TGB inspire Beramal itu urusan detik, Beramal itu urusan kesempatan. Jadi, jangan sampai ada satu kedsempatan yang terlewatkan untuk melakukan hal-hal yang baik.
TGB inspire Masyarakat itu, akan mengikuti perilaku dari pemimpin-pemimpinya. Untuk iyu, jadilah pemimpin yang memberi teladan yang baik
Editor:
Desain Grafis-LayOut:
Dicetak:
Diterbitkan oleh:
- Ahyar Rosidi - Farid Tolomundu
Dadang .CBN
Polydoor Daesain Grafis & Printika
Biro Humas Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat 2016
IKHTIAR
Tiada Henti PERCIKAN PIKIRAN DAN KEBIJAKAN TGB MEMBANGUN NTB
Editor:
Ahyar Rosidi Farid Tolomundu
ii IKHTIAR Tiada Henti
iii IKHTIAR Tiada Henti
iv
v
IKHTIAR Tiada Henti
IKHTIAR Tiada Henti
IKHTIAR Tiada Henti
PERCIKAN PIKIRAN DAN KEBIJAKAN TGB MEMBANGUN NTB
Gubernur dan Keharuan ''Orang Kecil'’ Agus Talino
§ Suara NTB 19 Oktober 2009
62
§ Lombok Post, 26 Mei 2016
69
§ Suara NTB, Mei 2016
72
Tiongkok, TGB dan Kades “Gila”
Daftar Isi
Maia Rahmayati
TGB-Nomic dan NTB M. Firmansyah
PROLOG Dahlan Iskan “Tuan Guru dengan Masa Depan yang Panjang”
Gubernur Santri Zainul Majdi Termasuk Reformis Muda § Kompasiana, 3 Maret 2014 Deliana Setia
77
vi Gubernur NTB Tokoh Perubahan 2010
PERCIKAN PEMIKIRAN
02
§Membangun Benteng Kultural
04
§Sukses Pemimpin Rakyat
10
§Anomali Impor Jagung
16
§Politik Impor Sapi
22
§Catatan Kritis PP Tembakau
26
§Kurban Sebagai Pendidikan Karakter
32
PERCIKAN MEDIA
§ Republika, 26 Februari 2016
§ Sejumlah media sosial, Maret 2008
§ Lombok Post,
22 Desember 2008
§ Republika
21 Januari 2016
95
103
Misi NTB Jadi Kawasan Ekonomi Maritim dan Jalur Alternatif Perdagangan Dunia § detikfinance, Rachmadin Ismail
25 Februari 2016
106
38
NTB Catat Laju Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di Indonesia § ANTARA News, 10 Agustus 2015 Awaludin
100
40
Gubernur NTB Raih Penghargaan Pariwisata § kompas.com, 10 Desember 2011
112
45
Indonesia Raih Tiga Penghargaan, Dua untuk Lombok § CCN Indonesia.com, 22 Oktober 2015
114
52
Gubernur NTB Pidato Bahasa Arab di Depan Grand Syekh Al-Azhar § nu.or.id - Rabu, 24 Februari 2016 Musthofa Asrori
116
58
Gubernur NTB Berbagi Resep Pembangunan di Sidang UNDP PBB § Republika.co.id, 1 Oktober 2016 Nursyamsi & Dwi Murdaningsih
118
Zainul Majdi, Pemimpin yang Bekerja Mukhlis Yusuf
Mira Rosana Gnagey
Gubernur NTB dan Perlawanan Terhadap Beras Impor § DetikFinace, 22 Februari 2016
Dicari: Gubernur Visioner! Farid Tolomundu
§ M.Pd, Suara NTB, 10 November 2016
TGB : PanglimaWilayah yang ''Masagi'’
98
TGB dan Politik NW Lalu M. Iqbal Ma'ruf
90
Menyiapkan Diri untuk “Move On” dari TGB § Suara NTB, 8 November 2016 Mohammad Azhar
Tuan Guru Bajang Meniti Jejak, Nasihin Masha
§ www.koran.republika.co.id, 31 Maret 2011
vi
vii
IKHTIAR Tiada Henti
IKHTIAR Tiada Henti
I
P
R
O
L
O
G
DAHLAN ISKAN MENTERI BUMN DI ERA PRESIDEN SBY
TUAN GURU DENGAN MASA DEPAN YANG PANJANG INILAH GUBERNUR YANG BERANI MENGKRITIK PERS SECARA TERBUKA. DI PUNCAK ACARA HARI PERS NASIONAL (HPN) PULA. DI DEPAN HAMPIR SEMUA TOKOH PERS SE-INDONESIA. PUN, DI DEPAN PRESIDEN JOKOWI SEGALA. DI LOMBOK, 9 FEBRUARI LALU.
nilah gubernur yang kalau mengkritik tidak membuat sasarannya terluka. Bahkan tertawa-tawa saking mengenanya dan lucunya. ”Yang akan saya ceritakan ini tidak terjadi di Indonesia,” kata sang gubernur. ”Ini di Mesir.” Sang gubernur memang pernah bertahun-tahun bersekolah di Mesir. Di universitas paling hebat di sana: Al Azhar. Bukan hanya paling hebat, tapi juga salah satu yang tertua di dunia. Dari Al Azhar pula, sang gubernur meraih gelar doktor. Untuk ilmu yang sangat sulit: tafsir Alquran. Inilah satusatunya kepala pemerintahan di Indonesia yang hafal Alquran. Dengan artinya, dengan maknanya, dan dengan tafsirnya. Mesir memang mirip dengan Indonesia di bidang politik. Dan persnya pernah lama diperintah secara otoriter. Lalu, terjadi reformasi. Bedanya: Demokrasi di Indonesia
mengarah ke berhasil. Di Mesir masih sulit ditafsirkan. “Di zaman otoriter dulu,” ujar sang gubernur di depan peserta puncak peringatan Hari Pers Nasional itu, ”tidak ada orang yang percaya berita koran.” Gubernur sepertinya ingin mengingatkan berita koran di Indonesia pada zaman Presiden Soeharto. Sama. Tidak bisa dipercaya. Semua berita harus sesuai dengan kehendak penguasa. ”Satu-satunya berita yang masih bisa dipercaya, hanyalah berita yang dimuat di halaman 10,” ujar sang gubernur. Di halaman 10 itulah, kata dia, dimuat iklan dukacita. Gerrrrrrr. Semua hadirin tertawa. Termasuk Presiden Jokowi. Tepuk tangan pun membahana. Bagaimana setelah reformasi, ketika pers menjadi terlalu bebas? ”Masyarakat Mesir malah lebih tidak percaya,” katanya. ”Semua berita
viii
ix
IKHTIAR Tiada Henti
memihak,” tambahnya. ”Halaman 10 pun tidak lagi dipercaya,” guraunya. Meski hadirin terbahak lebih lebar, sang gubernur masih perlu klarifikasi. ”Ini bukan di Indonesia lho, ini di Mesir,” katanya. Hadirin pun kian terpingkal. Semua mafhum. Ini bukan di Mesir. Ini di Indonesia juga. Saya mengenal banyak gubernur yang amat santun. Semua gubernur di Papua termasuk yang santun. Yang dulu maupun sekarang. Tapi, gubernur yang baru mengkritik pers itu luar biasa santunnya. Itulah gubernur Nusa Tenggara Barat: Tuan Guru Dr Zainul Majdi. Lebih akrab disebut Tuan Guru Bajang. Gelar Tuan Guru di depan namanya mencerminkan bahwa dirinya bukan orang biasa. Dia ulama besar. Tokoh agama paling terhormat di Lombok. Sejak dari kakeknya. Sang kakek punya nama selangit. Termasuk langit Arab:
IKHTIAR Tiada Henti
Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid. Di Makkah, sang kakek dihormati sebagai ulama besar. Buku-bukunya terbit dalam bahasa Arab. Banyak sekali. Di Mesir. Juga di Lebanon. Jadi pegangan bagi orang yang belajar agama di Makkah. Sang kakek adalah pendiri organisasi keagamaan terbesar di Lombok: Nahdlatul Wathan (NW). Setengah penduduk Lombok adalah warga NW. Di Lombok, tidak ada NU. NUnya ya NW ini. Kini sang cuculah yang menjadi pimpinan puncak NW. Dengan ribuan madrasah di bawahnya. Maka, pada zaman demokrasi ini, dengan mudah Tuan Guru Bajang terpilih menjadi anggota DPR. Semula dari Partai Bulan Bintang. Lalu dari Partai Demokrat. Dengan mudah pula dia terpilih menjadi gubernur NTB. Dan terpilih lagi. Untuk periode kedua sekarang ini. Selama karirnya itu, Tuan Guru Bajang memiliki track record
yang komplet. Ulama sekaligus umara. Ahli agama, intelektual, legislator, birokrat, dan sosok santun. Tutur bahasanya terstruktur. Pidatonya selalu berisi. Jalan pikirannya runtut. Kelebihan lain: masih muda, 43 tahun. Ganteng. Berkulit jernih. Wajah berseri. Murah senyum. Masa depannya masih panjang. Pemahamannya pada rakyat bawah nyaris sempurna. ”Bapak Presiden,” katanya di forum tersebut, ”saya mendengar pemerintah melalui Bulog akan membeli jagung impor 300.000 ton dengan harga Rp 3.000 per kg.” Lalu, ini inti pemikirannya: Kalau saja pemerintah mau membeli jagung hasil petani NTB dengan harga Rp 3.000 per kg, alangkah sejahtera petani NTB. Selama ini, harga jagung petani di pusat produksi jagung di Dompu, Sumbawa, NTB, hanya Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per kg. Sang gubernur kelihatannya menguasai ilmu mantiq.
Pelajaran penting waktu saya bersekolah di madrasah dulu. Pemahamannya akan pentingnya pariwisata juga tidak kalah.”Lombok ini memiliki apa yang dimiliki Bali, tapi Bali tidak memiliki apa yang dimiliki Lombok,” moto barunya. Memang segala adat Bali dipraktikkan oleh masyarakat Hindu yang tinggal di Lombok Barat. Demikian juga pemahamannya tentang vitalnya infrastruktur. Dia membangun by pass di Lombok. Juga di Sumbawa. Dia rencanakan pula by pass baru jalur selatan. Kini sang gubernur lagi merancang berdirinya kota baru. Kota internasional. Di Lombok Utara. Sebagai gubernur, Tuan Guru Bajang sangat mampu dan modern. Sebagai ulama, Tuan Guru Bajang sulit diungguli. Inikah sejarah baru? Lahirnya ulama dengan pemahaman Indonesia yang seutuhnya?
PERCIKAN PEMIKIRAN TGB SOSOK GUBERNUR INTELEKTUAL DOKTOR TAFSIR QUR'AN LULUSAN AL-AZHAR MESIR BANYAK KALANGAN MENYEBUTNYA”GUBERNUR SANTRI” MENUANGKAN IDE DAN PEMIKIRAN DALAM BENTUK TULISAN MEMBERIKAN PENCERAHAN KEPADA UMMAT MELALUI PENGAJIAN TGB JALANI PENUH HIKMAT DAN RASA SYUKUR YANG BESAR TGB menulis di sejumlah media nasional Ulasannya cukup detil hingga ke soal teknis Dari perkara impor jagung dan sapi Sampai soal penanganan terorisme Tak ketinggalan pula hal ihwal agama Menulis bagi TGB adalah ladang dakwah Seperti Maulana Syeh kakek tercinta Menulis syair, hizib dan kitab lainnya Menjadi warisan hingga kini dan masa nanti
4 IKHTIAR Tiada Henti
5 PERCIKAN PEMIKIRAN
PERCIKAN PEMIKIRAN
S
Membangun
'Benteng'
Kultural Muhammad Zainul Majdi
Republika, 21 Januari 2013
aya mengikuti dengan cermat pemberitaan terkait tewasnya lima tersangka teroris dalam aksi penggerebekan yang dilakukan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, awal bulan lalu. Sejauh ini, perkembangan pemberitaan terkait hal itu memperlihatkan adanya pro dan kontra yang muncul di masyarakat. Di satu sisi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menilai, dalam upaya pemberantasan terorisme, khususnya pada Jaringan Poso, Densus 88 Antiteror Polri telah melakukan pelanggaran HAM dalam bentuk penembakan mati tersangka teroris secara tidak prosedural. Di NTB sendiri, muncul aksi elemen masyarakat yang menyatakan, aparat salah tembak terhadap dua dari lima tersangka teroris yang ditembak di Dompu. Sebaliknya, pihak Polri menyatakan, dalam menghadapi kelompok
IKHTIAR Tiada Henti
terorisme, mereka berhadapan dengan kelompok yang memiliki senjata api dan bahan peledak. Dalam beberapa upaya pemberantasan terorisme, ada juga sejumlah polisi yang meninggal. Hal serupa terjadi di Dompu. Menurut Kapolda, penembakan terjadi karena para tersangka melawan. Terjadi kontak senjata antara aparat dan para tersangka yang salah seorangnya memakai jaket bom.
Dua Pendekatan Saya mendengar dan sepenuhnya memahami perdebatan yang terjadi. Apa yang dikemukakan kedua pihak merupakan konsekuensi logis dari pendekatan pemberantasan terorisme yang diambil. Pihak Komnas HAM mengambil pendekatan soft power dengan strategi utama deradikalisasi. Sedang Densus Polri melakukan pendekatan hard power dengan posisi `perang' terhadap terorisme (war against terrorism).
6 IKHTIAR Tiada Henti
7 PERCIKAN PEMIKIRAN
Sebagai penjaga nilai-nilai kemanusiaan, Komnas HAM terikat kewajiban agar tidak ada hak-hak kemanusiaan yang terlanggar dalam pemberantasan terorisme. Berbasis sikap ini, memang terdapat tendensi bagi Komnas HAM untuk menentang penggunaan cara-cara kekerasan (koersif) dan ofensif dalam upaya menangkal terorisme. Teroris adalah juga manusia yang kesalahan satusatunya adalah tata nilai yang dianut dan diyakininya. Di bawah fungsi utamanya sebagai penjaga keamanan masyarakat, Polri menyandang beban untuk membebaskan masyarakat dari rasa tidak aman akibat aksi-aksi kekerasan yang dilakukan para pelaku terorisme. Teroris adalah pihak pemicu keresahan masyarakat yang karenanya harus dibasmi. Dan, karena yang dihadapinya adalah kelompok yang `menghalalkan' kekerasan untuk mencapai tujuan, maka sikap tegas dan keras dianggap diperlukan.
PERCIKAN PEMIKIRAN
Kedua pendekatan ini, harus diakui, bukan tanpa kelemahan. Mengutip pandangan Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM Drs Muhadi Sugiono MA, war against terrorism salah memahami aksi pemberantasan terorisme semata-mata sebagai tindakan `perang', karena yang dihadapi adalah warga negara kita sendiri. Sedang deradikalisasi mengabaikan realitas terorisme sebagai hal kompleks dengan mereduksi sebab kemunculannya semata karena pemahaman nilai yang salah. Saya sendiri berpendapat, dua pendekatan yang diambil oleh dua institusi yang berbeda ini tidaklah layak untuk dipertentangkan, melainkan masing-masing berfungsi sebagai perangkat komplemen untuk pihak lainnya. Untuk jangka pendek, langkah yang diambil Densus 88 Antiteror Polri bisa dinilai perlu untuk memotong perkembangan jaringan terorisme. Namun, kritik Komnas HAM juga diperlukan agar aksi-aksi Polri
IKHTIAR Tiada Henti
tetap berada dalam koridor hukum dan HAM berdasarkan prinsip kehati-hatian.
Dalam beberapa kesempatan, saya sudah menyampaikan pentingnya masyarakat NTB membangun semangat menjaga daerah dengan sebuah gerakan kultural. Masyarakat harus menyadari bahwa masalahmasalah mereka, termasuk masalah keamanan, tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada aparat di luar masyarakat,
Dalam beberapa kesempatan, saya sudah menyampaikan pentingnya masyarakat NTB membangun semangat menjaga daerah dengan sebuah gerakan kultural. Masyarakat harus menyadari bahwa masalah-masalah mereka, termasuk masalah keamanan, tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada aparat di luar masyarakat, misalnya TNI atau Polri. Saya mendukung upaya Polri memberantas terorisme di NTB. Namun, dalam beberapa kesempatan saya juga menyerukan perlu adanya gerakan secara kultural untuk mengantisipasi terorisme di wilayah NTB. Terorisme merupakan gerakan yang terbangun dari dalam diri masyarakat sendiri. Karenanya, setiap strategi pemberantasan terorisme haruslah berasal dari dalam diri masyarakat dengan cara membangun sebuah `benteng' kultural.
8 IKHTIAR Tiada Henti
9 PERCIKAN PEMIKIRAN
Belajar dari kasus tertembaknya lima orang tersangka teroris di Dompu, paling tidak ada dua fungsi bangunan benteng kultural ini. Pertama, sebagai upaya menahan infiltrasi `orang asing' di luar komunitas masyarakat yang memiliki nilai kultural berbeda dengan warga kebanyakan (tidak semua yang tertembak adalah warga NTB). Kedua, sebagai wahana mengukuhkan ketahanan nilai-nilai lokal yang mampu memfilter nilai-nilai dari luar yang pro kekerasan.
Kearifan Lokal Membentuk `benteng' kultural bisa dilakukan lewat cara reaktualisasi, reformulasi, dan reinternalisasi nilai-nilai kearifan lokal yang selama ini tumbuh di masyarakat. Tiga etnis besar di NTB, yaitu Etnis Samawa yang tinggal di daerah Sumbawa bagian Barat, Etnis Mbojo dari Pulau Sumbawa Timur (Dompu dan Bima), dan etnis Sasak penghuni Pulau
PERCIKAN PEMIKIRAN
Lombok memiliki kearifankearifan lokal semacam itu. Lihatlah Lawas (ungkapan) Samawa terkait toleransi semisal, “mana tau sabarang kayu” (walau siapapun itu), “lamin to' sanyaman ate” (jika mampu menyamankan hati), “ba nan si sanak parana” (maka itu adalah saudaramu). Sedangkan, etnis Mbojo di Bima dan Dompu memiliki budaya Maja Labo Dahu atau malu dan takut. Malu jika melakukan perbuatan tercela, seperti menyakiti orang lain, dan takut jika perbuatannya itu tidak disukai Tuhan. Banyak juga ungkapan kebijakan lokal suku Sasak yang menjunjung tinggi kebersamaan hidup serta nilai gotong-royong yang tidak membuka pintu bagi eksklusivitas. Hal itu antara lain tecermin dari ungkapan suku Sasak, “sorong jukung leq segara, bareng onyak bareng lenge” (mendorong perahu ke laut, baik dan buruk bersamasama). Perselisihan bukan budi
yang utama karena “sipat anak empaq, tao pesopok diriq” (sifat anak ikan, bisa menyatukan diri). Banyak kearifan lokal di masyarakat seluruh daerah Indonesia yang bisa dijadikan benteng kultural di masyarakat. Nilai-nilai yang terbukti masih sangat relevan dikembangkan untuk menghadapi beragam tantangan modernitas yang ada saat ini, termasuk menangkal terorisme.
IKHTIAR Tiada Henti
10 IKHTIAR Tiada Henti
11 PERCIKAN PEMIKIRAN
PERCIKAN PEMIKIRAN
B
Sukses
Pemimpin-Rakyat Muhammad Zainul Majdi
Republika, 5 Februari 2013
IKHTIAR Tiada Henti
aru-baru ini seorang sahabat memberikan saya sebuah artikel berjudul “In Praise of Followers” (1988) karya Robert E Kelley, pakar administrasi perusahaan dari CarnegieMellon University. Pada mulanya, saya tidak tahu persis maksud pemberian artikel itu.
fokus pada pencarian sosok pemimpin rakyat ideal. Namun, Kelley membalik paradigma itu dengan menyatakan, peran mereka yang dipimpin (followers), dalam konteks pemerintahan berarti rakyat, juga penting.
Saat membaca tulisan besar di awal tulisan yang dimuat di Harvard Bussiness Review itu, “Not all corporate success is due to leadership”, saya segera tahu, artikel itu bicara soal manajemen bisnis, bukan manajemen pemerintahan. Hanya setelah membaca lebih dalam, saya lantas menyadari betapa pentingnya tulisan Kelley itu bagi setiap pemimpin.
