PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN PENGENDALIAN INTERN AKUNTANSI TERHADAP KETERANDALAN DAN KETEPATWAKTUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Sragen)
TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : SUSILO PRAPTO N I M : S 4307035
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN PENGENDALIAN INTERN AKUNTANSI TERHADAP KETERANDALAN DAN KETEPATWAKTUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Sragen)
RINGKASAN TESIS Disusun oleh: Susilo Prapto N I M : S 4307035
Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal : ........................................... Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak
Drs. Sri Hartoko, MBA., Ak
NIP. 19680401 199303 2 001
NIP. 19610711 198703 1 001
Mengetahui : Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Dr. Bandi, M.Si., Ak. NIP. 19641120 199103 1 002
ii
PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN PENGENDALIAN INTERN AKUNTANSI TERHADAP KETERANDALAN DAN KETEPATWAKTUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Sragen)
Disusun oleh: Susilo Prapto N I M : S 4307035
Telah disetujui Tim Penguji Pada tanggal
Pebruari 2010
Ketua Tim Penguji : Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com(Hons)., Ph.D., Ak.
Sekretaris
:
Dra. Y Anni Aryani, M.Prof.Acc., Ph.D., Ak. Anggota
.............................
.............................
:
Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak.
.............................
Drs. Sri Hartoko, MBA. Ak.
.............................
Mengetahui : Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi Magister Akuntansi
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004
Dr. Bandi, M.Si., Ak. NIP. 19641120 199103 1 002
iii
PERNYATAAN
Nama
: Susilo Prapto
NIM
: S.4307035
Program Studi : Magister Akuntansi Konsentrasi
: Akuntansi Sektor Publik
Menyatakan
dengan
sesungguhnya
bahwa
tesis
berjudul
“Pengaruh
Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Keterandalan Dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah” (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Sragen) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesis tersebut.
Surakarta, Pebruari 2010 Yang menyatakan
Susilo Prapto
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Keterandalan Dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah” (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Sragen). Terselesaikannya penyusunan Tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. State Audit Reform Sector Development Project (STAR-SDP) Itjen. Depdiknas selaku pemberi Beasiswa kepada peneliti dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Dr. Bandi, M.Si., Ak, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Ibu Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak selaku Pembimbing I yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan Tesis ini. 4. Bapak Drs. Sri Hartoko, MBA, Ak selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan bagi kelancaran penulisan tesis ini.
v
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada peneliti yang dapat dijadikan dasar dalam penulisan Tesis ini. 6. Segenap karyawan dan karyawati Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pelayanan dan kemudahan yang diberikan kepada peneliti. 7. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Tesis ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Akhir kata, peneliti menyadari dalam penyusunan Tesis ini banyak kekurangannya, maka segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga Tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Pebruari 2010
Peneliti
Susilo Prapto
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………………
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………...……………. iii HALAMAN PERNYATAAN………………………………...……………….
iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................
v
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL................................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xi ABSTRAKSI............................................................................................................xii ABSTRACT........................................................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...
1
A. Latar Belakang ……….………..………………………………….
1
B. Perumusan Masalah……………………….……………………….. 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………….. 10 D. Sistematika Penelitian ……………………………………………... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS......... 13 A. Akuntansi dan Sistem Informasi Akuntansi....................................... 13 B. Pelaporan Keuangan ......................................................................... 17 C. Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah ......................................... 21
vii
D. Teknologi Informasi Kaitannya dengan Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan …………………………………….. 30 E. Sistem Pengendalian Intern Akuntansi Pemerintah Kaitannya Dengan Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan .... 37 F. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 44 G. Pengembangan Hipotesis................................................................... 45 BAB III. METODA PENELITIAN..................................................................... 60 A. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 60 B. Populasi dan Sampel........................................................................... 60 C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel................................. 63 D. Uji Validitas dan Reliabilitas............................................................. 65 E. Analisis Data ..................................................................................... 66 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………................................ 29 A. Hasil dan Analisis………………………………………………….. 71 B. Pembahasan…………………………………………………..……. 87 BAB V PENUTUP............................................................................................... 96 A. Kesimpulan……………….....…………………………..…………. 96 B. Implikasi……………..……………………………………………... 97 C. Keterbatasan………………………………………………………... 98 D. Saran………………………………………………………………… 99 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 101 LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
II.1
Definisi dan Rumusan Kualitas Informasi .............................................. 34
III.1
Daftar SKPD di Kabupaten Sragen ......................................................... 62
III.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel....................................... 63
IV.1
Statistik Deskriptif .................................................................................. 71
IV.2
Korelasi Item Peryataan terhadap Variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi................................................................................................... 73
IV.3
Korelasi Item Peryataan terhadap Variabel Pengendalian Intern Akuntansi................................................................................................. 74
IV.4
Korelasi Item Peryataan terhadap Variabel Keterandalan Pelaporan Keuangan Daerah...................................................................................... 75
IV.5
Korelasi Item Peryataan terhadap Variabel Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Daerah...................................................................................... 76
IV.6
Hasi Uji Reliabilitas................................................................................. 77
IV.7
Hasil Uji Autokorelasi.............................................................................. 79
IV.8
Hasil Uji Multikolinieritas........................................................................ 81
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1
Halaman
Model Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah....................................................................................... 44
II.2
Model Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah....................................................................................... 45
IV.1
Hasil Uji Normalitas.................................................................................... 78
IV.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas....................................................................... 80
x
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Lampiran 2
Daftar Distribusi Kuesioner
Lampiran 3
Ijin Penelitian, Permohonan dan Surat Rekomendasi
Lampiran 4
Tabulasi Data Penelitian
Lampiran 5
Validitas Pemanfaatan Teknologi Informasi
Lampiran 6
Validitas Pengendalian Intern Akuntansi
Lampiran 7
Validitas Keterandalan Pelaporan Keuangan Daerah
Lampiran 8
Validitas Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Daerah
Lampiran 9
Reliabilitas Pemanfaatan Teknologi Informasi
Lampiran 10 Reliabilitas Pengendalian Intern Akuntansi Lampiran 11 Reliabilitas Keterandalan Pelaporan Keuangan Daerah Lampiran 12 Reliabilitas Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Daerah Lampiran 13 Regresi
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris: pengaruh tingkat pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan Pemerintah Daerah, Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dengan menggunakan sampel sebanyak 120 responden. Metode sampel dengan metode purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner,
xi
sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik uji instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas; uji asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji normalitas; pengujian hipotesis dengan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, hal ini terlihat dari t hitung sebesar 0,747 dengan nilai signifikansi sebesar 0,456, 2) pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah, t hitung sebesar 1,806 dengan nilai signifikansi sebesar 0,074, 3) pengendalian intern akuntansi berpengaruh signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, t hitung sebesar 14,129 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, 4) pengendalian intern akuntansi berpengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah, t hitung sebesar 7,951 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 . Kata kunci : pemanfaatan teknologi informasi, pengendalian intern akuntansi, keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, ketepatwaktuan pelaporan keuangan
ABSTRACT
This research aimed to: test empirically influence of technology information used and intern accounting control toward reliability and on time financial performance of local government.
xii
This research was conducted in local government Sragen Regency; used sample with amount 120 respondent. Sample method with purposive sampling. Data colecting used questioner, while data analysis technique that used instrument test consist validity test and reliability test; classic assumption test consist multicolinearity test, heteroscedastisity test, autocorrelation test and normality test; hypothesis test with regression. Result of research indicate that the 1) information technology do not have an effect on relevance of financial reporting local government, this matter is seen from t value 0,747 with the significance value equal to 0,456 2) information technology do not have an effect timeliness of financial reporting local government, this matter is seen from t value 1,806 with significance value equal to 0,074, 3) internal control have an significance effect on relevance of financial reporting local government, this matter is seen from t value 14,129 with significance value equal to 0,000 4) internal control have an significance effect on the to timeliness of financial reporting local government, this matter is seen from t value 7,951 with significance value equal to 0,000
Key word: technology information used, accounting intern control, reliability financial performance local government, on time financial performance local government
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi (information technology) pada dekade terakhir ini meningkat dengan pesat. Pemanfaatannya dalam kehidupan masyarakat secara luas juga mengalami peningkatan yang sangat besar. Berbagai kepentingan menjadi dasar pertimbangan dari mulai hanya sebagai gaya hidup (life style) atau pelengkap sampai dengan menjadi perangkat dan sarana yang menempati posisi yang vital. Hal ini bukan saja terjadi pada masing-masing individu masyarakat tetapi juga terjadi pada
xiii
organisasi secara luas. Kebutuhan teknologi informasi pada setiap organisasi akan berbeda sesuai dengan interpretasi dari visi yang dimiliki para pimpinan (Albarda, 2006). Perkembangan teknologi informasi berdampak luas pada aktivitas organisasi terutama organisasi bisnis. Indriasari dan Ertambang (2007) menyatakan teknologi informasi dalam hal ini merupakan pemampu (enabler) keberhasilan praktik bisnis tersebut. Semakin pentingnya teknologi informasi bagi keberhasilan organisasi secara keseluruhan memperluas peran sistem informasi. Fungsi sistem informasi perlu lebih dilibatkan dalam perumusan strategik perusahaan. Dalam konteks sistem informasi, kebutuhan pengguna akan sistem informasi harus dideteksi dengan baik oleh perancang sistem (termasuk dalam departemen sistem informasi) agar kebutuhan pengguna dapat terpenuhi dengan baik oleh sistem informasi. Pemenuhan kebutuhan pengguna tersebut nantinya akan memberikan kepuasan bagi para pengguna 1 sistem informasi dan memotivasi mereka untuk melakukan pekerjaan secara optimal (Mulyadi, 2001) Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintahan termasuk di bidang pengelolaan keuangan negara. Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah mendorong adanya
xiv
desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pada rancangan peraturan daerah tentang Laporan Keuangan Pemerintah Daerah disertakan atau dilampirkan informasi tambahan mengenai kinerja instansi pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh Pengguna Anggaran sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Disebutkan bahwa pengungkapan informasi tentang kinerja tersebut adalah relevan dengan perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan mengidentifikasikan secara jelas keluaran (outputs) dari setiap kegiatan dan hasil (outcomes) dari setiap program. Dengan demikian, perlu disusun suatu sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang terintegrasi dengan sistem perencanaan strategis, sistem penganggaran, dan Sistem Akuntansi Pemerintahan. Salamun (2007) menyatakan bahwa tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi manajemen pemerintahan (sektor publik) untuk memberikan informasi kepada publik. Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh publik adalah informasi mengenai pengelolaan keuangan negara/daerah dalam bentuk pelaporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi (pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan) dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan,
xv
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Pelaporan keuangan tidak hanya meliputi komponen laporan keuangan, tetapi juga meliputi laporan-laporan lain yang diperlukan. Halim (2007) menyebutkan tujuan pelaporan keuangan sektor publik secara umum adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dan memenuhi kebutuhan pengguna. Lebih lanjut disebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan sektor publik, antara lain : mengidentifikasi sumber daya yang didapat dan digunakan sesuai dengan anggaran yang telah disetujui oleh DPRD, menyediakan informasi tentang sumber daya keuangan dan penggunaannya, menyediakan informasi tentang cara pemerintah daerah membiayai aktivitas dan memenuhi kebutuhan kasnya, menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan manajemen dalam
membiayai
aktivitasnya
dan
memenuhi
kewajibannya
serta
menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan dan kinerja pemerintah daerah, terutama yang berkaitan dengan efisiensi biaya operasi dan pencapaian target. Latifah dan Sabeni (2007) menyatakan bahwa otonomi daerah merupakan bagian dari demokratisasi dalam menciptakan sebuah sistem yang powershare pada setiap level pemerintahan serta menuntut kemandirian sistem manajemen di daerah. Distribusi kewenangan/kekuasaan, disesuaikan dengan kewenangan pusat dan daerah termasuk kewenangan keuangan. Untuk melakukan pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik, diperlukan
xvi
informasi akuntansi, yang salah satunya berupa laporan keuangan. Pemerintah Daerah selaku pengelola dana publik harus mampu menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Jurnali dan Supomo (2002) menyatakan bahwa penelitian tentang sistem informasi pada umumnya befokus pada hubungan antara sistem informasi dan kinerja individu. Selain itu pemanfaatan teknologi informasi juga dapat dihubungkan dengan upaya untuk meningkatkan kinerja. Penggunaan teknologi informasi dapat dijadikan media evaluasi berkaitan dengan dua aspek dalam organisasi yaitu aspek manfaat dan aspek kesesuaian antara teknologi dan tugas. Penggunaan teknologi informasi dalam organisasi diharapkan mampu mempengaruhi sikap dan faktor situasional dalam organisasi yang mengarahkan pemakai untuk memanfaatkan sistem informasi sehingga dapat meningkatkan kinerja individu maupun organisasi. Hussein et al., (2005) menyatakan bahwa perkembangan teknologi informasi berpengaruh terhadap cara kerja organisasi termasuk juga dalam sektor pemerintahan. Penggunaaan teknologi informasi akan berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah termasuk juga dalam cara memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Munculnya konsep e-governance yang mewujudkan pelayanan publik melalui internet merupakan salah satu bentuk dampak perkembangan teknologi pada sektor pemerintahan. Melalui egovernance ini pemerintah pusat maupun daerah dapat memberikan pelayanan dengan
cepat
kepada
masyarakat,
xvii
berkomunikasi
langsung
dengan
masyarakat, serta mempublikasikan berbagai informasi termasuk informasi keuangan. Indriasari dan Ertambang (2007) menyatakan bahwa banyak pihak yang mengandalkan informasi dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Informasi tersebut harus bermanfaat bagi para pemakai. Adapun kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas informasi yang menjadikan informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau manfaat sebagaimana disebutkan dalam Rerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Menurut PP No. 24 Tahun 2005 pelaporan keuangan sektor publik hendaknya memenuhi beberapa unsur, antara lain: (a) relevan, (b) andal, (c) dapat dibandingkan, dan (d) dapat dipahami. Penggunaan teknologi informasi dalam sektor publik menjadikan organisasi sektor publik membentuk departemen sistem informasi. Para pengguna teknologi informasi berharap departemen sistem informasi membantu mereka dalam berbagai hal berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi, misalnya pemilihan hardware dan software, instalasi sistem, pemecahan masalah, sambungan jaringan, pengembangan sistem dan pelatihan. Perluasan tanggungjawab ini terlihat pada berbagai bentuk fasilitas seperti pusat informasi dan bantuan. Suatu departemen sistem informasi yang sukses harus mampu memberikan keuntungan bagi para pengguna jasa melalui aktivitas-aktivitas pelayanan yang dilakukannya dan membantu organisasi dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain departemen sistem informasi
xviii
haruslah efektif bagi organisasi yang terlihat dari kepuasaan para pengguna sistem informasi. (Mulyadi, 2001). Sugijanto (2002) menyatakan bahwa hal pertama yang mempengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah adalah pemanfaatan teknologi informasi. Seperti diketahui bahwa total volume Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/D) dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Dari sisi akuntansi hal tersebut menunjukkan bahwa volume transaksi keuangan pemerintah juga menunjukkan kuantitas yang semakin besar dan kualitas yang semakin rumit dan kompleks. Peningkatan volume transaksi yang semakin besar dan semakin kompleks tentu harus diikuti dengan peningkatan kemampuan pengelolaan keuangan pemerintah Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah yang merupakan pengganti dari PP No. 11 Tahun 2001 tentang Informasi Keuangan Daerah. Suatu teknologi informasi terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, manajemen data, dan jaringan (Wilkinson et al., 2000). Walaupun secara umum telah banyak diketahui manfaat yang ditawarkan oleh suatu teknologi informasi antara lain kecepatan
pemrosesan
transaksi
dan
penyiapan
laporan,
keakuratan
perhitungan, penyimpanan data dalam jumlah besar, biaya pemrosesan yang lebih rendah, kemampuan multiprocessing (Wahana Komputer, 2003), namun pengimplementasian teknologi informasi tidaklah murah, jika teknologi
xix
informasi yang ada tidak atau belum mampu dimanfaatkan secara maksimal maka implementasi teknologi informasi menjadi sia-sia dan semakin mahal. Kendala ini yang mungkin menjadi faktor pemanfaatan teknologi informasi di instansi pemerintah belum optimal. Di dalam Konsep Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada bab Standar Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Keuangan mengenai Pengendalian Intern disebutkan bahwa sistem informasi yang relevan dengan tujuan laporan keuangan, salah satunya adalah sistem akuntansi yang terdiri dari metoda dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, mengikhtisarkan, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan (BPK RI, 2006). Sistem akuntansi sebagai sistem informasi merupakan subjek terjadinya kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Oleh karena itu sistem akuntansi memerlukan pengendalian intern atau sistem akuntansi berkaitan erat dengan pengendalian intern organisasi (Mahmudi, 2007). Hal-hal yang mempengaruhi keterandalan pelaporan keuangan pemerintah adalah pengendalian intern akuntansi (Sugijanto, 2002). Pengendalian intern menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan proses yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuan pemerintah daerah yang tercermin dari keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta dipatuhinya peraturan perundang-undangan. Ada tiga fungsi yang terlihat dari definisi tersebut yaitu:
xx
(a) keterandalan pelaporan keuangan, (b) efisiensi dan efektivitas operasi, dan (c) kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fungsi pertama dilakukan untuk mencegah terjadinya inefisiensi dan dinamakan pengendalian intern akuntansi, sedangkan fungsi kedua dan ketiga dilakukan secara khusus untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dan dinamakan pengendalian intern administratif (Moscove et al., 1990 dalam Triyuwono dan Roekhudin, 2000). Komponen penting dari pengendalian intern organisasi yang terkait dengan sistem akuntansi antara lain (Mahmudi, 2007): (a) sistem dan prosedur akuntansi, (b) otorisasi, (c) formulir, dokumen, dan catatan, dan (d) pemisahan tugas. Indriasari dan Ertambang (2007) menyatakan bahwa keterandalan dan ketepatwaktuan merupakan dua unsur nilai informasi yang penting terkait dengan
pengambilan
keputusan
berbagai
pihak.
