perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS (DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO)
TESIS Guna memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama: Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh: Ninik Artiningsih NIM :S 541002042
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS (DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO)
Disusun Oleh: Ninik Artiningsih NIM :S 541002042
Telah disetujui oleh tim pembimbing
Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP 19661108 199003 2 001
Pembimbing II
Jarot Subandono, dr., M.Kes NIP 19680704 199903 1 002 Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., PAK.,MM., M.Kes NIP 19480313 197610 1 001 commit to user
ii
Tanggal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS (DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO)
Disusun Oleh: Ninik Artiningsih NIM :S 541002042
Telah disetujui oleh tim penguji Pada tanggal….. Jabatan
Nama
Ketua
Prof.Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA (K) NIP 19490317 197609 1 001
Sekretaris
Dr. Hermanu, M.Pd NIP 19560303198603 1 001
Anggota
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP 19661108199003 2 001 Jarot Subandono, dr., M.Kes NIP 19680704 199903 1 002
commit to user
iii
Tanda Tangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta. (HR. Abu Na’im) Tuntutlah ilmu dan belajarlah ilmu untuk ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani) Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syorga. (HR. Muslim).
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PERSEMBAHAN
KUPERSEMBAHKAN KARYA INI KEPADA: SUAMI DAN ANAK ANAKKU DUNIA KEBIDANAN ALMAMATERKU
Siapa yang ingin mencapai puncak sukses, dia harus memanjat dan mendakinya, bukan melompatinya
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : NINIK ARTININGSIH NIM. : S.541002042 Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR DENGAN
DAN
PEMERIKSAAN
SIKAP
INSPEKSI
VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS (DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO) Adalah benar-benar karya otentik saya sendiri. Hal-hal yang terdapat dalam tesis ini dan yang bukan karya saya diberi tanda kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila diketahui di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut
Surakarta, April 2011 Yang membuat pernyataan,
NINIK ARTININGSIH
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Ninik Artiningsih. S 541002042. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Cervik. Tesis Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011 Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh didalam rahim atau serviks yang dapat terjadi pada wanita usia 3555 tahun. Hal ini dapat dicegah dengan tindakan yang efektif melalui IVA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Sampel sebesar 100 WUS yang ada di wilayah Puskesmas Blooto Kota Mojokerto yang memenuhi criteria inklusi, diambil dengan teknik cluster random sampling. Variabel bebas adalah pengetahuan dan sikap WUS, sedangkan variabel terikatnya pemeriksaan IVA. Lembar kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sudah diukur validitas dan reliabilitasnya dan selanjutnya data dianalisis dengan korelasi person dan regresi dengan bantuan komputer program SPSS. Hasil analisis statistic menunjukkan ada hubungan yang bermakna dan positif antara pengetahuan WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,535). Ada hubungan yang bermakna dan positif antara sikap WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,381). Secara simultan pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada WUS di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto sebesar 49,3% Kesimpulan penelitian ini adalah hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap WUS dengan pelaksanaan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker servik. Hendaknya dilakukan peningkatan pengetahuan wanita usia subur di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto mengenai pemeriksaan IVA. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus informasi baik melalui Puskesmas, dokter praktik pribadi, bidan praktik swasta, media elektronika, maupun penyuluhan-penyuluhan Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap WUS, Perilaku pemeriksaan IVA
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Ninik Artiningsih. S 541002042. Relationship Between Level Knowledge and Attitudes of Fertile Aged Women with Behavior Inspection Visual Acetic Acid in the Context of Early Detection of Cervik Cancer. Thesis Studai Family Medicine Program. Graduate Program Sebelas Maret University of Surakarta. 2011
Cervical cancer is a malignant tumor that grows inside the uterus or cervix that may occur in women aged 35-55 years. This can be prevented by effective action through IVA. The purpose of this study to determine the relationship between the level of knowledge and Women Aged Fertile with IVA inspection within the framework of early detection of cervical cancer This study is a cross sectional analytic approach. Samples of 100 women in the area of PHC Blooto Mojokerto who meet criteria for inclusion, extracted with cluster random sampling technique. The independent variable was the knowledge and attitude of women, while the dependent variable IVA behavior. Questionnaire used for data collection that has measured the validity and reliability and then the data were analyzed by correlation and regression persons with SPSS. The result of statistical analysis showed there was significant and positive relationship between knowledge and behavior examination women IVA (p = 0.000 and r = 0.535). There is a significant and positive relationship between attitude and behavior examination women IVA (p = 0.000 and r = 0.381). Simultaneously, knowledge and attitudes influence the behavior of IVA on women in Blooto PHC, Prajurit Kulon Mojokerto City, amounting to 49.3% The conclusion of this research is a significant relationship between knowledge and attitude to the implementation of inspection women IVA in order the early detection of cervical cancer. It should be improving the knowledge of women of childbearing age in Blooto PHC, Prajurit Kulon, Mojokerto on behavior IVA. This can be done by increasing the flow of information through health centers, private practice physicians, midwife private practice, electronic media, and the extension-extension Keywords : Knowledge, Attitude women, IVA Behavior
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji bagi allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan karunia dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS”. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Kesehatan pada Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Prof. Dr. H.M. Syamsul Hadi, dr., Sp.KJ., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menjalani pendidikan Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan surat keputusan pengangkatan dosen pembimbing proposal mahasiswa program studi Magister Kedokteran Keluarga.