Lima tipe
Dari lembaran-lembaran artikel itu, muncul sebuah perspektif baru soal kepemimpinan. Saya katakan perspektif baru karena berbagai opini dan perbincangan yang muncul, utamanya menjelang hajatan politik pada 2014, senantiasa
Kelley membagi followers (baca: rakyat) menjadi lima kategori. Pertama, kategori domba (sheep) yang memiliki sejumlah ciri: pasif, tidak kritis, kurang memiliki inisiatif, serta rasa tanggung jawab. Mereka hanya menjalankan peran apa adanya sesuai perintah pimpinan untuk kemudian berhenti bekerja. Kedua, tipe serba setuju (yes people) yang tampak lebih lincah dibanding tipe domba, namun seperti tipe pertama, kurang suka berusaha. Tipe ini sangat bergantung pada pemimpin, suka menghormat berlebihan dan bersikap merendah di hadapan
12 IKHTIAR Tiada Henti
13 PERCIKAN PEMIKIRAN
PERCIKAN PEMIKIRAN
pemimpinnya. Banyak pemimpin lemah dan kurang percaya diri suka dengan tipe pengikut semacam ini. Tipe ketiga, tipe pengikut penyendiri (alienated followers) yang mempunyai pikiran kritis dan sikap independen, namun enggan tampil untuk memperjuangkan sikap dan pikiran mereka. Selalu bersikap sinis, mereka terjerumus menjadi kelompok tidak puas, tapi tidak bersuara. Mereka tidak mau tampil sebagai “oposan” bagi langkah dan kebijakan pimpinannya. Di posisi tengah, ada para pengikut dengan kategori pencari selamat (survivors). Tipe pengikut semacam ini mengikuti ke mana arah mata angin berhembus. Mereka menganut prinsip mencari selamat daripada menyesal. Agar tetap eksis, mereka bisa menjadi kelompok yang pasif jika kondisi tidak kondusif untuk kritis dan di saat lain bisa secara agresif menyerang.
Sejujurnya, posisi sebagai pemimpin bisa memunculkan rasa frustasi dan kadang lemah semangat. Hal semacam itu bisa terjadi jika komunitas yang kita pimpin masuk kategori domba yang pasif, tidak kritis, kurang inisiatif, tidak memiliki rasa tanggung jawab, dan bekerja seadanya dalam menjalankan beragam program yang dicanangkan
Tipe terakhir yang paling ideal bagi suksesnya lembaga apapun adalah para pengikut efektif (effective followers). Mereka memperjuangkan kemajuan diri dengan menjalankan tugas dan kewajiban secara tegas dan bersemangat. Kelompok ini siap mengambil risiko, memiliki inisiatif ,serta mempunyai kemampuan memecahkan masalahnya sendiri. Sejujurnya, posisi sebagai pemimpin bisa memunculkan rasa frustasi dan kadang lemah semangat. Hal semacam itu bisa terjadi jika komunitas yang kita pimpin masuk kategori domba yang pasif, tidak kritis, kurang inisiatif, tidak memiliki rasa tanggung jawab, dan bekerja seadanya dalam menjalankan beragam program yang dicanangkan. Posisi sebagai pemimpin juga rawan jebakan. Posisi ini memabukkan dan pada tataran tertentu melenakan ego jika para kolega kita mayoritas diisi mereka yang serba setuju.
IKHTIAR Tiada Henti
Apabila para pemimpin dikelilingi pengikut yang kerap membungkuk dan menghormat, ada risiko pemimpin terjebak ilusi di luar realitas sebenarnya yang terjadi. Setiap pemimpin akan semakin teralienasi dari realitas sebenarnya di masyarakat jika karena berbagai sebab tertentu, kelompok masyarakat yang berpikir kritis dan independen tidak mau tampil secara terbuka untuk menyuarakan pikiran, sikap, dan kritik-kritiknya. Jika pemimpin buta akan ketidakpuasan yang berkembang di masyarakatnya, hal itu memunculkan masyarakat sinis yang bisa meledak setiap saat. Belum lagi jika kebanyakan masyarakat diisi oleh mereka yang masuk kategori pencari selamat. Tidak ada kenyamanan memimpin di tengah orang-orang yang berorientasi mencari keuntungan bagi posisi dirinya sendiri dengan cara mengintai-
14 IKHTIAR Tiada Henti
15 PERCIKAN PEMIKIRAN
intai arah mata angin kekuasaan. Energi akan habis jika pemimpin terus berusaha mengenali siapa kawan siapa lawan. Dengan penuh kesyukuran, saya merasa terhindar dari komunitas dan masyarakat semacam itu. Saya merasa hidup dalam satu komunitas, yakni setiap entitasnya dengan penuh semangat, keyakinan, dan tanggung jawab memperjuangkan kesejahteraan dan kemajuannya sendiri. Membaca tulisan Kelley itu, saya merasa memiliki para pengikut efektif.
Kesuksesan rakyat Indikator pernyataan saya itu jelas. Hal tersebut bisa dilihat dari beragam pengakuan dan penghargaan nasional yang dianugerahkan kepada saya selaku pimpinan daerah. Mulai 2009, saat penganugerahan Lencana Ksatria Bhakti Husada
PERCIKAN PEMIKIRAN
Arutala atas pembangunan di bidang kesehatan, penghargaan di bidang pangan pada 2010, penghargaan di bidang pariwisata pada 2011, sampai Bintang Mahaputra Utama pada 2012. Meningkatnya daya saing daerah juga menjadi indikator betapa followers yang saya pimpin adalah pengikut efektif. Laju pertumbuhan ekonomi 2012 naik 5,85 persen, capaian investasi Rp 1,1 triliun, ketahanan pangan membaik, laju penurunan kemiskinan yang sangat progresif atau angka pengangguran sebesar 5,21 persen merupakan bukti ketidakpasifan, hasil kerja keras, dan ikhtiar bersama seluruh masyarakat. Tanpa tentaranya, Napoleon hanyalah lelaki yang memiliki ambisi besar. Keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi tidak saja merupakan buah dari efektivitas pemimpin, namun juga gambaran sejauh mana kualitas pengikutnya.
Para pemimpin hendaknya membuka mata, sukses kepemimpinannya sangat tergantung pada komunitas yang dipimpinnya. Karenanya, sukses seorang pemimpin pada hakikatnya adalah sukses juga bagi rakyatnya, fakta etis yang mengingatkan para pemimpin untuk berterima-kasih kepada rakyat dengan terus berupaya berkhidmat dan menyejahterakan mereka.
IKHTIAR Tiada Henti
16 IKHTIAR Tiada Henti
17 PERCIKAN PEMIKIRAN
PERCIKAN PEMIKIRAN
B
Anomali Impor Jagung Muhammad Zainul Majdi
Republika, 15 April 2013
eberapa waktu lalu, saya membaca pernyataan Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GMPT) Desianto Budi Utomo bahwa impor komoditas jagung 2013, khusus untuk industri pakan ternak, diperkirakan melonjak 86,6 persen dari volume impor tahun lalu. Impor akan meningkat 1,3 juta ton menjadi 2,8 juta ton pada 2013 dibanding 1,5 juta ton pada 2012. Lonjakan volume impor jagung itu, kata Desianto, terjadi karena kebutuhan pakan ternak dalam negeri yang semakin besar tidak diikuti dengan ketersediaan produk jagung lokal (suply). Dengan kata lain, ada kesenjangan luar biasa antara kebutuhan jagung dalam negeri (demand) dan suplai produksi jagung lokal. Desianto memaparkan, 2013 ini produksi pakan ternak diperkirakan mencapai 13,8 juta ton. Untuk bisa memproduksi pakan ternak sebanyak itu, 65 unit pabrik
IKHTIAR Tiada Henti
pakan ternak yang ada membutuhkan bahan baku jagung sekitar tujuh juta ton. GMPT lantas mengasumsikan suplai jagung lokal tahun ini hanya 4,2 juta ton sehingga dibutuhkan tambahan suplai jagung impor sebanyak 2,8 juta ton. Skenario impor jagung versi GMPT ini berbeda dengan versi data yang ada di Kementerian Pertanian. Berdasarkan data Ditjen Tanaman Pangan Kementan, produksi jagung Indonesia tahun 2013 diprediksi bisa mencapai 18,9 juta ton dengan kebutuhan hanya 17,3 juta ton. Artinya, malah ada surplus komoditas jagung sebanyak 1,6 juta ton. Data Kementan memang selalu optimistis, namun sekaligus juga membingungkan. Berdasarkan data Kementan, produksi jagung nasional pada 2012 mencapai 18,961 juta ton dengan jumlah kebutuhan nasional hanya mencapai 14,410 juta ton. Itu artinya, masih ada surplus. Pertanyaannya kemudian,
18 IKHTIAR Tiada Henti
19 PERCIKAN PEMIKIRAN
mengapa untuk komoditas yang surplus semacam ini masih dibutuhkan impor? Meski ada klaim mengalami penurunan dari 2011 di mana impor jagung mencapai 3,144 juta ton, pada 2012 Indonesia masih membuka keran impor sebanyak 1,5 juta ton. Masalah distribusi dinilai menjadi salah satu jawaban atas masih terjadinya impor jagung di tengah surplus produksi. Masih terdapat kendala transportasi untuk mendistribusikan produk jagung. Kendala lainnya adalah soal mutu jagung lokal yang dinilai belum sesuai dengan standar industri pakan nasional. Misalnya, terkait dengan kadar air dan jamur dalam produksi jagung lokal. Kondisi-kondisi semacam itu membuka mata bahwa skenario impor jagung tidak semata tertumpu pada peningkatan lahan serta produksi jagung semata sebagaimana menjadi titik fokus Kementan selama ini. Menjadi tampak bahwa persoalan-persoalan
PERCIKAN PEMIKIRAN
Untuk Provinsi NTB sendiri, perkembangan komoditas jagung ini sangat menggembirakan setelah ditetapkannya jagung sebagai salah satu komoditas unggulan NTB selain sapi dan rumput laut. Dari sisi kuantitas, produksi jagung meningkat pesat dari hanya 196.263 ton pada 2008 menjadi sebesar 641.489 ton pada 2012.1
pascapanen, juga menjadi sangat krusial sebagai penentu serapan jagung lokal.
Skenario Optimistis Meski begitu, tidak berarti strategi yang telah dijalankan selama ini ditinggalkan. Upaya pemerintah mengembangkan komoditas jagung dengan cara peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam harus tetap dilakukan sembari membenahi juga permasalahan-permasalahan yang muncul pascapanen. Tanpa harus terjebak pada optimisme berlebih, Indonesia masih sangat potensial menjadi pemain utama penghasil komoditas jagung di tingkat global. Merujuk pernyataan Ketua Dewan Jagung Nasional Fadel Muhammad, Indonesia memiliki paling tidak 22 titik sentra produksi jagung, seperti Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kenaikan produksi jagung, baik di Jatim maupun NTB, terjadi karena kenaikan luas lahan panen. Di Jatim, luas lahan panen jagung meningkat 28,46 ribu hektare. Sedangkan, di NTB terjadi kenaikan seluas 27,74 ribu hektare dari luas lahan panen 89.307 hektare pada 2011 menjadi 117,50 2 hektare pada 2012. Dengan fakta-fakta seperti itu, mimpi menjadi salah satu pemain di dunia dalam komoditas strategis seperti jagung, sebenarnya bukanlah
IKHTIAR Tiada Henti
impian kosong. Kita punya modal dasar yang cukup untuk merealisasikan mimpi itu.
Lima Masalah Problematika komoditas jagung, seperti telah di singgung di atas, tidak berhenti sebatas peningkatan kuantitas produksi dan lahan panen. Belajar dari pengembangan komoditas jagung di NTB, paling tidak ada lima masalah yang harus dipikirkan solusi nya. Dari lima permasalahan itu, dua permasalahan terjadi sebelum panen, yaitu masalah penanganan teknologi budidaya jagung yang belum optimal serta permodalan petani yang masih lemah. Kami di NTB juga tak terlepas dari lima permasalahan ini. Terobosan dan percepatan terus kami ikhtiarkan untuk mengatasinya. Untuk
1 Trend peningkatan produksi jagung NTB terus berlangsung. Data terakhir produksi jagung NTB pada 2015 telah mendekati satu juta, persisnya 944. 893 ton pipilan kering. Jagung NTB memang sedang jadi primadona. Majalah TEMPO edisi akhir November 2014, memilih Kabupaten Dompu sebagai satu dari Sembilan kabupaten di tanah air yang ramah investasi karena pengembangan komoditas jagung di sana (penyunting).
2
Luas lahan panen di NTB pada akhir 2015 tercatat 142.330 hektar , meningkat hampir 30 persen dari luas lahan panen tahun 2012 yang mencapai 117,50 hektar (penyunting).
20 IKHTIAR Tiada Henti
21 PERCIKAN PEMIKIRAN
optimalisasi teknologi budidaya, pendampingan dan penyuluhan terus-menerus kami tingkatkan. NTB adalah provinsi yang tercatat paling awal membentuk dan mengoperasionalkan Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) yang diwajibkan terbentuk di daerah berdasarkan UU Sistem Penyuluhan tahun 2006. Kami membutuhkan para penyuluh pertanian yang terorganisir dengan baik, cekatan daalam bekerja dan memiliki panggilan hati yang kuat untuk mendukung percepatan menjadikan NTB sebagai daerah utama penghasil jagung nasional. Sementara terkait persoalan modal, saya dan para bupati yang daerahnya merupakan sentra jagung di NTB, mencoba terus mendekatkan petani atau kelompok tani dengan akses memperoleh skim pembiayaan yang terjangkau. Terutama mendorong Bank Daerah dan Bank BUMN untuk aktif
PERCIKAN PEMIKIRAN
memberikan kemudahan kepada petani jagung. Tiga masalah lainnya terjadi pascapanen, yaitu harga jagung yang belum stabil, dukungan alat pemipil dan pengering yang masih kurang, serta belum berkembangnya produk olahan jagung. Terkait harga jagung, ini memang persoalan klasik. Kami di NTB terus mencari cara untuk memberikan kepastian harga yang menguntungkan bagi petani. secara khusus saya meminta kepada pemerintah pusat agar ditetapkan harga pembelian terendah bagi komoditas jagung, selain juga memberikan proteksi kepada jagung lokal dari serbuan jagung impor. Berkaitan dengan dukungan alat pemipil dan pengering, pemerintah NTB secara berkala memberikan bantuan corn seller dan dryer melalui dana APBN dan APBD. Tetapi sekali lagi, persoalan keterbatasan anggaran
membuat bantuan alat penunjang kinerja petani jagung ini belum mampu merata diberikan. Langkahlangkah nyata harus terus kita ikhtiarkan untuk mengalokasikan dana yang lebih signifikan bagi pemenuhan kebutuhan petani jagung ini. Mengenai produk olahan jagung, ini benar-benar menjadi perhatian kami di NTB. Pendapatan masyarakat jelas akan meningkat jika industri olahan jagung bisa berkembang di daerah kami. Untuk itulah, selain terus meningkatkan produksi, kami pun merintis langkah-langkah nyata membangun pondasi bagi industri olahan jagung ini. Koordinasi dengan pihak terkait, seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM serta dunia usaha, terus kami lakukan. Kami juga tak sungkan untuk belajar dari daerah lain yang lebih maju dalam mengembangkan produk olahan ini.
IKHTIAR Tiada Henti
Alhasil, masalah anomali impor jagung, sebenarnya bisa diatasi jika pemerintah tidak selalu fokus pada pengucuran skim kredit untuk keperluan budidaya. Masalah-masalah pasca panen dan penanggulangan dana pembelian ke petani. Semuanya harus dicarikan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. Jika itu bisa kita lakukan bersama dengan komitmen yang terjaga, saya percaya dan optimistis, produk jagung lokal khususnya dari NTB akan menjadi tuan rumah di pasar nasional. Kita tak perlu lagi impor jagung karena jagung lokal kita tersedia berlimpah dengan harga bersaing dan pastinya lebih ranum dan segar.
22 IKHTIAR Tiada Henti
23 PERCIKAN PEMIKIRAN
PERCIKAN PEMIKIRAN
M
asalah impor sapi menjadi sebuah isu politik saat pimpinan sebuah partai ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga terlibat perkara suap dalam penentuan kuota daging impor. Ingar-bingar pemberitaan mengenai hal itu pada akhirnya mengarah pada politisasi impor sapi karena dikait-kaitkan dengan prospek partai bersangkutan dalam konteks kontestasi politik menjelang Pemilu 2014.
Politik
Impor Sapi Muhammad Zainul Majdi
Republika, 25 Februari 2013
Masalah impor sapi pada galibnya memang sebuah masalah politik, namun dalam lingkup yang lebih besar dibanding sekadar soal kemelut sebuah partai seperti titik fokus selama ini. Impor sapi adalah bagian dari Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) sebagai bagian dari upaya mewujudkan ketahanan pangan. Tren positif PSDS 2014 pada intinya berisi idealisme terpenuhinya kebutuhan daging yang bersumber dari potensi lokal sebesar 90
IKHTIAR Tiada Henti
persen. Dengan konsep itu, peningkatan produksi sapi di dalam negeri didorong hingga menekan kebutuhan impor sapi hanya pada kisaran 10 persen saja. Latar belakangnya adalah fakta menyedihkan betapa di tengah potensi besar pengembangan produksi sapi dalam negeri, ketergantungan Indonesia pada sapi impor malah justru membesar. Setelah bergulir selama dua tahun sejak tahun 2010, tren ke arah sukses PSDS tampaknya menggembirakan. Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) tahun 2011 dari BPS, jumlah sapi potong nasional adalah 14,8 juta ekor. Jumlah ini sudah melampaui target populasi ternak sapi 2014 sebanyak 14,2 juta ekor guna terwujudnya swasembada daging sapi. Terlepas dari keraguan sejumlah pihak pada hasil pendataan itu, tren peningkatan populasi sapi tanah air memang terlihat. Di NTB misalnya, melalui Gerakan NTB Bumi Sejuta Sapi (NTB BSS) yang saya
24 IKHTIAR Tiada Henti
25 PERCIKAN PEMIKIRAN
canangkan pada akhir 2008, terjadi peningkatan populasi sapi yang cukup signifikan.Pada 2009 populasi sapi di NTB tercatat 592.875 ekor. Pada akhir 2012 telah menjadi 916. 560 ekor. Meningkat hampir 100 persen dalam rentang waktu empat tahun. Saya berpendapat, ada dua masalah dalam upaya mewujudkan sukses PSDS 2014, yaitu produksi dan distribusi. Dari sisi produksi, tidak semua populasi sapi dalam negeri bersifat ready stock. Hal itu terjadi karena peternakan rakyat bersifat individual yang tidak sepenuhnya berorientasi komersial. Selain itu, umumnya masyarakat seperti di NTB, menjadikan sapi sebagai aset yang tidak mudah dijual. Hampir 90 persen peternakan sapi rakyat di Indonesia adalah peternak yang menjalankan usaha peternakan sebagai usaha sambilan. Dijadikannya NTB BSS sebagai salah satu program unggulan Pemda NTB
PERCIKAN PEMIKIRAN
salah satunya didasari kesadaran akan sifat sosio kultural peternakan rakyat itu. Perlu ada intervensi pemerintah menyiasati upaya ketersediaan sapi ready stock yang bersumber dari peternakan rakyat. Meningkatkan populasi sapi ready stock juga bisa dilakukan dengan memacu peternakan sapi komersial. Hal itu bisa dilakukan dengan mendorong BUMN lebih terlibat di investasi produksi sapi. Pada tataran tertentu, hal itu sudah dilakukan PT Rajawali Nusantara Indonesia yang menggandeng BUMD kami, PT Gerbang NTB Emas, dengan investasi Rp 75 miliar untuk produksi 2.000 sampai 5.000 ekor sapi. Di tengah keterbatasan sapi ready stock di tingkat nasional, keterlibatan BUMN dalam `bisnis sapi' tentu saja merupakan sebuah peluang bisnis menjanjikan. Belum lagi, jika bisnis itu bisa dikembangkan tidak semata untuk memenuhi stok daging nasional, namun juga untuk
IKHTIAR Tiada Henti
produk-produk olahan seperti sosis dan baso.
penyangga memasok daging sapi ke luar zona wilayahnya.
Daerah penyangga
Dengan mengatur adanya daerah penyangga berdasarkan zona ini, jalur distribusi daging sapi antarwilayah niscaya akan lebih mudah, efisien dan irit biaya. Apalagi, jika rencana Kementerian Perhubungan membangun terminal khusus pengangkut sapi dan hewan ternak di Sumba dan Lampung dengan kapal khusus pengangkut ternak, bisa diwujudkan dalam waktu dekat.
Kesan `kelangkaan' daging sapi di tengah tingginya populasi sapi nasional juga terkait dengan masalah distribusi. Kalaupun stok sapi ada, masih dirasakan kendala di sisi transportasi pengangkutan dari sentra-sentra produsen sapi di Jawa dan luar Jawa. Karena itu, saya menilai wajar jika ada ide agar swasembada sapi tidak langsung ber skala nasional dulu, namun ditetapkan per zona. Pemerintah bisa menciptakan daerah-daerah penyangga pasokan sapi per zona berdasarkan jumlah populasi sapi yang ada. Daerah penyangga menjadi tumpuan ketersediaan pasokan daging di zonanya, meski tentu saja secara fleksibel bergerak pada prinsip supply and demand. Jika pasokan daging di zonanya aman atau ketika permintaan dari provinsi di wilayahnya minim, tetap terbuka kemungkinan daerah
Mengungkap kasus suap kuota impor sapi dan memberantas kartel yang mengendalikan harga daging di pasaran memang suatu hal penting yang perlu dilakukan. Namun, saya pikir, merumuskan `politik impor sapi' yang bisa memutus ketergantungan bangsa ini pada komoditas daging dari negara lain, juga tidak kalah strategis dan urgennya.
