Perlakuan Terhadap Orang Meninggal dalam Tradisi Penguburan Masyarakat Desa Trunyan Bali
TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si) OLEH: Juliza Friski Ransun 75 2012 015
Pembimbing: 1. Dr. David Samiyono 2. Pdt. Dr. Retnowati, M. Si PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013
MOTTO
“Karena Masa Depan Sungguh ada, dan Harapanmu tidak akan Hilang.” Amsal 23:18
i
Halaman Persembahan Dengan penuh rasa syukur Tesis ini saya persembahkan untuk Kemuliaan Bapa di sorga yang telah memberikan kekuatan, kesehatan serta hikmat dan akal budi.
Kepada Papa dan Mama yang tercinta (Fredrik Ransun, S. Pd., MM. dan Renny. M. J. E. Tampi, S. Pd), yang dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan serta pergumulan yang besar untuk terus memberikan dorongan, motivasi, dan semangat agar penulis terus berjuang, dan yang tak pernah lelah bekerja untuk memenuhi kebutuhan penulis. Terima kasih mama dan papa untuk semua hal yang telah kalian berikan. Kepada Adikku, Steven Frengki Ransun, SE yang selalu memberikan dorongan dan motivasi, serta dukungan doa selama penulis menjalankan studi.
ii
KATA PENGANTAR Keyakinanku, Allah Sanggup Menyembuhkan, Memulihkan Setiap Perkara Dalam Kehidupan Kita. Indahnya
hidup
ini
dalam
keyakinanku
kepada
Allah
yang
telah
menganugerahkan kedamaian yang sempurna untuk mencapai kesempurnaan dalam meraih sukses untuk masa depan yang sungguh indah. Keindahan itulah yang memperkokoh perjalanan studi saya selama
di lembaga tercinta Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana. Untuk itu, menyadari bahwa segala sesuatu yang dianugerahkan berasal dari Allah, maka syukur kepada Dia dan nyanyian sukacita selalu disuarakan ketika proses perkuliahan sampai dengan penyusunan tesis ini boleh selesai.
Penulis mengucapankan terima kasih kepada: Keluarga Besar Ransun, Tampi, Om-Tante, keponakan-keponakan dan semua saudarasaudara yang selalu mendukung penulis dalam studi baik lewat doa maupun dana. Tuhan Yesus akan selalu memberkati kita semua. Kel. Ransun-Pandelaki (pa’ani Maxi dan ma’ ani Ana), Kel. Talumingan-Sumarauw (pa’ani Eci dan ma’ani Jein) terima kasih untuk setiap kasih sayang, semangat, dorongan, topangan doa dan dana dan yang juga telah mengambil bagian dalam membetuk kehidupan penulis. Terima kasih pa’ ani dan ma’ani untuk semua hal yang telah kalian berikan, kiranya Tuhan Yesus memberkati.
iii
Pendeta serta Majelis Jemaat GMIM Imanuel Maumbi yang telah membantu baik dalam Doa dan dana. Tuhan Yesus akan selalu Memberkati dalam setiap tugas Pelayanan. Tidak lupa juga penulis menyampaikan terima kasih kepada: Seluruh Civitas Akademika UKSW di Salatiga, secara khusus Fakultas Teologi Program Studi Magister Sosiologi Agama. Kepada para dosen yang telah membagi pengetahuan dan wawasan keilmuannya dalam ruang kuliah maupun