STRATEGI PELAKSANAAN I Keperawatan Anak, Memotong Kuku Rabu, 10 Maret 2010 A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien: Klien merupakan siswa SD, beberapa hari ini mengeluhkan sakit perut. Terlihat kondisi kuku kotor, hitam, dan tidak rapi. 2. Diagnose Keperawatan Deficit pemahaman perawatan kuku, sehingga kuman ikut masuk ke dalam tubuh bersama makanan. 3. Rencana Tindakan Keperawatan Pembelajaran mengenai kebersihan dan kebersihan kuku Tujuan:
1. Klien memiliki pemahaman mengenai kebersihan dan kesehatan kuku 2. Klien mampu melaksanakan hal yang telah diajarkan
B. Strategi Komunikasi 1. Fase Orientasi a. Memberi salam “Selamat Pagi Adik, perkenalkan nama kakak Suster Meka Yusselda, senang dipanggil Suster Meka. Kakak dari FIK UI. Nama Adik siapa dan senang dipanggil apa?”.”Pada pagi ini kakak akan menjelaskan tentang kebersihan kuku” b. Evaluasi dan validasi “Bagaimana kondisi Adik pagi ini? Ibu Adik bilang kemarin Adik mengeluhkan sakit perut ya, benar?” c. Kontrak “Adik, bagaimana kalau kita sekarang membicarakan masalah sakit perut yang adik alami dengan masalah kebersihan kuku. Tujuannya supaya adik mengetahui kuku yang kotor dapat juga mempengaruhi kesehatan adik. Kira-kira berapa lama kita akan mengobrol? 30 menit saja cukup ya dik?” 2. Fase Kerja “Kita mulai ya..” Menurut adik kenapa kita harus selalu menjaga kebersihan diri kita, terutama kebersihan kuku?” “Ya, benar. Apalagi ketika kita makan menggunakan tangan,
tetapi kita lupa untuk mencuci tangan. Nah, kuman-kuman yang terselip di kuku tentu saja akan ikut masuk ke dalam tubuh adik” “Nah, coba adik bayangkan ada hewan kecil hidup dan tumbuh di dalam tubuh adik. Bagaimana? Tidak mau kan?” “Sekarang kakak akan menjelaskan bagaimana cara menjaga kebersihan kuku. Salah satunya dengan menggunting kuku. Adik perhatikan baik-baik ya. Setelah itu adik bisa menggunting kuku adik sendiri setiap minggu. Langkah pertama adalah…. Hingga langkah terakhir adalah….” 3. Fase Term a. Evaluasi “Baiklah adik, bagaimana tadi penjelasan dari kakak? Sudah jelas? Apakah ada kesulitan? Apakah sulit untuk dilakukan seminggu sekali? Bagus sekali kalu begitu.” b. Tindak lanjut “Baiklah dik, nanti adik coba ingat” lagi ya apa yang sudah kita bicarakan hari ini tentang merawat kuku agar selalu bersih” c. Kontrak akan datang “Baiklah dik, kita sudah mengobrol selama 30 menit mengenai bagaimana merawat kebersihan dan kesehatan kuku. Bagaimana jika Suster kembali bertemu dengan adik dan orang tua adik besok jam 10.00? kita akan membahas lebih banyak lagi tentang kebersihan kuku.” “Untuk hari ini, suster mengucapkan terimakasih atas kehadiran adik dan orang tua di sini. Sampai jumpa besok. Selamat pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN II Keperawatan Anak, Memotong Kuku Kamis, 11 Maret 2010 A. Proses Keperawatan 4. Kondisi Klien: Klien merupakan siswa SD, beberapa hari ini mengeluhkan sakit perut. Terlihat kondisi kuku kotor, hitam, dan tidak rapi. Klien telah mengetahui sekilas mengenai kebersihan kuku. 5. Diagnosa Keperawatan Defisit pemahaman perawatan kuku, sehingga kuman ikut masuk ke dalam tubuh bersama makanan. 6. Rencana Tindakan Keperawatan Pembelajaran lebih lanjut mengenai kebersihan dan kebersihan kuku Tujuan:
1. Klien memiliki pemahaman mengenai kebersihan dan kesehatan kuku 2. Klien mampu mempraktekan memotong kuku yang baik
B. Strategi Komunikasi 4. Fase Orientasi a. Memberi salam “Selamat Pagi Adik, seperti janji Suster, hari ini kita akan bercakap-cakap lagi lebih lanjut tentang kebersihan kuku” b. Evaluasi dan validasi “Bagaimana kondisi Adik pagi ini? Bagaimana tidur adik semalam?” “Bagus sekali” c. Kontrak “Adik, bagaimana kalau kita sekarang membicarakan lebih lanjut tentang kebersihan kuku? Kira-kira berapa lama kita akan mengobrol? 30 menit saja cukup ya dik?” 5. Fase Kerja “Kita mulai ya..” Nah, kemarin Suster sudah memberi tau langkah-langkah menggunting kuku, bukan?” “Ya, benar. Sekarang kita akan mencoba mempraktikannya.” “Nah, langkah pertama bagaimana, Dik?” “Iya bagus, seperti itu. Jangan lupa, dengan lembut ya membersihkan bagian bawah kukunya”. “Lalu, setelah itu bagaimana?” “Iya,
