perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MODEL ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION) DAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESMENT, AND SATISFACTION) TERHADAP PRESTASI DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
TESIS Oleh : NUQTHY FAIZIYAH S851102031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MODEL ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION) DAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESMENT, AND SATISFACTION) TERHADAP PRESTASI DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh : NUQTHY FAIZIYAH S851102031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MODEL ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION) DAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESMENT, AND SATISFACTION) TERHADAP PRESTASI DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA
TESIS
Oleh NUQTHY FAIZIYAH S851102031
Komisi Pembimbing
Nama
Pembimbing I
Prof.Dr. Budiyono, M.Sc NIP. 19530915 197903 1 003
Tanda Tangan
Pembimbing II Dr. Suyono, M.Si NIP. 19500301 197603 1 002
… Juli 2012 ---------------------
… Juli 2012 ---------------------
Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal … Juli 2012 Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS
Prof.Dr. Budiyono, M.Sc commit to197903 user 1 003 NIP. 19530915
ii
Tanggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MODEL ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION) DAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESMENT, AND SATISFACTION) TERHADAP PRESTASI DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA TESIS Oleh: NUQTHY FAIZIYAH S851102031 Tim penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Dr. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002 ………………… …… Juli 2012
Sekretaris
Dr. Riyadi, M.Si. NIP 19670116 199402 1 001
Anggota Penguji
………………… …… Juli 2012
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. NIP. 19530915 197903 1 003 ………………… …… Juli 2012 Drs. Suyono, M.Si. NIP. 19500301 197603 1 002 ………………… …… Juli 2012 Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal ………… 2012
Direktur Program Pascasarjana UNS
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. commit toNIP. user19530915 197903 1 003 NIP. 19610717 198601 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul: “EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MODEL ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION) DAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESMENT, AND SATISFACTION) TERHADAP PRESTASI DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA” ini adalah karya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunaan sebagai acuandalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan (Permendiknas, No. 17 Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi Matematika PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Matematika PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 27 Juli 2012 Mahasiswa,
Nuqthy Faiziyah NIM. S851102031
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hari ini, Anda adalah orang yang sama dengan Anda lima tahun mendatang, kecuali dua hal: Orang-orang di sekeliling Anda dan Buku-buku yang Anda baca.
-Charles "Tremendeous" Jones-
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
To my beloved family
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala
pujian
hanya
milik
Alloh
SWT,
dzat
penggenggam setiap jiwa, dan pengatur setiap langkah atas keberkahan rizki serta kelapangan jalan yang diberikan, skripsi yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, And Satisfaction) dan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, And Satisfaction) terhadap Prestasi dan Minat Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Emosional Siswa” dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan makalah kualifikasi ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada segenap pihak antara lain: 1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh studi di program Magister Pendidikan Matematika 2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, saran, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini 3. Drs. Suyono, M.Si, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran hingga penyusunan tesis ini selesai 4. H. Syamsudin, M.Si, selaku Kepala SMP Negeri 2 Sidoharjo yang telah memberikan ijin penelitian 5. Drs. Hartono, MM, selaku Kepala SMP Negeri 2 Masaran yang telah memberikan ijin penelitian 6. M. M. Wiwik Yulisriani, S.Pd, selaku Kepala SMP Saverius 1 Sragen yang telah memberikan ijin penelitian 7. Drs. Muh Hadi Masykur, selaku Kepala SMP Negeri 1 Sragen yang telah commit to user memberikan ijin tryout instrumen penelitian
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Abdul Aziz, S.Pd selaku Kepala SMPIT Az-Zahro Sragen yang telah memberikan ijin tryout instrumen penelitian 9. Bapak/Ibu
Dosen
Program
Studi
Pendidikan
Matematika
Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis 10. Umi dan segenap keluargaku yang senantiasa memberi dukungan jiwa dan raga 11. Sahabat-sahabatku dan rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2011 Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan balasan sebaik-baik balasan dari Alloh SWT. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan memberikan kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Surakarta, Juli 2012 Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iii
PERNYATAAN ..............................................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL............................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiii
ABSTRAK ....................................................................................................... xvii ABSTRACT.......................................................................................................
BAB I
BAB II
xix
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
3
C. Pemilihan Masalah .................................................................
6
D. Batasan Masalah ....................................................................
6
E. Rumusan Masalah ..................................................................
7
F. Tujuan Penelitian ...................................................................
7
G. Manfaat Penelitian .................................................................
8
LANDASAN TEORI ....................................................................
10
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................
10
1.
2.
Belajar Matematika .........................................................
10
a.
Hakekat Matematika ................................................
10
b.
Pengertian Belajar ....................................................
10
Model Pembelajaran ....................................................... commit to user a. Model ARCS ............................................................
11
ix
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Model ARIAS ...........................................................
15
c. Persamaan dan Perbedaan Model ARCS dengan Model ARIAS ..........................................................
20
Kecakapan Kognitif, Kecakapan Afektif, dan Minat .....
20
a.
Kecakapan Kognitif .................................................
20
b.
Kecakapan Afektif ...................................................
22
c.
Minat ........................................................................
23
Kecerdasan Emosional ....................................................
25
B. Penelitian yang Relevan .........................................................
36
C. Kerangka Berpikir ..................................................................
37
D. Hipotesis ................................................................................
41
METODE PENELITAN ..............................................................
43
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
43
3.
4.
BAB III
1.
Tempat Penelitian ...........................................................
43
2.
Waktu Penelitian .............................................................
43
B. Metode Penelitian ..................................................................
43
1. Jenis Penelitian................................................................
43
2. Rancangan Penelitian ......................................................
44
C. Populasi dan Sampel ..............................................................
45
1.
Populasi Penelitian………….. ........................................
45
2.
Sampel Penelitian…………… .......................................
45
3.
Teknik Pengambilan Sampel ..........................................
45
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
46
1.
Identifikasi Variabel .......................................................
46
2.
Teknik Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen .
47
a. Metode Tes .................................................................
47
b. Metode Angket ...........................................................
50
c. Skala Likert ................................................................
52
E. Teknik Analisis Data..............................................................
52
1.
Uji Keseimbangan........................................................... commit to user ........................................ a. Normal secara Multivariat
x
52 52
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
BAB V
digilib.uns.ac.id
b. Homogenitas Matriks Variansi-Kovariansi ..............
53
c. Uji Keseimbangan Rata-rata .....................................
54
2.
Uji Prasyarat ..................................................................
56
3.
Pengujian Hipotesis ........................................................
56
4.
Uji Komparasi Ganda .....................................................
60
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................
62
A. Deskripsi Data ........................................................................
62
1.
Uji Keseimbangan ..........................................................
62
2.
Data Kecerdasan Emosional Siswa.................................
66
3.
Data Hasil Penelitian ......................................................
68
B. Pengujian Persyaratan Analisis ..............................................
70
1.
Uji Normalitas Multivariat..............................................
70
2.
Uji Homogenitas Matriks Variansi-kovariansi ...............
72
C. Pengujian Hipotesis ...............................................................
72
1.
Analisis Multivariat ........................................................
72
2.
Analisis Univariat ...........................................................
73
3.
Uji Komparasi .................................................................
74
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ...........................................
76
E. Keterbatasan Penelitian ..........................................................
85
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..............................
86
A. Kesimpulan ...........................................................................
86
B. Implikasi ................................................................................
87
1.
Implikasi Teoritis ............................................................
87
2.
Implikasi Praktis .............................................................
87
C. Saran ......................................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
89
LAMPIRAN .....................................................................................................
93
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Peringkat PISA ..............................................................................
1
Tabel 1.2 Daya Serap Siswa pada Pelajaran Matematika .............................
3
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................
44
Tabel 3.2 Kategorisasi Indeks Tingkat Kesukaran .......................................
49
Tabel 3.3 Tabel Rerata pada MANOVA (Multivariate Analysis of Variance) .......................................................................................
57
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Multivariat Awal Populasi ..........................
64
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Multivariat Awal Setiap Kelompok ............
65
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Matriks Variansi-Kovariansi Awal .........
65
Tabel 4.4 Hasil Uji Keseimbangan Menggunakan Uji F ..............................
66
Tabel 4.5 Rataan Hasil Penelitian .................................................................
70
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Multivariat Populasi....................................
70
Tabel 4.7 Hasil
Uji
Normalitas
Multivariat
Kelompok
Model
Pembelajaran .................................................................................
71
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Multivariat Kelompok Kecerdasan Emosional......................................................................................
71
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Matriks Variansi-Kovariansi ...................
72
Tabel 4.10 Rangkuman Analisis Multivariat Dua Jalan Dengan Sel Sama ....
72
Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Univariat .....................................................
73
Tabel 4.12 Hasil Uji Komparasi Minat Belajar Matematika antar Kolom Kecerdasan Emosional .................................................................
74
Tabel 4.13 Hasil Uji Komparasi Minat Belajar Matematika antar Kolom Kecerdasan Emosional .................................................................
75
Tabel 4.14 Hasil Uji Komparasi Minat Belajar Matematika antar Sel Model Pembelajaran pada Kolom Kecerdasan Emosional ......................
76
Tabel 4.15 Rataan Prestasi Belajar..................................................................
77
Tabel 4.16 Rataan Minat Belajar .................................................................... commit to user
79
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Laporan Hasil Kota/Kabupaten Ujian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2010/2011 ........................................................
Lampiran 2
Persentase
Penguasaan
(Daya
Serap)
Materi
93
Soal
Matematika Ujian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2010/2011 ................................................................................... Lampiran 3
94
Daftar Sekolah SMP Berdasarkan Jumlah Nilai Ujian Nasional SMP/MTs Tahun Pelajaran 2010/2011 .......................
96
Lampiran 4
Rencana Program Pembelajaran Model ARCS .......................... 99
Lampiran 5
Rencana Program Pembelajaran Model ARIAS................. ....... 105
Lampiran 6
Soal Tes Prestasi Awal ............................................................... 111
Lampiran 7
Data Prestasi Matematika Awal ................................................. 113
Lampiran 8
Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Minat Belajar Matematika (Uji Valititas).............................................................................. 114
Lampiran 9
Instrumen Angket Minat Belajar Matematika Siswa (Uji Validitas) .................................................................................... 115
Lampiran 10 Lembar
Validasi
Instrumen
Angket
Minat
Belajar
Matematika Siswa (Validator Pertama) ..................................... 121 Lampiran 11 Lembar
Validasi
Instrumen
Angket
Minat
Belajar
Matematika Siswa (Validator Kedua) ........................................ 123 Lampiran 12 Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Minat Belajar Matematika (Uji Coba) ................................................................................... 125 Lampiran 13 Instrumen Angket Minat Belajar Matematika Siswa (Uji Coba) .......................................................................................... 126 Lampiran 14 Perhitungan Konsistensi Internal dan Reliabilitas Angket Minat Belajar Matematika Siswa ............................................... 132 Lampiran 15 Data Minat Belajar Awal............................................................ 133 Lampiran 16 Uji Normalitas Multivariat Awal Populasi................................. 134 Lampiran 17 Uji Normalitas Multivariat Awal commit to userKelompok I (Model ARCS) .. 139
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 18 Uji Normalitas Multivariat Awal Kelompok I (Model ARIAS) ........................................................................................ 142 Lampiran 19 Uji Homogenitas Matriks Variansi-Kovariansi Awal ................ 145 Lampiran 20 Uji Keseimbangan Rata-rata ...................................................... 147 Lampiran 21 Kisi-kisi Skala Likert Kecerdasan Emosional Siswa (Uji Validitas ) ................................................................................... 148 Lampiran 22 Instrumen Skala Likert Kecerdasan Emosional Siswa (Uji Validitas) .................................................................................... 149 Lampiran 23 Lembar Validasi Skala Likert Kecerdasan Emosional Siswa (Validator Pertama) .................................................................... 154 Lampiran 24 Lembar Validasi Skala Likert Kecerdasan Emosional Siswa (Validator Kedua) ....................................................................... 156 Lampiran 25 Kisi-kisi Skala Likert Kecerdasan Emosional Siswa (Uji Coba ) ......................................................................................... 158 Lampiran 26 Instrumen Skala Likert Kecerdasan Emosional Siswa Uji Coba (Uji Coba) ......................................................................... 159 Lampiran 27 Perhitungan Konsistensi Internal dan Reliabilitas Skala Likert Kecerdasan Emosional Siswa .......................................... 163 Lampiran 28 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siswa (Uji Validitas)................... 164 Lampiran 29 Tes Prestasi Belajar Siswa (Uji Validitas) ................................. 165 Lampiran 30 Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa (Validaor Pertama) ..................................................................... 171 Lampiran 31 Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa (Validator kedua)........................................................................ 173 Lampiran 32 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siswa (Uji Coba)......................... 175 Lampiran 33 Tes Prestasi Belajar Siswa (Uji Coba) ....................................... 177 Lampiran 34 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Siswa (Uji Coba) .............. 182 Lampiran 35 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Siswa (Uji Coba) ............... 183 Lampiran 36 Perhitungan Tingkat Kesukaran, Daya Beda, dan Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa ..................................... 184 commitMatematika to user Lampiran 37 Soal Tes Prestasi Belajar ........................................ 185
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 38 Kunci Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika .......................... 189 Lampiran 39 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika........................ 190 Lampiran 40 Angket Minat Belajar Matematika Siswa .................................. 191 Lampiran 41 Lembar Jawab Angket Minat Belajar Siswa .............................. 196 Lampiran 42 Instrumen Skala Likert Kecerdasan Emosional Siswa ............... 197 Lampiran 43 Lembar
Jawab
Instrumen
Skala
Likert
Kecerdasan
Emosional ................................................................................... 199 Lampiran 44 Data Induk Penelitian ................................................................. 200 Lampiran 45 Uji Normalitas Multivariat Populasi .......................................... 201 Lampiran 46 Uji Normalitas Multivariat Model ARCS ................................... 205 Lampiran 47 Uji Normalitas Multivariat Model ARIAS .................................. 208 Lampiran 48 Uji Normalitas Multivariat Kecerdasan Emosional Tinggi........ 211 Lampiran 49 Uji Normalitas Multivariat Kecerdasan Emosional Sedang ...... 213 Lampiran 50 Uji Normalitas Multivariat Kecerdasan Emosional Rendah ...... 215 Lampiran 51 Uji
Homogenitas
Matriks
Variansi-Kovariansi
Model
Pembelajaran .............................................................................. 217 Lampiran 52 Uji Homogenitas Matriks Variansi-Kovariansi Kecerdasan Emosional ................................................................................... 218 Lampiran 53 Analisis Multivariat .................................................................... 219 Lampiran 54 Analisis Univariat ....................................................................... 222 Lampiran 55 Uji Komparasi Prestasi Belajar Matematika Antar Kolom Kecerdasan Emosional ............................................................... 225 Lampiran 56 Uji Komparasi Minat Belajar Matematika Antar Kolom Kecerdasan Emosional ...................................................... 228 Lampiran 57 Uji Komparasi Minat Belajar Matematika Antar Sel Model Pembelajaran Pada Kolom Kecerdasan Emosional .. 231 Lampiran 58 Tabel Distribusi Normal Baku ........................................... 232 Lampiran 59 Tabel Nilai tα;v ............................................................................................. 233 Lampiran 60 Tabel Nilai
.......................................................... 234
Lampiran 61 Tabel F0,05;v1;v2 ............................................................................................. 235 commit to user Lampiran 62 Tabel F0,05;v1;v2 (lanjutan) ................................................... 236 xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 63 Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ......................................... 237 Lampiran 64 Perijinan ..................................................................................... 238 Lampiran 65 Surat Keterangan Penelitian ....................................................... 239
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NUQTHY FAIZIYAH. S851102031. Eksperimentasi Pembelajaran Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) dan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) terhadap prestasi dan Minat Belajar Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Emosional Siswa. Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. Pembimbing II: Dr. Suyono, M.Si. Tesis: Surakarta, Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, 2012. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik antara model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) dan model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction). (2) Manakah yang menghasilkan minat belajar matematika lebih baik antara model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) dan model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction). (3) Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang, dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. (4) Manakah yang mempunyai minat belajar matematika lebih baik, antara siswasiswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang, dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. (5) Pada masing-masing kategori kecerdasan emosional, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) ataukah model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction). (6) Pada masingmasing kategori kecerdasan emosional, manakah yang mempunyai minat belajar matematika lebih baik, model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) ataukah model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan populasi semua siswa SMP di kabupaten Sragen pada tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified cluster random sampling, diperoleh sampel berjumlah 144 siswa, dengan rincian 72 siswa pada kelompok eksperimen satu dan 72 siswa pada kelompok eksperimen dua. Instrumen penelitian ini adalah tes kemampuan awal siswa, tes prestasi belajar matematika, angket minat belajar matematika siswa dan instrumen skala Likert kecerdasan emosional siswa. Uji instrumen tes meliputi validitas isi kemudian diuji cobakan untuk dianalisis tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitasnya. Uji instrumen angket dan skala Likert meliputi validitas isi kemudian diuji cobakan untuk dianalisis konsistensi internal dan reliabilitasnya. Uji prasyarat meliputi uji normalitas populasi dengan uji Lilliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlett serta uji keseimbangan dengan uji t. Pengujian hipotesis menggunakan MANOVA (mutivariate analysis of variance) dua jalan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, commit to user diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). (2) Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) menghasilkan minat belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). (3) Siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang dan rendah dan siswasiswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. (4) Siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai minat belajar matematika lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang dan rendah dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang mempunyai minat belajar matematika lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. (5) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan emosional pada prestasi belajar matematika. Pada siswa dengan kecerdasan emosional tinggi, sedang, maupun rendah, model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). (6) Ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan emosional pada minat belajar matematika. Pada kategori kecerdasan emosional sedang model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) memberikan minat lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). Sedangkan pada kategori kecerdasan emosional tinggi dan rendah, kedua model memberikan minat yang sama. Kata kunci : ARCS, ARIAS, Kecerdasan Emosional
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
NUQTHY FAIZIYAH. S851102031. Learning Model Experimentation of ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) Model and ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) Model on Mathematics Achievement and Learning Interest viewed from Emotional Intelligence. Advisor I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. Advisor II: Dr. Suyono, M.Si. Thesis: Surakarta, Mathematics Educatioan of Postgraduate Program, Sebelas Maret University, 2012. ABSTRACT The aims of the research are to determine: (1) Which learning model gives better mathematics achievement between ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) model and ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) model. (2) Which learning model gives better learning interest between ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) model and ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) model. (3) Who have better mathematics achievement among high emotional intelligence students, middle emotional intellegence students and low emotional intellegence students. (4) Who have better learning interest among high emotional intelligence students, middle emotional intellegence students and low emotional intellegence students. (5) On each of emotional intellegence, which learning model gives better mathematics achievement, ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) model or ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) model. (6) On each of emotional intellegence, which learning model gives better learning interest, ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) model or ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) model. The research is a quasi-experimental research. The population is the students of junor high school in Sragen regency on academic year 2011/2012. The sampling technique is stratified cluster random sampling. The sample obtained a sum of 144 students with details the 72 students are in the first experimental group and 72 students are in the second experimental group. The intruments are a student proficiency tests, a mathematics achievment test, a questionare, and a Likert scale intrument. The test instrument analize are content validity then level of difficulty, distinguisting features and reliability after instument trial. The questionare and Likert scale instrument analize are content validity then internal consistency and reliability after instument trial. The test requirements include normality test of Lilliefors, homogenity test of Bartlett, and Balancing test of t. The hypothesis test is two way MANOVA (mutivariate analysis of variance). Based on the results of hypothesis test, it can be conclude that: (1) ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) model gives better mathematics achievement than ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) model. (2) ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) model gives better learning interest than ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) model. (3) The high emotional intelligence students have better commit mathematics to userachievement than the middle and low emotional intelligence students and the middle emotional intelligence xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
students have better mathematics achievement than the low emotional intelligence students. (4) The high emotional intelligence students have better learning interest than the middle and low emotional intelligence students and the middle emotional intelligence students have better learning interest than the low emotional intelligence students (5) There is no interaction between learning model and emotional intelligence to mathematics achievement. For all type of emotional intelligence students, ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) model is better than ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) model. (6) There is an interaction between learning model and emotional intelligence to learning interest. For middle emotional intelligence students, ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) gives better learning interest than ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) model. For high and low emotional intelligence students, both learning model are the same. Kata kunci : ARCS, ARIAS, Emosional Intelligence.
commit to user
xx
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan yang terselenggara dengan baik pada suatu negara akan menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. Apabila sumber daya manusia memiliki kualitas unggul, maka akan dapat mengolah sumber daya alam sehingga dapat memberikan manfaat bagi bangsa tersebut. Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal tersebut tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) tahun 2003. Pencapaian tujuan itu merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan seluruh masyarakat. Pendidikan matematika dikenalkan sejak anak usia dini sampai perguruan tinggi. Hal ini karena matematika berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan matematika. Matematika digunakan dalam berbagai bidang termasuk bidang sosial serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan data PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2009, dari 65 negara peringkat Indonesia adalah sebagai berikut. Tabel 1.1 Peringkat PISA No
Kategori
Peringkat ke-
Keterangan
1.
