MODEL SYSTEM DYNAMICS PEMANFAATAN HUT AN MANGROVE (KASUS: IUPHHK MANGROVE DI TEL UK BINTUNI- PAPUA)
TESIS Karya tulis sebagai salab satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari lnstitut Teknologi Bandung
Oleh
HENRY SILKA INNAH NIM: 24003018 Program Studi Pembaugunan
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2005
MODEL SYSTEM DYNAMICS PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE (KASUS: IUPHHK MANGROVE D! TELLTK BINTUN!- PAPUA)
Oleh
HENRY SILKA INNAH NIM : 24003018
Program Studi Pembangunan
lnstitut Teknologi Bandung
Menyetujui: Tanggal
Agustus 2005
Pembimbing,
Dr. Ir. Muhammad Tasrif, M.Eng
ABSTRAK MODELSYSTEMDYNAMICSPEMANFAATANHUTANMANGROVE
(KASUS: IUPHHK M4NGROVE DI TELUK BINTUNI- PAPUA) Oleh: HENRY SILKA INNAH NIM: 24003018 Papua memiliki hutan mangrove terluas di Indonesia. Ekosistem hutan mangrove dikenal sebagai ekosistem yang paling dinamis dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan di sekitamya. Hal ini secara ekologis adalah logis, karena dua ekosistem yang secara fisik berbeda, berinteraksi secara kompleks sebagai pencirinya dan secara alami selalu dipengaruhi oleh pasang surut air taut. Banyak manfaat yang dapat diperoleh, baik basil langsung maupun tidak langsung dari hutan mangrove. Semenjak diberikannya hak untuk memanfaatkan basil hutan kepada sejumlah perusahaan dalam bentuk HPH (Hak Pengusahaan Hutan) atau sekarang dikenal dengan istilah IUPHHK (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu), melalui SK Mcnteri Kehutanan nomor 174/Kpts-IV/88, tanggal 28 Maret 1988 PT Bintuni Utama Mumi Wood Industries (PT BUMWI)juga mendapatkan hak untuk mengelola areal mangrove di Papua, dengan luasan areal konsesi 137.000 ha. Setelah 18 tahun beroperasi dari masa konsesi 20 tahun, tentu banyak perkembangan yang telah teijadi dalarn pemanfaatan hutan mangrove oleh PT BUMWI. Areal IUPHHK PT BUMWI berada di sekitar teluk Bintuni dalam wilayah Distrik Babo, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua. Tidak hanya PT BUMWI yang memanfaatkan sumberdaya hutan kayu mangrove di sekitar wilayah Teluk Bintuni, narnun terdapat juga perusahaan penangkapan udang yakni PT Bintuni Mina Raya, PT Djajanti Group yang mengeksploitasi kayu dari hutan tanah kering, dan Beyond Pertroleum dengan Proyek Liquid Natural Gas Tangguh. Semua perusahaan dalam wilayah Teluk Bintuni, tennasuk PT BUMWI diwajibkan untuk memberikan kompensasi hak ulayat kepada masyarakat di wilayah keijanya dengan tarif sesuai aturan yang Ielah ditetapkan, serta melakukan program pengembangan masyarakat yang disebut PMDH (Pembinaan Masyarakat Desa Hutan) bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang pengusahaan hutan. Beberapa pertanyaan yang ingin diperoleh jawabannya adalah apakah pengelolaan hutan mangrove melalui lUPHHK di kawasan Teluk Bintuni dapat dijadikan model untuk pengelolaan hutan mangrove yang berkelanjutan, serta manfaat apa saja yang diperoleh masyarakat lokal dari pemanfaatan bulan mangrove oleh IUPHHK di wilayah ulayatnya. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model pemanfaatan hutan mangrove melalui IUPHHK, serta melacak skenario dan pilihan kebijakan pengelolaannya. Metode pendekatan yang digunakan ialah metodologi System Dynamics. Interaksi antara hutan mangrove, perusahaan, dan masyarakat, disimulasikan melalui model yang dibangun, menggunakan perangkat lunak Powersim Constructor ver.
I
2.5d. Analisis dilakukan terhadap perilaku model pada sub-sub model antara lain: hutan mangrove, penangkapan udang, perturnbuhan penduduk dan pendapatan masyarakat, kinerja karyawan, dan keuangan perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan hutan mangrove melalui IUPHHK menjamin keJestarian potensi hutan mangrove pada masa yang akan datang bahkan sarnpai masa konsesi ketiga hila dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. lsu bahwa berkurangnya biomassa udang dalam wilayah Teluk Bintuni yang diakibatkan penebangan kayu mangrove tidaklah terbukti, namun salah satu penyebabnya ialah faktor penangkapan lebih oleh perusahaan penangkapan udang. Kontribusi TUPHHK selama ini dirasakan belum cukup oleh masyarakat,
dan tergambar dari kualitas hidup rnasyarakat yang relatif masih rendah. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat yang diukur melalui indikator kualitas hidup masyarakat, dapat ditingkatkan melalui peningkatkan dana pendidikan, dan rasio siswa yang masuk sekolah. Fasilitas kesehatan dengan jumlah dan kualitas memadai merupakan faktor lain yang dapat menunjang peningkatan kualitas hidup masyarakat. Kinerja karyawan dapat meningkat bila kualitas hidup masyarakat sekitar teluk meningkat pula. Dengan demikian pemberdayaan masyarakat dalarn areal IUPHHK bukan merupakan tugas pemegang IUPHHK sendiri, tetapi merupakan tugas semua pihak yang berpentingan (stakeholders).
Kata kunci: system dynamics, hutan mangrove, penangkapan udang, pemberdayaan perusahaan
ll
pemanfaatan, masyarakat,
model, keuangan
ABSTRACT A SYSTEM DYNAMICS MODEL: MANGROVE FOREST UTILIZATION (CASE: THE MANGROVE FOREST CONCESSION IN BINTUNI BAY- PAPUA) by: HENRY SILKA INNAH STUDENT REG. NUMBER : 24003018 Papua has the biggest mangrove forest of all mangrove forest in Indonesia. The Ecosystem of mangrove forest is known as the most dynamic ecosystem. It is also known as the most vulnerable ecosystem especia11y in relation to the environment change around it. Ecologically it is logical. The two phisically different ecosystems interact in complex relations and always affected by tide. Many benefits can be derived ftom mangrove forest. directly as well as indirectly. In accordance with the granting of forest concenssion (HPH!Hak Pengusahaan Hutan) or now known as IUPHHK (ljin Usaha Pemanfaatan Hasi/ Hutan Kayu) tluough the Forestry Ministrial Decree 174/Kpts-IV/88, in March 28, 1988, PT Bintuni Utarna Murni Wood Industries (PT BUMWI) gains right to utilize 137,000 hectares of mangrove forest. After about 18 years operation from 20 years of the concession time, many things happened. It turns out that not only PT. BUMWI operated in Bintuni Bay, but also shrimp company (PT Bintuni Mina Raya), timber company (PT Djajanti) and Liquid Natural Gas Tangguh (Beyond Petroleum Co). All those companies are obliged to give the costumary right for the compensation of the land they use that belongs to local community, with tariff regulation. Each company must conduct community development program (P:MDH/Pembinaan Masyarakat Desa Hutan for timber company). The research questions: are forest utilizations by IUPHHK in Bintuni Bay can be used as a model of sustainable forest management? What benefit has already been received by local community ftom mangrove forest utilization by IUPHHK? The aims of this research are to build models of mangrove forest utilization, in this case by IUPHHK, and to search scenario and alternatives policy of management using System Dynamics Methodology. Interaction between forest, company, and community is simulated by models, using Powersim constructor ver 2.5d soft ware. The behaviour of the model and the sub models are analyzed. The sub models are analyzed include: mangrove forest, shrimp catching, growth and income of people, performance of employees, and financial of company. The result shows that mangrove forest utilization by !UPHHK can guaranted sustainability of standing stock of mangrove forest in the future, even if the concession is prolonged to three times in the future. The result also shows the issue that IUPHHK operation reduce shrimp biomass is not true. The reduction of shrimp biomass is more caused by over catching. The local community felt that IUPHHK contribution is inadequate. It is represented by the fact that life quality of local people is still low. Thereby community empowennent with life quality
lll
indicator, can be rised up by increasing educational fund and the ratio of student to people. Health facilities in sufficient quality and quantity are another factor that can support life quality of community. Performance of employee will rise when life quality oflocal people rise too. Thereby community empowerment is not only the task of IUPHHK, but also all of stakeholders. Key words: system dynamics, mangrove forest, utilization, model, shrimp catching, community empowerment, company financial
IV
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung dan terbuka untuk umurn dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti HaKJ yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan dicatat, tetapi kutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seijin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilrniah untuk rnenyebut sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah selJln Direktur Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung.
v
KATA PENGANTAR Segala Hormat dan Puji patut dipersembahkan bagi Allah Bapa, melalui Putra
Nya Yesus Kristus, oleh karena penyertaanNya melalui Roh Kudus, tesis ini bisa diselesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan di Program Studi Pembangunan Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu, antara lain: l. Bapak DR. Jr. Muhammad Tasrif, M.Eng, yang penuh perhatian dalam
memberikan ilmu serta teladan kepada penulis selama studi, khususnya dalam
penyusunan tesis, 2. Bapak DR. Jr. Sonny Yuliar (Ketua Program Studi Pembangunan) yang
mendorong penulis dan memberi semangat selama studi, tennasuk pula staff dosen dan pengelola Program, 3. Bapak DR. Jr. Widyo Nugroho Sulasdi yang juga memberikan masukan dalam
penyempurnaan tesis, 4. Bapak Jr. Yoseph 0. Lekitoo, MM (Kepala Dinas Kehutanan Teluk Bintuni)
beserta staff yang mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan penelitian, 5. Direksi PT BUMWI untuk ijin pelaksanaan penelitian, Kepala Perwakilan, Manajer Camp Amutu dan staff dan para karyawan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian, 6. Kepala Pusat Pembinaan dan Diklat Perencana, dan Pinpro PKSDM Bappenas
untuk bantuan beasiswa selama studi, 7. Sekretaris Badan Litbang Kehutanan melalui Kepala Balai Litbang kehutanan Papua dan Maluku di Manokwari yang memperkenankan penulis melanjutkan studi program Magister, 8. lstri tercinta Elysabeth dan anak tersayang Nugrah yang mendukung dan mendoakan dari Manokwari, selama penulis studi di Bandung. Penulis menyadari bahwa tesis ini memiliki kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan untuk penyempurnaan model ini dimasa yang akan datang. Semoga bermanfaat bagi pembaca. Bandung, Juli 2005
Penulis
Vl
DAFTARISI
ABSTRAK............... ................................ ................................
1
ABSTRACT ................................ ................................ ..............
m
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS ... ... ... ... ... ... ... ... ......... ... ... ... ... ... .
v
KATAPENGANTAR ... ... ... ... .................. ... ............ ... ... ... ... ... .......
Vl
DAFTARISI ................................ ................................ .............
VII
DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... ... ... ... ........ ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
!X
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI ... ... ... ... ... ... ... ..... ... ... ... ... ... ....
x
DAFTAR TABEL ................................ ................................ ........
xn
Bah! Pendahuluan ... ... ... ... ... ... ................... ... ... ... ... ... ... ... ....... ...
I
I.l Latar Belakang .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. . .. .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . ..
I
1.2 Perumusan Masalab .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . .. . .. .. .. .. .
3
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...... ...... .. . .. . .. . .. . .. . ............ ...
4
1.4 Metoda Pendekatan .. . .. . .. . .. .. .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. .. .. .. . . ..
4
1.5 Sistematika Penulisan .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . .. . ..
5
Bah 11 Tinjauan Pustaka .. . .. . .. . . .. . .. .. . .. . .. . .. . .. . . .. . .. .. . .. . .. . .. . . .. .. . . .. .. .. . .
7
ILl Pemhangunan Kehutanan .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. .. .. .
7
11.2 Isu Otonomi Khusus ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ........ ... ....
10
II.3 Sistem Dinamik dan Memhangun Paradigma .. . .. . .. . .. . .. . .. .... .. ..
13
11.4 Eksistensi dan Manfaat Hutan Mangrove ... ... . .. ... .............. ... .
16
II.5 Sumher Daya Perikanan .. . .. . . .. ... .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. ... .. . .. .
22
II.6 Pemanfaatan Sumber Daya Alam bersama Masyarakat .. . .............
27
Bah III Gambaran Umum IUPHHK Mangrove di Teluk Bintuni .. . .. . .. . .. .
30
III.l Letak dan Luas Areal .. . ... ...... ... .. . ... ... ... ...... .. ... ...... .. .. .. .
30
lll.2 Kondisi Hutan dan Pelaksanaan Sistem Silvikultur ... ... ..... ...... .
32
III.3 Kegiatan Produksi Chips .. . .. . .. . .. . .. . .. .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . .. .
41
Ill4 Sosial Ekonomi Masyarakat sekitar Areal IUPHHK .. . . . . .. . . .. . .
44
IlLS Pemhinaan Masyarakat Desa Hutan dan Kompensasi Hak Ulayat
48
Bah NStruktur dan Perilaku Model....................... ..........................
55
N.l Gambaran Umum Model .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . .. . .. . .. . .. ..
55
V!!
IV.2 Sub Model Hutan Mangrove . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . ...
60
IV.3 Sub Model Pertumbuhan Penduduk dan Pendapatan Masyarakat
64
IV.4 Sub Model Penangkapan Udang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
66
1V.5 Sub Model Pemberdayaan Masyarakat . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. ... .. .. . 68 IV.6 Sub Model Kinerja Karyawan ........................................................
70
IV. 7 Sub Model Keuangau Perusahaau .................. .... .. .................. ...... .
73
IV.8 Pengujian Model ............................................................................
76
Bab V Simulasi dan Analisis ... .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. ..
80
V. I Perilaku Model pada Skenario Dasar .. .. .. .. ...... ...... .. . .. . .. . .. . .. . ..
80
V.2 Penentuan Skenario .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. .. . .. . .. . .. .
87
V.3 Perilaku Model Pada Skenario-skenario .. .............. .. .. .. .. . .. . .. . ..
89
V.4 Analisis .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. .. . .. . .. . .. . ..
96
Bab VJKesimpulan dan Saran ... ... . .. .. . ... .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . 99
VI. I Kesimpulan .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. .. . .. . .. . .. .
99
VJ.2 Saran ..................................................................................... 101 DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 102
VIII
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kondisi hutan mangrove primer, perkembangan areal bekas tebangan tabun 1988- 2005, dan gambaran lokasi penelitiao ..... 105 Lampiran 2. Persamaan (equations) yaog dipergunakan dalam model .. . .
112
Lampirao 3. Diagram alir System Dynamics............................................
127
Lampiran 4. Prosedur statistik pengujiao model ............................................... 132 Lampirao 5. Traoskrip wawaocara .................................................... 136 5.1. Marino (Wakil Manajer Forestry PT BUMWI) ................... 136 5.2. Lewi Widodo BU, S.Hut (Manajer Forestry) ....................... 143 5.3. Omar Maouama (Tokoh Masyarakat) .................................. 145 5.4. Susilo Budi Prasetyo (StaffKhusus Direksi PT BUMWI),
Hironimus Ohoilulin, Amir Baraweri, Marsono (Karyawan 149 PT BUMWI) ......................................................................... . 5.5. Rei Pulu (Mantao Karyawao PT BMU) ................................ 155 5.6. Musman A1katiri (Tokoh Masyarakat) .................................. 160 5.7. Niko Bubuy (Kaur Armada Logs PT BUMW!) ..................... 166
IX
DAFfAR GAMBAR DAN ILUSTRASI
Gambar II. I.
Paradigma lama kehutanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Garnbar 11.2.
Pola pikir/ paradigma baru ............................... ............. I 0
Gam bar 11.3.
Paradigma kombinasi ............................... ................... 12
Gambar 11.4.
Produksi udang dan ikan pada PT BMR periode Agustus 2003 sampai Juli 2004 ........................................................................
Gambar 11.5.
26
Produksi total udang dan ikan pada PT BMR periode Agustus 2003 sampai Juli 2004 ................................................................. 27
Gambar Ill.!. Airport Bintuni dan Pelabuhan Kecil Babo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30 Garnbar III.2. Lokasi penelitian ................................ ........................ 31 Garnbar 111.3. Base carnp/chipmill PT BUMWI ................................ ..... 32 Gambar III.4. Pembuatan takik rebah ................................ ................. 35 Gam bar 111.5. Pengupasan kulit
... ... ... ... . .. ... ... ... ... ... ... .. . .. . ... .. .
36
Gambar III.6. Penyaradan kayu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 36 Gambar IlL 7. Penumpukan kayu di TPN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 3 7
Gambar 11L8. Proses pemuatan ke atas pontoon dengan tenaga manusia ........ 37 Garnbar III.9. Proses pemuatan ke atas pontoon dengan crane ... .. . ... .. .
38
Garnbar III.!O. Ponton berisi kayu mangrove merapat di dermaga ... ... . ..
38
Gambar IlL 11. Perkembangan ITT dan pengayaan pada IUPHHK PT BUMWI 40 Garnbar III.12.Proses pemuatan batang kayu di atas panggung ke atas rei karet yang beijalan ....................................................................
42
Gambar IIL13. Batangan kayu bergerak menuju mesin chipper .................... 42 Garnbar III.l4. Kayu mangrove diolah dalam mesin chipper .... .................. 43 Garnbar III. IS. Chips ditampung pada chipsyard untuk menunggu ekspor . . . . ... 43 Garnbar IIL16.Bentuk dan ukuran chips ................................ .............. 43 Gambar !V.I. Diagram lingkar sebab akibat (causa/loop) model pemanfaatan hutan mangrove melalui IUPHHK .............
57
Garnbar IV.2. Diagram alir model hutan mangrove . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . .. .. . . 63 Gambar IV.3. Diagram alir modd pertumbuhan penduduk dan pendapatan masyarakat . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . .. . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . ... . .. . . . . . . . . . . . . 65
X
Gambar IV.4. Diagram alir model penangkapan udang . . . . . . . .. . . . . .. . .. . .. .. .. . ... 68 Gambar IV. 5. Diagram alir model pemberdayaan masyarakat .. . .. . .. . . . . . . . .. . . . 70 Gam bar IV.6. Diagram alir model kinelja karyawan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . ... . .. . .. . 72 Gam bar IV. 7. Diagram alir model keuangan ......................................... 75 Gambar IV.8. Perbandingan model dan data aktual penduduk Babo ................. 77 Gambar IV.9. Perbandingan model dan data aktualluas tebangan .................... 77 Gambar IV.IO.Perbandingan model dan data aktual produksi ........................... 78 Gambar IV.II.Perbandingan model dan data aktual pembayaran hak ulayat..... 78 Gambar V.I. Periiaku pada skenario dasar model bulan ... .. .. .... .. .. .. .. ....... .. .. .. .. 81 Garnbar V.2. Perilaku pada skenario dasar model penangkapan udang ........... 83 Garnbar V.3. Perilaku pada skenario dasar model pertumbuhan penduduk dan pendapatan .... .. .. .. .. .. ...... .. .. .. .... .. .... .. .... .... .. .. .... ....... .. .. .. .... ..... 84 Gam bar V.4. Perilaku pada skenario dasar model pemberdayaan masyarakat 85 Gam bar V.5. Perilaku pada skenario dasar model kinerja karyawan ................ 86 Gam bar V.6. Perilaku pada skenario da.ar model keuangan perusahaan ........ 87 Gambar V. 7. Perilaku pada skenario-skenario model hutan ............................. 90 Garnbar V.8. Perilaku pada skenario-skenario model penangkapan udang ...... 91 Gambar V.9. Perilaku
pada
skenario-skenario
model
pertumbuhan
penduduk dan pendapatan .. .. ... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .... .. .. .. .... .. .. .. . 92 Garnbar V.IO. Perilaku
pada
skenario-skenario
model
pemberdayaar
masyarakat ................................................................................... 93 Gambar V.ll. Perilaku pada skenario-skenario model kinerja ........................... 94 Gambar V.l2. Perilaku pada skenario-skenario model keuangan ....................... 95
XI
DAFTAR TABEL
Tabelll.l.
Produk Langsung dari Rutan Mangrove ...
20
Tabel 11.2.
Produk Tidak Langsung dari Rutan Mangrove
21
Tabel 11.3.
Estimasi potensi, produksi dan tingkat pemanfaatan Sumber Daya lkan Laut pada wilayah pengelolaan perikanan sekitar Laut Arafura ..................................................................................
24
Tabel 11.4.
Standing stock sumber daya udang di Teluk Bintuni 1990-1991
25
Tabel 11.5.
CPUE (Kg/hauling) dari "RV. Bawal Putih II" di wilayah
Bintuni ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
26
Tabellll.l. Potensi Mangrove dalam areal!UPHHK PT. BUMWI .. . .. . .. . .. .
33
Tabel 111.2. Target dan Realisasi Produksi Kayu Bulat PT. BUMWI s.d Tahun 2004 .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. ..
39
Tabel111.3. Produksi Chips PT. BUMWI sampai dengan Tahun 2004 .........
44
Tabel III.4. Data Penduduk Distrik Babo dan Bintuni Sampai akhir Tahun 2004 ..............................................................................................
45
Tabel !!1.5. Pendapatan Per Tahun Masyarakat Sekitar Teluk Bintuni ...........
46
Tabellll.6. Data Wilayah Administrasi Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2004 ................................ ............. " .................. ""'
47
Tabel III. 7. Rekapitulasi Anggaran PMDH PT. BUMWI Sampai Akhir Tahun 2004 ...................................................................................
50
Tabellll.8. Pembayaran Kompensasi Rak Ulayat oleh PT. BUMWI sampai dengan tahun 2004 .. .... .... ..... .. .. ....................................... ...... .. .. .. ..
51
Tabel III.9. Nama-nama Marga dalarn Wilayah PT. BUMWI . . . . .. .. . .. . .. . . . .
54
Tabel !V.I. Asumsi Yang Digunakan dalam Sub Model Rutan Mangrove .
62
Tabel IV.2. Asumsi Yang Digunakan dalam Sub Model Pertumbuhan Penduduk dan Pendapatan Masyarakat .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .
66
Tabel IV.3. Asumsi Yang Digunakan dalarn Sub Model Penangkapan Udang 67 Tabel IV.4. Asumsi Yang Digunakan dalam Sub Model Pemberdayaan Masyarakat ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... .. . .. . ... ... ... ... .. . 69 Tabel IV.5. Asumsi Yang Digunakan dalam Sub Model Kinerja Karyawan..
xu
71
Tabel N.6. Asumsi Yang Digunakan dalam Sub Model Keuangan Perusabaan ... .. . . .. . . . . . . . .. . . . . .. . .. . .. . .. . .. ... . .. ... . .. ... . . . .. . . . . . . .
74
Tabel IV. 7. Analisis kesalaban dari Model ...................................................... 78 Tabel V.I.
Nilai Parameter dalam Skenario Simulasi . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . .. . . .
Xlll
88
Bab I Pendahulnan
1.1 La tar Belakang Papua yang dulunya dikenal dengan nama Irian Jaya, merupakan wilayah yang khas dibanding wilayah lain di Republik ini, bahkan di seantero dunia dengan ciri khusus yakni merupakan pulau tropis terbesar dan mempunyai formasi lingkungan terlengkap mulai dari hutan mangrove, mwa, dataran rendah, kaki bukit dan pegunungan rendah, zona pegunungan bagian bawah, zona pegunungan bagian atas, dan zona alpin.
Dengan luas 410.660 km2 , Papua merupakan provinsi paling timur Indonesia yang perkembangannya lambat dibanding wilayah/provinsi lainnya di Indonesia. Luas kawasan hutan di Papua disebutkan sebesar 33.160.231 ha pada rabun 1997 yang menurun dari angka 34.958.300 ha pada rabun 1985 (FWI/GFW, 2001), atau berkurang 1.798.069 ha selama 12 rabun atau rata-rata 149.840 ha per tahunnya. Angka ini masih rendah jika dibandingkan dengan pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan daerab 1ainnya di Indonesia.
Pulau-pulau
yang mengalami deforestasi terbesar selama periode 1985-1997
adalah Sulawesi, Sumatra, dan Kalimantan, yang secara keseluruhan kehilangan lebih dari 20 persen tutupan hutannya. Jika kecenderungan ini terus berlangsung, maka hutan dataran rendah non-rawa akan hilang dari Sumatera pada tahun 2005, dan Kalimantan setelah 2010 (Holmes, 2000 dalam FWIIGFW, 2001). Sementara di Pulau Sulawesi saat ini hampir selurulmya lenyap.
Pengelolaan hutan di Papua secam besar-besaran dimulai pada saat diaktitkannya Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Pada rabun 2000, areal konsesi HPH mencapai
12.639.320 ha dari luas· hutan yang dapat dikelola yakni 21.901.450 ha (Dinas Kehutanan Irian Jaya, 1999 dalam Rachman, 2002); namun (Holmes, 2000 dalam FWI/GFW, 2001) menggambarkan bahwa luas hutan yang dapat dikelola pada rabun 2000 adalah 13.745.159 ha padahal luas konsesi HPH di Provinsi Papua
I
2
sampai tahun 1998 ada1ah 11.490.773 ha. Suatu perbedaan data yang cukup menarik. Dari data tahun 2003, jum1ah HPH yang ada di Papua te1ah berjumlah 47 HPH. Saat ini istilah HPH disebut juga IUPHHK (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu). PT Bintuni Utarna Murni Wood Industries merupakan satu-
satunya illPHHK yang beroperasi di kawasan hutan mangrove Teluk Bintuni
sampai saat ini.
Sementara yang terjadi ialah bahwa penutupan hutan dan laban di Provinsi Papua dalarn 10 tahun terakhir mengalarni laju degradaai sebesar 0,6 juta ha per tahun, dimana luas kawasan hutan dan lahan yang kritis telah mencapai 3,5 juta Ha dan yang berpotensi kritis 7,6 juta ha (Citra Landsat, 2000; MPRRL, 2001 dalam Kapisa, 2003).
Tidak terkecuali, hutan mangrove di Papua pun mengalami ancaman. Bila mana aspek pelestarian hutan tidak diperhatikan dengan baik oleh pengguna hutan, apakah ito perusahaan kayo, bahkan masyarakat setempat sekalipun, maka degradasi hutan akan terns berlangsung.
Ekosistem hutan mangrove merupakan perpaduan antara dua habitat yaitu teristris dan akuatik.
Perpaduan ini menjadikan ekosistem hutan mangrove memiliki
karakteristik khas, baik ditinjau dari segi fisiografi maupun keragaman biota yang
terintegrasi dalam sistem ekologi mangrove. Karakteristik ini akan diperunik lagi oleh pemaduan budaya masyarakat yang hidup di sekitamya sebagai komponen
sistem lingkungan. Interaksi-interaksi tersebut terjadi secara alami berada dalam tatanan yang sating mendukung satu sama lain secara serasi dan seimbang.
Keserasian hubungan antara komponen sistern yang alamiah inilah yang akan membentuk kekhasan suatu wilayah atau ekosistem. Ekosistem alarni yang telah
mencapai keseimbangan ini selalu bersifat dinamis dan tingkat kedinamisannya berbeda antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya.
3 Pemanfaalan hutan mangrove herpedoman pada sistem silvikultur pohon induk yang ditelapkan melalui SK Dirjen Kehulanan No 60/Kpts/Dj/111978 Tanggal 8 Mei 1978. Sesuai Pedoman dan Petunjuk Teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), sistem silvikultur adalah rangkaian kegialan berencana mengenai pengelolaan butan yang meliputi penebangan, peremajaan dan pemelibaraan tegakan butan guna menjamin kelestarian produksi kayu alau basil hutan lainnya
1.2 Perumusan Masalah Pemanfaatan butan mangrove oleb IUPHHK di Papua Ielah berlangsung cukup lama.
Berdasarkan kajian yang dilakukan PT BUMWI, kegialan yang Ielah
menimbulkan dampak penting dan merupakan isu ulama antara lain babwa pembukaan wilayah bulan dan penebangan Ielah menimbulkan dampak berupa: perubaban struktur dan komposisi vegetasi, berkurangnya jumlah pohon induk, migrasi satwa liar, bahkan perubahan arab dan kecepatan angm yang menyebabkan turnbangnya pobon induk (BUMWI, 1994).
Berdasarkan hal tersebut diduga bahwa keleslarian bulan mangrove dapat terancam bila kecukupan semai yang dihasilkan oleh pohon induk tidak terpenubi. Hal ini dapat teijadi karena pelaksanaan metoda pemanfaatan hutan yang tidak sesuai, sebingga dalarn jangka waktu panjang mempengaruhi kelestarian hutan mangrove dan pengusahaannya. Selain itu faktor lain yang dapat mengancam
kelestarian bulan ialah tekanan penduduk di dalam dan sekitar hutan mangrove dalam memanfaatkan bulan itu sendiri.
Berdasarkan hal-hal di alas, maka persoalan yang perlu dijawab adalab : Apakah pengelolaan bulan mangrove melalui IUPHHK di kawasan Teluk Bintuni dapat dijadikan model untuk pengelolaan bulan mangrove yang herkelanjulan? Maofaat apa saja yang diperoleh masyarakat lokal dari pemanfaatan butan mangrove oleh IUPHHK di wilayah ulayatnya?
4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membangun model pemanfaatan hutan mangrove melalui IUPHHK, serta melacak skenario dan pilihan kebijakan pengelolaannya.
Sedangkan kegunaan dari basil penelitian ini ialah para stake holders yang terlibat dalam pemanfaatan hutan mangrove dapat mengetahui secara komprehensif pengelolaan hutan mangrove melalui model yang dibuat sehingga kebijakan yang akan diterapkan dapat menunjang komitmen pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat
1.4 Metoda Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yang didukung dengan wawancara dan studi literatur, dan menggunakan pendekatan system dynamics (sistem dinamik).
Sistem dinamik adalah pendekatan dalam modeling (pembuatan model) yang menekankan hubungan kausal (sebab akibat) di antara variabel, selainjuga umpan balik dari tindakan kembali ke penyebab tindakan itu (Dudley, 2003). Analisis mengenai pilihan kebijakan dengan menggunakan diagram lingkar kausal merupakan hal yang sulit bahkan kalau sistemnya tidak terlalu rumit (Richardson, 1986 dalam Dudley, 2003).
Penggunaan sistem dinamik untuk suatu metodologi pemodelan akan sesuai khususnya pada permasalahan yang bersifat dinamis dan mempunyai struktur umpan balik, yang mempunyai hubungan linier dan non Jinier yang meliputi pula tenggang waktu (delay).
Tasrif (1985) dalam Mulyana (1999) menyatakan bahwa pemodelan dinamik
terdiri atas enam tahapan yaitu : definisi masalah, konseptualisasi sistem, representasi model, analisis perilaku, evaluasi model, analisis kebijakan. dan
implementasi model.
5
Dalarn rangka membangun model sistem dinamik, data-data yang dibutuhkan diperoleh
melalui
pengarnatan
yang
dilakukan
pada
beberapa tabapan
pemanfaat an hutan, termasuk data awal sejak beroperasinya perusahaan sampai saat dilakukan penelitian. Selain itn aspek pendukung lainnya yang akan dilihat meliputi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar !UPHHK, kebijakan birokrasi terhadap pelaksanaan pemanfaat an hutan di !UPHHK, kegiatan pengolahan kayu mangrove menjadi bahan baku industri sampai siap ekspor melalui pabrik chip.<.
Model dibangun menggunakan softwarelperangkat lunak Powersim Constructor versi 2.5d. Selanjutnya model disimulasikan untuk mengetahui kecenderungan perilakunya, guna menyimpulkan hal-hal penting dalarn kaitan dengan altematif kebijakan yang akan diterapkan.
L5 Sistematika Penulisan
Bab I menggambarkan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tnjuan dan kegunaan penelitian, metoda pendekatan dan sistematikanya.
Bab II memapark an teori ataupun pendapat para peneliti dan ahli dalarn bidang
pembangunan kehutanan, isu otonomi khusus, sistem dinamik, keberadaan dan manfaat hutan mangrove, sumber daya perikanan, dan pemanfaatan sumber daya alam di sekitar Teluk Bintnni.
Bab Ill memberikan garnbaran umum !UPHHK (PT Bintnni Utama Mumi Wood Industries), yang meliputi letak dan luas, kondisi hutan dan pelaksanaan sistem
silvikultur, kegiatan produksi chips, sosial ekonomi masyarakat serta pembinaan masyarakat desa hutan dan kompensasi hak ulayat.
Bab IV merupakan garnbaran dari Bab lli yang dikemukakan melalui struktur model hutan mangrove, perturnbuhan penduduk dan pendapatan masyarakat, sumber daya perikanan, kinelja internal !UPHHK, dan keuangan perusahaan.
6
Sebelumnya pada bab ini dikemukakan model secara umum dan pembatasan modelnya serta asumsi-asumsi.
Bab V merupakan simulasi dan analisis perilaku model untuk skenario dasar, penentuan skenario, perilaku model untuk skenario yang dibuat, dan analisisnya.
Bah VI merupakan penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran tennasuk untuk pengembangan model selOf\iutnya.
Bab IT Tinjaoan Pustaka
ILl Pembangunan Kebutanan Pembangunan kehutanan berbasiskan pada paradigma pembangunan, saat ini sementara berkembang, dan mencari format terbaiknya. Paradigma sendiri berarti kumpulan
tata
nilai
yang
membentuk
pola
pikir
seseorang
sehingga
mempengaruhi citra subyektif seseorang rnengenai realita dan akhimya menentukan bagaimana sesorang menanggapi realita, atau juga disebut sebagai cara pandang, sudut mental ataupun peta mental (Parwoto, 2003).
Paradigma pembangunan mengalami perubahan ataupun pergeseran sejalan dengan waktu, akibat peningkatan kesadaran, perubahan persepsi dan interpretasi masyarakat terhadap pembangunan itu sendiri.
Paradigma pertumbuhan merupakan yang paling banyak dianut oleh berbagai
negara dengan tujuan pencapaian pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, sementara pengaruh yang ditimbulkan adalah kerusakan ekologi, penyusutan sumber daya alarn, kesenjangan sosial, dan ketergantungan. Akibat lainnya ialah terabaikannya pembinaan kelembagaan dan kapasitas. Pembangunan nasional menggunakan pola delivered development melalui centrally-imposed blueprint plan yang dirumuskan oleh para teknokrat dengan alokasi sumber pembangunan
yang serba sentralistis, cenderung mengabaikan atau melumpuhkan potensi masyarakat, serta menghambat aktualisasi potensi yang dimiliki rakyat. lni menyebabkan hubungan ketergantungan antara rakyat dan proyek pembangunan, atau dengan birokrat (Sudradjad, 2003).
Kemudian akibat teijadinya polarisasi sosial berdasarkan harta, kekuasaan, status sosial, pendidikan dan lain-lain, muncullah paradigma kesejahteraan yang menurut
Sudradjad
(2003),
mernpakan
paradigma
yang
menjanjikan
kesejahteraan rakyat dan keadi1an sosia1. Dari segi manajeman pembangunan mengalarni dua kelemahan yaitu: (I) program kesejahteraan yang dirancang,
7
8
dibiayai dan dikelola secara sentralistis memerlukan biaya yang sangat mahal, lebih dari apa yang dapat ditanggnng oleh birokrasi, (2) tidak memiliki kelenturan serta tidak mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan rakyat, malah sebaliknya rakyat yang harus menyesuaikan diri dengan yang ditawarkan
birokrasi.
Pergeseran dari manajemen birokrasi menuju manajemen masyarakat merupakan konsekuensi logis dari pergeseran paradigma pertumbuhan ke paradigma people centered. Paradigma people centered memusatkan perhatian pada perkembangan manusia, kesejahteraan, keadilan, dan keberlanjutan, dengan tujuan utamanya ialah aktualisasi optimal potensi manusia. Sering juga disebut paradigma pemanusiaan/ pembangunan manusia (Parwoto, 2003). Pengelolaan sumberdaya
lokal merupakan mekanisme perencanaan paradigma ini, yang menekankan pada
teknologi, social learning dan empowerment. Pokok-pokok pikiran yang terkandung adalah sebagai berikut : (I) pembangnnan sebagai produk dari prakarsa dan kreativitas masyarakat.
Pemerintah hanya berperan dalam
penciptaan kondisi yang memungkinkan masyarakat untuk memobilisasi sumbersumber yang ada, dan mengatasi permasalahan yang dihadapi sesuai dengan prioritas yang mereka tentukan sendiri; (2) pengelolaan sumber daya lokal
berlandas pada manejemen komunitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai prioritas yang mereka tentukan sendiri. Pemerintah berperan dalam meletakkan
kerangka
kebijakan
dan
melaksanakan
program-program
pembangunan yang bertujuan meningkatkan kemarnpuan satuan pengelola sumber daya lokal, dan menjembatani satuan pengelola sumber daya lokal dengan sistem manajemen yang lebih tinggi; (3) penerapan teknik social learning untuk mengembangkan kemarnpuan para anggota masyarakat dalam pemecahan
masalah, melalui partisipasi dan interaksi dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan
rencana;
(4)
penerapan
manaJemen
strategis
untuk
mengembangkan organisasi yang mampu beradaptasi dan memenuhi tuntutan lingkungarmya,
mengembangkan
prakarsa
kreatif
masyarakat,
dan
9
memberdayakan anggota masyarakat agar mampu mengaktualisasikan potensi
dirinya.
Paradigma yang menjadi acuan utama pengelolaan sumber daya alam khususnya pembangunan kehutanan saat ini ialah paradigma berkelanjutan (sustainability). Secara umum paradigma ini menginginkan agar interaksi manusia dan
lingkungannya senantiasa memperhatikan dampak terhadap keberlangsungan sistem dunia itu sendiri. Paradigma lama pembangunan kehutanan ialah
bagaimana mendapatkan kayu sebagai faktor utama (Gambar II.l ), sementara faktor sosial dan hngkungan diharapkan menunjang faktor utama tersebut
(Iskandar, 1999a).
,...---..............,,. ~-------, MASALAH SOSIAL
'
MASALAH LINGKUNGAN
Garnbar 11.1. Paradigma lama kehutanan
Paradigma lama di Indonesia dengan orientasi utama kayu boleh jadi beijalan dengan baik pada masa potensi kayu yang ada di bulan cukup tinggi. Sejalan dengan bertambah luasnya areal pengusahaan bulan, potensi kayu menjadi
semakin menurun, masyarakat di dalam dan sekitar hutan tidak sepenuhnya menikmati hasil pembangunan kebutanan ini. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya banyak permasalaban sosial dan lingkungan termasuk perambahan kayu secara Illegal. Agaknya tepat untuk mengangkat isu-isu lokal yang telab
menjadi isu global menjadi komponen utama dalam mencari format paradigma baru. Tahun I 992 melalui KTT Bumi di Rio de Jaeniro disepakati pola pikir pembangunan ialah internalisasi masalah sosial dan lingkungan (Gambar 11.2.).
10
Gambar II.2. Pola pikir/ paradigma baru, Sumber : Iskandar (1999a)
Lamtasan pemikirannya ialah "the global consensus on the management,
conservation and sustainable development ofall types offorest".
ITTO (Iskandar, 1999b) mengemukakan tujuh kriteria yang harus dipenuhi agar pengelolaan hutan dinyatakan lestari (sustainable) antara lain: 1. Adanya Iandasan hukum, kelembagaan, ekonomi yang memberi peluang bagi dilakukannya manajemen hutan lestari; 2. Adanya jaminan keamanan sumber daya hutan; 3. Kemampuan mempertahankan kondisi ekosistem hutan; 4. Kemantapan aliran berbagai hasil hutan; 5. Kemampuan mempertahankan keragaman hayati; 6. Kemampuan melindungi tanah dan tata air; 7. Timbulnya dampak positif dalam bidang sosial, budaya, dan ekonomi.
IL2 lsu Otonomi .Khusus Tantangan pembangunan kehutanan adalah desentralisasi dan otonomisasi serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Pertimbangannya antara lain adalah : 1. Memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
11
2. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, dipandang perlu untuk menekankan
prinsip--prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. 3. Menyelenggarakan otonomi daerah: dengan memherikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional; - diwujudkan dengan pengaturan pembagian dan pemanfaatan surnber daya
nasional; dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;
- sesuai
dengan
prinsip-prinsip
demokra..o:;i,
peran
serta
masyarakat,
pemerataan dan keadilan; sesuai dengan potensi dan keanekaragaman daerah; - yang mengakui serta menghormati hak asal-usul daerah yang bersifat
istimewa Semisal kasus Otonomi di Papua, yang merupakan salah satu contoh dari banyak
kasus otonomi di Indonesia, diuraikan sebagai berikut.
Para era Presiden Suharto, ide memek.arkan Propinsi Irian Jaya menjadi tiga Propinsi sudah disetujui pada Tahun 1984 dimana provinsi pertama terdiri dari Jayapura, Jayawijaya, dan Paniai; provinsi kedua ialah Biak Numfor, Yapen Waropen, Manokwari dan Sorong, dan Propinsi ketiga ialah
Fak-fak dan
Merauke. Ide ini baru diundangkan melalui UU No 45 Tahun 1999.
Sejalan dengan meningkatnya konflik di Irian Jaya khususnya sepamtisme, dan tuntutan untuk lebih memberdayakan masyarakat di Irian Jaya, keluarlah UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Tidak ada klausa di UU 2112001 yang menyatakan hahwa keputusan memhagi Irian Jay a menjadi Tiga Provinsi yang tertuang dalan UU 45/1999 menjadi batal.
Awal tahun 2003 melalui Inpres No. I Tahun 2003, Presiden Megawati menginstruksikan percepatan pelaksanaan UU 45/1999, dan langsung direspon
12
oleh beberapa kelompok masyarakat di Sorong dan Manokwari, sehingga terwujudlah Provinsi Irian Jaya Barat.
Bulan September 2003 di Timika dideklarasikan Provinsi Irian Jaya Tengah, menyebabkan konflik tidak terhindarkan, akibatnya pemekaran ditangguhkan,
kecuali Provinsi Irian Jaya Barat.
