagaimana dapat dilihat dalam gambar 1. Partisipasi Masyarakat
Esensi dari pembangunan sosial telah terpenuhi apabila masyarakat telah berpartisipasi sepenuhnya dalam pembentukan keputusan yang mempengaruhi kesejahteraan mereka serta dapat mengimplementasikan keputusan-keputusan tersebut. Partisipasi menumbuhkan sense of community yang mendorong terbentuknya integritas sosial. Secara garis besar, konsep pembangunan sosial yang mengandalkan komponen partisipatif di dalamnya mempunyai implikasi perubahan mendasar dalam metode perencanaan pembangunan yang semula top-down dari pemerintah menjadi bottom-up. Menurut Bintoro (1976), partisipasi masyarakat merupakan elemen penting dalam pembangunan. Administrasi pembangunan yang sedang berjalan, tidak akan sempurna (efektif) jika tidak terdapat partisipasi masyarakat. Paling tidak partisipasi dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan.
Partisipasi menurut Arnstein (Aliadi 1994) adalah bagaimana masyarakat dapat terlibat dalam
80
perubahan sosial yang memungkinkan mereka mendapatkan bagian keuntungan dari kelompok yang berpengaruh. Selanjutnya Arnstein menyebutkan bahwa terdapat delapan tangga partisipasi (Gambar 2). Tangga pertama disebut manipulasi dan kedua terapi. Kategori manipulasi dan terapi ini bila yang dilakukan dalam bentuk mendidik dan mengobati. Dalam tangga pertama dan kedua ini Arnstein menganggap itu bukan bentuk partisipasi. Tangga ketiga adalah fase penyampaian informasi. Tangga keempat adalah konsultasi dan kelima peredaman kemarahan. Kategori pada tangga ketiga hingga lima ini disebut tingkat tokenisme, yaitu suatu tingkatan peran serta di mana masyarakat didengar dan diperkenankan berpendapat, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan. Menurut Arnstein, jika partisipasi hanya dibatasi pada tingkat tokenisme, maka kecil kemungkinan ada upaya perubahan dalam masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Oleh karena itu, masih ada kategori tangga teratas dalam tingkat kekuasaan di mana rakyat memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan. Untuk tahap
Pengukuran Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa Cibedug, Kabupaten Bogor dalam Pembangunan Jalan Desa Tipe Otta Seal Ahsan Asjhari 8.
Pengawasan masyarakat
7.
Pendelegasian kekuasaan
6.
Kemitraan
5.
Peredaman/perujukan
4.
Konsultasi
3.
Menyampaikan informasi
2.
Terapi
1.
Manipulasi
Tingkat Pengambilan Keputusan
Tingkat Tokenisme
Non Partisipasi
Gambar 2. Delapan Tangga Partisipatif Masyarakat Sumber: Arnstein 1969
ini, tangga keenam disebut kemitraan. Tangga ketujuh pendelegasian kekuasaan dan kedelapan pengawasan masyarakat. Perkerasan Jalan Tipe Otta Seal
Pembangunan jalan desa yang diterapkan di Desa Cibedug, Kabupaten Bogor dilaksanakan dengan menerapkan teknologi perkerasan dengan tipe otta seal yang dikembangkan oleh Pusjatan. Teknologi otta seal merupakan salah satu tipe metode lapis perkerasan jalan, seperti halnya sand seal atau pun chip seal. Otta seal sebagai lapisan aspal yang tipis, diaplikasikan sebagai lapisan tunggal atau ganda yang terdiri dari kerikil bergradasi atau agregat pecahan yang berisi semua ukuran dan aspal gradasi potongan atau penetrasi lunak (Overby dan Pinard 2007).
Lapis perkerasan otta seal sebenarnya tidak menambah kekuatan struktur jalan. Oleh karena itu, permukaan yang akan diperkeras, perlu dipersiapkan untuk menahan tingkat lalu lintas yang direncanakan. Persiapan dasar jalan mungkin mencakup pemberian kerikil ulang pembentukan ulang dan dan pemadatan (Gambar 3).
