The Feasibility Study of Hydrangea Macrophylla Flower at Gobleg Village, Banjar Sub-District, Buleleng Regency ABSTRACT Hydrangea macrophylla flower is highly demanded for the use of Hindu ceremonial activities. It can be used as decorating plant and the leaves are used as traditional medicine. Hydrangea macrophylla flower will increase in demand from year to year as the numbers of people increasing and the frequent of religious ceremonies. This research purposes to analyze the feasibility of Hydrangea macrophylla flower agribusiness reviewed from financial aspect, market aspect, technical aspect, and social aspect; to analyze which one is more sensitive between input and output prices to the flower agribusiness; and to identify the obstacles in developing the flower agribusiness at Gobleg Village, Banjar sub-district, Buleleng Regency. Primary data were obtained from 83 Hydrangea macrophylla flower farmers and secondary data were obtained from literature and related institutions. Data were analyzed using undiscounted method analysis which comprises of payback period and discounted method that consists of Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C) and completed with sensitivity analysis. To measure respondent's attitude to market, technical and social aspects, as well as to identify obstacles in developing Hydrangea macrophylla flower, the qualitative descriptive method was used. Analysis result shows that Hydrangea macrophylla flower agribusiness is feasible reviewed from financial aspect that is payback period is 2 years and 5 months which is shorter than economic age which is for 6 years, positive NVP for Rp 19,080,155.00 which is higher than zero, IRR is 44.58% which is higher than market rate of interest of 16%, B/C for 1.33 which is bigger than 1. This study indicates that the farm is more sensitive to changes in output price than that of input price. In terms of respondents’ attitude, it shows that market aspect scored at average of 4.15, technical aspect with average score of 4.06, and social aspect with average score of 4.03. The three scores achieved are in the good category. This research also shows that the agribusiness of Hydrangea macrophylla flower is able to absorb 179 manpower in a year. Obstacles to develop Hydrangea macrophylla flower agribusiness in Gobleg Village Banjar, sub-district, Buleleng Regency in terms of technical aspect were the technology to keep Hydrangea macrophylla flower to last longer, and unavailability of chemical products needed by farmers in the village. On the other hand, the nontechnical obstacles were determination of output price by the collectors making low bargaining position of farmer, unstable price of the product, small size of land ownership to widen the flower agribusiness, farmer group as an institution for Hydrangea macrophylla flower farmer is not functioned optimally, and the lack of financial institution to support capital to farmers. Hydrangea macrophylla flower agribusiness in Gobleg Village, Banjar subdistrict, Buleleng Regency is relevant to be developed by paying more attention to proper technology and by optimizing communication and the role of farmer group. Keywords: feasibility, Hydrangea macrophylla flower farming, Gobleg Village
vii
ABSTRAK Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Bunga Hortensia di Desa Gobleg Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Bunga hortensia (Hydrangea macrophylla) banyak diminati oleh masyarakat selain sebagai pelengkap sarana upacara keagamaan bagi umat Hindu. Jenis bunga ini juga dipakai sebagai tanaman hias dan daunnya untuk bahan obat. Kebutuhan bunga hortensia akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan seringnya dengan kegiatan upacara keagamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usahatani tanaman bunga hortensia ditinjau dari aspek finansial, aspek pasar, aspek teknis, dan aspek sosial; menganalisis manakah yang lebih peka diantara harga input dengan output pada usahatani bunga hortensia; dan mengidentifikasi kendala-kendala dalam pengembangan usahatani bunga hortensia di Desa Gobleg Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Data primer