Walaupun setelah melalui uji material di
Mahkamah Konstitusi pada Desember 2004, akhirnya Peraturan Pemerintah mengenai MRP (Majelis Rakyat Papua) disahkan di tengah tetap eksisnya Irian JayaBarat.
Paradigma people centered
Paradigma berkelanjutan
Gambar II.3. Paradigma kombinasi
Dalam kaitan dengan Paradigma Pembangunan, khususnya pembangunan Kehutanan di Papua, boleh dikatakan akan beljalan timpang selama landasan hukum dan politik tidak mendukung sebagaimana mestinya. Beberapa pelaku pembangunan kehutanan akan disibukkan dengan kebingungan ini, bahkan bisa teljadi, ada pelaku pembangunan lainnya yang memanfaatkan gray area I status quo ini. Hal-hal menyangkut kewenangan pusat tidak termonitor dan terevaluasi dengan baik. Sementara daerah boleh membuat aturan tersendiri dengan mekanisme pengawasan yang diatur tersendiri, dengan menjiplak metode-metode
13
lama yang bersifat formalitas, mengatasnamakan kewenangan yang sudah dilimpahkan.
Hal ini nyata dengan merebaknya kasus pernbalakan liar (illegal logging) awal tahun 2005, dengan dijaringnya beberapa aparat negara baik dari kalangan sipil
dan militer. Dengan kewenangan yang dimiliki, para aparat memanfaatkan suasana transisi menuju otonomi khusus dengan kebijakan-kebijakan yang mengarahkan banyak pihak terlibat dalarn praktek illegal dimaksud.
Tuntutan ganti rugi terhadap hak ulayat masyarakat yang telah dieksploitasi
secara sepihak tanpa memberikan manfaat yang berarti, bermunculan. Hal ini menandakan masyarakat mulai menyadari jati dirinya. Isu-isu kemerdekaan yang
mulai dihembuskan sehingga telah menglobaliasi, seakan tidak bisa dibendung, menggunakan media teknologi infonnasi yang semakin canggih
~
mempengaruhi
denyut politik dalarn dan luar negeri.
ll.3 Sistem Dinamik dan Membangun Paradigms Paradigma pembangunan kehutanan di Papua yang dapat digunakan ialah kombinasi paradigma pemanusiaan dan paradigma berkelanjutan (Gambar 3).
Prinsip-prinsip antara kedua paradigma ini dirasa masih layak untuk diimplementasikan.
Kriteria untuk menentukan angka yang tepat dari kegunaan sumber daya dituangkan dalarn dua paradigma yakni teori ekonomi neoklasik dan prinsip pergerakan llngkungan (the environmental movement).
Teori ekonomi neoklasik mengasumsikan bahwa kapabilitas teknologi masa depan yang tidak terbatas untuk memanfaatkan sumber daya alarn di bumi, dan suatu suplai yang harnpir tidak terhatas dari sumber daya serta usaha untuk memaksimalkan nilai sekarang dari sumber daya yang mana dapat dieksploitasi
14
menggunakan teknologi yang ada (Nordhaus, 1964,1979. Solow 1974 dalam Saeed, 1994 ).
Prinsip pergerakan lingkungan sangat konsern pada keterbatasan sumber daya dan keterbatasan teknologi untuk mengeksploitasinya, dan upaya konservasinya,
sering, tidak terlepas membawa pengorbanan sosial (Repetto 1986, Brown 1990 dalam Saeed, 1994).
Paradigma pemanfaatan somber daya alam yang menganut prinsip pergerakan lingkungan sejalan dengan paradigma pernbangunan secara umum, seperti yang telab diuraikan di alas, yakni paradigma berkelanjutan.
Pemanfaatan somber daya hutan perlu mengacu kepada paradigma berkelanjutan. Disadari atau tidak, potensi sumber daya alarn yang dapat pulih ini, terancarn punab ketika prinsip-prinsip pengelolaan yang berorientasi kelestarian tidak diterapkan
Namun permasalahannya ialah bagaimana mengaplikasikan paradigma tersebut dengan benar? bagaimana perilaku yang ditimbulkan dalam dunia nyata kehidupan,
dan
ke
mana
arab
kecenderungannya?
serta
bagaimana
merepresentasikan apa yang tetjadi?
Model 1 diyakini merupakan representase dunia nyata atau melukiskan kembali
bagaimana struktu.-2" fenomena3 dalam suatu sistem 4 yang rumit ataupun mudah sekalipun.
1
Deskripsi struktur fenomena yang dinyatakan melalui media yang dapat dikomunikasikan Unsur pembentuk fenomena dan pola keterkaitan antar unsumya 3 Atau masalah atau gelaja adalah segaJa sesuatu yang kita rasakan, alami atau kita lihat 4 Fenomena yang telah diketahui struktumya 2
15
Akan sulit bagi para praktisi khususnya dalam bidang kehutanan atau bidang
lainnya dalam menganalisis fenomena yang terjadi, tanpa metodologi pendekatan yang komprehensif
Suatu hal penting yang harus dipahami ialah ketika kecenderungan perilaku yang tidak diinginkan akan dibuat berubah kepada arah yang dikehendaki ataupun sebaliknya, dapat dilakukan apabila struktur suatu sistem diketahui dan dipaharni dengan baik.
Sistem dinamik (pertama kali diperkenalkan Jay W. Forrester di MIT pada dekade lima puluhan) adalah suatu metoda perrnodelan yang penggunaannya erat berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamik sistem-sistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan bertambahnya wal.'lu. Asumsi utama dalarn paradigma
sistem dinamik adalah bahwa tendensi-tendensi dinamik yang persistent pada setiap sistem yang kompleks bersumber dari struktur kausal yang membentuk sistem itu. Oleh karena itulah model-model sistem dinarnik diklasifikasikan ke dalarn model matematik kausal (Tasrif, 2004).
Avianto (2000) menyebut sistem dinamik adalah suatu metoda berpikir sistem
yang bisa melihat berbagai aspek secara integral.
Unsur-unsur utama yang dicakup dalam pendekatan ini ialah konsep : level yaitu akumulasi yang terdapat dalam sistem yang besamya dipengaruhi
oleh nilai awal dan nilai rate, rate adalah pengubah level yang nilainya dipengaruhi oleh inforrnasi yang membentuknya,
feedback adalah dalarn pengerrian struktur umpan balik merupakan blok
pembentuk model yang diungkapkan melalui lingkaran tertutup yang menyatakan hubungan sebab akibat variable-varianbel yang melingkar, bukan menyatakan hubungan karena korelasi saja,
16
delay adalah tenggang dalam pemenuhan sesuatu hal yang diinginkan. nonlmearity adalah suatu hubungan yang digambarkan akibat pengaruh
berbagai hal dalam suatu model misalnya akibat feed back atau hubungan bukan satu arab.
11.4 Eksistensi dan Maofaat Hutao Mangrove Ekosistem hutan mangrove dikenal sebagai ekosistern yang paling dinamis dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya.
Hal ini secara
ekologis adalah logis, karena dua ekosistem yang secara fisik berbeda,
berinterak.si secara kompleks sebagai pencirinya dan secara alami selalu dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Oleh karena itu ekosistem hutan mangrove mempunyai arti dan fungsi yang strategis baik ditinjau dari segi ekologis maupun sosial ekonomi dan budaya.
Fungsi tersebut adalah fungsi pehndung dan
pendukung ekosistem perairan pantai (Dinas Kehutanan Maluku Utara, 2003).
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (Macnae, 1968 dalam LPP Mangrove, 2004 ). Dalam bahasa Inggris kala mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan
pasang~surut
maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang
menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut.
Penyebaran vegetasi mangrove ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan, salah satu diantaranya adalah salinitas. Berdasarkan salinitas, zonasi hutan mangrove (Russel & Yonge, 1968 dalam Bengen, 2002) sebagai berikut:
A.
Zona air payau hingga air !aut dengan salinitas pada waktu terendam air
pasang berkisar antara 10-30 'foo A I. Area yang terendam sekali dalarn dua kali sehari selama 20 hari dalam sebulan: hanya Rhizophora mucronata yang masih dapat tumbuh.
17
A2. Area yang terendam 10-19 kali per bulan; ditemukan Avicennia (A.alba. A. marina), (Sonneratia sp. Dan dominan Rhizophora sp.
A3. Area yang terendam kurang dari sembilan kali setiap bulan: ditemukan
Rhizopora sp., Bruguiera sp. A4. Area yang terendam hanya beberapa hari dalam setabun: Bruguiera
gymnorrhiza dominan, dan Rhizopora apiculata masih dapat hidup. B. Zona air tawar hingga air payau, dimana salinitas berkisar 0-10 °/00 _ B I. Area yang kurang lebih masih dibawah pengaruh pasang surut: asosiasi Nypa. 82. Area yang terendam secara musiman: Hibiscus dorninan.
Zonasi di hutan mangrove mencerminkan tanggapan ekofisiologis tumbuhan
mangrove terhadap gradasi lingkungan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa zonasi)
tergantung pada kondisi
Jingkungan mangrove yang
bersangkutan (LPP Mangrove, 2004 ). Beberapa faktor lingkungan yang penting
dalam mengontrol zonasi adalah : 1. Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air (water table) dan salinitas air dan tanab. Secara langsung arus pasang surut dapat
menyebabkan kerusakan terhadap anakan. 2. Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aeraSl tanah,
tingginya muka air dan drainase. 3. Kadar garam tanab dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies terhadap kadar garam.
4. Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari spesies intoleran
seperti Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia.
5. Pasokan dan aliran air tawar.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh LPP Mangrove (2004), berdasarkan adaptasi terhadap kandungan garam, mangrove dikelompokkan menjadi : (I) suit-excreting
mangrove, seperti spesies Avicennia, Aegiceras, dan Aegialitis, dan (2) non-salt
18
excreting mangrove, seperti spesies Rhizophora, Bruguiera, Sonneratia, dan lainlain.
Sehubungan dengan ini, tiga cara mangrove beradaptasi terhadap garam sebagai berikut:
a. Sekresi garam (salt extrusion/salt secretion). Flora mangrove menyerap air dengan salinitas tinggi kemudian mengekskresikan garam dengan kelenjar garam yang terdapat pada daun. Mekanisme ini dilakukan oleh Avicennia, Sonneratia, Aegicera..f>, Aegialitis, Acanthus, Laguncularia dan Rhizophora (melalui unsur-unsur gabus pada daun). b. Mencegah masuknya garam (salt exclusion). Flora mangrove menyerap air tetapi mencegab masuknya garam, melalui saringan (ultra filter) yang terdapat
pada akar. Mekanisme ini dilakukan oleh Rhizophora, Ceriops, Sonneratia, Avicennia, Osbornia, Bruguiera, Excoecaria, Aegiceras, Aegalitis, dan Acrostichum. c. Akumulasi garam (salt accumulation). Flora mangrove seringkali menyimpan Na dan Cl pada bagian kulit kayu, akar dan daun yang lebih tua. Daun penyimpan garam umumnya sukulen dan pengguguran daun sukulen ini diperkirakan merupakan mekanisme mengeluarkan kelebihan gararn yang dapat mengbarnbat perturnbuban dan pembentukan buab. Mekanisme adaptasi ak:umulasi garam ini terdapat pada Excoecaria, Lumnil=era, Avicennia,
Osbornia, Rhizophora, Sonneratia dan Xylocarpus.
Untuk mengbadapi habitat yang dipengarubi oleh pasang surut yang berupa lumpur dan selalu tergenang (reaksi anaerob ), flora mangrove beradaptasi dengan membentuk akar-akar kbusus untuk dapat tumbub dengan kuat dan membantu mendapatkan oksigen. Bentuk perakaran mangrove tersebut adalah sebagai berikut: a. Akar pasak (pneumalophore). Akar pasak berupa akar yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang keluar ke arab udara seperti pasak. Akar pasak ini terdapat padaAvicennia, Xylocarpus dan Sonneratia.
19
b. Akar lutut (knee root). Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada awalnya tumbuh ke arab permukaan substrat kemudian melengkung menuju ke substrat lagi. Akar lutut seperti ini terdapat pada Bruguiera spp. c. Akar tunjang (stilt root). Akar tunjang merupakan akar (cabang-cabang akar) yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalaru substrat. Akar ini terdapat pada
Rhizophora spp. d. Akar papan (buttress root). Akar papan hampir sarna dengan akar tunjang tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet. Akar ini
terdapat pada Heritiera. e. Akar gantung (aerial root). Akar gantung adalah akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya tidak
mencapai substrat. Akar gantung terdapat pada Rhizophora, Avicennia dan Acanthus. Pada umumnya genera mangrove mempunyai satu atau lebih tipe akar adaptasi tersebut.
Ekosistern hutan bakau di Indonesia tersebar di 22 provinsi dengan pemusatan lokasi di Irian Jaya/Papua, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Riau dan Sumatera Selatan Luas hutan mangrove di Papua menurun dari angka 2.943.000 hektar pada tahun 1982 menjadi 1.382.000 hektar pada tahun 1993. Luas hutan
mangrave secara keseluruhan di Indonesia pada tahun 1982 adalah 5.209.543 hektar dan pada tahun 1993 menjadi 2.496.185 hektar (Mulyana, 1999).
Karena karakteristiknya, fonnasi vegetasi penyusun hutan mangrove berturutturut dari batas surut terendah ke arab darat ialah Soneratia-Avicenta, Rhizophora. Bruguiera. Ceriops, Nipa fructicans. Formasi ini merupakan fonnasi
umum, namun lebih bergantung pada lokasi tempat tumbuh jenis mangrove
tersebut
Secara fisik hutan mangrove merupakan daerah penyangga yang dapat melindungi
pantai dari intrusi dan abrasi air laut. Kawasan hutan mangrove secara ekologis merupakan daerah asuhan (nursery ground) berpijaknya berbagai biota air seperti
20 ikan, udang, kerang, dan tempat bagi fauna daratan seperti burung, reptilia, insekta, macrozoobentos, serta habitat alami biota lainnya.
Secara ekonomi,
hutan mangrove menjadi daerah penangkapan ikan (fishing ground), sumber kayu bakar, sumber bahan baku produk industri dan bahkan sebagai sarana prasarana sosial budaya masyarakat yang hidup di pantai.
Secara spesifik, vegetasi
mangrove dapat berperan sebagai penyaring (filter) terhadap berbagai limbah di
kawasan pantai.
Basil langsung dan tidak langsung dari hutan mangrove dapat dilihat pada Tabel II. I. dan Tabel !1.2.
Tabel II. I. Produk langsung dari hutan mangrove Kegunaan
Bahan bakar
Konstruksi
Pemancingan
Pertanian Produksi Kertas
Produk
Kayu bakar untuk memasak, memanaskan Kayu bakar untuk pengeringan/pengasapan ikan Kayu bakar untuk pemanasan karet Kayu bakar untuk membakar batu bara Arang Alkohol Kayu untuk tangga Kayu untuk konstruksi berat Gembatan dll) Penjepit rei kereta Penyangga terowongan pertambangan Tiang geladak Tiang dan galah bangunan Lantai dan anel Bahan kapal atau perahu Pagar Pipa air Kayu serpih Lem Pancing Pelarnpung Racun ikan Tanin untuk merawatjarring Perhndm1gan ikan Pakan ternak
21
Kegunaan Makanan dan Minumam
Alat Rumah Tangga
Produk Gula Alkohol Minyak goring Cuka Pengganti T eh Minuman fennentasi Pelapis permukaan Rempah-rempah dari kulit Daging dari propagul Sayur dari propagul, buah, dan daun Bungkus rokok Obat-obatan dari kulit, daun dan buah Perabot rumah tangga Perekatllem Minyak rambut Peralatan tangan Penumbuk padi/beras Mainan Batang Korek api Kemenyan
Serat sintesis Bahan Pencelu Pakaian Tanin untuk pelindung kulit Bahan kayu untuk kotak packing Lainnya Sumber: Hamilton dan Snedaker, 1984 Pakaian dan Produk kulit
Tabel II.2. Produk tidak Langsung dari hutan mangrove
Kegunaan Ikan blodok (banyak jenis) Krustaceae (udang, kepiting]ketam) Lebah Burung
Produk
Makanan Pupuk Makanan Madu Lilin Makanan Bulu
·~~-;c-~~~~~~~~R07ekr'O"ea~i (watching dan b"rb,..ur.,u.,)'-~- ___ ~-
Mamalia
Makanan Bulu Rekreasi
Reptil
Kulit Makanan
22
Kegunaan
Produk
Rekreasi Makanan Fauna Lainnya (ampibi, Rekreasi serangga) Sumber: Hamilton dan Snedaker, 1984
ILS Sumber Daya Perikanan Sumber daya perikanan dan kelautan merupakan sumber daya yang relatif kompleks. Dalam hal lingkungan pengelolaan pun sangat berbeda dari sumber
daya terestial lainnya, misalnya pertanian dan perkebunan. Dari sisi sumber daya, stok sumber daya ikan misalnya, bermigrasi dan bergerak dalam ruang tiga dimensi. Kondisi ini menambah kompleksitas dalam pengelolaan, misalnya saja
menyangkut pengaturan hak pemilikan alas sumber daya tersebut (Fauzi dan Anna, 2005).
Sumber daya perikanan menjadi panting untuk diamati karena keeratan
hubungannya dengan ekosistem hutan mangrove, yang mana sumber daya
perikanan khususnya dalam kawasan Teluk Bintunijuga dipengaruhi oleh kondisi hutan sekitar, seperti telah diketahui bahwa hutan mangrove antara lain fungsinya sebagai daerah asuhan dan daerah penangkapan ikan.
Sumber daya perikanan, dapat dibedakan alas 2 kelompok yaitu sumber daya perikanan pelagis dan sumber daya perikanan demersaL Potensi sumber daya perikanan pelagis berada di perairan sebelah utara Papua (perairan ZEEI) dengan potensi lestarinya sebesar 438.600 ton per tahun. Ikan pelagis umumnya tidak masuk perairan teluk Bintuni aklbat rendahnya salinitas sehingga ikan-ikan
pelagis besar seperti tuna, tongkol dan cakalang tidak terdapat di teluk. Kelompok
kedua ialah ikan demersal yang umumnya tertangkap dengan trawl sebagai ikan sampingan dari basil tangk:apan udang. Potensi perikanan demersal di laut Arafura 230.400 ton/tahun. lkan demersal ini pada umumnya hidup di perairan dangkal sampai kedalaman 50 m dengan dasar lumpur, pasir dan terumbu karang (BUMWI, 1994).
23
Boli, dkk (2004) menyebutkan bahwa peraturan Pemerintah Pusat yang dikhususkan bagi aktivitas penangkapan ikan/udang di perairan Papua adalah seperti
yang tertuang dalam
Sural Keputusan Menteri
Pertanian No.
02/Kpts/Umllll975 yang berisi larangan menangkap ikan dengan alat trawl di sepanjang pantai Irian Jaya dan Arafura sampai keda1aman 10 m. Selain itu, dilarang mengoperasikan alat tangkap pair trawl dan kantong trawl dengan ukuran mata jaring 3,0 em dan menyeimbangkan antara stok ikan dengan jurnlah kapal. Sural Keputusan Presiden No. 39 Tahun 1980 tentang pe1arangan pukat harimau dan Peraturan pemerintah No. 85 Tahun 1982 tentang izin penggunaan
pukat udang untuk beroperasi di beroperasi di Indonesia Bagian Timur termasuk di Te1uk Bintuni.
Kegiatan perikanan di Teluk Bintuni yang didominasi oleh aktivitas penangkapan
udang PT Bintuni Mina Raya belum sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Peraturan yang menyangkut larangan pengunaan trawl (pukat harimau) dan dizinkannya pengunaan pukat udang sepertinya berupa dua peraturan yang bertentangan (kontradiksi) terutama karena definisi kedua jenis a1at tersebut tidak begitu berbeda. Perbedaannya ia1ah pukat udang ada1ah pukat harimau (traw[J yang di1engkapi saringan untuk menghindari tertangkapnya ikan bukan target. Pengamatan di 1apangan menunjukkan bahwa semua alat tangkap yang dimihki PT BMR ada1ah bernpa pukat harimau. Pemasangan saringan atau alat tambahan se1a1u dihindari kapa1 penangkap udang PT BMR. A1asan yang disampaikan para awak kapal adalah bahwa basil yang didapat berupa udang sangat sedikit jurnlalmya dan eukup repot dalam operasionalnya.
Hasi1 tangkapannya pun
ada1ah udang atau ikan yang berukuran keeil sampai besar seperti eontoh udang yang tertangkap adalah berukuran 5 em sarnpai dengan 24 em. Aktivitas perikanan rakyat merupakan suatu kegiatan usaha perikanan yang di1akukan oleh satu atau beberapa orang ne1ayan dalam skala keeil yang tidak berbadan hukum (Boli, dkk, 2004).
24
Analisis hubungan antara hutan mangrove dan perikanan disekitarnya menjadi penting, apa1agi ketika isu merebak di sekitar Teluk Bintuni yang mengatakan babwa menurunnya basil tangkapan udang o1eh PT BMR dan masyarakat disebabkan oleh aktivitas penebangan mangrove yang cukup tinggi yang dilakukan o1eh PT BUMWI.
Laporan Pusat Riset Perikanan T angkap Kepartemen Kelautan dan Perikanan bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2001) menyatakan bahwajum1ah potensi sumber daya ikan !aut tahun 2001 di Indonesia ia1ah 6.409.210 ton/tahun, dengan produksi 4.069,42 ton/tahun dengan pemanfaatan sebesar 63,49%. Untuk wilayab penge1o1aan perikanan sekitar Laut Arafura dapat dilihat pacta Tabel I1.3.
Tabel II.3. Estimasi potensi, produksi dan tingkat pemanfaatan Sumber Daya Ikan Laut pada wilayab pengelolaan perikanan sekitar Laut Arafura Kelompok Somber Daya
Potensi
Produksi
Pemanfaatan
(10 tonltabun)
(lo' tonltahun)
(%)
3
2001
1997
1997
2001
1997
2001
50,86
50,86
19,28
34,55
37,91
67,93
468,66
468,66
33,40
12,31
7,13
2,63
246,75
202,34
327,40
156,80
132,68
77,49
0,77
3,10
0,67
87,01
>100
21,70
43,10
42,08
22,58 36,67
193,92
85,08
Lobster
0,10
0,10
0,06
0,16
60,00
>100
Cwni-cwni
3,39
3,39
3,39
0,30
100
8,85
792,23
771,55
426,28
263,37
53,81
34,14
Ikan Pelagis Besar Ikan Pelagis Kecil Ikan Demersal Ikan Karang Konsumsi
Udang Penaeid
Jumlah
Sumber: DKP dan LIP! (2001) diolah
Sementara data FAO menyebutkan babwa untuk wilayah Kepala Burung Papua (khususnya Te1uk Bintuni) pada tabun 1990-1991, dari 32 hauling, rata-rata ikan tertangkap adalah 57 kg/hauling. Untuk udang, tertangkap 30-37 kg/hauling,
terdiri atas 8% sima, 56-69% banana dan 17-20% ende.
25
Boli (2004) melaporkan produksi rata-rata bulan Ju!i sampai Agustus tabun 2004 di wilayah Teluk Bintuni ialah 35,90 kg/hauling untuk udang, dan ikan sebanyak 25,06 kg/hauling.
Tabel 11.4. Standing stock sumber daya udang di Teluk Bintuni 1990 -199!
C (kg/hauling) potensi (kg I km Biomassa (ton)
Banana
Sima
Dimensi
2
)
Total
Lainnya
En de
----··-
5
13
6
5.5
29.5
98
256
118
108
580
1,470
3,840
1,770
1,620
8,700
Sumber http://www.fao.orgldocuments (diolah)
Luas hutan mangrove di Teluk Bintuni diestimasi seluas 260.000 hektar (Pribadi, 1998). Luasan perairan Teluk Bintuni beserta Kaimana dan Sele kurang lebih 2 15.000 km Dengan demikian biomassa udang wilayah perairan Teluk Bintuni, 2 apabila diestimasi seluas 3 x luasan hutan mangrove (7.800 km ), adalah 4.524 2 ton, dengan potensi 580 kg!km Bila merujuk data ini, maka dapat dikatakan
bahwa rata-rata I hektar hutan mangrove dapat menyokong 17,4 kg udang
berbagai jenis. 2 Boli (2004) menyatakan bahwa potensi ikan Teluk Bintuni ialah 246,78 kg!km 2
2 dan udang 283,53 kg!km , atau total 530,29 kg!km
Sedangkan basil wawancara
menyatakan bahwa ratio udang tertangkap dan by catch adalah I : 10.
26
Tabel II.5. CPUE (Kg/hauling) dari "RV. Bawal Putih II" di wilayah Bintuni 1990
1991
1996
Ikan
63
169
265
Udang
20
43
10
Lainnya
2
2
13
Jenis
Sumber http://www.fao.org/documents (diolah)
Tangkapan Udang dan Ikan oleh PT BMR selama satu tahun dapat dilihat pada
Gambar II.4. dan Gambar II.5. 90,000 80,000 70,000 80,000
. Uc!Mg (Jiring 2) El UdMg (Jsring 1)
50,000 40,000
-
. Uc!Mg (Nelaylrl) . lkan (PT BMR} D lkan (Nelayan)
30,000 20,000 10,000 0
~ bl Ul ~ till ~ ~ I& l, ~
Gambar II.4. Produksi udang dan ikan pada PT BMR periode Agustus 2003 sampai Juli 2004 (Sumber : Boli, 2004)
27
100,000 . . . . - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 90,000 -h;;;;;;-- - - - - - - - - - - - - - - -80,000 ~1---------1----------------
30,000 20,000 10,000 0
-HII----------t----------t------1----=~~~-------·l---1---------t------1-----1--
1
1
1
-
-
-
1
-
-
-
-
l____- l__ ~~-------.-----~----____1--___- ll--------l-__-1_____ ----l-------~
70,000 60,000 50,000 40,000
. TOTAL UDANG . TOTAL IKAN
~~-------.-----~---------l--------ll--------l--
JJ I J J J JJI J ! i
Gambar ll.5. Produksi total udang dan ikan pada PT BMR Periode Agustus 2003 sampai Juli 2004 (Sumber : Boli, 2004)
ll.6 Pemanfaatan Sumber Daya Alam bersama Masyarakat Pokok permasalahan yang dihadapi selama ini di Papua adalah dilanggarnya hak5 hak penduduk asli . Sumule (2003) mengungkapkan ketiga hal tersebut yakni:
1. dilanggarnya hak-hak adat penduduk asli dalam kaitannya dengan eksploitasi surnber daya alam, 2. diabaikannya hak-hak adat penduduk asli dalam kaitannya dengan representasi penduduk asli Papua dalam badan-badan perwakilan rakyat, dan 3. diabaikannya, atau kurang diperhatikannya, keputusan-keputusan yang diambil oleh peradilan adat oleh badan-badan yudikatif negara. Sehubungan dengan itu hak-hak adat penduduk asli harus ditempatkan pada posisi yang wajar dan terhormat.
Pemanfaatan sumber daya alam Papua khususnya hutan, dilakukan secara besarbesaran ketika Hak Pengusahaan Hutan digalakkan. Pengusaha mengambil kayu-
Di Papua tidak dijwnpai tanah yang tidak bertuan, bahkan setiap tanah. air, gunung diberi nama tertentu. Tanah menurut orang Papua identik dengan kebidupan manusia, maka diberi Jambang sebagai seorang ibu atau mama yang selalu mengayorni, melindungi dan membesarkan seseorang sejak bayi, kanak-kanak sampai mencapai dewasa, rnisalnya orang Kamoro menyebut Enai Tapare, orang Meybrat menyebut Tabam Ramu, atau tanah kami atau tanah ibu. Sumule (2003)
5
28 kayu dalam bentuk logs selanjutnya mengantarpulaukan babkan mengekspor ketika larangan ekspor kayu logs belum dikeluarkan. Kini ekspor logs tidak diperkenankan. Walaupun demikian, saat ini industri pengolahan kayu sangat kekurangan baban baku logs.
Fenomena ini teljadi karena pembalakan liar (illegal logging) mendominasi pemanfaatan kayu dari hutan alam. Papua tidak terkecuali, bahkan ternyata (pada awal tahun 2005 ini) merupakan salah satu sumber pemasok kayu-kayu illegal ke industri dalam negeri bahkan diekspor secara illegal langsung ke Cina atau Malaysia.
Dilain sisi, beberapa perusahaan kayu yang beroperasi di Papua menghadapi permasalahan tuntutan ganti rugi atau kompensasi hak ulayat alas kayu-kayu yang telah dan sementara di tebang oleh pengelola. Keputusan pemerintah tentang jurnlah kompensasi per meter kubik kayu yang ditebang, sering tidak dapat dipenuhi pengusaba tepa! waktu (setelab kayu ditebang) karena menunggu transaksi jual beli dengan pembeli kayu. Hal ini jelas mempengaruhi operasional perusabaan, mana kala cash-flow perusabaan relatif tidak stabil, dan masyarakat tetap pada tuntutannya untuk segera dipenuhi.
Fenomena lain yang terjadi ialab, masyarakat yang sangat lemah ini,
membutuhkan dana segar, meminta pengusaha memberikan panjar dalam jumlah tertentu tertentu, bahkan juga dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari yang dapat langsung dikonsurnsi, dengan peljanjian akan diperhitungkan dengan dana kompensasi nanrinya. Kadangkala pada kenyataannya, masyarakat masih
menuntut kompensasi walaupun telah diberikan bantuan dalam bentuk lain.
Dalam pada itu, kebijakan pemerintab (ijin pemanfaatan kayu melalui Kopermas /Koperasi Masyarakat) yang kelihatannya menarik dan akan memberdayakan masyarakat asli Papua, tidak terlaksana secara baik. Sudah nyata babwa masyarakat tidak mempunyai modal cukup. Hal ini dirnanfaatkan oleh cukong
29
kayu, dengan menggunakan/membeli ijin yang dimiliki masyarakat, selanjutnya penebangan kayu dan proses selanjutnya dilakukan oleh cukong kayu tersebut. Masyarakat sadar akan ketidak adilan ini, namun jumlah uang yang ditawarkan cukup untuk membuat masyarakat pasrah
6
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang dalam kondisi
sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Masyarakat pada dasamya memiliki potensi yang dapat dikembangkan, hal ini tidak berarti bahwa penduduk miskin tidak mempunyai potensi sama sekali. Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun daya yang dimiliki dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya (Yuliani, 2004).
Keputusan tentang dibukanya suatu areal hutan sangat ditentukan oleh tokoh masyarakat atau kepala suku setempat Keputusan yang diambil relatif tidak akan pernah ditentang oleh anggota masyarakat dibawahnya Pendekatan cukong kayu biasanya langsung ke tokoh masyarakat yang menjadi kepa]a suku di suatu daerahlwilayah_
b
Bab m Gamba ran Umum IUPHHK. Mangrove di Teluk Bintuni
lll.l Letak dan Luas Areal Areal kerja PT BUMWI ditetapkan sebagai kawasan konsesi IUPHHK berdasarkan SK Menteri Kehutanan No : 174/Kpts-IV/ 88, tanggal 28 Maret 1988 dengan luas areal 137.000 Ha yang terdiri dari areal berhutan seluas 129.000 ha dan tidak berhutan seluas 8.000 ha. Tennasuk dalam wilayah Distrik Babo, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua, dan terletak pada wilayah geografis dengan posisi 132°47' - 133°59' Bujur Timur dan 2°22' - 2°47' Lintang Selatan {BUMWI, 1994).
Base camp/Chipmi/1 PT BUMWI terletak di Pulau Arnutu Besar yang dapat
dijangkau dengan speedboat berkekuatan 40 PK dari ibukota Kabupaten Teluk Bintuni kurang lebih 2 jam, dan dari ibukota Distrik Babo kurang lebih 25 menit. Ibukota Distrik Bintuni dan Babo dapat dicapai dengan pesawat terbang jenis Twin Otter kurang lebih 45 menit dari kota Manokwari.
Gambar ill.1. Airport Bintuni dan Pelabuhan Kecil Babo
30
133'30'
123'25"
= . 2'10~ t~
'
IJ
:rm;s
133'4 5'
133'40'
133'35'
134~·
133'55'
133'50
PETA l.OKASIPENEU TIAN PADA AREAL HPH PT. BINTUNI UTAMA MURNI WOOD INDUSTRIES
~,··.· ~· ~~ ~ 0 ~. .. ~~ ~.:;.:
5 I
0
.5
' 10
l!!!!'!!!!liiii!!!!!!!!!!!!!! X 2' 1~ I
I
I
I
I
~ JfJ
- ?'
*E W
tl
15'
s
I
2'20.1
I
I
I
I
·r~ ·
l•5•ncia 1
e
2' 2~
I
I
I
I
I
::::::==::1
B
AI>l HI. H I>
____ HI>K WI>T 1($-'/ KI>-'
~
D
,..,.$ 1· 1/ D &I.A\1
c:J ll~t
2• 30 I
I\ r=ya• c
I lo :!
2'l5 1 ~,.;1 ,..\ ~ (
I
/¥1 \tl
I
20
Tclllc.~llp
E3 11'*...,..
lo~a u ..lu · ~~
' # ... ,. s'}
1c
'\1
« 1u't ,;''\ ~.11
:we:::
I
,l- ~- ISA\
~
\l I
Gambar ID.2. Lokasi penelitian
sn
I
/:::·1'---'
w
32
Gambar ill.3. Base camplchipmill PT BUMWI
Ill.2
Kondisi Hutan dan Pelaksanaan Sistem Silvikultur
Berdasarkan penafsiran potret udara skala 1 : 100.000 tabun 1986, areal IUPHHK PT BUMWI terdiri atas hutan payau 102.783 ha (75,02 %); hutan rawa bukan bakau 10.379 ha (7,57 %); hutan tanah kering 14.366 ha (10,48 %); areal penggunaan lain 5.772 (4,21 %); areal semak/sagu 3.700 ha (2,7 %);
Untuk pengusahaan, rnaka berdasarkan perhitungan, areal yang efektif ialah 108,297 Hektar. Untuk pengelolaan, luas ini dikurangi antara lain : kawasan lindung pantai, sungai dan anak sungai seluas 16.800 hektar, tegakan benih seluas 600 hektar, kawasan penelitian dan pengembangan seluas 100 hektar, dan koridor satwa seluas 4.515 hektar.
Dengan demikian areal yang dapat dikelola untuk penebangan adalah 86.282 Hektar. Basil survei potensi tegakan mangrove di areal PT BUMWI yang dilakukan tim lnstitut Pertanian Bogor tahun 1993 dapat dilihat pada Tabel III.l .
33
Tabe1lll.l.Potensi mangrove da1am areal!UPHHK PT BUMWI
Lokasi
Semal
Pancang8
(BVha)
BVha M'lha
Tiang 9 dan Pohon 10
BVha
M'lha
M'!ha
13.300
167
0,22
133
3,28
21,33
Amutu Besar (Penebangan 1989/1990)
10.000
600
I ,01
275
5,19
33
Amutu Besar (Hutan
13.800
688
0,66
638
16,64
186,5
47.500
88
0,23
75
3,99
47,65
Sungai Tagarata (Penebangan 1990/1991)
37.500
475
0,6
150
6,34
39,75
Sungai Wagura (Rutan
14.000
640
1,44
380
31,71
368,2
22.000
1.12 0
2,25
470
18
172,2
25.000
600
0,49
200
10,73
109,5
2.000
180
0,2
280
6,05
115
24.000
100
0,1
440
32,77
291,6
Amutu Besar (Penebangan 1988/1989)
Primer) Amutu Kecil (Penebangan 1988/1989)
Primer) Sungai Wagura Tengab (Hutan Primer) Sungai Kasuri (Penebangan sebelum 1988) Sungai Onar (Hutan Primer) Sungai Bomberai (Rutan Primer) Sumber: SEL PT. BUMWI (1994) diolah
7
8 9
Ukuran mangrove dengan tinggi < 1,5 m Ukuran mangrove dengan tinggi > I ,5 m dan diameter batang 2 - I 0 em Ukuran mangrove dengan diameter 10 - 20 em Ukuran mangrove dengan diamater > 20 em
10
34
Pemanfaatan kayu mangrove mengikuti aturan Sistem Silvikultur Hutan Payau sesuai SK Dirjen Kehutanan No. 60/Kpts/DJ/I/1978, dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tiga tahun sebelum penebangan (Et-3) : Penataan Areal Keija. Kegiatannya antara lain terdiri dari: Pembagian wilayah keija yang meliputi: kelas hutan pelindung, kelas Rhiwporaceae, kelas non Rhizoporaceae. Khusus kelas Rhizoporaceae
dibagi menjadi kelas masak tebang, kelas permudaan 10 tahun atau Jebih, kelas permudaan kurang dari 10 tahun, kelas hutan rusak Kegiatan Jainnya yakni pembagian unit keija yaitu wilayah kerja dibagi dalam areal keija 5 tahunan dengan siklus tebang 30 tahun, areal keija lima tahunan dibagi ke areal keija satu tahunan, areal keija tahunan dibagi kedalarn blok (100 ha) dan petak (10-50 ha). 2. Dua tahun sebelum penebangan (Et-2): lnventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan. Inventarisasi potensi hutan dilakukan dengan metode systematic strip
sampling dengan Iebar jalur 10 m dan jarak antar jalur 200 m dan
dilaporkan juga dalam peta berskala I: 10.000. Penandaan pohon induk dilakukan dengan cat kuning melingkar batang minimal 40 batang per hektar dengan DBH 20 em dan jarak antar pohon ± 17 m. Untuk pohon yang akan ditebang, ditandai dengan cat merah berbentuk tanda silang bagi pohon dengan ukuran diameter batang;;: I 0 em. Penandaan jalur hijau: 50 m untuk sungai kecil, 100 m untuk sungai besar, dan 130 kali rata-rata selisih pasang tertinggi dan terendah diukur dari pasang terendah ke arab darat untuk pinggir pantai ( 182 -1.118 m) Penyusunan Rencana Keija (RKT, RKL dll) yang harus disetujui
Departemen Kehutanan. 3. Satu tahun sebelum penebangan (Et-1 ): Pembukaan Wilayah Hutan. Kegiatan ini meliputi pembuatan jalan, jembatan, gorong-gorong dan Jain sebagainya. 4. Penebangan (Et).
35 Kegiatannya antara lain; - Membersihkan areal sekitar pohon yang akan ditebang. - Menentukan arab rebah. - Penebangan.
Gambar III.4. Pembuatan takik rebah
- Pengupasan Kulit Kayu. Kulit kayu harus sesegera mungkin dikupas. Hal ini dimaksudkan agar kayu tidak cepat busuk. Selain itu, proses pengupasan akan lebih mudah pada waktu pohon baru ditebang.
36
Gam bar Ill.5. Pengupasan kulit - Penyaradan Proses selanjutnya ialah menaikkan kayu ke atas jalan ongkak, dan menyaradnya ke TPN (ternpat pengumpulan kayu sementara) menggunakan tenaga manusia .
Gambar III.6. Penyaradan kayu
37
Gambar ffi.7. Penumpukan kayu di TPN
- Pengangkutan ke industri Kayu yang telah ditumpuk di TPN selanjutnya menggunakan pontoon dibawa ke industri. Pemuatan ke atas pontoon dapat menggunakan crane dan juga tenaga manusia, tergantung pada lokasi pemuatan apakah memungkinkan untuk dimasuki pontoon yang bennuatan crane atau tidak.
Gambar ill.8. Proses pemuatan ke atas pontoon dengan tenaga manusia
38
Gambar l1I.9. Proses pemuatan ke atas pontoon dengan crane Setelah semua pontoon terisi, dengan menggunakan tugboat, ditarik ke dermaga chipmill yang terletak di Pulau Amutu.
Gambar ITI.lO.
Ponton berisi kayu mangrove merapat di dermaga
Sejak IUPHHK PT BUMWI beroperasi, produksi kayu mangrove untuk semua jenis komersil yang diambil dapat dilihat Pada Tabe TI1.2.
39
Tabel III.2. Target dan realisasi produksi kayu bulat PT BUMWI sampai dengan tahun 2004
No
Tahun
Jatahffarget
Luas Ha
Volume (M')
Realisasi Luas (Ha) Volume
Keterangan
M'
I 88/89 500.00 50,000.00 494.00 49,321.07 IIO,OOO.OO I,l39.00 109,0I8.23 2 89/90 1,150.00 I,500.00 150,000.00 290.00 28,122.88 3 90/91 1,400.00 150,000.00 493.00 52,359.87 4 9I/92 3,000.00 150,000.00 I,703.84 154,576.57 5 92/93 6 93/94 3,400.00 160,000.00 2,014.50 167,684.14 2,000.00 160,000.00 1,232.00 I67,738.89 7 94/95 2,260.00 186,364.00 2,140.00 195,459.76 8 95/96 9 96/97 2,700.00 I66,062.00 I,464.00 I43,007.35 IO 97/98 2,380.00 I56,049.00 1,552.00 I45,428.30 II 98/99 2,I84.00 I85,677.00 I,008.00 II9,274.02 543.00 62,505.78 I2 99/00 I,847.00 I76,655.00 526.00 67,0I4.82 13 00/0I I,027.00 IOI,6Il.OO I82,638.00 1,090.00 107,295.34 I4 200I I,986.00 I72,955.00 593.50 56,953.28 15 2002 I,831.00 1,907.00 183,700.36 958.00 91,702.12 16 2003 17 2004 2,203.00 181,356.53 980.00 85,822.76 Sumber: Laporan Tahunan PT. BUMWJ19881 1999 s.d. 2004 (diolah)
5. Satu tahun seteiah penebangan (Et+ I) 11 : lnventarisasi T egakan Tinggal. Kegiatan ini diiakukan untuk mengetahui potensi tegakan setelah penebangan, khususnya kondisi permudaan yang ada. Data yang dikumpulkan meliputi komposisi jenis, penyebaran dan kerapatannya. Jika jumiah permudaan alam kurang dari 2.500 batang per hektar, perusahaan diwajibkan untuk meiakukan penanaman pada tahun berikutnya, terutama pada lokasi bekas jalan sarad dan TPN.
