Herbal Sanitizer, Inovasi Mahasiswa untuk Cegah Penularan Kuman di Toilet UNAIR NEWS – Masalah sanitasi masih menjadi salah satu problem terbesar kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data World Economic Forum, kualitas toilet Indonesia berada pada peringkat 40 dari 140 negara. Data global juga menyatakan bahwa toilet umum di Indonesia yang memenuhi standar kebersihan baru mencapai 50 persen. Kualitas toilet yang masih rendah dapat menimbulkan penularan berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri-bakteri yang bersarang di toilet umum seperti E. coli, S. aureus, dan K. pneumonia. Selain itu, jumlah pekerja dan pelajar yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka di luar rumah dipastikan menggunakan toilet umum. Berangkat dari permasalahan di atas, lima mahasiswa S-1 Pendidikan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang beranggotakan Husniatul Fitriah (2014), Malisda Irwantri Leonald (2015), Hatif Indra Nur Septiyanti (2014), Muhammad Aviv Addin (2014), dan Rendha Kusumaning Kristiwi (2014), memiliki gagasan untuk membuat produk obat semprot ekstrak daun sirih bernama Hezer. Gagasan tersebut tertuang dalam proposal program kreativitas mahasiswa kewirausahaan (PKM–K) berjudul “HEZER (Herbal Sanitizer): Solusi Jitu Mengurangi Penularan Penyakit melalui Toilet Umum”. Proposal tersebut berhasil lolos dan mendapatkan pendanaan dari Kemenristekdikti tahun 2017. “Herbal Sanitizer merupakan produk toiletries (perlengkapan mandi) dengan ekstrak daun sirih yang ampuh membasmi bakteri
dengan cara yang cukup praktis, yakni cukup disemprotkan pada dudukan toilet umum dilap bila perlu dan toilet umum bersih siap digunakan,” tutur Husnia. Indra menyebutkan, produk sanitasi memang sudah banyak sebelumnya. Namun, mereka mengkombinasikan ekstrak daun sirih yang mampu menghambat bakteri lebih besar. Daun sirih mengandung turunan fenol yakni kavikol dan kavibetol yang memiliki kemampuan antiseptik atau desinfektan, antioksidan, dan fungisida dengan aktivitas aktibakteri enam kali lebih efektif daripada senyawa flouride dan fenol biasa.
PRODUK-produk yang sudah dihasilkan. (Foto: Istimewa) Keunggulan lainnya, produk Hezer yang memiliki netto 30 mililiter mudah digenggam dan dibawa. Cara penggunaannya pun praktis. “Satu botol Hezer dapat digunakan hingga 30 kali. Hezer disemprotkan di lima titik dudukan toilet umum dengan jarak penyemprotan 25 cm dari permukaan dudukan toilet. Tunggu lima detik, maka dudukan toilet akan mengering dengan sendirinya dan siap untuk digunakan,” tutur Indra. Sampai saat ini, 152 produk Hezer sudah sampai di tangan
konsumen area Jawa dan Sumatera. Dengan harga Rp 16ribu per botol, masyarakat sudah bisa melindungi diri dari bakteribakteri di toilet umum. “Hezer mudah dibawa kemana-mana dan bisa digunakan secara praktis. Jadi, saya sudha tidak merasa khawatir kalau mau ke toilet umum,” ungkap Defviana, salah satu konsumen Hezer. Anggota tim Hezer, Rendha, menyatakan ke depan pihaknya akan mengembangkan produk dalam bentuk tisu basah agar orang yang tergesa-gesa bisa lebih efisien dalam menggunakan toilet umum. Editor: Defrina Sukma S
Cegah Kenakalan Remaja dengan GOPRO UNAIR NEWS – GOPRO (Gerakan Progresif Pemuda Produktif) telah resmi dibuka dan sosialisasikan kepada remaja di balai RW 3 Kebangsren, Surabaya oleh Veronica Kadista Putri bersama kelompok Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), Minggu (2/4). GOPRO merupakan salah satu dari ratusan proposal PKM di UNAIR yang didanai oleh Dikti. Mengusung tema kenakalan remaja sebagai latar belakang masalah, GOPRO diharapkan menjadi salah satu cara untuk membendung kenakalan remaja. Pasalnya, tidak dipungkiri bahwa kenalakan remaja menjadi momok yang sangat serius bagi perkembangan generasi muda. “Kenakalan remaja saat ini difahami sebagai role model tingkat eksistensi seorang remaja, bukan sebagai penyimpangan sosial. Oleh karena itu untuk mencegahnya haruslah melalui
metode yang tepat,” tutur Veronica selaku ketua kelompok. Selain itu, Veronica juga menambahkan, ia dan tim sepakat bahwa kenakalan remaja dapat memungkinkan untuk dicegah apabila remaja memiliki kontrol diri. Asumsi tersebut yang mendasari Veronica dan tim untuk merumuskan beberapa metode yang nantinya akan menjadi acuan pelaksanaan kegiatan. “Kegiatan itu antara lain Go-Religion, Go-Character, GoCreative, Go-SmartNet, Go-Friendship. Dari beberapa muatan metode tersebut dapat diimplementasikan melalui beberapa kegiatan dengan SENAR (Sosialisasi dan Seminar), BEDIL (Bedah Film), PERWIRA (Pelatihan Kewirausahaan), dan JARITAN (Belajar dan bermain di hutan Mangrove),” jelasnya. Senada dengan Veronica, sebagai salah satu anggota, Humam mengatakan bahwa kenakalan remaja biasa terjadi ketika seorang remaja memiliki waktu luang, misal diakhir pekan. Diwaktu tersebutlah, menurut Humam merupakan waktu para mengisinya dengan hal-hal yang kurang produktif.