26 IKHTIAR Tiada Henti
27 PERCIKAN PEMIKIRAN
PERCIKAN PEMIKIRAN
T
idak ada komoditas pertanian yang memicu banyak perdebatan dan kontroversi selain komoditas tembakau. Di satu sisi, komoditas itu diakui pemerintah sebagai komoditas strategis dan berperan besar bagi penerimaan devisa negara. Di sisi lain, muncul beragam aturan yang terkesan ingin membatasi produksi tembakau dalam negeri.
Catatan Kritis
PP Tembakau Muhammad Zainul Majdi
Media Indonesia, 14 Maret 2013
Secara on farm dan off farm, penyerapan tenaga kerja di sektor ini tergolong padat karya. Tembakau dirasakan memiliki multiplier effect ekonomi dari hulu hingga hilir. Namun, sampai saat ini, para pelaku ekonomi di sektor tembakau dinilai sebagai pelaku usaha yang tidak diharapkan karena menyebar zat adiktif `haram'. Karena itu, arah kebijakan pertembakauan di Indonesia selalu serba abu-abu dan menjadi pertarungan skala prioritas antara penerimaan negara, tenaga kerja, dan juga kesehatan. Belum pernah ada
IKHTIAR Tiada Henti
satu kebijakan tembakau yang mampu memadukan ketiga prioritas itu, apalagi setiap sektor terkesan berjalan berdasarkan logikanya sendiri.
Kurang Integratif Contoh kebijakan semacam itu ialah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan yang terbit pada 24 Desember 2012. Kebijakan itu jelas menonjolkan aspek kesehatan dalam produk tembakau dan kurang memikirkan dua aspek lainnya. Dalam paparan yang disampaikan pada pertemuan Koordinasi Program Intensifikasi Tembakau Virginia Lombok di Mataram, 21 Februari lalu, Direktur Tanaman Semusim Kementerian Pertanian (Kementan) Nurnowo Paridjo menegaskan, PP ini tidak melarang penanaman tembakau, produksi rokok,
28 IKHTIAR Tiada Henti
29 PERCIKAN PEMIKIRAN
penjualan rokok, ataupun tindakan merokok itu sendiri. Akan tetapi, dalam bagian penjelasan PP jelas disebutkan, dasar pembuatan PP itu merupakan pandangan bahwa produk tembakau berbentuk rokok menjadi masalah karena berdampak negatif bagi kesehatan. Bukan cuma perokok aktif, melainkan juga berbahaya bagi perokok pasif. Dengan penjelasan itu, sulit bagi Kementan untuk meyakinkan kalangan petani tembakau agar merasa aman dari dampak pemberlakuan PP Tembakau. Kesan kebijakan dalam PP itu kurang integratif menampung aspirasi, bisa dilacak pada pengakuan Kementan terhadap peran strategis komoditas tembakau dan rokok. Kementan mengakui besarnya penerimaan cukai rokok setiap tahunnya. Pada 2011 misalnya, tercatat penerimaan sebesar Rp 66,1 triliun. Jumlah itu jauh di atas penerimaan negara dari seluruh sektor tambang, yang
PERCIKAN PEMIKIRAN
pada 2010 hanya mencapai Rp 7,1 triliun. Apalagi jika di tambah penerimaan devisa negara lewat ekspor rokok dan tembakau yang pada 2011 nilainya mencapai US$ 595,61 juta. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, komoditas tembakau dan rokok juga luar biasa, mencapai 6,1 juta orang. Mereka bukan hanya para petani tembakau dan cengkih, melainkan juga para pemilik warung dan insan periklanan. Komoditas itu juga menggerakkan sektor olahraga, kesenian, dan rekreasi, bahkan fasilitas keagamaan.
Bisa dibayangkan betapa komoditas tembakau dan rokok tidak saja menjadi urusan Kementerian Kesehatan, tetapi juga kepentingan beragam kementerian, dari Kementerian Pertanian, Tenaga Kerja, Perdagangan, hingga Kementerian Keuangan.
Salah Waktu Dari sisi pemberlakuan, PP itu juga terbit dalam situasi yang belum sepenuhnya kondusif dan sebenarnya kurang sesuai dengan tahapan skala prioritas dalam roadmap Industri Hasil Tembakau (IHT) yang disusun Kementan. Dalam roadmap, dinyatakan, prioritas IHT pada 2010-2014 adalah penerimaan negara. Baru pada 2015-2020 prioritas kemudian bergeser ke sektor kesehatan. Maraknya protes dan demo yang mengkritik PP Tembakau itu juga muncul karena PP tersebut muncul di tengah masih tingginya impor tembakau Indonesia. Menurut data Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), impor tembakau cenderung naik dari tahun ke tahun, mulai 23 ribu ton pada 2003 menjadi 100 ribu ton pada 2012. Padahal, produksi tembakau lokal pada 2012 naik 9,68 persen menjadi 170 ribu ton.
IKHTIAR Tiada Henti
Secara psikologis, wajar jika ada anggapan di sebagian kalangan, sejumlah aturan dalam PP itu merugikan produsen tembakau lokal dan menguntungkan importir. Misalnya, Pasal 10 dan 11 PP itu menetapkan standar kadar nikotin dan tar pada produk tembakau yang menurut sebagian kalangan dinilai akan memenangi tembakau impor. Kebijakan lain yang dipertanyakan adalah kebijakan diversifikasi produk tembakau selain rokok, seperti diatur dalam Pasal 7 ayat 2 PP. Dalam bagian penjelasan pasal itu disebutkan, diversifikasi produk tembakau diarahkan menjadi bahan kimia dasar yang bisa digunakan untuk memproduksi pestisida, obat bius, kosmetik, dan farmasi. Akan tetapi, dalam pernyataan publiknya, meski mengakui PP Tembakau tidak melarang petani untuk menanam tembakau, Menteri Pertanian mengusulkan agar para petani tembakau mengganti
30 IKHTIAR Tiada Henti
31 PERCIKAN PEMIKIRAN
komoditas tanam mereka menjadi non tembakau. Alasannya sebenarnya rasional, yaitu mengantisipasi PP Tembakau dan tren penurunan konsumsi tembakau. Menurut hemat penulis, imbauan diversifikasi dengan alasan penurunan konsumsi tembakau tidak efektif jika impor tembakau tetap tinggi. Selain itu, secara sosiokultural, menanam tembakau bagi sebagian petani kita sudah menjadi semacam tradisi turun-temurun. Masa tanam yang singkat dan dampak jelasnya pada kesejahteraan rakyat membuat diversifikasi sulit dilakukan.
Solusi Komprehensif Kalaupun pemerintah ingin agar dilakukan diversifikasi produk tembakau ke produk nonrokok, hal itu masih juga menghadapi sejumlah kendala. Misalnya, produk nonrokok seperti apa? Lantas, ke mana para petani tembakau
PERCIKAN PEMIKIRAN
menyalurkan tembakau mereka untuk produk nonrokok itu?
Saya bukan perokok. Catatan kritis atas PP Tembakau ini saya sampaikan lebih dimotivasi karena tembakau merupakan sumber pendapatan sekitar 8.000 petani di NTB. Usaha budidaya tembakau di NTB menyerap tak kurang dari 124 ribu pekerja yang 35 ribu diantaranya adalah perempuan.Anda boleh membenci rokok, tetapi jangan pernah membenci mako. Bahasa Lombok untuk tembakau….
Saya percaya, PP 109 Tahun 2012 sebenarnya memiliki idealisme yang baik. Sejumlah uraian di atas, saya kemukakan agar pengemban aturan seperti pemerintah daerah bisa menjalankan tugasnya tanpa harus bertabrakan dengan rakyat. Untuk mewujudkan hal itu, saya kira perlu sebuah kebijakan yang tidak semata bersifat imperatif, tetapi juga mengandung solusi alternatif. Untuk itu, masalah komoditas tembakau harus dilihat secara lebih komprehensif dan lintas sektoral. Hal itu diharapkan berjalan simultan dengan upaya Kemendag menggenjot ekspor produk tembakau unggulan Indonesia ke pasar internasional. Saya bukan perokok. Catatan kritis atas PP Tembakau ini saya sampaikan lebih dimotivasi karena tembakau virginia merupakan sumber pendapatan sekitar 8.000
IKHTIAR Tiada Henti
petani di NTB. Komoditas ini juga menyerap tak kurang dari 124 ribu pekerja di setiap musim tanamnya. Sekitar 35 ribu diantaranya merupakan pekerja perempuan. Dan satu hal lagi, peredaran uang dalam sekali musim tanam bisa mencapai Rp 600-800 miliar. Bahkan jika harga tembakau sedang baik atau melambung tinggi, perputaran uang bisa menembus satu triliun rupiah. Jumlah yang terhitung besar bagi daerah seperti NTB. Tak heran, di kalangan petani tembakau yang dalam bahasa Sasak di Lombok disebut mako, beredar pameo: Anda boleh membenci rokok, tetapi jangan pernah membenci mako.
32 IKHTIAR Tiada Henti
33 PERCIKAN PEMIKIRAN
Qurban
sebagai
Pendidikan karakter Muhammad Zainul Majdi
Media Indonesia, 27 Oktober 2012
PERCIKAN PEMIKIRAN
SELALU ada dua dimensi dalam setiap ritual ibadah keagamaan yang kita jalankan. Di satu sisi, ritual-ritual itu merupakan simbol keyakinan kepada Tuhan dengan menjalankan apa yang Dia perintahkan. Di sisi lain, ritualritual agama pada hakikatnya ditujukan untuk kemaslahatan dan kepentingan manusia itu sendiri. Bukankah Tuhan adalah zat Yang Mahabesar, yang kebesarannya tidak bergantung pada ketaatan umat-Nya? “Agama itu nasihat,” kata Rasullah SAW suatu ketika. Semua yang ada dalam agama ialah nasihat bagi setiap pemeluknya. Dalam perspektif demikian, ritual ibadah hendaknya tidak dilaksanakan secara fisik saja. Mereka para pencari kebahagiaan hakiki harus berupaya fokus pada nilai-nilai yang terkandung dalam setiap ritual ibadah yang dilakukan. Keberhasilan menemukan nilai-nilai spiritual dalam setiap ritual ibadah niscaya menentukan seberapa besar manfaat ibadah itu bagi diri
IKHTIAR Tiada Henti
pelaksananya. Mereka yang di mata manusia terlihat taat beribadah secara fisik, tanpa kemauan menggali nilai-nilai yang ada di balik ibadahnya, bisa dianggap lalai dalam ibadah (Al-Ma'uun: 5). Ibadah yang kering esensi cenderung tidak mendatangkan maslahat bagi pelakunya, utamanya dalam membentuk karakter pribadi dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Bila diibaratkan sebagai pohon, Islam terdiri dari tiga bagian. Akarnya ialah keimanan pada hal-hal yang terdapat dalam rukun iman yang enam, batangnya ialah pokok-pokok ritual yang terkandung dalam rukun Islam, dan buahnya ialah ihsan, yaitu kebajikan itu sendiri. Trilogi iman, Islam, dan ihsan itu ialah kesatuan yang tidak terpisahkan. Keimanan yang kuat niscaya membuat orang dengan penuh keriangan dan keringanan menjalankan peribadatan. Ibadah yang benar dilandasi keyakinan
34 IKHTIAR Tiada Henti
35 PERCIKAN PEMIKIRAN
iman, bukan motif motif lain. Untuk mengukur seberapa jauh ibadah itu dilandasi iman, kita bisa melihat dari buah ibadah tersebut. Ibadah yang benar niscaya membuahkan kebajikan.
Ibadah Kurban Trilogi semacam itulah yang kita lihat dalam kisah Nabi Ibrahim AS yang menjadi konteks historis ibadah kurban yang kita kenal sekarang ini. Ibrahim, sebagai sosok manusia yang telah 'menemukan' Tuhan, terancam kehilangan orientasi ketuhanannya ketika Allah memberikan Ismail, putra yang sekian lama dinanti-nanti kehadirannya. Siti Sarah, sang istri, tidak kunjung hamil. Baru ketika Ibrahim memperistri Siti Hajar, Ismail hadir sebagai jawaban atas segala doa Ibrahim. Secara psikologis, kehadiran anak setelah sekian lama berharap cenderung memabukkan dan
PERCIKAN PEMIKIRAN
menghanyutkan. Ibrahim yang sebelumnya mabuk dalam kecintaannya kepada Allah mulai hanyut dalam kebahagiaan merengkuh Ismail. Ibadah Ibrahim dan kecintaannya kepada Allah SWT tidak berkurang dengan kehadiran Ismail. Namun, kecintaan itu mulai terbagi dan sebuah ujian keimanan dinilai pantas dilakukan. Allah pun memerintahkan lewat mimpi agar Ibrahim rela mengurbankan Ismail dengan menyembelihnya. Perintah itu terkesan kejam dan radikal serta secara logis mustahil datang dari Zat penuh kasih sayang, tetapi justru di situlah letak ujian keimanannya. Ibrahim dihadapkan pada pilihan untuk meyakini bahwa itu benar-benar perintah Allah dan menaatinya atau dia berpaling dengan beragam argumentasi logis dan emosional kebapakannya. Sejarah kemudian mencatat keimanan Ibrahim keluar sebagai pemenang. Pilihan
jatuh pada pengurbanan Ismail sebagai wujud ibadah dan ketaatan. Sejarah juga mencatat buah manis pengurbanan itu. Ismail terselamatkan dan diganti dengan seekor hewan kurban. Bagi Ibrahim sendiri, peristiwa itu mengajarinya banyak hal. Kesabaran, keikhlasan, dan kekuatannya untuk tidak lagi terikat pada hal-hal yang bersifat material keduniawian. Kurban, bagi Ibrahim, ialah sebuah peristiwa dengan efek psikologis maha dahsyat, yang harusnya juga dirasakan bagi para pelaksananya sekarang ini.
Pendidikan Karakter Sebagai sebuah peristiwa psikologis sebagaimana tecermin dalam konteks historisnya, ibadah kurban senyatanya ialah sebuah pendidikan karakter bagi Ibrahim dan manusia sesudahnya. Karakter terpenting dalam ritual kurban barangkali ialah karakter
IKHTIAR Tiada Henti
`manusia tauhid'. Tauhid di sini tidak dimaknai sebagai terminologi teologis, tetapi keterpusatan jiwa dan pikiran hanya kepada Allah SWT. Karakter itu memberikan orientasi hakiki kehidupan hanya pada Sang Pencipta dan melepaskan keterikatan pada sesuatu di luar-Nya, seperti anak, harta, dan kedudukan. Keterikatan besar manusia pada materi-materi selain Dia merupakan penghalang terhebatnya untuk berkurban. Ritual kurban mengajarkan kepada kita untuk memiliki sikap moral yang tidak bersifat egosentris dan mau untung sendiri. Betapa banyak permasalahan bangsa ini yang muncul karena sifat warganya yang cenderung berorientasi ke diri pribadi, kelompok, atau golongan mereka saja. Padahal kerelaan Ibrahim berkurban tanpa memikirkan keinginan nya sendiri, jika diaplikasikan pada tataran sosial, niscaya akan menjadi solusi setiap konflik sosial yang mengancam keutuhan dan
36 IKHTIAR Tiada Henti
37 PERCIKAN PEMIKIRAN
PERCIKAN PEMIKIRAN
relasi antarindividu dan antargolongan. Manusia memiliki kecenderungan kebinatangan (hayawaniyyah) dalam dirinya yang punya kecenderungan merusak. Ritual kurban dengan menyembelih binatang merupakan simbol bagi penyembelihan karakterkarakter buruk kebinatangan dalam diri manusia seperti hidup tanpa mengindahkan aturan, penghalalan segala cara guna mencapai tujuan, dan punya kecondongan memuaskan kepentingan (nafsu) diri sendiri dengan menzalimi orang atau kelompok lain. Jika ritual kurban dihayati, tidak akan ada perusakan karena perbedaan pandangan atau keyakinan. Digantinya Ismail oleh Allah dengan seekor binatang juga merupakan perlambang betapa Islam mengharuskan nyawa manusia dihargai. Bukankah Allah sudah menggariskan dalam kitab-Nya yang mulia
kita rindu kepemimpinan yang rela mengurbankan sedikit kepentingan diri, keluarga, golongan, atau kelompoknya dengan membuat kebijakan yang adil bagi semua dan membawa kemaslahatan umum. Perilaku koruptif, menunjukkan betapa elite belum mampu meninggalkan hawa nafsu dan egonya karena cenderung berorientasi pada keuntungan diri sendiri
bahwa barang siapa yang menghilangkan sebuah jiwa, padahal jiwa itu tidak membunuh jiwa yang lain atau berbuat fasad (kerusakan yang berdampak masif ), pada hakikatnya orang itu telah membunuh kemanusiaan seluruhnya (Al-Maidah: 32). Penghayatan akan konteks historis kurban niscaya menjadi legitimasi teologis bagi setiap argumen yang menentang penghilangan nyawa orang lain, apa pun alasannya. Di level elite, kita rindu kepemimpinan yang rela mengurbankan sedikit kepentingan dirinya, keluarga, golongan, atau kelompoknya dengan membuat kebijakan yang adil bagi semua dan membawa kemaslahatan umum. Perilaku koruptif, selain menunjukkan kecintaan berlebih pada materi, menunjukkan betapa elite belum mampu meninggalkan hawa nafsu dan egonya karena cenderung berorientasi pada keuntungan diri sendiri. Yang
IKHTIAR Tiada Henti
terjadi selama ini ialah sejumlah elite terkesan lebih condong mengurbankan kepentingan orang banyak. Sejumlah contoh tersebut menegaskan betapa ritual kurban memiliki dampak yang tidak saja bersifat keakhiratan, tetapi juga berdampak pada peningkatan karakter manusia dan bangsa. Itulah hakikat setiap ritual yang kita laksanakan. Hal mana membuktikan betapa religiositas merupakan hal yang tidak saja masih relevan, tetapi malah semakin dibutuhkan di era modern ini. Bukan demi kepentingan Dia Yang Mahakuat, melainkan demi kepentingan kemanusiaan kita itu sendiri.
PERCIKAN MEDIA DELAPAN TAHUN MENJADI ORANG NOMOR SATU MENJADIKAN TUAN GURU BAJANG (TGB) PUSARAN PERHATIAN DAN SOROTAN MEDIA IA SOSOK GUBERNUR YANG IRIT BICARA PERNYATAAN KONTROVERSIAL TAK AKAN KELUAR DARI LISANNYA IA BUKAN AHOK YANG BLAK-BLAKAN BUKAN PULA RIDWAN KAMIL YANG “MEDIA DARLING” Di mata media, TGB narasumber yang cerdas Sesekali lontaran pernyataannya menghentak Dari soal harga jagung dan penolakan beras impor Ia kemukakan dengan intonasi yang tenang Data yang akurat dan argumentasi yang terukur Sejumlah penghargaan dan apresiasi diraihnya Gubernur MICE terbaik 2009 Tokoh Perubahan Indonesia 2010 Bintang Mahaputra Utama 2012 Kinerja MGDs Progresif 2012-2015 Pembina BUMD Terbaik 2015 Satu-satunya gubernur yang diundang Memberi testemoni di depan sidang umum PBB 2016 Untuk semua prestasi dan apresiasi itu TGB Menyatakan dengan kerendahan hati: “Penghargaan ini untuk masyarakat NTB Tanpa dukungan mereka, saya bukan siapa-siapa”
PEMIMPIN MUDA INDONESIA. TGB bersama sejumlah pemimpin muda Indonesia dalam sebuah diskusi di jakarta, 2012.
40 IKHTIAR Tiada Henti
41 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
IKHTIAR Tiada Henti
TUAN GURU BAJANG
Meniti Jejak Republika,
26 Februari 2016
Nasihin Masha
Pemimpin Redaksi Republika
P
ada Hari Pers Nasional (HPN) lalu, ada sesuatu yang berbeda. Biasanya gubernur yang menjadi tuan rumah, dalam sambutannya, akan lebih banyak menyampaikan laporan kemajuan pembangunan di daerahnya dan penyampaian harapan bantuan dari pemerintah pusat untuk sejumlah program strategis di daerah.