Karena
pentingnya
keterandalan dan ketepatwaktuan maka peneliti tertarik untuk meneliti hal apa saja yang mungkin mempengaruhi keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah. Pemerintah Kabupaten Sragen yang dimulai sejak Tahun 2002 sampai dengan saat ini telah mengalokasikan anggaran untuk penyediaan fasilitas sarana dan prasarana teknologi informasi telah mencapai 8 milyar rupiah. Setelah ditetapkan dan kemudian diterapkannya pengendalian intern akuntansi sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006, maka diharapkan akan memberikan pengaruh yang positif terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah khususnya di
xxi
Kabupaten Sragen. Peneliti memilih Pemerintah Kabupaten Sragen karena di samping peneliti bekerja di lingkungan pemerintah Kabupaten Sragen, peneliti juga ingin mengetahui pemanfaatan teknologi informasi di Pemerintah Kabupaten Sragen dengan biaya yang besar tersebut dapat mewujudkan bahwa pelaporan keuangan daerah dapat memenuhi aspek keterandalan dan ketepatwaktuan. Berdasar latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Pengendalian
Intern
Akuntansi
Terhadap
Keterandalan
Dan
Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Sragen)” B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A Apakah pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah ? B Apakah pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
xxii
Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk menguji secara empiris pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a
Bagi Praktisi Melalui hasil penelitian ini diharapkan Pemerintah Daerah akan memperoleh sumbangan pemikiran tentang seberapa pentingkah pemanfaatan teknologi informasi dan peranan pengendalian intern akuntansi terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan Pemerintah Daerah, Studi Pada Pemerintah Kabupaten Sragen
b
Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan referensi dan bahan perbandingan untuk memahami hubungan pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan Pemerintah Daerah, Studi Pada Pemerintah Kabupaten Sragen.
D. Sistematika Penelitian
xxiii
Sistematika Penelitian yaitu suatu pola umum penyusunan laporan untuk memperoleh gambaran dan arah Penelitian yang baik dan jelas. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan Pemerintah Daerah dengan Studi Pada Pemerintah Kabupaten Sragen. BAB. I menguraikan deskripsi pemikiran yang menjadi latar belakang penelitian dan dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan pertanyaan/ pernyataan penelitian, batasan penelitian, dan manfaat penelitian. Berdasarkan apa yang diuraikan dalam Bab I, selanjutnya Bab II akan menjelaskan teori dan kajian yang mendukung penelitian. Berdasarkan hasil kajian dan teori, peneliti merumuskan hipotesis. Metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dan analisis data akan dijelaskan dalam Bab III. Setelah metode yang akan digunakan jelas, akan dilakukan analisis data hasil penelitian dan pengujian hipotesis. Hasilnya akan dimasukkan kedalam Bab IV dan Bab V merupakan uraian penyimpulan akhir dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dan keterbatasan penelitian serta implikasi dari penelitian ini.
xxiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Akuntansi dan Sistem Informasi Akuntansi Baridwan (2002) menyatakan bahwa sistem adalah suatu kerangka prosedur-prosedur yang saling berhubungan, dan disusun dengan skema yang menyeluruh dengan melalui suatu kegiatan atau fungsi utama dari entitas. Prosedur adalah urut-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa yang harus dilakukan, siapa yang melakukan, kapan dilaksanakan dan bagaimana melaksanakannya.
xxv
Menurut Mulyadi (2001) pengertian umum mengenai sistem terdiri dari beberapa hal antara lain : setiap sistem terdiri dari unsur-unsur, unsurunsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang bersangkutan, unsur sistem tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem dan suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar. Dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu. Sistem yang saling berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan khusus sistem yang telah ditentukan sebelumnya. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem yang lebih besar. Subsistem menjalankan peran yang lebih terspesialisasi jika dibandingkan dengan peran sistemnya. Subsistem mempunyai hubungan timbal balik dan diorganisasikan untuk saling bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan khusus yang telah ditentukan sebelumnya. Definisi ini lebih banyak diterima karena kenyataannya suatu sistem dapat terdiri dari beberapa subsistem. Karakteristik yang ada pada sistem secara umum menurut Wilkinson. 13 et.al., (2000:25) adalah sebagai berikut ini. 1. Setiap sistem berusaha mencapai suatu sasaran atau lebih dan hal itu menjadi daya motivasi untuk sistem. 2. Dalam sistem terdapat masukan - proses - keluaran. Input terdiri dari semua yang berwujud yang masuk kedalam sistem serta hal – hal yang tidak berwujud yang merupakan dampak terhadap sistem, output terdiri dari semua arus keluar atau akibat yang dihasilkan dan proses merupakan metode yang merupakan alat untuk mengkonversi input menjadi output.
xxvi
3.
Setiap sistem mempunyai lingkungan yang ada di sekitarnya.
4.
Sistem yang sangat kecil sekali terdiri dari subsistem.
5. Setiap sistem mengalami ketergantungan berganda. Di satu pihak sistem mempunyai subsistem yang saling berkaitan, tetapi di lain pihak menjadi subsistem dari sistem yang lebih besar. Hubungan subsistem, sistem dan supersistem membentuk hierarki sistem. 6. Jaringan sistem
menunjukkan
ketergantungan
antar
sistem
yang
kedudukannya setingkat dalam hierarki. 7. Maksud dari tujuan sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) dan untuk mencapai suatu sasaran (objectives). Tujuan biasanya dihubungkan dengan lingkup yang lebih luas dan sasaran dalam ruang lingkup yang lebih sempit. Menurut Bodnar dan Hopwood (2004: 1), sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi yang dikomunikasikan kepada berbagai pihak pengambil keputusan. Menurut Wilkinson et. Al., (2000: 27), sistem informasi akuntansi dalam melaksanakan aktivitas memerlukan elemen yang spesifik yang bervariasi tergantung pada tingkat otomatisasi sistem informasi akuntansi tersebut. Mulyadi (1993) menyatakan prinsip-prinsip umum yang melandasi penyusunan sistem akuntansi adalah: (a) prinsip keseimbangan antara biaya dengan
efektivitas,
(b)
prinsip
fleksibilitas
untuk
mengantisipasi
perkembangan di masa yang akan datang, (c) prinsip pengembangan internal
xxvii
yang memadai, (d) prinsip pelaporan yang efektif, (e) prinsip kesesuaian dengan struktur organisasi, sedangkan perancangan sistem akuntansi meliputi (a) analisis sistem, (b) desain sistem dan (implementasi sistem). Handayani (2007) menyatakan bahwa sistem informasi juga berperan dalam bidang akuntansi. Statement of Financial Accounting Concept No. 2, Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan akuntansi sebagai sistem informasi. Standar akuntansi keuangan tersebut juga menyebutkan bahwa tujuan utama akuntansi adalah untuk menyediakan informasi bagi pengambil keputusan. Sistem informasi akan memberikan kemudahaan bagi para akuntan manajemen untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, dapat dipahami dan teruji sehingga akan membantu pengambilan keputusan. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) baru-baru ini telah membuat sertifikasi baru yaitu Certified Information Technology Professional (CITP). CITP mendokumentasikan keahlian sistem para akuntan yaitu akuntan yang memiliki pengetahuan luas di bidang teknologi informasi dan yang memahami bagaimana teknologi informasi dapat digunakan dalam berbagai organisasi. Hal ini mencerminkan pengakuan AICPA atas pentingnya teknologi atau sistem informasi dan hubungannya dengan akuntansi. Pada dasarnya sistem informasi telah diimplementasikan di banyak perusahaan dengan biaya yang besar, namun masalah yang timbul adalah penggunaan yang masih rendah terhadap sistem informasi secara kontinuous. Rendahnya penggunaan sistem informasi diidentifikasikan sebagai penyebab utama yang mendasari
xxviii
terjadinya productivity paradox yaitu investasi yang mahal di bidang sistem tetapi menghasilkan return yang rendah. Dari beberapa teori dan hasil penelitian sebelumnya tentang akuntansi dan sistem informasi akuntansi, maka peneliti menilai bahwa sistem dan teknologi informasi berperan penting dalam aktivitas operasional perusahaan/ organisasi. Sistem dan teknologi informasi sangat berperan dalam bidang akuntansi untuk menyediakan informasi bagi pengambil keputusan, sehingga apabila sistem dan teknologi informasi baik akan dapat meningkatkan kinerja organisasi dan sekaligus mampu mencegah dan mendeteksi kesalahan dalam aktivitas
operasi
perusahaan/
organisasi.
Dengan
demikian
adanya
pemanfaatan sistem dan teknologi informasi maka perusahaan/organisasi publik/ pemerintahan akan dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien. B. Pelaporan Keuangan Suwardjono (2005) menyatakan bahwa pelaporan keuangan adalah struktur dan proses yang menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan yang pada gilirannya akan membantu pencapaian tujuan ekonomik dan sosial negara. Pelaporan keuangan sebagai sistem nasional merupakan hasil dari proses perekayasaan akuntansi. Pelaporan keuangan memiliki tujuan yang bersifat fungsional. Tujuan fungsional pelaporan keuangan adalah masyarakat atau organisasi secara keseluruhan tanpa memperhatikan tujuan atau motivasi dari masing-masing individu didalamnya. Tujuan individu tidak dapat diamati sedangkan tujuan fungsional dapat diidentifikasi dengan mengamati
xxix
konsekuensi-konsekuensi dari kegiatan masyarakat yang nyata terjadi. Tujuan fungsional akuntansi terdiri dari satu atau beberapa tujuan yang berkaitan, antara lain : mengalokasikan sumber daya ekonomi secara efisien, membantu perusahaan untuk dapat memperoleh dana untuk ekspansi, membantu pemerintah untuk menarik pajak secara adil dan efisien, membantu para manajer dalam keputusan investasi, mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara, memfasilitasi fungsi dan pengendalian sosial, mengarahkan perilaku manajer untuk mengambil keputusan yang selaras dengan tujuan sosial dan ekonomi negara dan mengurangi serta mencegah konflik kepentingan antara manajer, auditor dan pemegang saham. Menurut FASB (2001), tujuan utama pelaporan keuangan dalam kerangka konseptual FASB adalah: 1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam membuat keputusan-keputusan investasi, kredit, dan semacamnya yang rasional. Informasi harus terpahami bagi mereka yang mempunyai pengetahuan yang memadai tentang berbagai kegiatan bisnis dan ekonomi. 2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai (assessing) jumlah, saat terjadi, dan ketidakpastian penerimaan kas mendatang (prospective cash receipts) dari dividen atau bunga dan pemerolehan kas (proceeds) mendatang dari penjualan,
xxx
penebusan, atau jatuh temponya sekuritas atau pinjaman. Dengan cara lain, pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan kreditor dan pemakai lain dalam menilai (assessing) jumlah saat terjadi, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha bersangkutan. 3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomik suatu badan usaha, klaim terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban badan usaha untuk mentransfer sumber daya ekonomik ke entitas lain dan ekuitas pemilik), dan akibat-akibat dari transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya badan usaha dan klaim terhadap sumber daya tersebut. FASB (2001) juga menyebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan untuk organisasi non bisnis memiliki karakteristik tersendiri. Tujuan utama pelaporan keuangan organisasi non bisnis yaitu pelaporan keuangan organisasi non bisnis harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para penyedia dana dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam membuat keputusan-keputusan rasional tentang alokasi dana ke organisasi tersebut. Sedangkan tujuan spesifik untuk organisasi non bisnis antara lain : 1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para penyedia dana dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai
(assessing)
jasa-jasa
yang
disediakan
organisasi
kemampuannya untuk terus menyediakan jasa-jasa tersebut.
xxxi
dan
2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para penyedia dana dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai (assessing) bagaimana para manajer organisasi non bisnis telah melaksanakan tanggung jawab kepengurusannya dan aspek-aspek lain kinerjanya. 3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya, kewajiban, dan sumber daya (aset) bersih organisasi, dan akibat-akibat dari transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya dan hak atas sumber daya tersebut. 4. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang
kinerja
organisasi selama satu periode. Pengukuran periodik perubahan-perubahan jumlah dan sifat aset bersih organisasi non bisnis dan informasi tentang upaya-upaya dan hasil jasa (service efforts and accomplishments) organisasi secara bersama menunjukkan informasi yang paling bermanfaat dalam menilai kinerja organisasi. 5. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang bagaimana organisasi mendapatkan dan membelanjakan kas atau sumber likuid lain, tentang pinjaman dan pelunasannya, dan tentang faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi. 6. Pelaporan
keuangan
harus
mencakupi
interpretasi-interpretasi untuk membantu informasi keuangan yang disediakan.
xxxii
penjelasan-penjelasan
dan
para pemakai memahami
Catrinasari (2006) menyatakan bahwa pelaporan keuangan merupakan cara lain dari laporan keuangan untuk menyampaikan informasi-informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai sumber daya yang dimiliki serta kinerja kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut. Pelaporan keuangan mempunyai pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan laporan keuangan. Apabila laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan, maka dalam pelaporan keuangan tidak hanya laporan keuangan tetapi semua informasi yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi yaitu informasi tentang sumber daya perusahaan, hutang, earnings, dan sebagainya. Unsur utama dalam pelaporan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan akhir dari proses akuntansi yang dirancang untuk memberikan informasi kepada calon investor, calon kreditor, pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan bisnis. Bagi pihak manajemen laporan keuangan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam menetapkan rencana kegiatan perusahaan untuk periode yang akan datang. Dari beberapa teori dan hasil penelitian sebelumnya tentang pelaporan keuangan, maka peneliti menilai bahwa pelaporan keuangan adalah merupakan bentuk tanggungjawab manajemen atas pengelolaan sumber daya yang ada dalam organisasi. Hal yang disajikan dalam pelaporan keuangan akan dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang
xxxiii
berkepentingan. Dengan demikian pelaporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatifnya yang diantaranya adalah ketepatwaktuan dan relevansi. Selain itu, pelaporan keuangan apabila diungkapkan tepat waktu maka sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Dalam sektor publik, pelaporan
keuangan
merupakan
media
pertanggungjawaban
terhadap
masyarakat atas pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah.
C. Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah 1. Pengertian Pelaporan keuangan pemerintah daerah pada dasarnya merupakan asersi dari pihak manajemen pemerintah yang menginformasikan kepada pihak lain, yaitu para pemangku kepentingan (stakeholder), tentang kondisi keuangan
pemerintah
(Indriasari
dan
Ertambang,
2007).
Dengan
diberlakukannya paket Undang-Undang bidang keuangan negara (UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara
dan
UU
No
15
tentang
Pemeriksaan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara), tata cara pelaporan keuangan pemerintah yang dirasakan kurang transparan dan akuntabel telah berubah, karena sebelumnya laporan keuangan tersebut belum sepenuhnya disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang sejalan dengan standar akuntansi sektor publik yang diterima secara internasional. Sejak saat itulah, keseluruhan proses pelaporan keuangan pemerintah mengacu pada standar akuntansi pemerintahan. Standar akuntansi pemerintahan tersebut sesuai
xxxiv
dengan ketentuan Pasal 32 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menjadi acuan bagi Pemerintah Pusat dan seluruh Pemerintah Daerah di dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan. Salamun (2007) menyatakan bahwa asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, asumsi dasar tersebut meliputi asumsi kemandirian entitas, asumsi kesinambungan entitas dan asumsi keterukuran dalam satuan uang. Pelaporan keungan sektor publik juga disusun atas dasar prinsip-prinsip pelaporan. Prinsip pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Berikut ini prinsip-prinsip yang digunakan dalam pelaporan keuangan pemerintah : prinsip nilai historis, prinsip realisasi, prinsip substansi mengungguli bentuk formal, prinsip periodisitas, prinsip konsistensi, prinsip pengungkapan lengkap dan prinsip penyajian wajar.
2. Entitas Pelaporan Salamun (2007) menyatakan bahwa unit pemerintahan Pengguna Anggaran yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan disebut sebagai Entitas Akuntansi. Bendahara Umum Daerah dan setiap Pengguna Anggaran di lingkungan pemerintah daerah
xxxv
merupakan Entitas Pelaporan. Unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas
akuntansi
yang
berkewajiban
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan disebut sebagai Entitas Pelaporan. Jadi, laporan keuangan yang disajikan oleh Entitas Pelaporan merupakan gabungan dari laporan keuangan beberapa Entitas Akuntansi. Disebutkan bahwa dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset,
yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk
pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan lainnya. Berkaitan dengan entitas pelaporan, Halim (2007) menyebutkan bahwa pada ketentuan terdahulu terdapat dua pilihan bagi pemerintah daerah dalam menentukan entitas pelaporan, yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi pelaporan keuangan pemerintah daerah. Namun, saat ini pemerintah daerah diwajibkan menggunakan sistem desentralisasi dalam pelaporan keuangannya, sehingga baik satuan kerja maupun bagian keuangan pemerintah daerah melaksanakan akuntansi. Satuan kerja melaksanakan akuntansi terhadap transaksi ekonomi (dan menghasilkan laporan keuangan) yang terjadi pada bagiannya,
dan
bagian
keuangan
akan
menggabungkan
atau
mengkonsolidasikan laporan keuangan semua satuan kerja (termasuk bagian keuangan itu sendiri) untuk disusun menjadi laporan keuangan pemerintah daerah secara keseluruhan.
xxxvi
Salamun (2007) menyatakan untuk meningkatkan keterandalan Laporan Keuangan dan Kinerja, setiap Entitas Pelaporan dan Akuntansi wajib menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Dalam Sistem Pengendalian Intern ini harus diciptakan prosedur rekonsiliasi antara data transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran dengan data transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD). Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada pemerintah daerah melakukan reviu atas Laporan Keuangan dan Kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan oleh Gubernur/Bupati/Walikota kepada pihak-pihak terkait.
3. Peran dan Tujuan Pelaporan Keuangan Salamun (2007) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi (pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan) dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan
xxxvii
efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyebutkan bahwa setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan, secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan, untuk kepentingan: (a). Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. (b). Manajemen Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan, sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat. (c). Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui
secara
terbuka
dan
menyeluruh
atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundangundangan.
xxxviii
(d). Keseimbangan Antar generasi Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. Pelaporan keuangan pemerintah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik. Kelompok pengguna laporan keuangan pemerintah meliputi: lembaga pemerintah, investor dan kreditor, penyedia sumber daya, badan pengawas, dan konstituen (Mardiasmo, 2007). Pengelompokan yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Bastian (2001) yaitu: legislatif dan manajemen pemerintah, masyarakat, investor dan kreditor, institusi internasional, pengamat, dan aparat pemerintah. Untuk menyederhanakan dan menyamakan persepsi tentang kelompok pengguna laporan keuangan ini, kita gunakan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai acuan, yang menyebutkan kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas, yaitu: masyarakat, para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman serta pemerintah.
4. Komponen Pelaporan Keuangan
xxxix
Pelaporan keuangan pokok yang harus dibuat oleh pemerintah pusat meliputi laporan keuangan dan laporan kinerja. Sebagaimana tercantum dalam pasal 30 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, laporan keuangan meliputi : 1). Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan
sumber
daya
ekonomi
yang
dikelola oleh
pemerintah
pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang - kurangnya unsurunsur sebagai berikut: a. Pendapatan b. Belanja c. Transfer d. Surplus/defisit e. Pembiayaan f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. 2). Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca
xl
mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut: a. Kas dan setara kas b. Investasi jangka pendek c. Piutang pajak dan bukan pajak d. Persediaan e. Investasi jangka panjang f. Aset tetap g. Kewajiban jangka pendek h. Kewajiban jangka panjang i. Ekuitas dana. 3). Laporan Arus Kas Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non-keuangan, pembiayaan, dan non-anggaran. Laporan arus kas berguna terutama sebagai : a. Indikator terhadap jumlah arus kas di masa yang akan datang dan menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya; b. Alat pertanggungjawaban dalam pengelolaan kas ; c. Media evaluasi bagi pembaca laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pemerintahan dan struktur keuangan yang bersangkutan.
xli
4). Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan itu sendiri. Penyajian catatan ini dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami secara lebih baik oleh pembaca laporan yang tidak terbatas oleh pembaca tertentu. Tujuannya adalah untuk menghindari kesalahpahaman diantara pembaca laporan karena mungkin saja diantara pembaca yang mempunyai latar belakang yang berbeda dapat menafsirkan pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan dengan persepsinya masing-masing. Salamun
(2007)
menyatakan
bahwa
dalam
rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, Pemerintah Daerah tidak hanya diwajibkan untuk menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan, tetapi juga harus membuat Laporan Kinerja, yang berisi ringkasan tentang keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan APBD. Laporan Kinerja dihasilkan dari suatu sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (yang dikembangkan secara terintegrasi dengan sistem perencanaan, sistem penganggaran, sistem perbendaharaan, dan Sistem Akuntansi Pemerintahan) yang diselenggarakan oleh masing-masing Entitas Pelaporan dan/atau Entitas Akuntansi. Berdasarkan kajian teori dan ketentuan penyelenggaraan pemerintahan tersebut diatas, maka selain laporan kinerja, Pemerintah Daerah (gubernur/ bupati/ walikota selaku wakil pemerintah daerah dalam
xlii
kepemilikan kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan) juga harus menyusun ikhtisar laporan keuangan Perusahaan Daerah
D. Teknologi
Informasi
Kaitannya
dengan
Keterandalan
dan
Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Lestari dan Zulaikha (2007) menyatakan bahwa perkembangan teknologi informasi saat ini banyak memberikan kemudahan pada berbagai aspek kegiatan bisnis. Teknologi informasi merupakan bagian dari sistem informasi dan teknologi informasi merujuk pada teknologi yang digunakan dalam menyampaikan maupun mengolah informasi. Teknologi informasi telah membawa perubahan yang sangat mendasar bagi organisasi baik swasta maupun organisasi publik. Oleh karena itu, teknologi informasi menjadi suatu hal yang sangat penting dalam menentukan daya saing dan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kinerja bisnis di masa mendatang. Sumber daya teknologi informasi menjadi sebuah pertimbangan bagi para manajer dan konsultan dalam menentukan keberhasilan perusahaan di masa mendatang. Handayani (2007) menyatakan bahwa informasi yang berkualitas akan terbentuk dari adanya sistem informasi yang dirancang dengan baik. Sistem informasi diadakan untuk menunjang aktifitas usaha di semua tingkatan organisasi. Penggunaan sistem informasi mencakup sampai ke tingkat operasional untuk meningkatkan kualitas produk serta produktivitas operasi. Oleh karena itu sistem informasi harus dapat diterima dan digunakan oleh
xliii
seluruh karyawan dalam organisasi sehingga investasi yang besar untuk pengadaan sistem informasi akan diimbangi pula dengan produktivitas yang besar pula. Seorang individu akan mau memanggunakan sebuah sistem informasi apabila indivu tersebut merasa memperoleh manfaat dari keberadaan sistem informasi. Perkembangan sistem informasi dalam organisasi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan teknologi informasi. Teknologi informasi dalam penelitian ini adalah semua aspek yang berkaitan dengan perubahan cara kerja dari yang semula dilakukan secara manual menuju sistem yang terkomputerisasi. Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro), perangkat lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi informasi. Teknologi informasi selain sebagai teknologi komputer (hardware dan software) untuk pemrosesan dan penyimpanan informasi, juga berfungsi sebagai teknologi komunikasi untuk penyebaran informasi. Komputer sebagai salah satu komponen dari teknologi informasi merupakan alat yang bisa melipat-gandakan kemampuan yang dimiliki manusia dan komputer juga bisa mengerjakan sesuatu yang manusia mungkin tidak mampu melakukannya. (Wilkinson et. al., 2000). Mengelola teknologi informasi dengan demikian bukan hanya mengelola hardware dan software saja melainkan harus juga mengelola voice mail, electronic mail, groupware system yang memungkinkan pegawai melakukan komunikasi dan membagi informasi dengan pegawai dan pihak lain dalam suatu jaringan tertentu. Mengelola teknologi informasi berarti juga mengelola
xliv
jaringan supplier dan customers baik dalam jaringan intranet maupun jaringan melalui internet (Indriasari dan Ertambang, 2007). Hussein et. Al., (2005) menyatakan
pengembangan
e-Government
merupakan
sebuah
proses
transformasi dari manual ke elektronik, maka dibutuhkan upaya-upaya sistematis yang menyangkut subyek, obyek dan metoda yang terkait dengan proses transformasi tersebut. Proses transformasi ini mengacu pada tiga hal, yaitu perundang-undangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, kondisi saat ini dan pengaruh lingkungan yang bersumber pada tuntutan layanan publik dan kemajuan teknlogi informasi dan komunikasi. Menurut Wilkinson et. Al.,
(2000) yang lebih penting dari semua
perubahan kerja dari manual menjadi sistem yang terkomputerisasi ini adalah peningkatan dalam hal: 1. pemrosesan transaksi dan data lainnya lebih cepat, 2. keakurasian dalam perhitungan dan pembandingan lebih besar, 3. kos pemrosesan masing-masing transaksi lebih rendah, 4. penyiapan laporan dan output lainnya lebih tepat waktu, 5. tempat penyimpanan data lebih ringkas dengan aksesibilitas lebih tinggi ketika dibutuhkan, 6. pilihan pemasukan data dan penyediaan output lebih luas/banyak, dan 7. produktivitas lebih tinggi bagi karyawan dan manager yang belajar untuk menggunakan komputer secara efektif dalam tanggung jawab rutin dan pembuatan keputusan.
xlv
Lestari dan Zulaikha (2007) menyatakan bahwa pengaturan dan pengelolaan teknologi informasi dalam perusahaan yang unit-unit bisnisnya terintegrasi memiliki implikasi penting bagi kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Penggunaan teknologi informasi dalam menjalankan pekerjaan, penggunaaan teknologi informasi dalam pembuatan strategi serta penggunaan teknologi dalam pengelolaan sumber daya manusia diharapkan akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam konteks pemerintahan daerah, penggunaan teknologi informasi diharapkan mampu meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah termasuk juga dalam penyusunan pelaporan keuangan. Agar manfaat dan tujuan penyajian laporan keuangan pemerintah dapat dipenuhi maka informasi yang disajikan harus merupakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Bahwa informasi harus bermanfaat bagi para pemakai, maka sama saja dengan mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai (Suwardjono, 2005). Beberapa definisi dan rumusan kualitas informasi tersaji pada tabel berikut ini. Tabel II.1 Definisi dan Rumusan Kualitas Informasi FASB Kriteria Kebermanfaatan/ Kualitas Informasi: (Suwardjono, 2005) 1. Kualitas Primer - Keberpautan/relevansi * Nilai balikan * Nilai prediktif * Ketepatwaktuan - Keterandalan/reliabilitas * Keterujian * Ketepatan penyimbolan 2. Kualitas Sekunder - Keterbandingan - Konsistensi - Kenetralan
xlvi
Wilkinson et. al., (2000)
PP 24 Tahun 2005
- Nilai informasi = Manfaat - kos - Informasi bernilai jika dapat mengurangi ketidakpastian pengguna ketika berada dalam situasi keputusan tertentu. - Definisi kualitatif sulit diterapkan, karenanya perlu mempertimbangkan pendekatan kuantitatf salahsatunya information economics approach - Nilai informasi dipengaruhi oleh kualitas informasi yaitu : relevan, akurat, tepatwaktu, ringkas, jelas, dapat dikuantifikasi, dan konsisten Karakteristik kualitatif didefinisikan sebagai ukuranukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Ukuran-ukuran normatif tersebut : 1. Relevan (feedback value, predictive value, tepatwaktu, lengkap) 2. Andal (penyajian jujur, dapat diverifikasi, netralitas) 3. Dapat dibandingkan 4. Dapat dipahami
Sebagai aspek pendukung keberpautan, ketepatwaktuan adalah tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada saat dibutuhkan sebelum informasi tersebut kehilangan kekuatan untuk mempengaruhi keputusan. Sedangkan keterandalan adalah kemampuan informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. Dalam hal tertentu, mengejar keberpautan dan ketepatwaktuan untuk mencapai kebermanfaatan harus dibarengi dengan mengorbankan kualitas lain yaitu keakuratan/presisi (accuracy/precision) atau keterandalan. Jadi terdapat saling korban (trade-off) antara ketepatwaktuan dan keterandalan/reliabilitas untuk mendapatkan kebermanfaatan. Namun, walaupun berkurangnya reliabilitas berakibat berkurangnya
kebermanfaatan,
dimungkinkan
untuk
mempercepat
ketersediaan data secara aproksimasi tanpa mempengaruhi reliabilitas secara material. Dengan begitu ketepatwaktuan dengan aproksimasi justru akan meningkatkan kebermanfaatan secara keseluruhan (Suwardjono, 2005).