remaja
“Dari hal tersebut kelompok ini sepakat untuk memilih hari minggu sebagai waktu pelaksanaan kegiatan, dalam kurun waktu 3 bulan kedepan,” paparnya. Masyarakat setempat pun merespon baik dengan adanya kegiatan tersebut. Terlihat dari antusiasme warga yang hadir dalam acara pembukaan program dan sosialisasi tersebut. Partisipan yang harusnya ditujukan kepada anak SMP, tapi karena antusiasme masyarakat setempat yang tinggi hingga banyak ibuibu bahkan bapak-bapak yang hadir dalam acara tersebut. Kegiatan ini juga menjadi momentum kebangkitan bagi Karang Taruna setempat setelah lama sempat berhenti. “Diadakannya kegiatan ini, dapat menjadi momentum bangkitnya kembali Karang Taruna di RW kami, setelah lama fakum karna tidak adanya kegiatan. Harapannya melalui kegiatan-kegiatan seperti ini dapat mempererat kekompakan warga,” ujar Yoga selaku perwakilan dari Karang Taruna.
Penulis: Syifa’ul Qulub (Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga) Editor: Nuri Hermawan
Pasca Juara di Pimnas, PKM Anti Kantong Panda Semakin Laris UNAIR NEWS – Persoalan lingkaran hitam di sekitar mata seseorang, merupakan masalah yang sering ditemukan di masyarakat seiring dengan bertambah padatnya aktivitas seharihari yang mengurangi waktu untuk istirahat. Selama ini memang dikenal ada beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Mulai dari penggunaan bahan alami seperti irisan kentang atau mentimun, hingga perawatan wajah di klinik-klinik kecantikan. Karena itulah, Losepocket Company yang beranggotakan lima mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga menghadirkan inovasi “Penutup Kompres Mata (PKM) Anti Kantong Panda”. Inovasi itu kemudian dituangkan dalam Program Kreativitas mahasiswa (PKM) dan berhasil menjadi Juara I presentasi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2016 di nomor PKM Kewirausahaan kelas Presentasi-4. Pimnas ke-29 ini berlangsung di IPB, 8-11 Agustus 2016. Kelima mahasiswa Fakultas Farmasi UNAIR tersebut adalah Ulima Hapsari (Ketua kelompok) dengan anggota Dhiah Ayu Febriani, Afifatun Nisa, Husniatul Fitriah, dan Hogi Rutheda Diana.
Mereka berinovasi dibawah bimbingan dosen Azza Faturrohmah, S.Si., M.Si., Apt. Menurut Ulima Hapsari, anti kantong panda dengan nama produk Losepocket ini merupakan penutup mata yang dilengkapi dengan ice gel. Alat ini dapat memberikan sensasi dingin pada mata serta terdapat wadah lubang yang dapat diisi dengan bahan alami yang berkhasiat untuk mengurangi lingkaran hitam di sekitar mata. ”Produk ini dibuat dari bahan kain parasut yang lembut, sehingga nyaman untuk dipakai dalam segala posisi, baik pada saat tidur dan sifatnya tahan air, sehingga mudah dibersihkan dari sisa potongan bahan alami,” kata Ulima, usai menerima Medali Emas Pimnas Ke-29 di gedung Graha Widya Wisuda (GWW) IPB. Seperti diketahui, raihan medali emas dari Ulima Dkk ini merupakan satu dari 8 medali emas, 3 perak, dan 2 perunggu yang diraih Tim Pimnas UNAIR, yang sekaligus memastikan tampil sebagai Juara III Pimnas 2016. Ditambahkan oleh Ulima, bahwa Losepocket ini juga tersedia dalam variasi warna yang menarik. Selain itu juga terdapat sensasi aroma terapi dari rempah-rempah pilihan yang berkhasiat sebagai sedative yang dapat memberikan efek relaksasi bagi para pengguna Losepocket.