dalam diskusi. Kepada Dr. David Samiyono dan Pdt. Dr. Retnowati, M.Si yang telah membimbing dalam proses penulisan dan perampungan tesis ini. Kepada Pdt. Dr. Thobias Messakh sebagai Wali Studi dan telah turut menguji tesis saya ini. Kepada Pimpinan UKSW Prof. Pdt. John A. Titaley sebagai Rektor, Th.D, Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nubantimo, Pdt. Dr. Yusak B. Setyawan, MATS, Ph. D, Pdt. Daniel Nuhamara, M. Th, Ed. D, Prof. Dr. Ir. Haryono Semangun, Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th. M, Dr. Flip Litay. Saya sangat berterimakasih mempunyai dan mengenal Bapak/Ibu Dosen yang sekaligus sebagai orangtua saya selama berada dan study di UKSW Salatiga. Kepada Mbak Liana yang telah membantu proses administrasi selama studi. Seluruh Sahabat MSA 2012 Pdt. Jhon Ricky Purba, STh, M.Si. Pdt. I Made Priyana, M. Th, Pdt. Olivianus Kause, STh, M.Si, Pdt. Merry Makangiras, Pdt. Hardek Refin Masua, Pdt. Norman Nenohai, Pdt. Zeth Yunus Laritmas, Pdt. Grace Pallit, STh, M.Si, Pdt. Sediyoko, Pdt. Jublina Rafael, Yodi M. Talahatu, M.Si, Lita Alexander Nayoan, S.Si., Krisman Heavy Manalu, S.Th., Yandri Lawalata, S.Th., Al Berkat Efraim Sabintoe, S.Th., Merry Rungkat, S,Teol, M.Si, Soli Deo Koroh, S.Si., Marice Dimara,S.Th., Selly Rahayaan, S.Th., Vecky Keratem, S.Si., Titi Isnaini, Yohan Zakaria, S.Si., Yoan Niwenty N, S.Si., Florensye Gazper, S.Si., Seh Hari Wahyuni, S.Si., dan Kurniasih, S.Th., Pdt.
iv
Ronny H, Pdt. Nancy. Terimakasih atas persahabatan dan kebersamaan yang dapat kami rasakan. Kepada pemerintah, petua adat serta masyarakat desa Trunyan Bali yang telah membantu kami selama melaksanakan penelitian. Terima kasih atas kerjasama, bantuan, layanan dan akomodasi yang kami telah terima selama hidup bersama sewaktu penelitian. Tuhan kiranya berkenan memberkati saudara-saudari dalam tugas pelayanan di tengah-tengah masyarakat. Seluruh pihak yang tidak disebutkan satu per satu yang juga telah turut membantu kami, baik dalam bentuk doa, motivasi, informasi, diskusi, buku, dana, dan berbagai bentuk bantuan lainnya selama kami melanjutkan studi di Salatiga. Kami senantiasa mengingat dan menghargai seluruh bantuan saudara-saudari yang telah kami terima. Kiranya Tuhan senantiasa memberkati hidup Anda dengan damai sejahtera, kini dan di sepanjang masa. Tidak ada hal lain selain kebanggaan dan penghormatan serta ungkapan syukur bagi kemuliaan Yesus Kristus sang pembentuk dan pemilik hidup yang telah menerangi, membentuk, dan mengubah hidup ini menjadi lebih berarti dan bermakna. Sungguh besar kuasamu ya Tuhan, Engkaulah Allah yang hidup, yang selalu nyata dan tak pernah telambat dalam menjawab berbagai kebutuhan hidup ini sehingga jalan menempuh studi yang penuh dengan tantangan dan pergumulan boleh dilewati oleh penulis. Syukur dan pujian hanya kepadaMu.