Ini akan menjadi ajang unjuk gigi bagi suatu daerah, baik prestasi maupun keunggulan serta potensinya. Pers menjadi lebih terbuka matanya karena bisa melihat secara langsung. Pada sisi lain, ajang HPN hampir selalu dihadiri presiden dan sejumlah menteri ataupun pengusaha. Momen HPN tak hanya membicarakan dunia pers, tapi juga membahas investasi di daerah itu.
Forum HPN memang banyak diharapkan oleh para kepala daerah agar daerahnya menjadi tuan rumah. Karena saat itu akan menjadi momen penting bagi wilayah itu. Ada ratusan wartawan yang akan hadir dari seluruh Indonesia.
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Haji Zainul Majdi tak menyia-nyiakan momentum itu. Saat memberi sambutan, ia pamer tentang pertumbuhan ekonomi NTB tahun 2015 yang tertinggi di Indonesia: 21 persen.
Luar biasa sekali.Namun, bukan itu saja yang membuat dirinya bangga. Angka ketimpangan sosialnya pun rendah, sekitar 0,28. Jauh di bawah angka nasional yang mencapai 0,43. Tingkat ketimpangan nasional ini sudah masuk lampu kuning. Jika pertumbuhan ekonomi NTB karena ada faktor pertambangan, tingkat pemerataan karena faktor keberhasilan bidang pertanian. Nah, pada titik inilah yang membuat saya terkejut saat Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan akrabnya, memberikan sambutan. Ia menceritakan kisah suksesnya tentang pertanian padi dan jagung di
wilayahnya. Mereka surplus di dua komoditas itu. Namun, gangguan itu muncul, yakni soal impor beras. Sedangkan, soal jagung, ia justru merasa ada ketidakadilan. Kisah surplus beras di NTB ini menjadi kisah ironi. Pemerintah pusat memutuskan untuk melakukan impor beras. Beras impor itu hendak dimasukkan ke NTB. Tentu saja selaku gubernur dia menolak.Tak berhenti di situ. Mereka mendekati Polda NTB untuk mengamankan masuknya beras impor itu sejak di pelabuhan hingga ke gudang.
42 IKHTIAR Tiada Henti
43 PERCIKAN MEDIA
Polisi tersinggung dan tentu saja ditolak. Kapal itu kembali berlayar menuju Jawa.Namun, upaya tak berhenti. Kali ini minta izin untuk dikirim di pelabuhan di luar Lombok, tapi masih di NTB dengan alasan untuk dikirim ke Nusa Tenggara Timur. Sebagai gubernur, TGB paham: ini cuma akal-akalan. Ia tetap menolak. Saat berpidato, ia tak menyampaikan sedetail ini. Namun, intinya Bulog justru hendak memasok beras di wilayah yang justru kelebihan. Kisah jagung juga serupa. Jagung petani dihargai Bulog Rp 2.000 hingga Rp 2.500 per kg. Namun, ternyata Bulog justru impor jagung dengan harga Rp 3.000 per kg. Tentu saja ia kecewa.Jika harga jagung petani dihargai sama dengan jagung impor, tentu kesejahteraan petani akan lebih meningkat. Saat ini tingkat kesejahteraan petani secara relatif terus menurun. Nilai tukar produk pertanian terus menurun dibanding nilai tukar produk industri.
PERCIKAN MEDIA
Sehari kemudian, saya bertamu ke Tuan Guru. Lalu saya sampaikan, kok kritik terhadap pusat, dalam hal ini Bulog, disampaikan secara gamblang di depan Presiden. Mengapa ia tak menyampaikan hal itu secara langsung ke Presiden? Dengan enteng ia menjawab bahwa ia sudah berkali-kali menyampaikan hal itu ke Bulog.
penghargaan sebagai daerah tujuan wisata halal di dunia. Selama ini penghargaan itu menjadi monopoli Malaysia. “Sikap tegas, jelas, dan konsisten Tuan Guru Bajang dalam memperjuangkan aspirasi dan kesejahteraan warganya merupakan barang langka dalam dunia kepemimpinan politik di Indonesia. Jalur gubernur kini menjadi salah satu jalur seleksi
Karena itu, ia secara sengaja menyampaikan soal itu secara terbuka dalam suatu acara resmi. Ia bercerita kepada saya, seusai acara, Presiden justru senang karena mendapat masukan seperti itu. Bahkan, Presiden memberikan informasi ke Tuan Guru tentang kondisi Bulog yang sedang terus ia tata. Tuan Guru Bajang adalah salah satu gubernur yang boleh disebut sukses dan termuda. Ia dikenal cerdas, rendah hati, dan enak tutur katanya. Ia juga dikenal irit bicara. Ia merupakan cucu pendiri
IKHTIAR Tiada Henti
kepemimpinan nasional.
Pemerintahan Jokowi pun sudah menetapkan kawasan Mandalika-yang kemarin menjadi area peringatan HPNsebagai kawasan ekonomi khusus. Akan terjadi pembangunan besar-besaran di wilayah pantai mempesona yang membentang sepanjang 1.300 hektar ini
Jokowi adalah kisah sukses pertama dari jalur ini…..”
Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang mengakar di NTB dan mirip dengan NU di Jawa. Kakeknya orang yang “disucikan” dan kuburannya banyak diziarahi orang, termasuk dari Jawa. Kali ini merupakan periode keduanya sebagai gubernur NTB. Salah satu tonggak kisah sukses yang terbaru adalah ketika Lombok memenangkan
Sikap tegas, jelas, dan konsisten Tuan Guru Bajang dalam memperjuangkan aspirasi dan kesejahteraan warganya merupakan barang langka dalam dunia kepemimpinan politik di Indonesia. Namun, pada era reformasi ini, seiring makin kukuhnya iklim demokrasi, mulai bermekaran kepemimpinan lokal. Seperti di Amerika Serikat, negeri demokrasi yang paling mapan, kepemimpinan nasional lahir dari dua cabang:
44 IKHTIAR Tiada Henti
45 PERCIKAN MEDIA
gubernur dan senator. Namun, sayang sistem senat di Indonesia berbeda dengan sistem senat di AS.Di Indonesia, anggota DPD tak memiliki banyak kewenangan sehingga tak bisa banyak diharapkan sebagai persemaian kepemimpinan politik. Jalur gubernur kini menjadi salah satu jalur seleksi kepemimpinan nasional. Jokowi adalah kisah sukses pertama dari jalur ini. Kepemimpinan lokal merupakan persemaian yang bagus. Mereka diuji secara langsung di hadapan rakyatnya. Jika bagus, ia akan mekar dengan baik. Jika buruk, ia pun akan sangat buruk. Ini karena kewenangan yang besar sehingga bisa membangun kerajaan korupsi ataupun kerajaan dinasti keluarga yang subur.
PERCIKAN MEDIA
Seperti pernah diucapkan Jokowi, membangun Jakarta akan lebih mudah jika dirinya menjadi presiden. Hal ini ada benarnya. Seperti yang bisa disimpulkan dari kisah Gubernur Tuan Guru Bajang di NTB, musuh terbesarnya justru oknum-oknum di pusat. Bisa dibayangkan, jika tak mendapat dukungan dari kapolda, ia bisa diadu domba. Wilayahnya akan banjir beras impor yang akan membuat petani menderita dan kapok bertani. Pemerintah pusat sering mengeluh tentang kepala daerah yang bebal. Kepala daerah juga sering mengeluhkan pemerintah pusat yang juga bebal. Kita butuh semuanya bersih dan berkinerja bagus.
IKHTIAR Tiada Henti
TGB dan Politik NW Sejumlah media sosial, Maret 2008 Lalu M. Iqbal Ma'ruf
D
Diplomat karir di Kementerian Luar Negeri RI
alam sejarah NTB, setidaknya di Pulau Lombok, Nahdatul Wathan (NW) boleh jadi merupakan fenomena sosial yang sulit dicari tandingannya. Belakangan ini kita menyaksikan trend baru, yang sekalipun pelan tapi kian pasti mentransformasikan NW dari sebuah fenomena sosial menjadi fenomena politik.
Ketika Maulana Syeh Muhammad Zainuddin Abdul Majid (yarhamuhullah) pada 1953 mendirikan NW, beliau bukan saja melakukan sebuah kerja sosial dan kultural yang fenomenal. Tetapi juga sejatinya beliau melakukan lompatan sosial yang jauh ke depan. Terdapat beberapa alasan untuk menyebutnya demikian:
46 IKHTIAR Tiada Henti
47 PERCIKAN MEDIA
Pertama, arus sosial politik ketika itu dikuasai oleh kalangan bangsawan, baik yang sebelumnya terafiliasi kepada pemerintah kolonial Belanda, kepada aristokrat Bali ataupun yang tidak terafiliasi ke luar. Munculnya figur nonbangsawan, seperti Maulana Syeh sudah pasti harus membentur dinding resistensi yang luar biasa dari kalangan 'menak.
kedua, meskipun sejak tahun 1891 Tuan Guru Bangkol sudah mulai menggunakan Islam sebagai kendaraan moral bagi perjuangan politik melawan ekspansi Bali, namun kalangan ulama sejauh itu praktis belum menjadi kekuatan moral maupun agen perubahan sosial (agent of change) yang signifikan.
ketiga, peran maupun karakter sosial ulama dan menak ketika itu dipersepsikan sebagai berseberangan, kalau tak bisa dikatakan berlawanan.
Keempat, hingga saat itu, pengembangan masyarakat
PERCIKAN MEDIA
(community developmenti), khususnya pendidikan, belum menjadi pilihan perjuangan umat Islam di Lombok. Selain TGH Makmun dengan pesantren Nurul Yakin-nya yang tidak terlalu berkembang, tokoh Islam lainnya sejak Tuan Guru Bangkol hingga Saleh Sungkar –yang meninggal tahun 1952, memilih politik sebagai sarana utama perjuangannya. Hal tersebut diperparah dengan gaya kepemimpinan Sukarno pada periode awal kemerdekaan yang menjadi politik sebagai panglima. Dengan demikian, ikhtiar Maulana Syeh mendirikan NW adalah sebuah koreksi terhadap kegagalan perjuangan umat Islam di Lombok sebelumnya. Ketika orang sibuk di dalam arus politik, beliau justru membangun arus sosialnya sendiri melalui NW yang berfokus pada gerakan sosial. Upaya Maulana Syeh keluar dari pakem pada masanya membawa hasil yang luar biasa. Selama puluhan tahun
sejak berdirinya pada tahun 1953, NW telah melakukan proses pencerahan umat Islam di Lombok. Fasilitas-fasilitas sosialnya berkembang pesat hingga ke skala yang mungkin bahkan tak terbayangkan sebelumnya oleh Maulana Syeh sendiri. Pengaruhnya menjangkau ratusan ribu orang dan meliputi ribuan asset di seantero NTB dan di luar NTB. NW diterima, didukung dan menjadi tumpuan harapan hampir seluruh umat Islam di NTB. Benar Maulana Syeh terlibat dalam politik praktis sejak jaman perjuangan hingga awal 1960-an, namun keterlibatan tersebut lebih karena keniscayaan sejarah pada masa Orde Lama yang mendaulat politik menjadi panglima. Maulana Syeh dan NW sendiri praktis tak menunjukkan ketertarikan politik yang sungguh-sungguh. Kerja sosial tetap menjadi ruh pertumbuhan NW yang semakin menggurita kemana-
IKHTIAR Tiada Henti
mana. Keputusan Maula Syeh untuk mendukung Golkar pada tahun 1971, lebih disebabkan alasan ideologis ketimbang alasan politis. Karena hanya Golkar yang ketika itu yang mampu membendung arus komunisme. Demikian pula ketika beliau memutuskan keluar dari Golkar pada tahun 1982 dan membebaskan pendukungnya untuk memilih salah satu partai (ban bin bun). Keputusan tersebut tidak dapat dipahami sebagai manuver politik melainkan cerminan dari kekecewaan mayoritas umat Islam di Indonesia terhadap Orde Baru yang semakin didominasi militer yang represif terhadap umat Islam. Baru pada 1987, ketika memutuskan kembali ke Golkar, saya melihat itulah pertama kali beliau mengambil sebuah keputusan politik. Sejak saat itu, meskipun NW tetap diperhitungkan sebagai sebuah kekuatan sosial, namun NW mulai lebih
48 IKHTIAR Tiada Henti
49 PERCIKAN MEDIA
diperhitungkan sebagai sebuah kekuatan politik. Politik lantas seperti pisau bermata dua bagi NW. Disatu sisi, politik telah mempertajam kerja sosial NW. Namun demikian, disisi lain, politiklah yang telah membangun jarak antara NW dengan para ulama dan kelompok Islam lainnya di Lombok yang tidak satu afiliasi politik ketika itu. Politik pulalah yang pada akhirnya melatarbelakangi terjadinya tragedi September 1998, yang menjadi embrio munculnya dua kubu NW: Anjani dan Pancor. Transformasi evolusi NW dari gerakan sosial menjadi gerakan politik semakin menjadi nyata, ketika konferensi wilayah NW secara resmi mengadang TGH Muhammad Zainul Majdi (Tuan Guru Bajang) menjadi calon Gubernur NTB pada pilkada 2008.
PERCIKAN MEDIA
The Last Resort Berada di posisi Tuan Guru Bajang, sudah pasti bukan barang mudah. Di pundaknya bergantung harapan begitu besar. Umat mengikut di belakangnya mencari keteduhan dan kepastian masa depan. Karena itu, setiap keputusan yang dibuat semestinya mempertimbangkan kompleksitas posisi itu. Tentu merupakan hak pribadi Tuan Guru Bajang untuk maju menjadi gubernur dan hak NW untuk mengusung beliau. Tapi sudahkan para pimpinan NW menakar manfaat dan mudaratnya bagi masa depan NW dan umat Islam di NTB? Pertanyaan ini penting, agar keputusan itu tidak sematamata didasarkan pada emosi politik jangka pendek atau sekedar perasaan bahwa aspirasi NW belum sepenuhnya terakomodir penguasa saat ini.Terus terang, sebagai orang luar NW yang punya harapan yang besar terhadap organisasi ini, tadinya saya berharap NW tidak
mencalonkan Tuan Guru Bajang untuk periode 2008 ini. Saya beranggapan, Tuan Guru Bajang adalah the last resort atau harapan terakhir NTB untuk memperoleh seorang pemimpin yang meminjam terminologi Jawa sebagai 'satrio pandhito. Seorang yang memiliki syarat-syarat kecakapan pemimpin dan sekaligus pandita (ulama). Seharusnya menyadari itu, pendukung Bajang mestinya dapat cermat memilih momentum yang tepat memunculkan Sang Harapan Terakhir itu. Saya membayangkan sebuah skenario politik seperti ini: Dibawah pimpinan Tuan guru Bajang, NW menjadi “oposisi kritis-konstruktif”. Caranya sejak dini beliau harus secara terbuka menyatakan dukungan terhadap siapapun yang terpilih nantinya. Dukungan itu harus diikuti dengan pernyataan tegas bahwa beliau juga akan menjadi pengimbang yang kritis dan konstruktif dengan
IKHTIAR Tiada Henti
memperlihatkan kepemihakan yang jelas kepada kepentingan rakyat. Siapapun yang terpilih menjadi gubernur NTB pada pilkada 2008 nantinya, pastinya akan menimbang-nimbang dengan amat sangat serius sikap politik tuan Guru Bajang seperti ini. Jika ini bisa dilakoni, kekosongan kelas menengah yang kritis, mandiri dan kuat di NTB dapat diisi. Selama periode lima tahun ke depan, Tuan Guru Bajang berposisi sebagai “guru politik”. Ketika tiba saatnya, lima tahun lagi (2013), Tuan Guru Bajang bisa “turun gunung” maju menjadi gubernur dengan visi dan komitmen yang lebih matang.
Membuka Diri Saya mungkin berbeda pendapat dengan kalangan NW soal skenario tadi. Dalam pandangan saya, untuk seorang Tuan Guru Bajang menjadi Gubernur NTB semata-mata adalah soal
50 IKHTIAR Tiada Henti
51 PERCIKAN MEDIA
waktu. Social capital-nya lebih dari memadai untuk menaikkannya menjadi seorang Gubernur kapanpun dia dan pendukungnya menghendaki untuk maju.
PERCIKAN MEDIA
“Semoga Tuan Guru Bajang bisa meniti dengan selamat “jembatan” politik yang tidak
Faktanya, keputusan sudah diambil dan sepertinya tidak mungkin dibatalkan. Sekarang, Tuan Guru Bajang tinggal mempersiapkan visi yang jelas dan komitmen yang teguh. Sebagai calon gubernur, TGB harus sadar betul daerah ini sudah begitu sangat tertinggal. Jika terus dikelola dengan caracara lama maka tidak akan pernah bisa mengejar ketertinggalan. NTB sangat perlu pemimpin yang kreatif dan inovatif. Pemimpin yang mampu mengubah kelemahan menjadi keunggulan, menumbuhkan kepercayaan dan harga diri rakyat yang selama ini berkubang dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Rakyat harus mendapatkan kepastian masa depan yang lebih baik jika TGB memimpin nanti.
Butuh kebesaran hati NW untuk mewaqafkan TGB kepada NTB. Saya yakin, jika potensi NW dan kelompok di luar NW dapat disinergikan akan besar pengaruhnya untuk kemajuan NTB.
mudah ini. Kegagalan bukan opsi, karena kegagalan akan membawa ongkos politik terlalu besar. Sekali lagi, karena NTB begitu lama terpinggirkan dari arus pembangunan nasional, TGB adalah the last resort (harapan terakhir). Wallahua'lam Bissawab!”
Mau tidak mau, mulai sekarang Tuan Guru Bajang harus lebih terbuka. Sebagai calon gubernur, apalagi jika terpilih nantinya, TGB harus segera membangun sense of togetherness: ia adalah milik rakyat NTB. Bukan hak monopoli NW, apalagi hanya milik sekelompok elit di NW.
Saya membayangkan, kalau terpilih nanti, seperti 'gula', Tuan Guru Bajang akan dirubung aneka rupa semut. Dalam kondisi seperti itu, sulit sekali memilih 'kawan sejati'. Satu-satunya pertahanan terbaik adalah merawat nurani dengan selalu menjaga sikap bijak. Tuan Guru Bajang harus selalu ingat, dirinya bukan hanya satrio (pemimpin) tapi juga pandhito (ulama).
IKHTIAR Tiada Henti
Kepentingan umat dan rakyat harus selalu tersimpan di dalam hatinya. Seperti Rasulullah yang hingga dipengujung hayatnya, masih juga menyebut ummati, ummati, ummati, sebagai simbol rasa cinta kepada umatnya. Semoga Tuan Guru Bajang bisa meniti dengan selamat “jembatan” politik yang tidak mudah ini. Kegagalan bukan opsi, karena kegagalan akan membawa ongkos politik terlalu besar. Sekali lagi, karena NTB begitu lama terpinggirkan dari arus pembangunan nasional, TGB adalah the last resort (harapan terakhir). Wallahua'lam Bissawab!
52 IKHTIAR Tiada Henti
53 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
DICARI:
Gubernur Visioner! Lombok Post,
22 Desember 2008
Farid Tolomundu
A
lkisah, suatu hari lahir seorang bayi normal dan sehat. Begitu merasakan udara dunia, bayi tadi langsung menenggok kirikanan, seolah hendak mengenal di bumi dimana ia dilahirkan. Lalu mendadak sontak, sang bayi menjerit keras dan langsung mati. Apa gerangan yang terjadi? Rupanya sang bayi sadar, ia lahir di daerah miskin yang diserang busung lapar. Pikir sang bayi, daripada mati karena busung lapar, lebih baik mati saja sekarang.
Ini kisah yang saya dengar di tahun 2005, ketika kasus busung lapar di NTB menyentak perhatian khalayak seantero negeri. Kisah ini jelas fiktif, mungkin juga sedikit “subversif”. Tapi bagi saya, kisah tersebut humor yang menghibur, segar dan yang terpenting mencerahkan. Dengan kisah itu kita bisa mentertawakan diri sendiri. Kata orang, kritik yang terbaik adalah kemampuan kita mentertawakan diri sendiri. Kalau kisah tadi dibaca Tuan Guru Bajang (TGB) yang baru
saja menjadi gubernur NTB, semoga ia tersenyum simpul karenanya, mungkin kita bisa berharap dari senyumnya itu, TGB lantas akan mengambil tindakan cepat dan sigap untuk memastikan tidak boleh ada lagi bayi-bayi di NTB mati karena kurang gizi apalagi gizi buruk. Kisah “sang bayi” sengaja saya tulis, tepat ketika kita sedang merefleksikan kembali separuh abad perjalanan NTB. Kita sering bertanya dengan nada masyhul, mengapa kemiskinan dan keterbelakangan sepertinya enggan beringsut menjauh selama setengah abad perjalanan bumi gora ini. Termasuk juga saat ini, di zaman ketika otonomi dan desentralisasi kekuasaan memberi wewenang besar kepada penguasa daerah untuk mengotimalkan potensi daerahnya.