Gambar 3. Tipe-tipe Perkerasan Jalan Sumber : Overby & Pinard, 2007
Satu lapisan agregat di rol ke aspal menggunakan roller roda pneumatik atau truk bermuatan. Penerapan otta seal atau segel otta merupakan perkerasan yang sederhana karena pertimbangan kemudahan dalam memanfaatkan bahan-bahan lokal setempat seperti ketersediaan kerikil alam, tenaga kerjanya berkualitas yang biasa saja, perkerasan berkapasitas beban rendah diperbolehkan, dan kapasitas pemeliharaannya yang rendah. Dengan pertimbangan kemudahan otta seal menjadi pilihan teknologi untuk dapat diaplikasikan secara partisipatif oleh masyarakat, khususnya di Desa Cibedug, Kabupaten Bogor.
Teknologi otta seal di Desa Cibedug sendiri diimplementasikan sepanjang 473 meter dari total 538 meter panjang jalan yang dibangun. Kondisi geometri jalan di lokasi kegiatan menyebabkan diperlukan penerapan teknologi perkerasan jalan yang lain, yaitu lapen dan hotmix untuk menyiasati badan jalan dengan kemiringan lebih dari 10°.
METODe penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit untuk diteliti (Faisal 2008).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan melaksanakan wawancara terhadap key person, antara lain meliputi tokoh masyarakat di Desa Cibedug seperti kepala desa, aparat desa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang dituakan serta anggota kelompok kerja penerapan teknologi otta seal di Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Pengumpulan data primer ini dilakukan pada pelaksanaan pembangunan jalan tipe otta seal di Desa Cibedug,
81
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.5 No.2, Juli 2013 hal 76 - 139
Kabupaten Bogor pada tahun 2011. Data primer juga diperoleh melalui buku laporan pokja yang mencatat tentang pelaksanaan rapat internal, buku laporan tentang swadaya masyarakat, dan buku laporan daftar absensi yang merekam kehadiran anggota masyarakat dalam kegiatan pembangunan jalan sebagai dasar perhitungan Hari Orang Kerja (HOK). Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah profil Desa Cibedug untuk mengetahui kondisi umum desa tersebut.
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode analisis data kualitatif. Merujuk pada Bungin (2008), metode analisis data kualitatif memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) melakukan pengamatan terhadap feno-mena sosial, melakukan identifikasi, revisirevisi, dan pengecekan ulang terhadap data yang ada; 2) melakukan kategorisasi terhadap informasi yang diperoleh; 3) menelusuri dan menjelaskan kategorisasi; 4) menelusuri dan menjelaskan kategorisasi; 5) menjelaskan hubungan-hubungan kategori-sasi; 6) menarik kesimpulan umum; dan 7) membangun atau menjelaskan teori.
Partisipasi masyarakat Desa Cibedug tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan delapan tangga partisipasi masyarakat yang disandingkan dengan skema model pembangunan jalan partisipatif dengan teknologi otta seal. Delapan tangga partisipasi kemudian disederhanakan sebagai berikut : 1) tahap terapi dan manipulasi masuk ke dalam kategori non partisipasi dimana tingkat partisipasi rendah. Tingkat partisipasi rendah dapat disebabkan pembangunan jalan di Desa Cibedug sama sekali tidak menggunakan skema model mekanisme pembangunan jalan partisipatif dengan teknologi otta seal. 2) tahap konsultasi, menyampaikan informasi, dan peredaman/perujukan masuk ke dalam kategori tokenisme atau tingkat partisipasi sedang. Tingkat partisipasi sedang dapat disebabkan pembangunan jalan di Desa Cibedug menggunakan skema model mekanisme pembangunan jalan partisipatif dengan teknologi otta seal namun tiap tahapan yang tidak dilalui secara prosedural. 3) tahap pengawasan masyarakat, pendelegasian kekuasaan dan kemitraan masuk ke dalam kategorisasi tingkat pengambilan keputusan atau tingkat partisipasi tinggi. Tahapan ini tercapai apabila pembangunan jalan di Desa Cibedug menggunakan skema model mekanisme pembangunan jalan partisipatif dengan teknologi otta seal secara prosedural.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum, partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan jalan desa dengan teknologi
82
perkerasan otta seal yang dilaksanakan di Desa Cibedug, Kabupaten Bogor mulai dari fase persiapan hingga pengoperasian dan pemeliharaan pasca konstruksi adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan Lokasi
Dalam skema pemilihan lokasi, skema model mekanisme pembangunan jalan partisipatif dengan teknologi otta seal, pemilihan lokasi seharusnya memenuhi kriteria sosial, ekonomi, dan lingkungan serta teknis. Kriteria sosial, ekonomi, dan lingkungan antara lain terkait prioritas kebutuhan masyarakat, akses bagi masyarakat miskin, dan menggerakkan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar. Sementara kriteria teknis antara lain terkait geometri jalan dan akses peralatan berat.