pintar”……”Nah, yang terakhir bagaimana, Dik?” “Iya, benar, coba lihat kuku adik, baersih bukan?” 6. Fase Term a. Evaluasi “Baiklah adik, bagaimana perasaan adik setelah kita berbincang-bincang?” b. Tindak lanjut “Apa saja tadi yang kita coba praktekkan? Adik coba ingat-ingat lagi ya?” c. Kontrak akan datang “Baiklah dik, kita sudah mengobrol selama 30 menit dan kita juga sudah mencoba mempraktekkannya” “Bila ada kesempatan, Adik bisa meminta bantuan suster untuk berbincang mengenai hal lainnya. Selamat pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN II Keperawatan Keluarga, Kompres Demam Rabu, 03 Februari 2010 A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien: Klien adalah keluarga inti Bpk. Drajat. Klien telah dijelaskan sekilas mengenai teknik mengompres demam. Sikap selama berinteraksi baik, kooperatif, dan bersemangat. 2. Diagnosa Keperawatan Defisit pemahaman mengenai cara mengompres demam yang benar. 3. Rencana Tindakan Keperawatan Pendemonstrasian cara/teknik mengompres yang baik dan benar. Tujuan: Klien memiliki pemahaman tentang teknik kompres, dan mampu mengompres dengan benar B. Strategi Komunikasi 1. Fase Orientasi a. Memberi salam “Selamat Pagi Ibu/Bapak Drajat? Sesuai janji saya kemarin, saya datang kembali untuk berbincang dengan keluarga Ibu/Bapak. Berdasarkan pembicaraan kemarin, sebelumnya saya ingin mengecek kondisi anak Ibu/Bapak yang kemarin demam. Pada kesempatan ini, sesuai dengan kontrak kemarin, saya akan demonstrasi teknik mengompres dengan baik dan benar.” b. Evaluasi dan validasi “Adik, Bagaimana kondisi Adik pagi ini? Sudah mendingan demamnya? Bagaimana tidur adik semalam?” “Bagus sekali” c. Kontrak “Baiklah, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan teknik mengompres yang baik dan benar. Tujuan dari kegiatan ini agar sewaktu-waktu dapat dipraktikkan saat ada anggota keluarga yang demam.” “Bagaimana?” “Baiklah, 30 menit cukup? Di sini saja?” 2. Fase Kerja
“Baiklah, menurut Ibu/Bapak sekluarga, ketika ada anggota keluarga yang demam, bagaimana cara kita mengompresnya?” “Nah, sebenarnya, mengompres yang baik itu seperti ini.” “Posisi kompresan harus diletakkan di tempat-tempat yang mengandung banyak pembuluh darah, seperti lipatan paha, leher, atau di lipatan ketiak.” “Nah, kalau mengompres di dahi, akan kurang efektif, karena terhalang oleh tengkorak.” “Selanjutnya seperti ini……..hingga yang terakhir…………” 3. Fase Term a. Evaluasi “Baiklah Ibu/Bapak, bagaimana perasaannya setelah kita berbincang-bincang tadi? Bagaimana adik? Sudah merasa lebih baik?” b. Tindak lanjut “Apa saja tadi yang kita coba praktekkan diingat-ingat lagi ya? Itu semua dapat diterapkan untuk menurunkan suhu tubuh yang tinggi ketika demam” c. Kontrak akan datang “Baiklah Ibu/Bapak sekeluarga, kita sudah mengobrol selama 30 menit dan kita juga sudah mencoba mempraktekkannya” “Bila ada kesempatan, Ibu/Bapak dan keluarga bisa meminta bantuan saya untuk berbincang mengenai hal lainnya. Selamat pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN II Keperawatan Jiwa, Hitung Denyut Nadi Rabu, 17 Februari 2010 A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien: Klien adalah wanita berusia 40 tahun. Klien mempunyai bisnis, tetapi bisnisnya bangkrut. Klien belum bias menerima kebangkrutan bisnisnya, klien cemas, dan jantungnya berdebar-debar. 2. Diagnosa Keperawatan Klien mengalami ansietas dan berada dalam tahap denial dalam fase kehilangan. 