diperoleh dari 83 orang petani bunga hortensia dan data sekunder diperoleh dari literatur dan dari publikasi instansi yang terkait. Data dianalisis dengan menggunakan analisis metode undiscounted yang terdiri dari payback period dan metode discounted terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C) dan dilengkapi dengan analisis sensitivitas. Untuk mengukur sikap responden terhadap aspek pasar, teknis, sosial dan untuk mengidentifikasi kendala-kendala dalam pengembangan bunga hortensia digunakan metode diskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani bunga hortensia layak untuk diusahakan ditinjau dari aspek finansial yaitu payback period sebesar 2 tahun 5 bulan, yang lebih pendek dari umur ekonomis yaitu 6 tahun, NPV positif sebesar Rp 19.080.155,13 yang lebih besar dari nol, IRR sebesar 44,58% yang lebih besar dari suku bunga bank yaitu sebesar 16%, B/C sebesar 1,33 yang lebih besar dari satu. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usahatani bunga hortensia lebih peka terhadap perubahan harga output dibandingkan dengan perubahan harga input. Persepsi responden terhadap aspek pasar menunjukkan rata-rata skor 4,15, aspek teknis dengan rata-rata skor 4,06, dan aspek sosial dengan rata-rata skor 4,03. Ketiga skor tersebut berada dalam katagori baik. Jumlah tenaga kerja yang mampu terserap dari usahatani bunga hortensia sebanyak 179 orang dalam satu tahun. Kendala pengembangan usahatani bunga hortensia di Desa Gobleg Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng adalah kendala teknis seperti: petani tidak mengetahui teknologi agar bunga hortensia dapat bertahan lebih lama, masa panen lebih panjang dan obat-obatan yang diperlukan tidak tersedia di desa tersebut. Kendala non teknis adalah harga jual bunga hortensia ditentukan oleh pembeli (pengumpul) sehingga posisi tawar petani lemah, harga jual bunga hortensia tidak stabil, luas lahan yang semakin sempit, kelompok tani sebagai wadah bagi petani bunga hortensia belum berfungsi secara optimal, dan belum ada lembaga keuangan untuk menyediakan modal bagi petani. Usahatani bunga hortensia di Desa Gobleg Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng perlu untuk dipertahankan dan dikembangkan dengan memperhatikan teknologi, dan mengoptimalkan komunikasi dan peran kelompok tani. Kata kunci : kelayakan, usahatani bunga hortensia, Desa Gobleg
ix
RINGKASAN
Provinsi Bali juga termasuk salah satu sentra pengembangan tanaman hias. Hal ini berarti bahwa pengembangan tanaman hias di Bali pada masa yang akan datang cukup baik karena didukung oleh sumberdaya alam. Berdasarkan data statistik Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, luas areal tanaman Provinsi
hias
Bali sampai tahun 2009 mencapai 915,51 ha untuk berbagai
di jenis
tanaman hias. Jenis tanaman hias yang dikembangkan adalah anggrek, anyelir, mawar, melati, angsoka, krisan, gladiol, pisang-pisangan, sedap malam, palm, ephorbia, soka, adenium, antorium, dan pakis. Selain jenis tanaman hias di atas masih ada lagi jenis tanaman hias lainnya yang sudah dikenal luas di Masyarakat Bali yakni bunga hortensia (Hydrangea macrophylla). Di Bali bunga hortensia banyak diminati oleh masyarakat sebagai pelengkap sarana upacara keagamaan bagi umat Hindu, juga dapat dipakai sebagai tanaman hias dan daunnya untuk bahan obat. Kebutuhan bunga hortensia akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan seringnya upacara keagamaan Luas areal tanaman bunga hortensia di Provinsi Bali terbanyak ada di Kabupaten Buleleng dengan luas 1.043,00 ha, dan Kabupaten Tabanan 10 ha. Menurut data statistik Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Buleleng 2009, bahwa perkembangan luas areal tanaman bunga hortensia di Kabupaten Buleleng ratarata 110,05% selama dua tahun terakhir. Desa Gobleg Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng merupakan sentra pengembangan tanaman hortensia. Tanaman ini mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, namun belakangan
karena tanaman ini
x
bunganya laku di pasaran
dengan harga yang cukup menjanjikan maka oleh masyarakat setempat dicoba untuk dikembangkan
lebih lanjut tanpa melalui proses perencanaan yang matang.