Anggota Losepocket Company dari Fakultas Farmasi UNAIR. Inovasi mereka meraih medali emas pada Pimnas ke-29/2016, di IPB. Pasca juara ini, Lospocket semakin laris. (foto: Istimewa) Kelebihan lain produk mahasiswa UNAIR ini adalah, pengguna tidak perlu mengeluarkan biaya mahal untuk mengatasi permasalahan lingkaran hitam di sekitar mata. Untuk ini cukup dengan Rp 25.000,- untuk satu kemasan Losepocket yang terdiri atas satu penutup kompres mata, satu ice gel, satu pack aroma terapi, serta petunjuk cara penggunaan dan penyimpanan Losepocket. Penjualan dan promosi produk ini sudah merambah beberapa wilayah di Indonesia. Antara lain Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Banyuwangi, Denpasar, Mataram, dan beberapa kota lain. Penjualan Losepocket ini dilakukan melalui sistem Pre-Order yang sebagian besar dilakukan melalui Official Account Instagram: @losepocket dan LINE: @owm1807o. ”Hingga bulan ke-4 (April 2016) penjualan Losepocket sudah
mencapai 200 produk. Penjualan ini langsung meningkat drastis setelah produk kami mendapat Juara I (satu – red) pada Pimnas 2016 di Institut Pertanian Bogor,” tambah Ulima. Kedepan, Losepocket Company berharap bahwa produk Losepocket ini dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat dalam mengatasi persoalan lingkaran hitam di sekitar mata. (*) Penulis: Bambang Bes
20 Tim PKM UNAIR Lolos ke PIMNAS 2016 UNAIR NEWS – Naik signifikan. Dua kata itu yang pantas untuk melukiskan kabar gembira bahwa 20 tim program kreativitas mahasiswa (PKM) Universitas Airlangga dari 167 makalah yang didanai Dirjen Dikti, lolos untuk berkompetisi di final Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) Ke-29 tahun 2016 di Institut Pertanian Bogor (IPB), 8-12 Agustus 2016. Dari hasil pengumuman peserta yang lolos ke PIMNAS yang dikeluarkan resmi oleh Dirjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Senin (25/7) malam, jumlah tim PKM UNAIR yang lolos ke PIMNAS 2016 ini meningkat signifikan. Tahun 2015 terdapat 13 tim PKM UNAIR yang lolos ke PIMNAS di Universitas Halu Oleo Kendari dan meraih peringkat IV. Sedangkan tahun 2014 terdapat 16 Tim PKM yang lolos ke PIMNAS di Undip Semarang. Bahkan sebelumnya (2013) hanya 11 tim tetapi menjadi runner-up PIMNAS Ke-26 di Unram Mataram. Dengan lolosnya 20 Tim PKM 2016 ini berarti UNAIR berada di urutan ke-6 dari puluhan perguruan tinggi di Indonesia yang
meloloskan Tim PKM-nya ke PIMNAS. Disini ada empat kampus di Jatim yang masuk dalam sepuluh besar pengirim tim PKM ke PIMNAS. Sepuluh besar lolos ke PIMNAS itu adalah UGM 29 tim, UB 27 tim, UM 23 tim, Undip 22 tim, IPB 21 tim, UNAIR 20 tim, ITS 15 tim, UNS 13 tim, UI 12, dan UNY 12 tim. Direktur Kemahasiswaan UNAIR Dr. M. Hadi Subhan, SH., MH., CN., merespon positif hasil seleksi tim PKM ini. Dikatakan bahwa jumlah tim yang lolos ke PIMNAS tahun ini mencetak rekor karena meroket signifikan dari tahun-tahun sebelumnya. Dari 20 proposal PKM yang lolos itu rinciannya 4 proposal PKM-K (Kewirausahaan), 4 PKM-KC (Karsa Cipta), 3 PKM-M (Pengabdian Masyarakat), 6 PKM-PE (Penelitian Eksakta), 2 PKM-PSH (Penelitian Sosial Humaniora), dan 1 PKM-T (Teknologi). “Ini rekor baru. Tahun lalu hanya 13 finalis, dan sekarang 20 jadi meningkat 60%. Padahal PTN lain turun. Karena memang tahun ini kuotanya dikurangi separuh karena persoalan dana. Tapi UNAIR justru meroket. Semoga di final PIMNAS nanti UNAIR bisa mendapatkan banyak medali emas dan bisa masuk tiga besar,” kata Hadi