3. Rencana Tindakan Keperawatan Klien dapat mengatasi rasa cemasnya, bisa sampai dalam tahap acceptance lebih cepat. Tujuan: Klien bisa mengontrol rasa cemasnya dengan mengetahui denyut nadinya. B. Strategi Komunikasi 1. Fase Orientasi a. Memberi salam “Selamat Pagi, Ibu” b. Evaluasi dan validasi “Bagaimana perasaan ibu sekarang?” c. Kontrak “Sesuai janji saya pagi tadi, sekarang saya akan memberi informasi tentang bagaimana caranya menghitung denyut nadi. Bagaimana kalau kita berbincangbincang selama 30 menit, cukup? Di sini saja, Bu?” 2. Fase Kerja “Baiklah, ibu, tadi pagi saya sudah memberikan cara-cara untuk mengatasi kecemasan ibu. Nah, sekarang kita akan mencoba menghitung denyut nadi ibu.” “Bagaimana tadi ketika ibu cemas? Apa yang ibu rasakan? Bagaimana dengan debaran jantung ibu?” “Nah, biasanya, dalam keadaan yang normal, jantung kita akan berdenyut normal, dan tidak terasa berdebar-debar.” “Biasanya, ketika kita melakukan aktivitas normal, denyut nadi normal adalah 60-100x/menit. Denyut nadi itu akan bertambah atau berkurang
tergantung pada kondisi kita.” “Jadi, ketika Ibu cemas, denyut nadi Ibu akan bertambah” “Langkah pertama menghitung denyut nadi adalah…….” “Jangan terlalu menekan , ya Bu, karena tekanan yang terlalu kuat menghambat aliran darah.” “Selanjutnya kita mulai menghitung selama 60 detik” “Terakhir……….” 3. Fase Term a. Evaluasi “Baiklah Ibu, bagaimana perasaannya setelah kita berbincang-bincang tadi? Bagus sekali Ibu sudah bisa mengontrol rasa cemas Ibu” b. Tindak lanjut “Apa saja tadi yang kita coba praktekkan diingat-ingat lagi ya, Bu. Terutama ketika Ibu merasa tidak tenang dan berdebar-debar, Ibu bisa menghitung denyut nadi Ibu, jadi Ibu tau Ibu sedang cemas atau tidak” c. Kontrak akan datang “Baiklah Ibu kita telah berbincang-bincang selama 30 menit, dan sudah mempraktekkan cara menghitung denyut nadi” “Bila ada kesempatan, Ibu bisa meminta bantuan saya untuk berbincang mengenai hal lainnya. Selamat pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN II Keperawatan Maternitas, Ukur Suhu Kamis, 08 April 2010 A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien: Klien postpartum dengan temperature 40.0°C, hari kedua postpartum, di ukur 4 kali sehari. 2. Diagnosa Keperawatan Infeksi nifas karena kelelahan, anemia, dan malnutrisi sehingga menyebabkan demam. 3. Rencana Tindakan Keperawatan Pendemonstrasian cara/teknik mengukur suhu. Tujuan: Klien memiliki pemahaman tentang kondisi tubuhnya, dan dapat mengukur sendiri kondisi tubuhnya. B. Strategi Komunikasi 1. Fase Orientasi a. Memberi salam “Selamat Pagi Ibu” b. Evaluasi dan validasi “Bagaimana kondisi Ibu pagi ini? Bagaimana demamnya semalam?” “Bagaimana dengan kabar si kecil?” c. Kontrak “Baiklah, seperti yang saya katakan semalam, pagi ini saya akan menginformasikan cara mengukur suhu. Tujuannya adalah ibu bisa mengukur suhu ibu sendiri di kala demam.” “Baiklah, kita akan berbincang-bincang selama 30 menit, bagaimana bu? Di kamar ini saja?” 2. Fase Kerja “Ibu, demam yang ibu alami semalam adalah demam postpartum dikarenankan infeksi, bisa jadi karena ibu kelelahan, anemia, dan malnutrisi karena proses melahirkan.” “Ibu dapat mengontrol kondisi suhu tubuh Ibu dengan pengukuran suhu memakai thermometer digital ini.” “Ada tiga tempat untuk mengukur suhu tubuh, yaitu melalui dubur, mulut, dan di bawah ketiak. Sekarang saya akan mengukur temperatur di bawah ketiak. Termometernya dijepit, dan ditunggu hingga thermometer berbunyi.” “Baik. Termometer sudah berbunyi. Suhu tubuh ibu
sekarang 36, 80 C, dalam rentang normal, karena kisaran suhu tubuh normal sekitar 370 C.“ ”Temperatur yang tinggi bisa disebabkan oleh aktivitas, dehidrasi maupun asupan gizi” “Nah Ibu, asupan gizi ibu harus diperhatikan karena tidak hanya untuk Ibu tetapi juga untuk bayi Ibu.” “Makanan yang tadi dimakan ya, Bu?”