Reading
57
10 negara terbawah
2.
Mathematics
61
10 negara terbawah
3.
Science
60
10 negara terbawah
Database PISA 2009
Dari data tersebut, terlihat bahwa matematika menempati posisi paling bawah dibandingkan dengan reading dan science. commit to user 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di dalam pembelajaran di sekolah, matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) pada berbagai jenjang pendidikan, termasuk pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Nilai rata-rata hasil UN pada mata pelajaran matematika di kabupaten Sragen tahun 2010/2011 adalah 6,98 dengan nilai terendah 1,60. Hasil ini lebih rendah dari nilai rata-rata Bahasa Inggris 7,14; nilai rata-rata Bahasa Indonesia sebesar 7,15; dan nilai rata-rata Ilmu Pengetahuan Alam sebesar 7,67. Beberapa hal dalam pembelajaran perlu dievaluasi dalam rangka peningkatan prestasi belajar matematika baik sarana dan prasarana, lingkungan belajar, ataupun manusia sebagai pelaku dalam pembelajaran. Penggunaan alat peraga yang tepat dalam pembelajaran perlu dicermati. Alat peraga merupakan hal penting dalam pembelajaran. Kebutuhannya tergantung pada materi yang diajarkan. Pemilihan alat peraga yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan akan membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran tepat dapat membatu siswa dan guru dalam
pembelajaran.
Pemilihan,
pembuatan,
dan
pengembangan
media
pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan teknologi yang sedang berkembang. Pemanfaatannya juga perlu disesuaikan dengan materi pembelajaran yang diajarkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemilihan model pembelajaran. Matematika yang memiliki objek yang abstrak, menuntut guru untuk dapat membelajarkannya dengan model tertentu agar dapat dipahami dengan mudah. Untuk dapat memilih model yang tepat, guru hendaknya mempelajari dan memahami serta mengimplementasikan teori-teori belajar. Karakteristik siswa ada bermacam-macam, diantaranya adalah kecerdasan intelektual, gaya belajar, motivasi, minat, pola asuh, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan tipe kecerdasan. Beberapa macam karakteristik tersebut dimungkinkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa termasuk kecerdasan emosional. Dalam pembelajaran matematika, guru hendaknya memperhatikan commit to user karakteristik siswa sehingga dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat.
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan demikian, daya serap siswa tinggi yang selanjutnya prestasi belajar akan meningkat. Hasil belajar siswa tidak hanya pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif. Beberapa karakteristik ranah afektif diantaranya sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Minat belajar siswa sangatlah penting sehingga dalam pembelajaran guru hendaknya memperhatikan aspek tersebut. Salah satu materi pokok pada mata pelajaran matematika yang diajarkan di SMP adalah materi pokok geometri. Berikut ini adalah beberapa standar kompetensi lulusan dan daya serapnya terkait materi pokok geometri berdasarkan laporan ujian nasional tahun ajaran 2010/2011 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Tabel 1.2 Daya Serap Siswa pada Pelajaran Matematika Standar kompetensi
Daya Serap tingkat Nasional
Daya serap tingkat Provinsi
Daya serap tingkat Kabupaten
59,78
55,50
62,38
64,58
50,54
62,71
34,58
31,98
38,93
Menentukan unsur-unsur pada kubus dan balok Menentukan Volume bangun ruang sisi datar dan sisi lengkung Menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar dan sisi lengkung
Dengan data tersebut dapat dinilai bahwa materi geometri memiliki daya serap yang rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembaharuan dalam pembelajaran untuk
mengatasi
permasalah
tersebut
khususnya
dan
pada
umumnya
permasalahan dalam pembelajaran matematika.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Pembaharuan dalam pendidikan, dewasa ini telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah banyak ditawarkannya model pembelajaran yang menarik yang lebih mengutamakan keaktifan siswa. Telah banyak dilakukan penelitian tentang
efektifitas
model-model commit topembelajaran user
tersebut.
Kebanyakan
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian menyimpulkan bahwa model pembelajaran yang menarik dan mengaktifkan siswa lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar siswa. Namun, menurut peneliti, model-model pembelajaran tersebut tidak digunakan oleh kebanyakan guru. Hal ini, salah satunya disebabkan oleh waktu yang diperlukan. Model pembelajaran yang mengaktifkan siswa memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan pendekatan pembelajaran konvensional. Terkait dengan hal tersebut, dapat dilakukan penelitian untuk mengembangkan model pembelajaran yang menghasilkan suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa tetapi tidak memerlukan waktu efektif yang lama. Dalam konteks ini, dapat juga diteliti apakah pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Perkembangan teknologi semakin pesat, terutama dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan ini diikuti dengan beberapa perkembangan
dalam
bidang
pendidikan.
Teknologi
informasi
dan
komunikasi banyak dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Namun, menurut peneliti, perkembangan teknologi tersebut belum memicu kreativitas dan inovasi guru dalam menggunakan atau bahkan
menciptakan media
pembelajaran. Kebanyakan guru masih menggunakan media pembelajaran yang kurang menarik. Terkait dengan hal ini, dapat dilakukan penelitian yang mengembangkan media pembelajaran yang menarik dengan memanfaatkan teknologi. Dalam konteks ini, dapat juga dilakukan penelitian apakah media pembelajaran yang dikembangkan dapat menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. 3. Menurut peneliti, kebanyakan guru tidak menggunakan alat peraga yang menarik. Guru mengajar hanya dengan papan tulis hitam dengan kapur tulis atau papan tulis putih dengan spidol hitam atau kadang menggunakan spidol berwarna warni. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa pada pokok bahasan geometri disebabkan oleh penggunaan alat yang tidak memadai. Terkait dengan ini, dapat dilakukan penelitian apabila guru commit to user menggunakan alat peraga yang menarik, prestasi siswa pada pokok bahasan
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
geometri akan lebih baik. Penelitian dapat dilakukan dengan membandingkan penggunaan alat peraga yang menarik menggunakan gambar-gambar dengan penggunaan alat peraga hanya dengan papan tulis dan kapur/spidol. Dalam konteks ini, dapat juga dilakukan penelitian apakah efektivitas penggunaan berbagai jenis alat peraga tergantung kepada karakteristik siswa. 4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa pada pokok bahasan geometri disebabkan oleh metode pembelajaran yang dipilih oleh guru tidak tepat. Menurut peneliti, kebanyakan guru masih melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau ekspositori. Dalam pembelajaran dengan metode tersebut, guru cenderung lebih aktif daripada siswa. Terkait dengan ini, muncu pertanyaan apakah apabila metode pembelajaran diubah, prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk menjawab hal ini, dapat dilakukan penelitian yang membandingkan suatu metode pembelajaran tertentu yang mengaktifkan siswa dengan metode ceramah atau ekspositori. Dapat juga dilakukan penelitian yang membandingkan suatu metode pembelajaran tertentu dengan metode pembelajaran yang lain. Apabila ternyata prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode tertentu yang mengaktifkan siswa tersebut dan prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan metode ceramah atau ekspositori sama atau dua metode yang dibandingkan menghasilkan prestasi belajar siswa yang sama, berarti rendahnya prestasi belajar siswa pada pokok bahasan geometri bukan disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. 5. Hasil belajar siswa tidak hanya kecakapan kognitif, melainkan juga kecakapan afektif dan psikomotor. Salah satu kecakapa afektif adalah minat. Pemilihan strategi pembelajaran, baik metode, maupun media pembelajaran dan alat peraga
termasuk
pemilihan
model
pembelajaran
hendaknya
mempertimbangkan minat siswa. Apakah model pembelajaran yang dipilih dapat meningkatkan minat belajar siswa atau tidak. Menurut peneliti, guru kurang
mempertimbangkan
aspek
minat
dalam
pemilihan
model
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai efektifitas commit to userbelajar siswa. model pembelajaran tertentu terhadap minat
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Pemilihan Masalah Adalah tidak mungkin melakukan penelitian dengan berbagai macam masalah penelitian pada waktu yang sama. Oleh karena itu, dari beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti memilih masalah penelitian yang pertama, yaitu yang terkait dengan model pembelajaran. Masalah dalam penelitian ini juga terkait dengan kecakapan minat siswa. Alasan dipilihnya masalah tersebut adalah paradigma pembelajaran dalam kurikulum yang sekarang berlaku, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) bahwa pembelajaran berpusat pada peserta didik bukan pada guru. D. Batasan Masalah Untuk dapat melakukan penelitian dengan baik, dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut. 1. Model pembelajaran yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) dan model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction). Variabel ini dipilih karena kedua model tersebut tersebut lebih menekankan pada motivasi siswa dalam pembelajaran. 2. Karakteristik siswa yang dipilih adalah kecerdasan emosional siswa. Variabel ini dipilih karena merupakan salah satu faktor yang membentuk karakter siswa termasuk karakteristik dalam belajar. Pada penelitian ini, kecerdasan emosional siswa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kecerdasan emosional tinggi, sedang, dan rendah. 3. Materi pokok yang diambil dalam penelitian ini adalah materi pokok geometri di SMP. Materi pokok ini dipilih karena daya serap siswa pada materi ini rendah. 4. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kecakapan kognitif yaitu prestasi belajar matematika siswa dan kecakapan afektif yaitu minat belajar matematika siswa. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, pemilihan masalah, dan batasan masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik antara model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) dan model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction)? 2. Manakah yang menghasilkan minat belajar matematika lebih baik antara model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) dan model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction)? 3. Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang, dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah? 4. Manakah yang mempunyai minat belajar matematika lebih baik, antara siswasiswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang, dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah? 5. Pada masing-masing kategori kecerdasan emosional, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) ataukah model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction)? 6. Pada masing-masing kategori kecerdasan emosional, manakah yang mempunyai minat belajar matematika lebih baik, model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) ataukah model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction)?
F. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika commit to user lebih baik antara model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Satisfaction) dan model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction). 2. Untuk mengetahui manakah yang menghasilkan minat belajar matemtika lebih baik antara model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) dan model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction). 3. Untuk mengatahui manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang, dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. 4. Untuk mengetahui manakah yang mempunyai minat belajar matematika lebih baik, antara siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, siswasiswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang, dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. 5. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori kecerdasan emosional, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) ataukah model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction). 6. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori kecerdasan emosional, manakah yang mempunyai minat belajar matematika lebih baik, model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) ataukah model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction).
G. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan masukan kepada guru maupun calon guru matematika dalam menentukan model pembelajaran yang tepat yang dapat digunakan sebagai alternatif selain model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Memberikan informasi kepada guru maupun calon guru untuk lebih memperhatikan karakteristik siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih baik. 3. Sebagai masukan dan referensi ilmiah bagi penelitian sejenis.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika a. Hakekat Matematika Matematika merupakan ilmu yang sangat penting. Baik dalam pembelajaran di sekolah maupun dalam penerapan kehidupan nyata. Erman Suherman (2003: 16) berpendapat bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar dan lebih menekankan pada aktivitas penalaran. Sumenda (2010: 25) mengemukakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep yang mengungkapkan sesuatu melalui bukti, fakta, keterampilan, prinsip, dan penalarannya secara induktif-deduktif. Purwoto (2003: 12) mengatakan bahwa matematika merupakan pengetahuan
tentang
pola
keteraturan
pengetahuan
struktur
yang
terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil. Soedjadi (2000) menyatakan beberapa definisi matematika, yaitu : 1). Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2). Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3). Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4). Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5). Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6). Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik yang diperoleh dengan penalaran. b. Pengertian Belajar Belajar merupakan aktifitas manusia, baik di dalam maupun di luar commit to user kelas. Terdapat beberapa pengertian belajar dari berbagai pandangan. 10
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Mulyasa (2005: 189), belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan (Muhibbin Syah, 2003: 63). Haris Mudjiman (2006: 25) menyatakan bahwa menurut paradigma konstruktivisme, belajar adalah proses menginternalisasi, membentuk kembali atau membentuk baru pengetahuan. Pembentukan pengetahuan baru ini dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Menurut Paul Suparno (1997: 61), proses belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Belajar berarti membentuk makna. 2. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. 3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih pada suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. 4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. 5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. 6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses menginternalisasi, membentuk kembali atau membentuk pengetahuan
baru oleh seorang individu
dalam rangka memenuhi
kebutuhannya.
2. Model Pembelajaran Dalam pembelajaran, diperlukan pola dan strategi agar pembelajaran dapat mencapai tujuan. Pola dan strategi tersebut termuat dalam suatu model pembelajaran. Trianto (2010: 53) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual
yang
menggambarkan
prosedur
sistematis
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. commit to user
dalam
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, dan pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7). Menurut Joice dkk dalam Trianto (2010: 52), model pembelajaran adalah suatu perecanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan pengertian model pembelajaran yaitu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. a. Model ARCS Model ARCS dikembangkan oleh Keller dan Kopp pada tahun 1982. Model ini berdasar pada teori desain motivasi (Motivational Design Theory). Menurut Keller dalam Shellnut (1996: 5) model ARCS adalah sebuah model untuk meningkatkan motivasi dalam materi pembelajaran. Menurut Keller (1983: 395), terdapat empat komponen. Komponenkomponen Model ARCS yaitu: Interest, Relevance, Expectancy, dan satisfactian. Intersest merujuk pada apakah rasa ingin tahu siswa meningkat dan apakah peningkatan tersebut bertahan sampai pembelajaran selesai. Relevance merujuk pada persepsi siswa terhadap kebutuhan kepuasan siswa pada hubungannya dengan pembelajaran, atau apakah tujuan yang hendak dicapai sejalan dengan aktivitas pembelajaran. Expectancy merujuk pada kesadaran akan kemungkinan keberhasilan dan tingkat keberhasilan mana yang dapat dicapai oleh siswa. Satisfaction merujuk pada penghargaan ekstinsik dan motivasi intrinsik dan apakah hal tersebut sesuai dengan harapan siswa. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam Shellnut (1996: 5) untuk mendapatkan akronim yang sesuai maka beberapa istilah diubah, Interest menjadi Attention, dan Expectancy menjadi Confidence, sehingga diperoleh Model ARCS. Strategi-strategi pada tiap komponen model ARCS adalah sebagai berikut (Keller, 1987: 2-6). 1) Attention (Perhatian) b) Menciptakan rasa ingin tahu dan penasaran dengan menggunakan pendekatan novel, memberikan materi bersifat personal dan emosional. c) Meningkatkan rasa ingin tahu dengan memberikan pertanyaan, menyajikan hal-hal
yang bersifat paradoksal, membangkitkan
penemuan, meningkatkan pemikiran akan tantangan. d) Mempertahankan perhatian dengan gaya presentasi yang bervariasi, membuat analogi yang kongkrit, memberikan contoh yang menarik dengan menyebutkan nama orang atau kejadian yang tak terduga. 2) Relevance (keterkaitan) a) Memberikan penyataan atau memberi contoh kegunaan pembelajaran, dan
menyatakan
tujuan
pembelajaran,
atau
meminta
siswa
menyatakan kegunaan atau tujuan pembelajaran. b) Menyajikan pembelajaran yang responsif terhadap siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa akan pencapaian diri, aktivitasaktivitas kooperatif, kepemimpinan yang bertanggung jawab, dan aturan-aturan yang positif. c) Membuat materi dan konsep menjadi akrab dengan siswa dengan membuat contoh konkret dan analogi yang berhubungan dengan pekerjaan siswa. 3) Confidence (percaya diri) a) Membangun kepercayaan dan harapan positif dengan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang diperlukan dalam pencapaian keberhasilan dan kriteria-kriteria yang evaluatif. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Meningkatkan keyakinan akan kompetensi dengan memberikan pengalaman yang banyak, bervariasi, dan menantang yang dapat meningkatkan keberhasilan siswa. c) Menggunakan teknik menawarkan kontrol diri dan memberikan umpan balik yang mendukung keberhasilan usaha. 4) Satisfaction (kepuasan) a.