Salatiga,Desember 2013 Juliza Friski Ransun
v
Abstraksi Tradisi penguburan di Desa Trunyan merupakan suatu hal yang unik karena perlakuan terhadap mayat di desa ini berbeda dengan daerah-daerah Bali lainnya, dalam kebudayaan Bali pada umumnya dikenal “Ngaben” yaitu peniadaan jenazah dengan diupacarakan dan dibakar. Peniadaan jenazah di Desa Trunyan berupa peletakan mayat diatas tanah. Prosesi orang meninggal di Bali, biasanya dikubur ataupun dibakar, tapi di Desa Trunyan tidak seperti itu, tubuh orang yang sudah meninggal melalui sebuah prosesi dan akhirnya dibungkus dengan kain kafan, dan selanjutnya ditaruh di atas tanah dikuburan disebut sema wayah, dikelilingi anyaman dari pohon bambu atau yang disebut “ancak saji“ ikatan dibuat dari bahan bambu kemudian ditempatkan di atas lubang kuburan secara melingkar. Tujuannya untuk melindungi mayat dari gangguan binatang maupun burung. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menjelaskan proses penguburan di desa Trunyan Bali dan untuk mengetahui mengapa terjadi pembedaan perlakuan terhadap jenazah. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teori-teori tentang ritual kematian dari beberapa tokoh. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan cara melakukan wawancara secara mendalam dengan kepala desa, pemangku adat yang berperan sebagai pemimpin upacara, serta masyarakat Trunyan, dan mengamati kehidupan masyarakat Trunyan. Dalam penelitian, penulis menemukan bahwa tradisi pemakaman di desa Trunyan memiliki suatu nilai budaya yang sangat tinggi, sehingga tali perekat kebersamaan masyarakat Trunyan semakin kelihatan. Dalam tradisi pemakaman penulis menemukan juga bahwa ada dimensi profan dan sakral dalam setiap upacara yang diadakan, lebih khusus upacara kematian dan cara memperlakukan jenazah. Dalam penelitian ditemukan bahwa ternyata upacara Ngaben di Trunyan tidak sembarangan orang yang dikuburkan di kuburan utama atau sema wayah adalah orang-orang yang masuk dalam kategori orang suci dalam arti meninggal dengan kondisi fisik yang utuh tanpa cacat, dan moral yang baik selama menjalani hidup. dalam penelitian ditemukan tempat kuburan di desa Trunyan disakralkan oleh masyarakan setempat, dan pemahaman Ngaben di Trunyan berbeda dengan pemahaman Bali daratan. Kata Kunci: Ritual, Trunyan, Ngaben.
vi
DAFTAR ISI
I.
Motto
………………………….i
Halaman Persembahan
………………………….ii
Kata Pengantar
………………………….iii
Abstraksi
…………………………..v
Daftar isi
….………………………..vi
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Penjelasan Konsep Operasional 1.3. Perumusan Masalah 1.4. Tujuan Penelitian 1.5. Manfaat Penelitian 1.6. Metode Penelitian 1.7. Lokasi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.8. Sistimatika Penulisan
II.
BAB II Kerangka Konseptual 2.1. Ritual 2.2. Ritual Kematian 2.3. Dimensi Sakral dalam Ritual
III.
…………………………..1-5 …………………………….5 ………………………….....6 …………………………….6 …………………………….6 …………………………….7 …………………………..7-9 …………………………9-11
………………………..12-17 ………………………..17-22 ………………………..22-27
BAB III Tradisi Penguburan Masyarakat Trunyan Bali 3.1. Letak Geografi 3.2. Sistim Sosial Masyarakat Trunyan 3.2.1. Keadaan Ekonomi 3.2.2. Keadaan Sosial Budaya dan Keagamaan 3.3. Sistim Kepercayaan Masyarakat Trunyan
………………………..28-29 ………………………..29-30 ………………………..30-32 ………………………..32-35 vi
3.3.1. Sistim Upacara Keagamaan 3.3.2. Upacara Kelahiran 3.3.3. Upacara Perkawinan 3.4. Sistim Kepercayaan Tentang Kematian 3.4.1. Upacara Kematian 3.4.2. Upacara Kematian di Desa Trunyan 3.4.3. Pembedaan Perlakuan Terhadap Orang Meninggal di Desa Trunyan 3.4.3.1. Tiga Tempat Penguburan Masyarakat Trunyan 3.4.3.2. Pohon Tarumenyan sebagai Pohon Suci 3.5. Norma atau Aturan-aturan Hidup Masyarakat Trunyan IV.
………………………..43-44 ………………………..45-50 ………………………..50-53 ………………………..53-56 ………………………..56-57 ………………………..57-59
BAB IV Analisis dan Refleksi Tradisi Penguburan Masyarakat Trunyan dan Cara Memperlakukan Jenazah 4.1. Ritual Masyarakat Trunyan 4.2. Ritual Penguburan Masyarakat Trunyan 4.3. Dimensi Sakral dan Profan Dalam Upacara Kematian Masyarakat Trunyan
V.
………………………..35-37 ………………………..37-41 ………………………..41-43
………………………..60-62 ………………………..62-65 ………………………..65-71
BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan dan Refleksi 5.2. Saran
………………………..72-74 …………………………...74
Daftar Kepustakaan
………………………..75-77
Lampiran
………………………..78-81
vii