Raja Kecil Semestinya dengan wewenang yang besar itu, penguasa daerah berpeluang besar pula
IKHTIAR Tiada Henti
mengangkat harkat dan martabat rakyatnya untuk keluar dari lingkaran setan kemiskinan dan keterbelakangan. Namun apa lacur, satu dasawarsa otonomi berjalan, potret yang terpampang begitu kontras bertolak belakang. Kalau di zaman sentralistik, pusat kenyang memeras habis kekayaan daerah, sembari meninabobokan daerah dengan konsep bualan tetesan ke bawah (trickle down efect), maka di era otonomi, bermunculan “raja-raja kecil” di daerah yang menghisap kekayaan daerahnya sendiri. Bagi kebanyakan rakyat di daerah, kondisi seperti ini bak keluar dari mulut buaya tergiring ke kandang singa. Sama-sama menyudutkan nasib mereka. NTB bukan perkecualian, bahkan untuk beberapa kasus, “raja-raja kecil” di NTB bisa jadi pemegang rekor dalam “merampok” hak-hak rakyat. Tidak percaya? Coba kita tenggok fakta.
54 IKHTIAR Tiada Henti
55 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
mempertahankan atau merebut kekuasaan. Di awal reformasi, majalah TEMPO menyebut angka korupsi DPRD terbesar di Indonesia terjadi di DPRD NTB. Dugaan korupsinya mencapai puluhan miliar. Dugaan korupsi ini kemudian yang membawa mantan gubernur NTB sebelum TGB, masuk bui. Sejumlah elit penguasa di NTB, mulai dari mantan gubernur, bupati hingga kepala dinas ramairamai masuk penjara. “raja-raja kecil” ini meninggalkan tahta kekuasaannya dengan bau busuk yang menyengat. Rakyat mengenangnya dengan sinis dan rasa muak yang tertahan. Apa yang salah gerangan? Darimana semestinya kita menata NTB ke depan? Saya sering berfikir, biang keladi dari semua ini adalah perilaku elit. Sebaik apapun konsep desentralisasi, tidak bermakna apapun jika watak dan karakter elit penguasa daerah masih bermental feodal dan korup. Elit daerah yang feodal yang korup jelas tidak mungkin
“Pada TGB kita menaruh harapan besar. Ia sosok muda dan terpelajar. Kita pun bisa berharap ia punya integritas yang tinggi mengingat dirinya seorang tuan guru atau kyai. TGB harus menyadari betul, untuk bisa bersaing, NTB haram dikelola dengan semangat aji mumpung, terjebak pada rutinitas, kehilangan inovasi dan kreatifitas, serta kecenderungan untuk bergantung hampir sepenuhnya kepada penguasa.”
punya pandangan visioner membangun daerahnya. Bagi mereka kekuasaan sepenuhpenuhnya dimaknai sebagai status sosial yang akan dipertahankan dengan segala cara. Tidak terbersit dalam benak mereka menggelola kekuasaan untuk berkhidmat melayani rakyat. Pertarungan yang terjadi dalam ranah politik, nyaris semata-mata menghamba pada kepentingan
Berlakulah adagium: siapa yang melestarikan kekuasaanku, dialah temanku. Siapa yang mengkritisi kekuasaanku, jadilah lawanku. Mengentallah kemudian dikotomi “orang kita” dan “bukan orang kita” dalam ranah kekuasaan. Tidak heran –sekalipun hati menjadi miris—satu persatu penguasa di NTB turun dari tahtanya dengan tertunduk malu diiringi tatapan sinis rakyatnya. Tidak banyak dari mereka yang meninggalkan jejak kepemimpinan yang layak dicatat dengan tinta emas dalam sejarah NTB.
Gubernur Visioner Pada TGB kita menaruh harapan besar. Ia sosok muda dan terpelajar. Kita pun bisa berharap ia punya integritas yang tinggi mengingat dirinya seorang tuan guru atau kyai. TGB harus menyadari betul, untuk bisa bersaing, NTB haram dikelola dengan
IKHTIAR Tiada Henti
semangat aji mumpung, terjebak pada rutinitas, kehilangan inovasi dan kreatifitas, serta kecenderungan untuk bergantung hampir sepenuhnya kepada penguasa. Ibarat adu lari, NTB sudah kalah sejak pistol star diletuskan. Teknik berlari yang sudah kuno, membuat “pelari” NTB tertinggal jauh di lintasan. Untuk mengejar ketertinggalan, pelari NTB memerlukan tehnik baru agar dapat berlari dua kali lebih cepat. Tehnik baru dalam berlari, hanya mungkin lahir jika NTB memiliki pemimpin yang visioner. Seperti apa pemimpin visioner itu? Bung Hatta dalam majalah Daulat Rakyat, 10 September 1933, mengambarkan syarat seorang pemimpin visinoner ini dalam satu kalimat yang lugas: iman yang teguh, watak yang kukuh dan urat saraf yang kuat. Sementara Rhenald Kasali, pakar manajemen Universitas Indonesia, menganalogikan
56 IKHTIAR Tiada Henti
57 PERCIKAN MEDIA
pemimpin visioner seperti mata. Ia bukan sekadar mata yang bergerak secara acak, melainkan harus menjadi mata yang jeli melihat sesuatu yang belum terlihat atau bahkan sama sekali tidak terlihat rakyatnya. Bukan itu saja, ia pun sanggup menyakinkan dan mengajak rakyatnya untuk memperjuangkan pandangan masa depannya itu. Untuk itu, seorang pemimpin harus berkarakter, punya kredibilitas, menjadi inspirasi keteladanan dan mampu menumbuhkan harapan.
Moving the People Ttik sentral perubahan di NTB ada pada kepemimpinan. Kita tidak pernah kekurangan penguasa. Buktinya, setiap musim pemilihan tiba, stok calon penguasa berlimpah adanya. Tetapi kita jelas sedang dihantam paceklik panjang kepemimpinan. Apa buah dari paceklik ini? Taruhan terbesarnya ada pada kesinambungan pembangunan. Selama ini, kegagalan kita membangun
PERCIKAN MEDIA
bukan karena kita gagal membangun, tetapi lebih karena kita gagal mempertahankan kesinambungan pembangunan. Para penguasa yang datang silih berganti, seperti tidak punya benang merah yang mempertautkan mereka. Inilah buah dari cara penguasa mengelola pembangunan yang hampir sepenuhnya memaknainya sebagai struggle for power belaka. Pembangunan katanya, adalah urusan politik lima tahunan masa berkuasa. Pandangannya sebagai penguasa begitu terbatas karena sekat politik yang ia buat sendiri. Apapun alasannya, siapapun yang memerintah dan apapun tantangannya, isu utama seorang pemimpin bukan lagi struggle for power, melainkan bagaimana ia mengoptimalkan aset yang ada untuk menciptakan kontinuitas kemajuan. Ini penting sekali, agar arah pembangunan dalam skala apapun tidak kehilangan visinya. Pemimpin yang
visioner tidak boleh membuat rakyatnya galau, gelisah, lalu bertanya-tanya dengan hati gundah: mau dibawa kemana gerangan kami ini? Ala kuli hal, dalam carut marut keadaan kita terus bermimpi datangnya pemimpin yang membawa perubahan. Pemimpin yang tidak tidak punya kerendahan hati, seperti Abu Bakar Ash-Siddik yang berkata menjelang pelantikan dirinya sebagai khalifah pertama: Bagaimana dengan TGB? Saya tak bisa memberikan jawaban pasti. Tetapi harapan tak boleh mati. Kita percaya TGB sepenuhnya paham dan
IKHTIAR Tiada Henti
mengerti kondisi NTB kini. Sikap terbaik kita sebagai rakyat NTB kepada TGB, saya kira adalah mendukungnya dengan sepenuh hati, sekaligus juga mengkritiknya dengan sepenuh hati. TGB saya kira bukan orang yang anti kritik. Dia pasti paham betul apa makna di balik ucapan Abu Bakar As Shidiq, sesaat setelah sahabat utama Nabi ini dibaiat menjadi khalifah pertama. “lastu bi khoirikum in roaatumuuni showaaban fa a'i nuuni wa in roaitumuuni 'wijaajan fa qowwimuuni (Saya bukanlah yang terbaik di antara kalian, maka jika kalian ketahui saya benar, bantulah saya. Dan jika kalian ketahui saya menyeleweng, luruskan saya).
58 IKHTIAR Tiada Henti
59 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
Zainul Majdi,
Pemimpin yang Bekerja Republika,
kepemimpinannya visioner, disiplin, hands-on dan rajin silaturahim. Sebagai manusia Tuan Guru Bajang tentu tak sempurna. Namun praktik mengubah visi menjadi aksi nyata dan kinerjanya, bisa jadi contoh praktik manajemen
21 Januari 2016
Mukhlis Yusuf
“Saya menangkap kesan,
CEO kantor Berita ANTARA 2007-2012
publik yang layak dijadikan rujukan..”
M
ungkin Anda sedang mumet menyimak kabar sengkarut reklamasi wilayah DKI, tertangkapnya oknum panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan berbagai kasus korupsi lainnya.Publik pun masih kaget oleh beredarnya daftar nama pejabat dan pebisnis dalam Panama Papers. Malah, ada dandim tertangkap sedang pesta narkoba dan Kepala BNN Provinsi yang terjaring razia. Ada guru yang ditengarai menyediakan jawaban atas Ujian Nasional untuk para siswanya. Ironis. Semua bukan
berita yang enak didengar. Negeri ini seolah-olah akan runtuh. Saya ingin mengajak Anda sejenak melupakan itu, dan mengajak untuk mengalihkan fokus ke NTB. Saya baru kembali dari Mataram Senin lalu. Setelah Hari Pers Februari 2016 lalu, saya baru jumpa lagi dengan TGH Zainul Majdi, Gubernur NTB, yang lahir di Pancor, Selong, 31 Mei 1972. Masih muda, 44 tahun. Kini dia sedang menjalani periode kedua memimpin NTB sejak tahun 2008.
Kali ini saya diundang untuk memimpin temu wicara para pemangku kepentingan program pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan Pemprov NTB dan Tazkia Group, mitra Pemprov NTB. TGH adalah singkatan dari Tuan Guru Haji. Tuan Guru juga sebutan masyarakat Lombok untuk tokoh yang dihormati karena ilmu keagamaan dan aktiftas sosial kemasyarakatannya. Sepadan dengan sebutan Kiai di Jawa.
IKHTIAR Tiada Henti
Zainul Majdi adalah cucu dari Maulana Syeh TGH. Zainuddin Abdul Madjid, pendiri Nahdatul Wathan (NW), ormas Islam terbesar di NTB dengan jemaah ditaksir mencapai 1,5 juta orang. Saya mengenalnya sejak tahun 2008, masyarakat menjulukinya Tuan Guru Bajang yang artinya tuan guru muda. Kami saling berkunjung. Saya menangkap kesan, kepemimpinannya visioner, disiplin, hands-on dan rajin silaturahim. Sebagai manusia Tuan Guru Bajang tentu tak sempurna. Namun praktik mengubah visi menjadi aksi nyata dan kinerjanya, bisa jadi contoh praktik manajemen publik yang layak dijadikan rujukan. Berbagai terobosan pelayanan publik, pembangunan infrastruktur, dukungan terhadap pelaku jasa turis dan aktivitas MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition) dan berbagai inovasi sosial, pemberdayaan masyarakat membuat wajah NTB berubah cukup
60 IKHTIAR Tiada Henti
61 PERCIKAN MEDIA
signifikan.Dengan rumus kepemimpinan itu, NTB mampu menurunkan kemiskinan yang semula tercatat 23.81 persen jauh di atas rata-rata nasional 15.42 persen, menjadi 16.54 persen pada tahun 2015.
Lumbung Bersaing Saya tak mengetahui persis semua jurus jitu penurunan angka kemiskinan itu, kecuali satu program yang bernama Lumbung Bersaing, sebuah model pemberdayaan kelompok masyarakat berbasis kelompok Ibu-ibu. Metode yang digunakan mengadaptasi model Grameen Bank di Bangladesh. Di NTB dinamakan Baitut Tamkin atau Rumah Pemberdayaan. Semacam praktik keuangan mikro syariah disertai pembangunan karakter keluarga melalui penguatan kelompok. Sudah pasti tanpa ada rente di dalamnya. Metode ini hasil penyempurnakan Tazkia Group yang dipimpin Syafii Antonio, pakar ekonomi syariah terkemuka di tanah air.
PERCIKAN MEDIA
Singkat kata, melalui program Baitut Tamkin Lumbung Bersaing ini, perilaku masyarakat berubah signifikan. Mereka melepaskan diri dari jeratan rentenir, melatih tanggungkawab atas pinjamannya, menumbuhkan budaya menabung dan berdonasi untuk para anggotanya. Perubahan mentalitas dari tangan di bawah menjadi tangan di atas. Peningkatan pendapatan kaum ibu tak disertai angka perceraian dalam keluarga, tak seperti yang terjadi pada beberapa wilayah lainnya.
terhadap program ini. Ia gubernur yang paham sosiologis masyarakat yang dipimpinnya. Ia mengambil keputusan dengan jelas dan tegas. Ia gubernur pertama yang mengadopsi model itu. Pada temu wicara yang saya pandu itu, pejabat Bank Indonesia hadir untuk menjajagi pengembangan model Lumbung Bersaing dari NTB secara nasional. Pada April 2016, direncanakan pimpinan Islamic Development Bank (IDB) yang berpusat di Jeddah berkunjung ke NTB, salah satu agendanya melihat langsung program ini.
Dana bergulir yang digerakkan para anggota yang kemudian mendirikan Koperasi Syariah Baitut Tamkin Lumbung Bersaing pada tahun 2014, meningkat pesat dari semula sebesar Rp 6 milyar, kini bernilai lebih dari Rp 38 milyar dan menjangkau pemberdayaan 5.992 anggotanya.
Pemimpin yang bekerja tak pernah sendirian. Dia senantiasa mampu mengelola sumberdaya dan kapabilitas lingkungannya untuk mewujudkan visi kepemimpinannya. Ia juga memimpin, hands-on. Bukan mengimbau.
Dukungan gubernur Majdi sejak awal sangat kuat
Inti dari kepemimpinan selalu melakukan hal-hal yang benar
Pemimpin yang bekerja
IKHTIAR Tiada Henti
melalui orang-orang yang dipimpinnya. Dia rajin dan disiplin, cerdas memilih tim dan sumberdaya pendukungnya, serta menyelesikan prioritasnya satu-persatu. Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerjas Tuntas. Agar semangat tak kenal lelah dan energinya tak terbatas, guru saya menambahkan 3 AS itu dengan Kerja Ikhlas. Jadi 4 AS. Saya melihat masih banyak para pemimpin daerah, organisasi, perusahaan yang bisa jadi panutan kita. Termasuk diantaranya, TGH Zainul Majdi, gubernur NTB ini. Ia pemimpin yang bekerja, mengingatkan saya pada Dahlan Iskan, mantan Meneg BUMN yang pada tahun 2011 pertama kali mempraktikkan istilah: kerja, kerja, kerja! Kita selalu punya pilihan untuk terus memperjuangkan impian yang baik untuk negeri ini, di tengah arus sebaliknya, penyalahgunaan kekuasaan untuk diri, keluarga dan kelompoknya.Selalu ada harapan, selalu ada pilihan. Bagaimana pilihan Anda?
62 IKHTIAR Tiada Henti
63 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
Gubernur dan Keharuan
''Orang Kecil'' Suara NTB, Agus Talino
19 Oktober 2009
Pemimpin Redaksi Suara NTB
M
ata Slamet (39) berkaca-kaca. Dia tidak kuasa membendung keharuannya yang teramat dalam. Dia tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau dirinya bisa bersilaturahim, bersalaman dan berbicara secara langsung dengan seorang gubernur yang juga tuan guru. Hari itu, Slamet dan dua kawannya yang kebetulan satu kampung dengan saya di Kecamatan Utan Sumbawa datang ke Mataram. Mereka sengaja datang menemui saya. Mereka minta tolong kepada saya untuk dijembatani agar bisa bersilaturahim dengan gubernur. Tidak ada maksud lain selain sekadar
bersilaturahim.
Slamet, yang kebetulan kedua orang tuanya berasal dari Lombok Timur. Tetapi lahir, besar dan menikah di Utan Sumbawa, sehingga dia tidak lagi mempunyai dialek Sasak dalam berbicara. Dia kelihatannya lebih ''Sumbawa''.Menurut ceritanya, Slamet kerap berkhayal bertemu gubernur. Apalagi mereka datang dari jauh. Mereka harus mongorbankan waktu dan mengeluarkan biaya untuk bisa tiba di Mataram.
Awalnya saya ragu menghubungi gubernur untuk meminta waktu menerima kawan-kawan dari kampung yang bermaksud bersilaturahim. Pertimbangan saya, sebagai gubernur kegiatannya tentu sangat padat. Sehingga susah untuk menyiapkan waktu secara mendadak menerima Slamet dan dua kawannya yang bermaksud bersilaturahim dengan gubernur pada hari itu juga.
Akhirnya saya mencoba SMS gubernur. Secara terbuka saya katakan kepada gubernur bahwa teman saya dari kampung bermaksud bersilaturahim dengan gubernur di pendopo gubernur sekitar pukul 19.30 wita. Tidak seberapa lama, gubernur menjawab SMS dan mempersilahkan saya dan kawan-kawan dari kampung untuk datang ke pendopo.
Tetapi saya tidak tega menolak permintaan mereka yang menurut saya tulus bermaksud bertemu dengan pemimpinnya. Terutama
Mendapat informasi bahwa gubernur bersedia menerima mereka di pendopo. Slamet dan kedua kawannya sangat kegirangan. Mereka seperti
IKHTIAR Tiada Henti
tidak bisa menunggu waktu untuk bertemu dan bersilaturahim dengan gubernur. Ketiganya segera pamit dari kantor saya. Katanya, mereka ke toko pakaian membeli baju yang pantas digunakan untuk bertemu gubernur. Namun siang harinya, saya mendapat SMS dari gubernur. Gubernur menunda menerima kami karena ada seorang mantan pejabat NTB meninggal. Gubernur akan datang ke rumah duka. Dengan sentuhan kalimat yang menggetarkan, gubernur minta maaf karena tidak bisa menerima kami di pendopo dan menunggu kami pada esok harinya di kantornya. Pagi, pada keesokan harinya --sesuai SMS gubernur bahwa gubernur akan menerima kami di ruang kerjanya---, Slamet dan kedua kawannya kelihatan ''gelisah''. Mereka, terutama Slamet seperti orang terhinggap ''demam''. Katanya, badannya ''panas dingin'' karena akan ketemu gubernur, sesuatu yang tidak pernah
64 IKHTIAR Tiada Henti
65 PERCIKAN MEDIA
terbayangkan bisa diwujudkan. Janji ketemu gubernur sesungguhnya masih relatif lama, sekitar pukul 11.30 wita, tetapi Slamet dan kedua kawannya sudah bersiap-siap sejak pagi, sekitar pukul 9.00 wita mereka sudah muncul di kantor saya dengan pakaian rapi. Mereka menggunakan pakaian yang mungkin baru mereka beli. Karena sesuai kesepakatan, saya akan mendampingi mereka dan kami berangkat bersama-sama ke kantor gubernur dari kantor saya. Di atas mobil, seusai bertemu gubernur di ruang kerjanya, tidak saja Slamet, tetapi ketiganya. Bahkan kawannya yang bernama Daeng Baso tidak bisa membendung air matanya jatuh karena tak kuasa menahan keharuannya yang amat dalam. Tidak terbayangkan oleh mereka gubernur akan menerima mereka dengan sangat bersahabat dan sangat manusiawi. Gubernur tidak saja bersedia berfota bersama
PERCIKAN MEDIA
dengan mereka. Tetapi ketika pulang, gubernur mengantar kami hingga luar pintu ruang kerjanya. Padahal kata Slamet, dirinya hanyalah rakyat biasa, ''orang kecil'', pekerja serabutan dan kadang-kadang membantu temannya sebagai sopir. Maksudnya, tidak pentinglah gubernur menerima dirinya dan mengantar hingga luar pintu ruang kerjanya ketika pulang. Apalagi kedatangan mereka bertemu gubernur hanyalah untuk bersilaturahim biasa tanpa ada keperluan lainnya. Interaksi Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi MA dengan masyarakat beberapa kali saya melihat dan mecermatinya. Kedahsyatannya terletak pada sentuhannya. Salah satu peristiwa yang saya potret, ketika secara kebetulan kawan saya, Zulkieflimansyah, anggota DPR-RI datang ke Mataram. Ketika itu, ada juga Sandiaga S.Uno dan dua kawan lainnya. Kebetulan pada saat itu ada pengajian di beberapa tempat,
“Saya menangkap kesan, kepemimpinannya visioner, disiplin, hands-on dan rajin silaturahim. Sebagai manusia Tuan Guru Bajang tentu tak sempurna. Namun praktik mengubah visi menjadi aksi nyata dan kinerjanya, bisa jadi contoh praktik manajemen publik yang layak dijadikan rujukan..”
di Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur. Saya melihat gubernur berangkat menuju tempat pengajian dari pendopo bersama-sama dalam satu mobil dengan tamunya yang datang dari Jakarta tersebut. Sepanjang perjalanan saya tidak mendengar ada bunyi ''serine'' yang menandakan bahwa ada pejabat lewat. Artinya, gubernur saya tangkap
IKHTIAR Tiada Henti
memaknai jabatannya sebagai sesuatu yang ''sangat biasa''. Karena sesungguhnya, yang paling penting dari jabatan adalah manfaatnya bagi orang banyak bukan ''bunyi serine'' walau itu merupakan hak protokoler. *** Gubernur sesungguhnya memiliki kekuatan yang sangat dahsyat untuk membangun NTB. Antara lain, gubernur memiliki kekuatan massa yang besar. Selain kemampuan personalnya yang hebat dalam membangun relasi. Sehingga tidak ada alasan sebenarnya NTB tidak menjadi provinsi yang hebat. Yang menjadi persoalan, ketika gubernur tidak didukung dan dibantu oleh orang-orang hebat. Orang-orang yang bisa menterjemahkan dan melaksanakan gagasan dan pikiran besarnya untuk membangun NTB. Akibatnya, kekuatan gubernur tidak menutup kemungkinan akan menjadi hampa. Apalagi kalau dikelilingi oleh orang-orang
68 IKHTIAR Tiada Henti
69 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
yang sarat kepentingan dan tidak berorientasi untuk menjaga pemimpin dan menjaga daerahnya. Keikhlasan dan ketulusan membangun dan memelihara relasi tidak bisa hanya dilakukan gubernur, tetapi semua yang ''membatu'' gubernur.Tidak mungkin kekuatan besar bisa kita bangun tanpa ada kesamaan atmosfir semua pihak, termasuk kepala daerah/wakil kepala daerah di kabupaten/kota. Tidak sebaliknya misalnya, kekuatan-kekuatan potensial yang ada di sekeliling dan membantu gubernur, apalagi dalam level pemimpin justru memberantakan relasi yang sudah ada hanya karena kepentingan-kepentingan yang sangat remeh temeh. Padahal pemberantakan relasi adalah tindakan bodoh dan harganya sangat mahal. Apalagi kalau relasi yang diberantakan itu merupakan relasi potensial. Seharusnya relasi-relasi yang sudah ada dipelihara secara baik dan diperluas.