Memberikan permasalahan, stimulasi, atau contoh-contoh pekerjaan yang memperlihatkan kepada siswa bahwa mereka telah dapat menyelesaikan masalah “dunia nyata”.
b.
Menggunakan penghargaan verbal, hadiah nyata maupun simbolik, dan imbalan, atau mempersilakan siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya (menunjukkan dan menceritakan) sebagai imbalan atas keberhasilan.
c.
Membuat kriteria-kriteria yang konsisten dengan harapan yang telah dinyatakan, dan membuat standar pengukuran yang konsisten.
Dalam penelitian ini, langkah-langkah pembelajaran dengan model ARCS adalah sebagai berikut. (1) Kegiatan Awal (a) Memberitahukan
tujuan
pembelajaran
dan
menjelaskan
relevansinya dengan kehidupan nyata, atau meminta siswa menyatakan kegunaan pembelajaran. (Relevance) (b) Memberikan penjelasan tentang hal-hal yang diperlukan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. (Confidence) (c) Membuat
kriteria
standar
pencapaian
pencapaian
tujuan
pembelajaran yang konsisten. (Satisfaction) (2) Kegiatan Inti (a) Memberikan pernyataan untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang materi pembelajaran. (Attention) (b) Menyajikan materi
dan konsep secara akrab terhadap siswa
dengan membuat contoh konkret atau analogi yang berhubungan commit(Relevance) to user dengan kegiatan siswa.
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(c) Menggunakan pembelajaran yang bervariasi. (Attention) (d) Memberikan soal-soal latihan yang cukup banyak dan menantang. (Confidence) (e) Memberikan
umpan
balik
terhadap
hasil
usaha
siswa.
(Confidence) (f) Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa. (Satisfication) (g) Memberikan permasalahan yang memperlihatkan bahwa siswa dapat menyelesaikan masalaha “dunia nyata”. (Satisfaction) (3) Kegiatan Akhir Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa. (Satisfication)
b. Model ARIAS Model ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ini mengandung
lima
komponen
yaitu
Assurance,
Relevance,
Interest,
Assesment, dan Satisfaction (Dimyati dan Erwin, 2009: 219). Modifikasi ARCS menjadi ARIAS dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata selfconfidence (Morris dalam Dimyati dan Erwin, 2009: 219). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata Attention menjadi interest (minat), karena pada kata interest sudah terkandung pengertian attention. Pembelajaran tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian
tersebut
selama
kegiatan
pembelajaran
berlangsung.
Selanjutnya, diadakan Assesment (penilaian). Menurut Ormrod (2002: 267), assesmen adalah proses mengamati sebuah sampel dari perilaku seorang siswa dan mengambil kesimpulan tentang pengetahuan dan kemampuan siswa tersebut. Webber (1999: 7) menyatakan bahwa: commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Assesment refers to the process of observing learning, collaborating to interpret data and create standards, describing progress, collecting results, recording reflections, scoring performances, and mirroring students’ strengths to help them improve weakness. Bahwa
penilaian
mengacu
pada
proses
pengamatan
belajar,
mengkolaborasikan antara interpretasi data dan menentukan standar, mendeskripsikan
kemajuan,
mengumpulkan
hasil,
mencatat
refleksi,
memberikan skor pada unjuk kerja, dan mengetahui kelebihan siswa untuk membantu mereka meningkatkan kelemahan. Mimin Haryati (2007: 15) menyatakan, penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasi belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Bell dan Cowie (2000: 538) mengatakan bahwa asesmen mempunyai beberapa tujuan. Pertama, memonitor perkembangan atau peningkatan pendidikan. Kedua, memberikan feedback. Ketiga, memberikan dorongan pada praktek dan pada kebijakan untuk mencapai tujuan yang diingainkan. Dari
beberapa
pengertian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
asesmen/penilaian adalah proses pengamatan kepada siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dalam Dogan (2011: 420-421) dijelaskan terdapat dua jenis asesmen. dan masing-masing memiliki metode dalam pelaksanaannya, yaitu: 1). Asesmen tradisional, dengan metode: a). Tes Pen-and-paper b). Tes pilihan ganda c). Tes benar-salah d). Isian singkat 2). Asesmen alternatif, dengan metode: a). Tugas oral, dimana siswa memberikan jawaban pendek, proyek atau seminar, dan debat b). Tugas praktek, siswa menggunakan instrument tertentu untuk commit to user mengaplikasikan prinsip matematika
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
c). Asesmen autentik. d). Guru mengobservasi siswa dalam kegiatan yang terstruktur maupun tak terstruktur dan mengevaluasi tugas siswa. e). Jurnal siswa f). Self-assessmen siswa g). Asesmen yang melibatkan orang tua siswa. Dalam penelitian ini, asesmen dilakukan adalah formative assessment (asesmen formatif). Dalam Peterson (2008: 1), Shute (2008) menyatakan: “Formative assessment is defined as information communicated to the learner that is intended to modify his or her thinking or behavior for the purpose of improving learning” (Asesmen formatif didefinisikan sebagai informasi yang dikomunikasikan kepada siswa yang dimaksudkan untuk memodifikasi pemikiran atau sikap mereka dalam tujuan meningkatkan pembelajaran). Popham (2008) dalam Castro et al (2009: 3) mengatakan: “Formative assessment is a process used by the teachers and students during instruction that provides feedback to adjust ongoing teaching and learning to improve students’ achievement of intended instructional outcomes” (Asesmen formatif adalah sebuah proses yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran yang menyediakan umpan balik untuk menyesuaikan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung untuk meningkatkan pencapaian siswa sebagai hasil pembelajaran yang direncanakan). Bell dan Cowie (1998:1) memberikan pengertian tentang asesmen formatif, yaitu: “the process used by teachers and students to recognize and respond to student learning in order to enhance that learning, during the learning” (sebuah proses yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mengenali dan menanggapi pembelajaran siswa agar meningkatkan pembelajaran tersebut, selama pembelajaran). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian formatif adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru dan siswa selama commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran dengan memberikan umpan balik untuk meningkatkan pembelajaran. Peterson (2008: 2-7) mengatakan bahwa inti dari asesmen formatif adalah feedback (umpan balik). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan asesmen adalah sebagai berikut. 1) Menentukan kriteria atau standar kinerja tentang kemajuan siswa yang dinilai. 2) Mengkomunikasikan kriteria atau standar kinerja kepada siswa sebelum memberikan tugas/penilaian. 3) Memberikan feedback (umpan balik) yang spesifik berdasarkan criteria atau standar kinerja. Cara membuat umpan balik yang efektif adalah sebagai berikut. 1) Menentukan topik. 2) Menentukan jawaban. 3) Mendiskusikan kesalahan-kesalahan tertentu. 4) Memberikan contoh yang tepat. 5) Memberikan bimbingan yang hangat. Alat yang dapat digunakan dalam asesmen formatif adalah: 1) Pre-Reading Quiz Siswa
diberikan
memberikan
kuis,
umpan
kemudian
balik
yang
jawabannya spesifik
digunakan
kepada
siswa
untuk untuk
meningkatkan belajar siswa atau membantu siswa mengidentifikasi tujuan belajar mereka. 2) The one minutes paper Teknik ini efektif untuk mengecek kemajuan siswa baik dalam pemahaman maupun pencapain materi pembelajaran. Teknik ini dilakukan dengan memberikan siswa untuk menjawab pertanyaan dalam selembar kertas kemudian meminta siswa untk memberikan jawabannya dalam satu menit. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Think-pair-share Teknik ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku kemudian berdiskusi dalam satu kelompok. 4) Practice quiz Siswa diberikan sebuah tes setelah pembelajaran berakhir. Tes ini mengarah pada pembelajaran selanjutnya. 5) Case-based learning Guru memberikan model penyelesaian masalah. Kemudian, siswa dalam suatu kelompok atau secara individu mengevaluasi dan memberikan jawaban dengan cara mereka sendiri. Dalam penelitian ini, langkah-langkah pembelajaran dengan model ARIAS adalah sebagai berikut. (1) Kegiatan Awal (a) Memberitahukan
tujuan
pembelajaran
dan
menjelaskan
relevansinya dengan kehidupan nyata, atau meminta siswa menyatakan kegunaan pembelajaran. (Relevance) (b) Memberikan penjelasan tentang hal-hal yang diperlukan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. (Assurance) (c) Membuat
kriteria
standar
pencapaian
pencapaian
tujuan
pembelajaran yang konsisten. (Satisfaction) (2) Kegiatan Inti (a) Memberikan pernyataan untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang materi pembelajaran. (Interest) (b) Menyajikan materi
dan konsep secara akrab terhadap siswa
dengan membuat contoh konkret atau analogi yang berhubungan dengan kegiatan siswa. (Relevance) (c) Menggunakan pembelajaran yang bervariasi. (Interest) (d) Memberikan soal-soal latihan yang cukup banyak dan menantang. (Asssurance) commit user hasil usaha siswa. (Assurance) (e) Memberikan umpan baliktoterhadap
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(f) Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa (Satisfication) (g) Memberikan permasalahan yang memperlihatkan bahwa siswa dapat menyelesaikan masalaha “dunia nyata” (Satisfaction) (3) Kegiatan Akhir (a) Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa (Satisfication) (b) Memberikan asesmen (Assesment).
c. Persamaan dan perbedaan model ARCS dengan model ARIAS Model ARCS dan ARIAS mempunyai persamaan. Diantaranya adalah kedua model mempunyai komponen yang sama. Model ARCS memiliki 4 komponen yaitu Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction, sedangkan model ARIAS memiliki lima komponen yang empat diantaranya mirip dengan komponen pada model ARCS, yaitu Assurance, Relevance, Interest, dan Satisfaction. Adapun perbedaan model ARCS dengan model ARIAS adalah pada model ARIAS terdapat satu komponen yang tidak terdapat pada model ARCS. Komponen tersebut adalah Assesment. Dalam penelitian ini, asesmen yang digunakan adalah formative assesment (asesmen formatif). Asesmen formative merupakan asesmen yang berfungsi sebagai wahana untuk memberikan balikan (feed-back) kepada siswa secepat mungkin. Asesmen ini dilakukan pada setiap akhir pembelajaran.
3. Kecakapan Kognitif, Kecakapan Afektif, dan Minat Bloom, Krathwohl, dan Simpson merupakan beberapa ahli yang melakukan penelitian dan menyusun penggolongan jenis perilaku hasil belajar. Penggolongan atau tingkat jenis perilaku belajar tersebut terdiri dari tiga ranah atau kawasan, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Aunurrahman, 2009 : 48-49). Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif (Mimin haryati, 2007: 22). commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Kecakapan Kognitif Menurut Mimin Haryati (2007: 22), aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan yaitu: 1) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya. 2) Tingkat
pemahaman
(comprehension),
pada
tahap
ini
kategori
pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebut kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. 3) Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta berbagai permasalahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 4) Tingkat
analisis
(analysis),
analisis
merupakan
kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini, peserta didik diharapkan menunjukkan
hubungan
diantara berbagai
gagasan
dengan
cara
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. 5) Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan hubungan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga membentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 6) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapakan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, kecakapan kognitif mengacu pada prestasi belajar siswa. Menurut Sohardjono dalam Muhammad Hanif (2004: 188), prestasi adalah kemampuan yang menggambarkan tingkat kepahaman subyek didik yang dievaluasi berdasarkan jumlah nilai skor atau persentase jumlah jawaban benar dari soal tes perolehan belajar setelah mendapatkan proses pembelajaran. Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2003: 159), prestasi adalah hasil yang merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Dari beberapa definisi di atas, prestasi belajar adalah hasil pengukuran serta penilaian usaha belajar yang menggambarkan tingkat kepahaman siswa.
b. Kecakapan Afektif Kecakapan afektif merupakan salah satu aspek hasil belajar. Menurut Krathwohl dalam Mimin Haryati (2007: 36-37) ada 5 tingkatan dalam aspek afektif , yaitu: 1) Receiving/attending (penerimaan), yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesedian memperhatikan hal tersebut. Peserta didik memiliki memiliki keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena khusus, sehingga guru dapat mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif 2) Responding
(tanggapan),
yang
mencakup
kerelaan,
kesediaan
memperhatikan dan berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Peserta didik tidak hanya memperhatikan fenomena khusus tetapi juga beraksi terhadap fenomena yang ada. Hasil belajar pada tingkat ini adalah diperolehnya respon, keinginan memberikan respon atau kepuasan memberikan respon. Tingkatan tertinggi pada responding adalah minat, yaitu hal-hal yang commit to user menekankan pada pencapaian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus,
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
misalnya senang bertanya, senang membaca buku, senang membantu sesama dll. 3) Valuing (penilaian), yang mencakup penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. Hasil belajar pada tingkatan ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi. 4) Organization (organisasi), yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Hasi belajar pada tingkatan ini berupa konseptualisasi nilai atau orgasisasi sistem nilai, misalnya pengembangan filsafat hidup. 5) Characterization (karakterisasi) nilai, yang mencakup kemampuan menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada suatu waktu tertentu hingga terbentuk pola hidup. Hasil belajar pada tingkatan ini adalah berkaitan dengan pribadi, emosi, dan rasa sosialis. Karakteristik ranah afektif ada beberapa macam. Karakteristikkarakteristik tersebut diantaranya sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Dalam penelitian ini karakteristik ranah afektif yang diteliti adalah minat.