11
Saat ini untuk pengelolaan hutan mangrove khususnya di PT BUMWI, kegiatan Inventarisasi Tegakan Tinggal dilakukan 2 tahun setelah penebangan dan Kegiatan penanaman dilakukan 3 tahun setelah penebangan. Hal ini dimak:sudkan untuk memberi waktu yang cukup pada perkembangan permudaan alam di lapangan (pemudaan mangrove memiliki tingkat kemampuan tumbuh yang tinggi pada habitatnya), sehingga data ITT akan lebih representartif dan pada akhimya kegiatan penanaman dapat dilaksanakan sesuai rencana dan atau target Hal ini dilakukan juga untuk pemanfaatan kayu di hutan tanah kering melalui sistem silvikultur TPTI.
40 6. Dua tahun setelah penebangan (Et+2): Penyulaman dan Penanaman/pengayaan. Dilakukan dengan cara pot planting atau direct planting tergantung kondisi lapangan.
3,000
2,500 2,000
• In (Ha)
1,500
o Pengayaan (x1000.Btg) --------
1,000
500
_[
Gambar ill.ll .
Perkembangan ITT dan pengayaan pada IUPHHK PT BUMWI
41 7. Tiga samp01 empat tahun setelah penebangan: Pemelihaiaan (menyiangi
tanaman). 8. Lima sampai 14 tahun setelah penebangan: Tidak ada kegiatan. 9. Lima belas sampai 20 tahun: Penjarangan
12
.
Penjarangan ialah kegiatan
penyingkiran penyaing pohon binaan, dalain rangka memberikan ruang tumbuh guna meningkatkan pertumbuhan riap volume tegakan. Ketentuannya ialah
meningga1kan 1.100 pohon per hektar dengan diameter setinggi dada minimal I 0 em danjarak kurang dari 3 meter. Penjarangan dilakukan selalu dalam masa rotasi tebang. Jumlah volume tergantung kondisi areal. I 0. Dua Puluh Satu sampai 30 tahun, tidak ada kegiatan, dan pada akhir tahun ke· 30 setelah penebangan, rotasi pengusahaan pertama se1esai.
IIL3
Kegiatan Produksi Chips
Mekanisme kegiatan pembuatan chips di lndustri PT BUMWI, secara singkat sebagai berikut: Kayu log yang tiba di dermaga pulau Amutu, diangkat ke alas panggung penampungan logs, selanjutnya dinaikkan satu persatu ke atas rei dan bantalan karet untuk dimasukkan ke dalam mesin serpih kayu. Prosesnya berlangsung relatif singkat sampai menjadi chips yang ditampung di ch1ps yard sambil menunggu pemuatan untuk ekspor. Proses ini lebih jelasnya ditampilkan dalain bentuk gam bar.
Kegiatan penjarangan belum dilakukan oleh PT BUMWI. Hal ini telah diungkapkan secara informal oleh staf Forestry ke pihak Direksi, namun belum diperkenankan. Beberapa kemungkinan penyebabnya ialah : target tebangan tahunan yang masih tinggi dan keterbatasan peralatan serta masih adanya tenggang waktu untuk melaksanakan penebangan (pernyataan: Amir Baraweri/Staff Divisi Forestry PT BUMWI) 12
42
Gambar III. 12.Proses pemuatan batang kayu di atas panggung ke atas rel karet yang berjalan
Gam bar IIL13 .Batangan kayu bergerak menuju mesin chipper
43
Gambar UI.l4.Kayu mangrove diolah dalam mesin chipper
Gambar lll. l5.Chips ditampung pada chips yard untuk menunggu ekspor
Gambar III.l6.Bentuk dan ukuran chips
44
3 Kapasitas produksi chips PT BUMWI adalah 180.000 m per tahun atau rata-rata
15.000 m' per bulan. Data produksi Chips PT BUMWI dapat dilihat pada Tabel
111.3.
Tabel Ill.3. Produksi chips PT BUMWI sampai dengan tahun 2004
Tahun
No
EksporChip (M')
Devisa (USS)
Negara Tujuan
Keterangan 1m3 chips -· 1.2 ton chips
I
88/89
2
89/90
51,500.00
2,060,000.00
Jepang!Taiwan
3
90/91
84,000.00
3,360,000.00
Jepang/Taiwan
4
91/92
60,523.67
2,609,564.00
Korea/Jepang!Taiwan
5
92/93
131,313.33
5,382,442.00
Jepang!Taiwan
6
93/94
167,934.16
6,630,656.00
Korea!Jepang
7
94/95
174,552.51
7,143,816.00
Jepang!Taiwan
8
95/96
186,689.18
9,051,246.00
Jepang!Taiwan
9
96/97
145,357.51
6,761,548.00
Jepang
10
97/98
125,305.01
5,627,578.00
Taiwan
II
98/99
135,833.22
4,971,000.00
Jepang
12
99/00
51,249.99
1,776,000.00
Jepang
13
00/01
75,100.00
2, 134,000.00
Taiwan
14
2001
62,666.66
2,393,800.00
Taiwan
15
2002
73,333.34
2,632,000.00
Taiwan
16
2003
75,416.67
2,698,000.00
Taiwan
17
2004
77,166.67
3,256,000.00
Taiwan
Sumber: Laporan Tahunan PT. BUMW/1988/1999 s.d. 2004 (dwlah)
45
TII.4
Sosial Ekonomi Masyarakat sekitar Areal IUPHHK
Areal perusahaan terletak di Distrik Babo. Kabupaten Teluk Bintuni. Kabupaten Teluk Bintuni merupakan kabupaten baru basil pemekaran pacta tahun 2002, dari Kabupaten Manokwari. Perkembangan penduduk Distrik Babo dan Bintuni selarna 15 tahun ctapat dilihat pacta Tahel111.4.
Tabel III.4. Data penduduk Distrik Babo dan Bintuni sampai akhir tahun 2004 Tahun Babo Bintuni 6.354 8.620 1990 1991 6.834 8.841 1992 7.128 9.293 1993 6.702 10.277 1994 6.722 11.962 1995 6.811 15.114 9.304 16.365 1996 10.339 1997 9.966 15.736 1998 10.161 1999 10.442 16.220 2000 10.874 12.706 12.706 2001 12.402 14.794 2002 14.441 15.969 16.360 2003 2004 16.969 18.970 Sumber :BPS Kabupaten Manokwari, 2004 (diolah)
Keteranlf.an Rata-rata pertambahan penduduk pertahun berturut-turut 0,072 Dan0,068
Data terbaru 13 yang diperoleh menyangkut wilayah administrasi Kabupaten Teluk Bintuni dapat dilihat pacta Tabel 111.6.
Survei yang dilakukan Ruitenbeek (1992) 14, menyimpulkan bahwa rata-rata penctapatan masyarakat sekitar Teluk Bintuni sebagaimana dilihat pacta Tabel
13
Data kependudukan Papua khususnya di Kabupaten Manokwari bervariasi sesuai sumber_ Ruitenbeek (1997) mengemukakan data hasil sensus BPS Tahun 1990, Penduduk Distrik Bintuni 8.196 jiwa (rumah tangga. 1. 714, laki~laki. 4.517, perempuan 3.679), dan Distrik Babo 4.942 jiwa (rumah tangga. 963, laki-laki: 2.427, perempuan: 2.515) 14 Survey terhadap 101 kepala keluarga yang dilakukan oleh tim beranggotakan 6 orang selama satu minggu, pada bulan Maret 1991.
46 ill.5. Nilai pendapatan masyarakat basil survei ini yang akan dignnakan dalam pembahasan selanjutnya
Tabellll.5. Pendapatan per tabun masyarakat sekitar Teluk Bintuni Somber Pendapatan
Jumlah(Rp)
Pertanian dan petemakan
331.800
Berburu, perikanan, pemungutan basil hutan lain
499.800
Upab, dan pendapatan tidak tentu termasuk royalti
461.100
JUMLAH
Sumber: Ruitenbeek (1992)
1.292.700
Keterangan Pendapatan Perkapita Rp. 310.600, atau Rp. 345.000/penduduk dewasa (> 15 th)
47 Tabel III.6. Data wilayah administrasi Kabupaten Teluk Bintuni tahun 2004 Kampung!Ke/urahan
lbukota
Di>trik
Luas Wllayah (Km 2)
Jumlah Penduduk (Jiwai Jumlah Laki..Jaki Perempuan
Per KM2
Bintuni
Bintuni
Wesiri, Sibena Raya, Sibena Pennai, Argosigemerai, Tuasai, Iguriji, Hogut/Beimes, Banjar Ausoy, Waraitama, Atibo Manimeri, Pasamai, Bwni Saniari, Korano Jaya, Masina, Bintuni Timor, Bintuni Barat
1.534
5.579
5.331
10.910
7, ll
Aranday
Aranday
2.431
2.347
2.209
4.556
1,87
Tembuni
Tembuni
Sebyar Rejosari, Tomu, Aranday, Weriagar, Kalitami, Taroi, Kecap, Barn, Kalitami II, Manunggal Karya, Mogorira, Ekam Tuhiba, Araisum, Tisaida, Gucir, Tembuni, Mogoi Barn, Bangun Mulya, Horna
1.100
1.559
1.447
3.036
2,76
Babo
Babo
lrarutu III, Irarutu I, Warganusa I, Warganusa II, Sara, Aroba,
2.210
2.533
2.452
4.985
2,26
1.936
1.618
1.257
3.145
1,62
Tarn, Tofoi, Sido Makmur, UPT Babo I, UPT Babo II, Swnuri/Saengga, Tanah Merah, Tugerama Merdey, Jahabra, lbori, Mogroms, Meryeb, Meyom, Meyejga, Anerejo, Mengerba, Meykesefeb, Masyeta, Mestofu, Kalibiru,
Merdey
Merdey
Moronnbtri, Meyenambru Moskona Utara Moskona Selatan
Moyeba
Moyeba, Mosum, Inofina, Miristim, Mesna, lgomu, Sumui
1.800
1.794
1.720
3.514
1,95
Jagiro
Jagiro, Barma. Barma Barat, Banna Barn, Mayado, Meyerga, Istekim, Macok, Majnic, Meyenda, lnggof, Rawara, Vasco Damnem
1.900
2.005
1.807
3.812
2,01
Idoor
Idoor
Wamesa I, Wamesa II, Yensey, Mamuranu
1.816
1.447
1.384
2.831
1,56
Kurwar
Fruata
lramtu ll, Maryedi, Riendo
1.800
1.362
1.350
2.712
I ,51
Kuri
Sarbei
Kuri I, Kuri II, Wagura, Refideso, Obo
2.100
1.629
1.603
3.232
1,54
18.637
21.874
20.880
42.753
2,29
97
Jumlah "
--- L
,-,
'---•--
• ''
---- '-
l.r
L
--
..,,
'-
'-
'"-- ·-
-.rt.n.
~
48
DLS Pembinaan Masyarakat Desa Rutan dan Kompensasi Hak Ulayat
Pengikutsertaan rnasyarakat dalarn kegiatan kehutanan di Indonesia dirnulai tahun 1972 yang bertujuan untuk mengembalikan potensi dan fungsi hutan yang bersamaam dengan hal tersebut diharapkan sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya ini dikenal sebagai program Pendekatan Kesejahteraan Masyarakat
(Prosperity Approach) yang pacta tahun 1982 diaktualisasikan dalarn program Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) dan pada tahun 1984 konsep perhutanan sosial (social forestry)
diintegrasikan ke dalam model PMDH Konsep ini
rnenekankan pengikutsertaan masyarakat dalarn kegiatan kehutanan, yang tercermin
dari sistem perencanaan yang menetapkan proses bottom up dan top down (Yanti, 2000).
Kegiatan PMDH yang seharusnya dilakukan illPHHK antara lain ialah : I. Program peningkatan pendapatan dan tumbuhnya ekonomi masyarakat pedesaan
yang berwawasan lingkungan. meliputi: I. Pendidikan dan latihan keterarnpilan, antara lain:
a.
budi daya tanarnan holtikultura,
b.
kursus Lainnya,
c.
bea siswa.
2. Pemasaran basiL 3. Kegiatan fisik meningkatkan pendapatan, antara lain: a.
penyiapan tenaga lokal,
b.
pembuatan kebun buah-buahan,
c.
pemeliharaan kebun buah-buahan,
d.
pembuatan kebun kopi,
e.
pemeliharaan kebun kopi,
f
pengadaan sarana produksi pertanian (alai, pupuk, pestisida dan bibit),
g.
intensitikasi pekarangan,
h.
bantuan modal usaha (perikanan darat, tambak udang, nelayan, pertanian, perkebunan, aneka usaha, lain-lain).
49
II. Program pengadaan sarana dan prasarana sosial ekonomi, meliputi: I. Bangunan fisik desa, antara lain: balai/kantor desa, sumur gali!bor, bak air, rumah masyarakat, bahan bangunan, gedung PKK, perbaikan sarana transportasi. 2. Bangunan
fisik
pendidikan,
mencakup:
rumab
guru dan
siswa serta
perlengkapannya. 3. Bangunan fisik keagamaan: masjid, gereja, alat lainnya (kitab suci dan alat musik).
4. Bangunan fisik kesehatan: puskesmas, rawat inap, posyandu, lain-lain. 5. Bangunan fisik ekonomi: pembangunan dan rebabilitasi pasar. 6. Pemanfaatan sarana prasarana perusabaan: poliklinik dan jasa tug boat. III. Penciptaan kesadaran dan perilaku positif dalarn pelestarian sumber daya alam,
meliputi: 1. Penyuluban kehutanan; 2. Penghijauan. IV. Lain-lain (pembahasan Rencana Operasional dan Monitoring)
Rekapitulasi Pelaksanaan PMDH sampai tahun 2004 dapat dilibat pada Tabellll. 7.
50
Tabel IlL 7. Rekapitulasi Anggaran PMDH PT BUMWI sampai akbir Tabun 2004
RKL 15 IH; RKLJI RKLill Rencana Realisasi Rencana Rencana Realisasi Realisasi Peningkatan ~enda~atan dan tumbuhn;ya ekonomi mas;yarakat [!edesaan ;yang berwawasan lingkungan l> Pendidikan dan Latihan 35.700,0 44.751,1 20.734,5 40.676,95 Kegiatan
I.
> >
Keteram ilan Pemasaran Hasil
RKLIV17 Rencana Realisasi
Dalam 96.236,0
53.461,0
76.988,74
155.827,62
2.000,0 37.200,0
4.605,0 25.064,5
2.200,0 70.009,5
4.770,34 65.829,0
14.000,0 22.500,0 10.000,0 4.500,0
13.637,8 41.978.7 11.719,0 4.575,0 6.000,0
35.000,0 4.100,0 99.495,65 2.500,0
34.432,0 5.146,36 117.138,26 2.500,0
120.000,0
120.000,0
90.495,65 2.500,0
106.593,59 2.500,0
Pemanfaatan Sarana Prasarana 10.000,0 532,5 Perusahaan IV PenciP:taan Kesadaran dan Perilaku Positif dalam Pelestarian Somber Da;IB Alam > Penyuluhan kehutanan 1.000,0 327,1 > Penghijauan 1.000,0 1.073,0 v Lain·lain 4.675,0 6.446,8 TOTAL 43.000,0 37.789,5 I32.575,0 160.178,0 234.039,65 Sumber: Laporan PMDH PT. BUMWI RKL I, II,III,IV; (diolah)
5.698,2
6.000,0
11.926,19
1.000,0 Kegiatan Fisik Meningkatkan 257,0 Pendapatan u Pengadaan Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi ';.. BangWlan Fisik Desa
>
Bangunan Fisik Pendidikan
17.000,0
17.000,0
? Bangunan Fisik Keagamaan > Bangunan Fisik Kesehatan ~ Bangunan Fisik Ekonomi
15.000,0
20.000,0
.
III
.
15 16 17
--- -----------
4.530,0 280.721,11
Keterangan
19.247,19 27.797,19 411.467,58 478.105,59
RKL (Rencana Karya Lima Tahunan) I : 1988/1989 s.d. 1992/1993; RKL II . 1993/1994 s.d. 1997/1998; RKL III : 1998/1999 s.d 2002; RKL IV : 2003 sld 2008. Kegiatan PMDH untuk RKL I merupakan data pada tahun 1992/1993, dimana tahun·tahun sebelumnya, kegiatan PMDH belum dilaksanakan. Data yang dicantumkan merupakan data tahun 2003 dan 2004.
ribuan Rupiah
51
Kontribusi yang diberikan perusahaan, tidak terbatas pada pelaksanaan kegiatan PMDH dengan kegiatan seperti Ielah ditampilkan pada Tabel 11I.7.
Masyarakat Papua menganut sistem hak ulayae', sehingga perusahaan-perusahaan kayu, perikanan, dan pertarnbangan yang mengeksploitasi sumber daya alam, diwajibkan memberikan kompensasi menurut hitungan yang telah ditetapkan per unit atau satuan tertentu (misalnya rupiah per m 3 kayu setelah tejadi transaksi pembelian).
Sejak PT BUMWI beroperasi, pembayaran hak ulayat kepada masyarakat selalu dipenuhi tepa! waktu, bahkan terkadang perusahaan memberikan panjar/pembayaran dimuka berdasarkan permintaan masyarakat. Bila dibandingkan dengan beberapa perusahaan kayu dan perikanan disekitar Teluk Bintuni, PT BUMWI merupakan yang
patut dicontoh oleh perusahaan lainnya. 19
Pembayaran kompensasi hak ulayat kepada masyarakat sejak beroperasi dapat dilihat pada Tabel III. 8.
Tabellll.8. Pembayaran kompensasi hak ulayat oleh PT BUMWI sarnpai dengan tahun 2004 Periode
Juli 1989 s.d. Maret 1990 April 1990 s.d. Maret 1991 Aprill99! s.d. Maret 1992 Aprill992 s.d. Maret 1993 April 1993 s.d. Maret 1994 April 1994 s.d. Maret 1995 Aprill995 s.d. Maret 1996 Aprill996 s.d. Maret 1997 April 1997 s.d. Maret 1998 Aprill998 s.d. Maret 1999 April 1999 s.d. Maret 2000 April 2000 s.d. Desember 2000
Volume (m')
51.500,00 84.000,00 60.523,67 117.584,19 167.934,16 174.552,51 186.689,18 145.357,51 125.305,01 135.833,32 51.249,99 67.014.82
Jumlah (Rp)
Keterangan
15.450.000 Tarif perM'~ 25.200.000 Rp. 300,18.157.101 35.275.257 50.380.248 52.365.753 56.006.754 43.607.253 37.591.503 40.749.996 15.374.997 40.208.892 Tarif perM' -·
Pemilikan secara adat atas suatu tempat/lahan tertentu oleh suatu fam (keret) yang masih dipegang kuat oleh penduduk Papua. 1 ~ Wawancara dengan Musman Alkatiri, Tokoh Masyarakat lR
52
Periode
Volume (m') 31.996,41 75.298,93 56.953,28
Januari 2001 s.d April200! Mei 2001 s.d. Desember 2001 Januari 2002 s.d. Desember 2002 Januari 2003 s.d. Desernber 91.702,12 2003 Januari 2004 s.d. Desernber 85.882,76 2004 Sumber: Laporan Tahunan PT. BUMWJ (diolah)
Keterangan Jumlah (Rp) 19.197.840 Rp. 600,75.298.930 Tarif per M3 56.953.280 ~ Rp. 1.000,-
91.702.120 85.822.760
Se1ain pembayaran kompensasi hak ulayat, perusahaan diwajibkan o1eh aturan adat masyarakat
untuk
memenuhi
aturan
'ketuk
pintu' 20 .
Ketuk
pintu
di1aksanakan/dibayarkan kepada tua adatlmarga sete1ah kegiatan pelepasan adat 21 di
lokasi tebangan.
Sebelurn tahun 2005, permintaan ketuk pinto berkisar Rp. 2.000.000 per lokasi, namun pada tahun 2005, berkembang menjadi pengadaan generator 5 KVA sebanyak 2 unit dengan biaya-biaya tambahan lainnya yang beijumlah sekitar Rp. 20.000.000,-22
Bantuan diluar Kompensasi Hak Ulayat dan PMDH juga diberikan kepada
masyarakat, sebagai kepedulian khususnya untuk merayakan hari besar keagamaan. Catalan yang diperoleh menunjukkan bahwa perusahaan cukup berperan dalam memberikan bantuannya. Sebagai contoh: pada tahun 2004 diberikan bantuan hari raya natal kepada 8 kampung sebesar Rp. 11.3 83.500 dan hari raya idul fitri kepada 3 karnpung sebesar Rp. 5.522.000. Di samping itu juga diberikan bantuan lebaran haji dan sunatan massal di Babo sebesar 8 juta rupiah.
°
2
Ketuk pintu diklaim sebagai syarat adat oleh masyarakat setempat, yang mana hila tidak dipenuhi akan mengakibatkan tidak diijinkannya perusahaan beroperasi di wilayah dimaksud ataupun kalau dipaksakan akan menimbulkan kendala-kendala yang lebih besar pada perusahaan dikemudian hari. Aturan ketuk pintu tidak seragam diterapkan pada seluruh marga, dan belum ada standar yang baku. Besar dan bentuk ketuk pintu bisa berbentuk uang dan barang. 21 Pelepasan Adat merupakan gambaran bahwa warga masyarakat dan perusahaan telah sepakat dan bersama-sama telah memperoleh ijin kepada penguasa a1am setempat untuk mengambil hasil hutan. 22 Hasil wawancara dan catatan Hironimus Ohoilulin (Kabag Umum PT BUMWI)
53
Dinamika pemberian bantuan dan pemenuhan kewajiban tidak hanya terbatas pada hal-hal yang dikemukakan di atas, namun perusahaan pun dihadapkan dengan tuntutan khusus hak ulayat bagi lokasi camp dan pabrik chips di Pulau Amutu oleh Marga Manuama Nauri. Tuntutan sebesar l milyard rupiah, setelah melalui perundingan panjang bersama pejabat Pemda Kabupaten Manokwari dan Pengacara, disepakati dibayarkan sebesar 50 juta rupiah pada tanggal 25 Septermber 2000 di Babo dihadapan masyarakat dan pejabat setempat. Sarnpai saat ini marga yang bersangkutan tidak merasa puas dengan kesepakatan tersebut, bahkan mengatakan bahwa Berita Acara dimanipulasi sehingga masyarakat merasa dipermainkan. 23
Dari pengarnatan selarna berada di lokasi penelitian, terjadi beberapa kali kunjungan
tokoh masyarakat yang mengatasnarnakan marganya untuk meminta bantuan dari perusahaan berupa bahan pokok seperi beras, gnla, kopi minyak goreng, rokok, susu kaleng, dan bahan bakar minyak.
Data yang diperoleh 24 sampai saat dilakukan penelitian, terdapat 41 kali permintaan bahan pokok dan 38 kali permintaan BBM oleh masyarakat. Permintaan masyarakat tersebut relatif sulit untuk ditolak25 . Frekwensi permintaan cenderung meningkat, dan merupakan beban pemikiran tersendiri bagi perusahaan baik dari segi cash flow dana perusahaan serta efektifitas dan efisiensi kerja para staff /karyawan PT BUMWI. Hal menarik ialah permintaan ini dilakukan oleh beberapa marga yang merasa memiliki hak ulayat di Pulau Amutullokasi camp dan pabrik. Sedangkan pemyataan tokoh
23
Wawancara dengan Tokoh Masyarakat Omar Manuama mengungkapkan ketidak puasan yang bersangkutan terhadap jumlah ganti rugi sebesar 50 juta rupiah. Yang bersangkutan terus mengupayakan penambahan nilai dari yang sudah dibayarkan, karena merasa Berita Acara baru diterima masyarakat oleh pengacara masyarakat setelah dua tahun. Setelah dikonfrontir ke Perusahaan, (Ir. Lewi Widodo I Manajer Forestry), hal tersebut sudah disepakati bersama dan pada saat penandatanganan disaksikan bersama oleh semua pihak terkait. Adapun keterlambatan penyerahan BA kepada masyarakat adalah pernyataan yang mengada-ada, dan diduga merupakan upaya tambahan yang digunakan masyarakat untuk memperoleh tambahan pembayaran setelah BA ditandatangani. 24 Merupakan basil rekapitulasi dari nota pengeluaran barang atau BBM sejak tahun 2002 yang berhasil dihimpunlmasih terarsip di Bagian Umum PT BUMWI, sementara frekwensi permintaan dapat melebihi angka di atas. 25 Wawancara dengan Staff'Khusus Direksi PT BUMWI (Ir. Susilo Budi Prasetyo) yang ada dalam misi khusus 5 bulan di Pulau Amutu mengatakan bahwa dari sejak beroperasi sampai saat ini, PT BUMWI terus mengupayakan penyelesaian pennasalahan dengan masyantkat secara kekeluargaan.
54
masyarakat dari marga lain26 mengatakan bahwa kepemilikan Pulau Amutu adalah milik seluruh marga yang ada, karena seluruh masyarakat Babo herasal dari keturunan yang sarna, dan memiliki hak yang sarna pula. Daftar marga dalam wilayah PT BUMWI dapat dilihat pada Tabel Ill.9.
Tabellll.9. Nama-nama marga dalarn wilayah PT BUMWI Kampung
lrarutu III
Marga 27
Keterangan 28
Umar Manoama : Manuama Nauri Fiawe Karnbia ~------·- Kasina -:oSar~a----;c------:-T-;at_u_ta_ _ _ _ _ _ _ _ Fimbai Warganusa I Manuama Werbete Alkatiri Sumanina Mosman Alkatiri : Dawamo Marga dominan : ~~---=~----=W_e~r~be_t_e________ Manuama Warganusa II Refideso Nauri ~s-=b~e!W~------=r~ro-r~b-a_ _ _ _ _ _ _ _ Viawe ar agura Werbete Refideso Tatuta Werbete Furier Vurier Pi go Urbon Maboro Yaru Kasina Aroba Kambia Manuama
Nauri Fiawe Fimbay -T=-ug_e_r-am_a_ _ _ _ _-=Fe_n_e_te_:ru_m_a_ _ _ _ _ _
--=-------
Sumber: Catalan Wakil Manajer Forestry
26
Pemyataan Musman Alkatiri (Tokoh Masyarakat di Kampung Warganusa). Yang bersangkutan adalah tokoh yang pemah digunakan PT BVMWI untuk mengkoordinir musyawarah bersama tokoh-tokoh marga di Lokasi PT BUMWI dalam rangka merundingk:an bagaimana seharusnya pelaksanaan PMDH rang sepatutnya dilaksanakan PT BUMWI kepada masyarakat. 7 Peneliti meminta data marga dan sket peta wilayah ulayat menurut marga, namun belum dapat diberikan oleh Wakil Manajer Forestry. AJasannya karena merupakan sesuatu yang sensitif dan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Tumpang tindih wilayah antar marga sangat mungkin terjadi, oleh karena batas yang tidak jelas dan belum ada pemetaan bersama (panisipatif) dari seluruh masyarakat. Keberadaan marga dan lokasi ulayatnya sangat penting dan terkait dengan pembagian kompensasi hak ulayat. 28 Pada waktu wawancara dengan tokoh masyarakat dimaksud, tidak semua marga yang ada di wilayah PT BUMWT disebut, dan hanya menyebutkan marga yang dominan
Bab IV Struktur dan Perilakn Model
IV.l Gambaran Umum Model
Hal yang perlu diperhatikan dalam memaparkan suatu model ialah, apakah model tersebut bisa menjelaskan fenomena atau sistem yang ada di dunia nyata atau
tidak.
Ada tahapan yang sepatutnya dilalui dalam pembuatan suatu model, khususnya menyangkul model sistem dinamik. Menurut Tasrif(l985) dalam Mulyana (1999) tahapan pemodelan sistem dinamik adalah:
I. Definisi masalah. Mendefinisikan masalah juga mencakup penentuan data yang diperlukan, termasuk juga data hisloris. 2. Konseptualisasi
sistem.
Sistem
mempunyat
membentuknya, dengan demikian
struktur
unsur
yang
unsur-unsur dan saling keterkaitannya
bahkan bagaimana umpan balik dari satu untur ke unsur lain, disusun pada
tahapan ini. 3. Penggambaran model. Unsur-unsur yang Ielah diketahui selanjutnya disusun dalam bentuk persamaan yang dituangkan dalam program komputer, dengan mempertimbangkan komponen level. rate, dan alirannya. 4. Perilaku model. Pada tahapan ini, model yang sudah dibenluk, kemudian disimulasikan, untuk mengetahui perilakunya lerhadap waktu. 5. Evaluasi
model.
Model
yang
sudah
disimulasikan,
seyogyanya
diperbandingkan dengan kondisi dunia nyata termasuk perilakunya. Hal ini merupakan dasar untuk menyatakan bahwa model yang dibuat adalah sahib dan bisa dipergunakan selanjutnya. 6. Analisis kebijakan dan implementasi model. Model yang dinyatakan sahib, dan dapat digunakan unluk menganalisis kebijakan yang Ielah dan atau yang akan diambil. Konsekuensi kebijakan yang diambil dapal terpantau pada model yang sahib. Fenomena dunia nyata bila hendak dideskripsikan, merupakan model yang sangal luas dan kompleks. Perlu batasan-batasan, sehingga fokus analisis
55
56
khususnya dalam analisis kebijakan dapat tepat sasaran tanpa keluar dari
koridor dunia realitas yang ada.
Dalam kaitan dengan pemanfaatan hutan mangrove pada areal IUPHHK maka
beberapa sub sistem yang saling serta berpengaruh pada sistem secara keseluruhan ialah: I.
Kondisi sosial ekonomi dalam masyarakat sekitar IUPHHK;
2.
Faktor potensi hutan dan unsur ekologis lingkungan mangrove;
3.
Upaya-upaya ekstraksi sumber daya alam lainnya di sekitar areal;
4.
Manajemen perusahaan;
5.
Interaksi dengan aparat birokrat yang ada;
6.
Kondisi pemasaran kayu mangrove dunia.
Karena kompleksnya suatu sistem, maka diperlukan pembatasan model, sehingga beberapa unsur dan faktor yang saling mempengaruhi dapat dijadikan komponen dalam model yang dibuat Untuk itu perlu ditentukan mana yang termasuk variabel endogen yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh interaksi dalam model yang digarnbarkan dalam diagram lingkar umpan balik; variabel eksogen yaitu variabel yang mempengaruhi kondisi model tetapi sebaliknya tidak dipengaruhi oleh model; dan variabel lainnya yakni variabel yang tempatkan pada posisi di luar batas model, yang tidak dapat berpengaruh atau dipengaruhi oleh modeL Penentuan variabel akan menentukan juga model yang dibuat, termasuk pula tingkat kerumitannya.
Model umum pemanfaatan hutan mangrove melalui IUPHHK secara ummn dapat dilihat pada Gam bar !V.I.
57
~ ¥
Pemcnuban + Kebutuban dari
LOOP 7
Perus:sb:11111 -
~
¥
+
Kebutuhan Dana ...,..._______ Segar dan Bahan "'+ ~ Pokot Kcbotuban Hid up ~
·
dan Peodapetan "'-..
:--': lan
~::J!~ ~~cQO Perus:s~~ ~
Pemberdayaan raJcat
Potensi +
Penduduk
B'
t
IOIIIOSSA
Udang/lkan +
;=··~· :!, ·· ........ ..._.- :;r. Dukungan thd
IUPHHK Masyaral:at Berdaya___...,.-;7
+ \
I ()()P S
Peogusahaon Hutan
~.
'\
,
+
I
¥
Upoya Penangl:apon
LOOP 8 Pcndopahln Mnsyomknt dr . Kompen~1 Hale Ulayat Pendapotan dari ~ Penangkapan Ikan/Udang +
LOOP4
Kualitas Hidup
+
+
/
Peodapotan ~ +
m~at~
Gambar IV. I . Diagram lingkar sebab akibat (causa/loop) model pemanfaatan hutan mangrove melalui IUPHI-IK Pada Gambar IV. I ., ada beberapa loop atau lingkar sebab akibat yang berperan, antara lain dijelaskan lebih lanjut:
Loop 1 digambarkan memiliki sifat bertwnbuh (dilambangkan dengan bola salju), atau sering disebut dengan loop positif Pengusahaan hutan oleh IUPHI-IK, akan meningkatkan jumlah anggaran Pembinaan Masyarakat Desa Hutan dan juga dana-dana lainnya yang akan diberikan kepada masyarakat. Dengan demikian, upaya pemberdayaan masyarakat, yang antara lain melalui kegiatan-kegiatan yang tennuat dalan program P:MDH ini, akan berjalan sesuai rencana. Melalui proses yang tidak singkat, lambat laun masyarakat akan berdaya, ditandai dengan kemampuan untuk mendapatkan sumber-sumber pemenuhan kebutuhan seharihari bahkan sampai pada tahapan berdayanya perekonomian masyarakat. Program P:MDH yang dilaksanakan IUPHI-IK mencakup peningkatan pendapatan dan tumbuhnya ekonomi masyarakat pedesaan yang berwawasan lingkungan, pengadaan sarana dan prasarana sosial ekonomi, dan penciptaan kesadaran dan perilaku positif dalam pelestarian swnber daya alam. Bilamana program P:MDH berjalan dengan baik dan secara nyata memberikan dampak pada masyarakat,
58 dengan sendirinya masyarakat akan mendukung keberlanjutan pemanfaatan hutan mangrove di wilayah ulayatnya, dernikian juga untuk pemanfaatan sumber daya
alam lainnya.
Seiring dengan proses pada Loop 1, ketika masyarakat berdaya, kualitas hid up masyarakatpun akan meningkat. Kualitas hidup yang biasanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, kesehatan dan pendapatan masyarakat dapat meningkat. Meningkatkan unsur-unsur dalam kualitas hidup ini, mengakibatkan pemikiran masyarakat akan berubah termasuk orientasi hidup. Fenomena yang teijadi selama ini, bahwa masyarakat selalu datang ke perusahaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, dengan sendirinya akan berkurang. Wawasan masyarakat akan semakin luas dan kompetensi masyarakat meningkat. Bila mana hal ini
teijadi, kineija IUPIDJK tidak akan terganggu seperti sebelumnya. Akibatnya kegiatan pengusahaan hutan akan beijalan baik dan pada akhirnya anggaran dan kegiatan pemberdayaan semakin baik. Hal ini dengan jelas digarnbarkan dalam Loop 2 yang merupakan loop negatif atau pencapaian tujuan.
Produk utama pengusahaan hutan mangrove ialah kayu mangrove yang akan dijadikan chips sebagai bahan baku pulp untuk pembuatan kertas. Produksi dibatasi oleh jatah tebang tahunan yang diberikan oleh Departemen Kehutanan kepada Perusahaan. Dengan demikian, penebangan mengakibatkan potensi
volume hutan mangrove berkurang. Tidak hanya kayu berdiameter besar atau di alas ketentuan tebang yang diambil, narnun kerusakan tegakan pun terjadi. Loop 3 (loop negatit) menggarnbarkan fenomena ini. Tidak hanya mengeksploitasi kayu mangrove, perusahaan pun diwajibkan untuk mengadakan pembinaan hutan untuk
memulihkan kondisi areal bekas tebangan, dengan demikian pengusahaan hutan pada tahap berikutnya dapat dilakukan.
Pada Loop 4 (loop positit), masyarakat Papua yang dikenal dengan hak ulayatnya,
mendapat kompensasi dari setiap meter kubik kayu mangrove yang ditebang. Kompensasi ini akan meningkatkan jurnlah pendapatan masyarakat. Hal ini
59
memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat setelah melalui delay waktu, dan masyarakatpun pacta akhirnya memberikan dukungan terhadap IDPHHK untuk pengusahaan hutan di wilayahnya.
Suatu keunikan vegetasi mangrove ialah kemampuannya untuk beradaptasi pada lingkungannya yang ekstrim. Ketika hutan mangrove dieksploitasi, potensi mangrove akan berkurang, beberapa wilayah atau areal hutan akan terbuka
bahkan menjadi kosong oleh karena aktivitas penebangan, penyaradan kayu, dan penumpukan kayu. Bilarnana penebangan dilakukan dengan meninggalkan pohon induk, regenerasi alarn akan segera terlaksana, apalagi bila kondisi areal dan frekwensi pasang surut mendukung, bibit/permudaan akan hadir dengan segera pada areal tersebut. Pada areal-areal yang kurang potensi permudaannya, oleh perusahaan dilakukan kegiatan penanarnan. Kecepatan pertumbuhan dimensi vegetasi baik tinggi dan diamater pada umur muda relatif lebih cepat dibanding ketika telah dewasa. Pacta Loop 5 (loop positif) hal ini digambarkan, bahkan pada kondisi
dewasapun,
vegetasi
akan
terns
bertumbuh
walaupun
nap
pertumbuhannya sangat kecil sarnpai berkurang.
Pacta Loop 6 tergambar bagaimana ketika biomassa udang dalarn areal IUPHHKyang mana dipengaruhi oleh dinaroika potensi mangrove- meningkat, upaya eksploitasi udang pun akan ditingkatkan karena merupakan sumber pendapatan masyarakat. Terlebih lagi bila harga komoditi udang cenderung naik atau tinggi. Secara implisit tergambar bagaimana upaya penangkapan ini tidak dilakukan oleh masyarakat sendiri. Kondisi lapangan menunjukkan bahwa dalaro areal IDPHHK PT BUMWI terdapat juga perusahaan penangkapan udang. Penangkapan udang digambarkan secara khusus karena merupakan target utama penangkapan dalam wilayah teluk, dibanding ikan, selain juga data produksi yang relatif lengkap diperoleh untuk komoditi udang. Loop ini merupakan loop negatif
Fenomena yang terjadi pacta waktu penelitian dilaksanakan, ialah seringnya kunjungan beberapa tokoh masyarakat ke perusahaan untuk memohon bantuan
60
baik uang, baban bakar minyak, atupun kebutuhan pokok lainnya. Perusahaan selalu memberikan bantuan tersebut. Hal ini dilakukan karena bila tidak dipenuhi, berpotensi untuk teJjadinya ancaman bahkan sampai penghentian aktivitas perusahaan, termasuk juga aktivitas beberapa pejabat perusahaan akan terganggu. Kondisi ini digambarkan dalam Loop 7 (loop negatif).
Loop negatif selanjutnya ialah Loop 8. Digambarkan bahwa dukungan dari
masyarakat terhadap pengusahaan hutan menyebabkan pengusahaan hutan dapat terlaksana dengan baik, sehingga biomassa hutan selanjutnya biomassa udang akan terjamin. Upaya penangkapan pun meningkat menyebabkan pendapatan bertambah dan pada akhimya rata-rata kualitas hidup masyarakat akan meningkat.
Dari model umum yang telah digambarkan di atas, selanjutnya model akan dirinci ke
dalam
beberapa
sub
model
yang
dianggap
mewakili
atau
dapat
menggarnbarkan kondisi model secara umum. Sub model dimaksud akan dipaparkan lebih lanjut, dengan diagram dan persarnaan matematis yang menghubungkan semua variabel dalarn sub model.
IV.2 Sub Model Rutan Mangrove Dalarn areal illPHHK, terdapat bermacarn tipe penutupan laban. Pada areal illPHHK hutan mangrove, tidak berarti bahwa seluruh areal ditumbuhi vegetasi mangrove, tetapi ada areal yang digolongkan ke dalam areal non efektif
pengelolaan. Areal ini bisa saja, karena memang merupakan areal mangrove yang dilindungi ataupun areal bukan mangrove.
Umumnya pada awal pengusahaan, perusahaan akan diberikan areal Virgin Forest atau Hutan Primer yang mengandung potensi cukup untuk dikelola. Pada sub model ini, terdapat beberapa level dengan rate nya masing-masing, yaitu : Areal Hutan Primer, Areal Bekas Tebangan, dan Areal Kosong. Ketika terjadi eksploitasi, hutan primer menjarli areal bekas tebangan dan juga areal yang kosong. Areal kosong didefinisikan untuk areal yang peruntukkannya bagi jalan
61
sarad dan tempat penumpukan kayu. Level Areal Hutan Primer dipengaruhi oleh rate luasan eksploitasi per tahun dan pengurangan areal karena mati alami serta
penambahan areal karena vegetasi pada areal bekas tebangan Ielah cukup waktu dan potensinya untuk menjadi hutan primer kembali. Areal bekas tebangan dipengaruhi oleh luasan yang beralih menjadi hutan primer dan pertambahan karena penebangan dan juga peralihan dari areal kosong. Sedangkan Areal kosong, dipengaruhi penambahan karena penebangan dan luasan areal yang mana
vegetasi mangrove nya mengalami kematian alami dan peralihan ke areal bekas tebangan. Sedangkan beberapa 1eve1lainnya menyangkut dinamika potensi dalam meter kubik pada setiap level area.
Pertumbuhan potensi dalarn tiap jenis areal berbeda, dan rate pertumbuhannya menggunakan basil penelitian yang dilakukan JICA (Inoue, 1999). Hasil ini dirujuk oleh karena kondisi umum pada selunih jenis hutan alam ialah, tidak seragarnnya struktur dan komposisi jenis pada tempat tum bub yang berbeda. Pada
kasus hutan mangrove, tempat tumbuh antara lain ditepi pantai, sungai besar, atau sungai kecil, delta, muara dan lain sebagainya. Jenis vegetasi yang digunakan
dalarn pemodelan ini ialah Rhizopora spp direkomendasikan JICA (Inoue,
sesua1
table volume yang
1999). Pengurangan potensi tiap level
diakibatkan oleh penebangan, kematian, dan peralihan ke levellainnya.
Beberapa nilai yang digunakan dalam Sub Model Hutan Mangrove dapat dilihat pada I abel !V.I.
62
Tabel IV.!.
No
Asumsi Yang Digunakan dalam Sub Model Rutan Mangrove
Varlaheldlln
Dimensi
Nilai
Keterangan
Ptll'/lltll!tJ!r
I.
Luas hutan primer
Hektar
86.282
Literatur
2.