IKHTIAR Tiada Henti
Tiongkok, TGB dan
Kades “Gila”
Lombok Post,
26 Mei 2016
Maia Rahmayati
D
Penulis dan pegiat sosial budaya
i bawah kepemimpinan Gubernur TGH. H. M Zainul Majdi, atau yang lebih popular disapa Tuan Guru Bajang (TGB), NTB sukses meraih penghargaan Millenium Development Goals (MDGs). Tak tanggungtanggung, penghargaan bergengsi itu diraih lima tahun tanpa jeda sejak 2012. Atas prestasi NTB tersebut, TGB mendapatkan undangan khusus untuk berbicara di depan forum dunia di markas UNDP, organisasi di bawah PBB yang bertanggung jawab atas pembangunan global.
Pertengahan Mei 2015, TGB bersama rombongan kecil berangkat ke sana, persisnya ke Provinsi Ningxia. Disana TGB diterima akrab, termasuk oleh komunitas muslim yang cukup besar jumlahnya disana. Ada ulasan menarik mengenai Provinsi Ningxia yang dikunjungi TGB ini, yaitu kemajuan wilayah pedesaannya. Wagub Ningxia ketika memberikan penjelasan kepada TGB dan rombongan mengungkapkan ada empat poin “rahasia” yang menopang percepatan kemajuan desa di wilayahnya.
NTB memang sedang dan terus berbenah. Termasuk belajar hingga ke negeri Tiongkok.
Pertama, fokus pengembangan produk unggulan di desa. Kedua, mengutus tenaga ahli
untuk bekerja membangun desa. Ketiga, sinergi perusahaan swasta yang turut menopang promosi dan pengembangan produk di desa. Keempat, penyediaan infrastruktur dasar pedesaan terutama yang menopang sektor pertanian dan olahan. Mencermati empat hal tersebut, rasanya desa-desa di NTB pun bisa dikelola seperti itu. Potensi untuk itu bukannya tak ada. Contoh baik pun tersedia. kita pernah mendengar model pengembangan “one village one product” atau satu desa satu produk unggulan. Kita pun punya banyak ragam tenaga pendamping di pedesaan. Dari pendamping
70 IKHTIAR Tiada Henti
71 PERCIKAN MEDIA
pertanian sampai bidan desa. Kekurangan kita agaknya pada sinergi yang belum atau sulit terancang secara rapi dan terpadu plus sikap konsistensi menjalankannya. Sehingga banyak rancangan yang baik di atas kertas, seperti konsep “satu desa satu produk” itu, tak bisa berjalan baik di lapangan. Sebaliknya di provinsi Ningxia di Tiongkok sana, apa yang belum berhasil kita lakukan di atas, bisa dengan sangat baik mereka kerjakan dan lakukan.
“Kades Gila” Perjalanan TGB dan rombongan ke Negara Tiongkok, mengingatkan saya pada Irawan Susiadi, Kepala Desa dua periode di desa Pengejek kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Kades Irawan menjadi salah satu wakil Indonesia dalam kegiatan pertukaran informasi antar pemimpin desa tingkat ASEAN akhir 2015 silam. Kegiatan itu dipusatkan di kota Nanning di Tiongkok. Dihadiri puluhan pemimpin desa dari seluruh negara ASEAN
PERCIKAN MEDIA
ditambah pemimpin desa dari Korea Selatan, Jepang dan Tiongkok. Kades Irawan jelas kades berprestasi. Saya menyebutnya Kades “gila”. Ia memimpin kurang lebih 11 ribu warganya. Sejumlah terobosan kreatif yang gulirkan. Banyak warganya yang tergolong miskin tetapi tak tercover layanan BPJS kesehatan. Penyebabnya kita sudah bisa menduga, tak jauh dari perkara data yang tidak akurat di negeri ini. Kades Irawan mengambil tindakan cepat untuk melindungi warganya itu. Ia terapkan kebijakan pengalokasian iuran bagi warganya yang benar-benar miskin dan belum masuk dalam daftar BPJS. Danya ia ambilkan dari kas desa. Ia juga membuat Bank Darah atas kesepakatan seluruh warga desa dengan menggandeng pihak RSUD. Bank Darah di desa Pengejek Jongat Lombok Tengah, bisa jadi merupakan yang pertama di Indonesia. Bank Darah ini mendata
golongan darah setiap warga lalu membangun sistem sederhana untuk mendapatkan donor secara cepat dan tepat ketika diperlukan. Kades Irawan tidak sendiri, saya yakin di NTB cukup banyak kades “gila” seperti dia. Kita harus terus memperbanyak lahirnya pemimpin-pemimpin di desa yang mau bekerja dengan sejumlah ide dan gagasan yang tidak biasa.
IKHTIAR Tiada Henti
TGB sebagai gubernur jelas tidak bisa membangun NTB sendirian. Ia butuh kepalakepala desa yang juga berfikiran maju dan siap bekerja keras di tingkat desa. Apalagi kemiskinan di NTB angka riilnya masihlah besar. sekalipun kinerja penurunannya terhitung progresif. Sebagian besar berada di pedesaan. Tanpa kepala desa “yang gila” masalah kemiskinan ini sulit teratasi dengan cepat.
72 IKHTIAR Tiada Henti
73 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
TGB - Nomic dan NTB Suara NTB,
Pujian memang selayaknya kita berikan terhadap kinerja pemimpin yang menonjol. Juga kepada TGB yang telah memimpin NTB hampir 10 tahun ini. Tetapi kritikan pun tetap harus dikemukakan sebab persoalan dan tantangan masihlah sangat besar. Kritikan menjadi pengingat bahwa kerja dan kerja masih wajib ditingkatkan. .
Mei 2016
M. Firmansyah
Doktor Ekonomi Pembangunan Unram
G
ubernur NTB M. Zainul Majdi, yang karib disapa Tuan Guru Bajang (TGB) belakangan makin dikenal di pentas nasional. Sejumlah ulasan tentang dirinya termuat di media nasional lalu tersebar luas di dunia maya. Dahlan Iskan menulis di harian Jawa Post dengan tajuk “Tuan Guru dengan Masa Depan yang Panjang”. Nasihin Masha, pemimpin redaksi harian Republika menulis di korannya
dengan judul “Tuan Guru Bajang Meniti Jejak”. Lalu Muklis Yusuf, wartawan senior yang pernah memimpin Kantor Berita Antara menulis dengan headline “Zainul Majdi Pemimpin Yang Bekerja” Ketiga tulisan itu bernada kurang lebih sama: apresiasi terhadap TGB dan kinerjanya sebagai gubernur NTB, sekaligus harapan dan keyakinan bahwa negeri ini masih memiliki stok calon pemimpin muda masa depan.
Saya tidak mengenal dekat TGB. Seingat saya hanya dua kali menghadap beliau secara formal, Pertama, sebagai anggota Dewan Riset Daerah (DRD) dan kedua, sebagai anggota Tim Penasehat Investasi Pemerintah NTB. Dari pertemuan yang singkat itu, kesan saya TGB orang yang cepat belajar menangkap halhal baru. Tutur kata dan gerak gerik bahasa tubuhnya terjaga. Ia cendrung bukan tipe pemimpin yang mengambil keputusan dengan tergesagesa.
IKHTIAR Tiada Henti
“Saya kira NTB kini memang menjadi Provinsi yang kian diperhitungkan dalam skala nasional. Peran TGB membawa NTB hingga ke posisi saat ini tentu saja besar. Ia pemimpin yang terus bergerak mencari peluang-peluang untuk kemajuan daerah yang dipimpinnya”.
TGB-Nomic Sebagai ekonom, saya lebih
74 IKHTIAR Tiada Henti
75 PERCIKAN MEDIA
nasional. Peran TGB membawa NTB hingga ke posisi saat ini tidaklah kecil. Ia pemimpin yang terus bergerak mencari peluang-peluang untuk kemajuan daerah yang dipimpinnya. Nah, dalam konteks percepatan investasi, TGB harus benar-benar mendorong kawasan Mandalika segera direalisasikan, walaupun kita tahu mengurai benang kusut Mandalika bukanlah perkara mudah. Kemudian selanjutnya menyasar pembangunan SAMOTA dan Teluk Bima sebagai kesempatan berikutnya.
PERCIKAN MEDIA
mengatakan TGB kurang memberi perhatian pulau Sumbawa harus ditepis dengan kerja nyata dan terencana. Bentuk kerja 2-3 tahun ini menurut saya adalah merealisasikan SAMOTA sebagai Marine Industrial Cluster di NTB. Karena di sana langkah awal pembangunan ekonomi pulau Sumbawa diletakkan, di sana terpenuhinya syarat pusat pertumbuhan yang terbangun natural advantages dan knowledge spillovers.
Kepemimpinan TGB efektif tinggal 2-3 tahun lagi. Oleh karena itu saya kira TGB perlu menggenapi upayanya mensejahterakan dua pulau di NTB, yaitu Sumbawa dan Lombok sebagai satu sejarah kepemimpinan TGB.
Di samping itu, TGB sebagai pemimpin NTB perlu terus memberi perhatian di setiap jengkal tanah NTB. Dari ujung barat sampai ujung timur, ujung utara sampai ujung selatan. Memberi perhatian kepada kawasan-kawasan yang kurang menguntungkan secara geospasial adalah upaya paling minimal yang perlu dilakukan pemimpin. Tidak ada cara lain selain dorong mereka untuk terus berkreasi, menjaga modal sosial yang selama ini terbangun.
Suara-suara miring yang
Pulau Sumbawa bukanlah
Mencetak Sejarah Kepemimpinan
pasar potensial untuk perdagangan besar, penduduk yang tidak lebih dari satu juta kurang menguntungkan bagi pencari rente bisnis di pulau itu. Sungguh-pun begitu, Pulau Sumbawa kaya sumber daya alam dan dapat menjadi syarat terbangunnya industri berbasis bahan baku. Kenapa Lombok lebih maju dari pulau Sumbawa? Pertanyaan ini tidak bisa dijawab dengan program pemerintah, pemerintah tidak cukup modal membangun dan merawat keberlanjutan ekonomi di setiap wilayahnya. Seperti yang dipahami, aktor pembangunan terdiri dari pemerintah daerah, pengusaha lokal (entrepreneur), investor asing dan masyarakat. Lombok terbangun secara autopilot oleh investasi asing dan bisnis daerah, tidak banyak karena pemerintahnya. Cerita itu berawal dari keunggulan spasial pariwisata, sehingga terbangun kawasankawasan wisata kelas dunia, hotel-hotel terbangun,
IKHTIAR Tiada Henti
infrastruktur perdagangan terbangun, jasa-jasa tumbuh menggeliat, perputaran uang yang demikian kencang akan mendorong tumbuhnya bisnisbisnis baru. Cerita kedua kedekatan Lombok dengan Bali sebagai pusat pertumbuhan wisata nasional juga menguntungkan Lombok, karena ketika Bali jenuh maka muara ekonomi akan mengaliri wilayah terdekatnya, yaitu Lombok. NTB memiliki kareteristik spasial wilayah yang reatif lengkap. Ada kawasan ekowisata, kawasan industri, kawasan perdagangan dan kawasan transit. Di dua pulau ada kawasan hinterland dan ada daerah pheryperi. Semua perlu sentuhan, semua perlu sinergi. Saya yakin TGB bisa melakukannya. TGB adalah pemimpin baik, dan pujian yang datang dari luar bukanlah isapan jempol belaka. TGB telah berupaya maksimal membangun NTB dengan baik. Di tahun-tahun akhir kepemimpinan, TGB
76 IKHTIAR Tiada Henti
77 PERCIKAN MEDIA
perlu menggenapi untuk membereskan dan merapikan berbagai pembangunan kawasan yang belum tuntas, minimal meletakan dasardasarnya dan membersihkan jalan untuk dilanjutkan dikemudian hari oleh pemimpin NTB berikutnya. Sejarah akan mencatat dengan tinta emas langkah daan kebijakan TGB, dan semoga langkahnya akan berlanjut ke pentas nasional mengingat usianya yang masih muda dan kapasitasnya yang memadai. Segenap masyarakat NTB, tentunya sepenuh hati memberikan dukungan dan doa untuk TGB, ia salah satu “permata” dari NTB.
PERCIKAN MEDIA
IKHTIAR Tiada Henti
Gubernur Santri Zainul Majdi Termasuk
Reformis Muda Kompasiana,
3 Maret 2014
Deliana Setia
G
ubernur NTB, Zainul Majdi, termasuk salah satu pemimpin muda yang hadir dalam acara Forum Terbuka bertema “Reformis Hibrida-Reformis Horizontal” yang digagas oleh mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal di Jakarta, Sabtu (1/3/2014). Pemimpin muda lainnya antara lain, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto, Walikota
Bandung Ridwan Kamil, dan Walikota Makassar Ramdhan Pomanto. Nama Basuki Tjahaja Purnama dan Ridwan Kamil sudah banyak diberitakan di media dan dikenal luas oleh publik. Tidak demikian halnya dengan Zainul Majdi. Namanya bergaung baru sebatas di daerah yang dipimpinnya. Di tingat nasional tak banyak yang mengenalnya. Tidak ada salahnya jika kita tengok rekam jejaknya.
78
79
IKHTIAR Tiada Henti
PERCIKAN MEDIA
“Sosok Majdi yang seorang ulama memberikan warna yang berbeda dalam jajaran birokrasi di NTB. Pada pertemuan bersama pemimpin reformis muda, Majdi mengungkapkan, "Tidak semua hal bisa diselesaikan dengan pendekatan kultural. Ada yang harus sistemik. Karena itulah saya terima ajakan masyarakat masuk kontestasi Gubernur NTB," ujarnya.
Prestasi yang diraih gubernur Zainul Majdi cukup mengagumkan. Ia terpilih menjadi gubernur Nusa Tenggara Barat pada 2008, ketika masih berusia 36 tahun. Ia lahir di Pancor, sebuah kota santri di kabupaten Lombok Timur, pada 31 Mei 1972. Kini ia sedang menjalani amanah sebagai Gubernur NTB untuk periode kedua (2013-2018). Itu jelas menyiratkan besarnya kepercayaan rakyat NTB atas kepemimpinannya.
PERCIKAN MEDIA
Muda, santri dan berpendidikan tinggi Jurusan Tafsir Hadits dan Alquran Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, tak ayal membuat Majdi menjadi perhatian. Ia punya potensi besar untuk jadi “bintang” di pentas nasional. Majdi juga dikenal dengan nama Tuan Guru Bajang (TGB). Tuan Guru adalah sebutan di kalangan masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok untuk seorang ulama. Majdi merupakan cucu ulama paling karismatik di Lombok, yaitu Almagfurullah Syekh TGKH Zainuddin Abdul Majid atau yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Pancor. Sosok Majdi yang seorang ulama memberikan warna yang berbeda dalam jajaran birokrasi di NTB. Pada pertemuan bersama pemimpin reformis muda, Majdi mengungkapkan, "Tidak semua hal bisa diselesaikan dengan pendekatan kultural. Ada yang harus sistemik. Karena itulah saya terima ajakan masyarakat masuk kontestasi Gubernur NTB," ujarnya.
Majdi mengungkapkan dunia politik memiliki tantangan yang luar biasa. Temasuk didalamnya mengelola birokrasi "Awal saya terpilih, saya kumpulkan para pejabat. Saya ceramahi tentang surga neraka, tapi mereka ngantuk. Namun, suatu ketika saya kumpulkan lagi, saya sampaikan, sebentar lagi kita lakukan mutasi. Mereka langsung semangat", paparnya. Hasil nyata sentuhan kepemimpinannya terlihat cukup nyata. Sektor pariwisata misalnya, berkembang cukup pesat setalh lama mati suri. Beroperasinya Bandara Internasional Lombok, membuka akses pelancong
IKHTIAR Tiada Henti
dating ke NTB. Jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat dari tahun 2010 yang hanya sekitar 500.000 orang, naik menjadi 750.000 orang tahun 2011 dan tahun 2012 telah menembus satu juta wisatawan. Semoga makin banyak bermunculan tokoh-tokoh muda yang menginspirasi. Saatnya pula kita turut memberitakan tokoh-tokoh unggulan agar dapat menginspirasi tokoh lainnya. Tidak perduli dari mana atau dari partai mana mereka berasal. Asal untuk kemajuan negeri dan kesejahteraan masyarakat, untuk Indonesia yang lebih baik.
90 IKHTIAR Tiada Henti
91 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
Gubernur NTB
Tokoh Perubahan 2010 www.koran.republika.co.id,
31 Maret 2011
Tancap gas, itulah yang dilakukan Tuan Guru Zainul Majdi, gubernur Nusa Tenggara Barat setelah dilantik. Dia seorang gubernur termuda, 36 tahun. Pertumbuhan ekonomi NTB terdongkrak naik dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional.