c. Minat Minat merupakan salah satu kecakapan afektif. Menurut Getzel (1966) seperti dikutip dalam Mimin Haryati (2007: 39), minat adalah suatu disposisi yang terorganisasikan melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Hal yang penting dalam minat adalah intentitasnya. Secara umum, minat termasuk karakteristik ranah afektif yang memiliki intensitas tinggi. Jika seseorang berminat terhadap sesuatu, maka orang tersebut akan melakukan langkah-langkah konkrit untuk mencapai hal commit to user tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
Mulyasa (2005: 194) mengatakan minat (interest) yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Yul Iskandar (2000: 9), minat adalah usaha dan kemampuan untuk mempelajari (learning) dan mencari sesuatu. Underwood (2000: 31) menyatakan bahwa minat mempunyai aspekaspek sebagai berikut. 1) Ketertarikan pada suatu objek tertentu. Ketertarikan terhadap suatu objek tertentu ini dalam suatu proses pembelajaran meliputi kelengkapan fasilitas belajar, minat atau rasa suka terhadap mata pelajaran, serta frekuensi kegiatan dalam waktu periode tertentu. 2) Respon terhadap suatu objek tertentu. Respon ini dalam proses pembelajaran meliputi penghargaan atau penggunaan pada waktu belajar, orientasi pada hasil belajar yang telah dicapai, tingkat aspirasi, keuletan, dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan, dan arah sikap pebelajar terhadap sasaran kegiatan belajarnya. 3) Keinginan terhadap suatu hal. Keinginan terhadap suatu hal meliputi kecenderungan untuk memahami suatu konsep dan pengorbanan untuk mencapai tujuan. Menurut Ormrod (2002: 104), ada beberapa strategi yang sering membangkitkan minat terhadap topik-topik di kelas sebagai berikut. 1) Modelkan (contohkan) kesenangan dan antusiasme tentang topik-topik di kelas. 2) Sesekali masukkan keunikan, variasi, fantasi, atau misteri sebagai bagian dari pelajaran dan prosedur. 3) Doronglah siswa mengidentifikasi tokoh-tokoh sejarah atau karakter fiksi serta membayangkan apa yang mungkin dipikirkan atau dirasakan oleh orang-orang tersebut. 4) Berikan kesempatan bagi siswa untuk merespon materi pelajaran secara commit to userdan bereksperimen dengan objekaktif, antara lain dengan memanipulasi
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
objek
fisik,
menciptakan
produk
baru,
memperdebatkan
isu-isu
kontroversial, atau mengajarkan sesuatu yang telah mereka pelajari kepada teman-teman sebayanya. Dari beberapa pengertian di atas diperoleh simpulan bahwa minat adalah keinginan yang besar untuk mempelajari dan mencari tahu. Indikator-indikator minat dalam penelitian ini adalah: 1) Ketertarikan pada pembelajaran matematika a) Kelengkapan fasilitas belajar b) Minat terhadap belajar matematika c) Frekuensi kegiatan dalam periode tertentu 2) Respon terhadap pembelajaran matematika a) Penghargaan pada waktu belajar b) Orientasi pada hasil belajar yang telah dicapai c) Tingkatan aspirasi d) Keuletan dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan e) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan 3) Keinginan terhadap belajar matematika a) Kecenderungan untuk memahami konsep b) Pengorbanan untuk mencapai tujuan
4. Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional merupakan salah satu karakteristik siswa. Menurut Cooper dan Sawaf (2002: 497), kecerdasan emosional adalah kemampuan mengindera, memahami, dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh. Goleman (2003: 45) mengatakan, kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Dalam Hamzah B. Uno (2009: 69), Stein dan Book (2002) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan pengertian kecerdasan emosional dalam penelitian ini, bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami perasaan dan maknanya serta dengan efektif menerapkan kekuatan untuk mengendalikan perasaan tersebut. Goleman (2003: 57-59) mengungkapkan bahwa Salovey menempatkan intrapersonal intellegence (kecerdasan pribadi) dalam teori Multiple Intellegence Howard Gardner sebagai dasar dalam mendefinisikan kecerdasan emosional yang dicetuskannya, kemudian memperluas kemampuan kecerdasan emosional menjadi lima wilayah utama, yaitu sebagai berikut. a. Mengenali emosi diri. Intinya adalah kesadaran diri, yaitu mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Hal ini merupakan dasar kecerdasan emosional. Kesadaran diri adalah perhatian terus menerus terhadap keadaan batin seseorang. Dalam keadaan refleksi diri ini, pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat seseorang berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi. b. Mengelola emosi, yaitu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas. Kecakapan ini juga bergantung pada kesadaran diri. Mengelola emosi berhubungan dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dan akibat-akibat commit to user yang ditimbulkan akibat gagalnya keterampilan emosional dasar. Orang yang
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
buruk kemampuannya dalam keterampilannya ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. c. Memotivasi diri sendiri. Termasuk dalam hal ini adalah kemampuan menata emosi dan kendali diri emosional. Kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional adalah menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Orang yang memili keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam apapun yang mereka kerjakan. d. Mengenali emosi orang lain, yaitu empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional yang merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. e. Membina hubungan. Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. Meraka adalah bintang-bintang pergaulan. Lima unsur kecerdasan emosi yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan kecakapan sosial (Hamzah B. Uno, 2006: 87). Kelima unsur tersebut dijelaskan sebagai berikut. a. Kesadaran diri. Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengembalian keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realitas atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Unsur kesadaran diri dalam kecerdasan emosi melahirkan commitemosi to userdiri, penilain diri secara teliti, dan kecakapan yang meliputi kesadaran
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
percaya diri. Menurut Goleman, orang yang memiliki kesadaran emosi diri memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1) Tahu emosi mana yang sedang mereka rasakan dan mengapa. 2) Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka pikirkan, perbuat, dan katakan. 3) Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja. 4) Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran-sasaran mereka. Orang yang memiliki kecakapan penilaian diri secara teliti atau pengukuran diri yang akurat, maka ia memiliki keterampilan berikut. 1) Sadar tentang kekuatan dan kelemahannya. 2) Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman. 3) Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima umpan perspektif baru, mau terus belajar dan mengmbangkan diri sendiri. 4) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia mamandang diri sendiri dengan perspektif yang luas. Orang yang memiliki kecakapan kepercayaan diri adalah mereka yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1) Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan “keberadaannya”. 2) Berani menyuarakan pandangan yang tidak populer dan bersedia berkorban. 3) Tegas, mempu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan. b. Pengaturan diri. Pengaturan diri yang dimaksudkan adalah menangani emosi sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu gagasan, maupun pulih kembali dari tekanan emosi. Unsur pengaturan diri dalam kecerdasan emosional melahirkan kecakapan yang meliputi kendali diri, sifat dapat dipercaya, kewaspadaan, adaptabilitas, dan inovasi. Menurut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Goleman, orang yang cakap dalam kendali diri atau pengendalian diri adalah mereka yang memiliki keterampilan berikut. 1) Mengelola dengan baik perasaan impulsif dan emosi yang menekan mereka. 2) Tatap teguh, tetap positif, dan tidak goyah walaupun dalam situasi yang paling berat. 3) Berpikir dengan jernih dan tetap fokus kendati dalam tekanan Orang yang memiliki kecakapan dalam sifat dapat dipercaya dan sifat bersungguh-sungguh atau kewaspadaan adalah mereka yang memiliki kualifikasi sebagai berikut. Untuk sifat dapat dipercaya, antara lain: 1) Bertindak menurut etika dan tidak pernah mempermalukan orang. 2) Membangun kepercayaan lewat keandalan diri dan autentisitas. 3) Mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidak etis orang lain. 4) Berpegang pada prinsip secara teguh walaupun apabila akibatnya menjadi tidak disukai. Untuk sifat bersungguh-sungguh atau kewaspadaan antara lain: 1) Memenuhi komitmen dan mematuhi janji. 2) Bertanggung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan mereka. 3) Terorganisasi dan cermat dalam bekerja. Orang yang memiliki kecakapan inovasi dan adaptabilitas adalah mereka yang memiliki keterampilan sebagai berikut: Untuk inovasi, antara lain: 1) Selalu mencari gagasan baru dari berbagai sumber. 2) Mendahulukan solusi-solusi yang orisinal dalam pemecahan masalah. 3) Menciptakan gagasan-gagasan baru. 4) Berani mengubah wawasan dan mengambil resiko akibat pemikiran baru mereka. Untuk adaptabilitas, antara lain: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
1) Terampil menangani beragam kebutuhan, bergesernya prioritas, dan pesatnya perubahan. 2) Siap mengubah tanggapan dan taktik untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. 3) Luwes dalam memandang situasi. c. Motivasi Motivasi yang dimaksudkan adalah menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut kita untuk menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi. Unsur motivasi dalam kecerdasan emosi melahirkan kecakapan yang meliputi dorongan prestasi, komitmen, inisiatif, dan optimisme. Orang yang memiliki kecakapan dorongan untuk berprestasi mempunyai ciri-ciri berikut. 1) Berorientasi kepada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar. 2) Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan. 3) Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik. 4) Terus belajar untuk meningkatkan kinerja mereka. Orang yang memiliki kecakapan dalam komitmen mempunyai karakter sebagai berikut. 1) Siap berkorban demi pemenuhan sasaran perusahaan yang lebih penting. 2) Merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar. 3) Menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan dan penjabaran pilihan-pilihan. 4) Aktif mencari peluang guna memenuhi misi kelompok. Orang yang memiliki kecakapan inisiatif memiliki keterampilan sebagai berikut. 1) Siap memanfaatkan peluang. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Mengejar sasaran lebih daripada yang dipersyaratkan atau diharapkan dari mereka. 3) Berani melanggar batas dan aturan yang tidak prinsip apabila perlu agar tugas dapat dilaksanakan. 4) Mengajak orang lain melakukan sesuatu yang tidak lazim dan bernuansa petualangan. Orang yang memiliki kcakapan optimisme adalah mereka yang mempunyai keterampilan sebagai berikut. 1) Tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan. 2) Bekerja dengan harapan untuk sukses, bukannya takut gagal. 3) Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi. d. Empati Empati yaitu merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif
mereka,
menumbuhkan
hubungan
saling
percaya
dan
menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Unsur empati dalam kecerdasan emosi meliputi memahami orang lain, orientasi pelayanan, pengembangan orang lain, mengatasi keragaman, dan kesadaran politis. Orang yang memiliki kecakapan dalam memahami orang lain adalah mereka yang memiliki keterampilan sebagai berikut. 1) Memperhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkannya dengan baik. 2) Menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain. 3) Membantu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain. Orang yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan orang lain adalah orang yang memiliki keterampilan berikut. 1) Mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan, dan perkembangan orang lain. 2) Menawarkan umpan balik yang bermanfaat dan mengidentifikasi kebutuhan orang lain untuk berkembang. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Menjadi mentor, memberikan pelatihan pada waktu yang tepat, dan penugasan
yang
menantang
serta
memaksakan
dikerahkannya
keterampilan seseorang. Orang yang memiliki kecakapan dalam orientasi pelayanan adalah mereka yang memiliki keterampilan berikut: 1) Memahami kebutuhan pelanggan dan menyesuaikan semua itu dengan pelayanan atau produk yang tersedia. 2) Mencari berbagai cara untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. 3) Dengan senang hati menawarkan bantuan yang sesuai. 4) Menghayati perspektif pelanggan, bertindak sebagai penasihat yang dapat dipercaya. Orang yang memiliki kecakapan dalam mendayagunakan keragaman adalah mereka yang memiliki keterampilan berikut. 1) Hormat dan mau bergaul dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. 2) Memahami beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan antara kelompok. 3) Memandang keragaman sebagai peluang, menciptakan lingkungan yang memungkinkan semua orang sama-sama maju kendati berbeda-beda. 4) Berani menentang sikap membeda-bedakan dan intoleransi. Orang yang memiliki kecakapan kesadaran politik adalah mereka yang mempunyai keterampilan sebagai berikut. 1) Membaca dengan cermat hubungan kekuasaan yang paling tinggi. 2) Mengenal dengan baik semua jaringan sosial yang penting. 3) Memahami kekuatan yang membentuk pandangan serta tindakan klien, pelanggan, atau pasien. 4) Membaca dengan cermat realitas perusahaan realitas di luar. e. Keterampilan sosial Keterampilan sosial yang dimaksud adalah menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan commit to dan user memimpin, bermusyawarah dan kemampuan ini untuk mempengaruhi
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. Unsur keterampilan sosial dalam kecerdasan emosi meliputi pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperasi, dan kemampuan tim. Orang yang memiliki kecakapan pengaruh adalah mereka yang memiliki keterampilan berikut. 1) Terampil dalam persuasi. 2) Menyesuaikan presentasi untuk menarik hati pendengar. 3) Menggunakan strategi yang rumit seperti memberi pengaruh tidak langsung untuk membangun konsensus dan dukungan. 4) Memadukan dan menyelaraskan peristiwa-peristiwa dramatis agar menghasilkan sesuatu yang efektif. Orang yang memiliki kecakapan komunikasi adalah mereka yang memiliki keampuan berikut. 1) Efektif dalam memberi dan menerima, menyertakan isyarat emosi dalam pesan-pesan mereka. 2) Menghadapi masalah-masalah sulit tanpa ditunda. 3) Mendengarkan dengan baik, berusaha saling memahami, dan bersedia berbagi informasi secara utuh. 4) Menggalakkan komunikasi terbuka dan tatap bersedia menerima kabar buruk sebagaimana kabar baik. Orang yang memiliki kecakapan manajemen konflik adalah mereka yang mempunyai keterampilan berikut. 1) Menangani orang–orang sulit dan situasi tegang dengan diplomasi dan taktik. 2) Mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi menjadi konflik, menyelesaikan perbedaan pendapat secara terbuka, dan membantu mendinginkan situasi. 3) Menganjurkan debat dan diskusi secara terbuka. 4) Mengantar ke solusi menang-menang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
Orang yang memiliki kecakapan kepemimpinan adalah mereka yang memiliki keterampilan berikut. 1) Mengartikulasikan dan membangkitkan semangat untuk meraih visi serta misi bersama. 2) Melangkah di depan untuk memimpin apabila diperlukan, tidak peduli sedang dimana. 3) Memandu kinerja orang lain namun tetap memberikan tanggung jawab kepada mereka. 4) Memimpin melalui teladan. Orang yang memiliki keterampilan katalisator perubahan adalah mereka yang mempunyai kecakapan sebagai berikut. 1) Menyadari perlunya perubahan dan dihilangkannya hambatan. 2) Menentang status quo untuk menyatakan perlunya perubahan. 3) Menjadi pelopor perubahan dan mengajak orang lain ke dalam perjuangan itu. 4) Membuat model perubahan seperti yang diharapkan orang lain. Orang yang memiliki kecakapan membangun ikatan adalah mereka yang memiliki kemampuan berikut. 1) Menumbuhkan dan memelihara jaringan tidak formal yang meluas. 2) Mencari hubungan yang saling menguntungkan. 3) Membangun hubungan saling percaya dan memelihara keutuhan anggota. 4) Membangun dan memelihara persahabatan pribadi di antara sesama mitra kerja. Orang yang memiliki kecakapan kolaborasi dan kooperasi adalah mereka yang mempunyai keterampilan berikut. 1) Menyeimbangkan pemusatan perhatian kepada tugas dengan perhatian kepada hubungan. 2) Kolaborasi, berbagai rencana, informasi, dan sumber daya. 3) Mempromosikan iklim kerjasama yang bersahabat. 4) Mendeteksi dan menumbuhkan peluang-peluang untuk kolaborasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
Orang yang memiliki kecakapan dalam kemampuan tim adalah mereka yang memiliki keterampilan berikut. 1) Menjadi teladan dalam kualitas tim seperti respek, kesediaan membantu orang lain, dan kooperasi. 2) Mendorong setiap anggota tim agar berpartisipasi secara aktif dan penuh antusiasme. 3) Membangun identitas tim, semangat kebersamaan, dan komitmen. Indikator-indikator yang digunakan untuk kecerdasan emosional dalam penelitian ini adalah: 1) Aspek kesadaran diri a) Kesadaran emosi diri b) Kecakapan penilaian diri secara teliti c) Kecakapan kepercayaan diri 2) Aspek kendali dorongan hati a) Kecakapan pengendalian diri b) Sifat dapat dipercaya c) Sifat bersungguh-sungguh atau kewaspadaan d) Kecakapan inovasi e) Kecakapan adaptabilitas 3) Aspek motivasi a) Kecakapan dorongan untuk berprestasi b) Kecakapan dalam komitmen c) Kecakapan inisiatif d) Kecakapan optimisme 4) Aspek Empati a) Kecakapan dalam memahami orang lain b) Kecakapan dalam mengembangkan orang lain c) Kecakapan dalam orientasi pelayanan d) Kecakapan dalam mendayagunakan keragaman 5) Aspek Keterampilan sosial a) Kecakapan mempergaruhi orang lain b) Kecakapan komunikasi commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Kecakapan manajemen konflik d) Kecakapan kepemimpinan e) Keterampilan katalisator perubahan f) Kecakapan dalam kemampuan tim B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan Model ARCS dan model ARIAS. “Designing Motivational Learning System in Distance Education”, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sali (2008) dari Anadolu University di Turki. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2008. Kesimpulan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut. “ Many studies have been made about designing of motivational learning processes. One of the most important of them is the ARCS model. Categories of attention, relevance, confidence, and satisfaction of this design seek to find answers to questions about the way motivational strategies are used in a teaching activity which aims at stimulating the learning motive of the student or continuing this motive” Dengan kata lain, telah banyak dilakukan penelitian tentang desain motivasi dalam proses pembelajaran, dan salah satu yang paling penting adalah desain model ARCS. Kategori attention, relevance, convident, dan satisfaction dalam model ARCS merupakan desain untuk menemukan strategi motivasi yang digunakan dalam kegiatan mengajar yang bertujuan untuk menstimulasi motivasi belajar siswa atau membuat motivasi belajar siswa berlangsung secara kontinu. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama mengaji model ARCS. Adapun perbedaaanya adalah penelitian tersebut menggunakan pendekatan
kualitatif
sedangkan
penelitian
ini
menggunakan
pendektan
kuantitatif. Sebuah penelitian dengan judul “Penerapan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, and Satisfaction) dalam pembelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)” dilakukan oleh Siahaan (2010). Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model ARIAS lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menggunakan model commit to user konvensional. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sama meneliti efektifitas model ARIAS. Adapun perbedaannya adalah penelitian tersebut membandingkan model ARIAS dengan model konvensioanal, sedangkan penelitian ini membandingkan model ARIAS dengan model ARCS. Penelitian tersebut dilakukan dalam pembelajaran TIK sedangkan penelitian ini dilakukan dalam pembelajaran matematika. Perbedaan yang lain adalah penelitian tersebut mengambil siswa kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) Pasundan 2 Bandung, sedangkan penelitian ini mengambil populasi siswa kelas VIII SMP di kabupaten Sragen. Dimyati dan Erwin Setyo Kriswanto (2009) dari Universitas Negeri Yogyakarta melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Pelajaran Pendidikan Jasmani Melalui Aplikasi Model Pembelajaran ARIAS”. Penelitian tersebut dipublikasikan dalam Proceeding Diseminasi Hasilhasil Penelitian Tingkat Nasional 2009 oleh Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SMP dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti efektifitas model ARIAS dan penelitian sama-sama dilakukan pada siswa SMP. Adapun perbedaanya adalah penelitian tersebut dilakukan pada pelajaran pendidikan jasmani, sedangkan penelitian ini dilakukan pada pembelajaran matematika.
C. Kerangka Berpikir 1. Kaitan antara model pembelajaran dengan prestasi belajar matematika Model pembelajaran yang digunakan guru sangat berpengaruh daya serap siswa terhadap materi yang pelajari. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran yang tepat sangatlah penting. Pada pembelajaran dengan model konvensional, orientasi pembelajaran masih berpusat pada guru, dimana guru aktif memberikan pembelajaran dan siswa sebagai objek yang menerima materi pembelajaran. Pada kondisi demikian, pembelajaran menjadi kurang menyenangkan bagi siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
Berbagai macam model pembelajaran telah banyak dikembangkan diantaranya adalah model ARCS dan model ARIAS. Pada pembelajaran dengan model ARCS, motivasi siswa dibangkitkan dan dipertahankan sampai pembelajaran usai. Oleh karena motivasi yang meningkat, diharapkan pembelajaran akan lebih efektif sehingga prestasi belajar akan meningkat. Model ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Dalam model ARIAS terdapat Assesment (penilaian) dalam setiap pembelajaran. Penilaian adalah proses mengamati sebuah sampel dari perilaku seorang siswa dan mengambil kesimpulan tentang pengetahuan dan kemampuan siswa tersebut. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran akan lebih efektif dan prestasi belajar siswa lebih meningkat. Model ARCS dan model ARIAS merupakan desain pembelajaran yang menekankan pada motivasi siswa. Namun, pada model ARIAS terdapat satu komponen yaitu assesment (penilaian) yang tidak terdapat pada model ARCS. Penilaian tersebut dapat digunakan sebagai evaluasi sekaligus pijakan tindak lanjut pada pembelajaran berikutnya. Dengan adanya penilaian setiap pada pembelajaran tersebut dapat lebih cepat diketahui pengetahuan dan kemampuan siswa. Dengan pertimbangan tersebut,
pembelajaran dengan
model ARIAS akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model ARCS. 2. Kaitan antara model pembelajaran dengan minat. Minat adalah keinginan yang besar untuk mempelajari dan mencari tahu. Dalam pembelajaran di kelas, minat dipengaruhi beberapa hal diantaranya adalah model pembelajaran. Model ARCS dan model ARIAS merupakan model pembelajaran yang mengutamakan terbangunkannya minat siswa. Dengan demikian, penggunaan model tersebut dalam pembelajaran akan meningkatkan kecakapan afektif siswa terutama minat siswa. Dalam model ARIAS terdapat komponen asesmen yang tidak ada pada model ARCS. Salah satu keguanaan adanya asesmen adalah mengetahui kelemahan dan kelebihan. Dengan mengetahui kelemahan, siswa dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
menggunakannya untuk meningkatkan kelemahannya. Oleh karena itu model ARIAS akan lebih meningkatkan minat siswa. 3. Kaitan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami perasaan dan maknanya serta dengan efektif menerapkan kekuatan untuk mengendalikan perasaan tersebut. Semakin tinggi kecerdasan emosional, semakin siswa mengenal, memahami, dan mengendalikan perasaanya. Kecerdasan emosional mempunyai 5 unsur. Di dalam unsur-unsur tersebut, terdapat kepercayaan diri, sifat bersungguh-sungguh, kecakapan inovasi, kecakapan dorongan berprestasi, sifat optimis, dan kecakapan komunikasi yang kesemua unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian siswa yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang memiliki prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. 4. Kaitan kecerdasan emosional dengan minat Dalam kecerdasan emosional, terdapat unsur-unsur yang di dalamnya memiliki beberapa ciri diantaranya berorientasi kepada hasil dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar, mengambil resiko yang telah diperhitungkan, siap memanfaatkan peluang, mengejar sasaran lebih baik daripada yang dipersyaratkan atau diharapkan dari mereka, tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan, menghadapi masalah-masalah sulit tanpa ditunda, bekerja dengan harapan untuk sukses, bukan takut gagal. Hal tersebut sesuai dengan indikator pada aspek minat yaitu respon terhadap mata pelajaran matematika. Ciri-ciri yang lain diantaranya mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik, siap berkorban demi sasaran yang lebih penting. Ciri-ciri tersebut sesuai dengan indikator aspek minat yaitu keinginan terhadap belajar matematika. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
Dengan demikian, Siswa yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi memiliki minat lebih baik daripada siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional desang memiliki minat lebih baik daripada siswa yang memiliki kecerdasan emosiomal rendah. 5. Kaitan model pembelajaran, kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang memiliki kepercayaan diri, sifat bersungguh-sungguh, kecakapan inovasi, kecakapan dorongan berprestasi, sifat optimis, dan kecakapan komunikasi. Pemberian asesmen pada setiap pembelajaran membuat siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang lebih percaya diri karena dan optimis karena umpan balik yang diberikan guru membuatnya mengetahui kelemahan pengetahuannya dalam materi pembelajaran kemudian membuatnya terdorong untuk lebih bersungguh-sungguh dalam pembelajaran, melakukan inovasi dalam menjawab soal juga merangsangnya untuk bertanya dan berkomunikasi dengan guru atas materi yang belum dipahami. Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap prestasi belajat. Dengan demikian, model pembelajaran ARIAS lebih efektif daripada model pembelajaran ARCS terhadap prestasi belajar pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang. Pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah dan tinggi, ada atau tidaknya asesmen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran. Dengan demikian, pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan rendah baik model pembelajaran ARCS maupun ARCS memiliki efektifitas yang sama. 6. Kaitan model pembelajaran, kecerdasan emosional dengan minat Siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang memiliki ciri diantaranya berorientasi kepada hasil dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar, mengambil resiko yang telah diperhitungkan, siap memanfaatkan peluang, mengejar sasaran lebih baik daripada yang dipersyaratkan atau diharapkan dari mereka, tekun dalam commit to user mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan, menghadapi
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masalah-masalah sulit tanpa ditunda, bekerja dengan harapan untuk sukses, bukan takut gagal. Pemberian asesmen dalam pembelajaran membuat siswa mereka memiliki daya juang yang tinggi, mengejar sasaran lebih baik dari pada yang dipersyaratkan, siap memanfaatkan peluang, menghadapi masalah sulit tanpa di tunda, memiliki harapan untuk berhasil. Hal-hal tersebut berpengaruh pada respon terhadap pembelajaran yang merupakan salah satu indikator pada kecakapan minat. Asesmen juga membuat siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang berusaha mencari informasi tentang materi pelajaran agar dapat berhasil dalam pembelajaran. Hal ini relevan dengan keinginan siswa terhadap belajar matematika yang merupakan salah satu indikator aspek minat. Dengan demikian, model pembelajaran ARIAS lebih efektif daripada model pembelajaran ARCS terhadap minat pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang. Pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah dan tinggi, ada atau tidaknya asesmen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran. Dengan demikian, pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan rendah baik model pembelajaran ARCS maupun ARCS memiliki efektifitas yang sama.