Masa konsesi
Tabun
20
Literarur
3.
Potensi hutan primer
M'
17.256.400
Perhirungan
4.
Tahun awal konsesi
Tahun
1988
Literatur
5.
Konversi lahan
Hektar
0
Literarur
6.
Areal kosong dan bekas tebangan
Hektar
0
Asumsi
63
>
NGAN
~DAN_KOSONG
Gambar IV.2. Diagram alir model hutan mangrove
64
IV.J Sub Model Pertumbuhan Pendudok dan Pendapatan Masyarakat
Model ini menggambarkan pertumbuhan penduduk di wilayah Distrik Babo Kabupaten Teluk Bintuni, yang mana areal PT BUMWI berada. Pendapatan masyarakat dimaksud, dirujuk dari basil penelitian Ruitenbeek (1992).
Pertambahan penduduk pada wilayah ini dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan
kematian. serta tingkat inmigrasi dan outrnigrasi penduduk. Sedangkan inmigrasi penduduk dipengaruhi oleh efek pendapatan.
Data rinci penduduk tidak diperoleh oleh karena keterbatasan data pada instansi di Kabupaten Teluk Bintuni, kecuali jumlah penduduk dari tahun 1990 sarnpai 2004 yang dapat diperoleh di kantor Biro Pusat Statistik Manokwari.
Pendapatan penduduk bersumber dari kegiatan pertanian dan peternakan, berburu dan pengarnbilan basil hutan lainnya, serta pendapatan dari royalti/kompensasi hak ulayat dan lainnya. Struktur pendapatan yang digambarkan merupakan gambaran
pendapatan
penduduk
atau
masyarakat
lokal
yang
memang
menggantungkan hidupnya dengan hutan atau kegiatan usaha lainnya, tidak termasuk aparat pemerintah yang ada, dan para pedagang besar di wilayah Babo. Beberapa nilai yang digunakan dalam Sub Model Pertumbuhan Penduduk dan Pendapatan Masyarakat dapat dilihat pada TabellV.2.
65
Sub Model Ptnduduk dan Pendapatan
Gambar IV.3.
Diagram alir model pendapatan masyarakat
pertumbuhan
penduduk
dan
66
Tabel !V.2. No
Asumsi yang Digunakan dalam Sub Model Pertumbuban Penduduk dan Pendapatan Masyarakat
Variabel dan Parameter
Dimensi
Ni/ai
Keterangan
Orang
5.521 (initial)
Sekunder
1.
Penduduk awal
2.
Pendapatan dari pertanian dan petemakan
Rupiab/tabun
331.800
Literatur
3.
Pendapatan dari berburu dan mengumpulkan basil hutan
Rupiab/tahun
499.800
Literatur
4.
Pendapatan lain (royalti, dll)
Rupiab/tabun
461.100
Literatur
5.
Jumlah anggota keluarga
Orang
5
Literatur
IV.4 Sub Model Penangkapan Udang Sub model penangkapan udang menggambarkan bagaimana dinamika stok biomassa udang, upaya perusahaan penangkapan udang, dan fraksi upaya penangkapan. lsu yang berkembang bahwa berkuranguya basil tangkapan udang di daerah teluk disebabkan oleh penehangan hutan mangrove dengan intensitas tinggi. Sementara pendapat lain mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi ialah penangkapan lebih.
Penambahan biomassa merupakan fungsi konstanta tumbuh, fraksi tumbuh dan efek lingkungan yaitu perubahan potensi hutan mangrove di dalam teluk. Pengurangan biomassa dipengarubi oleh penangkapan oleh perusahaan yang dipengaruhi juga oleh seberapa besar upaya yang dilakukan. Unit upaya merupakan unit hauling yang dilakukan. Penarnbahan upaya dipengaruhi oleh fleksibilitas dan ketertangkapan, harga udang dan biomassa.
Sedangkan
pengurangan upaya dipengaruhi juga oleh biaya per hauling, fleksibilitas, dan efek CPUE (tangkapan per unit upaya) pada upaya.
Pada model digambarkan juga kapan dan bagaimana sanksi akan diberikan bilamana penangkapan telah melebihi batas tangkap yang ditentukan. Asumsiasumsi yang digunakan terlihat pada Tabel lV.3. Model diadopsi dari model yang dikembangkan de Kok (1996).
67
Tabel IV.3. No
Asumsi Yang Digunakan dalam Sub Model Penangkapan Udang
Variabel dan Parameter
I.
Biomassa Awal
2.
Fraksi waktu tangkap
3.
Upaya Lestari
4.
Constanta Tumbuh Udang
5.
Catchability
Dimensi
Nilai
Keterangan
Kg
4.524.000
Literatur
/tahun
I
Literatur
Unit upaya/tahun
64.628,8
Literatur
/tahun
0.5
Literatur
/unit upaya
7.736 X 10-6
Literatur
68
FP
FN
'"~-~
Fraksi_waklu_tangkap
Potensi_mangrove_dl_HPH
Gambar IV.4. Diagram alir model penangkapan udang
IV.5 Sub Model Pemberdayaan Masyarakat Sub model Pemberdayaan masyarakat menggambarkan bagaimana struktur kualitas hidup masyarakat. Kualitas hidup merupakan fungsi dari faktor pendapatan, pendidikan, dan juga kesehatan. Model ini dimodifikasi dari model dasar yang dikembangkan Rios (1996) dalam Yuliani (2004).
69
Pendekatan ini mengasurnsikan bahwa bobot masing-masing faktor, yakni pendidikan, pendapatan, dan kesehatan adalah sama. Data yang diperoleh menyebutkan bahwa Angka Harapan Hidup di Kabupaten Manokwari Papua adalah 65 tahun dari maksimal yang dapat dicapai yaitu 85 tahun.
Model ini dibatasi dari faktor-faktor lain seperti kemampuan hidup masyarakat bersama sumber daya alarn disekitamya, termasuk memanfaatkan hutan dan
sumber daya ikan atau satwa Jainnya. Pengetahuan tradisional masyarakat secara turun temurun membuktikan bahwa deogan pola hidup tradisional pun masyarakat Papua dapat bertahan hidup lebih lama.
29
Tabel 1V.4. Asurnsi Yang Digunakan dalarn Sub Model Pemberdayaan Masyarakat
No
29
Variabel thzn Parameter
Dimensi
Nilai
Keterangan
orang
889 (initial)
Literatur
I.
Jumlah Siswa SD
2.
Jumlah SD
unit
18 (initial)
Literatur
3.
J urn lab Puskemas dan Polik
unit
2 (initial)
Primer
4.
Angka Harapan Hidup
tahun
65
Literatur
5.
Lama sekolah maksimal
tahun
15
Literatur
Sebagai contoh. masyarakat pegunungan Wamena Papua mampu hidup pada kondisi pakaian minim dan bentuk rumah tradisional yang dianggap oleb kaJangan masyarakat modem, tidak memenuhi standar kelayakan hidup sehat. Fenomena merebaknya berita tentang fungsi atau khasiat buah merah (Pandanus conoideus Lam) beberapa bulan terakhir, menggambarkan bahwa masyarakat Papua telah lama rnengk:onsumsi obat atau suplemen tradisional yang membantu mempertahankan kesehatan mereka. Dan tidak hanya buah merah saja. masih banyak pengetahuan tradisional yang belum diketahui oleh orang dari luar Papua.
70
Luas_WI1ayah_Babo
Gambar IV.5. Diagram alir model pemberdayaan masyarakat
IV.6 Sub Model Kinerja Karyawan
illPlffiK dalam melakukan pemanfaatan hutan mangrove, membangun base camp beserta fasilitas pendukung tennasuk kantor, perumahan karyawan dan pabrik pengolahan chips. Seluruh fasilitas ini dipusatkan di Pulau Arnutu, dengan berbagai pertimbangan seperti, posisi yang relatif berada di tengah wilayah
71
IUPHHK. Juga kedalaman pantai yang mendukung pelaksanaan pemuatan untuk ekspor menggunakan kapal.
Namun demikian, kehidupan dalam suatu lingkungan yang relatif terpencil, dimana akses keluar dan masuk camp hanya bisa dilakuksn dengan kendaraan !aut, menjadikan kehidupan karyawan sesuatu yang cukup menarik.
Setelab beroperasi mulai tahun 1988, tentu saja banyak persoalan yang akan timbul dalam kehidupan sosial karyawan dalam camp. Dinamika ini akan memberikan pengaruh pada kineija karyawan secara keseluruhan, di samping faktor pengaruh manajeman secara umum, dan gangguan-gangguan ekstemal yang ada. Tidak hanya hal-hal ini, tetapi faktor dukungan aparat birokrasi juga berpengarub. Kapasitas sumber daya manusia dari segenap karyawan, tentunya juga berpengarub. Hal-hal inilab yang akan dimodelkan pada sub model ini.
Tabel IV.5. No
Asumsi Yang Digunakan dalam Sub Model Kineija Karyawan
Variabel dan Parameter
I.
Kualitas SDM
2.
Kunjugan Masyarakat
Dimensi
Nilai
Keterangan
UnitKSDM
98 (initial)
Perhitungan
Kali/tahun
24 (initial)
Asumsi
Tanpa
I
Asumsi
80
Asumsi
normal
3.
Dukungan Birokrat
dimensi 4.
Ketersediaan Fasilitas
%
72
idikan
Job_Oeskription
Garnbar IV.6. Diagram alir model kinerja karyawan
Actual_Job
73
IV. 7 Sub Model Keuangan Perusabaan
Faktor panting berlangsungnya kegiatan pangelolaan hutan ialah, teJjarninnya arus kas masuk dan keluar yang stabil serta jaminan keuntungan jangka panjang yang
akan diterima.
Pemanfaatan hutan mangrove yang terpadu dengan pembangunan industri
pangolahan chips, merupakan usaha dengan investasi yang besar. Lain halnya dengan pemanfaatan hutan di wilayah tanah kering yang menggunakan alat berat separti traktor, bulldozer, dump truck dan lain sebagainya, di hutan mangrove alat berat tersebut tidak dapat dignnakan. Untuk itu tenaga manusia berperan besar dalam pangeluaran kayu dari hutan.
Pengadaan kapal dan tug boat serta pontoon merupakan hal yang tidak terpisahkan.
Dalam pada itu, sesuai aturan dalam sistem silvikuktur di hutan mangrove,
pangusaha diwajibkan melakukan kegiatan pananaman kembali jenis pohon yang Ielah ditebang, termasuk kewajiban-kewajiban kepada pamilik hak ulayat.
Dengan demikian sub model keuangan panting digambarkan untuk melihat sejauh mana paluang kesinarnbungan pangusabaan hutan mangrove. Model merujuk pada analisis biaya yang dignnakan oleh Inoue ( 1999) dan struktur model yang dikembangkan Lyneis (1980).
74
Tabel lV.6. Asumsi Yang Digunakan dalam Sub Model Keuangan Perusabaan
No
Variabel dan Paranreter
Dimensi
Nilai
Keterangan
l.
TarifPMDH
Rupiah/M
3
1000 (initial)
Literatur
2.
TarifHak Ulayat
Rupiah!M
3
300 (initial)
Literatur
3.
Investasi awal
us $/20th
4,341,500 (initial)
Literatur
4.
HargaChips
US $/ton
30
Asumsi
5.
Biaya Pembibitan
us $/th
1,791 (initial)
Perhitungan
6
Biaya Penebangan dan
us $/th
838,561
Literatur
% dari harga
20
Literatur
Pemuatan 7
Biaya Administrasi
penjualanith
75
/V'
T••t_HU_pe<_m3
'lTari_HUJ>$r_m'3_pe-rubahan
-1 Thn_Pewbahan_Tatlt_HU J
Gambar IV.7.
Diagram alir model keuangan
76
IV.8 Pengujian Model Model yang telah dibuat selanjutnya diuji, dengan membandingkan perilakunya terhadap data aktual yang diperoleh. Aspek yang dapat dibandingkan dengan
model ialah yang tersedia datanya menurut time series nya.
Selanjutnya dilakukan uji statistik, yang mana merupakan landasan untuk mempertegas sahihnya model. Walaupun demikian, hal ini bukan merupakan satu-satunya cara dalarn melakukan pengujian model.
Forrester dan Senge (1980) dalam Sterman (1984) mengungkapkan bahwa terdapat 17 uji yang di1akukan untuk membangun kepercayaan dalam model system dynamics antara lain :
Uji Struktur Model:
1.
verifikasi struktur,
2.
verifikasi parameter,
3.
kondisi ekstrim,
4.
kecukupan batas model,
5.
konsistensi dimensional.
Uji Perilaku Model: 6.
garnbaran perilaku yang Ielah terjadi,
7.
anomali perilaku,
8.
perilaku model merupakan perilaku umum terjadi,
9.
perilaku yang mengejutkan,
10. kebijakan yang ekstrim, II. sensitivitas perilaku, 12. karakter statistik. Uji lmplikasi Kebijakan: 13. perbaikan sistem, 14. prediksi perilakn, 15. kecukupan batas (policy),
77
16. sensitivitas kebijakan
Dari hasil uji statistil2° untuk variabel yang memiliki data time series, diperoleh gambaran sebagai berikut:
Tahuo
POI>
1.988
S.S21 00 3.888,27 6.TT9!f7 6.691.n 7.143 27 7.618 46 8.12S.2S 8.66576 9.242.22 9.85704 10.512,75 11.212,08 11.957 93 12.753 9 13.601 78 14.506 59 15.471 60
1.989
1.990 1.991 1.992 1.993 1.994 1.995 1.996 1.997 1.998 1.999 2.000 2.001 2002 2.003 2004
Data BPS S.S21 00 5.923 00 6.354.00 6.83400 7. 12800 6.702,00 6.722,00 6.811.00 9.30400 9.96600 10.161 00 10.442,00 10.87400 12.402.75 14.441 08 15.969 83 16.98900
,!>j ">
E
., ;;,
!
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Tahun
Gambar IV.8. Perbandingan model dan data aktua1 penduduk babo
Tahwt
~
1.988 1.989 1.990 1.991 1.992 1.993 1.994 1.995 1.996 1.997 1.998 1.999 2.000 2.001 2.002 2.003 2.004
Ek..ploita !dual Lou 88 49400 1.13701 29002 492.42 1.704.62 2.01602 1.233 37 1.973 69 1.46614 1.55489 1.011 544_.57 528 44 1.09419 59602 964 83 98817
I:J
s.
49400 1.139 00 29000 493 00 1.703 84 2.014.50 1.23200 2.14000 1.46400 1.55 00 1.00800 543 00 52600 1.090 00 593 50 95800 98000 li!'il
""
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Tahua
Gambar IV.9. Perbandingan model dan data aktual Juas tebangan
30
Prosedur perhitungan uji statistik, terlampir.
78
Ta.hun Jodubi m3- tuJ Produbi 88 49.32095 49.32107 ~ 1.988 109.018,20 108.823.56 1.989 2&.122,88 28.12623 1.990 52.35987 52.29981 1.991 1.992 154.64~ 1-- 154.S76 60 167.684 10 167.813 91 1.993 167.733.90 1.994 161.~~ 1.995 180.27~~ r-- 195.459.80 143.007 40 143.212:87 1.996 145.692.91 1.997 1~ 119.6S8 27 1.998 I~ 62.68S 13 1.999 62.505 78 67.014 82 67.323.50 2.000 107.295.30 107.712.18 2.001 57.19404 2.002 S6.9S~ 91.70:; 12 92.353 54 2.003 2.004 85~m_76 tji' 86.lliJU
"
1.988 1.989 1.990 1.991 1.992
1.993 1.994 1.99S 1.996 1.997 1.998 1.999 2.000 2.001 2.002 2.003 2.004
!
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ T&!tun
Perbandingan model dan data aktual produksi
Gambar IV.lO.
Tahun
~ ~ ~ ~
Ubvld pc:ma.si Hal: - L 14.796.2844 15.450.000 0 32.647.069 I 25.200.000 0 8.437.868.13 18.157.101 0 15.689.943' 35.275.257 0 46.393.004 s 50.380.248.0 50.344.171 9 S2.365.7S3 0 50.317.170 4 56.006.754 0 54.083.0179 43.607.253 0 42.963.860 0 37.S91.S03 0 43.707.871 9 40.749.996 0 35.897.479 6 15.374.997 0 18.805.538 9 40.208.892.0 19.197.840 0 40.394.097 64.627.305 I 75.298.930 0 57.194.0390 56.953.280 0 92.353.542.9 91.702.1200 86.534.351 I 85.822.760 0
Hal:
,,
!"'
Iii;
l!d
Gambar IV.ll .
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Ta.hun
Perbandingan model dan data aktual pembayaran hak ulayat
Nilai hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel IV.7. Tabel IV.7. I
\ 'ariahd
IPENDUDUK BABO iLUASTEBANGAN IPRODUKSI tHAKULAYAT
Analisis Kesalahan dari Model 1{\ISPI.
tm
t"
l r
0.6047 0.0860 0.0788
0.2739 0.0362 0.0344
0.0241 0.2029 0.1749
0.7020 0.7610 0.7907
1.9218
0.0005
0.0003
0.9993
Nilai RM...<)PE (Root Mean Square Percent E"or) atau akar kuadrat rataan persentase kesalahan terbaik adalah produksi tahwtan PT BUMWI dan luas tebangan tahunan.Nilai RMSPE melebihi 100% mengindikasikan bias yang besar.
79
Hal ini wajar karena periode pembayaran tidak menentu, disebabkan kondisi
keuangan dan pennintaan masyarakat.
Dari basil uji, nilai Urn (bagian MSE karena bias) dan Us (bagian MSE karena varian) lebih kecil dari Uc (bagian MSE karena kovarian), ini berarti bahwa rata-
rata nilai simulasi dan nilai aktual sama tetapi fasa nya berbeda. Dengan demikian merupakan kesalahan tidak sistematis. Model selanjutnya dapat dipergunakan untuk analisis perilaku dasamya serta pengarnbilan kebijakan.
Bab V Simulasi dan Analisis
V.l Perilaku Model pada Skenario Dasar Model yang sudah dinyatakan valid, selanjutnya disimulasikan untuk melihat perilaku sistem yang dibangun dari model. Perilaku model tanpa intervensi sesuai urutan kejadiannya disebut skenario dasar, dapat dilihat pada gambar simulasi selanjutnya.
Pengamatan perilaku dilakukan untuk kurun waktu tahun 1988 sampai tahun 2050. Kecenderungan perilaku yang teljadi sebelumnya (1988-2004) akan berlanjut sampai tahun akhir simulasi. Perilaku ini akan ditentukan oleh beberapa asumsi yang Ielah disampaikan pada bah sebelumnya, dan juga pada kenyataan bahwa pengamatan terhadap dinamika sumber daya alam, memerlukan waktu yang relatif lebih panjang.
Asumsi yang digunakan dalam skenario dasar ialah : Masa konsesi IUPHHK 20 tahun, yang dimulai tahun 1988 dan berakhir tahun 2007. Belurn dilakukan konversi hutan primer mangrove untuk peruntukan lain. IUPHHK mulai beroperasi pada areal konsesi hutan primer. Tidak adanya sanksi bagi upaya penangkapan yang lebih oleh perusahaan penangkapan udang. Pendapatan masyarakat meningkat 5 % setiap tahun dari pendapatan awal pada tahun 1988. Perusahaan
melakukan
kewajiban-kewajibannya
sesuai
aturan
yang
ditetapkan, dalam bidang pemanfaatan dan pembinaan hutan, sesuai sistem silvikultur yang ada dengan rata-rata harga jual ch1ps per ton adalah US$ 30. Pusat pelayanan kesehatan di Babo hanya 2 unit, dimana Distrik Babo hanya memiki I puskesmas, dan PT BUMWI memberikan pelayanan melalui poliklinik-nya.
80
81
Rasio anak masuk Sekolah Dasar di Babo per tahun terhadap jumlah penduduk di Babo adalah 0, 16.
Berkurangnya potensi hutan mangrove. Dari basil simulasi pada skenario dasar menunjukkan bahwa IUPHHK akan selesai beroperai pada tahun 2007 setelah melakukan penebangan selama 20 tahun, menyebabkan potensi hutan mangrove secara keseluruhan menurun dari 17,2 juta m
3
menjadi 14,6 juta m 3. Luas hutan primer pun berkurang karena
penebangan dan mati alami, dan beralih menjadi areal kosong dan areal bekas tebangan. Kemampuan regenerasi hutan mangrove yang tinggi mengakibatkan potensi pada areal kosonglnonproduktif dan areal bekas tebangan meningkat secara signifikan. Dengan demikian potensi hutan akan tetap lestari, bilamana kondisi ini tetap dipertahankan. Produksi dan luasan penebangan pertahun menjadi nol pada saat masa konsesi perusahaan berakhir.
20.000.000
1.000.000 / {
15.000.000
/1 / 1 /1
·z, 1"2"'1-2--..2--z1 1- - 2-2-2 t
1_
1_
1_
/
.., :2;
10.000.000
_ _ 1
Hutan Primer
..,
:2;
/'-
500.000
/ I
/ 1
/
_ _ Seluruh Aleal 2
5.000.()()().
_
_ Pot..ABT
1
_ _ 2
/ 1
Potensi...ANP
I
l-rz-2- z-z- z--z-2-z-z-z· 0.
1\
j.!
~~~~~~~~~~~2 ~
i~-~-~ ~ ~ ~ ~ f~·~·~·-~
Tahun
Tahun
90.
"3
~4-4_4_4_4_4_4_4_4_4_4 _4_4_4_4
,.-3,...3--3- 3-:l-;)-:J""'J- 3- 3· ':s- 3- 3
60. _
1
_ LuasAST
_ _ Luas...ANPIK 2 _ _LuasHP
30.
3
_
4
_
Luasj iutan
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Tahun
Tahun
berlanjut... .
82
-
1
- Mati....AJami
- c Peralihan_ke_HP _
3
_
Peralihan_ANP_)(e_ABT
m~~~~~~~~~m~~~~~~~~~ Tahun
Gambar V.I. Perilaku pada skenario dasar model hutan
Potensi Udang pada Teluk Bintuni Biomasa udang terkait dengan potensi mangrove yang ada. Issu tentang penebangan hutan merupakan penyebab utama berkurangnya biomassa udang di Teluk Bintuni, relatif tidak terbukti oleh simulasi model. Penyebabnya ialah kontribusi areal PT BUMWI relatif kecil dibanding kontribusi areal mangrove secara keseluruhan dalam wilayah teluk. Di samping itu, pengusahaan hutan oleh PT BUMWI mengikuti aturan yang ada. Faktor upaya perusahaan yang cukup tinggi merupakan penyebab berkurangnya biomassa udang. Hal ini terlihat dengan perbedaan rate penangkapan dan pertumbuhan alami dari udang. Secara nonnal, hila biomassa berkurang sementara upaya penangkapan cenderung tetap tinggi atau pengurangannya tidak signifikan, maka CPUE akan berkurang sampai pada batas upaya penangkapan dari perusahaan berkurang.
Pada skenario ini, walaupun sudah ada aturan yang akan memberikan sanksi pada penangkapan lebih, namun perusahaan senantiasa beroperasi di bawah batas upaya lestari yang ditetapkan. Sehingga perusahaan bisa terhindar dari sanksi yang ada. Namun dapat dilihat pada simulasi bahwa rate penangkapan udang melebihi rate tumbuh udang itu sendiri.
83
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~ Tahun
Tahun
80.
~ 60.
! I~-
~ 20.
w
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~ Tahun
Tahun
Gambar V.2. Perilaku pada skenario dasar model penangkapan udang
Sektor kependudukan dan pendapatan masyarakat. Penduduk Babo yang hanya berkisar 5000an jiwa pada tahun 1988 akan meningkat menjadi 300an ribu jiwa pada tahun akhir simulasi. Peningkatan ini dianggap normal per tahun walaupun telah dimulainya proyek LNG Tangguh BP. Proyek ini akan menggunakan tenaga sampai angka maksimum 5000 an orang pada tahun 2007 dan 2008, walaupun demikian, diasumsikan bahwa rata-rata karyawan BP tidak akan membawa keluarga mereka ke lokasi kerja. Hal ini disebabkan oleh fasilitas perusahaan yang relatif lengkap dengan aturan disiplin yang tinggi, memperkecil peluang untuk karyawan memiliki usaha sampingan serta membawa keluarga.
Pendapatan masyarakat yang dicerminkan dengan pendapatan perkapita rata-rata, dengan kenaikan 5 % per tahun, merupakan angka konservatif yang dipilih. Pada akhir tahun simulasi, pendapatan per kapita penduduk Babo mencapai angka Rp.
84
4,8 juta. Angka ini tidak memasukkan penerimaan dari kompensasi hak ulayat dari perusahaan BP, atau perusahaan lain yang angkanya belum diperoleh.
300.
~
~ 200.
~
ct
_ _ 1
Kema1ian
_ _ 2
Kel.ahiran
_ _ lnmigrasi 3
100.
- c Oulmigrasi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~ Tahun
Tahun
Tallun
Gambar V.3. Perilaku pada skenario dasar model pertumbuhan penduduk dan pendapatan
Pemberdayaan masyarakat. Hasil simulasi penunjukk.an bahwa kualitas hidup masyarakat jauh di bawah kualitas hidup maksimal. Kualitas hidup masyarakat meningkat dengan angka pertumbuhan yang kecil. Walaupun faktor yang mempengaruhi kualitas hidup antara lain pendidikan dan pendapatan meningkat, namun faktor kualitas kesehatan cenderung meningkat dan selanjutnya tetap. Hal ini disebabkan karena sarana kesehatan tidak mengalami penambahan. Wilayah Babo yang cukup luas dengan dipisahkan oleh laut dan sungai, keberadaan fasilitas transportasi yang kurang memadai serta keberadaan fasilitas kesehatan yang minim, menyebabkan kemampuan melayani masyarakat dalam bidang kesehatan tidak optimal.
~
0"
~
<
~
'"tl
-a0
g. I'J)
:;.;"
0
~
§. 0
i
::>
2012 2015 2018 2021 2024 2027
2030 2033 2036
9
0 0..
0
'g 3
0" 0
"1
~ § 3
$»
I'J)
'< $»
"1
~
a
2039
2039
1988 1991 1994 1997 2000 2003
1988 1991 1994 1997 2000 2003
2006
2009
2009
2012 2015 ~ 2018 2024 2W7
2012 2015 ~ 2018 § 2021 2024 2W7
2030
2030
2036
2033 2036
2039
2039
2033 2036 2039
2042 2045
2042 2045
2042 2045
2000
2000
2050
2012 2015 ~ 2018 § 2021 2024 2027
2030 2033
52021
~
~
~
~
~ ~
ct "1
s
~ ...... Kual~as_Kaseha1an
1968 1991 1994 1997 2000 2003 2006
s 9 0"
0..
2039
PerturrouhanJ
0
::4.
-8 --·~~
2033
2050
~
'"tl
0
2036
2000
'<
I'J)
2030
2000
2009
-
?'
2009
2042 2045
1988 1991 1994 1997 2000 2003 2006
$»
2012 2015 ~ 2018 § 2021 2024 2027
2042 2045
l
~0
2006
2042 2045
~ ~
2009 2012 2015 ~ 2018 § 2021 2024 2027 2030 2033 2036
2009
::t
i
1988 1991 1994 1997 2000 2003 2006
1988 1991 1994 1997 2000 2003 2006
Kuallas_hid.Jp
Pe~n
Peodi
§
-
-·
::r' 0..
.g '<
§
(ICl
~
0 0
=.:
~
~.. .
~ c: ~ "g e: 8. "g c: 0..
~
~ @
1 -
~ p ra - -· I'J)
(l)
0
(l)
::r' I'J)
0
.g
0
"g
l
c:
$»
~
0.. 0..
~
00 VI
86
Kinerja karyawan. Pada skenario dasar, perilaku kineija kruyawan cenderung menwun, diantaranya karena pengaruh gangguan eksternal berupa tingginya frekwensi kedatangan masyarakat untuk meminta bantuan. Pemenuhan kebutuhan masyarakat merupakan hal mutlak bagi masyarakat yang merasa sebagai pemilik bak ulayat. Karyawanfstaf berupaya untuk mengakomodasi keinginan masyarakat, melalui berbagai cara, yang kadang menyebabkan tidak terlaksananya beberapa tugas karyawan tepat waktu. Fasilitas karyawan merupakan faktor pendukung peningkatan kineija, disamping penghargaan dan sanksi kepada kruyawan.
0.4+-r--r-r-1,.....,...-r-"1--r--r-1-.,.-""T""""T--r-...-r-r-..--.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Tahun
Tahun
50. o.~
_ 1_ 1_ 1_ 1_ 1_ 1_ 1_ ,,
........2-..2--2-..
40-
~--2-
2- z.
0,015
2"2·2--z !30-
0,010.
0,005
_ _ 1
Penambahan_Kinerja
-
Pengurangan_Kin_Kar
2
-
:20-
- 2- z- z- z-z-z-z-z-z
- 1_ _ 2
FrekwensiYerrnintaan_Bantu an Normai_Perminlaan
10-1--1 ..1--.t -11"1-
!
~ ~ ~ ~
m~
1-1-,_-1.,
~ ~ ~
Tahun
!~!~~m~~~ ~ Tahun
Gambar V.5. Perilaku pada skenario dasar model kineija kruyawan
Keuangan Perusahaan. Pembiayaan perusahaan sangat tergantung pada masa konsesi yang diberikan. Pada skenario dasar dengan masa konsesi yang berakhir tahun 2007, perusahaan masih memperoleh keuntungan sekitar US$ 927,608.
87
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tahun
Tahun
1
v;
I\
.\r~)\}J ·""'
6.000.
2
i
~ 3.000.
"' ·-'
~
.5ll
fl
z
L---2·2"2
2
2. 1
_
1
_ Kas..MasU<
_ _ 2
Kas..J<eluar
2
1
~~~~~~~~~~m~~~~~~~~~~ Tahun
~~~~,m~~~~~ Tahun
I
~ ~
I I I
~ ~ ~
~
Tahun
~~~~,~~~~ ~ Tahun
Gambar V.6. Perilaku pada skenario dasar model pembiayaan perusahaan
V.2 Penentuan Skenario Sesuai dengan tujuan penelitian, maka berdasarkan skenario dasar, telah diketahui perilaku sistem. Walaupun demikian, dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan, perlu diambil beberapa kebijakan yang diyakini dapat mempengaruhi perubahan perilaku pada sistem.
88
Walaupun pada skenario dasar, masa konsesi IUPHHK hanya 20 tahun, pada altematif skenario yang dibuat, masa konsesi akan diperpanjang. Demikian pula kontribusi IUPHHK kepada masyarakat
ditingkatkan, serta upaya perbaikan
kualitas hidup melalui peningkatan dana pendidikan, dan rasio siswa untuk bersekolah, serta penambaban sarana pelayanan kesehatan masyarakat
Perubaban parameter dimaksud dapat dilihat pacta Tabel V.I.
Tabel V.I. Nilai Parameter dalarn Skenario Simulasi Parameter
Skenario Dasar
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Skenario 4
2007
2007
2007
2027
2047
Tahun Pemberlakuan Sanksi
Tidak diberlakukan
Tidak diberlakukan
2005
2005
2005
Waktu
Tidak diberlakukan
Tidak diberlakukan
Tidak diberlakukan
2007
2007
1.000
2.000
5.000
10.000
15.000
Tidak dilakukan perubahan
2006
2006
2008
2008
Penambahan Sarana Kesehatan
Tetap
I
2
3
bertahap (awal3, dan tiap I 0 tahun tambah I)
Tabun Penambahan Sarana Kesehatao
Tidak dilakukan penambahan
2007
2007
2007
2007
Penambahan
Tidak dilakukan penambahan
1.000
2.000
3.000
5.000
0.161
0.19
0.23
0.25
0.25
TahunAkhir Konsesi
diberlakukan pengaturao penangkapan
TarifHak Ulayat (Rp/m3) Tahun perubahan
tarifHak Ulayat
Dana Pendidikan
(Rp/m3) Penambahan rasio siswa
89
Parameter
Skenario Dasar
Skenario I
Skenario 2
Skenario 3
Skenario 4
Tidak dilakukan penambahan
2007
2007
2007
2007
Menggunakan manaJemen
Menggunakan
Menggunakan
Mengguna
2008
masuk sekolah
Tabun Kebijakan peoambahan rasio siswa
Tabun perbaikan kinerja
manajemen manajemen kan yang telah ada yang telah ada yang te1ah ada rnanajemen yang telah ada
V.J Perilaku Model pada Skenario-skenario Setelah menentukao parameter untuk alternatif skenario pengambilan kebijakan, model menunjukkan perilaku-perilaku31 kecenderungan sebagai berikut :
Model pengelolaan bulan mangrove, terlihat bahwa potensi hutan akan cenderung menurun pada setiap penambahan masa konsesi. Hal ini masih diperkenankan, karena perusahaan masih mengikuti aturan sistem silvik'Ultur dengan benar. Kegiatan eksploitasi akan berhenti sesuai masa konsesi yang diberikan, namun proses pertumbuhan akan terus beijalan, oleh karena faktor pertumbuhan alami dan penanaman yang dilakukan perusahaan selama masa konsesi.
Hal lain yang mempengaruhi ialah tingkat kerusakan tegakan yang relatif kecil karena tidak digunakannya alat berat dalam penyaradan kayu ke TPN, tetapi masih menggunakan tenaga manusia.
Dengan demikian, perusahaan masih layak untuk melakukan pengelolaan hutan mangrove di Teluk Bintuni pada ma..·~a-ma..c;a yang akan datang.
31
Pada diagram basil, simulasi diawali dengan perilaku pada skenario dasar kemudian dilanjutkan secara berurutan mulai dati skenario 1 sampai dengan 4.
90
20.000.
15.000.
_ _ 1
'z~3-4-:;;2$-·~ -~~ ~ ~--.;I
$'s· ::E "'
_ _ 4
p~~ ~~I
Hutan Primer
_$_ Hutan Primer
_
5.000.
~·
3
1010
10.000.
Hutan Primer
_ _ Hutan Primer 2 _ _ Hutan Primer
0
I t/ d-,2
::E "'
Seluruh Areal
/
~- Seloruh Aieal
~~~~~~~~~~~~ ~ Tahun
;3
/ 6
_ _ Seluruh Areal 8 _ _ Seluruh Aleal 9 10
_
/
-16-11-18-19~016-11-18--J.9~0
'!il
1 ?. ,::,::.:.:...:;'?. - 1311 12- 1311 , 13- 14 1~ 14.._ l$'15. 1$. 15,1$}5
~
_ Poi_,ABT
_ _ 8
30.
,.s' S
!1J
PoteMi..ANP
_ _ PotensLANP 9 10
_
_
1 2
3
Potensi,.ANP
- LuasABT _ LuasABT _ LuasABT
- c luasABT _
~
5
_ LuasABT
- 6 luas.,N
-,-Luas..ANPIK
....s"5
/"3-4~--!..._1-'5~4z--3- - 1
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~
~~~~~~~~~~~2 ~
Tahun
Tahun
200.
5
~- Potensi..ANP 6--r-B-~10.,-s-
90.
11. ~__,
_ POl}.BT
_ Potensi..ANP 6
Tahun
60.
- POL.ABT
4
~~~~~~~~~~~~ ~
~ 1.
1
_ _ Pot..ABT 2 _ _ POl,ABT 3 _
.....:!
Seluruh Aieal
-
_ _Luas..ANPJK 8 _ _ l uas..ANPIK 9
10
Luas..ANPIK l• toe:~ P
- 1-
Mali_Aiani
-2- Mati_.Alami
~ 150.
- 3- Mati_Alami
-,
_ 4_ Mali_Alami
-"'
~
_ _ Mati_Alami 5
100.
~ ~
~> Pen!lihan_ke_HP
-,- f>Graijhan_ke_HP
50.
_ _ 8
PeratihaJLke_HP
_ _ PeraNhanJ<e..HP 9 Peralihan_ke_HP 10
Tahun
PorolihOI'I AND 1.-o 4AT
Gambar V.7. Perilaku pada skenario-skenario model hutan
Sementara pada sektor penangkapan udang, terlihat bahwa biomassa udang akan cenderung dapat dikendalikan pada skenario 3 dan 4. Ketika CPUE menurun pada angka yang signifikan oleh karena upaya yang dilakukan perusahaan masih tinggi, kebijakan untuk melakukan pemberhentian pengoperasian penangkapan akan menaikkan biomassa. Pada saat biomassa telah kembali pada kondisi yang memadai, penangkapan dengan upaya yang dikehendaki perusahaan, dapat kembali diperkenankan.
91
J"" ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~ Tahun
4~
80.000.
f
r1\•
g
w
~
4
j~ooo.
.. l
1
i'
I 20.0»
!'
rr i ·~
80.0»
I
1
I ~
I
~ \~
4
l 1
4
/1
4
2 4
,
~1
7J>..l d ,'
. . 4 1
l
I /
_.
I
-s
/S-4's- 4,
"2"3·4·,
~ ·')
~1
~2
" ••-3'4
4
1
~1
1 \
t'
~
:i30
I~
'
~
w
~
10
~ I
/
5'\
4
\
1\
\
I
\
4
I
4
\
5
I
\
'
i
I' 4
\ /_
,
5, 4
.;34 1 ~
/Z 1 • 2 3..1~
4
\
3'
'2~
s
\ ,..1'"2
.,#3,4
1' r342
'
s·4
n
~~~~~~~~~~·~~~~~~~~~~ ~
~~~§~~~~~~~~~~~~~~~~ ~
Tahoo
Tahun
Gambar V.8. Perilaku pada skenario-skenario model penangkapan udang
Pada model kependudukan dan pendapatan masyarakat,
pada seluruh
skenario terlihat kecenderungan peningkatan baik jumlah penduduk dan pendapatan perkapita rata-rata.
Walaupun intervensi peningkatan tarifhak ulayat pada skenario 1 sampai skenario 3 4 bahkan mencapai Rp. 5.000/m kayu, tidak menunjukkan basil yang signifikan
pada pendapatan. Hal ini jelas karena jumlah dana hak ulayat akan dibagi kepada penduduk yang ada, dan akan sangat bergantung berapa lama perusahaan beroperasi menebang kayu. Pendapatan masyarakat meningkat 5 % mulai tahun awal simulasi.
Peningkatan penduduk akan mencapai diatas 350 ribu jiwa pada tahun 2050 dengan asumsi angka pertumbuhan relatif konstan.
92
~-
15.
1 j 200.
j
l
100.
10.
_ _ 1
Kematian
_ _ 2
Kelahi'an
_ _ 1nmigtasi 3 _ 0utmigrasi
5.
_
4
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Gambar V.9. Perilaku pada skenario-skenario model pertumbuhan penduduk dan pendapatan Masyarakat akan meningkat kualitas hidupnya jika kualitas hidup dari pendapatan, kesehatan, dan pendidikan meningkat. Pada skenario 1 sampai 4, model pemberdayaan masyarakat, intervensi yang dilakukan pada penambahan dana pendidikan, dan rasio jumlah siswa masuk sekolah, tergambar peningkatan kualitas hidup pada saat intervensi dilaksanakan. Temasuk penambahan pusat kesehatan masyarakat. Penambahan Puskesmas, tidak semata-mata dari sisi jumlah bangunan, tetapi mencakup paramedis dan dokter pendudung, dan program-program kesehatan yang terpadu. Walaupun terjadi peningkatan, nilai kualitas hidup masih rendah (maksimal 100). Hal ini nyata terlihat dilapangan
dari frekwensi permintaan bantuan dari masyarakat yang cukup tinggi.
93
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~ Tehun
Tahun
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~ Tahun
m~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~ Tahun
1.500.
!J
UXXl.
"' ~
i
500.
Cl.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ~ Tehun
Gambar V.lO. Perilaku pada skenario-skenario model pemberdayaan masyarakat Bila kualitas hidup masyarakat tinggi, pennintaan bantuan bahan makanan dan uang tidak akan dilakukan dengan metoda yang ada. Masyarakat sadar akan hak dan kewajibannya terhadap perusahaan.
Kinerja karyawan dan kualitas sumber daya manusia karyawan akan berkurang seiring waktu, juga karena pengaruh pertumbuhan masing-masing
level.
94
Kinetja karyawan diantaranya dipengaruhi oleh jumlah kunjungan masyarakat. Kinetja meningkat lebih baik dari skenario dasar apabila kualitas hidup penduduk meningkat. Peningkatan kualitas hidup menyebabkan berkurangnya kunjungan dalam rangka permintaan bantuan yang tidak menentu.
SDM juga merupakan cermman trend dari kinerja karyawan. Bila kinerja menUIUil, pada akhirnya kualitas SDM dapat menurun, karena upaya untuk bekerja dengan lebih baik, tidak dilakukan karyawan. Sebaliknya jika kinerja meningkat, kayawan berusaha untuk beketja sebaik-baiknya dan berusaha untuk mengejar target kerja yang ditetapkan. Pengalaman kerja yang baik akan meningkatkan kualitas SDM.
Hal ini terlihat jelas pada skenario 1, 2, 3, 4. Faktor internal perusahaan juga berpengaruh. Pemberian saknsi, penghargaan, dan jaminan fasilitas yang memadai merupakan faktor penunjang peningkatan kinerja.
3.0.