xlvii
Dalam hubungannya dengan sistem informasi akuntansi, komputer akan meningkatkan kapabilitas sistem. Ketika komputer dan komponen-komponen yang berhubungan dengan teknologi informasi diintegrasikan ke dalam suatu sistem informasi akuntansi, tidak ada aktivitas umum yang ditambah atau dikurangi. Sistem informasi akuntansi masih mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data. Sistem masih memasukkan pengendalian-pengendalian atas keakurasian data. Sistem juga menghasilkan laporan-laporan dan informasi lainnya. Hanya saja pengkomputerisasian sistem informasi akuntansi seringkali mengubah karakter aktivitas. Data mungkin dikumpulkan dengan peralatan khusus. Catatan akuntansi menggunakan lebih sedikit kertas. Kebanyakan, jika tidak semuanya, tahapan-tahapan pemrosesan dilakukan secara otomatis. Output lebih rapi, dalam bentuk yang lebih bervariasi, dan lebih banyak serta dapat didistribusikan kepada orang lain lewat LAN. Dengan penggunaan teknologi informasi diharapkan kinerja aparat pemerintah menjadi lebih cepat. Keterlibatan teknologi informasi dalam penyusunan pelaporan keuangan daerah diharapkan mampu mengurangi terjadinya kesalahan serta meningkatkan kualitas pelaporan keuangan. (Indriasari dan Ertambang, 2007). Berdasar hal tersebut Peneliti menduga penggunaan teknologi informasi akan mampu meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah termasuk juga dalam menyusun pelaporan keuangan. Penggunaan teknologi informasi diharapkan mampu meningkatkan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan terutama berkaitan dengan aspek keterandalan dan ketepatwaktuan penyampaian pelaporan keuangan.
xlviii
Jurnali dan Supomo (2002) menyatakan penggunaan komputer memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan terutama bekaitan dengan aspek efisiensi dan efektivitas. Proses perubahan cara kerja manual ke dalam sistem yang terkomputerisasi diharapkan akan membuat pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat sehingga kinerja organisasi secara keseluruhan dapat meningkat. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah disebutkan bahwa untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan
kemajuan
teknologi
informasi
untuk
meningkatkan
kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada pelayanan publik. Lestari dan Zulaikha (2007) menyatakan teknologi informasi dapat dijadikan sebagai mekanisme koordinasi lintas unit dan berpengaruh terhadap proses yang ada dalam organisasi. Dengan penggunaan teknologi diharapkan kondinasi antar unit dalam organisasi dapat berjalan dengan cepat dan tepat sehingga kinerja organisasi secara umum dapat meningkat. Dewi dan Gudono (2007) menyatakan penggunaan teknolgi informasi dalam akuntansi diharapkan dapat meningkatkan kinerja para akuntan dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat menyusun laporan keuangan dengan cepat serta dengan data yang akurat.
xlix
Berdasarkan beberapa kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya tentang teknologi informasi
kaitannya dengan keterandalan dan ketepat-
waktuan pelaporan keuangan, maka peneliti menduga bahwa terdapat pengaruh penggunaan teknologi informasi terhadap aspek keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pada sektor publik.
E. Sistem Pengendalian Intern Akuntansi Pemerintah Kaitannya dengan Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Arens et. al., (2003 : 432) mendefinisikan pengendalian intern sebagai sebuah proses yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang layak mengenai pencapaian sasaran manajemen dalam beberapa kategori antara lain: 1). keandalan laporan keuangan, 2). efektivitas dan efisiensi dari operasional serta 3). pemenuhan dengan kebutuhan hukum dan peraturan yang bisa ditetapkan. Pada intinya pengendalian intern merupakan sistem yang dirancang untuk menyelaraskan aktivitas perusahaan dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan. Hal tersebut penting agar kelangsungan hidup perusahaan dapat terus terjaga. Mulyadi (2001:104) menyebutkan bahwa pengendalian intern dibagi menjadi dua macam, yaitu pengendalian intern akuntansi (internal accounting control) dan pengendalian intern administrasi (internal administration control). Pengendalian intern akuntansi meliputi kebijakan dan prosedur terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, sedangkan pengendalian administrasi meliputi
l
kebijakan dan prosedur terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen. Wilkinson et. al., (2000) menyebutkan subkomponen dari aktivitas pengendalian yang berhubungan dengan pelaporan keuangan adalah (1) perancangan yang memadai dan penggunaan dokumen-dokumen dan catatan-catatan bernomor; (2) pemisahan tugas; (3) otorisasi yang memadai atas transaksi-transaksi; (4) pemeriksaan independen atas kinerja; dan (5) penilaian yang sesuai/tepat atas jumlah yang dicatat. Mahmudi (2007) menyebutkan komponen penting yang terkait dengan pengendalian intern akuntansi antara lain sebagai berikut: 1. Sistem dan prosedur akuntansi. Sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian tahap dan langkah yang harus dilalui dalam melakukan fungsi akuntansi tertentu. Sistem dan prosedur akuntansi pemerintah daerah paling sedikit meliputi (pasal 98 PP Nomor 58 tahun 2005): (1) sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas; (2) sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas; (3) sistem dan prosedur akuntansi aset; dan (4) sistem dan prosedur akuntansi selain kas. 2. Otorisasi. Otorisasi dalam sistem akuntansi pemerintah daerah sangat penting karena tanpa sistem otorisasi yang baik, maka keuangan daerah sangat berisiko untuk terjadi kebocoran. Sistem otorisasi menunjukkan ketentuan tentang orang atau pejabat yang bertanggung jawab mengotorisasi suatu transaksi yang terjadi di pemerintah daerah. Otorisasi tersebut bisa berbentuk
li
kewenangan dalam memberikan tanda tangan pada formulir dan dokumen tertentu. Tanpa otorisasi dari pihak yang berwenang maka transaksi tidak dapat dilakukan, atau kalaupun ada transaksi tanpa otorisasi maka transaksi tersebut dikategorikan tidak sah atau ilegal. 3. Formulir, dokumen, dan catatan. Setiap transaksi yang terjadi di pemerintah daerah harus didukung dengan bukti transaksi yang valid dan sah. Selain terdapat bukti yang valid dan sah, transaksi tersebut harus dicatat dalam buku catatan akuntansi. Kelengkapan formulir dan dokumen transaksi serta catatan akuntansi sangat penting dalam proses audit keuangan. 4. Pemisahan tugas. Fungsi-fungsi atau pihak-pihak yang terkait dalam suatu transaksi dalam suatu transaksi harus dipisahkan. Suatu transaksi dari awal hingga akhir tidak boleh ditangani oleh satu fungsi atau satu orang saja. Harus dipisahkan antara fungsi pencatat uang serta pengotorisasi. Harus dilakukan pemisahan tugas secara tegas dengan deskripsi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang jelas dalam rangka menghindari terjadinya kolusi, kecurangan, dan korupsi.
Menurut Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintahan, menjelaskan tentang beberapa poin penting berkaitan dengan sistem pengendalain intern, antara lain :
lii
1. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. 2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah 3. Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. 4. SPIP terdiri atas unsur. a. lingkungan pengendalian; b. penilaian risiko; c. kegiatan pengendalian; d. informasi dan komunikasi; dan e. pemantauan pengendalian intern 5. Kegiatan pengendalian sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. review atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan; b. pembinaan sumber daya manusia; c. pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
liii
d. pengendalian fisik atas aset; e. penetapan dan review atas indikator dan ukuran kinerja; f. pemisahan fungsi; g. otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; h. pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas i. transaksi dan kejadian; pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; j. akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan k. dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting Catrinasari (2006) menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada pemakainya yang erat kaitannya dengan teori keagenan (agency theory). Nilai dari ketepatwaktuan pelaporan keuangan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut. Sebaliknya, manfaat laporan keuangan akan menjadi berkurang apabila laporan tersebut tidak disampaikan dengan tepat waktu. Ketepatwaktuan menunjukan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan dengan frekuensi pelaporan, apabila informasi tidak disampaikan dengan tepat waktu maka menyebabkan nilai dari informasi tersebut berkurang dalam pengambilan keputusan. Pengendalian intern menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan proses yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian tujuan
liv
pemerintah daerah yang tercermin dari keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan serta dipatuhinya peraturan perundang-undangan. Ada tiga fungsi yang terlihat dari definisi tersebut yaitu:(a) keterandalan pelaporan keuangan, (b) efisiensi dan efektivitas operasi, dan (c) kepatuhan terhadap ketentuan dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Penyimpangan dan kebocoran yang masih ditemukan di dalam laporan keuangan menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut belum memenuhi karakteristik/nilai informasi yaitu keterandalan. Bila dikaitkan dengan penjelasan mengenai pengendalian intern akuntansi, maka penyebab ketidakandalan laporan keuangan tersebut merupakan masalah yang berhubungan dengan pengendalian intern akuntansi. Sehingga apabila pengendala intern berjalan dengan baik, keterandalam pelaporan kuangan akan meningkat. Selain itu, pengendalain intern yang baik akan membuat setiap proses dalam penyusunan pelaporan keuangan berjalan sesuai dengan prosedur sehingga pelaporan keuangan diharapkan dapat disampaikan tepat waktu. Dewi dan Gudono (2007) menyatakan semakin tergantungnya organisasi kepada sistem informasi komputerisasian, membuka sumbersumber baru bagi kerawanan pengendalian dan ancaman keamanan terhadap organisasi. Oleh karena itu peningkatan penggunaan teknologi informasi harus diikuti dengan peningkatan kaulitas sistem pengendalian intern yang memadai. Dalam konteks penyusunan laporan keuangan, sistem pengendalian inern yang baik menunjukan bahwa proses penyusunan laporan keuangan telah dilakukan
lv
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Sehingga kualitas pelaporan keuangan berkaitan dengan kualitas informasi yaitu keterandalan dan revelansi dapat meningkat seiring dengan peningkatan sistem pengendalian intern perusahaan. Catrinasari (2006) menyatakan bahwa informasi dalam pelaporan keuangan akan dapat bermanfaat bagi para penggunanya apabila disampaikan dengan tepat waktu. Primastuti (2008) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern dikatakan efektif apabila sistem pengendalian tersebut telah dirancang dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, apabila sistem pengendalian intern perusahaan berjalan dengan baik, apabila dikaitkan dengan proses penyusunan pelaporan keuangan maka pelaporan keuangan akan lebih cepat dan kaulitas informasi yang dihasilkan juga lebih baik karena disusun oleh sistem yang berkualitas.
Berdasarkan beberapa kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya tentang sistem pengendalian intern akuntansi pemerintah kaitannya dengan keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengendalian intern harus dirancang dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan secara konsisten.
F. Karangka Pemikiran
lvi
Berdasarkan
pada telaah literatur dan beberapa hasil penelitian
sebelumnya, maka kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar II.1 Model Pengaruh Pemanfataan Teknologi Informasi, dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Pemanfataan Teknologi Informasi
Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Pengendalian Intern Akuntansi
Variabel independen : Pemanfataan Teknologi Informasi, Pengendalian Intern Akuntansi Variabel dependen
: Keterandalan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Gambar II.2 Model Pengaruh Pemanfataan Teknologi Informasi dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Pemanfataan Teknologi Informasi
Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
lvii
Pengendalian Intern Akuntansi
Variabel independen
:
Pemanfataan Teknologi Informasi, Pengendalian Intern Akuntansi
Variabel dependen
:
Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
G. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi dengan Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Jurnali dan Supomo (2002) menyatakan pemanfaatan teknologi informasi
akan
berpengaruh
terhadap
perilaku
berkaitan
dengan
penggunaan teknologi tersebut dalam menyelesaikan tugas. Komputer sebagai bagian dari teknologi informasi membawa perubahan besar bagi organisasi dalam menjalankan aktivitasnya. Penggunaan komputer memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan terutama berkaitan dengan aspek efisiensi dan efektivitas. Proses perubahan cara kerja manual ke dalam sistem yang terkomputerisasi diharapkan akan membuat pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat sehingga kinerja organisasi secara keseluruhan dapat meningkat. Perkembangan teknologi informasi tidak hanya dimanfaatkan pada organisasi bisnis tetapi juga pada organisasi sektor publik, termasuk
lviii
pemerintahan. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah disebutkan bahwa untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan
Daerah
kepada
pelayanan
publik.
Pemerintah
perlu
mengoptimalisasi pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen dan proses kerja yang memungkinkan
pemerintahan
bekerja
secara
terpadu
dengan
menyederhanakan akses antar unit kerja Hussein et. al.,
(2005) penggunaan teknologi informasi
memberikan perubahan yang besar terhadap kinerja sektor pemerintahan. Penggunaan
fasiltas
berkaitan
dengan
teknologi
informasi
akan
berpengaruh terhadap kualitas sistem dan kualitas informasi. Kualitas sistem berkaitan dengan kemampuan sistem dalam menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi para pemakai pelaporan keuangan. Sedangkan kualitas informasi berkaitan kualitas isi dari hal yang dianggap penting
dalam pelaporan keuangan. Penggunaan teknologi informasi
diharapkan mampu meningkatkan kualiatas informasi dalam pelaporan keuangan publik. Perkembangan internet mengubah tata cara pelayanan publik menuju e-Government yang dapat memberikan pelayanan secara
lix
online kepada masyarakat. Pemanfaatan teknologi ini juga dapat berpengaruh terhadap keterandalam penyampaian informasi berkaitan dengan penggunaan dana publik (Hussein et. al., 2005). Jogiyanto (2007) menyatakan bahwa sistem informasi merupakan seperangkat komponen yang saling berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi. Proses desain sistem informasi diharapkan dapat berfungsi secara efektif. Salah satu keberhasilan dari sistem informasi adalah kemampuan menghasilkan informasi yang berkualitas. Kualitas informasi mengukur kualitas keluaran dari sistem informasi. Kualitas informasi dapat diukur dengan beberapa hal, antara lain keandalan dan akurasi, kekinian, ketepatwaktuan, keandalan, kelengkapan, ketepatan, bentuk dan relevan. Dewi dan Gudono (2007) menyatakan bahwa profesi akuntansi mendapatkan manfaat dari perkembangan teknologi informasi. Konsep paperless memberikan dampak yang besar dalam hubungan antara akuntansi dan teknologi informasi. Dengan menggunakan teknologi komputer, proses transaksi dapat dilakukan secara elektronik, bukti transaksi dapat berupa data elektronik dan pencatatannya pun dilakukan secara sistem yang terkomputerisasi. Penggunaan teknolgi informasi dalam akuntansi diharapkan dapat meningkatkan kinerja para akuntan
lx
dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat menyusun laporan keuangan dengan cepat serta dengan data yang akurat. Lestari dan Zulaikha (2007) menyatakan bahwa perkembangan teknologi informasi saat ini banyak memberikan kemudahan pada berbagai aspek kegiatan bisnis. Teknologi informasi merupakan bagian dari sistem informasi dan teknologi informasi merujuk pada teknologi yang digunakan dalam menyampaikan maupun mengolah informasi. Teknologi informasi telah membawa perubahan yang sangat mendasar bagi organisasi baik swasta maupun organisasi publik. Oleh karena itu, teknologi informasi menjadi suatu hal yang sangat penting dalam menentukan daya saing dan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kinerja di masa mendatang. Teknologi informasi dapat mendukung sistem yang berbasis knowledge dengan mengimplementasikan knowledge tersebut ke dalam rutinitas organisasi, sehingga teknologi informasi tersebut dapat meningkatkan integrasi dan penggunaan knowledge. Teknologi informasi dapat dijadikan sebagai mekanisme koordinasi lintas unit dan berpengaruh terhadap proses yang ada dalam organisasi. Indriasari dan Ertambang (2007) menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi dalam sektor publik akan berdampak terhadap cara kerja
aparat
pemerintah.