D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut. 1. Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) menghasilkan prestasi belajar lebih daripada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). 2. Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) menghasilkan minat belajar lebih baik daripada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). 3. Siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang, dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki prestasi belajar lebih baik daripada
siswa-siswa yang memiliki
kecerdasan emosional rendah. 4. Siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai minat lebih baik daripada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang, dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang memiliki minat lebih baik daripada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. 5. Pada kategori kecerdasan emosional sedang Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) memberikan prestasi belajar lebih baik daripada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). Sedangkan pada kategori kecerdasan emosional tinggi dan rendah, kedua model memberikan prestasi belajar geometri yang sama. 6. Pada kategori kecerdasan emosional sedang Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) memberikan minat lebih baik daripada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). Sedangkan pada kategori kecerdasan emosional tinggi dan rendah, kedua model memberikan minat yang sama.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri dan Swasta di Kabupaten Sragen pada tahun ajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanakan penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: a. Tahap Persiapan 1). Bulan Desember 2011 – Januari 2012 : penyusunan proposal tesis 2). Bulan Januari – Februari 2012
: pengajuan instrumen penelitian
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai dengan bulan Mei 2012. c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan 1). Bulan Mei – Juni 2012: pengolahan data hasil penelitian 2). Bulan Juni – Juli 2012 : penyusunan laporan
B. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu (quasiexperimental research). Hal itu dikarenakan penelitian ini tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003: 82) bahwa, “Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak commit to user memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang
43
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
relevan”. Dalam penelitian ini dilakukan manipulasi variabel untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika dan minat belajar matematika siswa. Variabel yang dimaksud adalah variabel bebas, yaitu model pembelajaran. Sebelum
eksperimen
dilakukan,
terlebih
dahulu
dilakukan
uji
keseimbangan. Uji keseimbangan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah keadaan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dalam keadaan seimbang atau tidak. Data yang digunakan untuk menguji keseimbangan tersebut adalah nilai pre-tes pada pokok bahasan lingkaran. Dalam penelitian ini, kedua kelas diasumsikan sama dalam semua segi yang sesuai dan hanya berbeda dalam penggunaan model pembelajaran. Pada akhir eksperimen, kedua kelas diukur dengan menggunakan alat ukur yang sama yaitu instrumen tes prestasi belajar matematika pada materi pokok geometri dan instrumen kecakapan minat belajar matematika. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai data eksperimen, kemudian data yang diperoleph diolah dan hasilnya dibandingkan dengan tabel uji statistiknya. 2. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian faktorial 2 x 3, dengan maksud untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Model Pembelajaran (A) Model ARCS (A1) Model ARIAS (A2) Keterangan:
Kecerdasan Emosional (B) Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3) Prestasi Minat Prestasi Minat Prestasi Minat A1B11 A1B12 A1B21 A1B22 A1B31 A1B32 A2B11 A2B12 A2B21 A2B22 A2B31 A2B32
A1B11 = baris model ARCS kolom kecerdasan emosional tinggi untuk prestasi A1B12 = baris model ARCS kolom kecerdasan emosional tinggi untuk minat A1B21 = baris model ARCS kolom kecerdasan emosional sedang untuk prestasi A1B22 = baris model ARCS kolom kecerdasan emosional sedang untuk minat A1B31 = baris model ARCS kolom kecerdasan emosional rendah untuk prestasi A1B32 = baris model ARCS kolom kecerdasan emosional rendah untuk minat A2B11 = baris model ARIAS kolom kecerdasan emosional tinggi untuk prestasi commit to user emosional tinggi untuk minat AB = baris model ARIAS kolom kecerdasan 2 12
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A2B21 = baris model ARIAS kolom kecerdasan emosional sedang untuk prestasi A2B22 = baris model ARIAS kolom kecerdasan emosional sedang untuk minat A2B31 = baris model ARIAS kolom kecerdasan emosional rendah untuk prestasi A2B32 = baris model ARIAS kolom kecerdasan emosional rendah untuk minat C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Menurut Sugiyono (2011: 117), populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa SMP di kabupaten Sragen pada tahun ajaran 2011/2012 2. Sampel Penelitian Dalam suatu penelitian, tidak perlu melakukan penelitian terhadap semua anggota populasi, karena disamping memerlukan biaya yang sangat besar juga membutuhkan waktu yang relatif lama. Dengan penelitian yang dilakukan terhadap sebagian dari anggota populasi, diharapkan hasil yang diperoleh dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Sebagian populasi yang diambil tersebut disebut sebagai sampel. Menurut Sugiyono (2011: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti. 3. Teknik Pengambilan Sampel Menurut Sugiyono (2011: 73), sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Stratified Cluster Random Sampling dengan langkahlangkah sebagai berikut. a. Mengambil data semua SMP yang ada di Kabupaten Sragen. Populasi dibagi berdasarkan peringkat sekolah sehingga terbentuk tiga peringkat yaitu tinggi, sedang, rendah. Pengelompokan sekolah didasarkan atas rangking sekolah dari commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hasil UN tahun ajaran 2010/2011 dengan kriteria pengelompokan sebagai berikut. Kelompok tinggi
:ꛨ
ꛨ̅
:ꛨ
ꛨ̅
Kelompok sedang : ꛨ̅ Kelompok rendah
. ꛨ
.
ꛨ̅
.
b. Berdasarkan data sekolah tersebut, ditentukan secara random tiga sekolah yang akan digunakan menjadi sampel yang diambil dari masing-masing tingkat c. Dari masing-masing sekolah, sampel yang terpilih diambil dua kelas secara random. Satu kelas sebagai kelas eksperimen pertama dan kelas yang lainnya sebagai kelas eksperimen kedua.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Identifikasi Variabel Untuk keperluan pengumpulan data, dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat. a. Variabel Bebas 1) Model Pembelajaran a) Definisi operasional: Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. b) Skala Pengukuran: nominal. c) Kategori: model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) dan model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction). 2) Kecerdasan Emosional a) Definisi operasional: Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami perasaan dan maknanya serta dengan efektif menerapkan kekuatan untuk mengendalikan perasaan tesebut. b) Skala pengukuran: interval ditransformasikan ke skala ordinal. commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Kategori: :ꛨ
ꛨ̅
Kecerdasan emosional rendah : ꛨ
ꛨ̅
Kecerdasan emosional tinggi
Kecerdasan emosional sedang : ꛨ̅ b. Variabel Terikat
. ꛨ
.
ꛨ̅
.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa dan minat belajar matematika siswa. 1) Prestasi belajar matematika siswa a) Definisi operasional: prestasi belajar adalah hasil pengukuran serta penilaian usaha belajar yang menggambarkan tingkat kepahaman siswa. b) Skala pengukuran: Interval 2) Minat belajar matematika siswa a) Definisi operasional: minat adalah keinginan yang besar untuk mempelajari dan mencari tahu b) Skala pengukuran: Interval
2. Teknik Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Metode Tes Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan
atau
suruhan-suruhan
kepada
subyek
penelitian (Budiyono, 2003:54). Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar matematika siswa. Instrumen tes berentuk tes pilihan ganda dengan 4 alternatif pilihan jawaban, setiap jawaban benar mendapat skor 1 sedangkan setiap jawaban salah mendapat skor 0. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen tes diuji validitas instrumennya. Selanjutnya, instrumen diuji cobakan untuk dilihat tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitasnya. 1) Uji Validitas Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi dilakukan melalui experts judgment (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Dalam hal ini para penilai (yang sering disebut subject matter experts), menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili substansi yang akan diukur. Langkah berikutnya, para penilai menilai apakah masing-masing butir tes telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang dilakukan. 2) Tingkat Kesukaran Butir Soal Tingkat kesukaran butir soal menyatakan proporsi banyaknya peserta yang memjawab benar butir soal tersebut terhadap seluruh peserta tes (Budiyono, 2011: 30). Tingkat kesukaran butir soal pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus
P=
B , dengan: N
B = Angka indeks kesukaran untuk setiap butir soal.
ᦘ = Banyak peserta tes yang dapat menjawab benar pada butir soal yang bersangkutan.
= Banyak peserta tes ( Budiyono, 2011: 30) Interpretasi terhadap angka indeks kesukaran item berdasarkan pendapat Robert L.Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam Nana Sudjana (2009: 137) yaitu sebagai berikut.
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.2 Kategorisasi Indeks Tingkat Kesukaran (P) Besar P kurang dari 0,30 0,30-0,70 lebih dari 0,70
Kategori sukar sedang mudah
Butir soal yang dipakai dalam penelitian ini adalah butir soal sedang dengan nilai 0,30 £ P £ 0,70. 3) Daya Beda Suatu butir soal mempunyai daya pembeda baik jika kelompok siswa pandai menjawab benar butir soal lebih banyak dari pada kelompok siswa tidak pandai (Budiyono, 2011: 33). Butir yang memiliki daya beda tinggi berarti dapat membedakan antara siswa yang pandai dan kurang pandai. Daya beda masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson berikut. rxy =
(nSX
nSXY - (SX )(SY ) 2
)(
- (SX ) nSY 2 - (SY ) 2
2
)
dengan 謀Y =
angka indeks daya beda item,
r = banyaknya subyek,
X = skor untuk butir ke-i, Y = total skor.
Jika indeks daya beda butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut
harus dibuang. (Budiyono, 2003:65) 4) Uji Reliabilitas Suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang berlainan pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan (Budiyono, 2003:commit 65). to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda. Oleh karena itu,
reliabilitas instrumen tes dihitung
menggunakan rumus KR-20, yaitu: 2 æ N öæç st - å pi qi r11 = ç ÷ st2 è N - 1 øçè
ö ÷ ÷ ø
dengan
r11 = indeks reliabilitas instrumen, = banyaknya butir instrumen, st2
= variansi total,
pi
= proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i,
qi
= 1 – pi .
Soal dikatakan reliabel jika
≥ 0,7 (Budiyono 2003: 69)
b. Metode Angket Pengertian angket sama dengan kuesioner. Sugiyono (2011: 199) mengemukakan: “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk memperoleh data mengenai kecapan afektif yaitu minat belajar matematika siswa. Setelah instrumen angket dibuat, dilakukan uji validitas. Selanjutnya, instrumen diuji cobakan untuk dilihat konsistensi internal setiap butir soal dan reliabilitas angket tersebut. 1) Uji Validitas Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk menilai apakah instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi dilakukan melalui experts judgment (penilaian yang dilakukan oleh para pakar). Dalam hal ini, para penilai (yang sering disebut subjectcommit mattertoexperts) user menilai apakah kisi-kisi yang
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili substansi yang akan diukur. Langkah berikutnya, para penilai menilai apakah masing-masing butir tes telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang dilakukan. 2) Konsistensi Internal Sebuah instrumen terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Menurut Budiyono (2003: 65), “Kesemua butir itu harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula”. Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor total. Dalam penelitian ini, untuk menghitung konsistensi internal pada butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson berikut. rxy =
(nSX
nSXY - (SX )(SY ) 2
)(
- (SX ) nSY 2 - (SY ) 2
2
)
dengan rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i,
r = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen), X = skor butir ke-i (dari subjek uji coba), Y = total skor (dari subjek uji coba ),
Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 butir tersebut harus dibuang. (Budiyono, 2003: 65) 3) Uji Reliabilitas Untuk menguji reliabilitas angket, perhitungan indeks reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha yaitu: 2 æ n öæç å si r11 = ç ÷ 1- 2 st è n - 1 øçè
ö ÷ ÷ ø
dengan commit to user r11 = indeks reliabilitas instrumen,
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
r = cacah butir instrumen, = variansi,
= variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba, Soal dikatakan reliabel jika
≥ 0,7. (Budiyono, 2003: 70)
c. Skala Likert Prinsip utama skala Likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum suatu aspek terhadap suatu objek, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi itu dilakukan dengan pertanyaan atau pernyataan yang disediakan (Budiyono, 2011 : 48-49). Dalam penelitian ini, bentuk pernyataan sangat negatif dinyatakan dengan sangat tidak setuju dan penyataan sangat positif dinyatakan dengan sangat setuju, sehingga skala yang digunakan adalah 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3 (setuju), 4 (sangat setuju). Skala Likert ini digunakan untuk mengambil data mengenai kecerdasan emosional siswa. Uji instrumen skala Likert ini sama dengan uji instrumen pada angket.
E. Teknik Analisis Data 1. Uji Keseimbangan Uji ini dilakukan pada saat kelompok eksperimen pertama dan kelompok eksperimen kedua belum dikenai perlakuan. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua sampel yang independen. Untuk menguji keseimbangan sampel digunakan uji F dengan statistik Hotelling’s T2. Johnson dan Winchern (2002) menyebutkan bahwa asumsi yang harus dipenuhi untuk uji F dengan statistik Hotelling’s T2 adalah dua hal yaitu kedua populasi berdistribusi normal multivariat dan homogenitas dari matriks variansi-kovariansi. a.
Normal secara Multivariat Distribusi normal multivariat merupakan suatu metode analisis yang commit to user digunakan pada kasus dimana kualitas suatu produk diukur lebih dari satu
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variabel. Pengujian ini dilakukan untuk menguji dugaan bahwa distribusi data yang akan dianalisis telah berdistribusi normal multvariat. Langkah uji normalitas multivariat adalah sebagai berikut. 1). Hipotesis H0 : Data pengamatan berdistribusi normal multivariat. H1 : Data pengamatan tidak berdistribusi normal multivariat. 2). Tingkat signifikan a = 0,05 3). Langkah mencari distribusi normal Multivariat adalah sebagai berikut. a). Menghitung nilai jarak kuadrat dengan rumus :
(
)
(
T
d 2j = X j - Xp S -1 X j - Xp
)
dengan j
= 1, 2, …, n
Xj
= Obyek pengamatan ke-j
d 2j
= Nilai jarak kuadrat ke-j
S–1
= Invers matrik varians-kovarian
b). Mengurutkan nilai dari nilai terkecil sampai yang terbesar d (21) £ d (22 ) £ d (23 ) £ ... £ d (2n )
c). Mencari nilai dari diperoleh dari tabel χ2. 4). Keputusan Uji: H0 ditolak jika d 2j ≥ χ2(p; 0,05) lebih dari 50% data. (Johnson dan Winchern, 2002: 184) b. Homogenitas dari Matriks Variansi-Kovariansi MANOVA
(Multivariate
Analysis
of
Variance)
dua
jalur
membutuhkan syarat matriks varians kovarians yang homogen dan data harus berdistribusi
normal
multivariat.
Untuk
menguji
syarat
ini
dapat
dipergunakan statistik uji Box’s M. Langkah-langkah uji hipotesis dengan statistik uji Box’s M sebagai berikut. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1). Hipotesis H0 : matriks varians kovarians untuk variabel prestasi dan minat belajar siswa adalah homogen. H1 : matriks varians kovarians untuk variabel prestasi dan minat belajar siswa tidak homogen. 2). Tingkat signifikan a = 0,05 k
3). Statistik uji :
M=
k
å n ln S - å n ln S i =1
i
i =1
i
i
dengan k
S=
åv S i
i =1 k
åv i =1
C -1
i
, i
æ ç k 1 1 = çå - k ç i =1 v i vi ç å i =1 è
ö ÷ 2 ÷ æç 2 p + 3 p - 1 ö÷ dan vi = ni – 1 ÷ ç (6 p + 1)(k - 1) ÷ ø ÷è ø
4). Daerah kritis H0 ditolak pada nilai MC–1 ³ c (2k -1) p ( p +1) . 2
(Morrison, 2005) c.