TahUil
Tahun
, _ PeMllbahan
_
_
50
Permlbahan
4 0,01~
_ _ Penambahan 5 _ _ Pengtrangan 6
n
~ i i ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ·~ ~ ~ ~..~ ~ 2 ~ ~ TahUil
Gambar V. 11. Perilaku pada skenario-skenario model kinerja
95 Model keuangan perusahaan mengindikasikan bahwa pada skenario 1,2,3,4, walaupun terjadi gangguan pada biaya administrasi oleh karena permintaan bantuan, perusahaan masih bisa mendapatkan laba usaha. Begitu pula dengan intervensi kenaikan biaya PMDH dan Hak Ulayat. Hal ini dapat teijadi karena fraksi biaya administrasi masih di bawah 30% dari harga penjualan. Dalam model diasumsikan bahwa tidak ada biaya tambahan tidak resmi yang diberikan kepada aparat pemerintah dan keamanan.
t.OOO.OOO
~~~~~~~~~~~~~~~~~~2~ ~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~2~ ~
Tahuo
\
Tahun
i~\
r'
4
;
\
~
1\
s
\
i
j
•
1
2\ 'r 3\ 4l
I~l
51\s
I ~
\
\
\
3
\
1 \ I
i s
5
\
~
\
·~
~
~
I
s \
2
\
•
?I t o. , 10•41 i ~, 4
_
l
I
NeLProlil
1~
3
6
, - Kas.J<eluar _ _ 9
10
-
Kas..)<eloar
-,- Kas..)<eluar
Kas.J<ejuar
Kas.J<eluar
- Biaya_Terbayar
1
_ _ 2
_Net.J>rolil
_ _ Biaya_Terbayar 3
- s- Nei....Proft
~
a
6 NPV
Tahoo
Kas_Masdl
_ Nel,Protit
-.- Nei,J'ntJl
~~~~~~~~~~~~ ~
II I
I
2
_
-2.000.
10 1010
Talul - 1-
2.000
2
_ _ 3
5
Talul
~
1
10 10
_ _ Kas_MBSU< 5
s
sJ
4.000.
_ _ Kas.}.l~
9
\s\
I 1 s
6000.
Kas_MasU<
- 4 - Kas_Mas~Ac
\
S
5\
_ _ 1
~
1•
Biaya_Terbayar
_ _ 4
Biaya_Terbayar
_ _ 5
Blaya_Terbayar
6
Penanmhan_Biaya
-.,-NPV
-,- Penan'bahan_Biaya
_ _NPV 8
_ _ 8
_NPV
_
_ _ Penanmhan...Btaya 9
9
10
Penanmhan__Biaya
NPV Tahun
10
Penambahan_Biaya
Gambar V.12. Perilaku pada skenario-skenario model keuangan
96 V.4 Analisis Pemanfaatan hutan mangrove oleh IUPHHK merupakan pemanfaatan yang mendukung kelestarian hutan mangrove. Hal ini didukung dengan produksi kayu mangrove yang masih dalam batas yang diijinkan. Konsesi selama 20 tahun
pertama menunjukkan hal tersebut. Kewajiban pembayaran Dana Reboisasi dan Provisi Sumber Daya Hutan bahkan pajak lainnya senantiasa dibayar perusahaan tepat waktu32 bahkan jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya di wilayah Teluk. Dari sisi potensi mangrove, perpanjangan konsesi sampai pada 20 tahun yang ketiga masih dimungkinkan.
Dari sisi pemberdayaan masyarakat, upaya·upaya yang dilakukan pada masa konsesi pertama kepada masyarakat, masih belum mampu untuk menaikkan kualitas hidup masyarakat secara signifikan. Bila konsesi diperpanjang, beberapa konsekwensi yang diambil semisal menaikkan tarif kompensasi hak ulayat pada angka yang cukup tinggi, hanya memberikan pengaruh yang kecil pada signifikansi pendapatan masyarakat dari tahun ke tahun. A.sumsi pertambahan pendapatan masyarakat per kapita sebesar 5% per tahun masih melebihi kontribusi dari perusahaan kepada masyarakat melalui hak ulayat apalagi hila dana hak ulayat digunakan masyarakat hanya untuk kebutuhan bersifat konsumtif
sementara.
Demikian pula dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program Pembinaan Masyara.kat Desa Hutan, relatif berupa bantuan sarana dan prasarana
yang dapat dilihat sampai saat ini. Walaupun banyak program termasuk pemberdayaan ekonomi dilakukan perusahaan. namun kemampuan masyarakat untuk mengembangkan diri sendiri belum optimal. Ini berarti bahwa IUPHHK tidak akan mungkin untuk melakukan tugas sendiri dalam pemberdayaan masyarakat seluruh Babo.
32
Pemyataan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Teluk Bintuni, bahwa PT BUMWI merupakan salah satu IUHPHH yang tidak akan menunda pembayaran kewajibannya.
97 Demikian pula dengan kebijakan untuk memberikan beasiswa kepada anak sekolah sejak tahun 2004 dengan pola pemberian melalui perwakilan tokoh masyarakat dikbawatirkan tidak berdampak nyata pada pencapaian sasaran.
Kebijakan peningkatan rasio siswa masuk sekolah dasar diyakini merupakan salah satu kunci untuk menaikkan kualitas hidup masyarakat. Dari angka sekitar 0,16 dari jumlah penduduk di awal tahun simulasi, bila ditingkatkan menjadi 0,25 pada tahun kebijakan bidang pendidikan diterapkan, memberikan kontribusi cukup signifikan. Perusahaan tidak dapat bekeija sendiri karena kemarnpuan keuangan terbatas, dan bukan merupakan tugas utarna dalam mendorong siswa masuk sekolah. Perusahaan yang telah memiliki itikad baik melalui program beasiswa, seharusnya direspon oleh pemerintah dan LSM dalam pengelolaan dana-dana pendidikan ini agar lebih accountable. Artinya, dana yang tersedia digunakan
semaksimaJ mungkin untuk mendorong anak mengeyam pendidikan dasar bahkan pendidikan lanjutan.
Tidak hanya itu, semua perusahaan yang beroperasi di wilayah Distrik Babo, bersama masyarakat seyogyanya memiliki kesamaan komitmen serta program
yang jelas dalam pemberdayaan masyarakat. Hal ini dapat terlaksana bila Lembaga Masarakat Adat (LMA) bisa bekerja dengan maksimal tanpa mendahulukan kepentingan golongan marga tertentu. Anggota LMA bukan hanya terdiri dari para tokoh masyarakat, tetapi harus dilengkapi dengan staff yang memiliki kemarnpuan dan pendidikan yang cukup dalam menunjang bekeijanya Anggota LMA dengan efektif
Kineija karyawan yang di drive oleh faktor internal dan gangguan eksternal, cenderung tetap menurun bila pada faktor internal tidak dilakukan perubahan dan masih menggunakan pola yang teijadi selarna ini. Kornitmen kuat untuk menaikkan kinetja sangat diperlukan, guna menggerakkan roda operasional
perusahaan, baik sejak penebangan kayu sampai chips siap ekspor.
98 Sisi pembiayaan, masih berada pada kondisi yang aman, dan perusahaan tetap akan memperoleh keuntungan pada akhir tahun konsesi. Namun demikian, analisis yang lebih rinci menyangkut keuangan perusahaan akan menjawab posisi
keuntungan yang sebenamya. Asumsi yang lebih tepat untuk perhitungan besar investasi, depresiasi dan biaya-biaya akan sangat menentukan keuntungan. Pada
model tergambar bahwa perrnintaan masyarakat dengan frekwensi yang tinggi, belum menganggu keuangan perusahaan. Masalah akan teijadi bila teijadi delay untuk pembiayaan-pembiayaan perusahaan oleh karena biaya-biaya dialihkan dengan proses yang sangat cepat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, semisal
permintaan BBM oleh masyarakat pada saat perusahaan dalam krisis BBM. Tariff hak ulayat yang tinggi akan berdampak signifikan pada masyarakat apabila peruntukan penggunaannya oleh masyarakat penerima, jelas dan terukur. Sebaiknya dapat disalurkan melalui kelembagaan yang dibentuk bersama oleh masyarakat agar mekanisme penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan.
Sehubungan dengan rencana perpanJangan konsesi yang kedua, merupakan momen yang tepat bagi perusahaan, masyarakat dari sernua marga, dan pemerintah untuk merumuskan konsep pengelolaan hutan mangrove yang lebih terpadu dan transparan. Bila Ielah disepakati, seluruh pihak siap untuk rnengamankan keputusan tersebut. Perusahaan akan selalu siap dengan dana menurut alokasi yang ditetapkan, masyarakat (marga) melalui LMA mendukung dengan rnemantapkan aturan-aturan hak ulayat yang harus ditaati semua pihak, dan sebagai regulator pemerintah bersama anggota parlemen daerah harus mampu menjernbatani dan mengakomodasi keinginan semua pihak. Bila terlaksana, maka tidak hanya IUPHHK mangrove yang bisa memberikan kontribusi lebih pada masyarakat Babo, tetapi seluruh perusahaan yang ada dapat mengikuti dan memberikan kontribusi yang lebih berarti pula pada masyarakat.
Bab VI Kesimpulan dan Saran
VI.! Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari analisis struktur dan perilaku model yang telab lakukan, sebagai berikut:
1. Eksploitasi hutan mangrove yang dilakukan melalui IUPHI-IK. dalam kawasan Teluk Bintuni merupakan pengelolaan yang mendukung kelestarian potensi hutan dalam jangka yang panjang babkan sampai pada perpanjangan konsesi ketiga. Hal ini dapat terealisasi bilamana aturan-aturan pernanfaatan tetap
dilaksanakan seperti saat ini. Penanaman hutan, dan penebangan di bawab batas yang ditetapkan, berdampak pada kemampuan pulih hutanlregenerasi hutan, beljalan dengan baik. Tidak digunakannya ala! berat dan atau kabel dalam penyaradan kayu dalam hutan tetapi hanya menggunakan sepenuhnya tenaga manusia, akan meminirnalkan kerusakan tegakan sisa yang ada, di
samping memberikan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan kepada
banyak orang dari pemanenan kayu mangrove.
2. Pemegang IUPHHK mangrove yang beroperasi sejak tahun 1988 di wilayah Teluk Bintuni telab banyak memberikan kontribusi kepada masyarakat, baik melalui pembayaran hak ulayat, program Pembinaan Masyarakat Desa Hutan, dan
pemenuhan
permintaan
bantuan
masyarakat.
Namun
kehidupan
masyarakat belum banyak berubah sarnpai saat ini. Kontribusi kepada
masyarakat cenderung diutamakan untuk rnemenuhi kebutuhan sehari-hari. Walaupun kontribusi dalam bentuk pemberian bantuan uang!kebutuhan pokok ditingkatkan pada tingkat yang dianggap relatif tinggi, berdampak tidak siguifikan pada pemberdayaan masyarakat, dan jelas tergarnbar dengan angka pertumbuhan kualitas hidup sampai tabun 2006 di bawab 40% per tahun. Kontribusi kepada masyarakat bisa ditingkatkan tetapi dalam bentuk lain yakni, membantu meningkatkan jumlab penduduk yang masuk sekolab, dan menyediakan fasilitas kesebatan dalam bentuk, jumlah dan kualitas yang
99
100
memadai. Namun demikian perlu ditegaskan, hal ini bukan merupakan kewajiban IUPHHK sendiri, perlu kolaborasi antara semua pihak yang terlibat,
termasuk pemerintah, organisasi masyarakat, dan masyarakat sendiri serta perusahaan lainnya dalam wilayab Teluk Bintuni dalam pemberdayaan masyarakat.
3. lsu yang berkembang bahwa eksploitasi hutan merupakan faktor utama yang menyebabkan berkurangnya basil tangkapan udang, tidak terbukti, dan dapat dijelaskan melalui model babwa biomassa udang pada kawasan Teluk Bintuni berkurang diakibatkan penangkapan lebih udang. JUPHHK hanya beroperasi pada areal seluas 86.262 Ha, yang mana setiap tahunpun luas hutan yang
diekspoitasi, sekitar 1,25 % dari luas konsesi, sernentara luas hutan mangrove di Teluk Bintuni adalah kurang lebih 260.000 Hektar. Pengembalian biomassa udang ke tingkat yang diinginkan hanya dapat dilakukan dengan pengaturan pengurangan upaya penangkapan.
4. K.ineija karyawan perusahaan cenderung menurun, hal ini sebagai akibat pengaruh
ketidaknyamanan
dalam
melakukan
pekerjaan.
Kunjungan
masyarakat yang tinggi mengakibatkan alokasi waktu kerja staf karyawan berkurang guna pelayanan kepada masyarakat. Fasilitas perusahaan, dan faktor internal perusabaan seperti penghargaan dan sanksi, mempengaruhi kinerja. Kinerja karyawan diyakini akan meningkat bila semua faktor intemal
ditingkatkan pada batas maksimal.
5. Pengusahaan hutan mangrove masih merupakan sumber pendapatan yang menjanjikan, terlihat dari model keuangan yang dibuat, bahwa sampai masa konsesi ketiga kestabilan keuangan perusahaan terjamin, hila asurnsi bahwa harga chips cenderung tetap pada angka US$ 30, ataupun meningkat, keuntungan masih
dapat
diperoleh.
Babkan
perusahaan
masih
bisa
meningkatkan dana untuk pemberdayaan masyarakat melalui dana pendidikan dan hak ulayat, pada asurnsi nilai yang diberikan.
101 VL2 Saran
Dalam rangka penentuan kebijakan selanjutnya melalui model sistem dinamik pemanfaatan hutan mangrove yang Ielah dibangun ini, disarankan beberapa hal:
I. Pemanfaatan hutan mangrove melalui IDPHHK yang berkelanjutan tidak
hanya dilihat dari sisi kelestarian potensi volume mangrove yang ada, namun perlu memperhatikan kesinambungan pemberdayaan masyarakat dengan indikator pertumbuhan kualitas hidup masyarakat lokal, ke arah yang lebih baik. Untuk itu komponen yang menentukan pertumbuhan kualitas hidup seperti pendapatan, kesehatan, dan pendidikan masyarakat lokal seharusnya
menjadi perhatian semua stakeholders.
2. Selanjutnya, bagaimana masyarakat lokal/ pemilik hak ulayat terlibat dalam pengelolaan sumber daya alam bersama IDPHHK, adalah penting, misalnya
dengan mengakomodasi kepemilikan saham masyarakat. Tentunya dengan terlebih dahulu memantapkan mekanisme dan kelembagaan masyarakat setempat. Pengelolaan pada masa yang akan datang seyogyanya merupakan
kolaborasi yang akomodatif dan transparan antara perusahaan dan masyarakat pemilik hak ulayat, serta difasilitasi oleh pemerintah
3. Untuk perbaikan model selanjutnya, perlu dikaji faktor-faktor seperti:
penyebab degradasi hutan mangrove, seperti abrasi pantai, faktor hama
penyakit di ekosistem hutan mangrove; Keberadaan beberapa perusahaan lain di sekitar Teluk Bintuni, yang mempengaruhi persepsi serta perilaku masyarakat secara umum; Sistem pendekatan perusahaan dan sosialisasi program serta bagaimana mengakomodasi kebutuhan masyarakat; Peranan pemerintah dan LSM dalam pemberdayaan masyarakat, -hal ini jelas, karena tugas pemberdayaan masyarakat adalah tugas semua pihak terkait-; Perubahan
pola mental masyarakat dari waktu ke waktu, khususnya dalam memandang sumber daya alam yang ada dalam wilayah ulayatnya.
DAFTARPUST AKA
I.
Aviato, Teten W. (2000), Kajian Kebijakan Pembangunan Berbasis Sumberdaya Air dan Daya Dukung Lingkungan dengan Pendekatan System Dynamics: Kasus: Cekungan Bandung, Tesis Magister Program Studi Pembangunan ITB, Bandung
2.
Bengen, Dietriech G. (2002), Ekosistem dan Sumberdaya A/am Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya., Institut Pertanian Bogor, Bogor
3.
Bintuni Utama Mumi Wood Industries, PT. (1994), Studi Evaluasi Lingkungan PT. BUMWI, PT. BUMWI, Jakarta
4.
Boli, Paulus., Mudjirahayu, Yohanis Weno, Bob Timisela (2004). Laporan Fase II: Studt Perikanan Tang/cap Skala Besar dan Ne/ayan di Wimro dan Sekitarnya, Universitas Negeri Papua, Manokwari
5.
de Kok, J.L. and H. G. Wind (1996), System Dynamics as A Methodology for Sustainable Coastal-Zone Management, Proceedings International Conference ofthe System Dynamics Society 1996. Cambrigde, Massachusetts
6.
Departemen Kelautan dan Perikanan (2001), Pengkajian Stok !kan dt Perairan Indonesia, Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan Perikanan- DKP dan Puslitbang Oseanologi LIP!, Jakarta
7.
Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara (2003), Kajian Potensi Bwfisik Rutan Mangrove di Desa Guraping - Maluku Utara. Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara dan Balai Litbang Kehutanan Papua Maluku, Temate
8.
Dudley, R.G. (2003), Dinamika Penebangan Liar di Indonesia, dalam Kemana Harus Melangkah? Masyarakat, Hutan, dan Perumusan Kebijakan di Indonesia, Disunting oleh I.A.P. Resosudarmo dan C.J.P Colfer, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta, Indonesia
9.
FAO (2003), Reducing The Impact Of Tropical Shrimp Trawling Fishenes On Living Marine Resources Through The Adoption Of Environmentally Friendly Techniques And Practices In The Arafura Sea, Indonesia. http://www.Fao.Org/Documents/Show Cdr.Asp?Url Fi!e~/Docrep/007/Y285 9eN2859e02.htm , didown load 24 Juni 2005
I 0. Fauzi, A., dan Suzy Anna., (2005), Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan: Untuk Ana/isiS Kebijakan, PT. Gtamedia Pustaka Umum, Jakarta II. FWIIGFW, (2001), Potret Keadaan Hutan Indonesia, Bogor, Indonesia: Forest Watch Indonesia dan Washington D.C. Global Forest Watch
102
103
12. Inoue, Yasuko., H.M. Afwan Efendi, Ketut Raka Sudanna, I Nyoman Budiana, (1999), Model Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari. Departemen Kehutanan Republik Indonesia, Jakarta
13. Iskandar, Untung (1999a), Aplikasi Manajemen Teknologi Menuju Hutan Lestari, BigrafPublishing, Yogyakarta 14. Iskandar, Untung (1999b), Dialog Kehutanan dnlam Wacana Global, Bigraf Publishing, Yogyakarta 15. Kapisa, Noak (2003), Kebijakan Pemantapan Kawasan Hutan dalam rangka Pengelolaan Hutan Lestari di Provinsi Papua. Prosiding Rakernis Dinas Kehutanan Provinsi Papua Tahun 2003, Sorong 16. Lawrence, S. H.amilton and Samuel C. Snedaker (1984), Handbook for Mangrove Area Management, United Nations Environment Programme and East-West Center, Environment and Policy Institute, Honolulu 17. LPP Mangrove (2004), Ekologi Mangrove, http://www.imred.org/ id/datal mangrove/mangrove3.asp, didownload tanggal 30 November 2004 18. Lyneis, James M., (1980), Corporate Planning and Policy Design: A System Dynamics Approach, MIT Press. Cambride, Massachusetts and London 19. Mulyana, Ridwan (1999), Kajian Dinamtka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir: Studt Kasus Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta, Tesis Magister Program Studi Pembangunan ITB, Bandung 20. Parwoto (2003), Pergeseran Paradigma, Bertumpu Pada Masyarakat, ITB Bandung
Makalah Pembangunan Yang
21. Petocz, Ronald G. (1987), Konservasi A/am dan Pembangunan di Irian Jaya, Pustaka Grafitipers, Jakarta 22. Pribadi, Rudhi (1998), Ecology of Mangrove Vegetation in Bintuni Bay, Irian
Jaya, Prosiding Seminar VI Ekosistem Mangrove, Jakarta 23. Rachman, Encep dan M.J. Tokede (2002), Kajian Penguasaan Luas Optimum Areal HPH do/am Rangka Pengelolaan Hutan Produksi di Irian Jaya, Buletin Penelitian Kehutanan Volume VII Nomor 1. BPK Manokwari, Manokwari 24. Ruitenbeek, H. Jack (1992), Mangrove Management: An Economic Analysis of lvfanagement Options with a Focus on Bintuni Bay, irian Jaya, Environmental Management Development in Indonesia Project (EMDI), Jakarta and Halifax 25. Saeed, Khalid (1994), Development Planning and Policy Design, Avebury, Aldsershot
104
26. Stennan, J D. (1984), Appropriate Summary Statistics for Evaluating The Historical Fit of System Dynamics Models, Dynarnica, VoL 10 Part II, 51-66 27. Sudradjad. I. (2003), l'aradtgma !'embangunan, Makalah Pengantar Studi Pembangunan ITB, Bandung 28. Sumule, Agus (2003), Mencan .!alan Tengah: Otonomt Khusus Papua, PT. Gramedia Pustaka Umurn, Jakarta 29. Tasrif, Muhammad (2004), Metodologi System Dynamics. Program Studi Pembangunan ITB, Bandung 30. Yanti, lnna (2000), Evaluasi Pelaksanaan Program Pembinaan Masyarakat JJesa Hutan (PMJJH): 5'tudi Kasus di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, .Jawa Barat, Tesis Magister Program Studi Pembangunan ITB, Bandung 31. Yuliani, Dewi (2004), Model Dinamik Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro : Kasus Desa Cinta Mekar, Kabupaten Subang, Tesis Magister Program Studi Pembangunan ITB, Bandung
105
Lampiran 1. Kondisi hutan mangrove primer, perkembangan areal bekas tebangan tahun 1988- 2005, dan gambaran lokasi penelitian
Gambar l.a Kondisi virgin forest mangrove GPS Point: -2,540541133,701
Gambar l.b. Diameter pohon pada virgin forest mencapai 30 em GPS Point: -2,540541133,701
106
Gambar I.e. Areal Tebangan dan TempatPengumpulan Kayu RKT 2005 GPS Point: -2,610401133,41230
Gambar l.d. Areal Tebangan dan Tempat Pengumpulan Kayu RKT 2004 GPS Point: -2,621611133,45693
107
Gambar l.e. Areal Tebangan dan Tempat Pengumpulan Kayu RKT 2002 GPS Point: -2,568781133,47277
Gambar l .f. Areal Tebangan dan Tempat Pengumpulan Kayu RKT 2000 GPS Point: -2,603461133,58187
108
Gambar l.g. Areal Tebangan dan Tempat Pengumpulan Kayu RKT 1998 GPS Point: -2,575951133,59935
Gambar l .h. Areal Tebangan dan Tempat Pengumpulan Kayu RKT 1996 GPS Point: -2,557741133,76631
109
Gambar l.i. Areal Tebangan dan Tempat Pengumpulan Kayu RKT 1994 GPSPoint: -2,55987/ 133,71981
Gambar l.j. Areal Tebangan dan Tempat Pengumpulan Kayu RKT 1992 GPS Point: -2,604531133,55862
110
Gambar l.k. Areal Tebangan dan Tempat Pengwnpulan Kayu RKT 1990 GPS Point: -2,492951133,57042
Gambar l.l. Areal Tebangan dan Tempat Pengumpulan Kayu RKT 1988 GPS Point: -2,50749/ 133,59654
111
Gambar 1. m. Gambaran situasi camp PT BUMWI yang berada di atas areal pasang surut dan potret salah satu keluarga karyawan
Gambar l.n. AJat transportasi utama yang digunakan selama pelaksanaan penelitian dan gambaran Kampung Warganusa
112
Lampiran 2. Persamaan (equations) yang dipergunakan dalam model
init flow in it flow
unit init flow unit init flow
unit init flow doc
unit init flow
unit init flow init flow
init flow unit init flow unit init flow unit init
AKUMULASI PROTIT~O AKUMULASI- PROFIT~ +dt*Net- Profit AREAL- BEKAS- TEBANGAN ~ 0 AREAL- BEKAS- TEBANGAN ~ +dt*Penambahan- ABT -dt*Peralihan ke HP +dt*Peralihan_ ANP_ ke_ABT AREAL- BEKAS- TEBANGAN ~ HA AREAL- NON- PROD---DAN- KOSONG ~ 0 AREAL- NON- PROD- DAN- KOSONG ~ +dt*Penambahan ANP -dt*Peralihan_ANP_ke_ ABT AREAL- NON- PROD- DAN- KOSONG ~ HA Biomassa = Init Biomassa Biomassa ~ +dt*pertumbuhan -dt*Penangkapan Biomassa ~KG Effort Perusahaan ~ I 000 Effort_Perusahaan ~ -dt*Pengurangan_Effort +dt*Penambahan effort Effort_Perusahaan ~Effort awal ialah 1000 hauling. Setara dengan 35.000 kgudang Effort Perusahaan ~HAULING HUTAN PRIMER~ 86282 HUTAN_PRIMER ~ -dt*Luasan_ Eksploitasi +dt*Peralihan ke HP -dt*Mati Alami -dt*Konversi Laban HUTAN PRIMER~HA Kas ~ Pinjaman_awal Kas ~ -dt*Kas keluar +dt*Kas Masuk Kewajiban_Bayar ~ 0 Kewajiban_Bayar ~ -dt*Biaya_ Terbayar +dt*Penambahan_ Biaya Kineija_Karyawan ~I Kinerja_Karyawan = -dt*Pengurangan_Kin_Kar +dt*Penambahan Kineija Kineija_ Karyawan ~UNIT KINERJA Kualitas_ hidup ~ INIT(Kualitas_ Hidup_Potensial) Kualitas_ hidup ~ +dt*Penambahan_KH Kualitas_ hidup ~ UNJT KUALITAS HIDUP Kualitas_SDM ~ Kualitas_SDM_awal Kualitas- SDM ~ +dt*Penambahan- KSDM -dt*Pengurangan KSDM Kualitas SDM ~ UNJT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA Murid ski ~ 200
113
flow
Murid- skl ~ +dt*Masuk- skl
doc unit
Murid_skl = Jumlah awal murid sekolah disekitar lokasi penelitian
~dt*tamat
init flow
Murid skl ~ORANG Nilai- Buku- Aset ~ 0 Nilai _ Buku_ Aset ~ -dt*Depresiasi
+dt*Investasi
init
flow
init flow doc
unit init flow
init flow
unit init flow
unit init flow
unit init flow
unit init flow
Pendapatan_ RT_ Lainnya ~ (Income_dari _ Berburu_Perikanan_PengumpulanYembuatan+Jncome_drYe rtanian_dan_Peternakan+lncome_ dr_ upah_royalti _dan_lain_lain) PendapatanRT _Lainnya ~ +dt*Pertambahan_Pendapatan_Lainnya Pendidikan ~ (486-2-264)/(686-159-92-78-51 )*INJT(JmlYddk_ dws) Pendidikan ~ -dt*krg_pendidikan +dt*tbh_pdidikan Pendidikan ~ Jumlah orang dewasa berpendidikan dibandingkan jumlah penduduk dewasa diambil dari data desa Irariitu I Tahun 1990 Pendidikan ~ ORANGTAHUN
Pinjaman = Pinjaman_awal Pinjaman ~ +dt*Penambahan_Pinjaman -dt*PembayaranYinjaman Populasi ~ Populasi_ awal
Populasi = +dt*Kelahiran -dt*Kematian -dt*Outmigrasi +dt*lnmigrasi Populasi ~ORANG Pot ABT~O Pot- ABT ~ +dt*Penam- Pot ABT -dt*Peng_Pot_ABT Pot ABT~MJ Potensi ANP ~ 0 Potensi_ANP ~ -dt*Pngurangan_Pot_ANP +dt*Pnambahan Pot ANP Potensi ANP ~ M3 Potensi_M3 _pd_Ht_Primer ~ HUT AN_PRIMER*Vol_awal Potensi_M3 _pd_Ht_Primer ~ -dt*Pengurangan_Potensi_HP +dt*Suksesi- dari - LOA +dt*Perturnbuhan- Potensi- HP Potensi _ M3 _pd_Ht_Primer ~ M3 Rekening~o
aux
Rekening ~ -dt*Pengambilan +dt*NilaiYenjualan Biaya_Terbayar ~ Kewajiban _Bayar/Waktu_pembayaran
aux
Depresiasi = IF(TIME<~T ahun_ Akhir_ Konsesi,(Nilai _lnv_ awal/Waktu_Depresiasi),O)
aux
Inmigrasi = Populasi*Fraksi_Inmigrasi
unit
Inmigrasi ~ ORANGffHN Investasi ~ IF(TIME
aux
114
doc aux
aux aux unit aux
unit aux aux unit aux
unit aux unit aux
unit aux aux aux
unit aux aux
unit aux
unit aux unit aux
aux
unit aux
unit aux
aux
unit
lnvestasi ~ Biaya Konstruksi Pabrik US$ 4.341.500 dan di ganti setiap 20 tahun Kas keluar =
IF(TIME<=Tahun_ Akhir_Konsesi,Investasi+Pajak+ Biaya_Terbayar+Pemba yaran_Pinjaman,O) Kas_ Masuk ~ Pengambilan+Penarnbahan_pinjaman Kelahiran = Populasi*Fraksi_Kelahiran Kelahiran ~ ORANG/TifN Kematian = Fraksi kematian*Populasi Kematian ~ ORANG/TifN Konversi.Lahan ~ IF(TIME~Tahun_ Konversi,Luas_Konversi,O) krg_pendidikan ~ (Pendidikan/Umur_pendidikan_ dws )*Rata2_Lama_pend_org_dws krg_pendidikan ~ORANG TAHUN/THN Luasan_ Eksploitasi ~ IF{HUTAN_PRIMER>O,Produksi_rn3_per_th/Potensi_JTT_m3_per_ha,O) Luasan_ Eksploitasi ~ HA/THN Masuk_ski ~ Populasi*Fraksi_msk_ski Masuk ski ~ ORANG/TifN Mati- Alami ~HUT AN- PRIMER/Urnur Mati Alami ~ HA/THN Net_profit~ Nilai _penjualan-Depresiasi-Kas_keluar Nilai_penjualan ~ 1F(TIME>~INJT(TIME),Produksi _ Chips*Harga_ Chips,O) Outmigrasi = Populasi*Fraksi_outmigrasi Outmigrasi ~ ORANG/THN Pembayaran_Pinjarnan ~ IF(Pinjaman~O,O,Pinjarnan_awaVWkt_pbyrb) Penam Pot ABT ~ (Peralihan_ANP_ke_ABT*M3_pd_suksesi_permudaan)+Pertumbuhan_ABT Penam Pot ABT ~ M3/THN Penambahan ABT ~ ABT Penarnbahan ABT ~ HA/THN Penambahan- ANP ~ Mati-Alami+Penambahan- AK Penarnbahan ANP ~ HAITHN Penambahan_ Biaya ~ Biaya_Pembibitan+ Biaya_Penanaman+Biaya_Penbangan_Transp_Muat+ Bia ya_produksi_Chips+Biaya_ Administrasi Penambahan effort = Biomassa*Effort_Perusahaan*Fieksibilitas*Harga_ Udang*Catchability Penarnbahan effort~ HAULING/TifN Penambahan_ KH ~ (Kualitas_ Hidup_potensiaiKualitas_hidup)/Wkt_pnabhan_KH Penarnbahan- KH ~UNIT KUALITAS HIDUP/THN Penambahan_Kinetja = Faktor_intemai*Gangguan_ Ekstemai*Peningkatan_ Kineija Penambahan KSDM ~ IF(Trend_ K.lneija
115
aux
aux unit aux unit
aux aux
unit aux unit
aux unit
aux unit aux unit aux unit aux
aux unit aux unit aux unit
aux unit
aux unit aux
unit aux unit aux
aux
Penambahan_Pinjaman ~ PULSE(Pinjaman_awal,INIT(TIME)+21 00,20) Penangkapan ~ Blomassa*Etfort_Perusahaan*Catchability*Fraksi_waktu_tangkap Penangkapan ~ KGtrHN Peng_pot_ABT ~ Suksesi_dari_LOA Peng_pot_ABT ~ M3trHN Pengambilan ~ Rekening!Wtk_Pengambilan Pengurangan_Effort ~ lF(TIME:=Waktu_pengendalian_penangkapan,(lF(CPUE<~5,Effort_perusa haan,((Fleksibilitas*Biaya_per_hauling*Effort_Perusahaan*Ef_CPUE_jJd_ E ffort )+(Fleksibilitas*SANK)))),( (Fleksibilitas*Biaya_per_hauling*Effort_Pe rusahaan*Ef_CPUE_jJd_Effort )+(Fleksibilitas*SANK))) Pengurangan Effort~ HAULINGffHN Pengurangan_Kin_Kar ~ Kinetja_Karyawan!Waktu_pengurangan_ kineija Pengurangan_Kin_Kar ~UNIT KINERJAtrHN Pengurangan_KSDM ~ Kualitas_ SDM/Umur_penggunaan Pengurangan_ KSDM ~UNIT KUAL!TAS SOMBER DAYA MANUSIAffHN Pengurangan_Potensi _HP = Produksi_m3 _per_th+ Potensi_Mati _A1ami Pengurangan_Potensi_HP ~ M3trHN Peralihan- ANP- ke- ABT ~ AREAL_NON_PROD_DAN_KOSONG/Waktu_Permudaan Peralihan- ANP- ke- ABT ~ HAtrHN Peralihan- ke- HP ~ AREAL- BEKAS- TEBANGAN/Waktu- ABT Peralihan ke HP ~ HArrHN Pertambahan_Pendapatan_Lainnya ~ Pendapatan_ RT_ Lainnya*inflasi perturnbuhan ~ Biomassa*Constanta_tumbuh*Fraksi_tumbuh*Efek_lingkungan pertumbuhan ~ KG/THN
Pertumbuhan- Potensi- HP = HUTAN_PRIMER*(Constanta_Turnbuh_HP*Klim_grwth_multitud_2) Perturnbuhan- Potensi- HP ~ M3trHN Pnarnbahan_Pot_ANP ~ Pertumbuhan_permudaan_jJd_ ANP_ K_ 2 Pnambahan Pot ANP ~ M3/THN Pngurangan_Pot_ANP ~ Potensi_ANP/Waktu_Permudaan Pngurangan Pot ANP ~ M3ffHN Suksesi_dari_LOA~ Peralihan_ke_ HP*M3 _pd_suksesi_ABT Suksesi- dari- LOA~ M3ffHN tarnal~ DELA YMTR(Masuk_ski ,Lama_sekolah,3,Masuk_ski) tarnal~ ORANGtrHN tbh_]Jdidikan ~ Lama_sekolah*tamat*( !-Ratio_DO) tbh_]Jdidikan ~ORANG T AHUNffHN ABT ~ Luasan_Eksploitasi*Fraksi_Luasan __ABT_2 Ac PSDH~ GRAPH(TIME, 1988,1,[0, 118068000,726871641,723118727,322115640,539 450204,1307606895,1660876000,1342786158,1203220079' 1355113963,415 468023,956983269,1505021379,1469581528,1444349428, 1290365688"Min :O;Max: I"])
116
aux
aux
aux
aux
aux
Actual_Harga_Chips_88_04 ~ GRAPH(TIME,I989,1 ,[33.33,33.33,35.93,34.16,32.9,34.11 ,40.4,38. 76,37.43 ,30.5,28.88,23.68,31.83,29.91 ,29.81 ,35.16"Min:O;Max: 1"]) Actual_Kompensasi_Hak_Ulayat_88_04 ~ GRAPH(TIM£,1988, I,[ 15450000,25200000,1815710 I ,35275257,50380248, 52365753,56006754,43607253,37591503,40749996, 15374997,40208892,19 197840,75298930,56953280,91702120,85822760"Min: IOOOOOO;Max: I 0000 OOOO;Zoom"]) Akses_ke_Pusat_Pelayanan_Kesebatan = Efek_Jumlah_Puskesmas*efek_PDRB_thd_Upaya_ Masy_Menjangkau_Pusa t_Pelayanan~KESEHA TAN_I Aktual- Luas- 88- 04 ~ GRAPH( TIME, 1988,1,[494, 1139,290,493,1703.84,2014.5,1232,2140,1464,1 552,1008,543,526,1 090,593.5,958,980"Min:O;Max:2500"]) Aktual- Produksi- 88- 04 ~ GRAPH(TIME,1988, I,[49321.07, I 09018.2,28122.88,52359.87,154576.6, 16 7684.1,167738.9,195459.8,143007.4,145428.3,119274,62505.78,67014.82,1 07295.3,56953.28,91702.12,85822. 76"Min:O;Max:200000;Zoom"])
aux
Aktuai_Tangkap~
aux aux
aux
GRAPH(TIME,l988,1 ,[76152,88869,1 03711,121030,141242,164830,19235 6,224480,261968,305717,356771 ,416352,485883,567025,661719,772226,90 1187"Min:O;Max:l"]) Auxiliary_50 ~ Kineija_yang_diingiakan-Kineija_Karyawan Bantuan_ke_masyarakat_diluar_kewajihan ~ (Frekwensi _Permintaan_Bantuan*Rata2_ bantuan_per_kunjungan)/Kurs _rupi ah Besar_denda_pertrip ~ IF(TIME<~F_Time,FN,FP)
aux
Biaya_Administrasi = !F(TIME<~Tahun_ Rotasi _ T ebang,(Nilai _Penjualan*Fraksi_Biaya_ Administ
rasi)+Bantuan_ke_masyarakat_diluar_kewajiban,O) doc
aux
Biaya_Administrasi ~ 20% dari basil penjualan (termasak perlindungan hutan, observasi, PMDH dll) juga biaya pemasaran (Inoue menyebutkan US $ 1459200 untuk produksi 184.000 ton chips per tahun) Biaya_Pembibitan = IF(TIME<~Tahun_ Akhir_ Konsesi,Pengadaan_bibit_utk _penyulaman+Pemb uatan_Pesemaian+Pengadaan_ bibit,O)
aux
Biaya_Penanaman = Penanaman+Penyulaman
aux
Biaya_Penbangan_ Transp_Muat = Biaya_Penebangan_dan_Pembuatan_ Chips+biaya_ silvikultur_per_thn Biaya_Penebangan_dan_Pembuatan_Chips~ IF(TIME>~JNIT(TIME) AND TIME <~Tahun_Akhir_Konsesi,817929,0) Biaya_Prodaksi_Chips ~ IF(TIME<~Tahun_ AkhirKonse si, Oprasional_Pabrik+Pemuatan_ chips,O) biaya_silvikultur_per_thn ~ IF(TIME>~INIT(TIME) AND TIME<~T ahun_ Akhir_ Konsesi,20632,0) CPUE ~ Biomassa*Catchability Dana_Pendidikan = IF(TIME0=2004 ,(Produksi_m3 _per_th*Tarif]MD H_per_m3)/Populasi,O)
aux aux aux aux aux
117
aux aux doc aux
aux
aux aux
aux
aux
aux
aux
aux
aux
aux
aux
aux
aux
Dana_PMDH ~ Nilai_Penjualan*Fraksi_Biaya_PMDH*Kurs_rupiah Dana_Reboisasi ~ IF(TJME:=INIT(TIME) AND TIME <~Tahun_ Akhir_ Konsesi,(l2000/Kurs_rupiah )*Produksi_m3 _per_th,O) Dana_Reboisasi ~ Dana Reboisasi Kewajiban yang barns dibayar oleh IUPHHK pada pemerintah berdasarkan volume produk ~ Rp. 12.000/m3 Data BPS ~ GRAPH(TIME, 1988, I,[5521 ,5923,6354,6834,7128,6702,6722,6811,9304,99 66, I 0161, I 044 2, I 0874,12402.75,14441.08,15969.83, 16989"Min:O;Max: 170 OO;Zoom"]) Ef award ~ GRAPH(actual_award/Normal_award,O,O.J,[O,O,O.O 1,0.02,0.07,0.17,0.57,0.8 4,0.96,0.98,1 "Min:O;Max: I"]) Ef_CPUE_pd_Effort ~ GRAPH(CPUE,0,5,[4,4, I, I, I, I, I, I, I, I "Min: I;Max:4;Zoom"]) Ef- GAP- thd- Wkt ~ GRAPH( GAP_KH/GAP_ awal,0,0.2,[1.82, 1.68, 1.38, 1.35, 1.28,1.14, 1.02,0.93 ,0. 77 ,0. 73,0. 62"Min:O;Max:2;Zoom"]) Ef- Job- Placement~ GRAPH(Jumlah_Posisi!Personil_tersedia,O,O.l,[O.Dl,0.04,0.08,0.1 ,0.16,0.28, 0.54,0.86,0.96, I ,I "Min:O;Max:2;Zoom"]) Ef_KH_thd_Keberlangsungan_JUPHHK ~ GRAPH(Kualitas_hidup/Kualitas_Hidup_ Awal, I ,0.1 ,[1, 1.032, 1.054, 1.072, I. 086, 1.094, 1. 10 I, 1. 106, 1. 108,1.1 09,1.111 "Min: I ;Max: 1.2;Zoom"]) Ef- KH- thd- Permintaan- Bantuan ~ GRAPH(Kualitas_hidup,l5,0.1,[45. 7,44.3,41.8,39.6,36.6,34.1,31.1,28. 7,27.4 ,26.6"Min:20;Max:50;Zoom"]) ef_kinerja_kary_thd_ekspl ~ GRAPH(Kinerja_Karyawan!Kinerja_ Karyawan_awal,O. 5,0. 05,[0 .51 ,0. 57,0 .6 5,0. 78,0.88,1 "Min:O;Max: I"])