S
ejak 2005 Republika selalu memilih tokohtokoh yang telah membuat perubahan. Mereka yang terpilih merupakan sosok yang setidaknya sangat dibutuhkan bangsa ini. Mereka dengan segenap kemampuan dari bidang yang digelutinya berusaha untuk memberikan semacam “pencerahan” kepada
masyarakat melalui tindakan konkrit yang benar-benar membawa aura positif. Pada tahun ini, Republika kembali memilih Tokoh Perubahan 2010. Dari sekian banyak calon potensial, akhirnya terjaring tujuh Tokoh Perubahan yang terbaik dari yang terbaik. Mereka itu
adalah Asma Nadia, Jusuf Kalla, Joko Widodo, Soelaiman Budi Sunarto, Tuan Guru Zainul, Ustad Fadzlan, , dan Zulkifli Hasan. Apa persisnya yang telah mereka lakukan sehingga terpilih menjadi Tokoh Perubahan Republika? Selama sepekan ini, kami akan menurun kan kisah perjuangan mereka dalam melakukan perubahan. Kami mulai dari M. Zainul Majdi, Gubernur NTB. Lahir dan besar di kalangan pesantren telah membawa Zainul Majdi kaya akan ilmu agama Islam. Setelah menjalani sekolah dasar umum di Mataram, Nusa Tenggara Barat, selama enam tahun, dia kemudian menghabiskan masa studinya dengan mempelajari ilmu agama mulai dari tingkat dasar di Lombok, sampai master di Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir. Berbekal dengan ilmu agama yang dikantonginya, pada 1997, dia memutuskan menjadi mubaligh, berdakwah dari
IKHTIAR Tiada Henti
kampung ke kampung seusai menyelesaikan studi S-1 di alAzhar. Tak heran bila kemudian gelar tuan guru melekat padanya. Tuan guru adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat Lombok kepada seseorang yang memiliki ilmu agama tinggi, yakni ulama. Oleh karena usianya masih muda, tambahan kata bajang (dari bahasa Sasak) pun melekat pada dirinya sehingga menjadi tuan guru bajang (TGB). Dunia dakwah bukan hal yang asing bagi Zainul. Kakeknya, Tuan Guru Haji Zainuddin Abdul Madjid, adalah ulama besar dan pendiri Nahdlatul Wathan yang merupakan organisasi sosial keagamaan dan pendidikan berpengaruh luas di Pulau Lombok dan Sumbawa. Sebagai tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat, kakeknya menjadi anggota Konstituante mewakili NTB dari unsur Masyumi. Adalah Yusril Ihza Mahendra, pendiri dan mantan ketua umum Partai Bulan Bintang (PBB), yang
92 IKHTIAR Tiada Henti
93 PERCIKAN MEDIA
mengajaknya untuk juga berkiprah di politik. ”Kakekmu adalah tokoh Masyumi dan beliau anggota Konstituante. Jadi, ayo kau juga bergabung dengan kami untuk menjadi wakil rakyat di DPR,” kata Zainul, mengingat kembali ucapan Yusril yang kemudian diikutinya dan mengantarnya ke kursi DPR periode 2004-2009. PBB adalah partai yang berdiri di era reformasi dan mengklaim sebagai partainya warga Masyumi. Kursi dewan hanya didudukinya selama empat tahun. Sebelum habis masa keanggotaannya di parlemen, Zainul mengikuti kontestasi pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung gubernur NTB pada Juli 2008. Ia berpasangan dengan Badrul Munir, mantan birokrat di NTB. Keduanya diusung oleh PBB dan PKS. Mereka akhirnya mendapat dukungan suara rakyat terbanyak dibandingkan ketiga pasangan calon lainnya. Rabu, 17 September 2008,
PERCIKAN MEDIA
menjadi lembaran baru dalam hidup Zainul yang resmi dilantik menjadi gubernur NTB periode 2008-2013.
pelaksanaan tugas sebagai gubernur,” jelasnya.
Teladan sang Kakek “Proses pemikiran saya sebelum memastikan maju dalam pencalonan kurang lebih enam bulan. Pada tiga bulan pertama saya bertanya kepada tokoh-tokoh agama dan masyarakat NTB. Lalu, pada tiga bulan berikutnya saya tanya lagi kepada mereka apakah memang pencalonan saya ini benar-benar datang dari aspirasi masyarakat. Setelah mendapat jawabannya maka saya bismillah maju,” ucap Zainul. Meski telah menjadi gubernur, kegiatan dakwah tetap dijalankannya. Hari libur di akhir pekan hampir selalu diisi oleh Zainul untuk berceramah di pengajian-pengajian. “Latar belakang saya kan ustaz, jadi ya harus tetap berceramah di luar tugas sehari-hari. Hal ini saya syukuri, karena inilah kesempatan saya untuk berkomunikasi langsung dengan masyarakat. Sisi baiknya seperti itu, membantu
Perjalanan karier Zainul, mulai dari tuan guru hingga menjadi gubernur diakuinya banyak terinspirasi dari sosok kakeknya yang merupakan tokoh masyarakat NTB. “Beliau itu tak pernah berhenti mengajar sampai wafatnya di usia ke-102 tahun. Ini juga yang menginspirasi saya terjun ke dunia pendidikan dan dakwah,” katanya. Zainul juga terkesan dengan prinsip pengajaran dari kakeknya yang disebutnya sebagai filosofi matahari: menyinari sekaligus menggerakkan. Menyinari dimaknai memberi pencerahan kepada orang lain, sementara menggerakkan adalah membuat orang lain terdorong untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Selain itu, lanjut Zainul, keterkesanannya pada sosok sang kakek adalah prinsip pengajarannya yang
IKHTIAR Tiada Henti
menekankan keislaman sekaligus kebangsaan. “Bagi beliau, keduanya bagai dua sisi mata uang. Nahdlatul Wathan yang didirikannya memperjuangkan agama dan juga bangsa. Tak ada dikotomi.” “Dan tentu saja peran ayah dan ibu saya (HM Djalaluddin SH dan Hj Siti Rauhun Zainuddin Abdul Madjid) secara langsung sangat besar. Di mata saya, ayah adalah seorang birokrat yang menempatkan jabatan pada dirinya sebagai lahan pengabdian. Insya Allah menjadi pedoman buat saya,” kata Zainul. “Sedangkan umi adalah seorang perempuan yang daya juangnya luar biasa,” lanjut anak ke-3 dari enam bersaudara ini. Dalam keluarga besarnya, Zainul tidak sendirian berkarier hingga menjadi pejabat publik. Kakak tertuanya, Hj Siti Rochmi, adalah ketua DPRD Lombok Timur. Sedangkan kakak nomor duanya, M Syamsul Lutfi, adalah wakil Bupati Lombok Timur (2008-2013). “Dialah (Syamsul) yang
94 IKHTIAR Tiada Henti
95 PERCIKAN MEDIA
menurut saya punya talenta politik,” kata Zainul.
Menorehkan Prestasi Dua setengah tahun memimpin NTB, Zainul banyak memberikan prestasi. Angka kemiskinan berkurang 2,36 persen atau rata-rata 1,2 persen per tahun. Sebagai perbandingan, penurunan angka kemiskinan nasional masih di bawah satu persen setahun. “Untuk bisa turun hingga dua persen setahun memang masih berat, tapi kita mengarah ke sana,” kata lulusan S1 hingga S3 Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir, ini. Dalam pemerintahannya yang baru setengah periode, Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan akrab zainul juga berhasil mengangkat pertumbuhan ekonomi NTB yang di atas rata-rata nasional per tahunnya yakni 11,3 persen (nasional enam persen). Tingkat pengangguran juga bisa ditekan di bawah rata-rata nasional yakni 5,6 persen
PERCIKAN MEDIA
IKHTIAR Tiada Henti
(nasional 6,7 persen). Atas pencapaian-pencapaian itu, beberapa penghargaan diterimanya. “Penghargaan itu diberikan kepada saya sebagai ex officio gubernur. Bukan karena kapasitas pribadi, tapi masyarakat NTB secara kolektif,” ujarnya merendah. Masih banyak memang pekerjaan rumah bagi Zainul, terutama dalam mengentaskan angka kemiskinan di daerahnya. Namun, dia yakin itu bisa dituntaskannya secara perlahan. “Saya optimistis dengan masa depan NTB,” ujar Zainul. Maka pantaslah apa yang menjadi usahanya selama ini mengentaskan kemiskinan di NTB mendapat apresiasi dari Republika sebagai tokoh Perubahan untuk tingkat nasional.
TGB :
Panglima Wilayah yang
''Masagi''
Kompasiana,
3 Maret 2014
Deliana Setia
T
ayangan wawancara antara Gubernur Provinsi NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, dengan Najwa Sihab di meja Mata Najwa, 26 Oktober 2016, masih lekat dalam ingatan kita. Tayangan yang menyedot perhatian saya dan penonton di studio salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Tanpa bermaksud mengabaikan dua narasumber lainnya (Bupati Banyuwangi dan Walikota Makasar),
sebuah medan magnet yang kuat begitu terasa, saat orang nomor satu di Provinsi NTB ini menjawab pertanyaanpertanyaan Najwa Shihab. Kharisma “Panglima Wilayah” NTB ini memang beda, sepertinya memiliki kedalaman ilmu. Ketika seorang Kiyai/Tuan Guru menjadi “Komandan Daerah”, energinya memang berbeda. Meraih dua hal sekaligus, sebagai pemimpin struktural dan kultural. Sebuah
96 IKHTIAR Tiada Henti
97 PERCIKAN MEDIA
pesona yang menarik. Sudah dua periode Gubernur yang juga akrab dipanggil Tuan Guru Bajang (TGB), ini memimpin Provinsi NTB.
PERCIKAN MEDIA
Ia pemimpin yang masagi. Dalam Bahasa Sunda masagi
Wilayah yang dipimpinnya menjadi provinsi yang berprestasi - meskipun diakui dengan kerendahan hati oleh beliau sebagai prestasi dari seluruh masyarakat NTBseperti menurunkan angka kemiskinan, mengangkat pariwisata, terbaik dalam capaian MDGS 2011-2015. Sehingga TGB sebagai kepala daerah satu-satunya dari Indonesia yang mendapat kehormatan diundang pada acara sidang PBB di New York, September lalu untuk memberikan testimoni keberhasilannya. Ini menjadi bukti TGB pemimpin daerah yang teruji dalam usianya yang muda. Dari seorang teman, saya mendengar masyarakat NTB masih menginginkan TGB untuk memimpin NTB untuk waktu yang panjang. Tetapi tidak mungkin, aturan membatasi dua periode saja.
berarti paripurna, kokoh dan ajeg. Dengan kriteria tersebut, TGB sangat pantas menjadi role model sebagai seorang pemimpin di daerah. Menurut
menyampaikan usulan dan kritikan langsung dihadapan presiden Jokowi berkaaitan dengaan kebijakan impor jagung yang memukul petani jagung di NTB. Presiden merespon kritikan yang disampaikan TGB. Gaya komunikasinya yang lurus, santun, penuh dengan kepercayaan diri menjadi kekuatan TGB.
saya, TGB masih bisa
IKHTIAR Tiada Henti
kecerdasan emosional yang tinggi dan beretika sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal atau (4) nyunda. Visi ini ada pada diri TGB. Ia pemimpin yang masagi. Dalam Bahasa Sunda masagi berarti paripurna, kokoh dan ajeg. Dengan kriteria tersebut, TGB sangat pantas menjadi role model sebagai seorang pemimpin di daerah.
“diledakkan”. Ia layak diberi kesempatan untuk medan kepimimpinan yang lebih luas dan lebih menantang. Kita tunggu ''ledakannya''.
Sebuah hal yang menarik, di saat banyak calon kepala daerah membeli suara rakyat dengan aneka rupa imingiming, masyarakat NTB malah menghendaki pemimpin yang diinginkannya tanpa mahar. TGB jelas dicintai rakyatnya. Ia diyakini berkualitas, bersih dan dikagumi keluasaan ilmu agamanya. Demi kepentingan orang banyak, TGB berani
Pemimpin yang Masagi Di Universitas Pasundan Jawa Barat, kami mempunyai tujuan melahirkan tercapainya sosok lulusan yang, (1) nyakola artinya berpendidikan atau melahirkan lulusan yang well educated, (2) nyantri atau religius berdasar pada agama Islam yang kuat, (3) nyantika maksudnya memiliki
Menurut saya, TGB masih bisa “diledakkan”. Potensi yang tersimpan besar. Kapasitas yang terpakai baru terbatas. Ia layak diberi kesempatan untuk medan kepimimpinan yang lebih luas dan lebih menantang. Kita tunggu ''ledakannya''.
98 IKHTIAR Tiada Henti
99 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
Menyiapkan Diri untuk
“Move On”dari TGB Suara NTB,
8 November 2016
Mohammad Azhar
S
etelah tertunda cukup lama dan sempat bikin banyak orang kecele, siaran talkshow Mata Najwa yang menampilkan TGB akhirnya tayang juga, Rabu 26 Oktober 2016 malam. Dan seperti diperkirakan sebelumnya, tampilnya TGB di tayangan ini langsung jadi topik yang ramai. Di episode berjudul “Komandan Daerah” itu, TGB tidak sendirian. Walikota Makassar, M. Ramdhan Pomanto dan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas juga jadi bintang tamu. Keduanyatentu juga punya reputasi yang mengagumkan. Tapi bagi orang NTB, TGB adalah alasan utama mereka menonton tayangan itu.
Kecintaan orang NTB terhadap TGB adalah fanatisme sosial, sekaligus fanatisme politik yang cukup mudah dilogikakan. TGB menyimpan perpaduan personal-personal yang cukup komplet dalam satu sosok. Ia seorang ulama, guru, pemimpin formal sekaligus pemimpin informal, sekaligus politisi dan sekaligus tokoh muda. Tampil di Mata Najwa tentu bukan satu-satunya penampilan TGB di media nasional yang punya cakupan pemirsa dalam jumlah besar. Sebelumnya, dia juga sempat tampil di banyak acara bincang-bincang di televisi. Tapi penampilannya di Mata Najwa ini tampaknya sesuatu yang berbeda.
Di NTB, TGB adalah seseorang dengan popularitas yang mengagumkan. Tapi di level nasional, harus diakui bahwa popularitas TGB belum cukup besar. Berbeda misalnya dengan Fahri Hamzah yang – terlepas dari baik atau buruk persepsi orang terhadapnya – sudah berulangkali jadi sensasi nasional. Dalam konteks inilah TGB akan menjalani sebuah uji coba. Bagi sebagian orang, kolam bernama NTB memang sudah tidak cukup besar bagi TGB. Ia perlu dibawa keluar, bertarung dengan ikan-ikan yang lebih besar di sebuah kolam bernama Indonesia. Melihat TGB di Mata Najwa, anda melihat seseorang yang sedang mencelupkan sebagian kakinya untuk menjajaki kedalaman air. Potret ini akan menggeser pikiran kita ke suatu hari di tahun 2018 nanti. Saat itu, TGB akan melambaikan tangan kepada orang-orang. Mungkin ia akan sedikit menundukkan kepala, sekejap mengenang kembali kejadian demi kejadian selama 10 tahun
IKHTIAR Tiada Henti
memimpin NTB. Ia mungkin akan teringat sebuah hari di tanggal 17 September 2008, ketika ia mencium tangan Umi-nya, Hj. Siti Rauhun ZAM, usai dilantik sebagai Gubernur NTB. Pada saat itu, TGB tidak lagi akan berada di panggung utama NTB. Seseorang yang bukan bernama Dr. TGH. M. Zainul Majdi akan menduduki kursi yang biasa ia duduki di kantor Gubernur NTB. Sang pengganti, akan memasuki sebuah lingkaran baru, dimana sorotan lampu mengarah kepadanya. Jika skenario yang dibicarakan orang-orang berjalan lancar, TGB sendiri akan memasuki sebuah dunia baru, dimana lampu-lampu sorotnya jauh lebih tajam dan menyilaukan. Saat itu terjadi, siapkah para pecinta TGB untuk move on ? Selain kompleksitas status dan predikat yang melekat di dirinya, TGB memang punya talenta yang “berbahaya”. Ia bisa mengendalikan massa. Saya menduga ini talenta yang menurun dari kakeknya. Saya
100 IKHTIAR Tiada Henti
101 PERCIKAN MEDIA
ingat betul sebuah kejadian saat kampanye TGB di Lapangan Umum Mataram, tahun 2008 silam. Massa pendukung TGB kala itu begitu sesak. Harun Al Rasyid, mantan Gubernur NTB yang saat itu menjadi salah seorang pendukung TGB memberikan pidato yang berapi-api. Pidato Harun membuat massa terbakar. Mereka mulai menampakkan tabiat manusia dalam kerumunan : liar dan sulit dikendalikan. Beberapa orang mendorong-dorong pagar hidup yang membatasi jalur naik menuju panggung. Polisi mulai bersiap untuk sesuatu yang tidak diharapkan. Lalu tampillah TGB. “Mari kita hadirkan Allah di hati kita,” ujarnya. Ia mengucapkannya dengan tenang. Lalu melanjutkan membaca beberapa ayat Al Quran. Saya takjub melihat massa yang tadinya mulai liar, tiba-tiba berubah sikap seperti kumpulan ilalang di tengah padang. Tenang dan sepoisepoi.
PERCIKAN MEDIA
“Tentu saja, TGB adalah TGB. Ia selamanya akan memiliki
Sudah berapa banyak mata yang tertambat kepada sosok karismatiknya? Adalah wajar jika orang sulit move on dari dirinya.
tempat tersendiri di hati masyarakat NTB. Namun, seseorang yang menggantikannya, punya tanggung jawab untuk bisa menjadi kesayangan baru masyarakat NTB. Satu-satunya cara adalah dengan menjadi lebih baik dari TGB atau minimal tidak terlalu jauh kualitasnya dari TGB…” TGB sudah mampu melakukan hal-hal demikian di usia yang kala itu sekitar 36 tahun. Besar kemungkinan, kemampuan itu sudah ia kuasai sejak usia yang lebih muda lagi. Bakat terbesar TGB memang terletak pada kemampuan bicaranya yang mengagumkan. Tidak mengherankan jika setelah sepuluh tahun berlalu, perpisahan dengannya akan membuat banyak pendukung fanatiknya patah hati. Sudah berapa banyak orang yang dibuai pidato-pidatonya?
Saya jadi menghawatirkan nasib Gubernur NTB 2018 nanti. Dia mungkin akan banyak berhadapan dengan cibiran seperti ini : “Huh, coba dulu waktu zaman TGB..”Kekhawatiran itulah yang sejak sekarang harus dicarikan jawabannya. Jika move on dari TGB adalah perkara yang sulit, maka sudah menjadi tugas masyarakat NTB untuk mendorong tampilnya seseorang yang bisa membuat hal itu tidak sulit. Tentu saja, TGB adalah TGB. Ia selamanya akan memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat NTB. Namun, seseorang yang menggantikannya, punya tanggung jawab untuk bisa menjadi kesayangan baru masyarakat NTB. Satu-satunya cara adalah dengan menjadi lebih baik dari TGB. Saya meyakini, beberapa orang mampu melakukannya. Orangorang itu, punya peluang
IKHTIAR Tiada Henti
untuk menjadi lebih baik dari TGB jika diberi kesempatan. Melakukan hal-hal yang hebat di NTB tidaklah sesulit mendamaikan Tom dengan Jerry. Orang-orang yang punya potensi untuk menjadi kekasih baru orang NTB itu, sekarang sudah muncul ke permukaan. Bahkan, TGB sendiri meyakini, ada yang bisa memimpin NTB lebih baik dari dirinya. Tugas masyarakat NTB sekarang tinggal mengambil kaca pembesar yang punya fitur zoom in dan zoom out. Namun, pekerjaan ini tentu tidak gampang. Jika hanya melihat “bungkus” atau “kemasan” para calon pemimpin, kita tinggal membuka Google dan mengetik nama. Namun, untuk melacak “isi” dari orangorang tersebut, dibutuhkan lebih dari sekedar mesin pencari. Kemauan untuk mendalami rekam jejak para calon pemimpin. Hal inilah yang sering absen dari proses berdemokrasi kita. Para
102 IKHTIAR Tiada Henti
103 PERCIKAN MEDIA
penyelenggara Pemilu perlu menyediakan lebih banyak mekanisme untuk memastikan proses pelacakan terhadap rekam jejak ini berjalan lebih massif, lebih awal. Jangan lagi ada debat kandidat yang batal karena alasan teknis. Apalagi, alasan politis. Setelah mekanisme disediakan, pekerjaan berikutnya tinggal memastikan bahwa orangorang yang punya hak pilih mau melakukan pelacakan rekam jejak. Tidak sebaliknya, duduk tenang sambil menunggu proses politik berjalan di tangan para makelar politik. Kelak, saat tiba waktunya pemungutan suara, pemilih semacam ini akan datang ke TPS dan mencoblos calon yang janjinya paling manis. Atau sebaliknya, duduk diam di rumah sambil posting status berisi sikap politiknya yang abstain. Upaya melacak nama dan menelusuri rekam jejak sangat diperlukan. Sebab, dunia tidak hanya diisi orang-orang baik –
PERCIKAN MEDIA
termasuk dunia politik kita. Beberapa politisi adalah kodok yang menyamar jadi pangeran. Setelah penyamarannya sukses, mereka ingin jadi raja, semata karena posisi itu menawarkan prestise dan laba. Penelusuran rekam jejak memungkinkan pemilih membongkar penyamaran tersebut. Membangun benteng tak berwujud yang menghalangi para kodok mendekat ke gelanggang suksesi. Tapi, kebanyakan pemilih senang mengabaikan proses pencarian ini. Lalu, baru menyesal setelah semuanya terlambat. Kelak, ketika suksesi tuntas, dia yang terpilih untuk duduk di singgasana mulai menampakkan wujud aslinya. Saat itu, barulah mereka ngomel-ngomel sambil bilang : “Huh, coba dulu waktu zaman TGB..” Yang perlu diingat, kita masih punya lebih dari satu tahun untuk mencegah situasi itu terjadi.
IKHTIAR Tiada Henti
Gubernur NTB dan Perlawanan Terhadap
Beras Impor DetikFinace,
22 Februari 2016
"Saya selalu bilang, berhentilah menggunakan dalih kurang stok untuk kemudian mengimpor," papar TGB.