Subhan. Keberhasilan meningkatkan tim PKM UNAIR yang lolos ke PIMNAS ini, menurutnya, merupakan dukungan dan kerjasama dari tim gabungan bidang kemahasiswaan, dosen yang tergabung dalam Tim Pendamping Kemahasiswaan (TPK), BEM UNAIR bidang keilmuan, Unit Kegiatan Mahasiswa Penalaran, tim Garuda Sakti (alumni peraih medali pada PIMNAS) dan Ikatan Alumni PIMNAS. Soliditas tim ini bertujuan untuk mengharumkan nama UNAIR dalam kompetisi ilmiah mahasiswa tahunan terbesar di Indonesia ini. Selain soliditas tim, sejak awal 2016 UNAIR secara rutin mengadakan lokakarya dengan menghadirkan nara sumber kawakan untuk memberikan materi-materi menarik yang berkaitan dengan presentasi, pembuatan Power Point yang benar, hingga pembuatan poster. Terkait persiapan menuju PIMNAS pada 8–12 Agustus 2016 di
Institut Pertanian Bogor, dikatakan 20 tim finalis UNAIR ini akan segera dikarantina pada akhir pekan ini. Rencananya, mahasiswa akan mendapat pembinaan intensif dengan materi serupa dari narasumber yang berkompeten. “Jumat besok (29/7) kami akan karantina 20 finalis tim ini dengan mendatangkan narasumber yang berpengalaman. Kami adakan pembinaan intensif sampai mendekati hari H dan akan memfasilitasi penuh kebutuhan para finalis, seperti mendatangkan ahli pembuat poster, Power Point, dsb,” terang Hadi Subhan. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Bambang Bes
Mahasiswa FST Bentuk Kader Lingkungan di MAN Surabaya UNAIR NEWS – Suasana sekolah yang rindang dan nyaman tentunya dibutuhkan untuk mendukung sarana belajar-mengajar yang kondusif di sekolah. Letak sekolah yang berada dekat dengan area mangrove dengan pengaruh cuaca yang panas, dibutuhkan adanya penghijauan agar lahan yang gersang bisa berubah rindang. Permasalahan itulah yang melatarbelakangi mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR melakukan pengabdian masyarakat di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya, sekolah yang terletak di Jalan Wonorejo Timur No.14, Surabaya. Pengabdian masyarakat tersebut merupakan implementasi dari Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) dengan judul “ENVISCHO (Environmental School) Pemanfaatan Lahan Kosong Sebagai Integrasi Kepedulian Lingkungan dan
Pendidikan Karakter Siswa-siswi MAN Surabaya”. “Sekolah ini memiliki lahan baru yang masih gersang, sehingga membutuhkan penghijauan supaya menjadi sekolah yang rindang dan nyaman bagi siswa-siswinya. Sekolah ini berada di dekat area mangrove Wonorejo, sehingga tak heran bila cuacanya panas, terlebih didukung oleh minimnya penghijauan di sekolah ini,” ujar Muhammad Yufansyah Purnama selaku ketua tim PKM-M. Yufansyah tidak sendirian dalam menjalankan program tersebut. Ia bersama keempat rekannya yakni Pradika Annas Kuswanto, Triadna Febriani Abdiah, Aulia Sukma Hafidzah, dan Shifa Fauziyah. Diantara mereka ada yang mengambil program studi Ilmu dan Teknologi Lingkungan (ITL) dan Biologi. Solusi minimnya lahan untuk penghijauan yang ditawarkan Yufansyah dan tim yaitu dengan menerapkan urban farming, pertanian khas perkotaan dengan memanfaatkan lahan sempit. Tanaman yang ditanam adalah tanaman lokal, seperti sayursayuran, obat-obatan, atau tanaman lain berbatang herba sehingga bisa dipanen dalam satu waktu. “Tanaman yang dapat ditanam dengan metode hidroponik ini antara lain bayam, selada, dan kangkung. Tanaman tersebut bernilai jual tinggi, karena merupakan sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat,” ujar Yufansyah.