Dalam pembangunan jalan tipe otta seal di Desa Cibedug, partisipasi masyarakat terwujud melalui usulan dan informasi kebutuhan masyarakat Desa Cibedug akan infrastruktur jalan desa. Namun demikian, kriteria teknis terkait geometri jalan dan akses peralatan berat masih menjadi pertimbangan utama, mengesampingkan usulan. Dengan demikian partisipasi masyarakat dalam tahap ini hanya masuk dalam kategori menyampaikan informasi. 2. Pemetaan Potensi
Sementara dalam tahap pemetaan sosial ekonomi dan lingkungan, partisipasi masyarakat muncul dalam bentuk ide dan mengutarakan pendapat. Proses pemetaan potensi misalnya, pada proses tersebut masyarakat secara aktif menyampaikan pendapat mereka mengenai keterbatasan sumber daya alam di Desa Cibedug guna penerapan teknologi otta seal, beserta alternatif solusinya. Meskipun keputusan pengadaan bahan dan material ditentukan oleh tim teknis, namun kegiatan tersebut mencerminkan tingkat partisipasi pada tangga konsultasi yang berada dalam ranah tokenisme. Tokenisme dalam tangga partisipasi menunjukkan bahwa tingkatan peran serta di mana masyarakat baru sebatas di dengar dan diperkenankan berpendapat, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan. 3. Sosialisasi
Dalam pelaksanaan sosialisasi, aura tokenisme masih bisa dilihat karena tingkat partisipasi masyarakat berada dalam tangga ketiga dalam konsepsi Arnstein, yaitu menyampaikan informasi. Hal tersebut didasari pada pelaksanaan kegiatan yang mendudukkan masyarakat pada pihak penerima informasi terkait pelaksanaan kegiatan pembangunan jalan dengan tipe otta seal.
Pengukuran Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa Cibedug, Kabupaten Bogor dalam pembangunan jalan desa Tipe Otta Seal Ahsan Asjhari 4. Pembentukan dan perkuatan pokja
Jika sebelumnya partisipasi masyarakat masih terbatas, namun tidak demikian dalam tahapan pembentukan pokja. Penentuan bidangbidang dalam pokja, seperti Bidang OP, Bidang Pengawasan, Bidang Penyediaan Bahan/Peralatan, Bidang Ketanagakerjaan, Bidang Konsumsi, dan Bidang Sosialisasi yang muncul atas inisiatif dari masyarakat. Demikian juga dalam penentuan personal yang mengisi pos-pos tersebut, ditentukan berdasarkan inisiatif dari masyarakat tanpa adanya campur tangan dari pihak lain. Hal tersebut didasari pada pemikiran bahwa masyarakatlah yang memahami potensi dan kapasitas personal dalam menduduki pos-pos yang ditentukan. Proses pembentukan kelompok ini lebih cenderung dilaksanakan sebagai upaya agar pokja dapat merangkul anggota masyarakat lain untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan jalan. Dengan demikian dalam proses pembentukan kelompok cenderung berada dalam tingkatan perujukan. 5. Penyusunan rencana aksi
Penyusunan rencana aksi juga mencerminkan upaya perujukan agar masyarakat Desa Cibedug dapat berpartisipasi dalam pembangunan jalan. Dalam kegiatan tersebut, tim dari Pusjatan memberikan arahan berupa rencana kerja teknis penyiapan badan jalan dan pelaksanaan pekerjaan otta seal. Arahan tersebut kemudian diskema ulang guna menginventarisir sumber daya swadaya masyarakat yang dapat dimobilisasi pokja guna mendukung rencana teknis. Kesepakatan pokja untuk memobilisasi sumber daya swadaya masyarakat seperti tenaga kerja, penyediaan lahan, konsumsi, dan peralatan, merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat. 6. Implementasi rencana aksi