Penggunaan
teknologi
informasi
akan
meningkatan kualitas informasi yang dihasilkan dari proses penyusunan pelaporan keuangan. Dengan teknologi informasi, penyusunan laporan
lxi
keuangan diharapkan lebih cepat dan akurat sehingga keterandalan pelaporan keuangan juga dapat meningkat. H1a:
Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Radityo dan Zulaikha (2007) menyatakan bahwa perkembangan teknologi informasi telah memberikan berbagai sarana bagi menajemen dalam mengelola bisnis dan pembuatan keputusannya. Sistem informasi yang didukung teknologi informasi dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi jika didesain menjadi sistem informasi yang efektif, yang menandakan bahwa sistem tersebut sukses. Perkembangan teknologi informasi juga berpengaruh terhadap cara kerja aparat pemerintah termasuk juga aparat pemerintah daerah. Pemerintah daerah melakukan investasi dalam jumlah yang sangat besar berkaitan dengan pemanfatan teknologi informasi. Hussein et. al., (2005) menyatakan bahwa perkembangan berbagai macam teknologi informasi terutama komputer dan internet membuat pergeseran tata cara pelayanan publik menjadi sistem online yang terkomputerisasi. Dalam hal penyusunan pelaporan keuangan organisasi telah memafaatkan berbagai software yang dapat digunakan untuk menyusunan laporan keuangan. Penggunaan software akuntansi tersebut dapat berdampak pada peningkatan kualitas terutama berkaitan dengan akurasi dan kecepatan. Dengan bantuan software serta dukungan hadrware
lxii
yang memadai, diharapkan proses penyusunan pelaporan keuangan publik sebagai bentuk tanggungjawab penggunaan dana publik dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu, perkembangan internet juga dapat mempermudah organisasi publik melakukan publikasi pelaporan keuangan dengan tepat waktu. Masyarakat dapat mengakses pelaporan keuangan organisasi publik melalui internet. Handayani (2007) menyatakan bahwa teknologi informasi merupakan bagian dari sistem informasi dalam organisasi. Sistem informasi diadakan untuk menunjang aktifitas usaha di semua tingkatan organisasi. Penggunaan sistem informasi mencakup sampai ke tingkat operasional untuk meningkatkan kualitas produk serta produktivitas operasi. Sistem informasi akan memberikan kemudahaan bagi para akuntan untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, dapat dipahami dan teruji sehingga akan membantu pengambilan
keputusan.
American
Institute
of
Certified
Public
Accountants (AICPA) baru-baru ini telah membuat sertifikasi baru yaitu Certified
Information
Technology
Professional
(CITP).
CITP
mendokumentasikan keahlian sistem para akuntan yaitu akuntan yang memiliki pengetahuan luas di bidang teknologi informasi dan yang memahami bagaimana teknologi informasi dapat digunakan dalam berbagai organisasi. Hal ini menunjukan pengakuan AICPA atas pentingnya teknologi informasi atau sistem informasi dan hubungannya dengan akuntansi
lxiii
Salamun (2007) menyatakan bahwa agar pelaporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki maka informasi yang disampaikan harus memenuhi karakteristik kualitatif dari pelaporan keuangan. Salah satu karakteristik kualitatif dari pelaporan keuangan sektor publik adalah relevansi. Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi pelaporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Salah satu ukuran dari relevansi informasi adalah informasi yang disajikan tepat waktu. Informasi yang disajikan tepat waktu diharapkan dapat memberikan manfaat lebih kepada para pengguna pelaporan keuangan. Lestari dan Zulaikha (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam organisasi diharapkan mampu meningkatkan kinerja organisasi. Salah satu manfaat utama dari penggunaan teknologi informasi dalam organisasi adalah pekerjaan yang dilakukan dengan lebih cepat. Divisi-divisi dalam organisasi diharapkan dapat menggunakan teknologi ini untuk berkomunikasi dan mempercepat proses pertukaran atau arus informasi antar divisi sehingga membuat pekerjaan menjadi lebih efektif. Berkaitan dengan aspek pencatatan dan pelapoaran, pemanfaatan teknologi informasi dalam organisasi diharapkan membuat organisasi
lxiv
dapat melakukan pencatatan transaksi dengan cepat serta dapat menghasilkan pelaporan yang lebih akurat. Salamun (2007) menyatakan bahwa salah satu azaz dalam pengelolaan keuangan daerah adalah memenuhi kriteria tertib. Azaz tertib dalam pengelolaan keuangan daerah berarti keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Handayani (2007) menyatakan bahwa penggunaan teknologi akan sangat berpengaruh penting terhadap akuntansi. Penggunaan teknologi informasi dalam organisasi diharapkan dapat menjadikan pencatatan transaksi dengan lebih cepat terutama berkaitan dengan transaksi yang jumlahnya sangat banyak dan kompleks. Teknologi informasi membantu mengumpulkan database transaksi dengan lebih mudah cepat sehingga menunjang pelaporan yang lebih cepat pula. Berdasarkan uraian tersebut diduga terdapat hubungan positif antara pemanfaatan teknologi informasi dengan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah sehingga Peneliti mengajukan hipotesis: H2a:
Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
2. Pengaruh Pengendalian Intern Akuntansi dengan Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah
lxv
Dewi dan Gudono (2007) menyatakan bahwa praktik akuntansi dalam dunia bisnis telah bergeser dan mengalami perubahan yang sangat radikal akibat kemajuan teknologi informasi. Salah satu bentuk dari perubahan
tersebut
adalah
pemindahan
catatan-catatan
transaksi
perusahaan maupun organisasi dari media kertas ke media elektronikdigital dengan bantuan komputer. Di lain pihak, semakin tergantungnya organisasi kepada sistem informasi komputerisasian, membuka sumbersumber baru bagi kerawanan pengendalian dan ancaman keamanan terhadap organisasi. Pengendalian intern berperan penting dengan keamanan data perusahaan yang merupakan alat yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan pelaporan keuangan. Arens et. al., (2003) menyatakan bahwa aktivitas pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan merupakan sebuah sistem yang dibentuk agar sebuah aktivitas yang ada dalam perusahaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tujuannya agar setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan akan sejalan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tujuan yang hendak dicapai dengan menyusun sistem pengendalian intern adalah untuk menjaga keamanan kekayaan milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, menunjukkan efisiensi dalam operasi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Pada intinya pengendalian intern merupakan sistem yang dirancang dengan tujuan menyelaraskan antara aktivitas perusahaan dengan tujuan yang ditetapkan oleh
lxvi
perusahaan. Hal tersebut penting agar kelangsungan hidup perusahaan dapat terus terjaga. Dalam konteks penyusunan laporan keuangan, sistem pengendalian inern yang baik menunjukkan bahwa proses penyusunan laporan keuangan telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Sehingga kualitas pelaporan keuangan berkaitan kualitas informasi yaitu keterandalan dan revelansi dapat meningkat seiring dengan peningkatan sistem pengendalian intern perusahaan. Wilkinson (2000) yang menyebutkan bahwa subkomponen dari aktivitas pengendalian yang berhubungan dengan pelaporan keuangan adalah berkaitan erat dengan (1) perancangan yang memadai dan penggunaan dokumen-dokumen dan catatan-catatan bernomor; (2) pemisahan tugas yang jelas dan tegas; (3) otorisasi yang memadai atas transaksi-transaksi; (4) pemeriksaan independen atas kinerja; dan (5) penilaian yang sesuai/tepat atas jumlah yang dicatat, dengan demikian pelaksanaan kegiatan pengendalian intern akuntansi dilaksanakan secara penuh dan konsisten akan berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Asmoko (2006) menyatakan bahwa dalam proses penyusunan anggaran sektor publik diperlukan sebuah sistem pengendalian intern yang efektif. anggaran menyediakan hubungan penting antara perencanaan dan pengendalian. Peran perencanaan dinyatakan dalam bentuk input yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas yang direncanakan. Peran pengendalian dilakukan dengan mempersiapkan anggaran dengan suatu
lxvii
cara yang memperlihatkan secara jelas masukan dan sumber daya yang dialokasikan kepada individu atau departemen untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pengendalian dapat dilakukan dengan membandingkan hasil yang dianggarkan dengan hasil yang diperoleh untuk menjamin bahwa tingkat pengeluaran tidak dilampaui dan tingkat aktivitas yang direncanakan tercapai. Dengan proses pengendalian intern yang baik diharapkan proses penyusunan pelaporan keuangan sektor publik lebih efektif serta memiliki tingkat keterandalan dan akuntabilitas yang tinggi. Indriasari dan Ertambang (2007) menyatakan bahwa bila dikaitkan dengan penjelasan mengenai pengendalian intern akuntansi, maka penyebab ketidakterandalan laporan keuangan tersebut merupakan masalah yang berhubungan dengan pengendalian intern akuntansi. Pengendalian intern yang baik akan mampu mencegah kesalahan dan kecurangan dalam penyusunan pelaporan keuangan sehingga semakin baik tingkat pengendalian intern akan semakin tinggi tingkat keterandalan pelaporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, Peneliti mengajukan hipotesis: H1b: Pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Catrinasari (2006) menyatakan bahwa informasi dalam pelaporan keuangan akan dapat bermanfaat bagi para penggunanya apabila
lxviii
disampaikan dengan tepat waktu. Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi yang relevan akan bermanfaat bagi para pemakai apabila tersedia tepat waktu sebelum pemakai kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Ketepatwaktuan penyampaian pelaporan keuangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya berkaitan dengan kinerja laporan keuangan yang hendak disampaikan. Faktor lain yang diduga berpegaruh adalah komitmen manajemen untuk memenuhi peraturan yang berlaku serta faktor internal berkaitan sistem kerja organisasi. Primastuti (2008) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern dikatakan efektif apabila sistem pengendalian tersebut telah dirancang dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dulu pemerintah di Indonesia menggunakan istilah pengawasan melekat (WASKAT)
untuk
pengendalian
internal.
Beberapa
peraturan
perundangundangan juga sudah dibuat terkait dengan waskat. Namun istilah pengendalian internal baru dipergunakan pada UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Namun undang-undang tersebut belum secara detail membahas tentang tata cara pelaksanaan pengendalian internal. Peraturan Pemerintah tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) baru disahkan pada tahun 2008. PP ini membahas
lxix
secara detail mengenai SPIP yang harus dilakukan oleh setiap instansi pemerintah. Berkaitan dengan pemerintah daerah, dalam pasal 134 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Gubernur/Bupati/Walikota mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendali intern (SPI) di lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya. Untuk itu, perlu dirancang suatu sistem
yang mengatur proses pengklasifikasian,
pengukuran, dan pengungkapan seluruh transaksi keuangan, sehingga dapat disusun menjadi laporan keuangan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut diserahkan kepada BPK. BPK sendiri melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian internal untuk bisa memberikan opini terhadap kinerja keuangan suatu pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menyatakan definisi Sistem Pengendalian Interna Pemerintah sebagai sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Inti dasar dari PP 60/2008 adalah terciptanya suatu sistem pengendalian intern pemerintah yang dapat mewujudkan suatu praktik-praktik good governance. Langkah pertama yang diamanahkan di dalam PP ini adalah memahami terlebih dahulu konsep dasar pengendalian intern. PP 60/2008 tentang SPIP ini sebenarnya murni mengadopsi
lxx
pendekatan dari GAO yang menginduk kepada COSO. SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan (Primastuti, 2008). Ismail dan Chandler (2002) menyatakan bahwa ketepatwaktuan penyampaian pelaporan keuangan akan berkaitan dengan penggunaan informasi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Ketapatwaktuan merupakan salah satu unsur relevansi dari rerangka konseptual FASB dari informasi akuntansi. Para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi secara tepat waktu agar dapat menentukan untuk melanjutkan atau meninjau kembali keputusan yang telah diambilnya. Handayani
(2007)
menyatakan
bahwa
organisasi
biasanya
menginvestasikan dana yang besar untuk memenuhi aspek teknologi informasi. Investasi yang besar tersebut bertujuan agar kinerja perusahaan dapat meningkat. Bagi profesi akuntan, penggunaan teknologi informasi diharapkan dapat mendukung prinsip kerja yang efektif dan efisien serta penyusunan laporan keuangan dengan lebih cepat dan akurat. Menurut PP No 60 Tahun 2008, salah satu tujuan pengendalian intern akuntansi pemerintahan adalah penyajian pelaporan akuntansi secara tepat waktu. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu bertujuan agar tersedia informasi yang relevan dan terpercaya untuk pengambilan keputusan.
Penyajian
serta
tepat
lxxi
waktu
pelaporan
keuangan
memungkinkan pimpinan instansi pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya. Salamun (2007) ketepatwaktuan dapat dipengaruhi berbagai macam aspek, salah satunya kemampuan sistem akuntansi. Sistem akuntansi yang baik memiliki pengendalian intern yang baik pula. Pengendalian intern ini diharapkan mampu mencegah terjadinya kesalahan dalam proses akuntansi serta dapat memberikan perlindungan bagi data organisasi dari ancaman sabotase sistem. Pengendalian intern disusun agar pelaporan keuangan dapat memenuhi asas ketertiban. Perwujudan dari asas ketertiban tersebut adalah penyampaian pelaporan keuangan secara tepat waktu. Berdasarkan uraian tersebut, Peneliti mengajukan hipotesis: H2b:
Pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
BAB III METODA PENELITIAN
A. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data akan dilakukan melalui survei kuesioner yang diantar dan diambil sendiri oleh peneliti terhadap bagian akuntansi/penatausahaan
lxxii
keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). SKPD ini meliputi Dinas, Badan, Kantor, dan Bagian.