3.
Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes, selaku ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang senantiasa membimbing dan memberikan arahan dalam penyelesaian tesis ini.
5.
Jarot Subandono, dr., M.Kes., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.
6.
Suami dan anak anak tercinta, terima kasih dukungan moril, material dan doanya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan tesis ini.
7.
Teman – teman seperjuangan mahasiswa pascasarjana kelas paralel I Program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta
2010, terima kasih atas kerjasama selama pendidikan dan
penyusunan tesis ini. Semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan dari Allah SWT dicatat sebagai amal sholeh. Akhirnya saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan tesis ini sangat penulis harapkan.
Surakarta, Maret 2011 Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………….
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI…………………………………….
iii
MOTTO……………………………………………………………………….
iv
PERSEMBAHAN……………………………………………………………
v
PERNYATAAN……………………………………………………………..
vi
ABSTRAK…………………………………………………………………….
vii
ABSTRACT…………………………………………………………………….
viii
KATA PENGANTAR………………………………………………………
ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….
xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………
xv
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………
xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….
xvii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….
1
A. Latar Belakang…………………………………...…………….
1
B. Rumusan Masalah……………………………………………..
3
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….
3
D. Manfaat Penelitian…………………………………………...
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………...…
5
A. Kajian teori………………………………………………….
5
1. Konsep Pengetahuan…………………………………….
5
2. Konsep Sikap……………………………………………
13
3. Konsep Wanita Usia Subur……………….………………
20
4. Inspeksi Visual Asam Asetat……………………………
21
B. Penelitian yang relevan……………………………………….
29
commit to user C. Kerangka Berfikir……………………..………………………
31
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis ……………………………………………………..
32
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………..
33
A. Desain Penelitian……………………………………………
33
B. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………
33
C. Populasi, Sampel dan Sampling………………………………
33
D. Identifikasi Variabel Penelitian……………………………..
35
E.
Definisi Operasional Variabel………………………………
35
F.
Instrumen dan Analisis Uji Coba Penelitian…………………
37
G. Teknik Pengumpulan Data……………………………………
43
H. Teknik Analisis Data………………………………………….
44
I.
Etika Penelitian………….……………………………………
48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN…………………..
49
A. HASIL PENELITIAN………………………………………………...
49
1. Data Umum Penelitian…………………………………………….
49
a. Umur Responden……………………………………………...
49
b. Pendidikan Responden………………………………………..
50
2. Data Khusus Penelitian……………………………………………
50
a. Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan IVA……………….
50
b. Sikap WUS terhadap prilaku pemeriksaan IVA………………
52
c. Perilaku WUS dalam pemeriksaan IVA………………………
53
3. Uji Hipotesis Penelitian
………………………………………...
55
a. Hubungan Pengetahuan WUS dengan Pemeriksaan IVA…….
55
b. Hubungan Sikap WUS dengan Pemeriksaan IVA……………
56
c. Hubungan antar Tingkat Pengetahuan dan Sikap WUS dengan Pemeriksaan IVA……………………………………
57
B. PEMBAHASAN………………………………………………………
59
1. Hubungan Tingkat Pengetahuan WUS Dengan Pemeriksaan IVA.
59
2. Hubungan Sikap WUS Dengan Pemeriksaan IVA……………… commit to user
62
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap WUS Dengan Pemeriksaan IVA Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Cerviks…
64
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………………………
69
A. SIMPULAN………………………………………………………
69
B. IMPLIKASI………………………………………………………….
69
1. Implikasi Teoritis…………………………………………………
69
2. Implikasi Managerial……………………………………………...
69
C. SARAN………………………………………………………………..
70
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
71
LAMPIRAN…………………………………………………………………..