Ef_Kinerja_Posltif= GRAPH(Trend_ Klnelja,O,O.l,[ I, 1.03, 1.06, 1.12, 1.21, 1.31, 1.5, 1. 71, 1.89, 1.97, 2"Min:l;Max:2"]) Ef_KSDM_thd_Kinerja ~ GRAPH(Kualitas_ SDM/KSDM_yang_diinginkan,O,O.J ,[I, I. 0 I, I. 02, I. 03, I. 0 6,1.09, 1.18,1.29, 1.47, 1.66, 1.83"Min: I;Max:2"]) Ef_Pendaptan_thd_DO ~ GRAPH( (Pendapatan_perkapita_ ratarata+Dana_Pendidikan ),0, I 000000,[0. 7 8,0.41,0.3,0.25,0.19,0.16,0.12,0.11,0.09,0.08,0.08"Min:O;Max: l "]) Ef_Pendidikan_thd_DO ~ GRAPH(Rata2 _Lama_pend_org_dws,O, I ,[0. 63 ,0.56,0. 48,0. 42,0.3 7,0.29 ,0.2 5,0.21 ,0.14,0.11,0.11 "Min:O;Max: l "]) Ef_Penyels_Pek_ sesuai_Job_Deskription ~ GRAPH(Actual_Job/Job_ Deskription, l ,0. l ,[ l, l, l ,0. 99 ,0. 86,0.4 7,0.34,0.28,0. 21,0.17,0.14"Min:O;Max: l ;Zoom"]) Efek- Diktat- thd- SDM ~ GRAPH(Frekwensi_Diklat!Diklat_Yang_diharapkan,O,O.l ,[0.13,0.25 ,0.52,0. 7,0.87,0.96, I, l, I, I, l "Min:O;Max:l "])
118
aux
aux
aux
aux
aux
Efek_ Eksploitasi ~ ef_ kineija_ kary_thd_ ekspi*Faktor_ TK_Borongan*Faktor_Peralatan*Ef_KH _ thd_ Keberlangsungan_TUPHHK Efek Fasilitas ~ GRAPH(Ketersediaan_Fasilitas/Normal_Fasilitas,O,O.I ,[0.23,0.24 ,0 .27 ,0.34, 0.41,0.5,0.68,0.85,0.94, I "Min:O;Max: I"]) Efek_gap thd WPK ~ GRAPH(gap_ratio,O,O.I ,[I, 1.1, I. 09, 1.2, I. 49, I. 97,2. 91 ,3. 55,3.83,3 .97,4"Min: I;Max:4"]) Efek_JTT_pd_Jmi_Tenaga_Borongan ~ GRAPH(Jatah. Tebang_Tahunan,50000, I 0000,[111, 133,156,178,200,222,24 4,267,289,311,333,3 56,378,400"Min: I OO;Max:400;Zoom"]) Efek- J umlah- Puskesmas ~ GRAPH( ratarata_ cakupan_ efektif_per_puskesmas/(Luas _ Wilayah_ Babo/Ju mlah_pUSKESMAS),0,0.1,[0.52,0.66,0. 79 ,0. 9, I "Min:O;Max: I ;Zoom"])
aux
Efek_Kineija_Negatif~
aux
GRAPH(Trend_Klneija,O,O.I ,[0,0.0 I ,0. 03,0. 05,0 .II ,0.22,0. 46,0. 73,0. 89 ,0. 97 , I "Min:O;Max: I"]) Efek_lingkungan ~ GRAPH(Potensi_Mangrove_di _ Teluk_ Bintuni/Potensi _ Hutan_A wai,O, I ,[0. 6, I, I. 4, I. 8,2"Min:O;Max:2;Zoom"])
aux
aux
aux
aux doc
aux
unit aux
aux
aux aux
efek_pDRB_thd_Upaya_Masy_Menjangkau_Pusat_pelayanan_KES EHATAN I~ GRAPH(Pendapatan_perkapita_ratarata/PDRB _ Awal, I ,0. 5,[0. 832,0. 85 ,0. 87 4,0. 926, I, I. 032, I. 055, I. 063, I. 068, I. 076, I. 074"Min:O. 6;Max: 1.2;Zoom"]) Efek_Pendapatan_ thd_Fraksi_Imnigrasi ~ GRAPH(Pendapatan_perkapita_ratarata/Initial _pendapatan_per_kapita, I, I,[ 1,1, I, 1.06, 1.13"Min:O;Max:2"])
Efek Punishment= GRAPH(Pemberian_ Sanksi/Jumlah_Pelanggaran,O,O.I ,[0. 03,0. 04,0. 04,0. 05, 0.08,0.1,0. 13,0.21,0.28,0.45, I "Min:O;Max: I ;Zoom"]) Effort_Lestari ~ Biomass_max*.5/(Biomass_ max*Catchability) Effort Lestari ~Effort lestari pertahun di asumsikan 1/2 kali Biomassa yang ada. Faktor internal= IF(TIME>=Tahun_perbaikan_ kineija, I ,(Ef_award*Ef_Job _Piacement*Efek _Fasilitas*Efek_Punishment*Dukungan_ Aparat_Bikrokrasi)) Faktor internal~ UNIT KINERJNTHN Faktor Peralatan = GRAPH(Alat_Yang_beroperasi/Jumlah_ Alat,0,0.25,[0,0.25,0.5,0. 75,1 "Min: O;Max:l"]) Faktor_ TK_ Borongan = GRAPH(Maksimal_tebangan/Jatah_ Tebang_T ahunan,O,O .25 ,[0,0.25 ,0.5 ,0. 75 ,I "Min:O;Max:l "]) Fraksi_Biaya_Administrasi ~ ((20-0.370.37)%)+Fraksi_Biaya_PMDH+Fraksi_Dana_Hak_Uiayat Fraksi_Biaya_pMDH ~ Tarif_PMDH_per_m3/(30*1.14*Kurs_rupiah)
119
aux
Fraksi_Dana_Hak_Uiayat ~ (IF(TIME>~Thn_Pernbahan_Tarif_HU,Tarif_HU_per_m3_pernbahan,Tarif
doc aux aux aux
doc
aux
aux aux aux
aux aux aux aux
doc
unit aux aux dO'c aux doc aux doc aux doc
_HU_per_m3))/(30*1.14*Kurs_rnpiah) Fraksi_Dana_Hak_Uiayat ~ I Ton Chips setara dengan 0.877 M3 kayu atau I m3 ~ 1,14 ton Fraksi_lnmigrasi ~ 0.045*Efek_Pendapatan_thd_Fraksi_lomigrasi Fraksi_Luasan_ ABT_ 2 ~ I -Fraksi_Luasan_ANP Fraksi- msk- ski ~ IF(~Thn_ Kebijakan_ Sektor_Pendidikan,Fraksi_siswa_ masuk _ sekola h,( JML_siswa_ SD/Populasi_awal)) Fraksi_msk_skl ~ rata-ratajumlah anak yang masuk sekolah terhadap populasi
Fraksi- Realisasi- Luas = GRAPH(TIME, I 988, 1,[0. I 717663,0.3960362,0.1008345,0.1714186,0.59243 39 ,0. 700452,0.4283727,0.744089,0.5090403,0.53963 84,0.3504868,0.188803 9,0.1828929,0.3789986,0.206363,0.3331015,0.340 751 "Min:O;Max: 1"]) Fraksi- tumbuh = 1-Biomassa/Biomass- max Frekwensi_Pennintaan_ Bantuan = Ef_ KH_thd_Permintaan_ Bantuan Gangguan_ Ekstemal ~ GRAPH(Frekwensi _Permintaan_ Bantuan/Normal_permintaan, I ,0. I,[ 1,0.5,0. 17,0.06,0.02"Min:O;Max: 1"]) GAP_KH ~ (KH_Maksimum-Kualitas_hidup )/KH_ Maksimum gap_ratio ~ Kualitas_SDMJKSDM_yang_diinginkan Hak_ Ulayat ~ Produksi_m3 _per_th*Tarif_HU_per_m3 Hak_ Ulayat_sesudah_th_ 2004 ~ IF(TIME>~Thn_pernbahan_Tarif_HU,(Produksi_m3 _per_th*Tarif_HU_per _ m3 _pernbahan)/Rumah_ Tangga,(Produksi_m3 _per_th*Tarif_HU_per_m3)/ Rumah_Tangga) Hak_Uiayat_sesudah_th_2004 ~ Saat ini Kompensasi Hak Ulayat yang diberikan kepada Masyarakat per meter kubik mangrove yang tebang ialah Rp. 1000 Hak_ Ulayat_sesudah_ th_ 2004 ~ RPIM3 Barga_Chips ~ IF(TJME<~2004,Actuai_Harga_Chips_88_ 04,Harga_Chips_alt) lnvestasi_awal ~ PULSE(4341500,INIT(TIME),20) Investasi_awal ~ Biaya Konstruksi Pabrik US$ 4.341.500 dan di ganti setiap 20 tahun luran_awal_rotasi ~ PULSE(Luas_Konsesi*3,1NIT(TIME),20) Iuran_awal_rotasi ~luran IUPHHK wilayah Papua, NTB, dan NTT untuk ijin baru (20 tahun pertama) US$ 4, dan perpanjangan kedua US$ 3 luran HPH ~ IF(TIME <~INIT(TIME)+ 20,1uran_ awal_rotasi,luran_ Rotasi _ berikut) luran_HPH ~luran IUPHHK wilayah Papua, NTB, dan NTT untuk ijin barn (20 tahun pertama) US$ 4, dan perpanjangan kedua US$ 3 luran_Rotasi _ berikut ~ PULSE(Luas_Konsesi*3 ,INIT(TIME),20) luran_Rotasi_berikut ~ luran IUPHHK wilayah Papua, NTI3, dan NTT untuk ijin barn (20 tahun pertama) US$ 4, dan perpanjangan kedua US$ 3
120
aux
aux aux unit aux doc
aux
aux aux aux aux
aux aux
aux aux
aux aux
aux
aux aux aux
Jatah_Tebang_Tahunan ~ IF(TIME<2005,(Potensi_JTT_m3 _per_ha*Fraksi_Realisasi_Luas*Rata2_1ua san),(Potensi_JTT_m3 _per_ha*Fraksi_Realisasi_Luas*Rata2_1uasan)) Jm1_Pddk_ dws ~ Populasi*fraksi_pddk_ dws JTT- 1988- sd- 2004 ~ GRAPH(TIME, 1988, l ,[99.84,95. 71,96. 98, 106.21,90. 72,83.24, 136.15,91.34, 97.68,93.7,118.33,115.11,127.4,98.44,95.96,95.72,87.57"Min:O;Max 1"]) JTT- 1988- sd- 2004 ~ M3 Jumlah- bibit ~ 2500/2*Penambahan- ANP Jumlah_bibit ~ Jumlah Bibit adalah 2.500 bibit dikali jum1ah areal penanaman * 50% Jumlah PUSKESMAS ~ IF(Tahun_Akhir_Konsesi>~2047 ,Pertam bahan_ Puskesmas_ bertahap,IF(TJ ME<=Tahun_Penambahan_Puskesmas,Puskesmas_awal,Puskesmas_awal+P enambahan Puskesmas)) Kinerja_yang_diinginkan ~ Kinerja_Karyawan*Ef_KSDM_thd_Kinerja K1im_grwth_ multitud_ 2 ~ 1-(Potensi_per_ ha_ HP/Density_ HP) Kualitas_lhdup_Potensial ~ (Kualitas_Kesehatan+ Kualitas_Pendidikan+ Pendapatan )*KH_Maksimum Kualitas Kesehatan ~ ((AHH_manokwari* Akses_ke_Pusat_pelayanan_Kesehatan)/ AHH_Maks )*b obot ksehatan Kualitas._Pendidikan (Rata2_Lama_pend_org_dws/Lama_ Sekolah_Maks )*Bobot_Pendidikn Kualitas- SDM- awal ~ (( l/3 *Ef_Penyels_Pek_sesuai_Job_Deskription )+( 1/3 *Efek_Diklat_thd_ SD M)+( 1/3 *Tingkat_Pendidikan_Kary) )*1 00 Lama_sekolah ~ (Koef_lama_ studi *lama_sekolah_dr_tkt_pendidilan)+(( lKoef_lama_ studi)*Lama_sekolah_ dr_pendapatan) Lama_seko1ah_dr_pendapatan ~ GRAPH(Pendapatan_perkapita_ratarata,0,2000000,[0,4. 7,5 .4,7. 9,9 .8, 10.5, 11 ,l1.2,11.6,11.7,12"Min:O;Max: 15"]) lama_sekolah_dr_tkt_pendidilan ~ GRAPH(Rata2_Lama_pend_org_dws,O, 1,[0,6,9, 10.5,10. 7,1 0.9, 11.3, 11.5, 11. 6,11.6, 11.6"Min:O;Max:l5"]) Luas- Total - Hutan ~ AREAL- BEKAS- TEBANGAN+AREAL- NON- PROD- DAN- KOSONG+ HUTAN PRIMER Maksimal tebangan ~ (Efek_JTT_pd_Jml_Tenaga_Borongan/Ratarata_org_perregu)*Kemampuan _Tebang_Per_regu_per_tho Mati_alarni_per_hektar ~ Potensi_Mati_Alami/HUTANYRIMER Net_Present_Value~ NPV(Net_Pmfit,r) Oprasiona1_Pabrik ~ IF(TIME>INIT(TIME) AND TIME<~Tahun_Rotasi_Tehang,303905,0)
doc
Oprasional_Pabrik ~ Biaya pemeliharaan pabrik terdiri dari pemeliharaan pabrik~ US$ 217.075 dan peralatan ~US$ 86.830
121
aux
Pajak~ IF(TIME<~Tahun_Akhir_Konsesi,Dana_Reboisasi+1uran_HPH+Provisi_SD
aux doc aux aux
aux aux doc
aux
aux
H,O) Pembuatan_Pesemaian ~ PULSE(l791,1N1T(TIME),20) Pembuatan_Pesemaian = Biaya Pembuatan Sarana Pesemaian setiap 20 tahun ~US$ 1.719 Pemuatan_chips ~ IF(TIME<~Tahun_Rotasi_Tehang,120000,0} Penambahan AK ~ IF(TIME>1988,Luasan_ Eksp1oitasi*Fraksi_Luasan_ ANP ,Penanaman_1988 _sd_2004) Penambahan_Kualitas ~ (KSDMyang_diinginkanKualitas_ SDM)/Waktu_Penambahan_KSDM Penanaman ~ IF(TIME>~lNIT(TlME)+ 3 AND TJME<~Tahun_Rotasi _ T ebang,((270 1/242527)*Jum1ah_bib it ),0) Penanaman ~ Biaya Penanaman. Diasumsikan dari (US$ 27011242527 bib it) ka1i jum1ah bibit Penanaman- 1988- sd- 2004 ~ GRAPH(TIME,!988,1,[0,9,163,85,28,87 ,80,16,274 ,330,322,255,1 00,136,18 0,129,114"Min:O;Max:400;Zoom"]) Pendapatan ~ (Pendapatan_perkapita_ratarata/PDRB_per_kapita_ maks )*Bobot_pendapata n
aux aux aux
doc aux
aux aux doc aux doc aux aux
aux
Pendapatan_per_kapita ~ Pendapatan_Rumah_Tangga/Popu1asi Pendapatan_per_Rumah_ Tangga ~ Pendapatan_RT_Lainnya+Pendapatan_RT_ dari _Hak_ U1ayat Pendapatan_perkapita ratarata ~ DELAYJNF(Pendapatan_per_kapita,Waktu_ merata2kan_Pendapatan_perka pita,1,240 185.13) Pendapatan_perkapita_ratarata ~ PDRB PER RUMAH T ANGGA 1988 ~ (1172517+ 48646.88 (dr Hak U1ayat per Rumah Tangga)) Pendapatan_ R T_ dari _ Hak_U1ayat ~ IF(TJME<~2004,Actua1_Kompensasi_Hak_U1ayat_88_ 04/Rumah_ Tangga,1 F(TIME<~Tahun_ Akhir_ Konsesi,Hak_U1ayat_sesudah_ th _2004 ,0)) Pendapatan_ Rurnah_ T angga ~ Pendapatan_per_Rumah_ Tangga*Rumah_ Tangga Pengadaan_bibit = IF(TTME>=INIT(TTME)+2 AND TIME<=Tahun_Rotasi _T ehang,(2259/242527)* J umlah_ bibit,O) Pengadaan_bibit = Biaya Pengadaan Bibit. Diasumsikan dari (US$ 2259/242527 bibit) kali jum1ah bibit Pengadaan_bibit_utk_penyu1arnan = IF(TIME>=lNIT(TIME)+ 2 AND TIME<~Tahun_Rotasi _ Tehang,0.2*Pengadaan_ bibit,O) Pengadaan_ bibit_utk_penyulaman ~ Biaya 1'engadaan bibit untuk penyu1aman 25% dari biaya pengadaan bibit untuk penanaman Peningkatan_Kinerja ~ MAX(O,((Kiner.ja__yang_diinginkanKiner.ja_Karyawan )/Waktu_Penyesuaian_ Kineija )+ Pengurangan_Kin_Kar) Peningkatan_Motivasi = Ef_Kinerja_ Positif"(Penambahan_ Kualitas+Pengurangan_ KSDM) Penurunan_ Kineija ~ Pengurangan_ KSDM*Efek_ Kineija_Negatif
122
aux
doc aux
doc
aux aux aux aux unit aux aux aux. aux unit aux
aux aux
Penyulaman ~ IF(TIME>~INIT(TIME)+4 AND TIME <~Tahun_ Rotasi_Tebang,Penanaman*.4,0) Penyulaman = Biaya penyulaman 25% dari perranaman Pertambahan_ Puskesmas_ bertahap ~ IF(TIME>~T ahun_Penambaban_ Puskesmas AND TIME~Tahun_Pena mbahan Puskesmas+ I 0 AND TIME~Tahu n- Penambaban- Puskesmas+20 AND TIME~Tahu n- Penambahan- Puskesmas+ 30 AND TlME~Tabu n_Penambaban_Puskesmas+50 AND TIME2004,Rata2_JTT,JTT_1988_sd_2004) Potensi_JTT_m3_per_ha ~ HA Potensl_mangrove_di_HPH = Pot_ABT+Potensi _ANP+ Potensi_M3 _pd_Ht_Primer Potensi_Mangrove_di_Teluk_Bintuni ~ Potensi_mangrove_di _HPH+((260000-86282)*250) Potensi_Mati_Alami = Mati_Alami*Potensi_per_ha_HP Potensi_per_ ha_ HP ~ Potensi_M3_pd_ Ht_Primer/HUTAN _PRIMER Potensi_per_ba_HP ~ M3/HA Potensi_Volume_ABT ~ (M3 _pd _suksesi_ABTO)*AREAL_BEKAS_TEBANGAN Produksi_Chips ~ Produksi_m3_per_th*.95*1.2 Produksi_m3 _per_th ~ IF(TIME <~Tabun_ Akhir_ Konsesi,Efek_ Eksploitasi* Jatah_ Tebang_Tahunan ,0)
123
Produksi _m3 _J)er_th ~ M3rrHN Produksi_udang ~ CPUE*Effort_Perusahaan Provisi_SDH ~ IF(TJME>~!NlT(TJME) AND TJME<~Tahun_ Akhir_ Konsesi,(8400/Kurs_rupiah)*P rnduksi_m3 _J)er_th,O) Provisi_SDH ~ Provisi Sumber Daya Hutan dahulu lliH~Iuran Hasil Hutan) doc yaitu Kewajib an yang harus dibayar oleh IDPHHK pada pemerint ah berdasar kan volume produk ~ Rp 7.000/ton kayu basah atau Rp. 8.400/m3 Rata2 JTT ~ aux Potensi_M3 _pd_ Ht_Primer/HUTAN_PRIMER *Efektif_volume Rata2 JTT ~ M3/HA unit Rata2 _Lama_])end_org_dws ~ Pendidikan!Jml_Pddk_dws aux Rata2_J)ertm_HP ~ aux GRAPH(TIME, !988, 1,[11.32, I 0 79, 10.25,9. 7,9.15,8.6,8.07, 7. 55, 7.05,6.56,6. 11,5.66,5.25,4.85,4.3,4.1 "Min:O;Max:I5;Zoom"]) Rata2 _J)ertumbuhan_ABT ~ GRAPHCURVE(TJME,I988,l,[0,-5.59,-4.42,aux 3.06,-!.6 ,0.11 ,1.35,2. 77,4.13,5.44,6.67,7.84,8.93,9.93,1 0.82, 11.62,12.29,12 85, 13.28, I 3.58,13. 77, 13.83, 13.79,13.65, 13.42, 13.11, 12.73,12.3, 11.83, 11.32, I 0.79,10.2 5,9.7,9.15,8.6,8.07,7.55,7.05,6.56,6.!1,5.66,5.25,4.85,4.4,4.1,3.8,3.6,3.1,2. 8, 2.8,2.6,2.5,2.4,2.2,2.1, 1.9,1.9,1. 7,1.6,1.6,1.4, 1.4,1.2, 1.1 ,1,0.9,0.8,0.8,0.8,0.6, 0.5,0.5,0.5,0.5,0.5,0.5,0.5,0.5,0.5,0.5,0.5,0.5,0.5,0.5,0.5,0.3,0.3,0.3,0.3,0.3,0. 3,0.3,0.3,0.3,0.1,0.2,0.2,0.2,0.2,0.2"Min:-6;Max:22"]) Rata2 _pertumb uhan_ANP _K ~ aux GRAPH( TIME,I9 88, I ,[0,10, I 0, 10,1 0, I 0, 10, I 0, 10, I 0, I 0,! 0, 10,1 0, I 0, 10,1 0, I 0,10,1 0,1 0,10,1 0,1 0, I 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0, I 0,1 0, I 0,1 0,1 0, I 0,10, 10,10,1 0,1 0, I 0, I 0,1 O"Min:O;Max:50;Zoom"]) Rata2_j)ertumbuhan_ANP_ K ~ M3/THN unit Rata2_siswa_J)er_ke1as ~ JML_siswa_SD/Jmlh_SD_awal/6 aux Ratio_DO~ (Koef_DO*Ef_Pendidikan_thd_DO)+((Iaux Koef_DO)*Ef_Pendaptan_thd_DO) Rumah_ Tangga ~ Popu1asi/Jiwa_J)er_ Rumah_ Tangga aux SANK~ IF(Selisih_ effort<9l ,O,SANK SI) aux SANKS!~ Besar_ denda_j)ertrip*Se1isih_ effort*TE TA aux Se1isih- effort ~ Effort- Perusahaan-Effort- Lestari aux
unit aux aux
aux
Tahun_Rotasi_Tebang = Tahun_Akhir_Konsesi
aux
Tarif_HU_j)er_m3 ~ GRAPH(TIME,1988, I ,[300,300,300,300,300,300,300,300,300,300,300,300, 600,600,1000,1 000,1000"Min:O;Max: 1100"]) thu ~ TIME Tingkat_Pendidikan_Kary ~ GRAPH(Aktual_tkt_])endidikan!Normal_tkt_J)endidikan,O,O.I,[0,0.41,0.65,0 .84,0.94,1,1 ,1,1, 1,1 "Min:O;Max: I"]) Trend_Kineija ~ TREND( Kineija_Karyawan,Wkt_Trend_KineJja,1) Waktu ABT ~ 1F(Rata2_J)ertumbuhan_ ABT<9l,40,M 3 _pd_ suksesi_ABT/Rata2 _pertumb u han_ABT) Waktu ABT ~ THN
aux aux
aux aux
unit
124
const
Waktu- Penambahan- KSDM ~ Efek_gap_thd_ WPK*wkt_normai_Penambahan_KSDM Waktu Pennudaan ~ !F(Rata2_pertumbuhan_ ANP_ K<9J,40,M3 yd_suksesiy ennudaan!R ata2Jl ertumbuhan_ ANP_ K) Waktu Permudaan ~ THN Wktynabhan _KH ~ Ef_GAP_thd_ Wkt*Wkt_Normal Ac DR~ I actual_award ~ 90% Actuai_Job ~ I AHH Maks~ 85 AHH manokwari ~ 65 Aktual_tkt_pendidikan ~ 75% Alat_Yang_beroperasi ~ 100% Biaya_per_hauling~ 35*1 Biaya_per_hauling~ Asurnsi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan I kali hauling dalam US $ Biomass_max ~ 4524000
unit
Biomass max = KG
aux
aux
unit aux
const const const canst const
canst canst const
doc
canst bobot ksehatan ~ I /3 canst Bobot_pendapatan ~ 1/3 const Bobot Pendidikn ~ 1/3
const Catchability ~ 0.035/4524 const Constanta turnbuh ~ 0.5 canst Constanta- Turnbuh- HP ~ 0.096 canst Density HP ~ 500 unit Density_HP ~ M3/HA
const Diktat_Yang_diharapkan ~ 2 const DukunganAp arat_Bikrokr asi
~
100%
const Efektif_volume ~ 0.7*0.8 Efektif_volume ~Volume efektifyang dapat diperoleh dari potensi yang ada doc dengan perhitungan Faktor Eksploitasi dan angka bentuk pohon canst F Time~ 2100 const Fleksibilitas ~ 0.001 canst FN~O const FP~ 1000 doc FP ~ Denda per kelebihan hauling per tahun dalam US $ const Fraksi Kelahiran ~ 0.04 canst Fraksi_kematian ~ 1/60 canst Fraksi- Luasan- ANP ~ 0.147 const Fraksi_outmigrasi ~ 10/5521 const Fraksiyddk_ dws ~ (486-2-264)/(686-159-92-78-51) const Fraksi_siswa_masuk_sekolah ~ 0.16102 canst Fraksi_waktu_tangkap ~ I canst Frekwensi Diklat ~ I const GAP_awal ~ INIT(GAP_KH) canst Harga_Chips_alt ~ 30 canst Harga_Udang~ 10
125
doc cons! const cons! const cons! cons! cons! cons! cons! cons! cons! cons! const cons! const const cons! cons! const cons! cons! const cons! cons! const cons! doc unit cons! unit cons! unit cons\ const cons! const doc const const const cons! const const cons! const
Harga_ Udang ~ Asumsi nilai jual per kg di Pasar Dunia ialah dalam US $ Income _dari_ Berburu_Perikanan_Pengumpulan_Pembuatan ~ 499800 Income_dr_ Pertanian_dan_Petemakan = 331800 Income_dr_ upah_royalti_dan_lain_lain~ 461100 inflasi = 5% !nit_Biomassa ~ 4524000 Initial_Pendapatan_per_ kapita ~ INIT(Pendapatan_per_ kapita) Jiwa_per_Rumah_Tangga~ 550/101 JML- siswa- SD ~ 889 Jmlh SD awal ~ 18 Job Deskription ~ I Jumlah Alat ~ lOO% Jum!ah_pelanggaran ~ 5 Jumlah Posisi ~ 50 Kemampuan_ Tebang_Per_regu_per_thn ~ 300*12 Ketersediaan_Fasilitas = 80% KH Maksimum ~ I 00 Kinerja_Karyawan_awal ~ INIT(Kinerja_Karyawan) Koef DO ~ I Koef- lama- studi = .5 KSDM_yang_diinginkan ~ lOO Kualitas_Hidup_Awal ~ INIT(Kualitas_hidup) Kurs_rupiah ~ 9000 Lama- Sekolah- Maks ~ 15 Luas_Konsesi ~ INIT(HUTAN_PRIMER) Luas Konversi = 1000 Luas_Wilayah_Baho ~ 9270 Luas_Wilayah_Babo ~ Luas Wilayah Distrik Babo menurut data SEL BUMWI. Luas_ Wilayah _ Babo ~ KM2 M3_pd_suksesi_ABT~ 100 M3 _pd_suksesi_ABT ~ M3/HA M3 _pd_suksesi_permudaan ~ 50 M3 _pd_suksesi_permudaan ~ M3/HA Nilai_lnv_awal ~ INIT(Investasi_awal) Nonnal_award = 100% Normal Fasilitas ~ I Normal Pennintaan = 24 Normai_Permintaan ~ Diasumsikan Kunjungan duakali per bulan masih dalam batas normal Normal_tkt_pendidikan ~ 100% PDRB_Awal ~ INIT(Pendapatan_perkapita_ratarata) PDRB_per_kapita_ maks ~ 50000000 Pemberian Sanksi ~ 4 Penambahan_Puskesmas = 0 Personil tersedia = 50 Pinjaman_awal ~ 6000000 Populasi_awal ~ 5521
126
const Potensi- Hutan- A wal ~ 260000*25 0 const Puskesmas awal = 2 Puskesmas _awal ~ Pada Tahun 1988 sampai saat ini (2005) Jumlah doc Puskesmas di Babo I unit, dan Polik PT BUMW! I Unit const r ~ 20% const Rata2_ban tuan_per_k unjungan ~ 500000 const Rata2 luasan ~ 2876 Rata2 _luasan ~ Areallaya k dieksploita si I 08.297 hektar untuk daur 30 doc tahun, atau rata-rata 8876 hektar pertahun. Areal ini setelah dikurang kawasan lindung, tegakan benih, litbang, koridor satwa Rata2 luasan ~ HA unit const ratarata_ca kupan_efe ktif_per_p uskesmas ~ 200 ratarata_ cakupan_ efektif_per_puskesma s ~ Asurnsi bahwa I Puskesmas doc efektifunt uk menjangka u wilayah seluas 200 km2 unit ratarata_ cakupan_ efektif_per_puskesma s ~ KM2 const Ratarata_ org_perreg u ~ 8 const Tahun- Akhir- Konsesi ~ 2007 Tahun_Ak hir_Konse si ~ Rotasi pertama berakhir tahun 2007 dan Rotasi ke doc dua pada tahun 2027. Rotasi setiap 20 tahun const Tahun Konversi ~ 0 const Tahun- Penambah an- Puskesmas ~ 2007 const T ahun_perbaikan_ kineija ~ 2100 const Tarif_HU_ per_m3_pe rubahan ~ 1000 const Tarif_PMD H_per_m3 ~ 1000
const TETA~.I const Thn- Kebijakan- Sektor- Pendidikan ~ 2100 const Thn- Perubahan- Tarif HU ~ 2006
const
Umur~250
const Umur- pendidikan- dws
const Umur_pengguna an const Vol awal ~ 200 unit const const const
const const const const const const const const spec spec spec spec
~
~
60
60
Vol awal ~ M3/HA W aktu Depresiasi ~ 20 Waktu_ merata2ka n_pendapat an_perkapita ~ 2 W aktu_pembaya ran ~ 1 Waktu_pengenda lian _penangka pan ~ 2 I 00 W ak
127
Lampiran 3. Diagram Alir System Dynamics
Diagram alir System Constructor ver 2,5d 1
Dynamics
menggunakan
software
Powersim
Konstanta_1
Level Sink
Source
Konstanta_2
Auxiliary
1.
LEVEL Level merupakan hasil akumulasi dari aliran dalam diagram alir dan
menyatakan kondisi system setiap saat. Dalarn konsep sistem, level dikenal sebagai state variable. Level dapat dibayangkan sebagai suatu bak air yang mengakumulasikan perbedaan air masuk dan air keluar. Dalam diagram alir system dynamics, level dilukiskan dengan simbol persegi panjang.
LEVEL
D 2.
RATE Rate
merupakan
suatu
aliran
yang
menyebabkan
bertambah
atau
berkurangnya suatu level. Rate terdiri atas rate masuk dan rate keluar. Rate
masuk akan menambah akumulasi di dalam suatu level dan dilambangkan
dengan symbol katup dan panah menuju level. Sedangkan, rate keluar
128
ditunjukkan dengan katup yang dihubungkan dengan panah menunjuk pada sink
RATE
SOURCE dan SINK
3.
Simbol awan (cloud) menunjukkan source dan sink untuk suatu material yang
mengalir ke dalam dan keluar suatu level.
SOURCE
SINK
INFORMATION LINK
4.
Aliran infonnasi dalam powersim dilambangkan dengan tanda panah yang tegas. Aliran ini merupakan penghubung antar sejumlah variabel dalam suatu system. Jika suatu aliran informasi keluar dari level, ia tidak akan mengurangakumulasi yang terdapat di dalam level tersebut.
S.
INISIALISASI
Tanda panah dengan gans terputus-putus menunjukkan inisialisasi atau penentuan nilai awal. Inisialisasi ini hanya berlaku pada tahun awal simulasi
1
Beberapa Software yang dapat digunakan antara lain Dynamo, Powersim, Ventana, Stella, dan
lain sebagainya. Namun konsep dasarnya adalah sama, dengan menggunakan bagan dan aliran yang dijelaskan pada bagian ini.
129
0'
------
KONSTANTA
6.
'
b
Level_3
VARIABELAUXILIAR Y Variabel auxiliary adalah suatu penambahan informasi yang dibutuhkan dalam merumuskan persamaan atau variable rate. Atau, dapat pula dikatakan
bahwa variable auxiliary adalah suatu variabel
yang membantu untuk
memformulasikan variable rate. Variabel auxiliary digambarkan dengan suatu lingkaran penuh.
Auxiliary_6 7.
PARAMETER(KONST ANTA) Konstanta adalah suatu besaran yang nilainya tetap selama proses simulasi. Konstanta dalam Powersim digambarkan dcngan symbol persegi belah ketupat.
<>
KONSTANTA 8.
DELAY Dalam menggambarkan delay dibutubkan penghubung panah bergaris yang menunjukkan delay dan panah sebagai aliran informasi, jika nilai awal delay
sama dengan variable input Jika nilai awalnya ditetapkan terlepas dari variable input, maka banya dibutubkan satu panah delay sebagai penghubung. Simbol ini akan muncul bukan hanya untuk mencari delay, tetapi juga untuk
instruksi tertentu, seperti: mencari rata-rata (SMOOTH dalam Bahasa Dynamo) dan mencari trend.
130
Siswa_Lulus Siswa_Masuk_Sekolah
Waktu_delay
9.
SIMBOL FUNGSI LEVEL
Fungsi yang berkaitan dengan mengenerate internal level. Antara lain DELAYINF, DELAYMTR, DELAYPPL, DERIVN, FORECAST, HIVAL, !NIT, INTEGRATE, LOVAL, NPV, SAMPLE, SAMPLEIF, TREND
® 10. SIMBOL FUNGSI WAKTU Symbol ini menunjuk.kan bahwa dalam variable tersebut terdapat instruksi yang menyangkut pilihan logical function, antara lain fungsi ATSTART, COSWAVE,
PULSE,
PULSEIF,
RAMP,
SECONDSTiflSRUN,
SECONDSTiflSSTEP, SJNWAVE, STEP, TIME, TIMECYCLE, TIMEIS
@ TIME_ 11. SIMBOL FUNGSI GRAFIK Dalam symbol ini, terdapat fungsi table yang juga dapat digambarkan dan bentuk grafik. Mencakup fungsi GRAPH, GRAPHCURVE, GRAPHL!NAS, GRAPHSTEP
8
TABEL
131
12. SIMBOL FUNGSI STOKASTIK
Meruapakan fungsi untuk angka random, antara lain EXPRND, NORMAL, POISSON. RANDOM
13. SIMBOL FUNGSI SIDE EFFECT
Merupakan fungsi efek samping, dalam suatu model antara lain ASSIGN, LIMIT, SHIFTCIF, SHIFTLIF, SOUND
14. SIMBOL LAINNYA
Bila mana terdapat dimbol dengan dikelilingi oleh kotak terputus, menandakan bahwa Ielah digunakan pada tempat lain, atau nilainya telah dicantumkan dan digunakan sebelumnya pada bagian lain dalam model.
D
LEVEL
t;;\
u
TABEL
~ ~
/'\'
M
DELAY KONSTANTA
((9\
~
TIME_
Jika suatu variable menggunakan banyak fungsi, symbol yang terlihat menurut tingkat prioritasnya fungsi pertama, fungsi side efek, fungsi level, fungsi waktu, fungsi graph dan stokastik
132
Lampiran 4. Prosedur statistik pengujian model Kemampuan suatu model dalam menirukan perilaku dunia nyatanya dapat dilaknkan penilaian secara kualitatif atau statistik. Uji kesesuaian model dilakukan dengan membandingkan antara perilaku model dengan perilaku sistem yang sebenarnya. Sedangkan untnk mengnkur tingkat kepercayaan terhadap model yang dibangun dalam mewakili perilak-u nyata dapat digunakan seperangkat uji
statistik. Untnk mengukur tingkat kesalahan dapat digunakan akar kuadrat rataan persentase kesalahan (Roof Mean Square Percenl Error! RMSPE). RMSPE
mengukur akar rataan kuadrat persentase perbedaan antara nilai basil simulasi dengan nilai sebenarnya. Besamya RMSPE dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sterman, 1984):
"
RMSPE
~
linL((St-At)/At]' t=l
dimana: RMSPE
~
St A, n
~
akar rataan kuadrat persentase kesalahan nilai simulasi pada waktu t nilai aktual pada waktu t jumlah pengamatan
Dengan menggunakan uji statistik ketidaksarnaan Theil (J'heil Inequality Statistic) untnk menentukan komposisi sifat kesalahan. Statistik ketidaksamaan Theil membagi rataan kuadrat kcsalahan (Mean Square Error! MSE) ke dalarn komponen yang menghitung nkur bagian-bagian kesalahan yang disebabkan oleh
ketidaksamaan bias {inequality bias proportion), ketidaksamaan varian (inequality covariance proportion).
Ketidaksamaan bias terjadi karena adanya perbedaan rata-rata nilai yang disimulasikan dengan nilai rata-rata aktual
Besamya kesalahan karena
ketidaksarnaan bias dihitung dengan rum us sebagai berikut:
133
uM
(S- A) 2 lin ~(St-At)2
dimana:
uM
s
~
A
~
s,
~
A, n
~
~
bagian MSE karena bias rata-rata nllal slmulasl rata-rata nilai aktual nilai simulasi pada waktu t nilai aktual pada waktu I jumlah pengarnatan
Ketidaksamaan varian terjadi apabila varian dari nilai hasil simulasi dan nilai aktual berbeda. Untuk mengukur bagian kesalahan karena varian digunakan hubungan berikut: (Ss- SA)
us
2
1/n ~(St-At)
2
dimana:
u' Ss SA
s,
bagian MSE karena varian standar deviasi nilai simulasi standar deviasi nilai aktual nilai simulasi pada waktu t nilai aktual pada waktu I -· jumlah pengarnatan
~
~
~
~
A, n
~
Ketidaksamaan kovarian terjadi apabila antara nilai simulasi dan nilai akiual
kurang berkorelasi. Besarnya bagian kesalahan karena kovarian digunakan hubungan sebagai berikut:
u
c
2(1-r)Ss SA ~
lin ~(St-At)2
dimana:
u" Ss SA
~
s.
A,
n
~
~
bagian MSE karena kovarian standar deviasi nilai simulasi standar deviasi nilai aktual nilai simulasi pada waktu t nilai aktual pacta waktu I jumlah pengarnatan
134
Rata~rata
nilai simulasi, rata-rata nilai aktual, standar deviasi nilai aktual, standar
deviasi nilai simulasi dan koetisien korelasi masing-masing dihitung dengan
rum us berikut:
S
~ 1/n LSt
A
~ 1/nLAt
2 1/n ~(St-S) (At- A) 2
r
Untuk menginterpretasikan hasil perhitungan uji ketidaksamaan Theil, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: a. Kesalahan karena bias diindikasikan dengan nilai UM yang besar, sementara 3
nilai U dan
if
kecil. Kesalahan karena bias dianggap berpotensi serius dan
biasanya terjadi dalam mengestimasi parameter. Kesalahan ini dikategorikan sebagai kesalahan sistematis antara model dengan kenyataan.
b. Kesalahan karena ketidaksamaan varian. Kesalahan ini juga merupakan kesalahan sistematis. Ada dua kasus dalam kesalahan ini, yaitu: I.
5 Jika nilai U mendominasi kesalahan, dengan nilai UM dan
lf
kecil,
berarti memiliki rata-rata yang sama dan korelasi yang tinggi, tetapijarak variansi rata-ratanya berbeda. Keadaan ini menunjukkan nilai simulasi dan
nilai actual mempunyai kecenderungan yang berbeda. Kesalahan ini merupakan kesalahan sistematis. 11.
Jika Us hesar, tetapi memiliki rata-rata yang sama (U~O) dan
if
kecil.
Kesalahan terjadi karena gangguan acak (random naz/;e) atau nilai actual
135 mempunyai
siklus
yang
berbeda
dengan
nilai
simulasi.
Untuk
menginterpretasikan kesalahan ini sangat ditentukan oleh tujuan menyusun model. Apabila model dibuat untuk menyelidiki pola siklusnya, maka kesalahan ini dikategorikan sebagai kesalahan sistematis. Akan tetapi
apabila tujuan membuat model untuk menganalisa perilaku jangka panjang, maka kesalahan ini tidak penting dan bersifat tidak sistematis. c. Kesalahan karena ketidaksamaan kovarian yang diindikasikan denan nilai Lf 5 yang besar, sementara nilai uM dan U kecil. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tiap-tiap titik (pomt by point) antara basil simulasi dengan data actual tidak sama meskipun model bisa dikatakan memiliki nilai rata-rata dan kecenderungan yang sama dengan nilai aktualnya. Nilai Lf yang besar merupakan indikasi teijadi gangguan (noise) dan pola siklus (cyclical modes) pacta data histories yang tidak dapat ditangkap oleh model. Kesalahan ini pacta
umumnya bukan merupakan kesalahan sistematis. Dalarn meningkatkan kepercayaan terhadap model, agar menghasilkan perilaku system seperti keadaan yang sebenamya, model yang ideal seharusnya memiliki 5 kesalahan yang sangat kecil dan terkonsentrasi pacta Lf dan U . Namun dari semua uji statistik tersebut, penentuan signifikansi dan tingkat toleransinya
tergantung pacta tujuan model tersebut dibuat, dan juga karakteristik datanya.
136
Lampiran 5. Transkrip Wawancara
Transkrip Wawancara 1. Responden : MARINO Jabatan/Pekerjaan :
Wakil Manajer Forestry (PMDH) Hari!fanggal : Jumat, 17 Maret 2005 Waktu:
09.00 WIT sampai selesai Tempat :
Forestry Office
Pewawancara Bapak sudah berapa lama kerja di PT BUMWI? Responden Saya kerja disini dari tahun 1995, tepatnya bulan Februari cuman dulu saya banyak domisili di Babo, jadi tidak di kantor, kesini mungkin ada urusan-urusan, karena disana waktu itu ada pembuatan demplot pertanian, kemudian demplot tanaman buah, untuk masyarakat, karena masyarakat bukan orang tani, juga ada pembinaan-pembinaan lain seperti perikanan. Namun setelah tahun 2000, masyarakat punya kehendak lain, jadi dana pemberdayaan nggak bisa lagi untuk hal-hal seperti itu. Walaupun ada, itupun program fisik, sekali-sekali, dan saya turunnya tidak selalu. Apalagi kalau pekerjaan itu nanti dikerjakan oleh mereka sendiri (masyarakat). Sejak tahun 2000 saya lebih banyak disini sehingga, sedikitnya saya banyak tahu tentang pekerjaan-pekerjaan di lingkungan . . . terutama di lingkungan kantor Divisi Forestry ini Pewawancara Terkait P:MDH (Pembinaan Masyarakat Desa Hutan) menarik, bahwa sejak 2000 keinginan masyarakat sudah berubah, apakah mereka menginginkan dalam bentuk uang cash? Responden Sebenamya arahnya bukan begitu, tetapi kadang kala, mengarah kesitu, cuman kita berusaha untuk tidak memberikan secara cash, karena aturan memberikan petunjuk begitu, cuman kalau terpaksa, seperti mereka minta dana beasiswa, kita berikan cash, atau dana pendidikan kita berikan cash Pewawancara Kalau dana beasiswa, diberikan langsung ke masyarakat atau dibayarkan lewat sekolah?