Uji Keseimbangan Rata-rata Budiyono (2011: 1-2) menjelaskan langkah-langkah uji beda rataan multivariat dengan statistik Hotelling’s T2 sebagai berikut. 1) Hipotesis ém ù ém ù H0 : ê 11 ú = ê 12 ú ë m 21 û ë m 22 û ém ù ém ù H1 : ê 11 ú ¹ ê 12 ú ë m 21 û ë m 22 û
2) Tingkat signifikan a = 5% commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Statistik uji F=
n1 + n 2 - p - 1 2 T ~ F(0,05; p; N–p–1) (n1 + n 2 - 2) p
dengan T2 =
n 1n 2 n1 + n 2
(X
- X 2 ) S-1 (X 1 - X 2 ) T
1
n1 = banyak data amatan pada kelompok pertama n2 = banyak data amatan pada kelompok kedua p = banyak variabel terikat S = matriks variansi dan kovariansi dari 2 variabel terikat
é X 12 ù éX11 ù ú- ê ú ë X 22 û ëX 21 û Matriks S dicari dengan formula : X1 - X 2 = ê
S= é SS W1 = ê 11(1) ë SS 21(1)
SS12(1) ù SS 22(1) úû
é SS W1 = ê 11(2) ë SS 21(2)
SS12(2) ù SS 22(2) úû
W1 + W2 n1 + n 2 - 2
Keterangan : p
= banyak variabel terikat.
W1 = matriks Sum of Square Cross Product untuk kelompok yang diberi pembelajaran dengan model ARCS. W2 = matriks Sum of Square Cross Product untuk kelompok yang diberi pembelajaran dengan model ARIAS. 4) Daerah kritik DK = { F | F > F(0,05; p; N -p -1)
}
5) Keputusan uji H0 ditolak jika F Î DK commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Uji Prasyarat Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, data yang digunakan harus memenuhi syarat yaitu: a. Normal secara multivariat b. Homogen matriks variansi-kovariansi Kedua uji untuk prasyarat tersebut sama dengan uji prasyarat pada uji keseimbangan diatas.
3. Pengujian Hipotesis Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis multivariat dua jalan dengan sel sama (Johnson dan Wichern, 1991: 307-317), dengan model data sebagai berikut. 䟰17
dengan
䟰
1
䟰1
䟰17
= rerata seluruh data, 䟰
= efek faktor A kategori ke-l,
䟰1
= efek interaksi faktor A dan faktor B pada kategori ke-l dan ke-k,
1
= efek faktor B kategori ke-k,
䟰17 =
variabel random independen berdistribusi normal N(0,
),
dan
䟰
= 1, 2 ;
1
䟰1
䟰1
= banyaknya kategori faktor A,
= 1, 2, 3; A = lanyaknya kategori faktor B,
= 1, 2, …, r ; r = banyaknya amatan data setiap sel.
Untuk melakukan komputasi, terlebih dahulu dibuat tabel rerata sebagai
berikut. commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.3 Tabel Rerata pada MANOVA (Multivariate Analysis of Variance)
Model Pembelajaran (A)
ARCS
ARIAS
Rerata Kolom
Kecerdasan Emosional (B) Tinggi Sedang Rendah Prestasi Minat Prestasi Minat Prestasi Minat
X 111
X 211
X112
X 212
X 213
X 213
X 121
X 221
X122
X 222
X123
X 223
X1·1
X 2·1
X 1· 2
X 2· 2
X1·3
X 2·3
Rerata Baris
X 11· X 21· X 12 · X 22· X1 X2
Berdasarkan rerata-rerata tersebut, didefinisikan matriks-matriks rerata berikut.
éX111 ù éX112 ù éX121 ù éX122 ù ú ; X12 = ê ú ; X 21 = ê ú ; X 22 = ê ú ëX 211 û ëX 212 û ëX 221 û ëX 222 û
X11 = ê
é X13· ù é X11· ù éX12· ù ú ú ; X 2· = ê ú ; X3· = ê ë X 21· û ëX 22· û ë X 23· û
X1· = ê
é X1·1 ù éX1·2 ù ú ; X ·2 = ê ú; X = ë X 2·1 û ëX 2·2 û
X ·1 = ê
éX1 ù ê ú ëX 2 û
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis multivariat dua jalan dengan sel sama adalah sebagai berikut. a. Hipotesis 1) H0A :
0
H1A : setidaknya ada satu 0
2) H0B :
0
H1B : setidaknya ada satu 3) H0AB :
⋯
H1AB : setidaknya ada satu
0
0
0
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Taraf signifikansi ( ) = 0,05 c. Statistik uji Statistik uji menggunakan uji multivariat dua jalan kemudian uji univariat dua jalan. 1) Uji multivariat dua jalan (a). Untuk H0A ∗
∧
dengan ∧∗
|
|
| B.
B|
| A
∧ | B.
B|
|
B|
|
∧∗
∧ |
B툈
A
B|
2) Uji univariat dua jalan
B|
|
|
Ar
Ar
dan
··
dan Ar commit to user
|
A
(a). Untuk H0A
dengan
|
/2 /2
Ar
dan
∗
dengan |
Ar | A
∗
(c). Untuk H0AB
∧∗
∧∗
|
/2 /2
Ar
dan
dengan |
|
Ar
B|
|
(b).Untuk H0B
∧∗
∧∗
.
/2
/2
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(b).Untuk H0B
dengan (c). Untuk H0AB
A
·· A
Ar
dan
··
A
dengan d. Komputasi
.
.
A
dan
Ar
1) Komputasi untuk uji multivariat Sumber Faktor A (Model Pembelajaran) Faktor B (Kecerdasan Emosional) Interaksi
Residual (Error)
Derajat kebebasan
Matrix of Sum of Squares and cross product (SSP) ·· ·· ··
Total
··
(
)( X
(
)( X
Ar X i · - X
.
r X· j - X
.
(
r X ij - X i · - X · j + X 툈
7
(X
툈
··
ijk
(X
i·
·j
)( X
ij
- X) - X)
T
T
- X i· - X· j + X )
- X ij )( X ijk - X ij )
ijk
- X )( X ijk - X )
T
T
Residual (Error)
Total
Sum of Squares (SS) ·· ·· ··
Ar
. .
r ··7 ··
(X
(X
l·
(
r X· k
T
Ar
lk
Derajat kebebasan
- X) - X)
- Xl · - X· k + X )
툈
(X
툈
(X
lkr
lkr
- Xlk ) -X
)
A Ar
2) Komputasi untuk uji univariat Sumber Faktor A (Model Pembelajaran) Faktor B (Kecerdasan Emosional) Interaksi
A
A A Ar Ar
Dalam penelitian ini, komputasi akan dilakukan dengan bantuan commit to user program komputer yaitu SPSS Statistics 20.
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Daerah Kritis 1) Daerah kritis uji multivariat adalah
Daerah kritis untuk Daerah kritis untuk
adalah
Daerah kritis untuk
│
=
│
=
adalah
=
2) Daerah kritis untuk uji univariat adalah
Daerah kritis untuk Daerah kritis untuk
adalah adalah
Daerah kritis untuk
= =
∉ DK, H0 ditolak jika
│
,
│
│
=
f. Keputusan Uji H0 diterima jika
,
,
,
│
,
,
∈ DK
4. Uji Komparasi Ganda Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis univariat/analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe. a. Statistik uji 1) Komparasi rerata antar baris
Fi×- j× =
(X
i×
- X j×
)
2
æ1 1 ö MSE ç + ÷ ç ni× n j× ÷ è ø 2) Komparasi rerata antar kolom F×i -× j =
(X
×i
- X×j
)
2
æ1 1 ö MSE ç + ÷ ç n×i n× j ÷ è ø
3) Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
Fij - kj =
(X
ij
- X kj
)
2
æ 1 1 ö MSE ç + ç nij nkj ÷÷ commit to user è ø
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan:
.
.
.
.
= nilai F pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j. = nilai F pada pembandingan kolom ke-i dan ke-j = nilai F pada pembandingan rerata pada sel ke-ij dan rerata pada sel ke-kj = rerata pada baris ke-i
.
X.
= rerata pada baris ke-j
.
= rerata pada kolom ke-i
X.
= rerata pada kolom ke-j
n.
= kuran sampel baris ke-i
n.
= ukuran sampel kolom ke-i
MSE = rerata kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi. nĖ.
= ukuran sampel baris ke-j
n.Ė
= ukuran sampel kolom ke-j
n
n
n
Ė
Ė
= ukuran sampel sel ij = ukuran sampel sel kj = ukuran sampel sel ik
b. Daerah kritis (DK) 1) 2) 3)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
; ;
;
;
;
;
c. Keputusan uji untuk setiap pasangan komparasi rerata : H0 diterima jika H0 ditolak jika
∉ DK
∈ DK
(Budiyono, 2009: 215)
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini meliputi data awal dan data hasil eksperimen. Data awal berupa tes prestasi awal materi pokok Lingkaran dan angket minat belajar matematika siswa. Data hasil eskperimen adalah data hasil tes prestasi belajar matematika pada materi pokok geometri, data angket minat belajar matematika siswa, dan data tes skala Likert kecerdasan emosional siswa. Data hasil eksperimen diperoleh dengan instrumen yang sebelumnya telah dilakukan uji coba. Berikut adalah uraian tentang data-data penelitian.
1. Uji Keseimbangan a. Data Prestasi Awal Data ini diperoleh dari tes prestasi yang terdiri dari 15 butir pilihan ganda pada materi pokok lingkaran. Tes prestasi dibuat berdasarkan indikator pada materi pokok lingkaran. Materi ini dipilih karena diajarkan sebelum materi pokok yang diuji pada penelitian ini. Tes dikonsultasikan pada salah satu guru SMP kelas VIII, yaitu Sukarmin, S.Pd dan tidak dilakukan uji coba mengingat waktu yang tidak cukup untuk melakukan uji coba dan analisis butir soal. Soal tes prestasi awal dapat dilihat pada Lampiran 6. b. Data Minat Belajar Matematika Siswa Awal Data ini diperoleh dari angket minat belajar matematika siswa. Namun sebelum angket ini digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validasi dan uji coba. Hasil uji validasi dan uji coba adalah sebagai berikut. 1) Uji Validitas Validitas yang diuji adalah validitas isi yang dilakukan oleh dua orang yaitu dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta yaitu Muhammad Toyib, S.Pd dan guru Bahasa Indonesia, yaitu Joko Purwanto, S.Pd. Angket yang diajukan kepada validator terdiri dari 32 butir dan semua butir commitcatatan to useruntuk direvisi. dinyatakan valid dengan beberapa 62
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Validator pertama memberi beberapa catatan. Pada aspek kesesuaian butir soal dengan indikator, semua soal dinyatakan sesuai dengan indikator. Pada aspek telaah yang lain, semua butir soal juga dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditelaah. Namun, terdapat beberapa saran pembetulan pada penulisan kata yang tidak sempurna, misalnya kelebihan atau kekurangan huruf. Validator kedua memberi beberapa catatan, diantaranya adalah pada aspek kesesuaian perumusan butir soal dengan kaidah bahasa Indonesia. Penelaahan aspek ini meliputi pemilihan kata yang tepat yang sesuai dengan bahasa baku, penggunaan tanda baca koma dan huruf kapital, serta penyusunan kalimat. Pada aspek pilihan jawaban sesuai dengan urutan logis pemberian skor, terdapat beberapa pilihan jawabaan yang tidak sesuai dengan urutan logis pemberian skor yaitu butir nomor 3, 9, dan 25. Oleh karena itu, pilihan jawaban harus diurutkan kembali sesuai dengan urutan logis pemberian skor. Pada aspek penggunaan bahasa yang komunikatif, nomor 1, 5, 10, 12, 15, 20, 21, 22, dan 26 terdapat catatan untuk direvisi dengan bahasa yang lebih komunikatif sesuai dengan saran validator. Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. 2) Uji Konsistensi Internal Uji ini menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sehingga diperoleh 25 butir yang konsisten internal. Sebanyak 7 butir tidak konsisten internal karena memiliki nilai ⹐껈Ė kurang dari 0,3. Nilai
⹐껈Ė butir nomor 1 adalah -0,0321; nomor 4 adalah 0,2179; nomor 6 adalah
0,2326; nomor 14 adalah 0,2683; nomor 19 adalah 0,1428; nomor 20 adalah 0,0633; dan nomor
26 adalah 0,2980. Ketujuh soal tersebut untuk
selanjutnya dibuang. Namun demikian, semua indikator telah terwakili oleh butir-butir soal yang konsisten. Berdasarkan uji konsistensi interal tersebut, butir soal yang dipakai dalam penelitian ini sebanyak 25 butir soal yaitu nomor 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11,12, 13, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, dan 32. Hasil perhitungan konsistensi internal selengkapnya commit to user dapat dilihat pada Lampiran 14.
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Uji Reliabilitas Uji Realibilitas ini menggunakan rumus Alpha pada 25 butir soal yang dipakai sehingga diperolah ⹐侨侨= 0,8992. Dengan nilai tersebut,
instrumen ini termasuk reliabel karena memiliki nilai ⹐侨侨
0,7. Hasil
perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
c. Uji Keseimbangan Rata-rata Data hasil tes prestasi awal dan angket minat tersebut selanjutnya digunakan untuk menguji keseimbangan antara kedua kelas eksperimen. Namun, sebelum melakukan uji keseimbangan, dilakukan uji normalitas multivariat awal dan homogenitas matriks variansi-kovariansi awal. 1) Uji Normalitas Multivariat Awal a) Uji Normalitas Multivariat Awal Populasi Data yang diperoleh dari tes prestasi awal dan minat belajar siswa awal sebelum diberi perlakuan, diuji apakah memenuhi syarat normal multivariat. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Multivariat Awal Populasi c
Persentase Nilai d2
2 (2; 0,05)
5,991
d2 ≤ c2(2; 0,05)
d2 > c2(2; 0,05)
97,222%
2,778%
Keputusan Uji H0 tidak ditolak
Berdasarkan hasil uji normalitas multivariat diatas, diperoleh bahwa hanya ada 2,778% dari nilai d2 yang bernilai lebih dari c2(2; 0,05) artinya, pada taraf signifikansi 5%, data tes prestasi awal dan minat belajar siswa berdistribusi normal multivariat. Hasil uji normalitas multivariat awal populasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. b) Uji Normalitas Multivariat Awal Setiap Kelompok Populasi dikelompokkan menjadi dua, kemudian kedua kelompok akan dikenai perlakuan yang berbeda. Data tes prestasi awal dan minat belajar siswa setiap kelompok sebelum diberi perlakuan, diuji apakah memenuhi syarat normal multivariat. Hasil yang diperoleh adalah sebagai commit to user berikut.
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Multivariat Awal Setiap Kelompok Kelompok
c
Persentase Nilai d2
2 (2; 0,05)
d2 ≤ c2(2; 0,05)
d2 > c2(2; 0,05)
Keputusan Uji
I
5,991
97,222%
2,778%
H0 tidak ditolak
II
5,991
97,222%
2,778%
H0 tidak ditolak
Berdasarkan hasil uji normalitas multivariat di atas, untuk kelompok eksperimen I diperoleh bahwa ada 2,778% nilai d2 yang lebih dari c2(2; 0,05) artinya, pada taraf signifikansi 5%, data tes prestasi awal dan minat belajar siswa awal kelompok eksperimen I berdistribusi normal multivariat. Untuk kelompok eksperimen II diperoleh bahwa nilai d2 yang lebih dari c2(2;
0,05)
sebanyak 2,778% artinya, pada taraf
signifikansi 5%, data tes prestasi awal dan minat belajar siswa kelompok eksperimen II juga berdistribusi normal multivariat. Hasil perhitungan uji normalitas multivariat awal untuk setiap kelompok selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18 2) Uji Homogenitas Matriks Variansi–Kovariansi Awal. Untuk menguji syarat ini dipergunakan statistik uji Box-M. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Matriks Variansi – Kovariansi Awal Kelompok I II
Matriks Variansi Kovariansi é 235 , 286 1, 465 ù ê 1, 465 98 , 601úû ë
é 333,864 ê -19 ,819 ë
-19 ,819 ù 96 , 394 úû
c2hitung
0,056
c2(3;
Keputusan Uji
0,05)
7,815
H0 diterima
Uji homogenitas matriks variansi kovariansi memberikan hasil yaitu nilai dari c2hitung ≤ c2(3;0,05) artinya, dengan taraf signifikansi 5%, matriks variansi-kovariansi untuk variabel prestasi belajar dan minat belajar matematika siswa pada setiap kelompok adalah homogen. Hasil Perhitungan uji homogenitas matriks variansi-kovariansi awal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Uji Keseimbangan rata-rata Hasil digunakan uji F dengan statistik Hotelling’s T2 diperoleh adalah sebagai berikut. Tabel 4.4 Hasil Uji Keseimbangan Menggunakan Uji F Klp. I II
W 16.705,319 104,014
23.704,319 1.407,153
S 104,014 7000,653
1.407,153 6.843,986
284,575 9,177
9,177 97,497
F
F(0,05;2;141)
Keputusan uji
1,574
3,00
H0 diterima
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai F sebesar 1,574. Daeerah kritis DK = {F | F > 3,00 } sehingga F bukan merupakan anggota daerah kritis akibatnya H0 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Kedua populasi memiliki kondisi awal yang seimbang. Hasil perhitungan uji keseimbangan rata-rata selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
2. Data Kecerdasan Emosional Siswa Data ini diperoleh dengan menggunakan intrumen berupa skala Likert. Namun sebelum instrumen ini digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validasi dan uji coba. Hasil uji validasi dan uji coba adalah sebagai berikut. a. Uji Validitas Validitas yang diuji adalah validitas isi yang dilakukan oleh dua orang yaitu dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta yaitu Muhammad Toyib, S.Pd dan guru Bahasa Indonesia yaitu Joko Purwanto, S.Pd. Angket yang diajukan kepada validator terdiri dari 60 butir dan semua butir dinyatakan valid dengan beberapa catatan untuk direvisi. Validator pertama memberi beberapa catatan. Pada aspek kesesuaian butir soal dengan indikator, semua soal dinyatakan sesuai dengan indikator. Pada aspek telaah yang lain, semua butir soal juga dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditelaah. Namun, terdapat beberapa saran pembetulan pada penulisan kata yang tidak sempurna, misalnya kelebihan atau kekurangan commit to user huruf.