Dalam implementasi rencana aksi penyiapan badan jalan dan pelaksanaan alih teknologi otta seal, kemitraan antara masyarakat dan tim teknis
terlihat menonjol. Kemitraan tersebut terlihat dalam pelaksanaan kegiatan dimana tim teknis menyediakan bahan/material, peralatan berat (TR 6 ton), dan juga pengetahuan teknis dalam pekerjaan pemasangan gorong-gorong saluran, pemasangan base beton untuk saluran, pemasangan bata pada bahu jalan, pengurugan agregat kelas B, penghamparan lapis CTSB, serta penerapan otta seal). Sementara masyarakat mengerahkan sumber daya swadaya yang telah disepakati dalam penyusunan rencana aksi. 7. Pemeliharaan pasca konstruksi
Seperti halnya kegiatan sebelumnya, pemeliharaan pasca konstruksi masih memperlihatkan unsur kemitraan antara masyarakat dengan pelaksana program. Berdasarkan arahan dari tim teknis, pemeliharaan pasca konstruksi penting bagi keberlanjutan teknologi. Pasca penerapannya pada tanggal 11-13 September 2011, teknologi perkerasan otta seal membutuhkan waktu sampai dengan 3 (tiga) bulan untuk memperoleh hasil yang maksimal, dimana aspal mulai mengikat agregat yang ditabur akibat perlindasan lalu lintas. Dalam jangka waktu hingga 3 bulan tersebut, penampakan jalan masih licin akibat agregat yang belum terikat aspal. Dengan demikian diperlukan pengawasan dan pemeliharaan jalan hingga waktu yang ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat berinisiatif untuk melakukan kerja bakti rutin untuk mengawasi dan mengembalikan kerikil yang terlepas ke tempat semula. Usulan pokja kepada pemerintah desa untuk mengeluarkan himbauan kepada pemilik kendaraan berat di sekitar jalan, juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat. Namun demikan partisipasi masyarakat dalam tahapan ini adalah sebatas penyampaian informasi tersebut. Berikut adalah matriks tingkat partisipasi masyarakat Desa Cibedug dalam tiap tahapan kegiatan pembangunan jalan dengan teknologi otta seal dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi :
Tabel 1. Matriks tingkat partisipasi masyarakat Desa Cibedug dalam pembangunan jalan dengan teknologi otta seal No
Tahapan Kegiatan
Tingkat Partisipasi Rendah
Sedang
Tinggi
1
Pemilihan Lokasi
--
--
2
Pemetaan Potensi
--
--
3
Sosialisasi Kegiatan
--
--
4
Pembentukan dan Perkuatan Pokja
--
--
5
Penyusunan Rencana Aksi
--
--
6
Implementasi Rencana Aksi
--
--
7
Pemeliharaan pasca konstruksi
--
--
Sumber : Balai Litbang Sosekling Bidang Jalan dan Jembatan, 2011
83
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol.5 No.2, Juli 2013 hal 76 - 139
Matriks pada tabel 1 memberikan gambaran tentang skema partisipasi masyarakat dalam pembangunan jalan dengan teknologi otta seal. Terdapat kombinasi tingkat partisipasi masyarakat yang dijumpai dalam tiap tahapan kegiatan tersebut. Pada tahap awal tingkat partisipasi sedang, yaitu pemilihan lokasi, pemetaan potensi, sosialisasi kegiatan, pembentukan, perkuatan pokja, dan penyusunan rencana aksi serta pemeliharaan pasca konstruksi. Partisipasi dalam tahapan tersebut masih terbatas, meskipun masyarakat memiliki peluang untuk menyampaikan pendapat, ide maupun gagasan dalam tiap tahapan tersebut. Namun, peran masyarakat untuk ikut memberikan keputusan masih terbatas karena adanya pertimbangan teknis. Sementara itu, dalam tahapan implementasi rencana aksi, partisipasi masyarakat Desa Cibedug dapat dikategorikan ke dalam tingkat partisipasi tinggi.