73
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
Perbandingan IVA dengan test penapisan lain……………
23
Tabel 3.1
Hasil uji validitas variabel pengetahuan tentang IVA ……
39
Tabel 3.2
Hasil uji validitas item butir soal variabel sikap………….
40
Tabel 3.3
Hasil uji validitas item soal perilaku pemeriksaan IVA….
41
Tabel 3.4
Hasil uji reliabilitas kuesioner…………………………….
42
Tabel 4.1
Distribusi Kelompok Umur Wanita Usia Subur………….
49
Tabel 4.2
Distribusi Tingkat Pendidikan Wanita Usia Subur……….
50
Tabel 4.3
Distribusi Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang IVA…
50
Tabel 4.4
Indikator Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang IVA….
51
Tabel 4.5
Distribusi Sikap Wanita Usia Subur Terhadap IVA………
52
Tabel 4.6
Indicator Sikap Wanita Usia Subur Terhadap IVA……….
53
Tabel 4.7
Distribusi Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Pemeriksaan IVA………………………………………………………..
Tabel 4.8
Indikator Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Pemeriksaan IVA……………………………………………………….
Tabel 4.9
54
Hubungan Antara Pengetahuan Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan IVA………………………………………….
Tabel 4.10
53
55
Hubungan Antara Sikap WUS dengan Perilaku Pemeriksaan IVA…………………………………………………………
56
Tabel 4.11
Ringkasan Analisis Regresi Berganda……………………..
58
Tabel 4.12
Analisis Regresi Berganda Berdasarkan Koefisien Determinan…………………………………………………
commit to user
xiv
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Kerangka berpikir………………………………………
commit to user
xv
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
Depkes RI
= Departemen Kesehatan Republik Indonesia
HIV
= Human Immunoe Virus
IVA
= Inspeksi Visual Asam Asetat
Mupar
= Muda Paritas Rendah
Puskesmas
= Pusat Kesehatan Masyarakat
WUS
= Wanita Usia Subur
%
= Prosentase
p
= Probability
n
= alfa atau tingkat kesalahan
r
= koefisien korelasi
R2
= R kuadrat atau koefisien determinan
df
= derajat bebas
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Kisi kisi instrumen penelitian……………………..
73
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian………………………………
74
Lampiran 3
Kunci Jawaban Kuesionar ……………………….
77
Lampiran 4
Permohonan menjadi responden………………….
80
Lampiran 5
Persetujuan menjadi responden…………………..
81
Lampiran 6
Jadwal Penelitian …………………………………
82
Lampiran 7
Lembar Konsul Dosen Pembimbing …………….
83
Lampiran 8
Rekapitulasi Data Hasil Penelitian………………..
84
Lampiran 9
Hasil Analisis Data……………………………….
90
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh didalam rahim atau serviks yang dapat terjadi pada wanita usia 35-55 tahun. Kanker leher rahim dapat dicegah dengan tindakan yang efektif melalui IVA (Sukaca, 2009). IVA singkatan dari Inspeksi Visual Asam Asetat adalah cara yang mudah murah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga medis puskesmas. prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. kondisi keasaman lendir di permukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih. melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada mulut rahim (Nurcahyo, 2010 ). Data yang didapat dari yayasan kanker indonesia (2007) menyebutkan setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan di diagnosa menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia (Sukaca, 2009). Angka kejadian kanker leher rahim di Indonesia tahun 2008 diperkirakan sekitar 150 (0,15%) - 180 (0,18%) per 100.000 penduduk. Penderita kanker leher rahim umumnya datang kedokter kandungan sudah terlambat, sehingga pengobatan yang didapat hanya perawatan paliatif yang masih bisa dilakukan untuk tujuan peningkatan kualitas hidupnya (Sherman, 2005). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Pada tahun 2008 sekitar 20.000 perempuan di Jawa Timur didiagnosa menderita kanker leher rahim dan 41 kasus meninggal dunia (Suhaemi, 2009). Di Kota Mojokerto khususnya di Puskesmas Blooto jumlah Wanita Usia Subur (WUS) dengan lesi prakanker ditemukan relative tinggi, pada pelaksananan pemeriksaan IVA tanggal 14 april 2010 dari 40 Wanita Usia Subur
yang
diperiksa 11 Wanita Usia Subur atau 27,5 % dinyatakan lesi pra kanker positif ,bulan Mei 2010 dilakukan pemeriksaan IVA pada 151 Wanita Usia Subur dinyatakan IVA positif 36 Wanita Usia Subur atau 23,8% , dan Agustus 2010 diperiksa 60 Wanita Usia Subur dinyatakan IVA positif 20 Wanita Usia Subur atau 33,3% . tingginya Wanita Usia Subur dengan lesi prakanker positif tidak dibarengi dengan tingginya jumlah Wanita Usia Subur yang mau melakukan pemeriksaan IVA, pada tahun 2009 Wanita Usia Subur yang diperiksa IVA sebanyak 47 orang dari 5322 Wanita Usia Subur atau baru 0,87 %, pada tahun 2010 dari 5393 Wanita Usia Subur sudah diperiksa IVA 312 Wanita Usia Subur atau 5,8% jumlah ini masih jauh dari target yang diharapkan yaitu 80%(Laporan tahunan Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto, 20092010). Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto pada tanggal 28 Nopember 2010 dilakukan wawancara pada 10 wanita usia subur didapatkan 8 (80%) wanita usia subur tidak tahu tentang IVA dan 2 (20%) wanita usia subur tahu tentang IVA. Dari 10 Wanita Usia Subur hanya 1(10%) Wanita yang mau melakukan pemeriksaan IVA. Dari data diatas menunjukkan kurangnya pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur untuk mau diperiksa IVA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdiri dari umur, intelegensi, kepribadian, pendidikan, lingkungan, sosial budaya, informasi, pengalaman, motivasi, sumber informasi, minat dan pekerjaan (Meliono, 2008). Rendahnya pengetahuan Wanita Usia Subur tentang IVA menyebabkan sikap Wanita Usia Subur kurang dalam melakukan pemeriksaan IVA untuk deteksi kanker mulut rahim. Dampak dari rendahnya sikap Wanita Usia Subur menyebabkan sebagian besar wanita datang berkunjung dengan diagnosa kanker leher rahim stadium lanjut (Sarwana, 2005). Oleh karena itu, penyampaian informasi pada wanita usia subur tentang IVA sangat diperlukan untuk dapat merubah perilaku masyarakat terutama wanita usia subur, tenaga kesehatan (bidan) dapat mendeteksi kemungkinan kanker leher rahim dengan memperhatikan gejala klinik dan pada pemeriksaan dalam. Melihat latar belakang di atas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks di Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto”.
B. Rumusan masalah 1. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA ? 2. Adakah hubungan sikap Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA ? 3. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks . 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA b. Mengidentifikasi hubungan sikap Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks
D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai masukan dan pengetahuan tentang IVA (inspeksi visual asam asetat) sehingga ibu dapat melakukan pencegahan dan pemeriksaan lebih dini tentang kanker leher rahim atau serviks. b. Sebagai sumber pembelajaran mahasiswa dalam mata kuliah kesehatan reproduksi khususnya tentang kanker cerviks dan pemeriksaan IVA. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Puskesmas hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dan masukan bagi tenaga kesehatan,khususnya dalam memberikan informasi tentang deteksi dini kanker serviks. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
b. Bagi peneliti hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi pada Wanita Usia Subur khususnya dalam rangka deteksi dini kanker cervik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI
1. Konsep Pengetahuan a.
Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007 ). Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2008) Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris, khususnya mata dan telinga dalam proses tertentu.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behaviour) (Sunaryo,2004).
b.
Ranah Kognitif Sunaryo (2004) berpendapat bahwa pengetahuan dibagi kedalam 6 domain yang meliputi: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
1). Tahu (Know) Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat kembali suatu materi yang pernah dipelajari sebelumnya yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan dan menyatakan. 2). Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan dan dapat menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. 3). Penerapan (Aplication) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumusrumus, metode-metode dalam situasi nyata. 4). Analisis (Analysis) Kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah dapat menggambarkan, membuat bagan, memisahkan membuat bagan, proses adopsi perilaku dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisiologi. 5). Sintesis (Synthesis) Suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Ukuran kemampuan dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
menyusun, meringkaskan, merencanakan, menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6). Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek, evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau dapat menyusun sendiri (Sunaryo, 2004 ). c.
Proses Adopsi Perilaku Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1). Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. 2). Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. 3). Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4). Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
5). Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. (Notoatmodjo, 2007 ) d.
Cara Memperoleh Pengetahuan Notoatmodjo (2005) berpendapat bahwa pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran, yaitu : 1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a). Cara coba-coba salah (Trial dan Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan bahkan mungkin sebelum adanya peradapan yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinaan yang lain sampai masalah dapat dipecahkan. b). Cara kekuasaan atau otoriter Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang punya otoriter, tanpa terlebih dahulu membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan masa lalu. c). Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapkan pada masa lalu. d). Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun deduksi. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataanpernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus. 2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut “ metode penelitian ilmiah “ atau lebih populer disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Franeuis Bacor (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallien akhirnya lahir suatu cara penelitian yang dewasa ini kita kenal sebagai metodologi penelitian ilmiah. e.
Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan 1). Faktor Internal a). Umur Menurut Hurlock yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
b). Intelegensi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.Perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan (Hendra AW,2008). c). Kepribadian Kepribadian adalah karakteristik individu yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Kepribadian yang terbuka akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dikarenakan terbuka pada semua informasi baru yang datang dari luar. Sebaliknya kepribadian tertutup (introfet) akan memiliki pengetahuan yang kurang (Desmita, 2006 ). 2). Faktor Eksternal a). Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh (Hendra AW,2008). b). Lingkungan Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (Nursalam dan Pariani,2001). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
c). Sosial budaya Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami poses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. d). Informasi Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga dipengaruhi oleh informasi. Semakin banyak orang menggali informasi baik dari media cetak maupun media elektronik maka pengetahuan yang dimiliki semakin meningkat. e).Pengalaman Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman. f).Motivasi Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu (Yasin, 2008 ). g).Sumber Informasi Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan tempat pelayanan kesehatan. Pemberian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
informasi seperti cara-cara pencapaian hidup sehat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. h). Minat Minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan meningkatkan pengetahuan seseorang. i). Pekerjaan Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Adanya suatu pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. f.
Pengukuran Tingkat Pengetahuan Kategori pengetahuan menurut Nursalam (2008) yaitu : Baik
: nilai 76 – 100%
Cukup
: nilai 56 – 75%
Kurang
: nilai < 56%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
2.
KONSEP SIKAP
a.
Pengertian Sikap Dalam memberikan definisi tentang sikap, diantara para ahli banyak terjadi perbedaan. Terjadinya hal ini karena sudut pandang yang berbeda tentang sikap itu sendiri. Studi mengenai sikap merupakan studi yang penting dalam bidang psikologi sosial. Konsep tentang sikap sendiri telah melahirkan berbagai macam pengertian diantara para ahli psikologi. Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan digunakan untuk menggambarkan adanya suatu niat yang khusus atau umum, berkaitan dengan kontrol terhadap respon pada keadaan tertentu Azwar (1995), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chief, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan caracara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon . Ketiga, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. b.
Pembentukan Sikap Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 1995). Dari beberapa pendapat di atas, Azwar (1995) menyimpulkan bahwa factor faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. 1). Pengalaman pribadi Middlebrook (dalam Azwar, 1995) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, karena penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama membekas. 2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik. 3) . Pengaruh kebudayaan Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami (Hergenhan dalam Azwar, 1995). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah. 4). Media massa Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesancommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 5). Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama
sangat
menentukan
system
kepercayaan
maka
tidaklah
mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap. 6). Faktor emosional Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai
semacam
penyaluran
prustrasi
atau
pengalihan
bentuk
mekamisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu prustrasi telah hilang akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. c.
Perubahan dan Fungsi Sikap Sikap ternyata dapat berubah dan berkembang karena hasil dari proses belajar, proses sosialisasi, arus informasi, pengaruh kebudayaan dan adanya pengalaman-pengalaman baru yang dialami individu (Davidoff, 1991). Katz (dalam Azwar ,1995) menyebutkan fungsi sikap ada empat, yaitu : 1). Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukkan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkannya dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya. Dengan demikian, maka individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang merugikannya. 2). Fungsi pertahanan ego yang menunjukkan keinginan individu untuk menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam egonya atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan , maka sikap dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut. 3). Fungsi pernyataan nilai, menunjukkan keinginan individu untuk memperoleh kepuasan dalam menyatakan sesuatu nilai yang dianutnya sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
4).
Fungsi
pengetahuan
menunjukkan
keinginan
individu
untuk
mengekspresikan rasa ingin tahunya, mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. d.