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
Validator kedua memberi beberapa catatan, diantaranya adalah pada aspek telaah kesesuaian butir soal dengan indikator, terdapat dua butir soal yang redaksionalnya sama namun digunakan untuk mengukur dua indikator yang berbeda. Butir soal tersebut adalah butir nomor 6 dan 43. Oleh karena itu disarankan untuk membuat butir soal yang redaksionalnya berbeda yang mengukur masing-masing indikator yang diinginkan. Pada aspek telaah kesesuaian perumusan butir soal dengan kaidah bahasa Indonesia terdapat beberapa catatan yaitu pemilihan kata yang tepat yang sesuai dengan bahasa baku, penggunaan tanda baca koma dan huruf kapital, serta penyusunan kalimat. Pada telaah aspek penggunaan bahasa yang komunikatif, nomor 50 dan 58 terdapat catatan untuk direvisi dengan bahasa yang
lebih
komunikatif sesuai dengan saran validator. Dari 63 butir soal yang telah ditelaah, selanjutnya direvisi. Namun, penelitian ini hanya mengambil 60 butir soal dari soal yang telah ditelaah tersebut untuk diuji coba. Butir soal yang ditidak diuji cobakan adalah butir soal nomor 6, 10, dan 53. Butir soal nomor 6 tidak dipakai karena mempunyai redaksional sama dengan butir soal nomor 43 dan keduanya mengukur indikator yang sama, serta pada indikator yang diukur oleh butir soal nomor 6, terdapat dua butir lain yang mewakili. Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. b. Uji Konsistensi Internal Uji ini menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson. Sebanyak 24 butir tidak konsisten internal karena memiliki nilai ⹐껈Ė kurang dari 0,3. Nilai ⹐껈Ė butir nomor 3 adalah 0,2953; nomor 4 adalah 0,084; nomor 6 adalah 0,2555; nomor 17 adalah 0,0727; nomor 19 adalah 0,0350; nomor 22 adalah 0,1233; nomor 24 adalah 0,1685; nomor 25 adalah 0,1457; nomor 29 adalah 0,1601; nomor 30 adalah -0,4030; nomor 33 adalah 0,0766 ; nomor 34 adalah 0,2935; nomor 35 adalah 0,2478; nomor 39 adalah 0,0978; nomor 41 adalah 0,0435 ; nomor 42 adalah 0,1824; nomor 43 adalah -0,2169; nomor 46 adalah -0,1689 ; nomor 50 adalah 0,1646; nomor 51 adalah -0,1868; nomor 52 commit to user adalah 0,28836; nomor 54 adalah 0,1349; nomor 56 adalah -0,4279, dan
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nomor 57 adalah 0,0352. Kedua puluh empat butir soal tersebut untuk selanjutnya tidak dipakai. Namun demikian, semua indiator telah terwakili oleh butir-butir soal yang konsisten. Berdasarkan uji konsistensi internal tersebut, butir soal yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 butir yaitu butir nomor 1, 2, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 23, 26, 27, 28, 31, 32, 36, 37, 38, 40, 44, 45, 47, 48, 49, 53, 55, 58, 59, 60. Hasil perhitungan konsistensi internal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27. c. Uji Reliabilitas Uji Realibilitas ini menggunakan rumus Alpha dari 36 butir soal yang dipakai sehingga diperolah ⹐侨侨= 0,9011. Dengan nilai tersebut, instrumen ini termasuk reliabel karena memiliki nilai ⹐侨侨
0,7. Hasil perhitungan
reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.
3.
Data Hasil Penelitian
Data prestasi diperoleh dari tes prestasi belajar matematika siswa. Namun sebelum tes ini digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validasi dan uji coba. Hasil uji validasi dan uji coba adalah sebagai berikut. 1) Uji Validitas Validitas yang diuji adalah validitas isi yang dilakukan oleh dua orang guru matematika yaitu guru SMP Negeri 1 Sragen yaitu Yuli Setyorini, S.Pd dan guru SMP Negeri 2 Sidoharjo, Sragen, yaitu Sukarmin, S.Pd. Instrumen tes terdiri dari 32 butir dengan 32 butir dinyatakan valid dengan beberapa catatan untuk direvisi. Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 30 dan 31. 2) Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Hasil uji coba instrumen tes prestasi belajar matematika menunjukkan bahwa dari 32 butir soal uji coba ada 8 butir soal yang tingkat kesukarannya (P) diluar 0,30 £ P £ 0,70 . Nilai P pada soal nomor 2 adalah 0,9429; nomor 6 adalah 0,7429; nomor 10 adalah 0,7429; nomor 11 adalah 0,7143; nomor 15 adalah 0,8286; dan nomor 30 adalah 0,7143. Keenam commit to user butir tersebut mempunyai nilai diatas 0,70 berarti butir-butir soal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
termasuk ke dalam butir soal mudah. Nilai P
69 digilib.uns.ac.id
pada nomor 24 adalah
0,2571, dan nomor 28 adalah 0,2571. Kedua butir tersebut mempunyai nilai dibawah 0,3 berarti butir-butir soal tersebut termasuk ke dalam butir soal sukar. Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36. 3) Uji Daya beda Hasil perhitungan daya beda butir tes menunjukkan bahwa dari 32 butir soal yang diuji cobakan ada 3 butir soal yang tidak memenuhi kriteria karena memiliki nilai ⹐껈Ė kurang dari 0,3. Nilai ⹐껈Ė pada nomor 12 adalah
0,0330; nomor 20 adalah -0,07863; dan nomor 32 adalah 0,0185. Ketiga butir soal tersebut untuk selanjutnya dibuang. Hasil perhitungan daya beda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36. Berdasarkan uji tingkat kesukaran butir soal dan daya beda terdapat 11 butir soal yang tidak dipakai yaitu butir soal nomor 2, 6, 10, 11, 12, 15, 20, 24, 28, 30, dan 32. Butir nomor 11 dan 12 mewakili indikator pencapaian kompetensi yang sama pada kisi-kisi penulisan tes prestasi, yaitu indikator: menemukan rumus luas permukaan kubus, balok, limas, dan prisma tegak. Apabila kedua butir soal tidak dipakai maka indikator tersebut tidak terwakili dalam soal. Oleh karena itu, peneliti mengambil salah satu diantara kedua butir tersebut yang lebih baik untuk dipakai. Nilai daya beda butir nomor 11 yaitu 0,3809 sedangkan butir nomor 12 adalah 0,0330 dan nilai tingkat kesukaran butir nomor 11 adalah 0,7143. Berdasarkan hal tersebut maka butir soal yang dipilih adalah butir soal nomor 11 karena memiliki nilai daya beda yang lebih baik dan sesuai kriteria serta memiliki nilai tingkat kesukaran yang dekat dengan kriteria. Dengan commit to user demikian butir soal yang dipakai dalam penelitian ini ada 22 butir yaitu butir
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
soal nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 29, dan 31. 4) Uji Reliabilitas Dari hasil uji coba tersebut diperoleh ⹐侨侨= 0,8723 berarti dapat
dikatakan bahwa tes prestasi tersebut reliabel. Hasil perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36. Data minat diperoleh dari angket minat belajar matematika siswa. Data kecerdasan emosional siswa diperoleh dari skala Likert. Rataan hasil tes prestasi, hasil angket minat belajar, dan hasil skala Likert kecerdasan emosional siswa adalah sebagai berikut. Tabel 4.5 Rataan Data Hasil Penelitian Rataan Rataan marginal marginan Prestasi Minat
Kecerdasan Emosional Model Pembela-jaran
Tinggi
Sedang
Rendah
Prestasi
Minat
Prestasi
Minat
Prestasi
Minat
Model ARCS
78.83333
79.83333
70.45833
68
65.625
Model ARIAS
83.29167
81
79.16667
81.83333
69.91667
72.5
Rataan Marginal
81.0625
80.41667
74.8125
74.91667
67.77083
68.16667
63.83333 71.6388889 70.55556 77.4583333 78.44444
B. Pengujian Persyaratan Analisis Asumsi yang harus dipenuhi untuk uji hipotesis dengan analisis multivariat dua jalur adalah kedua populasi berdistribusi normal multivariat, dan homogenitas dari matriks variansi-kovariansi. 1. Uji Normalitas Multivariat a.
Uji Normalitas Populasi Hasil perhitungan diperoleh sebagai berikut. Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Multivariat Populasi c
Persentase Nilai d2
2 (2; 0,05)
5,991
d2 ≤ c2(2; 0,05) 99,306%
d2 > c2(2; 0,05) 0,694% commit to user
Keputusan Uji H0 diterima
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil uji normalitas multivariat di atas, diperoleh bahwa hanya ada 0,694% dari nilai d2 yang bernilai lebih dari c2(2; 0,05) artinya, pada taraf signifikansi 5%, data penelitian berdistribusi normal multivariat. Hasil perhitungan uji normalitas multivariat populasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 45. b.
Uji Normalitas Setiap Kelompok Model Pembelajaran. Hasil perhitungan uji normalitas setiap kelompok model pembelajaran adalah sebagai berikut. Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Multivariat Kelompok Model Pembelajaran Model
c
Persentase Nilai d2
2 (2; 0,05)
d2 ≤ c2(2; 0,05)
d2 > c2(2; 0,05)
Keputusan Uji
ARCS
5,991
87,50%
12,5%
H0 diterima
ARIAS
5,991
93,056%
6,944%
H0 diterima
Berdasarkan hasil uji normalitas multivariat di atas, kedua model memiliki nilai d2 ≤ c2(2; 0,05) lebih dari 50% data. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa
data
setiap
kelompok
model
pembelajaran
berdistribusi normal multivariat. Hasil perhitungan uji normalitas multivariat kelompok model pembelajaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 46-47. c.
Uji Normalitas Setiap Kelompok Kecerdasan Emosional Siswa Hasil perhitungan uji normalitas setiap kelompok kecerdasan emosional siswa adalah sebagai berikut. Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Multivariat Kelompok Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional Tinggi Sedang Rendah
c2(2; 0,05) 5,991 5,991 5,991
Persentase Nilai d2 d ≤ c2(2; 0,05) d2 > c2(2; 0,05) 96% 4% 2,083% 97,917% 2,083% 97,917% 2
commit to user
Keputusan Uji H0 diterima H0 diterima H0 diterima
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil uji normalitas multivariat di atas, ketiga kategoti kecerdasan emosional memiliki nilai d2 ≤ c2(2; 0,05) lebih dari 50% data. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data setiap kategori kecerdasan emosional berdistribusi normal multivariat. Hasil perhitungan uji normalitas multivariat kelompok kecerdasan emosional selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 48-50 2. Uji Homogenitas Matriks Variansi – Kovariansi Uji ini menggunakan statistik uji Box-M. dalam penelitian ini, uji homogenitas matriks variansi-Kovariansi menggunakan bantuan program SPSS Statistic 20. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut. Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Matriks Variansi - Kovariansi No 1 2
Kategori Model Pembelajaran Kecerdasan Emosional
K
Box’s M
c 2 ( k -1) p ( p +1) a;
2
Keputusan Uji
Kesimpulan
2
1,089
7,815
H0 diterima
Homogen
3
7,050
12,592
H0 diterima
Homogen
Uji homogenitas matriks variansi kovariansi memberikan hasil yaitu nilai dari Box’s M ≤ c 2 ( k -1) p ( p +1) sehingga H0 diterima. Hal ini, masinga;
2
masing matriks variansi–kovariansi homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas matriks variansi–kovariansi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 51-52.
C. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Multivariat Hasil perhitungan analisis multivariat dua jalan dilakukan dengan bantuan program SPSS Statistics 20 disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 4.10 Rangkuman Analisis Multivariat Dua Jalan Sel Sama Efek A B AB
,
14,117 3,00 15,241 3,84 commit to user 2,189 3,84
Kep. Uji H0A ditolak H0B ditolak H0AB diterima
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel dapat dibuat simpulan berikut. a. Pada efek utama baris (A), H0A ditolak. Hal ini berarti bahwa pembelajaran matematika dengan model ARCS menghasilkan prestasi dan minat belajar matematika yang berbeda dengan pembelajaran matematika dengan model ARIAS. b. Pada efek utama kolom (B), H0B ditolak. Hal ini berarti tingkat kecerdasan emosional tinggi, sedang, dan rendah menghasilkan prestasi dan minat belajar matematika yang berbeda. c. Pada efek interaksi (AB), H0AB diterima. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan emosional pada prestasi dan minat belajar. Hasil perhitungan analisis multivariat selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 53. 2. Analisi Univariat Hasil perhitungan analisis univariat disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.11 Rangkuman Analisis Univariat Sumber A B AB
Variabel terikat Prestasi Belajar Minat Belajar Prestasi Belajar Minat Belajar Prestasi Belajar Minat Belajar
12,823 17,745 22,324 14,312 0,791 3,855
,
3,84 3,84 3,84
Kep. Uji H0A ditolak H0A ditolak H0B ditolak H0B ditolak H0AB diterima H0AB ditolak
Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat simpulan sebagai berikut. a. Pada efek utama baris (A) Pada prestasi belajar, H0A ditolak. Hal ini berarti bahwa pembelajaran matematika dengan model ARCS menghasilkan prestasi belajar matematika yang berbeda dengan pembelajaran matematika dengan model ARIAS. Pada minat belajar H0A ditolak. Hal ini berarti bahwa pembelajaran matematika dengan model ARCS menghasilkan minat belajar matematika commit to user yang berbeda dengan pembelajaran matematika dengan model ARIAS.
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pada efek utama kolom (B). Pada prestasi belajar, H0B ditolak. Hal ini berarti bahwa tingkat kecerdasan emosional yang berbeda menghasilkan prestasi belajar matematika yang berbeda. Pada minat belajar, H0B ditolak. Hal ini berarti bahwa tingkat kecerdasan emosional yang berbeda menghasilkan minat belajar matematika yang berbeda. c. Pada efek interaksi (AB) Pada prestasi belajar, H0AB diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan emosional pada prestasi belajar matematika. Pada minat belajar, H0AB ditolak. Hal ini berarti bahwa ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan emosional pada minat belajar matematika. Hasil perhitungan analisis univariat selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 54.
3. Uji Komparasi a. Uji Komparasi Prestasi Belajar Matematika antar Kolom Kecerdasan Emosional Hasil perhitungan uji komparasi prestasi belajar matematika antar kolom kecerdasan emosional disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.12 Hasil Uji Komparasi Prestasi Belajar Matematika antar Kolom H0 µ.11 = µ.21 µ.11 = µ.31 µ.21 = µ.31
Kecerdasan Emosional ̊ 1 ; 侨, 2 3,00 6,00 9,8523 2 3,00 6,00 44,5595 2 3,00 6,00 12,5064
Keputusan Uji H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak
Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat simpulan berikut: 1) Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki commit to user kecerdasan emosional sedang.
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. 3) Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Hasil perhitungan uji komparasi prestasi belajar matematika antar kolom kecerdasan emosional selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 55.
b. Uji Komparasi Minat Belajar Matematika antar Kolom Kecerdasan Emosional Hasil perhitungan uji komparasi minat belajar matematika antar kolom kecerdasan emosional disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.13 Hasil Uji Komparasi Minat Belajar Matematika antar Kolom Kecerdasan Emosional H0 µ.12 = µ.22 µ.12 = µ.32 µ.22 = µ.32
8, 2770 41,0601 12,4668
̊
1
2 3,00 2 3,00 2 3,00
;
侨,
6,00 6,00 6,00
Keputusan Uji H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak
Berdasar tabel di atas dapat dibuat simpulan sebagai berikut. 1) Terdapat perbedaan minat belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang. 2) Terdapat perbedaan minat belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. 3) Terdapat perbedaan minat belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Hasil perhitungan uji komparasi minat belajar matematika antar kolom commit to user kecerdasan emosional selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 56.
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Uji Komparasi Minat Belajar Matematika antar Sel Model Pembelajaran pada Kolom Kecerdasan Emosional. Hasil perhitungan uji komparasi minat belajar matematika antar sel model pembelajaran pada kolom kecerdasan emosional disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.14 Hasil Uji Komparasi Minat Belajar Matematika antar Sel Model Pembelajaran pada Kolom Kecerdasan Emosional H0 Keputusan Uji ̊ 1 ; 侨, µ112 = µ212 0,1294 (5) (2,21) = 11,05 H0 diterima µ122 = µ222 18,1945 (5) (2,21) = 11,05 H0 ditolak µ132 = µ232 7,1416 (5) (2,21) = 11,05 H0 diterima Berdasar tabel di atas dapat dibuat simpulan sebagai berikut: 1) Tidak terdapat perbedaan minat belajar matematika antara model ARCS dengan model ARIAS pada kecerdasan kecerdasan emosional tinggi 2) Terdapat perbedaan minat belajar matematika antara model ARCS dengan model ARIAS pada kecerdasan kecerdasan emosional sedang 3) Tidak terdapat perbedaan minat belajar matematika antara model ARCS dengan model ARIAS pada kecerdasan kecerdasan emosional rendah Hasil perhitungan uji komparasi minat belajar matematika antar kolom kecerdasan emosional pada model ARIAS selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 57.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Hipotesis Pertama Hasil analisis multivariat diperoleh sehingga
14,117
3,00
,侨
0,05
merupakan anggota daerah kiritis. Akbatnya H0 ditolak, ini berarti
terdapat perbedaan prestasi dan minat belajar pada perbedaan model pembelajaran. Oleh karena itu dilanjutkan dengan analisi univariat. Hasil analisis univariat diperoleh 侨,侨
0,05
sehingga
. iterhea 훠tshúhi
. iterhea 훠tshúhi
9,099
3,84
merupakan anggota daerah kritis.