137
Responden
Pewawancara
Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden Pewawancara Responden
Pewawancara Resoonden
Kalau dulu, langsung ke sekolah anak siswa bersangkutan, kadang melalui tabanas, dan juga langsung. Tapi setelah tahun 2000 itu, mereka begitu butuh datang kesini ribut, padahal setelah 2000 itu PMDH dalam masalah. Masalahnya demikian, PMDH itu kan diperuntukkan bagi masyarakat desa kan, atau kampung isitilahnya sekarang. Tetapi masyarakat adat, menginginkan PMDH itu untuk mereka, sementara Hak Ulayat sendiri sudah ada. Jadi Hak ulayat ada, dan mereka juga mengklaim dana itu. Ketika kita berusaha pecahkan melalui LMA, Pemerintah, kita tidak pernah dapat jalan, jalannya selalu buntu. Sampai tahun 2004 yang lalu, ada salah satu tokoh masyarakat Warganusa mengusulkan agar masalah ini biarlah masvarakat sendiri vang menvelesaikan. Jadi ada upaya yang dilakukan untuk mempertemukan masyarakat untuk menyelesaikan oermasalahannva sendiri? Jadi usulnya beliau, namanya Pak Mosman Alkatiri, warga Warganusa, mungkin dalam waktu dekat kesini, mengusulkan kita temukan masyarakat dengan masyarakat, kita ajak bicara, musyawarah lah namanya. Yaa karena usulnya! beliau yang mengusulkan, akhimya kami gunakan dia sebagai penghubung antara masyarakat dan masyarak:at Jain, kemudian kita minta supaya bisa dilakukan pertemuan dimaksud. Jadi sebelum tanggal 24 Juni 2004, masyarakat melakukan musyawarah, dan puncaknya pada tanggal 24 Juni 2004. Jadi masalah dari tahun 2000 sampai 2004, dapat diselesaikan pada waktu itu (24 Juni 2004), Jadi selama kurun waktu itu (2000-2004) kegiaan PMDH jalan tapi tidak sebagaimana mestinya. Masalahnya kalau masyarakat mendengar kita pelakukan kegiatan di satu kampung, masvarakat datang menahentikan kegiatan oerusahaan Artinva masvarakat mau semua kamnung danat kegiatan Misalnya menebang diarealnya dia, semua itu untuk dia!kampung dimaksud, dan bukan untuk orang lain lagi, padahal aturan PMDH bukan begitu Mungkin bisa dibuat demikian, taoi bertahao atau bergjliran? Kalau tahun-tahun sebelumnya, sesuai studi diagnostik, kita punya 4 desa binaan, tetapi tinggal 3 desa karena I desa diambil alih oleh PT Ukira Sari. Itu kalau kita mengacu pacta aturan Pemerintah. Desa itu Simuri, Irarutu Ill, dan Warganusa I Seiak kapan? Sejak awal atau sesuai studi diagnostik Kalau rekap bantuan PMDH boleh saya peroleh? lnsya Allah karena sebagian sudah saya rekap, dan juga kalau tidak salah dalam RKT (Rencana Karya Tahunan), kalau tidak salah ada realisasi kegiatan PMDH. Tapi kegiatan PMDH belum beljalan sejak HPH ini beljalan, dan mulai berjalan pacta tahun 1992/1993 Bagaimana pelaksanaannya? Padatahun 1992 sarnpai 2000, kita pada waktu itu mau
138
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden -
melakukan musyawarah dikampung itu sulit, jadi dalam membuat rencana, kita saat itu hanya koordinasi dengan tokoh, dengan masyarakat, mungkin kita tatap muka, mendengar yang lebih dominan permintaan mereka. Pada tahun 1999/2000, pernah saya upayakan menggunakan LKMD, tetapi gaga! dan tidak mendapatkan basil Maksudnya keinginan masyarakat yang dominan pada setiap 3 desa itu? Jadi contohnya di Simuri yang dominan apa, lraruru apa. Dulu kan sebelum saya datang, programnya yang dominan dibuat kan pertanian, tapi saya coba telusuri di masyarakat, ternyata masyarakattidak punya ladang, hanya pekarangan yang sempitsempit. Dan menurut masyarakat mereka bukan petani tapi nelayan. Saya coba telusuri lagi, dan tenyata yang setius jadi nelayan itu hanya beberapa orang. Misalnya desa Irarutu III, pekerjaan yang digeluti itu TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) di pelabuhan TKBM didaerab mana? Apa di Babo? Ya, jadi susab sekali kita mau masuk, kalau mau memberdayakan ekonomi mereka saat itu. Jadi sebelum tahun 2000, apa yang mereka bilang, ya itu saja, walaupun secara fakta tidak demikian. Mereka bilang nelayan, ya kita coba buatkan program nelayan ProJ
139
Pewawancara Responden
Pewawancara
Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
tidak. Karena kalau berhasil, kan ada tindak lanjutnya, makanya kita mau lihat berhasil atau tidak Terutama bagi yang menonjolkan diri. Kalau program pertanian, petemakan, dan perikanan lainnva? Kalau pertanian, kita siapkan demplot, bantuan sarana produksi, jadi pupuk kita bantu, bibit kita kasih, itu pemah kita lakukan seperti itu. Bibit apa aja? Sayur-sayuran, termasuk jagung. Kalau petemakan itu kambing, dan juga ayam selama 2 tahun termasuk penyuluhannya yang menggunakan tenaga dari dinas petematakan Manokwari. Kalau bantuan bibit kita kasih dari sini, tapi kalau vaksin dan obatobatan, beliau dari dinas yang membawanya. Jadi bagaimana memvaksin dan menyuntik ayam serta memberikan obat dalam takaran yang sudah ditentukan, itu diberikan oleh petugas dari dinas. Pada tabun berikutnya, kita, dari petugas perusabaan yang mengadakan. Dari ke tiga program tadi mana yang lebih sesuai atau berhasil? Ya kalau sesuat ... program petemakan yang kelihatannya berhasil walaupun pada akhimya habis juga karena penyakit, kemudian nelayan untuk orang-orang tertentu masih ada yang berhasil Kedepan, program-program apa yang akan diberikan? Hmmm itulab yang sulit, sejak tahun 2000 sampai saat ini boleh dibilang susab dan kita harus mendengar keinginan masyarakat .. Lalu setelab 20 Juni 2004? Ya itulab, jadi semua prograrn,kita serahkan kepada masyarakat yang menentukan. Misalnya untuk tabun ini ada dana tersedia untuk desa ini misalnya, terserah kepada mereka, kita serahkan kepada mereka. Karena kalau kita buat seperti yang lalu, walaupun melalui musyawarah, mereka menganggap menggurui mereka. Jadi sekarang ini, dari pada kita disalahkan, lebih baik serahkan aja kepada mereka ----------·-· -- --·· Bagaimana mengenai besaran PMDH bagaimana? Kalau sejak 98 kebawab, belum ada aturan yang pasti, narnun berdasarkan pengesahan Departemen Kehutanan, kernudian dari 1998 sampai sekarang, itu ada SK Menhut yaitu Rp. 1000 X produksi 2 tabun sebelumnya. Misalnya untuk 2005,dihitung dari produksi tabun 2003. Minimal. Tapi kita disini ada juga kegiatan kepada masyarakat, tapi tidak masuk kedalam PMDH, misalnya pemanfaatan Polik. Masvarakat yang datang berobat tidak bavar. Apakab sistern pemanfaatan fasilitas seperti 101 yang lebih bermanfaat? Ya tapi mereka merasa selama masih mempunyai hak dana, wah itu tiap hari bisa datang. Saya boleh dibilang sejak 2000, rasa stress urus barang itu. Tidak ada orang lain lagi yang mau. Saya sempat mau mundur tahun 2002, tetapi karena pimpinan saya akhimya saya marnpu nntuk bertaban. Jadi sejak reformasi, itu
140
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden Pewawancara Responden
Pewawancara Responden Pewawancara
Responden
Pewawancara
Responden
Pewawancara
Responden Pewawancara
Responden
susah, apa-apa maunya terbuka dan kadang kala salah arah. Satu minta ganti rugi, besok ada lagi Kalau desa/ kampung yang sangat terkait dengan HPH apa? Kalau yang sangat terkait dengan produksi, lrarutu III termasuk Warganusa, Sarbei, itu masuk dalarn studi diagnostik. Kemudian yang masih sengketa, Tugerarna dan Warganusa II Sengketa apa? Hak ulayat? lya sebenarnya kearah situ Apa masalah batas hak ulavat? Bukan masalah batas ulayat tapi ada suatu areal, yang menurut Pak Musman adalah Areal Warganusa II, tetapi karena ada warga Warganusa yang kawin di Tugerama, sehingga dianggap areal Tugerama. Jadi sejak tanggal 24 kita punya desa binaan I 0/ karnpung. Dari arah sana, Yaroba, Yaru, Irarutu III, Tugerama, Sara, Warganusa I, Warganusa II, Suga, Sarbei/Kuri, Wagura. Yang belum tersentuh PMDH disini? Yang belum, dan dananya masih ada itu Warganusa II, Suga, Aroba dan Wagura, Alasannya? Ya tunggu waktu, karena kalau dilaksanakan sekaligus, kita kedodoran masalah keuangan. ltu dananya sudah ada, jadi tunggakan dari tahun 2000 - 2003 kemudian 2004 ada kesepakatan, dimana dilakukan penebangan, disitu diberikan 60% dari dana yang ada. Soalnya RKT 2005 dilaksanakan di arealnya de sa Yaru, 60% diberikan ke Yarn. Kemudian 40% dibagi walaupun tidak sama rata ke 9 desa. Ada prosentasenya. Kalau saya lihat bahwa Perusahaan memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui kompensasi Hak Ulayat, PMDH, dan pemanfaatan Fasilitas Perusahaan? Fasilitas/sarana pun juga sering masyarakat meminta bantuan terutama BBM, karena lokasi ini strategis, jadi dari manapun dia, dengan tujuan suatu tempat datang/singgah kesini, yang kadang disengaja, minta bantuan disini. Penggunaan fasilitas termasuk Polik dan kios perusahaan, termasuk kantin. Kalau bisa lihat-lihat dikantin, itu pengarnbilan makan bebas, dan belum bisa tertib. Terkadang masyarakat yang mencan ikan sekitar camp, menambatkan perahu, lalu makan di kantin. Jadi termasuk fasilitas kantin yang dimanfaatkan masyarakat sarnpai saat ini. Kalan kios bagaimana? Kios tetap bayar, tetapi harga karyawan. Bagaimana dengan kantin tadi, berapa % penduduk dibanding karvawan, yang memanfaatkan, Yang sah dari kampung, itu waktu waktu tertentu saja, tapi yang tinggal dibelakang camp, termasuk keluarga karyawan. Kalau yang diatur perusahaan kan istri dan anak, tapi yang lain-lain juga ikut, mungkin adele, ipar, opa. Jadi kalau diprosentase kemungkinan ada 25% dari karyawan, dan sudah berjalan beberapa tahun, sejak kantin terbakar. Anggap saja tahun 2000an
141
Pewawancara Kalau BBM, dalam sebulan berapa vang diambil masvarakat? Responden Itu kayaknya di bagian umum datanya. Terns yang lain itu, ada hubungannnya dengan masyarakat, penjualan hasil masyarakat, sayur ikan kepiting, ada 2 tabun saya rekap, kalau sebelumnya belum saya rekap, tapi dulu satu bulan dari Babo bisa 8 juta, bahkan Tugerama Sara Warganusa lebih 10 juta diluar pembelian kayu gergajian dari masyarakat untuk rehab camp. Masih ada juga bantuan untuk hari raya atau hari natal, bingkisan khusus. Pewawancara Untuk sepuluh desa tadi? Responden Tidak hanva 10 desa itu tapi desa-desa lainnva juga Pewawancara Rata-rata berapa Responden Nilainya I juta rupiah dalam bentuk barang dan diambil di gudang kemudian diantar. Termasuk zakat. Pewawancara J adi bagaimana dengan klaim-klaim masyarakat? Ya klaim tetap ada, tetapi kita bias selesaikan walaupun kadang Responden menggunakan pihak berwajib itupun kalau terpaksa. Saya pemah ke Warganusa untuk menjemput Pak Musman dalam rangka penyelesaian masalah PMDH, sampai disana, saya lagi cerita-
cerita, Speed saya disandra. Saya katakan ke Pak Musman , kayaknya saya tidak ada masalab. Tapi Pak Musman katakan, masalah itu dengan Pak Elias (salab satu mantan pejabat BUMWI), masalah tidak puas dengan pembagian Hak Ulayat tadi. Mereka menuntut dibelikan I engine 15 PK, tapi karena belum ada kesepakatan, belum bisa. Jadi saya diantar Pak Musman ke Sara, kemudia saya carter longboat ke sini. 2 hari saya selesaikan untuk musyawarah, saya ke sana bawa polisi dan babinsa, akhimya, hari itu speed boleh pulang, dengan catatan, Pak Elias kalau udah ada bisa menyelesaikan. Sekarang enginenya sudah ada tinggal diserahkan. Pewawancara Harga berapa? Responden Terakhir itu sekitar 13 juta tiba dicarnp. Dulu ada warga menuntut di berikan rumah, dan mengancam
Pewawancara Responden Pewawancara Responden
Pewawancara Responden Pewawancara Responden
tutup setelab mengklaim perusahaan 1 minggu, saya minta bantuan keamanan akhimya mereka merendah. Keputusan direksi bisa diberi bantuan dengan melihat kondisi perusahaan. Rumah 6 unit di Trarutu ITT dan tambahan 4 unit berikutrya sedang berialan. Model rumahnya? Dan lokasinya? Ukuran 6x6 m setengab batu dan ada di Babo. Hal-hal lain? Ada istilah ketuk pintu sebelum menebang disatu areal, dan tidak ada aturan jelas. kemarin kita diminta 2 genset masing-masing 5 KVA, satu kali saja permintaannya. Tergantung masuk warga lain atau tidak. Jadi sudab berapa banyak marga yang diberikan ketuk pintu? Sebelum reformasi tidak ada, tapi sekarang mereka nuntut. Kalau areal yang sudah ditebang sebelumnya, bagaimana? Ya mereka juga menuntut tapi bisa diselesaikan, kita mengatakan
142
kami ijin ke Pemerintah. Ada 2 marga yang nuntut, tapi tidak kita berikan. Pewawancara Pemah masyarakat menghambat kerja Perusahaan? Responden Paling berat pada saat penghentian industri 7 hari. ltu gaji karyawan 7 hari berapa, dan produksi berapa terhenti. Kalau
kapal atau speed atau chainsaw tidak seberapa, kecuali chainsaw yang sangat merasakan karena mereka borongan. 1 hari tidak bekerja mereka sangat terasa. Ada satu juga yang pernah ditolak, yaitu program pangan sagu. Pacta tahap pertama sudah dihentikan. Pewawancara Alasannya kenapa? Responden Ya curiga saja, tapi pacta akhirnya mereka menyesal, kata mereka seandainya tidak ditolak ... sekarang kan tidak ada lagi oroRCarnnva.
143
Transkrip Wawancara 2. Responden : LEWI WIDODO BU, SHut Jabatan/Pekerjaan : Manajer Forestry Hari!fanggal: Jumat, 17 Maret 2005 Waktu: 14.00 WIT sampai selesai Tempat: Forestry Office
Pewawancara Mungkin Pak Lewi bisa jelaskan sedikit tentang penelitian yang telah dilakukan untuk mengkaji pertumbuhan anakan mangrove di areal bekas tebangan BUMWI? Responden Yaa, misalnya penelitian untuk mengkaji pada tahun berapa semai yang banyak sudah mulai menurun, namun sayangnya basil penelitiannya belum disampaikan ke kita. W aktu itu saya menyarankan untuk melihat pada areal bekas tebangan tahun ke-1, tahun ke-2 dan seterusnya, kira-kira kehadiran anakan alam mulai menurun pada tahun keberapa. Pewawancara Benar bahwa menurunnya semai dipengaruhi oleh misalnya semai tersebut telah beralih ke tingkat pancang dan juga faktor lainnya? Responden YaJelas .. . ... Pewawancara Kira-kira bagaimana pengamatan Pak Lewi pada anakan yang ditanam dan permudaan alam (tumbuh sendiri)? Responden Kecenderungannya lebih banyak yang tumbuh sendiri. Saya bisa sebut demikian kenapa? Karena pada saat menanam, ada jarak tanam 2 x 2 meter, 2 atau 3 tahun setelah penanaman, kita lihat, jarak tanam sudah tidak kelihatan lagi, karena diantara jarak tanam, ada permudaan yang baru masuk juga. Pewawancara Jadi kita tidak mengetahui mana yang ditanam dan tidak? Responden Pada akhimya kita tidak dapat membedakan .. Pewawancara Daerah mana saja yang sepatutnya dilakukan penanaman? Responden Kalau saya cenderung, dari basil pengamatan, karena keberadaan permudaan alam ditunjang oleh pasang surut air, sementara kita lihat dihutan bakau sendiri, ada daerah yang tinggi dengan frekwensi genangan air dan sedikit. Saya cenderung - bukan berarti daerah dengan genangan sedikit tidak ditanam- daerah yang tinggi (frekwensi genangan kurang) Iebih dititik beratkan. Pewawancara Untuk menentukannya bagaimana? Responden Kan hutan mangrove ada zonasi. Zonasi paling depan Avicenia,
144 Soneratia dan Bruguiera van~ berada oada daerah a~ak tin~Jti. Pewawancara Jenis yang ditanarn selarna ini bagaimana? Penanaman dilakukan sesuai tempat tumbuhnya, dan punya nilai Respond en ekonomis Pewawancara Jenis yang diproduksi apa saja? Rbizopora, Bruguiera , Ceriops. Resoonden Pewawancara Begini Pak Lewi, saya ingin melihat kondisi areal bekas tebangan mulai dari tahun 1988 sampai 2004. Saya rencanakan untuk mengamati per dua tahunan. Saya kira besok kita orientasi dulu lokasinya, nanti setelah Responden orientasi bam oelaksanaan oenelitiannva bisa dilaksanakan.
145
Transkrip Wawancara 3. Responden: OMAR MANUAMA Jabatan/Pekerjaan : Tokoh Masyarakat Hari!Tangga l: Sen in, 20 Maret 2005 Waktu: 19.00 WIT sampai selesai Tempat: Guest House BUMWl
Pewawancar a Bapa dari Babo? lya. lni penelitian to? Ini dari UNIPA (Universitas Negeri Responden Papua)? Pewawancara Bukan, Litbang. Barangkali Om tabu dosen UNIP A Pak XX? Responden Pewawancara Ya, beliau sekarang sudab jadi anggota DPD Pusat. Baru-baru saya usir dia, saya bilang saya tidak akui kau, kalau Responden kau tidak koordinasi dengan marga yang punya pemilik, saya tidak akui ko sekali. Jangan ko bawa ko punya ilmu kepintaran di Papua khusus di Babo. Reboisasi disalah satu sungai di Amutu, sekalipun kamu datang dari UNIP A, kalau tidak ada koordinasi dengan marga, kalian pulang!. Saya klaim mereka 6 orang, saya surub pulang. Lalu mereka cari saya dirumah. Saya bilang marga, ini tidakjelas. Saya bilang 'kamujangan pake seperti pada jarnan Suharto'. Yang menentukan adalah saya. Kalau mau tanam, tanam, kalau tidak, tidak. Barang ini tetap a lam. Pewawancara Kebetulan Bapak ada disini, apa boleh saya tanya sedikit sebagai yang punya hak ulayat disini? Yang jelas saya mau lihat bekas penebangan dari tahun 1988,dan mungkin ada masukan dan saran
Bapak yang mau disampaikan, jikalau berkenan, terserah dari Responden
BaPak saia. Begini, pertama Amutu (PT BUMWI) hams mensosialisasikan Om untuk memperkaya kan ilmu, sebagai bahan acuan yang saya
sampaikan kepada Om. Kami ini orang Papua , sekarang ini adalah era yang paling bagus untuk tidak pakai rezim seperti orde baru, tetapi jarnan yang kita betul-betul terbuka. Saya juga mengakui bahwa salah satu pola yang pemerintah pakai, saya rasa ada bagusnya juga, ada tidak bagusnya. Kenapa? Yang bagus itu,
saya sangat berterima kasih sebab semua data penelitian yang perlu disesuaikan dengan ilmu teori yang didapat dari bangku
sekolah, datang disesuaikan dengan lapangan, saya berterima kasih karena menambah ilmu yang pas dengan teori tadi. Cuma disatu sisi, saya orangnya terbuka, karena saya lihat Pak Susilo dan Pak Marino (Staf BUMWI), orangnya terbuka, sebenamya
146
kita harus memperkayakan anak-anak lokal, dan harus ad~ j kebersamaan dengan mereka. Sudah jelas anda datang di Amutu I dan bertemu Marga Manuama Nauri, saya berterima kasih karena sudah bertemu dengan saya, tapi kalau bisa ketemu dengan tetua marga. Pewawancara Ini yang saya agak bingWlg, saya seharusnya ketemu siapa?, karena cukup banvak marga disini Saya ini pernah marah kehutanan. Kehutanan terlalu Nepotisme Responden tentang hak-hak marga. Misalnya tenang hutan Mangrove dan Darat, Kehutanan tidak vokal. Yang saya marah, kenapa pemilik hak ulayat tidak diikutsertakan dalam mengecek blok tebangan. Selain itu saya pemah marah Pak Gunawan(BUMWI), pengukuran Pulau Amutu (Camp), penebangan itu batasnya dari I pinggir !aut berapa, sungai berapa? Pewawancara Ya tentang ialur hiiau. Jadi kalau Om mau datang penelitian, sebenarnya sudah tertinggal Responden jauh sekali, kenapa? Karena kalau kita cek awal tahun 1987. Keberadaanya tidak sesua1 dengan niat Om untuk datang mengecek apakah penanaman itu sudah sesuai atau tidak. Om bisa hitung saja, per blok itu makan berapa pohon yang janih, volume yang rusak beraoa? Pewawancara Aturannya diameter 10 em ke atas yang diambil. Artinya ini kurang berkenan kepada marga. Kami punya ilmu Responden sedikit, namun kami mau terbuka dengan pemerintah. Artinya data yang di Amutu ini tidak kuat atau akurat lagi. Pemikiran saya, om sudah tertinggal jauh sekali. Lebih baik bibit ini dia hanyut dan turnbuh sendiri lebih cepat lagi. Kita pakai teori di bangku sekolah, tidak sama dengan alam ini. Kenapa saya bilang begitu, karena kalau mau dibandingkan yang ditanam dengan turnbuh sendiri tidak sama, tapi saya mau berterima kasih kepada pemerintab karena disatu SlSl mau membantu kelayakan I masyarakat, terutama pemilik hak ulayat. Pewawancara Bapak bisa sebutkan marga apa saja yang berkaitan dengan PT BUMWI? Responden Yang pertama Manuama dan Nauiri, ketiga Viawe, Kambia. Kasina, Vinbai, Vervete. Jadi om, saya tidak bisa menyalahkan juga, karena baru start. Namun om bisa ketemu kepala desa, atau kepala karnupung untuk menyarnpaikan maksud mengarnbil data di pulau Amutu, kira-kira pendekatan dengan stapa untuk mendapat data yang akurat. Sekarang ini ada penebangan di wilayah marga kambia dan kasina, om bisa cek. Mohon maaf pak, yang saya ketabni, jelas setiap penebangan, ada Pewawancara resiko kena tegakan yang lain ketika kayu roboh, namun tetap minimal I 0 em yang diarnbil. Kira-kira kalau menurut ilmu om, bagaimana kayu-kayu yang Responden dibawah 10 em itu, siapa yang garansi? Om harus mampu melihat masalah ini jelas. Pewawancara Jadi begini Pak, ilmu yang kami dapat atau aturan vang ada,
147
dida1am satu b1ok atau petak penebaogao, pacta tahun ke dua setelah penebangan ada inventarisasi dari Perusahaan, mereka hitung daerah yang terbuka, ka1au semai/anakao jumlah diatas 2500 setiap hektar, tidak perlu di1akukan penanaman. Tetapi pacta daerah yang kurang dari 2500 semai per hektar, harus dilakukan I penanaman. ltu menurut ilmu yang om miliki di bangku sekolah. Tetapi yang Responden merasa memliki hak atas tanah ini, mereka merasa rugi, karena apa? Satu pohon kalau sudah jatuh, sama saja menghabisi anak cucu berapa menurut bahasa adat. Satu pohon jatuh, sama saja dengan satu kepala manusia hi1aog. Kalau mau lihat kekurangan Amutu (PT Bumwi), kita bisa pinjam speed Amutu. Kita bisa cek lapaogan sama-sama. Om akan tabu bahwa ilmu yang didapat tidak sama dengan dilapaogan dari prakteknya. Kalau data yang kuat, jangao datang diperusahaan. lstilahnya mahasiswa adalah tu1ang punggung negara. Mau melihat, mendengar dan bekeria. Pewawancara Lalu bagaimana dengan pembagian wi1ayah ulayat marga? Responden Kalau Pulau Amutu, Manoama Nauri yang punya Pewawancara Kalau marga-marga lainnva? Hanya pacta HPH saja (areal tebang). Responden Satu juga bahao kepada om,sejak tahun 1992 pembayarao hak ulayat. 10 Hektar areal ini (camp) hanya dibayar 900 ribu rupiah, dan nilai satu juta akan dibuat dalam pemberdayaan. Pemberdayaan sampai saat ini nihil Pewawancara Kegiatan PMDH apa saja yang pemah dilakukan perusahaan kepada marga Bapak? Adulih om, tidak ada apa-apa sejak perusahaan buka sampai mau Responden I pulang ke tanah Cina, karena Cina yang ounva perusahaan ini. Pewawancara Tapi ada kan bantuan? -.... ----·· Ya ada, tapi seperti rumah, air bersih, tapi tidak sesuai dengao Responden yang diharapkan. Saya sampaikan ini karena saya vokal. Satu lagi yang bagus ialah sudah kembali ke marga tujuannya. Ini merupakao program bagus dari pemerintah. Ada program beasiswa dari SMP sampai perguruan tinggi. Pewawancara Kalau yang koordinir tnl siapa'? Apakah uang diserahkan langsung ke marga atau bagaimana? Responden Dua periode yang lalu dikelola langsung perusahaan. Untuk saat ini saya, 47 juta dan baru dijalankan satu kali, PT Bumwi serahkan langsung melalui Panitia untuk pengembangan SDM. Marga apa saja yang sudah dapat? Semua yang ada di Kampung Irarutu UI, tidak hanya untuk Manoama dan Nauri. Pewawancara Bagaimana denga pengelolaan PT Bumwi? Apalagi Bapak sudah ·angan 1agi kan? tahu mau Responden Saya sudah sampaikan ke Pak Susilo, 'Pihak Perusahaan, Pemerintah dan Pemi1ik Hak Ulayat, bikin hitam diatas putih'. Pewawancara Pemerinah yang dimaksud siapa? Pemda, tapi karena Bintuni be1um je1as jadi tetap kembali ke Responden --~
148
Manokwari, karena kalau bawa ke Bintuni tidak: akan selesai
selesai. Pewawancara Selama ini mungkin ada orang lain atau perusahaan lain yang lobi Bapak untuk ganti PT Bumwi? Responden Bel urn ada, jadi sekarang ini barn kasih masuk pokok pikiran dari saya ke Pak Susilo, tinggal 2006 semua berkas-berkas dilengkapi, jadi lain dari pada itu saya bisa kasih bayangan ke Om. Karena kalau mau bicara banyak sekali, misalnya tentang perpanjang kontrak, latar belakangnya apa, dari perusahaan apa dan masyarakat apa, dan pengarnbilan keputusannya oleh pemerintah. Satu lagi masukan kepada om mengenai lokasi camp 10 hektar ini, dari 250 juta dibayarkan 50 juta di Babo disaksikan oleh Pak Torey dan Wamey dari LBH, dan 200 juta SISa dalam bentuk ........... Pewawancara Maksudnva dicicil atau apa? Resoonden Terdiarn ......... Pewawancara Jadi tentang rencana ke lapangan bagaimana? Apakah hams ke Babo lagi? Responden Tidak usah lagi, yang penting saya sudah kasih masukan sedikit, dan om bisa ialan
149
Traoskrip Wawaocara/Diskusi Bebas 4. Responden (Jabatan) : a. SUSILO BUDI PRASETYO (Staff Khusus Direksi PT BUMWI), b. HIRONIMUS OHOILULIN (Kabag Umum), c. AMIR BARAWERI (Kaur Penebangan), d. MARSONO (Kabag Pembinaan Hutan) Hari!fanggal : Selasa, 20 Maret 2005 Waktu : 19.00 WIT sampai selesai Tempat : Mess F .......,..,••.,.,
Henry Susilo Amir
Bekas TPN tahun 1988 sudah tidak kentara lagi ketika saya amati, Apalagi belum lihat yang di Amutu Kecil, wow sebagai seorang forester, rasanya indah sekali ........ Apalagi masuk ke tanjung sebelah sini, rapat pak. Kemaren saya tawarkan ke Pak Sudarmaji (Direksi), apakah perlu dijarangi. Beliau mengatakan jangan dulu, belum ada perintah. Saya katakan, kalau kita jarangi, pertumbuhan akan cepat sekali.
150
Susilo Amir Susilo
Amir
Nanti satu saat akan diiaranlri .... Masalahnya kita butuh untuk daur/tebangan berikutnya. Kalau sudah diameter 20 an kan sudab lurnavan. Besok saya akan adakan semacam pengamatan, semai, bijinya itu saya potong jadi 3, perturnbuhannya bagaimana. Dan dulu istri saya ootong iadi 2 bisa. Nab sekarang diootong iadi 3 bisa tidak.. .. ?. Kemaren ternan saya ada seminar tentang pemanfaatan buah nipah I man.rove. Sava malab tertarik ....
Susilo
YaMbisa dimakan itu mucronata
Amir
Itu bisa diambil, dijemur, dan ditumbuk seperti tepung sagu., kalau van• lain-lain sudab awam. Sebenamya topik penehtian di hutan khususnya hutan mangrove banyak sekali, dan perlu untuk dikaji. Yang Pak susilo katakana mangrove mampu tumbuh diatas kayu, saya sempat potret gambamya tadi sewaktu orientasi di blok 1988 Oh daoat tadi ... , kenaoa •ak diootong saia untuk dibawa? Ha ha batan--.mva cukuo besar ... Kita tanam di Pluit, tumbuh di depan kantor kita. Eh tadi Roni sudah siaokan nota-nota nermintaan dari masvarakat. Ya sava akan coba lihat seiauh mana nenoaruhnva? Kita untuk saat ini akan lanjut (Perpanjangan HPH). Menurut kamu baoaimana tbertanva keoada Amir) Maksudova tmtuk masalab nenebangan?
Henry
Susilo Henrv Susilo Henrv Susilo
Amir Susilo
Amir
Bukan, pemintaan masyarakat maksudnya dari semua marga kalau perusahaan ini tetap berjalan, mau dilanjutkan istilahnya, menjadi suatu ancaman atau buk:an? Menurut kamu ... .. ?? Kalau saya, dari suatu marga, ada oknum yang mempunyat kepentingan perlu duit dan mengatasnamakan marga. Sementara
marga yang lain tenang-tenang saja. Tadi saya dapat informasi dari WINBRO (Base camp PT BMU) juga, PAK XX (salab satu oknum I yang selalu datang meminta bantuanl, ngak ada apa-apanya. Susilo
Bukan, pertanyaannya ancaman atau bukan? Kalau ancaman? Sejauh mana sih nengaruhnva?
Amir Susilo
Ya merupakan suatu ancaman ... .... Misalnya Lewi, Edi, Roni kalau setiap waktu menghadapi mereka (masyarakat) kan tinggalkan dulu pekerjaan, padahal pekerjaan
menumpuk. Umpama kalau auditor mau masuk, mau tidak mau kan hadapin orang tm dulu ... Pacta waktu tinggalkan auditor, kan, merugikan auditor juga kan?, karena waktu yang singkat. Selain itu kan mengikis keuangan. Misalnya setiap keluar 300 ribu, kali sekian.
Misalnya hari ini kan 2 marga yang masuk, Nauri dan Manuama, yang sempat ketemu dengan Pak Henry. Belum lagi kita bagi motor. Kalau memang ada pengaruh ke cash flow ... kan product cost jadi
Amir
naik kan?. Ya kita mati-matian kerja, yang lain tinggal minta. Perusahaan tidak
Susilo
kasih, ngotot... Memberikan semacam
gertakan_:gertakan,
ngak _akan __selesai_
151
Henry Susilo
Henry Susilo henry
Susilo
Henry Susilo
Henry
Susilo
Henry
masalahnya. Jadi menurut saya ancaman itu ada, tapi kalau dilihat.. ancaman itu tidak terlalu, tetapi mengganggu di kinelja. Tetapi kalau pas harga chips turun, benar-benar meruoakan ancaman. 1tu pertama, kedua: ka1au dibiarkan, intensitasnya makin meningkaL Benar, seperti contohnya ini : salah satu marga sebenamya dikasih motor oleh pimpinan Jakarta pribadi. Juga kepada marga-marga lain. Namun ada yang minta lagi karena menganggap dia yang mendampingi dulu menyembelih karnbing waktu pembukaan hutan. Akhimya bentuknya akan begini. Dulu tahun 1994 belum teljadi begini, maka setiap invenstor yang datang ke Papua ini berpikir berapa kali untuk hak ulayat. Mungkin saya butub juga peta ataupun sket hak ulayat kalau ada Pak ... ? Petanya ada di Pak Lewi, tapi yang gambarnya bagus Pak Marino. Untuk bantuan-bantuan Jain juga bisa. Saya kira Bumwi ngak perlu kuatir mengungkapkan ini, karena BP (Beyond Petroleum!Proyek LNG Tangguh Teluk Bintuni) juga dengan hal-hal gini ... ? merasa ter BP gak terganggu, karena mereka lebih berani dari kita. Pertama mereka dibentengi oleh aparat Kedua biaya produksinya dalam bentuk dolar. Jadi sekarang ini mereka memberi 7 miliar hak ulayat di Saengga!fanah Merah. Kalau kita berapa sib. Kalau LNG/Gas itu kan bentuknya dolar .... dan besar kan .... ?? Maksud saya mereka juga (BP) sering juga didatangi masyarakat untuk hal-hal itu ...... ?? Memang, khususnya kepada pak Lewi, Roni, Akiong, mereka sering datang, tapi kalau saya, pendekatannya secara kekeluargaan. Karena sifatnya saya membantu, dan saya punya benteng. Kalau sarnpai teljadi apa-apa hukum ada! berlaku. Karena orang tua saya Nauri dan Vinbai. Karena saya pemah masalah juga di Babo dan dikenai hukum adat Sebelumnya pak Susilo mengatakan, bahwa altematif Jain, ialah dengan menempatkan aparat untuk mengatasi hal-hal ini. Yaaa mungkin itu jalan terakhir. Adalah altematif lain untuk mengatasi hal-hal ini? Pernda! Harusnya pemda turun. Ini otonomi khusus, kalau ulayat, batasnya mana? Kalau memang tanah ini mau dikontrak:, pemda turun Iangan misalnya sekian ratus juta, stop dan tidak boleh ikut carnpur Jagi. Jadi apapun yang dikeljakan perusahaan, itu sudah haknya dan tidak boleh ikut campur lagi. Kalaupun prosentase .... Nggak mungkin ... harga chips berapa sih? Produk cost tinggi sekali, karena kita manual (pake tenaga manusia). Kalau sistem kabel (skyline) nggak mungkin, karena semai/tegakan akan rusak. Kita gunakan besi-besi besar ok lab, tapi resiko akan rusak. Yang paling sesuai ya system jalur kalau pakai skyline Dan itupun belum diuji coba, karena suatu sistem j ika akan diterapkan perlu melalui ujicoba dahulu ....
!52 Susilo
Henry Susilo
Marsono
Roni Henrv Susilo Henry Susilo Roni Henry Roni
Susilo
Henry
Susilo
Dan Malaysia pun belum uji coba. Karena Fondasi untuk skyline harus tinggi apalagi tanah rawa ..... Bagaimana dibolehkan, wong ditanah darat S3J3 ngaak digunakan. Bisa-bisa 3J3, untuk memperkecil produk cost .... Ya tapi nanti kita berat di issue lin annva .... Terus terang aja, bakau ini, makin bersih lahannya rnakin cepat pertumbuhannya. Kalau masih ada akar-akar, akan menghalangi bijibiji yang lewat. Tapi kalau dia/lahan bersih, dia akan lebih baik. Cuman kalau bentuknya jalur, pada waktu masuk ke sana, semai
akan menutup mulai dari tepi pantai/sungai kemudian lama-lama mengarah ke dalam. Makanya saya bilang di Papua ini zona nya yang paling indah -di Teluk Bintuni dan Merauke- dari pada di Malaysia. Kadang-kadang kita stress juga menghadapi mereka (masyarakat disini) Pemah kita bantu, dan mungkin tidak sesuai dengan keinginan mereka akhimya Stop. Sudah beraoa kali mereka menvetoo oerusahaan? Maksudnya mereka agak kasar, iadi kalau kalah gertak yaaaaaa. Jadi masalah seratus dua ratus ribu saja, bisa berpengaruh ke di stop kannva kegiatan oerusahaan? Bisa saja .... Makanya saya katakan tadi, kalau Roni lain saya lain, kareua kalau saya, mereka hadapinya dengan adat. Pemah kasus, kita disuruh tutuo saia. Sampai batasan mana ditolak dan diterima oermohonan bantuannya? Biasanya mereka membawa orang lain bersama-sama dan mengatakan ada kegiatan tertentu dan memohon bantuan. Bahkan kalau sudah dikasih bantuan, nota nya mereka ganti sendiri ...... Jadi memang Pemda harus ikut campur, kalau sudah kontraknya sekian, yang sudah itu saja ...... Jangan sampai timbul lagi datang minta, datang minta, kita nanti yang kewalahan. Kalau Otsus di Papua, ya bentukJah Perda yang sama dengan itu ....... Memang ada ternan-ternan yang sedang mengkaji, pengelolaan hutan HPH dengan hak: ulayat, dan mereka sementara mengadopsi sistem yang ada di PNG (Papua New Guinea). Lalu, kira-kira adakah janji perusahaan kepada masyarakat yang belum diselesaikan, sehingga mereka lebih leluasa bolak balik minta bantuan dan dilayani juga? ··Pada waktu tuntutan I milyar, kita negosiasi dengan Pemda, akhimya keluar angka 50 juta dan ditandatangani pengacara, dan mereka mendapat tembusannya itu, katanya setelah 2 tahun. Lho kan timbul keheranan, pengacara itu tugasnya apa?, kalau memang pengacaranya benar, setelah distempel kan langsung diserahkan. Memang ada satu point yang mengatakan bahwa tidak akan melakukan tuntutan lagi, tapi dia menyangkal ada point itu. Saya tanya keuapa? Kan kamu tandatangan. Bahkan mereka minta buat I desa di Saka karena sedikit iri, itu nggak mungkin. Apalagi kita kan terus merugi, dan terns bertahan. Karyawan kita banyak dan kita ini sentral nya untuk Bintuni. Ada juga kelompok masyarakat yang tetap
!53
Roni
Susilo Roni
Susilo Henrv Roni
Henry
Susilo
Marsono Susilo
Roni
Susilo
Henry Susilo
Roni
Susilo
Henrv
ingin perusahaan berdiri, tetapi ada yang ingin dengan kompensasi, presentase produksi, ada yang minta asset ini rnilik mereka. Jadi pertanyaan kita, kapan memeliharanya? Kita yang beli kita yang pelihara kenapa mereka yang harus ambil? Jadi saya pikir tindakan lain yang harus diambil kalau Pemda ngaak mau turun tangan untuk membatasi, vaa vane sava katakan tadi ... (aparat keamanan). Kita hadapi sampai kita capek Mungkin mereka menilai nllai ganti ruei dulu itu kecil, tapi kan dengan perkembangan iaman lain kan. Tripika juga kan udah ada honornya, bahkan datang kemaren minta setiap kepala desa dikasih honor. Apa mereka karvawan? Begini, maksud mereka kan minta bantuan, tapi kan ga bisa kita kasih pejabat, mending kita kasih bantuan hari raya ke kampung karnoune, misalnva bantuan barna Memang itu sudah lumrah, tapi kadang-kadang ada yang mengirikan ..... dan berkata 'kenapa saya gak di kasih?' Kalau memane masih bisa diberikan kan no problem ........ ?? Pernah ditanyakan, kalau kepala desa kan perorangan, tapi kalau masvarakat kan banyak .... Kalau menyangkut marga Manoarna dan Nauri, wilayah yang mereka kuasai itu dimana ? Apakah Pulau Amutu ini hanya mereka I vane miliki? Ga mereka hanya areal pabrik ini/chipmill. Mereka kan sudah dikasih kompensasi, dan istilahnya waktu itukan beli .... pada waktu itu 10 hektar lalu kita kurangi jadi 5 hektar, pokoknya hak mereka sudah dikasih, menurut perusahaan lho yaaa, tapi menurut versi mereka tidak. Lantas kita mau keluar biava beraoa Jagi? Mereka menginginkan untuk bisa datang setiap waktu mendapat bantuan. Makanya dari pada kita keluar setiap hari 300 ribu sarnpai maksimal 500 ribu dikali 30 hari atau 9 juta perbulan, apakah perlu? kita I oasang aoarat, kan tenang kerja kita, aman ..... Sebenarnya kita tidak menghendaki demikian, tetapi kayaknya mereka vane menghendaki demikian Ya sistem kayak Djayanti Group, dimana ada satu asrama khusus untuk brimob atau tentara .. selesai ...... kalau memang Pemda tidak mendukung kita, melalui Perdanva Kalau pendapat saya, aparat diperlukan agar ada mekanisme kontrol I yang ielas. Tetap harus ada, tapi kita kan tidak menginginkan adanya kekerasan ..... Kita kan sudah upayakan dialog-dialog, tapi mungk:in mereka beranggapan Amutu (PT BUMWI) gak ada aparat yang menjaga jadi yaaaa .... mungkin karena tidak ada backing, mereka buat apa saja I vane mereka mau. Yaa mungkin kalau kayu log kan harganya lebih tinggi dari pada bakau, jadi mereka bisa sewa aparat kearnanan. Coba harga chips I vane disitu beraoa Sava dikasih data US $ 42 untuk 1 m3 IUS $ 35/ton)
154
Susilo
Pemah 29 US$ dan kursnya bukan 9000 rupiah. Anggaplah 10.000 ton, berapa sib production cost? Lihat saja camp kita sekarang .... PH (alai crane) yang second, dulu sekitar 700 juta, sekarang harganya sudah 2 kali lipat. lni untungnya paling besar I milyard, apalagi 2001, 2002, 2003 hancur-hancuran. Apalagi tersedot ke hal-hal yang lain-lain itu. Kecillho ... bel urn lagi motor 25 PK
Roni
Menyangkut motor, mereka selalu minta BBM, 20 an hter sekali
Susilo
Roni Susilo
Henry Susilo
Henry
Susilo
minta Kita Bantu motor, malah kita kena dampaknya ...... motomya harganya berapa?, seperti tadi ... apa yang mereka minta lagi? (bertanya ke Roni tentang permintaan masyarakat pada waktu pagi hari) Ya, BBM, Beras, Rokok dll. Dari pada bermasalah ... , dikasih aia. Oh yaa, kalau tidak salah besok ada masyarakat yang mau datang menanyakan apa sib yang diteliti Pak Henry. Tapi ada sural ke Kecarnatan Ya ... Juga udah lapor Babin sa disini kan ... Ya Sudah, hanya Sural ke Kecarnatan nyusul oleh karena saya langsung tiba dari Bintuni Ke Camp sini. Soalnya pemah kejadian dulu ada mahasiswa yang penelitian, waktu itu kecebur ke !aut dan meninggal, temyata dia sakit malaria. Waktu itu saya udah sarnpaikan supaya ke Puskesmas dulu taoi vaaa OK kalau mereka mau ngikut ke lapangan boleh asal jangan sampai mengalibkan ke lokasi baru, karena kita udah orientasi lokasi yang akan dimasuki. Jadi yang kita utamakan adalah kekeluargaan
155
Transkrip Wawancara 5. Responden : REINPULU Jabatan!Pekerjaan : BOSMAN/BAG DECK KM ARANDAI 06 PT BMR Hariffanggal : Jumat, 1 April 2005 Waktu : 22.30 WIT sampai selesai Tempat: Lobi Hotel Indah Sorong
Pewawancara Dalam rangka a_Qa ke SoroJ!g_ Responden PHK dari PT Bintuni Mina Raya Pewawancara Udah berapa lama berkerja di BNMR?, dan urusannya atas nama karyawan atau perusahaan?, kalau k~wan ber~a oran_g_? Responden Udah 8 tahun bekerja, dan saya urus atas nama saya sendiri Pewawancara Kalau total karyawan BMR berapa? Responden Kita kan sudah pengurangan karyawan 2 kali, pengurangan pertama sebelum tahun 1998 itu sekitar 1000 orang, tapi dari jangka waktu 1999 sampai 2005 hanya tinggal sekitar 800 orang lebih. Pewawancara Lalu yang masih bertahan di BMR sampai saat ini berapa orang ? Responden Sampai saat ini masih ada 60 orang yan_g_ bertahan di MBR Pewawancara Mengapa? Responden Mereka tidak setuju dengan pesangon 1 bulan gaji. Karena mereka mendengar bahwa ada peraturan pemerintah yang mengatakan bahwa seandainya perusahaan tutup/tidak beroperasi lagi/gulung tikar, maka pesangon dapat diberikan 1 bulan gaji. Tapi karena mereka dengar issu bahwa PT BMR akan beroperasi lagi awal bulan 5, maka mereka menuntut pesangon 2 bulan gaji. Pewawancara Pa Rein ketjan_ya di bagian apa? Responden Saya di bagian Laut Pewawancara OK kita ngomong-ngomong mengenai laut, berapa sih armada BMR? Responden Sejak saya masuk, ada sekitar 120. Dan sampai saat terakhir ini, dibagi kepada 6 kontraktor 11 kapal, jadi ada 66. Kapal lainnya sudah tidak layak pakai bahkan ada yan_g_ sudah dibakar. Pewawancara 6 Kontraktor itu dari mana saja? Responden Akiong, Apin, Ating, Ayong, Tang Ci min, Oba. Rata-rata dari Malaysia semua. Pewawancara Kalau Pimpinan Perusahaan di Wimbro.f!Ya? Responden Waled Majadlli orang Cilacap, dan udah pulang ke Jawa .. .