3. Fase Term a. Evaluasi “Baiklah Ibu, bagaimana perasaannya setelah kita berbincang-bincang tadi?” b. Tindak lanjut “Apa saja tadi yang kita coba praktekkan diingat-ingat lagi ya? Itu semua dapat diterapkan ketika suhu Ibu sedang meningkat, jadi Ibu tau kalau Ibu sedang demam.” c. Kontrak akan datang “Baiklah Ibu, kita sudah mengobrol selama 30 menit dan kita juga sudah mencoba mempraktekkannya” “Bila ada kesempatan, Ibu bisa meminta bantuan saya untuk berbincang mengenai hal lainnya. Jangan lupa habiskan makanannya ya, Bu. Selamat pagi.”
STRATEGI PELAKSANAAN II Keperawatan Medikal Bedah, Frekuensi Pernapasan Sabtu, 27 Maret 2010 A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien: Klien berusia 50 tahun, perokok berat, pekerja pabrik plastik, sering terpapar bahan kimia. Klien merasa cepat lelah bila berjalan cepat atau naik tangga. Sering batuk disertai dahak.
2. Diagnosa Keperawatan Bronchitis kronik b.d. batuk produktif dan kelelahan, serta sering terpapar polusi. 3. Rencana Tindakan Keperawatan Pendemonstrasian cara menghitung frekuensi napas. Tujuan: Klien dapat menghitung frekuensi napasnya. B. Strategi Komunikasi 1. Fase Orientasi a. Memberi salam “Selamat Pagi Bapak? Sesuai janji saya kemarin, hari ini saya akan menjelaskan cara menghitung frekuensi pernapasan.” b. Evaluasi dan validasi “Bagaimana kabar Bapak pagi ini? Bagaimana tidurnya semalam? Bagaimana dengan batuknya?” c. Kontrak “Baiklah, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan cara menghitung frekuensi pernapasan. Tujuannya agar Bapak bisa mengetahui kondisi pernapasan Bapak, sewaktu-waktu terjadi gangguan.” “Bagaimana?” “Baiklah, 30 menit cukup? Di sini saja?” 2. Fase Kerja “Baiklah, dalam keadaan normal, biasanya orang dewasa bernapas 12-20 kali per menit. Kekurangan atau kelebihan dari skala tersebut berarti adanya gangguan pernapasan.” “Pertama, Bapak harus memastikan bahwa Bapak berada dalam posisi ternyaman, tidak melakukan aktifitas yang berat.” “Coba Bapak bernafas teratur, tarik napas, kemudian hembuskan, tetapi tidak usah bernapas terlalu pendek atau terlalu panjang.”
3. Fase Term a. Evaluasi “Bapak, bagaimana perasaannya setelah kita berbincang-bincang tadi?” b. Tindak lanjut “Coba diingat-ingat lagi, ya Pak apa yang kita praktekkan tadi.” c. Kontrak akan datang “Baiklah Bapak, kita sudah mengobrol selama 30 menit dan kita juga sudah mencoba mempraktekkannya” “Bila ada kesempatan, Bapak bisa meminta bantuan saya untuk berbincang mengenai hal lainnya. Selamat pagi.”