Penerjemahan Sikap Dalam Tindakan Werner dan Pefleur (Azwar, 1995) mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu postulat of consistency, postulat of independent variation, dan postulate of contigent consistency. Berikut ini penjelasan tentang ketiga postulat tersebut: 1). Postulat Konsistensi Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi postulat ini mengasumikan adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku. 2). Postulat Variasi Independen Postulat ini mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda. 3). Postulat Konsistensi Kontigensi Postulat konsistensi kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok dan lain sebagainya, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi lainnya. Postulat yang terakhir ini lebih masuk akal dalam menjelaskan hubungan sikap dan perilaku. Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai bentuk tekanan atau hambatan yang dapat mengganggu ekspresi sikapnya maka
dapat
diharapkan
bahwa
bentuk-bentuk
perilaku
yang
ditampakkannya merupakan ekspresi sikap yang sebenarnya. Artinya, potensi reaksi sikap yang sudah terbentuk dalam diri individu itu akan muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikap yang sesungguhnya terhadap sesuatu. Sebaliknya jika individu mengalami atau merasakan hambatan yang dapat mengganggu kebebasannya dalam mengatakan sikap yang sesungguhnya atau bila individu merasakan ancaman fisik maupun ancaman mental yang dapat terjadi pada dirinya sebagai akibat pernyataan sikap yang hendak dikemukakan maka apa yang diekspresikan oleh individu sebagai perilaku lisan atau perbuatan itu sangat mungkin sejalan dengan sikap hati nuraninya, bahkan dapat sangat bertentangan dengan apa yang dipegangnya sebagai suatu keyakinan, Semakin kompleks situasinya dan semakin banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam bertindak maka semakin sulitlah mempediksikan perilaku dan semakin sulit pula menafsirkannya sebagai indikator (Azwar, 1995). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
3. Konsep Wanita Usia Subur a. Pengertian Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang sudah mengalami menstruasi dengan umur sampai 15 — 49 tahun (Hanafi, 2004 ). WUS muda paritas rendah (Mupar) adalah WUS yang berumur dibawah 30 tahun dengan jumlah anak 0-2 orang. WUS bukan Mupar adalah WUS yang berumur diatas 30 tahun dengan jumlah anak berapa saja atau umur istri dibawah 30 tahun dengan jumlah anak 3 atau lebih (Wanda, 2009 ). b. Faktor yang mendorong WUS melakukan IVA Faktor-faktor yang mendorong wanita usia subur melakukan IVA menurut (Sumarno, 2009) meliputi: 1) Faktor besarnya jasa pelayanan terhadap IVA dan tempat pelayanan IVA 2) Faktor kualitas pelayanan terhadap pemeriksaan IVA, 3) Faktor aksesibilitas yang mendorong pemeriksaan IVA dan tempat pelayanan IVA adalah faktor kemudahan sarana transportasi 4) Faktor dari keunggulan IVA yang murah sehingha mudah dijangkau oleh masyarakat 5) Pelayanan IVA tidak didukung pemberian informasi yang memadai 6) Hubungan interpersonal yang baik antara petugas dengan WUS hanya dengan pelayanan swasta 7) Penanganan tindak lanjut dalam pelayanan IVA masih sangat kurang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
3. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) 1. Pengertian IVA adalah cara yang mudah murah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga medis puskesmas. prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. kondisi kesamaan lendir di permukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih. melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada mulut rahim (Nurcahyo, 2010 ). Pemerikasaan serviks secara visual menggunakan asam cuka (IVA) berarti
melihat
serviks
dengan
mata
telanjang
untuk
mendeteksi
absornormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%). Daerah yang tidak normal kan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi prakanker. IVA adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumberdaya rendah dibandingkan dengan jenis penapisan lain (Depkes, 2007). b.
Keunggulan IVA 1).Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan 2).Kinerja tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk penampisan kanker rahim 3).Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan disemua jenjang sistem kesehatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
4).Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan mengenai penatalaksanaanya (pengobatan atau rujukan) 5).Sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayan ini mudah didapat 6).Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan penapisan, dan 7).Tidak bersifat infasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi bebagai lesi pra-kanker .(Depkes, 2007) Tabel 2.1 Perbandingan IVA dengan test penapisan lain Jenis tes
Aman
Praktis
Terjankau
Efektif
Available
IVA
ya
ya
ya
ya
ya
Pap smear
ya
tidak
tidak
ya
tidak
HPV/DNA
ya
tidak
tidak
ya
tidak
ya
tidak
tidak
ya
tidak
Test Cervicho graphy Sumber: Depkes, 2007 c.
Syarat IVA 1). Dilakukan diluar siklus haid 2). Pada masa kehamilan, nifas dan paska keguguran 3). Sebelum menopause. Pada pasien menopause sudah tidak kelihatan, deteksi bisa dilakukan dengan pap smear (Depkes RI, 2007 )
d. Faktor risiko penilaian IVA 1). Paritas 2). Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah 3). Pemkaian alat KB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
4). Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah 5). Riwayat infeksi menuklar seksual (termasuk HIV) 6). Merokok 7). Riwayat hasil tes pap sebelumnya yang abnormal 8). Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher rahim 9). Penggunaan steroids atau obat-obat alergi yang lama (kronis) (Depkes RI, 2007) Tujuan pemeriksaan IVA 1). Mendapatkan kanker servik pada stadium lebih awal. 2). Untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan sel mulut rahim yang dapat mengarah ke kanker mulut rahim beberapa tahun kemudian. 3). Penanganan secara dini dapat dilakukan sehingga terhindar dari kanker mulut rahim 4). Pengobatan diharapkan berhasil lebih baik. (Winkjosastro, 2005 ) d.
Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan IVA menurut Depkes RI (2007 ): 1). Meja periksa gynecologi dan kursi. 2).Sumber cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina dan serviks 3). Spekulum graves bivalved (cocor bebek) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
4). Nampan atau wadah. 5). Sarana pencegahan infeksi. 6). Kapas lidi 7). Sarung tangan periksa sekali pakai. 8). Spatula kayu yang masih baru. 9). Larutan asam asetat (3-5%) 10).Larutan clorin 0,5% untuk mensterilkan alat dan sarung tangan. e.
Kategori pemeriksaan IVA Ada beberapa kategori yang dapat di pergunakan, salah satu kategori adalah: 1). IVA negatif, maka akan menunjukkan leher rahim normal. 2). IVA radang, adalah serviks dengan radang (servisitis) atau kelainan jinak lainnya (polip serviks) 3). IVA positif,
adalah
ditemukannya
bercak putih
(aceto white
epithelium), inilah gejala prakanker. Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA. sebab temuan ini mengarah pada diagnosis serviks pra kanker (displasia ringan, sedang, berat atau kanker serviks insitu). 4). IVA kanker serviks, pada tahap ini sangat sulit menurunkan temuan stadium kanker serviks. 5). Walaupun demikian akan bermanfaat pada penurunan kematian, akibat kanker serviks bila ditemukan masih dalam stadium invasiv dini (Stadium IB-IIA).(Sukaca,2009) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
f. Tindakan IVA. Tindakan IVA menurut (Depkes RI, 2007 ) meliputi: 1). Menanyakan riwayat singkat tengtang kesehatan reproduksi antara lain: a). Paritas. b). Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah. c). Pemakaian alat KB. d). Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah. e). Riwayat infeksi menular seksual (termasuk HIV) f). Merokok. g). Riwayat hasil tes pap sebelumnya yang abnormal. h). Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher rahim. i). Penggunaan steroid atau obat-obatan alergi yang lama (kronis) 2). Langkah yang dilakukan : a). Inspeksi genitalia eksterna , apakah terjadi discharge pada mulut uretra. b).Masukkan speculum sepenuhnya secara perlahan untuk melihat serviks. Atur speculum sehingga seluruh leher rahim dapat terlihat c). Pindahkan sumber cahaya agar serviks dapat terlihat dengan jelas. d). Amati serviks apakah ada infeksi, keputihan, kista naboti e). Gunakan lidi kapas untuk membersihkan cairan yang keluar. Buang kapas lidi ke dalam wadah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
f). Identifikasi ostium servikalis dan daerah di sekitarnya g). Basahi kapas lidi dengan larutan asam asetat dan oleskan pada servik sampai seluruh permukaan serviks benar-benar telah teroles secara merata. Buang kapas lidi yang telah dipakai h). Tunggu 1 menit agar terserap dan memunculkan reaksi acetowhite. i). Periksa serviks dengan teliti. Lihat apakah servik mudah berdarah. Cari adanya bercak putih yang tebal atau epithel acetowhite yang menandakan IVA positif. j). Bila pemeriksaan visual telah selesai, gunakan kapas lidi yang baru untuk menghilangkan sisa asam asetat dari serviks dan vagina. Buang kapas lidi ke dalam wadah. k). Lepaskan speculum secara halus. l). Lakukan pemeriksaan bimanual dan rektrovaginal (bila ada indikasi). 3). Setelah tes IVA. a). Bersihkan lampu secara PI b). Celupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% c). Cuci tangan dengan air sabun sampai benar-benar
bersih dan
dikeringkan. d). Minta ibu agar berpakain. e). Catat temuan hasil tes IVA bersama temuan lain. Gambarkan sebuah peta serviks pada area yang berpenyakit pada catatan. f). Diskusi dengan klien hasil tes IVA dan pemerikaan panggul. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
g). Jika hasil negative, beritahu kapan harus control. Jika hasil tes positif atau diduga kanker , beritahu pengobatan segera yang dapat diberikan 4). Klasivikasi IVA Tes IVA
negative
:
Halus berwarna merah muda, seragam, tidak
berfitur, ektropion, servitis, ovula Nabothin, dan lesi acetowhite tidak signifikan . Tes IVA
positif
: Bercak putih (acetowhite ephitelium sangat jelas
terlihat) dengan batas yang tegas dan meninggi, tidak mengkilap yang terhubung atau meluas dari daerah squamo columnar juncon. Dicurigai kanker : Pertumbuhan massa seperti kembang kol yang mudah berdarah atau luka bernanah / ulcer 5). Pemberi Pelayanan IVA Petugas Kesehatan yang terdiri dari: a). Bidan terlatih IVA. b). Dokter Umum terlatih IVA. c). Dokter spesilis Obstretri dan Gynecologi 6). Tempat Pelayanan a). Rumah Sakit. b). Puskesmas c). Puskesmas Pembantu. d). Polindes. e). Klinik Dokter Spesialis/ Dokter Umum / Bidan. (Suhaemi, 2009)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
7). Orang yang harus dirujuk untuk tes IVA a). Setiap wanita yang sudah atau pernah menikah b).Wanita yang berisiko tinggi terkena kanker serviks, seperti perokok, menikah muda, sering berganti pasangan c).Memiliki banyak anak d).Mengidap penyakit infeksi menular seksual (Sukaca, 2009) B. PENELITIAN YANG RELEVAN 1.