Akibatnya H0 ditolak, berarti terdapat perbedaan prestasi belajar pada perbedaan model pembelajaran. Oleh karenacommit hanyatoada dua kategori model pembelajaran, user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu model ARCS dan model ARIAS, untuk menentukan model pembelajaran mana yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dilihat dari rataan marginalnya sebagai berikut. Tabel 4.15 Rataan Prestasi Belajar Model Pembelajaran
Kecerdasan Emosional Tinggi
Rataan Marginal
Sedang
Rendah
Model ARCS
78,8333 70,4583
65.625
71,6389
Model ARIAS
83,2917 79,1667 69,9167
77,4583
Rataan Marginal
81,0625 74,8125 67,7708
Dari tabel tersebut, rataan marginal prestasi belajar matematika model ARCS adalah 71,6389 sedangkan rataan marginal prestasi belajar matematika model ARIAS adalah 77,4583. Dengan demikian, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan pembelajaran model ARIAS lebih baik dari pada siswa dengan pembelajaran model ARCS. Pada pembelajaran dengan model ARIAS, terdapat komponen asesmen. Asesmen adalah proses mengamati sebuah sampel dari perilaku seorang siswa dan mengambil kesimpulan tentang pengetahuan dan kemampuan siswa tersebut. Asesmen yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan memberikan satu butir soal di setiap akhir pembelajaran. Soal tersebut diambil dari materi pokok yang diajarkan pada pertemuan tersebut. Soal berupa soal uraian. Siswa menulis jawaban
pada
lembar
jawab
yang
telah
disediakan
kemudian
di
kumpulkan.Jawaban kemudian dikoreksi dan diberi catatan berdasar atas kesalahan pengerjaan. Pada pertemuan berikutnya lembar jawab dibagikan kepada masing-masing siswa. Selanjutnya, beberapa catatan tersebut dibahas di depan kelas. Hal ini memberikan pemahaman terhadap materi yang lebih. Dengan hal tersebut, guru dapat mengetahui dengan cepat kelemahan siswa, materi mana yang belum dipahami siswa, dan apakah materi tertentu perlu dilakukan pembahasan ulang atau tidak. Dengan hasil tersebut, masing-masing siswa juga dapat dengan segera mengetahui kesalahannya sehingga dapat dengan commit to user segera pula memperbaikinya dengan mempelajari materi yang belum dipahami
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sendiri ataupun bertanya kepada guru. Pembahasan beberapa catatan secara klasikal dapat memberikan pelajaran bagi semua siswa untuk tidak melakukan kesalahan pengerjaan seperti yang dilakukan siswa lain atau untuk tidak mengulangi kesalahan pengerjaan yang dilakukannnya sendiri. Dengan demikian, pada saat pengambilan data dengan tes prestasi, siswa sudah lebih siap dengan pemahaman materi dan tidak melakukan kesalahan pengerjaan yang telah menjadi catatan. Hal ini mengakibatkan, siswa dapat memperoleh hasil tes prestasi yang baik. Komponen asesmen tidak terdapat dalam model ARCS, sehingga hal-hal yang diperoleh dari pemberian asesmen itu tidak didapatkan pada kelas dengan pembelajaran model ARCS. Oleh karena itu, hasil tes prestasi siswa dengan pembelajaran model ARIAS lebih baik dari pada siswa dengan pembelajaran model ARCS. Simpulan tersebut dan simpulan hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini yaitu model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Conficence and Satisfaction).
2. Hipotesis Kedua Hasil analisis univariat diperoleh 侨,侨
0,05
sehingga
.럸a˒hr 훠tshúhi
.럸a˒hr 훠tshúhi
17,745
3,84
merupakan anggota daerah kritis.
Akibatnya H0 ditolak, berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan minat belajar pada perbedaan model pembelajaran. Hal ini sesuai dengan simpulan dalam penelitian Haryadi (2006) bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan pada skor minat belajar matematika antara siswa yang diberi perlakuan yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda. Oleh karena hanya ada dua kategori model pembelajaran, yaitu model ARCS dan model ARIAS, untuk menentukan model pembelajaran mana yang menghasilkan minat belajar matematika lebih baik dilihat dari rataan marginalnya sebagai berikut.
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.16 Rataan Minat Belajar Model Pembelajaran Model ARCS Model ARIAS Rataan Marginal
Kecerdasan Emosional Rataan Marginal Tinggi Sedang Rendah 79,8333 68 63,8333 70,5556 81 81,8333 72,5 78,4444 80,4167 74,8125 68,1667
Dari tabel tersebut, rataan marginal minat belajar matematika model ARCS adalah 70,5556 sedangkan rataan marginal minat belajar matematika model ARIAS adalah 78,4444. Dengan demikian, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dengan pembelajaran model ARIAS lebih baik dari pada siswa dengan pembelajaran model ARCS. Komponen asesmen yang ada dalam pembelajaran dengan model ARIAS memberikan maanfaat bagi siswa. Manfaat yang diperoleh adalah dengan adanya asesmen tersebut masing-masing siswa mengatahui kelemahannya dalam pembelajaran yaitu melalui catatan yang diberikan dalam lembar jawabanya. Kelemahan yang dimaksud adalah kelemahan dalam pemahaman materi yang diajarkan. Dengan mengetahui kelemahan tersebut, siswa menjadi terdorong untuk mempelajari materi yang belum dipahami tersebut. Dengan kata lain, minat belajar siswa menjadi terdorong. Oleh karena itu, hasil angket minat siswa dengan pembelajaran model ARIAS lebih baik dari pada siswa dengan pembelajaran model ARCS. Simpulan tersebut dan simpulan hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini yaitu model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) menghasilkan minat belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Conficence and Satisfaction).
3. Hipotesis Ketiga Hasil analisis multivariat diperoleh sehingga
15,241
3,84
,侨
0,05
merupakan anggota daerah kiritis. Akbatnya H0 ditolak, ini berarti
terdapat perbedaan prestasi dan minat belajar pada perbedaan tingkat kecerdasan commit to user emosional. Oleh karena itu dilanjutkan dengan analisi univariat
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil analisis univariat diperoleh ,侨
0,05
sehingga
. iterhea 훠tshúhi
. iterhea 훠tshúhi
29,862
3,84
merupakan anggota daerah kritis.
Akibatnya H0 ditolak, berarti terdapat perbedaan prestasi belajar pada perbedaan tingkat kecerdasan emosional. Oleh karena ada tiga kategori tingkat kecerdasan emosional, yaitu tingkat kecerdasan emosional tinggi, sedang, dan rendah maka dilakukan uji komparasi untuk menentukan tingkat kecerdasan emosional mana yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik Berdasarkan uji komparasi prestasi belajar matematika antar kolom kecerdasan emosional, diperoleh F.11-.21 = 9,8523 > 6,00 = ( 3 - 1 )F0 ,05;( 3-1 );( 144-6 ) sehingga F.11-.21 merupakan anggota daerah kritis. Akibatnya H0 ditolak, berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang.
Nilai F.11-.31 = 44,5595 > 6,00 = ( 3 - 1 )F0 ,05;( 3-1 );( 144-6 )
sehingga
merupakan anggota daerah kritis. Akibatnya H0 ditolak, berarti
F.11-.31
terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah.Nilai
F.21-.31 = 12,5064 > 6,00 = ( 3 - 1 )F0 ,05;( 3-1 );( 144-6 )
sehingga
F.11-.31
merupakan
anggota daerah kritis. Akibatnya H0 ditolak, berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Selanjutnya, dengan melihat rataan marginal yaitu raataan marginal prestasi belajar matematika pada tingkat kecerdasan emosional tinggi, sedang, dan rendah masing-masing adalah 82,4792; 74,8333; dan 67,7083 dapat disimpulkan bahwa tingkat kecerdasan emosional tinggi menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada tingkat kecerdasan emosional sedang dan rendah dan tingkat kecerdasan emosinal sedang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada tingkat kecerdasan emosional rendah. Simpulan hasil penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai commit to user prestasi belajar lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
emosional sedang dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang mempunyai prestasi belajar lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah.
4. Hipotesis Keempat Hasil analisis univariat diperoleh ,侨
0,05
sehingga
.럸a˒hr 훠tshúhi
.럸a˒hr 훠tshúhi
14,312
3,84
merupakan anggota daerah kritis.
Akibatnya H0 ditolak, berarti terdapat perbedaan minat belajar pada perbedaan tingkat kecerdasan emosional. Oleh karena ada tiga kategori tingkat kecerdasan emosional, yaitu tingkat kecerdasan emosional tinggi, sedang, dan rendah maka dilakukan uji komparasi untuk menentukan tingkat kecerdasan emosional mana yang menghasilkan minat belajar matematika lebih baik Berdasarkan uji komparasi minat belajar matematika antar kolom kecerdasan emosional, diperoleh F.12-.22 = 8, 2770 > 6,00 = ( 3 - 1 )F0 ,05;( 3-1 );( 144-6 ) sehingga F.12 - .22 merupakan anggota daerah kritis. Akibatnya H0 ditolak, berarti terdapat perbedaan minat belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang.
Nilai F.12-.32 = 41,0601 > 6,00 = ( 3 - 1 )F0 ,05;( 3-1 );( 144-6 ) sehingga
merupakan anggota daerah kritis. Akibatnya H0 ditolak, berarti
F.12 - .32
terdapat
perbedaan minat belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Nilai
F.22-.32 = 12, 4668 > 6,00 = ( 3 - 1 )F0 ,05;( 3-1 );( 144-6 )
sehingga
F.12 - .32
merupakan
anggota daerah kritis. Akibatnya H0 ditolak, berarti terdapat perbedaan minat belajar matematika antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Selanjutnya, dengan melihat rataan marginal yaitu raataan marginal minat belajar matematika pada tingkat kecerdasan emosional tinggi, sedang, dan rendah masing-masing adalah 80,4167; 74,9167; dan 68,1667 dapat disimpulkan bahwa tingkat kecerdasan emosional tinggi menghasilkan minat belajar matematika lebih commit to user baik dari pada tingkat kecerdasan emosional sedang dan rendah dan tingkat
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kecerdasan emosinal sedang menghasilkan minat belajar matematika lebih baik dari pada tingkat kecerdasan emosional rendah. Simpulan hasil penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian ini bahwa siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai minat belajar lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang mempunyai minat belajar lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah.
5. Hipotesis Kelima Hasil analisis multivariat diperoleh sehingga
2,189
3,84
侨,侨
0,05
bukan merupakan anggota daerah kiritis. Akbatnya H0 diterima, ini
dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan emosional pada prestasi dan minat belajar matematika. Hasil ini sejalan dengan hasil analisis univariat yaitu 侨,侨
0,05 sehingga
0,791
3,84
bukan merupakan anggota daerah kiritis. Akibatnya H0
diterima, ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan emosional pada prestasi belajar matematika. Dengan kata lain, pada siswa dengan kecerdasan emosional tinggi, model ARIAS menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS. Pada siswa dengan kecerdasan emosional sedang, model ARIAS menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS. Pada siswa dengan kecerdasan emosional rendah, model ARIAS menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS. Simpulan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian ini bahwa pada kategori kecerdasan emosional sedang Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) memberikan prestasi belajar lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). Sedangkan pada kategori kecerdasan emosional tinggi dan rendah, kedua model memberikan prestasi belajar geometri yang sama. commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbedaan antara hipotesis penelitian dengan hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Ditinjau dari teori pembelajaran, model ARCS dan model ARIAS merupakan model yang berdasar pada teori desain motivasi. Kedua model tersebut merupakan model untuk meningkatkan motivasi. Namun, hipotesis pertama telah terbukti bahwa model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Conficence and Satisfaction). Dalam kedua kelompok eksperimen, masing-masing terdapat siswa yang dikelompokkan berdasar karakteristik kecerdasan emosional yaitu kelompok siswa dengan kecerdasan emosional tinggi, sedang, dan rendah. Komponen asesmen pada pembelajaran dengan model ARIAS memberi dampak siswa mengetahui kelemahan pemahaman materi dan kesalahan pengerjaan soal sehingga lebih siap dengan pemahaman materi dan tidak melakukan kesalahan pengerjaan yang telah menjadi catatan sehingga menghasilkan prestasi lebih baik dari pada siswa dengan pembelajaran model ARCS. Dampak ini terjadi pada setiap kategori kecerdasan emosional sehingga hasil prestasi belajar yang lebih baik itu terjadi pada masing-masing tingkat kecerdasan emosional. Sehingga, Pada siswa dengan kecerdasan emosional tinggi, model ARIAS menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS. Pada siswa dengan kecerdasan emosional sedang, model ARIAS menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS. Pada siswa dengan kecerdasan emosional rendah, model ARIAS menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS. 6. Hipotesis Keenam Dari hasil analisis multivariat pada efek interaksi disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan emosional pada prestasi dan minat belajar matematika. Namun setelah dilakukan analisis univariat diperoleh yaitu
3,855
3,84
侨,侨
0,05
sehingga
merupakan anggota daerah kiritis. Akibatnya H0 ditolak, ini dapat disimpulkan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan emosional commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada minat belajar matematika. Oleh karena itu, dilanjutkan uji komparasi antar sel model pembelajaran pada masing-masing tingkat kecerdasan emosional. Dari uji komparasi tersebut diperoleh ̊ 1
;
sehingga
侨,
侨侨
侨侨
0,1294
侨
11,05
bukan merupakan anggota daerah
侨
kritis. Akibatnya, H0 diterima, ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan minat belajar matematika antara model ARCS dengan model ARIAS pada kecerdasan kecerdasan emosional tinggi. Nilai 11,05
̊ 1
;
侨,
sehingga
18,1945
侨
bukan merupakan anggota
侨
daerah kritis. Akibatnya, H0 ditolak, ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan minat belajar matematika antara model ARCS dengan model ARIAS pada kecerdasan kecerdasan emosional sedang. Oleh karena itu, dilihat rata-rata masing-masing sel untuk mengetahui model pembelajaran mana
yang
menghasilkan minat belajar lebih baik pada kecerdasan emosional sedang. Ratarata minat belajar pada model ARCS adalah 68 sedangkan rata-rata minat belajar pada model ARIAS adalah 81,8333 maka model ARIAS menghasilkan minat belajar lebih baik dari pada model ARCS. Nilai ̊ 1
;
侨,
sehingga
侨
侨
7,1416
11,05
bukan merupakan anggota daerah kritis.
Akibatnya, H0 diterima, ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan minat belajar matematika antara model ARCS dengan model ARIAS pada kecerdasan kecerdasan emosional rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kecerdasan emosional sedang, model ARIAS menghasilkan minat belajar lebih baik dari pada model ARCS, sedangkan pada kecerdasan emosinal tinggi dan rendah model ARCS menghasilkan minat belajar sama dengan model ARIAS. Kesimpulan ini sama dengan hipotesis penelitian yaitu Pada kategori kecerdasan emosional sedang Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) memberikan minat lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). Sedangkan pada kategori kecerdasan emosional tinggi dan rendah, kedua model memberikan minat yang sama.
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Keterbatasan Penelitian Peneliti
berusaha
untuk
melaksanakan
eksperimentasi
seoptimal
mungkin. Namun, tidak semua hipotesis dapat dibuktikan kebenarannya. Tidak terbuktinya hipotesis mengenai interaksi pada prestasi belajar matematika dalam penelitian ini disebabkan oleh adanya keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan penelitian dalam hal ini adalah keterbatasan yang menyangkut beberapa hal, diantaranya adalah subjek penelitian, materi pembelajaran, variabel penelitian. Subjek penelitian ini terbatas pada tiga sekolah yang mewakili kelompok tinggi, sedang, dan rendah berdasar nilai Ujian Nasional tahun 2010/2011. Subjek penelitian juga terbatas pada siswa kelas VIII SMP di satu kabupaten. Keterbatasan ini mengakibatkan terbatasnya keberagaman subjek yang terwakili dalam penelitian. Materi pembelajaran hanya terbatas pada materi geometri dan pengukuran pada bangun ruang sisi datar: kubus, balok, prisma, dan limas. Adapun keterbatasan variabel penelitian adalah bahwa dalam penelitian ini variabel yang dimanipulasi adalah model pembelajaran saja. Pelaksanaan model pembelajaran ini pun hanya pada materi yang berkesinambungan antar pertemuannya. Terdapat banyak variabel lain selain dalam penelitian ini yang tidak dapat dikontrol misalnya gaya belajar, bimbingan belajar, latar belakang keluarga dan lain-lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil belajar siswa baik secara kognitif maupun afektif. Keterbatasan materi pembelajaran dan variabel ini sedikit banyak mempengaruhi hasil penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti tidak mengambil seluruhnya jam pelajaran matematika pada masing-masing kelas. Walaupun telah dilakukan kesepakatan antara peneliti dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan bahwa guru mata pelajaran tidak mengajarkan materi yang diajarkan oleh peneliti, namun hal ini mungkin mempengaruhi hasil penelitian.
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) 2. Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) menghasilkan minat belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) 3. Siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang dan rendah dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. 4. Siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi mempunyai minat belajar matematika lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang dan rendah dan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang mempunyai minat belajar matematika lebih baik dari pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. 5. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan emosional pada prestasi belajar matematika. Pada siswa dengan kecerdasan emosional tinggi, sedang, maupun rendah, model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, and Satisfaction) lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). 6.
Ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kecerdasan emosional pada minat belajar matematika. Pada kategori kecerdasan emosional sedang commit to Interest, user Model ARIAS (Assurance, Relevance, Assesment, and Satisfaction) 86
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan minat lebih baik dari pada model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction). Sedangkan pada kategori kecerdasan emosional tinggi dan rendah, kedua model memberikan minat yang sama.
B. Implikasi Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika.
1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model ARIAS menghasilkan prestasi belajar matematika dan minat belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian secara teoritis untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yaitu dalam hal pemilihan model pembelajaran. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kecerdasan emosional mengkibatkan prestasi belajar matematika dan minat belajar matematika. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan kajian secara teoritis untuk membuat skenario pembelajaran yang memperhatikan karakteristik siswa yaitu kecerdasan emosional. Adanya perbedaan prestasi dan minat belajar yang berbeda pada model pembelajaran yang berbeda ataupun pada kecerdasan emosional yang berbeda yang ditunjukkan dalam penelitian ini, secara teoritis juga memberikan implikasi bahwa hasil pembelajaran tidak hanya pada ranah kognitif, prestasi belajar, tetapi juga ranah afektif, minat belajar.
2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model ARIAS meghasilkan prestasi belajar matematika dan minat belajar matematika lebih baik dari pada model ARCS. Hasil penelitian ini dapat to user digunakan sebagai masukan bagicommit guru dan calon guru dalam upaya peningkatan
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar matematika siswa. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas maka ada beberapa saran sebagai berikut. 1. Bagi pendidik Pada pembelajaran matematika dengan materi pokok geometri guru hendaknya mampu memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa baik kemampuan kognitif maupun kemampuan afektif. Salah satu model pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif adalah model ARIAS. Jadi, sebaiknya guru menerapkan model ARIAS dalam pembelajaran matematika. Guru hendaknya juga memperhatikan karakteristik siswa terutama kecerdasan emosional. Tingkat kecerdasan emosional mempengaruhi prestasi dan minat belajar matematika. Pada siswa yang memiliki karakterisik kecerdasan emosional sedang, hendaknya guru menggunakan model pembelajaran ARIAS karena dalam karakteristik ini model ARIAS. 2. Bagi peneliti lain Penelitian ini mengambil mengukur kemampuan afektif minat belajar matematika dan meninjau karakteristik kecerdasan emosional. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian lain yang mengambil kemampuan afektif lain atau mengambil tinjauan karakteristik siswa yang lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa baik dalam aspek kognitif maupun afektif.
commit to user