Tim PKM dari kiri ke kanan M Yufansyah, Triadna Febriani, Shifa Fauziyah, Aulia Sukma, Pradika Annas. (Foto: Istimewa) Membentuk kader lingkungan yang berkomitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan adalah misi besar tim PKM-M ini. Pembentukan kader tersebut tentunya terdiri atas berbagai tahap, terdiri dari brainstorming, pembekalan urban farming, pembekalan manajemen organisasi, serta pembekalan cara memasarkan produk dari urban farming. Sehingga program ini bukan hanya mengajak siswa untuk peduli lingkungan, namun juga melatih jiwa kewirausahaan mereka. “Mereka juga diberi pembekalan cara memasarkan produk dari urban farming sehingga bernilai ekonomi. Tim Envischo memberikan pelatihan untuk memanfaatkan produk daun kaca piring. Pelatihan enterpreneurship ini diberikan dengan tujuan membentuk kader lingkungan yang mandiri dan pandai memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia,” lanjut Yufansyah. Meskipun pengkaderan dilakukan di hari Sabtu, namun antusiasme siswa MAN Surabaya untuk bergabung dengan program ini sangat
tinggi. Terbukti dengan jumlah kehadiran mereka yang memenuhi ruang kelas saat pengkaderan. Hal ini juga karena sekolah dan para guru, utamanya guru mata pelajaran Biologi, mendukung penuh kegiatan ini. “Program ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang lingkungan, tentang memanajemen organisasi, dan wawasan baru yang tidak kami dapat di kelas. Harapannya, program ini berlanjut hingga beberapa tahun ke depan, sehingga permasalahan lingkungan di sekolah bisa teratasi,” ujar Mawardi, siswa kelas XI MAN Surabaya yang menjadi anggota kader lingkungan dari Program Envischo. Yufansyah selaku ketua PKM berharap, kader lingkungan yang ia bentuk bersama tim bisa berkontribusi untuk masyarakat secara luas, tidak hanya di MAN Surabaya. Selain itu, ia juga berharap kader yang telah terbentuk bisa terus berjalan hingga tahun-tahun kedepan. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor
: Nuri Hermawan
Sebanyak 192 Proposal PKM Ikuti Monev Eksternal di UNAIR UNAIR NEWS – Selama tiga hari sejak Rabu (15/6) hingga Jum’at (17/6) ini Direktorat Kemahasiswaan Universitas Airlangga mempunyai ”gawe” yang relatif meriah. Selama itulah dilaksanakan Monitoring dan Evaluasi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi (Kemenristek Dikti). Monev ini dilaksanakan di Ruang Sidang A, B dan C, di Gedung Rektorat UNAIR, Kamnpus C Jl. Mulyorejo Surabaya. Menurut Dr. E. Bimo Aksono, drh., M.Kes., Salah satu koordinator Pembina PKM Universitas Airlangga, UNAIR ditunjuk sebagai tuan rumah Monev exsternal ini karena terdapat banyak proposal PKM UNAIR yang meraih pendanaan dari Ditjen Dikti, jumlahnya mencapai 167 proposal. Kemudian selain dari UNAIR juga terdapat 25 proposal dari PKM mahasiswa perguruan tinggi lain yang ikut Monev di UNAIR, yaitu dari STIE Perbanas, Universitas Pembangunan Nasional (UPN), dan Universitas Surabaya (Ubaya). Sehingga totalnya mencapai 192 proposal PKM. Dalam kegiatan ini Dirjen Dikti juga menugaskan tiga orang interviewer yang melakukan monev di UNAIR yaitu Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Ngadiwiyana, S.Si., M.Si, dari Universitas Diponegoro (Semarang), dan Dr. Ir. Budi Hariono, M.Si., dari Politeknik Jember. Proposal PKM yang dilakukan monev meliputi empat bidang, yaitu PKM bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE), PKM bidang Penelitian Sosial Humaniora (PKM-PSH), PKM bidang Kewirausahaan (PKM-K), PKM bidang Karsa Cipta (PKM-KC), dan PKM bidang Teknologi (PKM-T). Beberapa dosen pembimbing PKM juga ikut hadir untuk mendampingi mahasiswa bimbingannya.