Partisipasi masyarakat dalam implementasi rencana aksi tersebut tercermin dalam kegiatan penyiapan badan jalan, dimana partisipasi masyarakat disumbangkan ke dalam bentuk 1) inisiatif masyarakat untuk menyusun buku daftar hadir untuk pencatatan mobilisasi tenaga kerja, 2) inisiatif masyarakat untuk menyusun buku kerelaan lahan, sehingga dapat diketahui siapa saja masyarakat yang memberi keswadayaan dalam bentuk lahan beserta luasannya, dan 3) inisiatif masyarakat untuk mencatat keswadayaan masyarakat dalam implementasi rencana aksi.
Selain non materi, partisipasi masyarakat Desa Cibedug dalam tahapan implementasi rencana
aksi dalam pembangunan jalan juga memberikan partisipasi materi atau unsur keswadayaan, seperti bahan/material, kerelaan lahan, pendanaan, dan peralatan. Partisipasi materi dimobilisasi pada saat implementasi rencana aksi yang berlangsung selama 31 hari, baik itu penyiapan badan jalan dan pelaksanaan alih teknologi. Partisipasi masyarakat dalam bentuk materi antara lain berupa peralatan kerja. Peralatan kerja yang disediakan secara partisipatif antara lain berupa peralatan sederhana, seperti cangkul, cikrak, ember, parang, linggis, gerobak, dan lain sebagainya. Selain peralatan kerja, partisipasi materi (swadaya) masyarakat Desa Cibedug dalam kegiatan implementasi rencana aksi antara lain berupa tenaga kerja, kerelaan dalam pengadaan lahan dan dana swadaya masyarakat. Partisipasi materi tersebut dapat dikonversikan ke dalam rupiah, seperti yang terlihat dalam tabel 2 mengenai bentuk partisipasi materi dalam implementasi rencana aksi.
Pelaksanaan alih teknologi otta seal dilaksanakan sepanjang 473 meter dari total 538 meter jalan yang direkayasa. Jalan tersebut memiliki lebar rata-rata 3 meter, sesuai dengan kondisi badan jalan eksisting. Informasi dari tim teknis pusjatan menyebutkan bahwa penerapan otta seal membutuhkan komponen biaya Rp. 42.000,- untuk setiap meter perseginya, sehingga dengan panjang 473 meter dan lebar 3 meter, dibutuhkan total dana sejumlah Rp. 59.598.000,-. Penerapan alih teknologi otta seal yang dilaksanakan selama 3 hari tersebut, swadaya masyarakat Desa Cibedug jika dikonversikan ke dalam rupiah adalah sejumlah Rp. 21.555.000,-. Dengan demikian total pembangunan JVLRBM tipe otta seal secara partisipatif menelan biaya Rp. 81.153.000,-.
Tabel 2. Bentuk partisipasi materi dalam implementasi rencana aksi
No 1
Pekerjaan
Harga Satuan
638 HOK
Rp. 35.000,-/ hari
Rp. 22.330.000,-
Rp. 75.000,-/ m2
Rp. 12.750.000,-
Dana konsumsi, 28 Hari administrasi, dll Total swadaya masyarakat untuk penyiapan badan jalan (A)
Rp. 300.000,-/ hari
Rp. 8.400.000,-
Pelaksanaan alih teknologi Tenaga Kerja otta seal Pengadaan lahan untuk pelebaran jalan otta seal
78 HOK
Rp. 35.000,-/ hari
Rp. 2.730.000,-
239 m2
Rp. 75.000,-/ m2
Rp. 17.925.000,-
Rp. 300.000,-/ hari
Rp.