G
ubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi (43) berbicara keras di depan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat peringatan Hari Pers Nasional (HPN). Dia mengkritik Bulog dan menolak masuknya beras impor di wilayahnya. Penolakan yang muncul karena bertentangan dengan kondisi masyarakat di NTB.
TGB menyatakan Bulog tak menyerap dengan sempurna produksi pangan di NTB, namun di sisi lain, lembaga pengatur urusan pangan tersebut malah merekomendasikan impor. Karena itu, sampai saat ini, dia menolak bila ada beras impor yang masuk ke NTB. Alasannya jelas, produksi beras di NTB
104 IKHTIAR Tiada Henti
105 PERCIKAN MEDIA
surplus setiap tahunnya, sehingga beras impor tidak diperlukan. “Kami menolak, karena produksi lokal cukup. Setiap tahun itu surplus lebih dari 600 ribu ton. Seharusnya itu diserap oleh Bulog," tegasnya kepada detikFinance saat berbincang di rumah dinas di Mataram, NTB, Rabu (24/2/2016). Saat panen raya, kata TGB, seharusnya Bulog menyerap semua hasil petani. Harganya pun masih dalam rentang yang wajar dan sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Dengan demikian, ketika sedang tidak panen, maka stok tersebut bisa dipakai, tidak perlu impor. "Saya selalu bilang, berhentilah menggunakan dalih kurang stok untuk kemudian mengimpor," paparnya.
PERCIKAN MEDIA
Pria yang menghabiskan S1, S2 dan S3 di Universitas Al Azhar Kairo ini menyebut ,ada sejumlah upaya untuk memasukkan beras impor ke NTB. Caranya, menjadikan pelabuhan NTB untuk pintu masuk beras ke NTT. Lalu karena tak diberi izin, kini ada upaya masuk lewat Surabaya, namun tetap ditolak TGB. Akibat larangan beras impor masuk ke NTB, muncul isu raskin yang belum terdistribusikan. Menyiasati hal ini, Zainul mengirim surat pada Kepala Bulog dan Menteri Pertanian agar membeli beras hasil dari petani. Dia yakin, ada stok cukup banyak di bulan Februari ini, dan bisa memenuhi kebutuhan msayarakat. “Memang ada masalah harga sedikit, tapi itu bisa di-adjust. Mengapa membeli harga lebih mahal sedikit untuk rakyat tidak mau, tapi buat petani negara lain mau?" Cetusnya
IKHTIAR Tiada Henti
106 IKHTIAR Tiada Henti
107 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
Tak hanya itu, pengembangan kawasan seperti Mandalika yang memiliki garis pantai 14,2 km juga jadi perhatian. Pembangunan hotel di sana terus berjalan. Tak hanya itu, NTB juga sedang bersiap menjadikan kawasan selat Lombok sebagai jalur pelayaran dunia. Wilayah tersebut bakal menjadi jalur alternatif perdagangan selain melewati Selat Malaka. "Kedalamannya jauh di Selat Malaka, jadi kapal besar mudah lewat," imbuhnya.
Misi NTB
Jadi Kawasan Ekonomi Maritim dan Jalur Alternatif Perdagangan Dunia detikfinance,
25 Februari 2016
Rachmadin Ismail
E
konomi di Nusa Tenggara Barat (NTB) terus bergeliat. Pada tahun 2015, NTB jadi provinsi dengan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Kini, mereka punya misi menjadi kawasan ekonomi maritim dan jalur alternatif perdagangan dunia. Gubernur NTB TGB Muhammad Zainul Majdi (43) mengatakan, fokusnya ke depan selain peningkatan industri pariwisata adalah
perbaikan infrastruktur. Saat ini, program perbaikan jalan provinsi sudah hampir rampung atau 70 persen. Bahkan untuk jalan nasional sudah selesai 100 persen. Sejauh pantauan detikFinance, sepanjang jalur dari Bandara Internasional Lombok menuju kota Mataram dan sekitarnya, kondisi jalannya memang mulus dan lancar. TGB, panggilan akrab gubernur Zainul menambahkan, jalan
IKHTIAR Tiada Henti
yang mulus membuat pendapatan petani semakin baik. Tidak ada lagi alasan bagi para pedagang untuk mengurangi harga pembelian barang kepada petani gara-gara kondisi jalan yang rusak. "Kita juga sedang membuat beberapa jalan baru, yang harus menghubungkan satu titik ke titik lain yang punya potensi yang baik," papar TGB kepada detikFinance di rumah dinasnya, Rabu (24/2/2016).
Rencananya, bakal dibangun kilang minyak dan kawasan industri yang terhubung dengan pelabuhan di lokasi tersebut. "Ini sesuai dengan visi Maritim Presiden Jokowi," sambungnya. Pembangunan jalan layang sepanjang 105 km yang akan menghubungkan wilayah Lembar dan Kayangan di NTB juga akan jadi proyek masa depan. Bypass tersebut bakal mengefisienkan perdagangan antara NTB dan NTT. Ini seusai "Tentu saja membangun pusat pertumbuhan," ungkapnya.
108 IKHTIAR Tiada Henti
109 PERCIKAN MEDIA
Sektor lain yang sedang digarap oleh TGB adalah perbaikan produksi komoditas, mulai dari hasil tani, peternakan, sampai hasil laut. Semua akan terus dikerjakan oleh pria berkacamata tersebut hingga akhir jabatannya pada tahun 2018 mendatang.
Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi 2015 Sepanjang tahun 2015, pertumbuhan ekonomi di NTB sebesar 21,4%. Sektor yang mengalami peningkatan adalah komoditas pertanian dan peningkatan aktivitas wirausaha di NTB. Selain itu, hasil pertambangan dan sektor pariwisata juga bergerak naik. "Untuk wirausaha sebagai gambaran terjadi penyerapan KUR (kredit usaha rakyat) yang luar biasa. Ini menjukkan perbaikan di bidang ekonomi kreatif dan kewirausahaan," terang TGB.
PERCIKAN MEDIA
IKHTIAR Tiada Henti
Di periode kedua jabatannya, gubernur termuda di Indonesia pada tahun 2008 ini memang terus melakukan pembangunan di semua lini. Dana desa diserap dan disalurkan dengan pola pemanfaatan yang melibatkan masyarakat. Ini jadi salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi d NTB. "Namun yang tak kalah perannya yang tak boleh dilupakan adalah kontribusi devisa dari pekerja migran kita. Yang melalui sistem perbankan itu Rp 800 miliar. Namun diprediksi, mereka yang melalui sistem perbankan itu baru sepertiga. Jadi kalau ada Rp 800 miliar, maka overall bisa mencapai Rp 2,4 triliun dari pekerja kita di luar negeri," papar pria yang menghabiskan S1, S2 dan S3 di Universitas Al Azhar Kairo tersebut.
Menteri Perhubungan Republik Indonesia Budi Karya Sumadi di dampingi Gubernur NTB Tgh H. Zainul Majdi melakukan Kujungan ke Pelabuhan Lembar, Ahad 30/10.
TGB juga mengatakan, kesenjangan di masyarakat NTB sudah semakin berkurang. Tingkat ketimpangan atau gini rasio yang sebelumnya 0,37 poin sekarang menjadi 0,29. Secara nasional, gini rasio tahun lalu adalah 0,41. Pencapaian ini juga sudah disampaikan pada
Presiden Jokowi saat peringatan Hari Pers Nasional beberapa waktu lalu di Pantai Kuta, Lombok, NTB. "Jadi, pembangunan di NTB sekarang dinikmati masyarakat banyak. Tidak hanya orang kaya saja yang menikmati," paparnya.
110 IKHTIAR Tiada Henti
111 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
NTB Catat Laju Pertumbuhan Ekonomi
Tertinggi di Indonesia ANTARA News,
10 Agustus 2015
Awaludin
Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat merilis laju pertumbuhan ekonomi daerah itu pada triwulan II/2015 tumbuh sebesar 16,51 tahun ke tahun (yoy), atau paling tinggi dibanding seluruh 33 provinsi lain di Indonesia. "NTB paling tinggi kalau dilihat secara yoy, mengalahkan Sulawesi Tengah 15,72 persen dan Papua 12,77 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik NTB Wahyudin, di Mataram, Senin.
Meskipun paling tinggi, kata Wahyudin, pertumbuhan ekonomi NTB hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 0,14 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. "Kontribusi paling besar terhadap perekonomian nasional paling tinggi adalah Jawa Timur dan daerah-daerah industri lainnya di Indonesia," ujarnya.
Wahyudin menyebutkan, struktur perekonomian NTB menurut lapangan usaha pada triwulan II/2015 (yoy) didominasi oleh tiga kategori usaha utama, yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 23,09 persen, pertambangan dan penggalian 19,07 persen dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 12,59 persen. Penyebab tingginya pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II/2015 (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya karena pertumbuhan yang sangat signifikan pada kategori pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar 75,47 persen (yoy). Kemudian diikuti sektor jasa keuangan 9,37 persen dan kategori pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 9,23 persen.
IKHTIAR Tiada Henti
Tingginya pertumbuhan kategori pertambangan dan penggalian didorong oleh peningkatan produksi pertambangan bijih logam dari PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Berlakunya Undang-Undang Minerba yang melarang ekspor bahan galian (konsentrat) hingga triwulan II/2014 berakibat produksi konsentrat PT NNT, tidak maksimal. Namun sejak September 2014, pemerintah memberikan kelonggaran terhadap pelaksanaan Undang-Undang Minerba berupa diizinkannya kembali ekspor bahan galian (konsentrat) dengan syarat ketentuan khusus, membuat PT NNT kembali meningkatkan produksinya. "Kemudian mulai triwulan I/2015 hingga triwulan II/2015, produksi PT NNT terus mengalami peningkatan," ujar Wahyudin.
112 IKHTIAR Tiada Henti
113 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
Gubernur NTB Raih
Penghargaan Pariwisata kompas.com,
10 Desember 2011
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi mendapatkan penghargaan sebagai "The Best Dedicated Governor in Developing of MICE Industry" atau kepala daerah yang berdedikasi dan berinovasi dalam mengembangkan industri MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) di Indonesia.
Penghargaan tersebut diberikan dalam acara Venue Award yang diselenggarakan Majalah Venue pada Jumat (9/12/2011). Dalam ajang penghargaan tersebut, Majalah Venue memberikan penghargaan kepada sejumlah tokoh dan kalangan di industri MICE atas kinerja dan prestasinya dalam mengembangkan industri MICE di tanah air.
"Zainul kami pilih karena beberapa hal. Realisasi bandara baru dan kawasan Mandalika. Dia juga mengembangkan desa-desa wisata di NTB," kata Pemimpin Redaksi Majalah Venue, Bambang Bujono. Selain itu, Zainul dinilai memiliki visi pembangunan pariwisata dan MICE yang jelas serta giat mendorong seluruh komponen masyarakat NTB. Secara khusus Bujono menyebutkan, Gubernur NTB berhasil meningkatkan jumlah wisatawan, berani tampil menjadi tuan rumah dalam menyelenggarakan berbagai event baik nasional maupun internasional, membangkitkan seni dan budaya masyarakat baik dalam bentuk mengelar beragam event budaya dan pembinaan sanggar, maupun memberikan ruang terhadap eksistensi seni dan budaya masyarakat.
IKHTIAR Tiada Henti
Sementara itu, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mendapatkan penghargaan "Man of The Year" dipandang memberikan kontribusi unutk memajukan dunia pariwisata dan MICE. Salah satunya dengan memberi kesempatan penyelenggaraan event MICE di daerah yang memang belum diperhitungkan sebagai daerah yang siap dengan infrastruktur MICE, yaitu perhelatan TIME beberapa waktu lalu yang diselenggarakan di Lampung. Sedangkan Dynand Fariz sebagai tokoh lahirnya Jember Fashion Carnaval menjadi tokoh yang dinilai Majalah Venue sangat inspiratif terhadap penggalian budaya yang dikemas secara kontemporer dan moderen. Ia mendapatkan penghargaan “The Best Inspiration of Modern Carnival”.
114 IKHTIAR Tiada Henti
115 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
Indonesia Raih Tiga Penghargaan,
Dua untuk Lombok CCN Indonesia.com
22 Oktober 2015
Indonesia bukan cuma dikenal karena keindahan alamnya. Namun berkat kemenangan Indonesia dalam tiga kategori The World Halal Travel Summit & Oktober 2015, Indonesia kini dikenal sebagai destinasi wisata halal di dunia.
Palace Ballroom, Abu Dhabi, Uni Emirates Arab. Ajang ini merupakan lanjutan dari acara Global Islamic Economy Summit (GIES) pada bukan November 2013 lalu di Dubai.
Rabu (21/10) dini hari, Indonesia berhasil memborong piala dari kategori World's Best Family Friendly Hotel, World's Best Halal Honeymoon Destination dan World's Best Halal Tourism Destination.
Penghargaan World's Best Family Friendly Hotel diraih oleh Sofyan Hotel Betawi, Jakarta. Sedangkan World's Best Halal Tourism Destination diraih oleh kota Lombok, NTB, dan World's Best Halal Honeymoon Destination juga diraih oleh Lombok.
Malam puncak penghargaan ini digelar di The Emirates
"Ini merupakan sebuah penghargaan dan kebanggaan
bukan cuma untuk Lombok dan hotel Sofyan, tapi ini juga untuk Indonesia," kata Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI saat konferensi pers di Kementerian Pariwisata, Jakarta, Rabu (21/10). Kemenangan Lombok di dua kategori ini dianggap sebagai sebuah penghargaan yang prestisius. Penghargaan ini akhirnya menajamkan posisi Lombok sebagai destinasi wisata halal kelas dunia. "Ini merupakan kebanggaan dan kerja keras berbagai pihak. Namun butuh proses yang panjang," ucap Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, H. Muhammad Amin. Keberhasilan Lombok di dua kategori ini berhasil mengalahkan 'lawan lama' Indonesia, Malaysia. Lombok sebagai World's Best Halal Honeymoon Destination menyingkirkan Abu Dhabi, UAE, Antalya (Turki), Krabi (Thailand) dan Kuala Lumpur (Malaysia). Sedangkan dalam kategori World's Best Halal Tourism Destination mengalahkan
IKHTIAR Tiada Henti
Amman (Jordan), Anatalya (Turki), Kairo (Mesir), Doha (Qatar), Istanbul (Turki), Kuala Lumpur (Malaysia), Marrakech (Maroko) dan Tehran (Iran). "Kebanggaan untuk Indonesia. Saya senang bisa mengalahkan Kuala Lumpur. Kita bisa dan seharusnya memang kita (yang menang). Alhamdulilah,” kata Arief. Hanya saja kemenangan ini dikatakan Arief merupakan sebuah langkah baru untuk membantu langkah Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai tujuan wisata halal dunia. "Sekarang kita punya brand untuk memperkenalkan Indonesia sebagai lokasi wisata halal. Sebagai percontohan kita punya Aceh, Lombok dan Sumatera Barat. Sekarang Lombok sudah punya brand lebih untuk promosi ke dunia," kata Arief. Ditambahkan dia, yang lebih membanggakan, Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia dan ASEAN yang berhasil memboyong tiga penghargaan sekaligus
116
117
IKHTIAR Tiada Henti
PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
Gubernur NTB Pidato Bahasa Arab
di Depan Grand Syekh Al-Azhar nu.or.id
Rabu, 24 Februari 2016
Musthofa Asrori
Ada yang menarik dalam halaqah nasional dengan pembicara utama Grand Syekh Al-Azhar Grand Syekh AlAzhar Syekh Ahmad Muhammad Ahmad AthThayyeb di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (23/2) siang. Tepuk tangan berkali-kali terdengar dari tangan para hadirin yang memadati Auditorium Prof Dr Harun Nasution dan di balkon ruang pertemuan di kampus I tersebut. Mereka terkesima atas sambutan salah satu
alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini. Dialah, TGH Muhammad Zainul Majdi. Pidatonya yang jelas, pelan dan meyakinkan membuat hadirin berdecak kagum. Zainul Majdi mewakili alumni menyampaikan sambutan tanpa teks dengan Bahasa Arab fasih. Pria berkaca mata itu kini mendapat amanah dari rakyat Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai gubernur di wilayah tersebut. Dalam sambutannya, Majdi mengatakan sangat berbahagia
atas kunjungan Grand Syekh Al-Azhar dan para ulama yang duduk di Majelis Hukama Muslimin beserta rombongan. Atas nama seluruh alumni, ia katakan“Ahlan wa Sahlan wa Marhaban bi Qudumikum bi baladikum al-tsani, Indonesia” (Selamat datang di negara kedua kalian, Indonesia). Hal yang membuat Majdi gembira adalah ini merupakan kunjungan bersejarah Grand Syekh Ahmad Thayyeb. “Bagi kami, kedatangan Grand Syekh merupakan kunjungan seorang kiai kepada santrinya. Kunjungan seorang guru kepada muridnya,” ujarnya disambut aplaus hadirin. Bangsa Mesir dan Indonesia, lanjut Majdi, memiliki hubungan kesejarahan, persaudaraan, dan cinta yang kuat. Pada waktu Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, Mesir lah negara pertama yang mengakuinya. Dan ini menjadi dukungan moral bagi Indonesia yang tak mudah dilupakan.
IKHTIAR Tiada Henti
Gubernur NTB juga menyebut banyak sekali murid Al-Azhar dari negeri ini. Mereka mengikuti dan meneladani akhlak para guru di sana. Apalagi para masyayikh di Mesir menganut faham Islam “wasathiyah”, yang jauh dari sikap tatharruf (ekstrim). “FalAzhar daaiman fii qulubinaa likhidmatihi lil islam wa muslimin,” ujarnya. Majdi lalu mencontohkan putra Indonesia yang pernah belajar di Al-Azhar. Salah satunya Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menjadi presiden di masa yang sulit. Kedua, adalah Prof Dr Quraish Shihab yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama yang hingga kini masih mengajarkan ilmunya melalui televisi nasional. Ketiga, lanjut Zainul Majdi, KH A Musthofa Bisri (Gus Mus). “Beliau sempat menjadi Rais Aam Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia,” tegasnya lagi-lagi diiringi tepuk tangan meriah.
118 IKHTIAR Tiada Henti
119 PERCIKAN MEDIA
PERCIKAN MEDIA
IKHTIAR Tiada Henti
Gubernur NTB Berbagi
Resep Pembangunan di Sidang UNDP PBB kompas.com,
10 Desember 2011
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi telah menghadiri sidang Konferensi United Nations Development Programs (UNDP) atau Badan Program Pembangunan PBB di Amerika Serikat pada Rabu (21/9) lalu. Muhammad Zainul Majdi menjelaskan, kehadirannya pada Sidang UNDP tak lepas dari prestasi apik yang ditorehkan Pemerintah Provinsi NTB terkait program
Milenium Development Goals (MDGs). "Kenapa diundang, karena NTB itu dianggap sebagai salah satu contoh sukses di dunia," ujarnya di Kota Mataram, NTB, Jumat (30/9) kemarin. Ia memaparkan, ada tiga negara yang dianggap sukses menjalankan program ini dalam lima tahun terakhir. Selain Indonesia, ada juga Meksiko dan Nigeria.
"Indonesia itu yang paling sukses adalah NTB sehingga saya diundang, kalau Nigeria dan Meksiko itu Menlu (Menteri Luar Negeri)-nya," ujarnya. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan persiapan NTB dalam melaksanakan Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan program lanjutan dari MDGs.
"Menurut saya ini bagus dan ada beberapa sharing tentang apa yang kita lakukan, yang juga menjadi catatan bagi forum untuk kemudian menjadi salah satu prinsip di dalam pelaksanaan SGDs," katanya.
WORLD
GOVERNANCE
WORLD
FINANCIAL
NO:1
the
WORLD
history v.1 history v.2
GOVERNANCE
GRAPHIC
WORLD
ADVERTISING the
history v.4 history v.3
GRAPHIC
DESIGN
travel guide book
the
WORLD
DESIGN
GOOD
RESOURCE
URBAN
DESIGN PLANNING
GOVERNANCE
the
travel guide book
NO:1 the
BUKU-BUKU PEMBANGUNAN NTB Sejak 2010, Sekretariat Program Unggulan memberikan bantuan teknis kepada dinas dan badan dalam lingkup Pemerintah Provinsi NTB untuk menulis dan menerbitkan publikasi yang berkaitan dengan program unggulan dan capaian pembangunan NTB. Beberapa buku yang sudah ditulis dan diterbitkan Sekretariat Program Unggulan bekerja sama dengan dinas dan badan tersebut, antara lain:
2011
2012
2012
2014
2012
2015
2015
2012
2015
Untuk mendapatkan buku-buku tersebut bisa menghubungi sekretariat Program Unggulan atau bisa pula di-download dari Website: programunggulan.ntbprov.go.id