B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah bagian akuntansi/penatausahaan keuangan pada semua SKPD yang ada di Kabupaten Sragen. Sampel diambil dengan metoda secara purposive sampling method. Purposive sampling method digunakan karena informasi yang akan diambil berasal dari sumber yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti (Sekaran, 2003). Kriteria responden dalam penelitian ini adalah para pegawai yang melaksanakan fungsi akuntansi/tata usaha keuangan pada SKPD. Responden dalam penelitian ini adalah kepala Tata Usaha atau Sekretaris dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha/ Umum/ Keuangan dan Staf Pengurus/ Bendahara Barang. Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kab. Sragen Nomor 10 Tahun 2008, Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sragen, terdiri atas: Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Satpol PP, Dinas Daerah (14 Dinas), Lembaga Teknis Daerah (9 Badan) dan 4 kantor serta 1 buah RSUD. 60 Perangkat daerah sebagaimana dimaksud dalam Perda Nomor 10 Tahun 2008, secara garis besar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Sragen, terdiri atas : 1. Sekretariat Daerah termasuk didalamnya Staf Ahli Bupati 2. Sekretariat DPRD
lxxiii
3. Inspektorat Kabupaten 4. Dinas Daerah 5. Lembaga Teknis Daerah 6. Kecamatan 7. Kelurahan 8. Satuan Polisi Pamong Praja.
Perincian SKPD yang berada di Kabupaten Sragen dan yang menangani bidang akuntansi/penatausahaan keuangan serta yang menjadi sampling/ responden adalah sebagai berikut :
Tabel III.1 Daftar SKPD di Kabupaten Sragen No I II III IV V
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kab. Sragen Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Inspektorat Satpol PP Dinas Daerah 1. Dinas Pendidikan 2. Dinas Kesehatan 3. Dinas Pekerjaan Umum 4. Dinas Perindustrian, Kop & UMKM
lxxiv
Bag Akuntansi/ Responden/ Penatausahaan Sample Yang Keuangan Digunakan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4
5. Dinas Sosial 6. Dinas Pertanian 7. Dinas Peternakan & Perikanan 8. Dinas Perhub, Kom & Informatika 9. Dinas Kependudukan & Capil 10. Dinas PPKAD 11. Dinas Perdagangan & Pajak Daerah 12. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, POR 13. Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi 14. Dinas Kehutanan & Perkebunan VI Lembaga Teknis Daerah A BADAN 1. BAPPEDA (Perencanaan) 2. BKD (Kepegawaian) 3. Badan Kesbangpol & linmas 4. BPT (Perijinan) 5. Badan KB, PMD 6. Badan Diklat & Litbang 7. Badan Lingk. Hidup 8. Badan Pelaks. Penyuluhan 9. Badan Pemberdayaan UMD B KANTOR 1. Kantor Ketahanan Pangan 2. Kantor Perpustakaan Daerah 3. Kantor Pengelola Data Elektronik 4. Kantor Arsip & Dokumentasi C RUMAH SAKIT UMUM DAERAH VII Kecamatan (20 Wilayah Kecamatan) VIII Kelurahan (208 Kelurahan/ Desa) IX Satpol Pamong Praja Jumlah
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 2 2 2 4 80 416 4 650
2 2 2 2 4 0 0 0 124
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Masing-masing variabel diukur dengan model skala Likert lima poin, yaitu: 1
Sangat Tidak Setuju,
2
Tidak Setuju,
3
Netral,
4
Setuju, dan
5
Sangat Setuju.
lxxv
Responden diminta untuk menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang diajukan sesuai dengan kondisi mereka yang sesungguhnya. Secara terperinci seperti pada tabel III. 2; Tabel III.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi Operasional 1. Pemanfaatan Tingkat teknologi integrasi Informasi teknologi informasi pada pelaksanaan tugas-tugas akuntansi. (Jumali & Supomo, 2002). Variabel
Definisi Operasional 2. Pengendalian Bagian dari Intern pengendalian Akuntansi intern yang meliputi rencana organisasi, prosedur, dan catatan yang dirancang untuk menjaga Variabel
Item Pernyataan 1. Subbagian akuntansi/keuangan anda memiliki komputer yang cukup untuk melaksanakan tugas. 2. Jaringan internet telah terpasang di unit kerja anda. 3. Jaringan internet telah dimanfaatkan sebagai penghubung antar unit kerja dalam pengiriman data dan informasi yang dibutuhkan. 4. Proses akuntansi sejak awal transaksi hingga pembuatan laporan keuangan dilakukan secara komputerisasi. 5. Pengolahan data transaksi keuangan menggunakan software yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 6. Laporan akuntansi dan manajerial dihasilkan dari sistem informasi yang terintegrasi. 7. Adanya jadwal pemeliharaan peralatan secara teratur. 8. Peralatan yang usang/rusak didata dan diperbaiki tepat pada waktunya.
Item Pernyataan 1. Subbagian keuangan/akuntansi anda menyelenggarakan sistem akuntansi yang meliputi: a. Prosedur akuntansi penerimaan kas b. Prosedur akuntansi pengeluaran kas c. Prosedur akuntansi aset d. Prosedur akuntansi selain kas 2. Daftar rekening (chart of account) pemerintah daerah tersedia dan digunakan. 3. Transaksi tidak dapat dilakukan tanpa adanya otorisasi dari pihak yang berwenang.
lxxvi
keterandalan data akuntansi. (Indriasari dan Ertambang, 2007)
3. Keterandalan Kemampuan Pelaporan informasi Keuangan untuk memberikan keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. (PP No. 24 Tahun 2005)
Variabel 4. Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan
4. Setiap transaksi yang terjadi harus didukung dengan bukti transaksi yang valid dan sah. 5. Setiap transaksi dicatat dalam buku catatan akuntansi. 6. Catatan akuntansi dijaga untuk tetap “up-todate”. 7. Laporan-laporan keuangan direview dan disetujui terlebih dahulu oleh kepala subbagian keuangan/akuntansi sebelum didistribusikan 8. Sistem akuntansi yang ada memungkinkan audit/transaction trail. 9. Ada pemisahan tugas dalam rangka pelaksanaan APBD. 1. Transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan tergambar dengan jujur dalam laporan keuangan. 2. Neraca disajikan. 3. Laporan realisasi anggaran atau laporan perhitungan APBD disajikan. 4. Catatan atas laporan keuangan disajikan. 5. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji. 6. Rekonsiliasi dilakukan secara periodik antara catatan akuntansi dengan catatan bank atau catatan pihak eksternal yang membutuhkan konfirmasi atau rekonsiliasi. 7. Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.
Definisi Item Pernyataan Operasional Tersedianya 1. Informasi yang dibutuhkan segera tersedia ketika informasi bagi diminta. pembuat 2. Laporan-laporan sering disediakan secara keputusan pada sistematis dan teratur, misal: laporan harian, saat laporan mingguan, laporan bulanan, laporan dibutuhkan semester, dan laporan tahunan (bila laporan sebelum jarang tersedia berikanlah tanda pada angka informasi satu). tersebut 3. Laporan-laporan berikut disampaikan secara kehilangan sistematis dan teratur kekuatan untuk a. Laporan realisasi semester pertama
lxxvii
mempengaruhi keputusan. (PP No. 24 Tahun 2005)
b. Laporan realisasi anggaran atau perhitungan APBD c. Neraca d. Catatan atas Laporan Keuangan
laporan
D. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas menggunakan analisis product moment dari pearson. Hasil uji ini dikatakan valid apabila rhitung > rtabel, sedangkan dikatakan tidak valid apabila rhitung < rtabel (Sugiyono, 2001). Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung nilai cronbach alpha dari masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Nilai cut off untuk menentukan reliabilitas suatu instrumen adalah nilai cronbach alpha lebih dari 0.60 (Ghozali, 2004).
E. Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji statistik umum yang berupa statistik deskriptif. Statistik deskriptif meliputi mean, minimum, maximum serta standar deviasi yang bertujuan mengetahui distribusi data yang menjadi sampel di dalam penelitian.
2. Uji Normalitas data
lxxviii
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Kriteria yang digunakan adalah membandingkan p-value yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 5%. Apabila p-value > nilai signifikansi, maka data berdistribusi normal.
3. Uji Asumsi Klasik a). Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen yang lainnya sama dengan nol. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat tolerance value dan value-inflating factor (VIF). Nilai yang umum dipakai adalah tolerance value 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10. (Ghozali, 2005)
b). Uji Autokorelasi Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji autokorelasi adalah sebuah pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah di dalam model
lxxix
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi nama dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Autokorelasi diuji dengan menggunakan Durbin-Watson.
Kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut. 1) Bila angka Durbin – Watson berada di bawah –2, berarti ada autokorelasi. 2) Bila angka Durbin – Watson diantara –2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3) Bila angka Durbin – Watson di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
c). Uji Heteroskedastisitas Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan
uji
Scatterplot.
Ada
atau
tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya
lxxx
pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SDRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi dan sumbu X adalah residual. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang telah diuraikan tersebut diatas dan titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 maka tidak terjadi heteroskedastisitas
4. Pengujian Hipotesis Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh tiap variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan dinyatakan dengan model sebagai berikut: KA = a + b1PTI + b2PIA + e.................................(1) KW = a + b1PTI +b2PIA+ e....................................(2) Keterangan: KA
: Keterandalan Pelaporan Keuangan
KW
: Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan
a
: Konstanta
b1, b2 : Koefisien regresi PTI
: Pemanfaatan Teknologi Infomasi
PIA
: Pengendalian Intern Akuntansi
e
: error
lxxxi
Pengujian hipotesis meliputi: a. Koefisien Determinasi Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan perkiraan dalam analisis regresi. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai Adjusted R Square yang semakin mendekati 1 (satu) menunjukkan semakin kuat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Apabila nilai Adjusted R Square sama dengan 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Nilai F) Nilai F regresi (ANOVA) merupakan alat yang digunakan untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara bersamasama atau simultan terhadap variabel dependennya. Nili F dalam penelitian ini dihitung dengan tingkat signifikansi 5%. c. Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Nilai t Regresi) Nilai t merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Nilai t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%.
lxxxii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL DAN ANALISIS 1. Statistik Deskiptif Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemanfaatan teknologi
informasi
dan
pengendalian
intern
akuntansi
terhadap
keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah studi pada pemerintah Kabupaten Sragen. Sebelum melakukan analisis
lxxxiii
data, terlebih dahulu dilakukan uji statistik dekriptif untuk mengetahui distribusi data jawaban responden dalam penelitian ini. Berikut ini statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian. Tabel IV.1 Statistik Deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
x1
120
14.00
40.00
30.8250
5.69632
x2
120
10.00
40.00
32.1833
5.23239
y1
120
8.00
35.00
27.6917
4.57394
y2
120
3.00
15.00
11.9417
2.16269
Valid N (listwise)
120
Sumber : Hasil Pengolahan Data Keterangan : X1
= pemanfaatan teknologi informasi
X2
= pengendalian intern akuntansi
Y1
= keterandalan pelaporan keuangan daerah
Y2
= ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah
71 Hasil pengujian statistik deksriptif menunjukkan bahwa variabel pemanfaatan teknologi informasi memiliki nilai minimum sebesar 14 dengan nilai maksimum 40. Nilai rata-rata variabel pemanfaatan teknologi informasi sebesar 30.82 dengan standar deviasi sebesar 5.69. Hasil pengujian untuk variabel pengendalian intern akuntansi memiliki nilai minimum sebesar 10 dengan nilai maksimum 40. Nilai ratarata variabel pengendalian intern akuntansi sebesar 32.18 dengan standar deviasi sebesar 5.32.
lxxxiv
Hasil pengujian untuk variabel keterandalan memiliki nilai minimum sebesar 8 dengan nilai maksimum 35. Nilai rata-rata variabel keterandalan sebesar 27.69 dengan standar deviasi sebesar 4.57. Hasil pengujian untuk variabel ketepatwaktuan memiliki nilai minimum sebesar 5 dengan nilai maksimum 15. Nilai rata-rata variabel ketepatwaktuan 11.94 dengan standar deviasi sebesar 2.16.
2. Uji Instrumen Penelitian Sebelum dilakukan analisis data, maka dalam penelitian ini perlu dilakukan pengujian instrumen yaitu pengujian validitas dan reliabilitas. Validitas
merupakan
tingkat kemampuan suatu instrumen untuk
mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrumen tersebut. Sedangkan reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.
a. Uji Validitas Uji validitas dalam hal ini bertujuan untuk menilai t regresi tingkat ketepatan (kesahihan) instrumen dalam mengukur variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi,
Pengendalian Intern Akuntansi,
Keterandalan dan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah. Keputusan mengenai butir item yang dinyatakan valid dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel, jika rhitung > rtabel maka butir item dinyatakan valid. Dari hasil uji validitas dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini:
lxxxv
1) Validitas item pernyataan untuk variabel pemanfaatan teknologi informasi (X1) Variabel pemanfaatan teknologi informasi terdiri dari 8 item pernyataan. Item pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel. Berikut didapatkan hasil pada tabel IV.2: Tabel IV.2 Korelasi item pernyataan terhadap variabel pemanfaatan teknologi informasi Item rhitung rtabel Keterangan Pernyataan 1 0,792 0,195 Valid 2 0,690 0,195 Valid 3 0,700 0,195 Valid 4 0,656 0,195 Valid 5 0,599 0,195 Valid 6 0,764 0,195 Valid 7 0,787 0,195 Valid 8 0,708 0,195 Valid Sumber : Data penelitian yang diolah, 2009 Korelasi item-item pernyataan terhadap variabel yang mempunyai nilai rhitung lebih besar dari rtabel merupakan item pernyataan yang valid dalam menjelaskan variabelnya. Tabel IV.2 diatas menunjukkan bahwa semua item pernyataan mempunyai rhitung lebih besar dari rtabel sehingga semua item pernyataan valid dalam menjelaskan variabel pemanfaatan teknologi informasi.
2) Validitas item pernyataan untuk variabel pengendalian intern akuntansi (X2)
lxxxvi
Variabel pemanfaatan teknologi informasi terdiri dari 8 item pernyataan. Item pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel. Berikut didapatkan hasil pada tabel IV.3: Tabel IV.3 Korelasi item pernyataan terhadap variabel pengendalian intern akuntansi Item rhitung rtabel Keterangan Pernyataan 1 0,712 0,195 Valid 2 0,705 0,195 Valid 3 0,730 0,195 Valid 4 0,804 0,195 Valid 5 0,693 0,195 Valid 6 0,840 0,195 Valid 7 0,743 0,195 Valid 8 0,656 0,195 Valid Sumber : Data penelitian yang diolah, 2009 Korelasi item-item pernyataan terhadap variabel yang mempunyai nilai rhitung lebih besar dari rtabel merupakan item pernyataan yang valid dalam menjelaskan variabelnya. Tabel IV.3 diatas menunjukkan bahwa semua item pernyataan mempunyai rhitung lebih besar dari rtabel sehingga semua item pernyataan valid dalam menjelaskan variabel pengendalian intern akuntansi.
3) Validitas item pernyataan untuk variabel keterandalan pelaporan keuangan daerah (Y1) Variabel keterandalan pelaporan keuangan daerah terdiri dari 7 item pernyataan. Item pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel. Berikut didapatkan hasil pada tabel IV.4:
lxxxvii
Tabel IV.4 Korelasi item pernyataan terhadap variabel keterandalan pelaporan keuangan daerah Item rhitung rtabel Keterangan Pernyataan 1 0,852 0,195 Valid 2 0,843 0,195 Valid 3 0,891 0,195 Valid 4 0,875 0,195 Valid 5 0,782 0,195 Valid 6 0,693 0,195 Valid 7 0,793 0,195 Valid Sumber : Data penelitian yang diolah, 2009 Korelasi item-item pernyataan terhadap variabel yang mempunyai nilai rhitung lebih besar dari rtabel merupakan item pernyataan yang valid dalam menjelaskan variabelnya. Tabel IV.4 diatas menunjukkan bahwa semua item pernyataan mempunyai rhitung lebih besar dari rtabel sehingga semua item pernyataan valid dalam menjelaskan variabel keterandalan pelaporan keuangan daerah.