Usahatani bunga hortensia yang dikembangkan masyarakat di Desa Gobleg diharapkan mampu menambah pendapatan petani. Oleh karena itu diperlukan pengkajian yang lebih dalam tentang kelayakan usahatani tanaman bunga hortensia tersebut agar dapat dipakai sebagai pertimbangan oleh petani dalam memilih komoditas yang diusahakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan usahatani tanaman bunga hortensia ditinjau dari aspek finansial, aspek pasar, aspek teknis, dan aspek sosial, menganalisis manakah yang lebih peka diantara harga input dengan output pada usahatani bunga hortensia, dan mengidentifikasi kendala-kendala dalam pengembangan usahatani bunga hortensia di Desa Gobleg Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Lokasi Penelitian dilaksanakan di Dusun Asah Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan: Dusun Asah Gobleg adalah merupakan satusatunya dusun dari 4 (empat) dusun yang ada di Desa Gobleg penduduknya menanam bunga hortensia dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usahatani bunga
hortensia. Populasi dalam penelitian ini adalah para petani bunga
hortensia. Jumlah petani sebagai responden dalam penelitian ini sebanyak 83 orang. Untuk untuk menganalisis kelayakan usahatani tanaman bunga hortensia ditinjau dari aspek finansial digunakan analisis kuantitatif dengan metode undiscounted yaitu payback period., dan metode metode discounted yaitu Net present value (NPV), Internal rate of return (IRR), dan Benefit cost catio (BCR) dan dilengkapi analisis sensitivitas. Sedangkan untuk
aspek pasar, aspek teknis, dan aspek sosial digunakan
xi
analisis deskriptif kualitatif. Untuk mengidentifikasi kendala-kendala dalam pengembangan usahatani bunga hortensia digunakan metode diskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah usahatani bunga hortensia yang dilakukan di Desa Gobleg Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng layak untuk diusahakan karena dilihat dari aspek finansial yaitu payback period hasilnya sebesar 2 tahun 5 bulan yang lebih pendek dari umur ekonomis yaitu 6 tahun, Net Present Value (NPV) positif sebesar Rp 19.080.155,13 yang lebih besar dari nol, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 44,58% yang lebih besar dari suku bunga riil dipasaran yaitu sebesar 16%, Benefit Cost Ratio sebesar 1,33 yang lebih besar dari satu. Di samping itu dari aspek pasar, aspek teknis, dan aspek sosial berada dalam katagori baik dengan rata-rata skor berturut-turut 4,15, 4,06, dan 4,03. Jumlah tenaga kerja yang terserap dari usahatani bunga hortensia secara penuh sebanyak 179 orang dalam satu tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa perubahan harga output lebih peka jika dibandingkan dengan perubahan harga input. Kendala pengembangan usahatani bunga hortensia di Desa Gobleg Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng dapat diidentifikasi sebagai berikut. Kendala teknis adalah sulit untuk mendapatkan air untuk menyiram tanaman bunga hortensia agar masa panen lebih panjang, petani tidak mengetahui teknologi agar bunga hortensia dapat bertahan lebih lama, dan obat-obatan
yang diperlukan tidak tersedia di desa
tersebut. Kendala non teknis adalah harga jual bunga hortensia ditentukan oleh pembeli (pengepul) sehingga posisi tawar petani lemah, harga jual bunga hortensia tidak stabil, kepemilikan lahan petani relatif sempit sehingga menjadi kendala dalam pengembangan usahatani bunga hortensia, kelompoktani sebagai wadah bagi petani bunga hortensia untuk mengadakan interaksi belum berfungsi secara optimal, dan belum ada lembaga keuangan untuk menyediakan modal bagi petani. xii
Berdasarkan potensi yang ada serta analisis kelayakan maka usahatani bunga hortensia di Desa Gobleg
layak untuk dipertahankan dan dikembangkan. Untuk
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang memadai
maka petani
perlu
diberikan penyuluhan tentang teknologi agar bunga hortensia dapat bertahan lebih lama dan masa panen dapat lebih panjang. Di samping itu agar dibentuk lembaga keuangan yang beranggotakan para petani bunga hortensia agar memudahkan untuk mendapatkan modal dengan bunga yang murah. Petani supaya lebih intensif untuk mengadakan komunikasi antar petani bunga hortensia dan mencari informasi dengan lembaga terkait.
xiii