Tim Garuda Sakti UNAIR aktif membantu pelaksanaan Monev eksternal, tampak suasana diluar ruang monitoring. (Foto: Bambang Bes) “Karena banyaknya tim PKM yang harus di-monev, sedang waktunya hanya tiga hari oleh tiga orang reviewer, jadi pelaksanaan monev di UNAIR ini sampai pukul 20.00 WIB,” kata Bimo, yang juga Sekretaris Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR ini. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan petugas juga dibantu oleh Airlangga Sakti, yaitu lembaga mahasiswa di UNAIR yang membantu menangani masalah PKM dan kegiatan lain di tingkat mahasiswa. “Alhamdulillah pelaksanaan monev eksternal ini lancar-lancar saja, sebab kepada peserta monev juga sudah dijadwal, sehingga sudah bisa mengantisipasi sebelumnya,” kata Moch. Yazid Abdul Z.A., mahasiswa Fakultas Vokasi, yang juga pengurus Airlangga Sakti. (*) Penulis : Bambang Bes
Tanamkan Karater, Cinta Tanah Air, dan Etika untuk Lahirkan Generasi Emas UNAIR NEWS – Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Apalagi bila ia juga menjunjung tinggi nilai dan harkat martabat bangsanya secara turun temurun yang telah diperjuangkan oleh para leluhur bangsa. Demikian pula dengan bangsa Indonesia yang begitu kaya akan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal ini, seharusnya memiliki karakter dan jiwa nasionalisme yang mengakar kuat dalam jati diri setiap rakyatnya. Namun pada kenyataanya, generasi bangsa ini seakan melupakan jati diri bangsanya. Berangkat keprihatinan itulah, lima mahasiswa FISIP UNAIR menggagas progam mengenai pembekalan nilai-nilai karakter, rasa cinta tanah air, dan etika generasi muda saat ini melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Tim yang diketuai Awatar Wisya Fatwa dengan anggota Iga Ayu, Harijanti Puspa, Amrina Rosyada, dan Regita Yessy, ini menuangkan gagasannya dalam cabang PKM-Pengabdian Masyarakat(PKM-M) dengan judul “KARTIKA : Karater, Cinta Tanah Air dan Etika”. Proposal PKMM yang diajukan tahun 2015 ini akhirnya lolos dan mendapat pendanaan dari Dikti pada Kemenristek Dikti tahun 2016. Bentuk Kegiatan Menurut Awatar, KARTIKA merupakan kegiatan pembekalan karakter bagi generasi muda. Dikemas dalam bentuk bimbingan belajar dengan sasaran anak-anak usia Sekolah Dasar di daerah Bogen, Kelurahan Ploso, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya.
Tim KARTIKA kemudian rutin dalam satu minggu sekali memberikan kegiatan yang berseling. Dimulai dari pemberian wawasan Karakter Kebangsaan, Jalan-jalan (study tour) hingga pembekalan nilai-nilai moralitas, keagamaan, dan pendidikan etika bagi generasi muda. Dijelaskan, tim sengaja mencari sasaran pada anak-anak usia sekolah dari kalangan menengah kebawah, karena menurutnya, anak usia sekolah sudah mampu mengolah pikir dan menerima materi yang disampaikan, kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk hidup bermasyarakat. ”Anak usia sekolah sebagai generasi muda penerus bangsa ini harus dibekali pengetahuan tentang karakter kebangsaan supaya mereka tidak jadi generasi yang tak bermoral dan lupa akan jati dirinya,” katanya. Hal lain, penanaman rasa cinta terhadap tanah air juga penting mengingat kita sedang berpusar dalam arus globalisasi. Sedangkan etika harus diajarkan agar generasi muda tidak tumbuh menjadi generasi sembarangan, mengingat kayanya kearifan lokal dari kebudayaan kita yang menjunjung tinggi etika yang baik,” kata Awatar dan Harijanti, selaku pelaksana acara. Kegiatan KARTIKA ini telah berjalan sepuluh minggu, dan mampu menyadarkan serta menanamkan nilai-nilai karakter, cinta tanah air dan pentingnya etika bagi generasi anak-anak di daerah itu. Selain juga merangkul pemuda di daerah itu untuk dapat dikader agar meneruskan kegiatan ini selepas masa kerja anggota Tim KARTIKA usai. Ditanya tentang harapan dari kegiatan ini? Seluruh anggota Tim KARTIKA sepakat, “Kami mendambakan generasi muda Indonesia menjadi generasi emas yang mampu menjawab semua permasalahan negeri ini, serta mampu memajukan Indonesia yang diawali dengan hal-hal mendasar dan sederhana seperti ini. Apalagi setelah ini kita akan mendapatkan bonus demografi.” (*)
Editor: Bambang Edy S
Dikembangkan, Bantalan Tulang Rawan untuk Penderita Degenerasi Diskus Intervertebralis UNAIR NEWS – Chronic Low Back Pain (CLBP) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. Sekitar 60-80% dari penduduk dunia selama hidupnya pernah mengalami paling tidak nyeri pungung bawah. Penyebabnya bermacam-macam, salah satunya adalah degenerasi diskus invertebralis, yaitu bantalan tulang rawan pada tulang belakang yang berfungsi sebagai penyangga beban tubuh dan body shock absorber. Pasien dapat merasakan nyeri, mati rasa, bahkan kelemahan pada anggota tubuh yang disebabkan oleh saraf yang tertekan. Berbagai cara untuk penyembuhan nyeri punggung bawah ini diantaranya adalah tindakan konservatif dan pembedahan. Tetapi tindakan konservatif dan pembedahan ini bisa menimbulkan komplikasi serta infeksi. Berawal dari kasus diatas, maka lima mahasiswa Prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga yaitu Cityta Putri Kwarta (2012), Miftakhul Jannah (2012), Dina Kartika Putri (2012), Evlyn Anggraini Santoso (2013), dan Wilda Kholida Annaqiyah (2013), berhasil membuat injectable hydrogel berbasis polimer untuk terapi degenerasi diskus intervertebralis. Dibawah bimbingan dosen Dr. Prihartini Widiyanti, drg.,M.Kes.,
mereka menjadikan inovasi temuan itu sebagai Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) dengan judul “Paduan Hyaluronic Acid (HA) – Polyethylene Glycol (PEG) sebagai Injectable Hydrogel untuk Terapi Penderita Degenerasi Diskus Intervertebralis”. Proposal ini memperoleh pembiayaan dari Dirjen Dikti Kemenristek dalam Program PKM-PE 2016.