156
Pewawancara OK kita ngomong-ngomong tentang produksi. Satu kapal ratarata satu hari herapa jam operasi? Responden Tergantung, kita kan lihat arus. Biasanya waktu air tenang, Jalan pasang, Jalan surut, atau satu jam menjelang pasang, kita trawL Kalau dalam I hari ada 2 atau3 kali arus bagus, kita trawl. Tapi kalau memang kita kejar target, bisa sampai 6 kali trawl. Ini untuk yang tidak lembur. Kan ada 2 jenis kapal, Kokas dan Winbro. Kalau Kokas 24 jam operasi Pewawancara Ukunm dan kapasitas masing-masing berapa? Kokas bisa nampung sampai 15 ton karena langsung proses di Responden atas kapal, Winbro kan tidak proses .. Kan kita isi didalam tempat tampung (blong) yang ada 10 buah, rata-rata per blong masuk 200 kilo. Pewawancara Bagaimana proses kerjanya? Responden Setelah kita trawl, kita langsung pisahkan (coker) jenis udangnya, mana banana, sima, dan ende. Setelah dipilih kita Potes/potong kepala. Kalau di kapal Kokas, lkan yang bagus kita masukkan ke Freezer, anak-anak ikan yang tidak masuk dafttar target kita huang. ltu pun tergantung perusahaan, kalau bilang ambil ya kita ambil, kalau tidak walaupun ikan bagus, kita huang juga. Pewawancara Jenis-jenis ikan apa yang sering dibuang? Responden Wah banyak sekali jenis nya, saya juga kurang mengerti nama nama ikan semua misalnya : gulama, bulanak, mulut tikus bahkan lema kalau freezer penuhlheban banyak, kita huang juga, demikianjuga kakap atau tengiri. Pewawancara Oh, jadi udang yang menjadi target utama, nab dari 3 jenis tadi : Banana, Ende dan Sima, yang paling mahal apa? Dan harganya Responden Banana, perusabaan ngomong dia heli 32.000 per kilo dari karvawan, kalau Ende Sima persentase aja dari perusahaan. Pewawancara Prosentase ienis yang tertangkap bagaimana? Responden Dalarn satu kali trawal mungkin 50 % banana dibanding lainnya. Saya udah amati ini sampai ke Digul. Ternyata Banana yang dominan. Misalnya sekali trawl 200 - 300 kilo banana, ende I 0 kilo ende 5 kilo ... Pewawancara Ketika trawl, kan tertangkap semua (ikan dan udang), Lperbandingan atara ikan dan udang bagaimana? Responden Wah ... kalau melihat perbadingan, sedikit sib udang ... yaaa ratarata I hari berpuluh ton, misalnya di Selatan per kapal sekali trawl 3 ton ikan dibuang karena merupakan sampab. Kalau udangnya ya sekitar 200 kg Satu hari bisa 20 sarnpai 30 ton sampah yang dibuang. Pewawancara Bagaimana produksi yang terbagus udang? Responden Kalau kena arus bagus di Selatan, sehari bisa 500 kg untuk udang total. Pewawancara Kalau Perusahaan Amutu (PT BUMWI) ini kan juga wilayah oprasi Winbro. Berapa banyak kapal yang beroperasi di wilayah amutu? Responden Karena Wilayab Amutu luas, disitu kapal Winbro saja yang bisa
157
Pewawancara Responden
Pewawancara
Resnonden Pewawancara
Resoonden Pewawancara
Resoonden Pewawancara Responden
Pewawancara Resnonden Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara
masuk karena dangkal, rata-rata 30 kaoal vang berooerasi. Dalam sehari per k~al bisa dapat beraQa? ····--7" lstilah kita daerah timur ini, karena hanya bisa dimasuki kapal kecil/winbro, musim-musiman juga. Kadang I hari bisa 50 kg, pas mujur bisa 300 kg. Sepertinya udang banana kurang di wilayah ini. Kan semakin dalam, ikan dan udang juga semakin banvak. Jadi ada sekitar 1,5 ton per hari untuk 30 kaoal? Ya kalau mujurnya bisa ... Atau I ton oer hari oer 30 kaoal, sehin••a I bulan ada 30 ton? Ya bisa/mendekati. Bagaimana persentase sampah ikan, kalau 10 % udang dari ikan yang dibuang, berarti dalam sebulan ada 300 ton ikan yang dibuang per bulan? Bahkan bisa lebih dari itu. Mengapa tidak dipasarkan aJa atau di olah? Kan bemilai I iu•a.. dari nada dibuang? Kalau menurut saya, ikan tidak rusak/ bahkan ada juga yang masih hidup. Sayangnya perusahaan tidak mengolah dulu jadi tepung ikan. Lain dengan Perusahaan Benjina Dobo, kan diolah dulu jadi tepung. Yaaa mungkin pengaruh kapasitas kapal dan biava ooerasionaJ termasuk kaoal vang tinggj_ Bagaimana dengan Gaii? Wah kalau gaji itu payah. KanadaUMP? Pada daftar slip gaji UMP, tapi perusahaan mainkan. Gaji pokok 430 ribu tambah tunjangan layar sehingga jumlahnya 650 ribu, ' vaaaa meniadi UMP oadahal UMP itu kan basis ...... Sava dengar agak tersendat-sendat? Oh itu betul sekali, perusahaan kan dinyatakan tutup 28 Februari 2005, Jadi Nopember Desember Januari, gaji udah stop gak dibavar. TanggaJ 20 Februari baru di bayarkan. Jadi yang mempengaruhi oroduksi udang aoa saia Ya arus juga, biasanya bulan februari sampai juli itu sepi. Tapi Agustus sampai Desember, itu bulan-bulannya udang, apalagi di Selatan, I hari 1 kapal bisa setor 3 ton. Dan merata udang, samoahnva hanva ubur-ubur (Timika Kokonao) Kalau di daerah timur 30 unit kaoal itu bagaimana? Dulu ada 50 kapal dan akhimya menjadi 30 kapal, karena tidak iayak dan dibakar/buang. Jadi tahun 2001 setelah manajer baru, mulai diadakan pengecekan apalagi seialu diawasi angkatan !aut. Ada juga yang diubah mesinnya dan dialihkan ke arah barat, karena daerah timur mungkin sungai udah digasak setiap hari, jadi produksi udang menunm. Daerah barat air 30an 40 an meter, kalau timur paling 150 PK, kalau barat sekitar 350 PK yang dioperasikan Dulu ada isu karena oenebangan bakau, udang berkuran•. Aoakah
158
1ebih. karena penebangan hutan atau penan Saya kira dua duanya, karena ketika udang bertelur di akar Responden bakau,begitu dibuka hutan, terganggu. Juga kapal yang menggasak terus tiap hari. Pewawancara Kalau pengaruh 30 kapal yang beroperasi tiap hari bagaimana? Ya munclcin kalau dibatasi bisa bemengaruh. Resoonden Pewawancara Apalagi ini sudah 5 bulan perusahaan tidak beroperasi, pasti potensi udang banyak. Yaa saya den gar kemarin, di RKJ/Winbro yang Bapak pergi Responden kemarin itu, begitu huang jaring dengan katinting dapat udang yang besar-besar, padahal dulunya daerah itu hanya kayu tok. Pewawancara Selama keJja bagaimana kesannya? Apa mau 1anjut lagi? Saya rasa cukup, satu kali aja, kita tertalu banyak ditipu, dari Responden tunjangan jarnsostek, pesangon, tunjangan kesehatan tidak ada. Kita berobat aja, memang dikatakan ditanggnng kalau sakit-sakit biasa, tapi ka1au sudah penyakit parah apa1agi operasi gak ditanggung. Pewawancara Kalau karyawannya kelihatannya banyak wanita kan, dari mana aja? Paling banyak dari daerah Bapak (Toraja) kemudian Jawa, dan Responden Bugis, kalau putra daerah bisa hitung denganjari aja. Pewawancara Setelah perusaan tutup mereka kemana? Pulang ke karnpung masing-masing, perusahaan tanggung dari Responden wimbro ke sorong aja, sampai di sorong cari jalan masing-rnasing ke kampung halaman. Disini (Sorong) ada mess perusahaan tapi tidak disediakan makan, pemakaian air terbatas, ya sama aja. Akhimya saya tingga] di sini (hotel) Pewawancara Perusahaan beroperasi dari tahun berapa dan bagairnana I perpanjangannya? Beroperasi dari tahun 1989 dan perpanjangan ijin setiap tahun. Responden Tapi kelihatannya Perusahaan punya be king yang kuat di Angkatan Laut-ini menurut saya ... sepertinya-, surat-suratnya semua mati dari tahun 2004. Sebabnya, kalau kita operasi, dan ada kapal Angkatan Laut keluar patroli, kita dikabari untuk tidak beroperasi karena ada patroli di daerah daerah tertentu, nanti kalau ada berita bahwa sudah aman, kita boleh kembali lagi oprasi. Saya lihat biaya perpanjangan ijinnya aja 19 juta per kapal kecil, kapal besar, pasti lebih besar dan perusahaan pasti berhitung. Pewawancara Bagaimarta denganjarninan makan di kapal? yaa kita dijatah bahan pokok per bulan, tapi kalau karyawan di Responden darat, hanya dikasih uang makan 100 ribu per bulan saja. Pewawancara Kembali ke 30 kapal yang beroperasi, bisa cerita sedikit tentang konsurnsi BBM nya? Ada dua jenis mesin yang dignnakan 23 kapal gnnakan dompeng Responden dan 7 gunakan karneng, karneng adalah jenis boros BBM, dari jam 6 pagi sarnpai jam 7 malarn stop, habis minyak bisa 450 ~ 500 liter, jadi stok minyak 5 ton, kalau habis, kita kembali isi di
159
Pewawancara Responden Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara
ResJJOnden
darat paling lama 2 hari. Artinya 5 hari bisa operasi di !aut. Bagaimana dengan Dompeng? . Saya lihat maksimal daya tampung 3 ton, sedangkan per hari tarar11ta I ton BBM, berarti bisa sekitar 9 hari di !aut. -Berapa jumlab masing-masing? Dan jam operasi? Kameng ada 7 kapal, dan selebihnya dompeng (23). Ya operasi jam 6 pagi sampai jangkaran jam 7 malam karena fasilitasnya tidak mendukung, tapi tergantung kalau udang lagi naik, bisa sampai jam I 0 atau II malam baru jangkaran di tempat operasi Ada beraoa orang di kaoal dan bal!llimana sistem kerianva? 7 orang termasuk koki dan kapten. Begitu trawl naik, kita coker, langsung buang sampah ikan, lalu udang kita cuci dan di potes/patah kepala dan dicuci lagi. Lalu di timbang untuk laporan besok pagi. Sistemnya, udang nggak bisa keluar. Setelah cuci, masukkan dalam blong dengan es balok lalu ditutup. Bagaimana dengan pembelian udang dari masyarakat? Memang perkampungan sekitar perusahaan dibuka juga dengan maksud perusahaan juga membeli dari masyarakat, tetapi dengan harga rendah, karena ma•yarakat sudah ngambil es batu/modal dll sebalum menangkap udang. Ya bisa sekitar 25 ribu untuk jenis babana yang harganya 32 ribu per kg. Ok Trima kasih banyak Pa Rein, udab cukup Jarut malam, sementara ini dulu, kalau sempat kita lanjutkan, kita bisa cerita Jagi Samasama
160
Transkrip Wawancara 6. Responden : MUSMAN ALKATIRI Jabatan!Pekerjaan : TOKOH MASYARAKAT Hari!fanggal : Selasa, 29 Maret 2005 Waktu : 10.00 WIT sampai selesai Tempat : Desa Warganusa
Pewawancara Bapak ...., saya mau tanya-tanya sedikit mengenai pendapat Bapak tentang Perusahaan termasuk apa yang Bapak harapkan ke depan menyangkut PT BUMWI. Mengenai PT BUMWl, awalnya ya... saya bisa cerita, Responden masyarakat punya kehidupan tidaklah seperti sekarang ini, sudah hidup agak baik, makan dan minum sudah agak baik, hanya mungkin Perusahaan bisa perbaiki lagi, karena kekurangan perusahaan selama ini hanya tidak adanya pemberdayaan kepada masyarakat. Memang perusahaan memberikan kepada masyarakat apa yang mereka minta, tapi kami rasa ini adalah proses pembodohan masyarakat. pemberdayaan masyarakat perlu agar dia bisa hidup sendiri dan tidak bergantung kepada perusahaan. Kami yakin bahwa satu saat perusahaan akan selesai. Dan perusahaan akan meninggalkan 2 hal yaitu kemiskinan dan kebodohan.. Kenapa? Karena selama 1m perusahaan tidak membiayai anak-anak kami untuk sekolah supaya pintar, juga tidak memberikan pemberdayaan sehingga masyarakat masih berpik:ir hidup kedepan seperti apa ... , masih tanda tanya. Karena 18 tahun perusahaan beroperasi dan mengadakan kerjasama dengan masyarakat, kami tidak menyangkal, kami hidup dari perusahaan karena kebutuhan material diambil dari masyarakat, termasuk ikan, atap, kayu, krikil, sayur, kelapa kering. Cuma dengan model itu, rasanya tidak cukup karena hanya membeli dan tidak memberikan fasilitas yang cukup supaya masyarakat bisa bekerja dan mendapatkan hasil lebih banyak. Jadi menurut pendapat kami tokoh masyarakat, nantinya kalau perusahaan tinggalkan masyarakat, dia akan kembali ke kehidupan yang dia sudah tinggalkan dulu. Pewawancara Sehubungan dengan itu, kan ada program P.MDH dari Perusahaan bagi masyarakat. Bagaimana? Jadi sebenamya Perusahaan menjalankan bina desa, betul-betul Responden
161
Pewawancara Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara
Responden
Pewawancara
Responden
dijalankan tapi tidak menyentuh. Mereka jalankan program buahbuahan, tapi dia tidak pelajari apakah itu cocok bagi masyarakat atau tidak. Sebenarnya dia harus bangun perekonomian seperti penangkap ikan dlsbnya. Begitu dia datang menamam, dia percayakan masyarakat sedangkan masyarakat punya dlsipplin ilmu tidak ada. Memang ada dana pemeliharaan tetapi hanya dikasih dan tidak jadi. Ya itu bisa dilaksanakan tapi sistemnya diperbaiki sehingga darnpaknya menguntungkan masyarakat. Sekaligus perusahaan tidak rugi, buang uang dan barangnya tidak iadi. Kalau dari awal PMDH, ada tidak program yang berhasil? Atau tidak sama sekali. Kalau PT BUMWI sekitar 80% berhasil, karena ada perumahan yang dibuat di Babo. Kalau petemakan, sudah pemah dilakukan tapi kami masyarakat salah, juga perusahaan salah karena tidak ada tenaga tenaga ahli yang dikasih untuk bina masyarakat, sehingga kalau dia pelihara karnbing modelnya seperti apa, jadi orang sini dikasih (karnbing) lalu kasih tinggal (dibiarkan), liar kesana kemari saja. Nanti liasilnya tinggal diambil dan ini tidak boleh! Jadi kelanjutan bantuan itu yang tidak ada? Saya dengar pemah dengar daoat bantuan oelatihan menanakao ikan?. Memang betul ada, tapi kemampuan masyarakat demikian. Dikasih tapi tidak ada pembinaan lanjutan. Kalau itu ada, saya anggap PT BUMWI akan berhasii!OO %. Apakah PT BUMWI sendiri yang harus memberdayakan masyarakat atau ketjasama dengan LSM atau model bagairnana suoava berhasil? Saya rasa BUMWI sendiri bisa, saya katakan 80% bisa berarti tinoga] 20% saja sisanya dan itu bisa. Wilayah BUMWI ini kan ada beberapa marga, saya pemah ketemu pak Omar Manoama namun saya tidak bisa cerita banyak karena beliau punya keperluan lain juga, Cuma bisakah Bapak I ielaskan hagaimana kondisi saat ini tentang marga-marga itu. Begini, rnarga-marga yang ada disini dibawah areal ketja BUMWI, marga semua punya hak, cuman masyarakat dikasih kaget dengan hak ulayat atau kompensasi sehingga masyarakat menjadi tidak kenai satu sarna lainnya. Jadi Manoarna Nauri Viawe Refideso Tatuta Vigo, Vurior, sampe Sarbe kan masuk wilayah PT BUMWI. Mungkin dari awal ada teknis yang yang salah oleh Perusahaan jadi saya katakan itu merusak! Kenapa? Mulai awal tidak diatur baik, sehingga pacta pertengahan dan akhir kontrak perusahaan akan meninggalkan efek-efek yang kurang baik. Bukan hanya PT BUMWI, Djayanti Group dll juga, dan yang mereka tinggalkan pennusuhan antara masyarakat dan masyarakat. Karena sistem awal tidak rneletakkan persoalan yang nantinya atau besok-besok ada masalah bisa nyambung. Sehingga mere~ (Perusahaan) tidak ounva kemampuan untuk ini.
162
Pewawancara Bapak tadi bilang meninggalkan permusuhan antar masyarakat, sampai sebatas mana? Responden Sebatas wilayab 101 secara keseluruhan. Perusahaan kan beroperasi di wilayab beberapa marga. Tetapi yang teijadi marga yang bisa menyenangkan perusahaan, itulah marga yang mana perusabaan akan lebih de kat sehingga menimbulkan kecemburuan, Pewawancara Bagaimana dengan pendapat bapak tentang perpanjangan ke-2! PTBUMWI? Responden Saya sementara beberapa bulan llll masukkan pikiran ke perusabaan, bahwa selama ini sistem yang dignnakan tidak boleh dignnakan lagi. Jadi kita segala persoalan di perusabaan dan masyarakat dibawa ke dalam forum kekeluargaan, sehingga menjadi masalah bersama dan bisa dipecahkan. Karena kalau PT BUMWI tutup juga, masyarakat akan kembali kekehidupan dulu. Jadi kalau mau lanjut, perbaiki sistem pekerjaan dalam arti selalu ada musyawarah. Mernang ada rahasia perusahaan tetapi selalu ada musyawarah untuk hal-hallain misalnya peraturan yang harus diikuti perusaab, barns disampaikan kepada masyarakat supaya senang. Praktek ini saya sampaikan di Yaru, tidak ada masalab I (sis~em penebangan dll) __ _ ___ ---;:---· Pewawancara Kemudian mus_yawarah itu mudah dilaksanakan? Responden Tidak ada kesulitan, karena kita di kampung-kampung, kami sudab buat rumab adat. Jadi keliling wilayab ini kami semua punya hubungan. Tidak susah untuk mempertemukan masvarakat/mar~a-marga
Pewawancara Terkait dengan adanya beberapa marga yang sering datang ke perusahaan untuk meminta bantuan, diluar kompensasi yang telah di berikan, bagaimana pendapat Bapak? Responden J adi sebenarnya, kalau ada masyarakat datang, pergi, dan datang lagi, barangkali ada hal-hal yang bel urn diselesaikan, kalau bisa diselesaikan saya rasa tidak ada lagi. Masyarakat ke perusabaan datang mencari uang karena dia tidak punya apa-apa, kuncinya kalau kita bangun ekonominya, dia tidak punya waktu untuk main-main ke perusahaan. Tetapi kalau tidak, dia akan berpikir dengan jalan atau cara apapun bahkan dengan kekerasan dia ke perusahaan, yang penting bisa bawa uang. Saya berapa bulan terlibat di PT BUMWJ untuk melihat persoalan-persoalan itu. Saya bicara dengan marga Manuama, Nauri Viawe tentang dana PMDH untuk disisihkan membantu 9 desa lain, itu diterima. Saya yakin tidak ada persoalan, hanya saya kira sistemnya saja. Kami disini, satu batang rokok berharga, tetapi bukan berarti dia bisa dibeli dengan satu batang rokok. Kemungkinan mereka (masyarakat) datang ke Amutu karena melihat ada renovasi, sementara masyarakat merasa belwn ada pembicaraan dengan mereka. Kesalahannya hanya :kurang informasi. Orang disini kalau dijelaskan bahwa kami lagi adakan perbaikan untuk ini dan itu, tidak ada masalah. Masvarakat bisa menenma kalau
163
Pewawancara
Responden
Pewawancara Responden
Pewawancara
Responden
Pewawancara Responden
diberitahu dulu. Kunci pertama adalah transparan. Bagaimana pendapat Bapak tentang keberadaan dan sistem beberapa perusahaan lain disekitar sini seperti Djayanti, BP (LNG Tang!!llh1: dibandinokan dengan PT BUMWJ? Saya kalau melihat ini, khusus kayu, saya bisa katakan PT BUMWI lebih baik. Kalau BP dari segi gaji, saya katakan bagus, tapi dari segi aturan sangat memgikan masyarakat khususnya orang Papua yang ada disini. Karena kalau mereka mau terima kayu, harus ada CV, PT, sementara karni tidak punya. Kami tidak punya uang untuk urns itu dan karni akan jadi penonton saja. Kami tidak setuju dengan yang dilakukan BP, sangat berbeda dengan apa yang disosialisasikan BP sebelumnya. Kehutanan bekeija sarna dengan perusahaan-perusahaan untuk membuat kami sengsara. Karni punya kayu 7 kubik harus punya ijin yang diurus ouluhan iuta? Bagaimana dengan Kelembagaan Masyarakat yang ada di sini I (LMAl? LMA belum bekerja semaksil mungkin karena LMA baru terbentuk dan karni belum paharn. Kami berharap Pemerintah dan LSM bisa membioa LMA karni supaya paham fungsi dan tujuannya. Sehingga LMA yang ingin membela masyarakat oamun kemampuannya tidak ada. Sampai saat ini, LSM apa saJa yang bergerak untuk I oemberdavaan LMA? Sekarang yang bekeija disini adalah PERDU Manokwari. LSM kami sangat percaya untuk bantu masyarakat, dari sisi informasi, termasuk pelatihan. Ada rencana mau bangun tambak untuk kepiting termasuk tenaga ahlinya. Ini baik dan tidak seperti bantuan iarring dan mata kail saia. Dan lokasinva disini Ba.!aimana kalau LSM dan Perusahaan bekeria sama? Saya ingin begitu, kalau memang LSM dan Perusahaan ada niat baik. Kalau ada bantuan dari PT BUMWI, kalau bisa dari LSM yang lain supaya bantuan tidak bertumpuk-tumpuk. Kami sudah usul ke PERDU untuk membentukan bantuan kredit kecil-kecilan
dan mereka sudah memberikan bantuan dalam bentuk rnesin. Kami sangat beterima kasih atas kedatangan anak disini, supaya karni punya keinginan seperti apa, anak bisa tahu. Jadi yang jelas kami masih menginginkan PT BUMWI beroperasi terns. Dari segi pengelolaan hutan sudah baikltidak merusak, walaupun mungkin ada kesalahan tapi tidak terlalu banyak. Kemudian kalau PT BUMW!langsung leoas wah bagaimana kondisi masvarakat. Pewawancara Waktu Pak Omar datang, saya ada tanya sedikit, dan behau paham akan perpanjangan Kontrak. Saya Tanya apa yang Bapak inginkan. Dia berharap ada kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat serta perusahaan kedepan dalam perpanjangan ~kontrl\k,__Bagaimaoa pendaJlal Bapak. Responden Yang karni katakan tadi tentang kehutaoan, segala program I nerusahaan ada kaitan deng;m aturan kehutanan. _Qalil_m _lc~l ini
164
Pemerintah yang kami maksudkan adalah kehutanan. Namun yang kami mengharapkan adalah kehidupan masyarakat akan lebih baik. Pewawancara Bagaimana tentang komoensasi hak ulavat? Begini, mengenai kompensasi diperuntukkan pacta yang punya Responden tempat, cukup sudah kornpensasinya seperti itu, hanya perusahaan berkewaj iban melihat kehidupan masyarakat Saya tidak sekolah hanya SD saja, ada Undang-undang yang menyebutkan semua ini diperuntukkan bagi masyarakat Kalau memang menurut perusahaan karena dia hitung, bagaimana rasa sosialnya jadi jangan cuma dihitung dari hal itu saja. Kami pun sadar bahwa alam ini milik sernua orang kaya maupun miskin, tapi yang jelas kava harus memoerhatikan yang miskin. Pewawancara Bagaimana dengan kedudukan sebenarnya lndustri di Pulau Amutu, ada beberapa marga yang mengklaim sebagai hak mereka, sehingga senng berkunjung ke perusahaan untuk mendapatkan hak mereka, bahkan sering mengganggu ketja I perusahaan. Responden Jadi Sarbei mengatakan dia punya, Wagura, Babo juga berdasarkan sejarah dan lokasi, tapi sebenarnya kemarin saya bicara bahwa ini kita semua punya, jadi harus diatur. Barangkali PT BUMWI bisa atur untuk disewa saja sehingga bisa untuk semua, tetapi setelah musyawarah. Yang penting jelas, bukan masalah nilainya. Tetapi barang dia harus dihargai. Pewawancara Bisa bapak sebut marga yang ada di areal PT BUMWI ini? Diwilayah ini, Nama desa Saengga, Tanah Merah, Kelapa Dua, Responden Aroba, Yaru, Warganusa I, Warganusa II, Sara, Tugerama, Suga, Wagura, Sarbey. Marga dominan, Babo=Manuama Nauri Viawe Refideso Werbete; Sarbei~Vurier. Satu kampung banyak marga, tapi ini adalah marga utama. Untuk musyawarah ini, kalau bisa perusahaan yang fasilitasi. Jadi kalau ada musyawarah, kedepan PT BUMWI bisa Jalan baik dan tidak ada masalah lagi. Kalau Pimpinan Bumwi, semua kenai masyarakat dan suka bergurau dengan masyarakat, beda dengan perusahaan lain. Perusahaan lain, istilahnya 'malaikat lebih mudah kita temui dari pacta pimpinan mereka'. BP kalau kita tidak pake sepatu atau pakaian yang bagus, duduk diluar dan orang yang akan kita ketemu yang keluar menemui kita. Pewawancara Kalau BP baeaimana? Sudah ialan kegiatannya? Ya tapi saya kurang mengerti apa program-programnya. Responden Pewawancara Bagaimana dengan Javanti? PMDH nya tidak ada, juga reboisasi, tebang dan kasih tinggal Responden saja. Saya tabu yang tanam buah-buah itu perkebunan. Hutan ini sudah kosong, dari Sara sampai kairnana sampai Yaru Aroba Kelapa Dua, habis. Tinggal kayu yang diameter 20 em saja. Sementara dia tidak pusing kita. Saya pemah menangis. Kepala Desa minta beras I 0 kg dan ditanya oleh perusahaan nanti __________ ~~tong deng~.!!. kompensasi yang mana? Menu_r:t:l!. kami Jayanti
l
165
punya perlakuan ini membunuh masyarakat. 200 tabun baru bisa utuh lagi hutannya. Sistem dia, ialab mengadu domba masyarakat. Cobalab kalau tanam pohon lab walaupun bukan merbau,, sementara pal a dalam hutan juga ikut habis. Pewawancara Koperrnas apakah ada? Responden Tidak ada dilokasi ini. Karni minta dana untuk anak sekolah susah .... Kalau Perusahaan mau beroperasi yaaa sediakanlah dana sedikit untuk anak sekolah. Sehubungan dengan sering datangnya beberapa orang alas nama masyarakat untuk minta bantuan, saya udab bilang pak lewi, roni dll supaya kalau memang dari perusabaan tidak bisa memberikan, ya jangan diberikan. Tetapi harus dudukkan orang tersebut baikbaik supaya ada penyelesaian. Hanya memang kondisi yang ada bahwa orang-orang penting diperusahaan kadang lambat masuk kerja, sehingga orang yang memerlukan pimpinan tersebut kadang menunggu terlalu lama. Pewawancara Saya kira sudab cukup banyak yang saya tanyakan ke Bapak hari
..
Jnl.
Responden
Memang, saya mau katakan bahwa semua yang dikeluhkan masyarakat khususnya dari kampung-kampung kurang lebih itu semua vang sudah sava samoaikan.
166
Transkrip Wawancara 7. Responden: NIKOBUBUY Jabatan/Pekerjaan :
KAUR ARMADA LOG'S Hariffanggal :
Selasa, 25 Maret 2005 Waktu :
22.00 WIT sampai seJesai Tempat :
guest house BUMWI
Pewawancara Bagaimana menurut Om tentang masyarakat yang sering datang dan pergi meminta bantuan ke perusahaan Responden Kalau dilihat dari posisi perusahaan yang strategis, agak susah diatasi, apalagi solidaritas perusahaan tinggi, dengan memberikan kebebasan dan lain-lain. Kalau dulu tidak. Pewawancara Sejak kapan berubah? Responden Sejak Abidin (manajer lama) pulang ke Sorong. Dulu yang sifatnya bantuan ini kelihatannya ga ada, tapi sekarang ini, mungkin jaman berubah sehingga kehadiran perusahaan ini harus membantu masyarakat. Kita kewalahan apabila pas mereka membutuhkan transport, ini sangat mengganggu. Kenapa, karena alat yang kita operasikan untuk kebutuhan produksi, ... . Ya salah langkah. Kalau tidak diberikan, kita diancam dan lain sebagainya. Makanya kita atur bagaimana caranya Sl1})~_ya~k~_aan bisajalan Pewawancara Bantuan transpor apa saja yang masyarakat minta? Responden Tug boat sering mereka minta bantuan, kadang kala untuk demo di Bintuni, mereka mendesak. Saya akhimya kasih 2 unit karena menurut mereka 1 unit tidak cukup. Waktu itu masalah penerimaan pegawai baru. Pewawancara Dari masyarakat mana? Responden Dari Babo. Pada saat itu, saya berpikir, kalau saya kasih, berarti kita mendukung masyarakat pendemo, tetapi kalau tidak dikasih ya susah. Kalau kita lihat mereka sudah mengganggu stabilitas operasional produksi perusahaan yang pada akhimya mempengaruhi produksi. Akhimya tanggung jawab kita pada pemerintah daerah dan masyarakat tidak sesuai. Saya pemah sampaikan ke Pak Syaiful (Dinas Kehutanan Bintuni), bahwa Pemda memberikan ijin kepada Pengusaha untuk beroperasi dengan kewajiban-kewajiban pajaknya, kemudian kalau kami dipersulit oleh instansi-instansi terkait ba~imana? Pewawancara Contohnya? Responden Polisi yang tugas di tempat lain, minta BBM disini. Ini san_g_at
167
menggangu. Kita perhitungkan BBM untuk pengoperasian alat jelas, akan mengganggu. Ini yang kita hadapi. Karyawan kadang ngomel ke Pengusaha, tapi pemerintah tidak menvadari.
Pewawancara Oknum Instansi apa yang sering minta bantuan BBM dan ratarata heraoa? Responden Dari Kepolisian Babo, Bintuni juga sering, Pelni juga. Umpama Pelni, bantuan solar 2 drum. Kadang Minyak Tanah atau Bensin, tergantung jenis enginenya, dan pasti dikasih. Bel urn permintaan masyarakat, desa dan Carnal. Kalau lain-lain (Perusahaan lain) tidak seperti kita. Pemah saya katakan kepada Staf Dinas Kehutanan, anda punya kepentingan saya pWlya kepentingan, kalau saya butuhkan tanda Iangan anda harus tandatangan karena ini berhubungan ke pemenuhan kas negara. Pewawancara Kalau ada pemuatan (ekspor), berapa orang dari Kehutanan yang datang? Responden Kadang dua orang atau tiga orang, dan tidak lama. Yang kadang kala saya tidak setuju, mereka alasan bahwa 'dokumen belum bisa ditandatangani', tapi 'tolong bawa jerigen BBM dulu'. Contobnya seperti di Babo, gara-gara Pak Edi (Manajer Keuangan BUMWJ), yang terpaksa membeli BBM di Babo dalam rangka mengantisipasi berhentinya produksi, yang katanya BBM tersebut untuk keperluan masyarakat, beberapa drum S3J3. Maksudnya pinjam dulu, nanti kalau datang droping BBM Perusahaan dari Sorong akan diganti, tapi akhimya dimasukkan di Sellpenjara Polsek Babo. Tapi suatu saat ketika pihak Polsek minta BBM Gratis di Perusahaan, seorang Staff Polsek Babo an Petrus membela Perusahaan dengan mengatakan •kalian sudah tahan orang di Polsek, lalu minta minyak gratis lagi' Memang si Petrus Polisi itu sudah lama dan menyatu dengan masyarakat. Pewawancara Saya melihat bahwa permintaan yang tidak menentu tru men 1 oerusahaan ... Responden Contoh saja yang punya hak ulayat, kadang sampai nota 20 kg beras, diganti jadi 50 kg, minyak I 0 liter diganti 20 liter. Padahal sudah ada kewajiban Wltuk bayar hak ulayat setiap bulan kepada masyarakat. Mereka tidak berpikir, kalau perusahaan jatuh pailit, memangnya mau meminta kemana? Saya kira perusahaan ini cukup baik. Bayangkan perusahaan harus memberi makan orang disekitar sini, bagaimana menu makanan mau baik? Yang bukan karyawan (masyarakat dari luar camp) bertindak di kantin, dia hanva berpikir bahwa dia sebagai pemilik wilavah. Pewawancara Kira-kira ballairnana untuk menl!atasi ini? Responden Sebaiknya menurut kami itu, ada aparat misalnya Brimob, namun kami tidak mau seperti Jayanti, karena perusahaan ini sudah terkenaJ di Indonesia maupun Intemasional banyak membantu masyarakat. Jadi yang sempat saya dengar dari Pak Edi, ada pertemuan-pertemuan di Jakarta, dari Badan Dunia menlrinterview oerusahaan-oerusahaan vang berooerasi di Papua
168
Pewawancara Responden
Pewawancara
Responden
Pewawancara
Responden
Pewawancara Responden
termasuk BP, dan urutan pertama adalah perusahaan 101 (BUMWI) dalam membantu masyarakat. Taoi kalau masyarakat datang terus-menerus, apa harus dilayani? Sebenamya, tergantung pimpinan perusahaan disini, bagaimana memberikan pemahaman. Bapak punya hak ini dan ini, kalau Bapak bukan punya hak, perusahaan tidak akan memberikan, dan hanva sebatas hak-hak itu. Lalu mekanismenya bagaimana? Saya lihat selama 101, apakah masyarakat dengan sengaJa memaksa kehendak atau .... Karena kalau misalnya daerah yang kita lagi operasi, ya kita berikan bantuan sesuai hak mereka. Tapi tidak tahulah apakah karena mereka menganggap Pulau Amutu ini milik mereka, jadi hams diprioritaskan lebih dari yang lain. Tapi kalau kepala desa Yaru, tidak mau bawa berupa barang. Dia punya prinsip haknya itu berupa uang saja. Dan sudah dia sarnpaikan ke Perusahaan, kalau dia tidak memberikan catatan penmintaan, jangan dilayani. Artinya beliau cukup lebih baik dari yang lain·lain. Yang lain datang, semaunya minta speed antar kesana kemari, seperti Big boss aja. Saya sampai katakan, datangkan brimob saja~ Soalnya mereka sampai mengacman akan menghentikan produksi. Pemah waktu lalu, mereka menuntut uang dalam jumlah milard rupiah, kami dengan Pak Komboi buat pemyataan dengan ditandatangani kepala-kepala desa, dengan isi kalau memang untuk kepentingan semua masyarakat, ya kita lanjutkan dan bukan untuk kepentingan I atau 2 marga. Bagaimana ceritanya sampai Om Niko bisa kerja di BUMWI dan mendapatjabatan ini (Kaur Logs)? Dulu ketika saya sudah tamat SMEA, aya masukkan lamaran ke Perusahaan ini, waktu itu saya ada di PT Fulica Manokwari satu bulan, dan ada panggilan ke sini. Saya ditempatkan di kapal. Dalarn I tabun saya tenmasuk bisa menguasai kapal dan akbimya saya diangkat jadi Nahkoda. Tahun 1994 tenmasuk karyawan terbaik dan mendapat penghargaan (penggangeng, pengemudi dan pengatur terbaik di perusahaan ini). Penghargaan dalarn bentuk apa? Ya dalarn bentuk penyarnpaian aja di forum. Waktu itu ada nahkoda sekitar 8, dan saya baru I tabun bawa kapal. Ya saya dapat 6 arnplop saja (hadiah khusus) juga kemeja bagus-bagus dari manajer dan jam tangan, akhimya saya berikan jam itu ke kemenakan, dan kemeja tersebut saya bagikan ke orang tua saya. Gaji saya awalnya Rp. 85.000 saja. Dulu setiap bulan kita saling tanya (antar tug boat) kalian dapat berapa patok? 3800, 3300 dll. Kita saling bersaing. Saya punya perhitungan, 1 hari bisa 2 kali muat per pontoon, karena ada dua rombong yang bantu, yang penting ada makannya. Saya tegas dan kalau ada yang katakana bahwa bocor pontoon, saya cek kalau ga benar, saya berikan sanksi. Justru mas-mas dari Jawa senang dengan sava, karena ada keria sama vang baik.