4) Validitas item pernyataan untuk variabel ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah (Y2) Variabel ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah terdiri dari 3 item pernyataan. Item pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung> rtabel. Berikut didapatkan hasil pada tabel IV.5: Tabel IV.5 Korelasi item pernyataan terhadap variabel ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah Item Pernyataan
rhitung
lxxxviii
rtabel
Keterangan
1 0,841 0,195 2 0,852 0,195 3 0,795 0,195 Sumber : Data penelitian yang diolah, 2009
Valid Valid Valid
Korelasi item-item pernyataan terhadap variabel yang mempunyai nilai rhitung lebih besar dari rtabel merupakan item pernyataan yang valid dalam menjelaskan variabelnya. Tabel IV.5 diatas menunjukkan bahwa semua item pernyataan mempunyai rhitung lebih besar dari rtabel sehingga semua item pernyataan valid dalam menjelaskan variabel ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah.
b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa instrumen penelitian bebas dari kesalahan persepsi sehingga memperoleh hasil yang konsisten dan dapat digunakan pada kondisi yang berbeda-beda. Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui suatu instrumen yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dapat mengukur suatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Ukuran dapat dikatakan reliabel jika ukuran tersebut memberikan hasil yang konsisten. Reliabilitas diukur dengan menggunakan metode Cronbach alpha. Instrumen dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach alpha lebih besar dari 0,60 (Sekaran: 173) atau (Nunnaly, 1967 dalam Ghozali, 2005: 42). Pengujian reliabilitas menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows dengan hasil seperti pada tabel berikut:
lxxxix
Tabel IV.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Alpha Kriteria Cronbach Pemanfaatan teknologi 0,8583 informasi Alpha Cronbach > Pengendalian intern 0,8682 0,60 maka akuntansi reliabel Keterandalan pelaporan 0,9155 keuangan daerah Ketepatwaktuan 0,7663 pelaporan keuangan daerah Sumber: Data penelitian yang diolah, 2009
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Hasil pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa, koefisien (r) alpha hitung seluruh variabel lebih besar dibandingkan dengan kriteria yang dipersyaratkan atau nilai kritis (role of tumb) sebesar 0,6, yaitu masing-masing sebesar 0,8583; 0,8682; 0,9155 dan 0,7663 > 0,60 sehingga dapat dikatakan bahwa butir-butir pernyataan seluruh variabel dalam keadaan reliabel.
3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji ini dilakukan dengan melihat gambar plot pada garis regresinya, apabila titik-titik menyebar, searah dan mendekati garis diagonal, maka hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi
xc
secara normal. Dengan bantuan komputer program SPSS for Windows, uji normalitas diperoleh hasil seperti pada gambar IV.1: Gambar IV.1 Hasil Uji Normalitas
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Y2 1.00
Expected Cum Prob
.75
.50
.25
0.00 0.00
.25
.50
.75
1.00
Observed Cum Prob
Dari gambar IV.1 normal probability plots diatas terlihat titiktitik menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal.
b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui hubugan yang terjadi diantara variabel-variabel yang diteliti. Untuk mengetahui hal ini akan digunakan angka Durbin Watson dalam tabel derajat kebebasan dan tingkat signifikansi tertentu. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel IV.7 dibawah ini: Tabel IV.7 Hasil Uji Autokorelasi
xci
Model Summaryb
Model 1
R .723a
Adjusted R Square .515
R Square .523
Std. Error of the Estimate 1.50656
Durbin-W atson 1.395
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y2
Dasar pengambilan keputusan dalam uji Durbin – Watson ini dilakukan dengan mengadopsi argumen Santoso (2000: 219), sebagai berikut: 4) Bila angka Durbin – Watson berada di bawah –2, berarti ada autokorelasi. 5) Bila angka Durbin – Watson diantara –2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 6) Bila angka Durbin – Watson di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Tabel IV.7 diatas dapat dilihat nilai Durbin-Watson sebesar 1,395 yang berarti berada diantara –2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui varian dalam model regresi adalah sama. Model regresi menjadi model yang efisien
apabila
terjadi
kesamaan
varian
atau
tidak
ada
heteroskedastisitas. Jika diperoleh varians sama maka asumsi dari heteroskedastisitas dapat diterima. Untuk mendeteksi adanya gejala
xcii
heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (Zpred) dengan residualnya (Sdresid). Dengan bantuan komputer program SPSS for Windows, uji heteroskedastisitas diperoleh hasil seperti pada gambar IV.2:
Gambar IV.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot Dependent Variable: Y2 Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2 -3 -5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Dari gambar IV.2 scatterplots di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak (random) baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu
Y,
hal
ini
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
ada
heteroskedastisitas pada model regresi. d. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antar variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat angka variance inflation factor (VIF) atau tolerance. Sebuah model regresi bebas dari Multikolinieritas apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 dan mempunyai
xciii
angka tolerance lebih besar dari 0,10 (Ghozali, 2005: 92). Dengan bantuan komputer program SPSS for Windows, uji multikolinieritas diperoleh hasil seperti pada tabel IV.8 berikut ini: Tabel IV.8 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel VIF Tolerance Kriteria Pemanfaatan 1,537 0,651 teknologi informasi VIF < 10 dan Tolerance > 0,1 Pengendalian intern 1,537 0,651 akuntansi Sumber: Data penelitian yang diolah, 2009
Keterangan Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas
Hasil uji multikolinieritas diatas diketahui besarnya VIF masingmasing variabel lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas.
4. Uji Hipotesis a. Persamaan Regresi Linier Berganda 1). Hasil persamaan regresi linier berganda model 1 Adapun persamaan regresi linier berganda model 1 adalah : Y = 3,214 + 0,035X1 + 0,727X2 + e (0,027) (0,456) Nilai F : 163,382
(0,000)** prob value : 0,000
Keterangan: **
= Signifikan pada tingkat kesalahan 5% Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa variabel
pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan
xciv
variabel pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi masing-masing variabel yaitu pemanfaatan teknologi informasi (X1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,456 lebih besar dari a = 0,05, sedangkan variabel pengendalian intern akuntansi (X2) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari a = 0,05. Hal tersebut menunjukan
bahwa
pemanfatan
teknologi
informasi
tidak
berpengaruh signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan variabel pengendalian intern akuntansi berpengaruh signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
2). Hasil persamaan regresi linier berganda model 2 Adapun persamaan regresi linier berganda model 2 adalah : Y = 1,896 + 0,054X1 + 0,260X2 + e (0,040) (0,074)* Nilai F : 64,112
(0,000)** prob value : 0,000
Keterangan: **
= Signifikan pada tingkat kesalahan 5%
*
= Signifikan pada tingkat kesalahan 10% Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa variabel
pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap
xcv
ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan variabel pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi masing-masing variabel yaitu pemanfaatan teknologi informasi (X1) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,074 lebih kecil dari a = 0,10, sedangkan variabel pengendalian intern akuntansi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari a = 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa variabel pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah pada tingkat signifikansi 5% namun berpengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah pada tingkat signifikansi 10%. Sedangkan variabel pengendalian intern akuntansi berpengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
b. Nilai F Regresi 1). Nilai F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependennya. Hasil nilai F persamaan regresi pertama dikatuhui nilai F hitung sebesar 163.38 dengan nilai signikansi sebesar 0.000. Pengujian memberikan hasil yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaaan
xcvi
teknologi informasi dan sistem pengendalian intern akuntansi berpengaruh secara simultan terhadap keterandalan pelaporan keuangan. 2). Hasil uji persamaan kedua diperoleh nilai F sebesar 64.11 dengan signifikansi sebesar 0.000. Pengujian memberikan hasil yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh secara simultan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan.
c. Nilai t Regresi 1). Hipotesis 1a (H1a) Hipotesis 1a menyatakan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hasil nilai t regresi (lampiran) menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi mempunyai t hitung sebesar 0,747 dengan nilai signifikansi sebesar 0,456 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah (H1a tidak terbukti).
2). Hipotesis 2a (H2a) Hipotesis 2a menyatakan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan
xcvii
pemerintah daerah. Hasil nilai t regresi (lampiran) menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi mempunyai t hitung sebesar 1,806 dengan nilai signifikansi sebesar 0,074 lebih kecil dari tingkatt signifikansi 0,10 maka pemanfaatan teknologi informasi
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah pada tingkatsignifikansi 10%. (H2a terbukti dengan tingkat signifikansi 10%).
3). Hipotesis 1b (H1b) Hipotesis 1b menyatakan pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hasil nilai t regresi (lampiran) menunjukkan bahwa pengendalian intern akuntansi mempunyai t hitung sebesar 14,129 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah (H1b terbukti).
4). Hipotesis 2b (H2b) Hipotesis 2b menyatakan pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hasil nilai t regresi (lampiran) menunjukkan
xcviii
bahwa pengendalian intern akuntansi mempunyai t hitung sebesar 7,951 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah (H2b terbukti).
d. Analisis Koefisien determinasi (R2) 1). Analisis Koefisien Determinasi (R2) model 1 Untuk
mengetahui
pengaruh
variabel
pemanfaatan
teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi korelasi (Adjusted R Square) yang memiliki nilai positif sebesar 0,732 yang menunjukkan bahwa variabel pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi mempengaruhi variasi variabel keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah sebesar 73,2% dan sisanya sebesar 26.8% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian.
2). Analisis Koefisien Determinasi (R2) model 2 Untuk
mengetahui
pengaruh
variabel
pemanfaatan
teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah, dapat
xcix
dilihat dari besarnya koefisien determinasi korelasi (Adjusted R Square) yang memiliki nilai positif sebesar 0,515 yang menunjukkan bahwa variabel pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi mempengaruhi variasi variabel ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah sebesar 51,5% dan sisanya sebesar 48,5% dipengaruhi oleh variabel lain di laur model penelitian.
B. PEMBAHASAN 1. Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, hasil ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah belum sepenuhnya memberikan hasil yang diharapkan terutama dalam keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah, hal ini disebabkan karena peralatan dan software pendukung yang masih sering mengalami kendala di samping sumber daya manusia yang masih perlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan keahlian dan profesionalitas tugas. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Indriasari dan Ertambang (2007) yang menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daearah namun hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
c
penelitian Donnelly et. al., (1994) menemukan bahwa teknologi informasi yang dimiliki pemerintah daerah di Skotlandia belum begitu baik sehingga tidak berpengaruh terhadap keterandalan laporan keuangan publik. Peneliti berpendapat bahwa untuk saat ini penggunaan teknologi informasi pada sektor publik terutama di Kabupaten Sragen belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini disebabkan karena kemampuan yang terbatas dari sumber daya manusia yang ada di pemerintah daerah kabupaten Sragen. Komputer yang ada hanya merupakan alat bantu kerja yang terpisah antara satu fungsi dan fungsi lain dalam pemerintah daerah. Di Kabupaten Sragen, teknologi informasi yang digunakan belum merupakan kesatuan sistem yang terintegrasi dalam satu perintah server. Sehingga pembuatan pelaporan keuangan dilakukan secara manual sistem tanpa ada software atau jaringan tertentu yang menyatukannya. Hal tersebut menyebabkan penggunaaan teknolgi informasi dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan.
2. Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Wilkinson (2000), dimana sistem informasi akuntansi dalam melaksanakan aktivitas memerlukan elemen yang spesifik yang bervariasi
ci
tergantung pada tingkat otomatisasi sistem informasi akuntansi tersebut. Dengan demikian masih diperlukan adanya seperangkat alat berupa elemen software yang lain untuk memenuhi kriteria ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hussein et. a., (2005) menyatakan bahwa perkembangan berbagai mecam teknologi informasi terutama komputer dan internet membuat pergeseran tata cara pelayanan publik menjadi sistem online yang terkomputerisasi. Dalam hal penyusunan pelaporan keuangan organisasi telah memafaatkan berbagai softwere yang dapat digunakan untuk menyusunan laporan keuangan. Penggunaan softwere akuantansi tersabut dapat berdampak pada peningkatan kualitas tertutama berkaitan dengan akurasi dan kecepatan. Namun hasil penelitian ini memberikan hasil yang tidak signifikan. Hasil tersebut ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah yang masih mengalami kendala karena peralatan dan software pendukung yang masih sering mengalami kendala sehingga membutuhkan waktu perbaikan yang cukup lama sehingga berdampak pada jadwal waktu pelaporan yang mengalami penyesuaian atau mengalami kemunduran dan ini berimplikasi pada ketidaktepatan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Selain itu, Peneliti menduga ada keterbatasan teknologi yang dimiliki serta keterbatasan kemampuan sumber daya manusia yang tidak dapat mengoptimalkan peran teknologi informasi dalam proses akuntansi. Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen
cii
belum memiliki sistem atau software tertentu yang membuat semua SKPD dan dinas yang ada memiliki pelaporan keuangan yang terintegrasi. Sehingga teknologi yang ada masih merupakan alat bantu yang tidak terintegasi dalam satu sistem sehingga proses penyusunan pelaporan tetap dilakukan secara manual yang memerlukan banyak waktu. Keterbatasan kemampuan sumber daya manusia juga merupakan salah satu faktor penentu ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Teknologi informasi yang canggih tidak akan menghasilkan pelaporan keuangan yang akurat dan cepat apabila sumber daya manusia yang ada tidak dapat mengoptimalkan kemampuan teknologi tersebut.
3. Pengaruh Pengendalian intern akuntansi terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian intern akuntansi berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Arens et al (2003) menyatakan bahwa aktivitas
pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan merupakan sebuah sistem yang dibentuk agar sebuah aktivitas yang ada dalam perusahaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan proses pengendalian intern yang baik diharapkan proses penyusunan pelaporan keuangan sektor publik lebih efektif serta memiliki tingkat keterandalan dan akuntabilitas yang tinggi. Pengendalian inten yang baik akan mampu mencegah kesalahan dan kecurangan dalam penyusunan
ciii
pelaporan keuangan. Sehingga semakin baik tingkat pengendalian intern akan semakin tinggi tingkat keterandalan pelaporan keuangan. Hasil pengujian menunjukan koefisien regersi positif hal tersebut membuktikan bahwa apabila semakin baik sistem pengendalian intern akan semakin baik pula tingkat keterandalan pelaporan keuangan. Dewi dan Gujono (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi
di satu sisi dapat meningkatkan keunggulan
kompetitif suatu organisasi, akan tetapi di sisi lain juga memungkinkan timbulnya
risiko-risiko
yang
sebelumnya
tidak
pernah
ada.