Hasil Uji In Vitro Injection Model Hidrogel ke Agarose. (Foto: Dok Tim) Cityta Putri Kwarta, ketua Tim ini menjelaskan, dalam prosesnya kelompok penelitiannya ini menggunakan polimer alam yakni Hyaluronic Acid dan polimer sintetik Polyethylene Glycol serta menambahkan Enzim Horse Radish Peroxide sebagai bahan utama pembuatan hidrogel. Ketiga material ini dipilih karena memiliki sifat biokompatibel, biodegradable, dan nontoksik. Untuk memenuhi kriteria sifat tersebut, hidrogel melewati beberapa uji, yakni uji swelling untuk melihat kemampuan mengembang, uji degradasi untuk melihat seberapa lama sampel bertahan dalam tubuh, uji sitotoksisitas untuk menguji sifat toksik sampel, uji in vitro injection model untuk mengetahui proses gelasi hidrogel, dan uji Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk meggambarkan ikatan kimiawi pada bahan. ”Jadi injectable hydrogel ini sudah lolos uji coba dan memenuhi syarat sebagai hidrogel untuk bantalan tulang rawan. Harapan kami hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
acuan injectable hydrogel dalam bidang medis di masa yang akan datang,” pungkasnya. (*) Editor : Bambang Bes
Peduli Lingkungan Madura, Mahasiswa UNAIR Canangkan Program Bank Sampah UNAIR NEWS – Desa Dharma Tanjung, Sampang Madura, seringkali dikenal dengan ciri khasnya sebagai penghasil petis yang merupakan hasil daur ulang dari limbah pengasapan ikan dendeng. Namun disisi lain, desa tersebut juga kental dengan penumpukan sampah yang dibuang sembarangan. Padahal dari segi ekonomi, sampah-sampah tersebut masih dapat dikelola dengan baik dengan metode bank sampah, sehingga berpeluang menjadi lahan usaha bagi warga desa. Dari latar belakang itulah lima mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR mengangkat sebuah Program Karya Mahasiswa (PKM) dengan judul “The Sanitation And Hygene, Sebagai Upaya Meningkatkan Kepedulian Lingkungan Warga Desa Dharma Tanjung Kecamatan Camplong”. Kelima mahasiswa tersebut yaitu Lailatul Fitriya, Nensi Kristin Ningsih, Mayam Tami, Himaya, dan Khusnatul Mar’atik. Program mereka telah disetujui dan diberikan pendanaan oleh Dikti. Mereka memilih Dusun Idaman sebagai lokasi penerapan program. Maya –sapaan akrab Himaya- mengungkapkan, salah satu kendala terkait lokasi adalah letaknya yang jauh dari Kota Surabaya. “Kita harus sabar dan butuh perjuangan untuk menuju lokasi tersebut. Untuk naik bus kita butuh waktu selama tiga jam,”
ungkap Maya. Selain kendala lokasi, Maya juga menceritakan mengenai kesulitan yang dihadapi oleh kelompoknya terkait bahasa percakapan yang digunakan sehari-hari. Pasalnya, sebagian besar anggota kelompok PKM yang diketuai oleh Lailatul Fitriya tersebut bukan merupakan warga asli Madura, sedangkan penduduk sekitar Dusun Idaman kental dengan penggunaan bahasa khas Madura dalam percakapan sehari-harinya. “Awalnya sempet plonga-plongo (bingung, red) dengan apa yang mereka katakan, sampai-sampai sering terjadi misscommunication,” kenang Maya. Walaupun demikian, halangan tersebut tidak menyurutkan semangat kelompok tersebut untuk Dusun Idaman yang peduli lingkungan. “Akan tetapi, dengan seiringnya waktu kita mulai akrab dengan mereka. Masyarakat Dusun Idaman juga sangat ramah dan bersemangat untuk diperdayakan,” imbuhnya. Dalam
pengaplikasian
programnya,
beragam
kegiatan
telah
dijalankan oleh kelompok tersebut, meliputi pemilihan kader lingkungan, pengadaan sosialisasi terkait bank sampah, daur ulang sampah non-organik, dan pembuatan pupuk kompos. “Selain