Tenaga Kerja
Pengadaan lahan untuk 170 m2 pelebaran jalan
2
Dana konsumsi, administrasi, dll Total swadaya masyarakat untuk alih teknologi (B)
3 Hari
Total swadaya masyarakat (A+B)
Sumber : Balai Litbang Sosekling Bidang Jalan dan Jembatan, 2011
84
Konversi Dalam Rupiah
Jumlah
Penyiapan badan jalan
Bentuk Swadaya
Rp. 43.480.000,-
900.000,-
Rp. 21.555.000,Rp. 65.035.000,-
Pengukuran Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa Cibedug, Kabupaten Bogor dalam Pembangunan Jalan Desa Tipe Otta SEAL Ahsan Asjhari
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas disimpulkan bahwa sebagian besar tahapan pembangunan jalan desa dengan teknologi perkerasan tipe otta seal di Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor berada dalam tingkat partisipasi sedang. Meski demikian dalam tahapan implementasi rencana aksi, masyarakat Desa Cibedug berada dalam tingkat partisipasi tinggi. Partisipasi masyarakat memiliki peran yang cukup penting dalam keberhasilan pembangunan jalan desa dengan teknologi otta seal sepanjang 473 meter di Desa Cibedug, Kabupaten Bogor.
Tahapan pembangunan jalan desa di Desa Cibedug dengan tipe otta seal tersebut merupakan mekanisme pengembangan untuk dapat diaplikasikan di lokus lain. Guna mencapai partisipasi masyarakat yang lebih tinggi, maka diperlukan pendekatan partisipatif yang lebih mengarah kepada kemitraan antara pelaksana kegiatan dengan masyarakat setempat.
Daftar Pustaka
Aliadi, Arif dkk. 1994. Peran serta Masyarakat dalam Pelestarian Hutan; Studi di Ujung Kulon Jawa Barat, Tenganan Bali, Krui Lampung. WALHI, cetakan pertama. Arnstein. 1969. A Ladder of Citizen Participation. JAIP, Vol. 35, No. 4, July 1969. [Balai Pemberdayaan Bidang Ke-PU-an] Pusat Litbang Sebranmas, Balitbang PU. 2007. Penelitian Demoplot Model Peran Masyarakat Dalam Pembangunan Jalan di Desa Undisan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. [Balai Litbang Sosekling Bidang Jalan dan Jembatan] Pusat Litbang Sosial, Ekonomi dan Lingkungan. 2011. Penyusunan Mekanisme Alih Teknologi Penyelenggaraan Jalan Volume Lalu Lintas Rendah dan Biaya Murah Secara Partisipatif. Bungin, M. Burhan. Prof., Dr., H., S., Sos., M.Si. 2008. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana. Faisal, Sanapiah. 2008. Format-format Penelitian Sosial. Dasar-dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. MacCulloch, Frank. 2006. Guidelines For The Risk Management Of Peat Slips On The Construction
Of Low Volume/Low Cost Roads Over Peat. Scotland : Forestry Civil Engineering. Forestry Commission. Overby & Pinard. 2007. The Otta Seal Surfacing. An economic and practical alternative to traditional bintuminous surface and treatment. Norway :Norwegian Public Roads Administration. Petss, Robert. 2007. Rationale For The Compilation Of International Guidelines For Low-Cost Sustainable Road Surfacing. LCS Working Paper No 1. Intech Associaties. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/ PRT/M/2012 Tentang Pedoman Peran Masyarakat dalam Penyeleng-garaan Jalan PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Profil Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. 2010. Soetomo. 2009. Pembangunan Masyarakat, Merangkai Sebuah Kerangka. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suhaimi, Uzair. 1999. Focus Group Discussion, Panduan Bagi Peneliti Studi Kualitatif Studi Dampak Sosial Krisis Moneter. Kerjasama BPS-AD. Tjokroamidjojo, Bintoro. 1976. Pengantar Administrasi Pembangunan, Jakarta :LP3ES. Undang-Undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan http://ab-fisip-upnyk.com. diakses pada 23 Maret 2011. http://mutcd.fhwa.dot.gov/htm/2009/part5/ part5a.htm diakses pada 23 Maret 2011. http://xa.yimg.com diakses pada 23 Maret 2011.
85