Berkembangnya para hacker dan cracker merupakan salah satu contoh isu yang terkait dengan pelanggaran etika penggunaan teknologi informasi. Pengendalain intern organisasi harus ditingkatkan agar keamanan data pemerintahan dapat terjaga dengan baik. Hal ini menjadi penting karena data yang ada dalam pemerintahan merupakan dasar yang digunakan dalam penyusunan pelaporan keuangan. Jika data tersebut diubah oleh pihak yang tidak memiliki otorisasi maka akan berbahaya bagi organisasi. Hal tersebut dikarenakan data dalam organisasi pemerintahan akan dijadikan dasar pengambilan keputusan bagi pihak yang terkait dengan pelaporan keuangan. Kesalahan (eror) atau sabotase terhadap data pemerintahan dapat berdampak pada angka yang tidak relevan dalam pelaporan keuangan. Oleh karena itu, keberadaan sistem pengendalian intern yang memadai dapat mencegah kesalahan karena human eror serta sabotase dari pihak di luar organisasi pemerintahan. Dengan demikian
civ
keberadaan sistem pengendalian intern dapat meningkatkan keterandalan pelaporan keuangan Pemerintah Daerah. Permendagri No 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 313 menyadur pernyataan COSO mengenai komponen pengendalian intern dan menyatakan bahwa pengendalian internal
sendiri
dalam
pelaksanaannya
sekurang-kurangnya
harus
memenuhi beberapa kriteria, antara lain : terciptanya lingkungan pengendalian yang sehat, terselenggaranya penilaian resiko (penaksiran resiko), terselenggaranya aktivitas pengendalian, terselenggaranya sistem informasi dan komunikasi dan terselenggaranya kegiatan pemantauan pengendalian. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, Gubernur/Bupati/Walikota mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian
Intern
di
lingkungan
pemerintahan
daerah
yang
dipimpinnya. Untuk itu, perlu dirancang suatu sistem yang mengatur proses pengklasifikasian, pengukuran, dan pengungkapan seluruh transaksi keuangan, sehingga dapat disusun menjadi laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung apa yang ada dalam PP 60/2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintahan yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan dilakukannya sistem pengendalian intern adalah untuk mewujudkan keterandalan pelaporan keuangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
cv
bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan Negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan Primastuti (2008) menyatakan bahwa pedoman umum GCG Indonesia merekomendasikan agar setiap perusahaan memiliki fungsi pengawasan internal yang merupakan bagian dari Sistem Pengendalian Internal yang handal, dan bertugas membantu Direksi memastikan pencapaian
tujuan
dan
kelangsungan
usaha,
dengan
melakukan
pelaksanaan program perusahaan, memberikan saran untuk memperbaiki efektivitas proses pengendalian resiko, dan melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap keterandalan
pelaporan
keuangan.
Sehingga
untuk
meningkatkan
keterandalan pelaporan maka kualitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah harus ditingkatkan. Peneliti berpendapat bahwa untuk meningkatkan system pengendalian intern maka kerja auditor intern pemerintah dalam hal ini BPKP dan inspektorat untuk dapat ditingkatkan lagi agar dapat menunjang terwujudnya pelaporan keuangan pemerintah daerah yang dijamin keterandalannya..
4. Pengaruh pengendalian intern akuntansi terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah
cvi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian intern akuntansi berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Primastuti (2008) menyatakan bahwa sesungguhnya yang paling berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern suatu entitas organisasi/perusahaan adalah manajemen (lebih tegasnya lagi ialah top management/direksi), karena dengan sistem pengendalian intern yang baik itulah top management dapat mengharapkan kebijakannya dipatuhi, aktiva atau harta perusahaan dilindungi, dan penyelenggaraan pencatatan berjalan baik. Top manegement bertanggung jawab menyusun sistem pengendalian intern, tentu saja dilaksanakn oleh para stafnya. Dalam penyusunan team yang akan ditugaskan untuk merancang sistem pengendalian intern, harus dipilih anggotanya dari para ahli/kompeten, termasuk
yang
berkaitan
dengan
Teknologi
Iinformasi.
Sistem
pengendalian intern harus selalu dan terus-menerus dievaluasi, diperbaiki, disesuaikan dengan perkembangan kondisi dan teknologi informasi. Koefisien regresi dari pengujian pengaruh sistem pengendalian intern terhadap ketepatwaktuan pelaporan menunjukan nilai positif. Hal tersebut menujukan bila sistem pengendalain intern akuntansi baik maka ketepatwaktuan pelaporan juga akan tinggi. Ismail dan Chandler (2002) menyatakan bahwa ketepatwaktuan penyampaian pelaporan keuangan akan berkaitan dengan penggunaan informasi sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Kinerja dari sebuah sistem informasi akan semakin mendukung aspek kecepatan dan ketepatan apabila sistem
cvii
pengendalain intern juga berjalan dengan baik. Karena ketepatwaktuan menjadi hal yang sangat penting maka hendaknya sistem pengendalain intern mampu mempunyai sifat preventif terhadap kesalahan, detektif terhadap kesalahan dan melakukan koreksi terhadap kesalahan yang terjadi. Sehingga apabila sistem pengendalain intern meningkat diharapan aspek ketepatwaktuan pelaporan keuangan juga akan meningkat. Hasil penelitian ini mendukung apa yang telah dicanangkan oleh pemerintah berkaitan dengan sistem pengendalian intern pemerintahan. Menurut PP 60/2008, salah satu komponen pengendalian intern dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) adalah komunikasi dan informasi. Pimpinan instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Pemantauan dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemanfatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah di Kabupaten Sragen. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan dua persamaan regresi linier
cviii
berganda. Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah (H1a tidak terbukti/ tidak terdukung). 2. Pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah (H2a tidak terbukti/ tidak terdukung). 3. Pengendalian
intern
akuntansi
berpengaruh
signifikan
terhadap
keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah (H1b terbukti/ terdukung). 4. Pengendalian
intern
akuntansi
berpengaruh
signifikan
terhadap
ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah (H2b terbukti/ terdukung). 5. Pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi mempengaruhi pemerintah
variasi
daerah
variabel 96
sebesar
keterandalan
73,2%
dan
pelaporan
sisanya
keuangan
sebesar
24%
menggambarkan adanya variasi bebas (Independen variable) lain yang tidak diamati dalam penelitian ini. Seberapa besar pengaruh variabel pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah, dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi korelasi (Adjusted R Square) yang memiliki nilai positif sebesar 0,515 yang menunjukkan bahwa
cix
variabel pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi mempengaruhi variasi variabel ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah sebesar 51,5% dan sisanya sebesar 48,5% menggambarkan adanya variasi bebas (Independen variable) lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.
B. IMPLIKASI 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini memberikan bukti baru bahwa keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi secara bersama-sama. Sedangkan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah tidak dipengaruhi secara signifikan oleh pemanfaatan teknologi informasi saja.
2. Implikasi Praktik Hasil ini diharapkan bisa dijadikan dasar atau acuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah. Dengan memperhatikan pemanfaatan teknologi informasi seoptimal mungkin, dan adanya rancangan pengendalian intern akuntansi yang memadai diharapkan pihak pengelola keuangan
daerah
khususnya bagian
akuntansi
mampu
melaksanakan tugas dan fungsi akuntansi dengan baik yang akhirnya bermuara pada dihasilkannya laporan keuangan pemerintah daerah yang andal dan tepat waktu. Implikasi lainnya adalah bahwa temuan dalam
cx
penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya, misalnya dua nilai informasi lain yang belum diteliti yaitu dapat dibandingkan dan dapat dipahami. 3. Implikasi Kebijakan Bagi para penentu kebijakan pembuatan laporan keuangan daerah (Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah) agar didalam proses penyusunan pelaporan keuangan tetap memperhatikan pengendalian intern yang teratur, tertib dan secara terus menerus dari proses persiapan, entry data sampai ke out put laporan keuangan daerah.
C. KETERBATASAN Penelitian ini mempunyai keterbatasan sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan hanya di wilayah Pemerintah Kabupaten Sragen sehingga hasil penelitian belum dapat digeneralisir ke semua objek. 2. Keterbatasan yang dirasa cukup mengganggu dalam penelitian ini adalah model yang digunakan. Model yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah model yang telah teruji di dalam penelitian sebelumnya. Model penelitian ini dibangun atas dugaan yang kuat akan hubungan variabel yang dihipotesiskan. 3. Kurangnya pemahaman dari responden terhadap pernyataan-pernyataan dalam kuisioner serta sikap kepedulian dan keseriusan dalam menyatakan jawaban semua pernyataan-pernyataan yang ada. Masalah subjektivitas
cxi
dari responden dapat mengakibatkan hasil penelitian ini rentan terhadap biasnya jawaban responden.
D. SARAN Saran untuk penelitian yang akan datang: 1. Bagi pihak satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk bahan perencanaan stratejik harus lebih mempertimbangkan pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi secara bersamasama dalam menghasilkan pelaporan keuangan pemerintah yang andal dan tepat waktu. 2. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya waktu yang digunakan untuk mengumpulkan data, proses penelitian diperpanjang agar peneliti memiliki waktu untuk uji coba dan kolekting data kuesioner. 3. Bagi peneliti yang akan datang hendaknya dapat menambah variabel lainnya seperti transparansi (keterbukaan) dan keakuratan. 4. Obyek yang dipilih sebagai sampel diupayakan dan dikembangkan pada responden yang memahami karakteristik operasional instansi. 5. Memperbesar jumlah sampel dan melengkapi metoda survai dengan wawancara karena saat melakukan penelitian ini peneliti sempat mewawancarai beberapa responden dan menemukan adanya perbedaan antara
jawaban
di
kuesioner
pernyataan/pertanyaan yang sama.
cxii
dan
jawaban
secara
lisan
untuk
6. Memperbaiki terlebih dahulu kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini atau menggunakan kuesioner yang tingkat validitas dan reliabilitasnya lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Albarda.2006. Strategi Implementasi Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Tata Kelola Organisasi (IT – Governance). Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk Indonesia. 3 – 4 Mei 2006. Institut Teknologi Bandung. hal. 52 – 56. Anonim. 2006. Tinjauan Pustaka. www.yahoo.com Arens dan Loebbecke.2003. Auditing : Pendekatan Terpadu. Jakarta : Salemba Empat. Asmoko, Hindri.2006. Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja terhadap Efektivitas Pengendalian. Jurnal Akuntansi Pemerintah. Vol. 2, No. 2, November 2006 Hal 53 – 64. Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2006. Konsep Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Baridwan, Zaki.2001. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Edisi 5. BPFE : Yogyakarta. Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit BPFE Yogyakarta. Bodnar, George H., dan Hopwood Willian S. 2004. Accounting Information System. 9th edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc Catrinasari, Renny. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Perusahaan Perbankan Go Publik Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripis FE UII. Christiaens, John. 1999. Converging New Public Management Reform and Diverging Accounting Practices in Belgian Local Government. Working Paper Research Seminar. University of Gent.
cxiii
Dewi, Ni Wayan.K dan Gudono. 2007. Analisis Pengaruh Intensitas Moral Terhadap Intensi Keperilakuan: Peranan Masalah Etika Persepsian Dalam Pengambilan Keputusan Etis Yang Terkait Dengan Sistem Informasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar Donnelly, Mike, John F. Dalrymple, & Ivan P. Hollingsworth. 1994. “The Use and Development of Information Systems and Technology in Scottish Local Government”. International Journal of Public Sector Management. Vol. 7 No. 3. Hal.4-15. Financial Accounting Standard Board (FASB). 2001.Original Pronouncement. New York : John Wiley & Sons Ghozali, Imam. 2004. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Governmental Accounting Standards Boards (GASB). 1999. Concepts Statement No. 1: Objectives of Financial Reporting in Governmental Accounting Standards Boards Series Statement No. 34: Basic Financial Statement and Management Discussion and Analysis for State and Local Government. Norwalk. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. McGraw-Hill, Inc. New York. Hair, J.F., Black, William C. Babin, Barry J. Anderson, Rolph E. Tatham, & Ronald L. 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. Upper Saddle River, Prentice Hall International, Inc. Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah, edisi 3. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Handayani, Rini. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem Informasi Dan Penggunaan Sistem Informasi. (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi X Makasar Henley, D., A. Likierman, J. Perrin, M. Evans, I. Lapsley, & J. Whiteoak. 1992. Public Sector Accounting and Financial Control. Fourth Edition. Chapman & Hall. Hussein, R, H. Selamat and N.S Abdul Kharim. 2005. The Impact Of Technological Factors On Information Systems Success In The Electronicgovernment Context. The Second International Conference On Innovations In Information Technology
cxiv
Indriasari, Desi & Ertambang Nahartyo. 2007. Pengaruh Kapasitas Sumberdaya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Ismail, Ku Nor Izah and Roy Chandler. 2002. The Timeliness Of Quarterly Financial Reports Of Companies In Malaysia. Availble online at www.ssrn.com Jones, Rowan & Maurice Pendlebury. 1996. Public Sector Accounting. Fifth Edition. London: Pitman. Jogiyanto. 2007. Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi. Penerbit Andi : Jogjakarta. Jurnali, Teddy & Bambang Supomo. 2002. Pengaruh Faktor Kesesuaian TugasTeknologi dan Pemanfaatan TI terhadap Kinerja Akuntan Publik. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5 No. 2 Hal. 214-228. Latifah, Lyna dan Arifin Sabeni. 2007. Faktor Keprilakuan Organisasi Dalam Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta). Simposium Nasional Akuntansi X Makasar Lestari, Baiq Anggun Hilendry dan Zulaikha. 2007. Pengaruh Information Technology Relatedness Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Knowledge Management Capability Sebagai Variabel Intervening (Kajian Empiris Pada Perusahaan Perbankan Di Jawa Tengah). Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar Mahmudi. 2007. Analisis Laporan Keuangan Daerah: Panduan Bagi Eksekutif, DPRD, dan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial, dan Politik. UPP STIM YKPN. Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik, edisi 2. Yogyakarta: Penerbit Andi Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. ------------.2001.Sistem Akuntansi. Edisi ke – 3. Jakarta : Salemba Empat. Mulyadi dan Puradireja, K.2002. Auditing. Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat. Primastuti, Anindita. 2008. Penilian terhadap pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah. FE UI.
cxv
Radityo, Dody dan Zulaikha. 2007. Pengujian Model DeLone and McLean Dalam Pengembangan Sistem Informasi Manajemen (Kajian Sebuah Kasus). Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar Rajiv, D. Banker., Hsihui Chang, and Yi Ching Kao. 2002. Impact of Information Technology on Public Accounting Firm Productivity. Journal of Information System. Vol. 16. No. 2. pp. 209 – 222. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. -------------------, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. -------------------, Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah. -------------------, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. -------------------, PP. No. 60 Tahun 2009 tentang Sistem Pengendalain Akuntansi Intern Pemerintah Salamun, Suyono. 2007. Analisis Laporan Keuangan Daerah. Availabel online at www.google.co.id Sekaran, Uma. 2003. Research Methods For Business: A Skill-Building Approach. John Wiley and Sons Inc, New York. Sugijanto. 2002. Peranan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat Dalam Meningkatkan Akuntabilitas Keuangan dan Implikasi UU No. 22/25 Tahun 1999. Lintasan Ekonomi. Volume XIX Nomor 1.Hal. 50-66. Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta. Triyuwono, Iwan & Roekhudin. 2000. Konsistensi Praktik Sistem Pengendalian Intern dan Akuntabilitas pada Lazis (Studi Kasus di Lazis X Jakarta). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 3 No. 2 Hal. 151-167. Wahana Komputer. 2003. Panduan Aplikatif Sistem Akuntansi Online Berbasis Komputer. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
cxvi
Wilkinson, W. Joseph, Michael J. Cerullo, Vasant Raval, & Bernard Wong-OnWing. 2000. Accounting Information Systems: Essential Concepts and Applications. Fourth Edition. John Wiley and Sons. Inc.
cxvii