itu,
kita
juga
mengadakan
lomba
kreatif
yang
melibatkan anak SD di dusun tersebut sebagai peningkatan kreatif dalam membuat kerajinan dari sampah non-organik,” terang Maya. Kelompok PKM ini berharap, dengan adanya program yang mereka canangkan, masyarakat di Dusun Idaman memiliki kepedulian lebih terhadap lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah. “Selain itu, kita juga berharap Dusun Idaman dapat menjadi percontohan untuk dusun-dusun yang lainnya,” pungkas Maya. Editor : Dilan Salsabila
Mahasiswa UNAIR Kembangkan Program Penyadap Sinyal Otak UNAIR NEWS – Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan penting manusia yang dibutuhkan dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat terlepas dari kebutuhan berkomunikasi dengan lingkungannya, dan tentunya komunikasi memerlukan aktifitas bicara. Jika organ yang berfungsi untuk berbicara terganggu,maka akan berakibat pada sulitnya berkomunikasi. Salah satu contohnya adalah penderita Aphasia. Aphasia merupakan penyakit yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan motorik, terutama berbicara. Kesulitan berbicara akan mengakibatkan penderita susah mengutarakan apa yang ia inginkan. Situasi ini menyebabkan penderita mengalami tekanan dari lingkungannya. Tekanan tersebut dapat membuat penderita stress dan akhirnya memperparah penyakitnya. Hal inilah yang kemudian mendorong empat mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR untuk membuat sebuah program dengan judul “Aplikasi Brain Computer Interface (BCI) menggunakan Elektro Ensephalo Graf (EEG) Pada Aktifitas Unspoken-Speech Sebagai Alat Bantu Komunikasi Penderita Aphasia”. Keempat mahasiswa tersebut yaitu Zahwa Arsy, Hafizh Fadhlul, Sita Ari, dan Puspita Sari, serta didampingi oleh Endah Purwanti, S.Si., M.T, selaku dosen pembimbing. Pada dasarnya, Zahwa dan timnya membangun sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan otak atau sistem saraf pusat manusia dengan perangkat komputer secara langsung, sehingga BCI memungkinkan terjadinya aktivitas bicara yang tidak menghasilkan suara sama sekali, yang biasanya disebut sebagai
unspoken-speech. Sehingga, penderita Aphasia dapat berkomunikasi tanpa harus menggunakan saraf motoriknya, melainkan hanya memanfaatkan sinyal otaknya. Proses kerjanya, sinyal otak akan memberikan respon yang berbeda tiap kali seseorang hendak mengatakan sesuatu. Artinya, ketika seseorang tersebut hendak mengatakan sesuatu, sinyal otak akan disadap. “Penyadapan sinyal otak tersebut menggunakan sebuah alat, yaitu Elektro Ensephalo Graf (EEG,red),” jelas Zahwa selaku ketua kelompok. Dikarenakan penderita Aphasia di Indonesia termasuk dalam kategori sangat sedikit, kelompok PKM Karsa Cipta tersebut menggunakan naracoba orang normal dalam pengambilan data sinyal otak. Sementara waktu, kata yang dipilih untuk diklasifikasikan dalam proses uji coba oleh kelompok tersebut adalah kata “Sakit” dan “Tolong”. Pemilihan kata tersebut dalam proses coba karena dianggap sering digunakan oleh manusia dalam pembicaraan sehari-hari. “Sebelum sinyal otak naracoba disadap, naracoba kita arahkan dulu agar berada dalam posisi yang nyaman, karena kondisi naracoba juga berpengaruh pada sinyal otak yang dihasilkan,” terang Zahra. “Setelah didapatkan, hasil sinyal otak akan kita olah sedemikian rupa menggunakan program yang telah kita kembangkan, sehingga dapat menampilkan apa yang ingin dikatakan oleh naracoba,” imbuhnya mengakhiri. (*) Editor : Dilan Salsabila