Luluk Ikmanun 2009, hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi Wanita Usia Subur
melakukan pemeriksaan IVA di Desa cukur gulung
kabupaten Pasuruan . Metode penelitian analitik dengan analisis korelasi sederhana dari pearson dan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan tingkat pengetahuan dan motivasi Wanita Usia Subur untuk melakukan pemeriksaan IVA pada nilai p = 0,045, menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi Wanita Usia Subur untuk melakukan pemeriksaan IVA 2.
Sri Lestari 2010, pengaruh persepsi wanita pasangan usia subur terhadap pemanfaatan pelayanan IVA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun, Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistic berganda dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian melalui analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan IVA yaitu persepsi keseriusan penyakit (ρ = 0,008), persepsi kerentanan diri (ρ = 0,015), persepsi manfaat (ρ = 0,035) dan persepsi rintangan (ρ = 0,043). Tidak ada variabel yang commit to user tidak berpengaruh.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
3.
Ervin Nuraini 2010, Gambaran Tingkat pengetahuan WUS tentang manfaat IVA di Desa Jatijajar Kecamatan Trawas, kabupaten Mojokerto. Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu dalam melakukan pemeriksaan pap smear di Desa Jatijejer Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto dengan methode penelitian diskriptif dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh
responden
mempunyai
pengetahuan
sedang
pemeriksaan IVA sebanyak 110 responden (90,91%).
commit to user
dalam
melakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
C. KERANGKA BERPIKIR Kerangka berpikir dari kajian pustaka yang telah diuraikan sebelumnya adalah sebagai berikut :
Faktor internal Pengetahuan 1. Umur 2. Intelegensi 3. Kepribadian
Faktor Eksternal Pengetahun 1. Pendidikan 6. Motivasi 2.LingkunganSosial 7. Minat 3. Budaya 8. Pekerjaan ↓ 4. Informasi 9. Pengalam 6. Sumber Informasi
Factor yang mempe ngaruhi sikap 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pengalaman pribadi Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pengaruh kebudayaan Pengaruh kebudayaan Lembaga pendidikan dan lembaga agama Faktor emosional
PENGETAHUAN WUS
PEMERIKSAAN IVA
Pap smear HPV/DNA Test Cervicho graphy
DETEKSI DINI KANKER CERVIKS
SIKAP WUS
Keterangan : : Diteliti
:Tidak diteliti
Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan sikap WUS dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dalam rangka Deteksi Dini Kanker Cerviks. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
D. HIPOTESIS Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian atau rumusan masalah (Nursalam, 2008 ). Dalam penelitian ini diajukan hipotesis penelitian : a. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) b. Terdapat hubungan antara sikap dengan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) c. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Pada Wanita Usia Subur
dalam rangka deteksi dini kanker cerviks di
Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
BAB III METODE PENELITIAN A.
Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada saat yang sama.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah di Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto Propinsi Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Pebruari sampai April 2011
C. Populasi, Sampel, dan Sampling 1.
Populasi Populasi adalah objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini populasinya adalah semua Wanita Usia Subur usia 15 – 49 tahun di wilayah Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto sebesar 5393 orang.
2.
Sampel dan teknik sampling Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2006). Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus slovin :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
n =
N N (d)² + 1
n =
5393 5393 (0,1)² + 1
= 5393
= 98 dibulatkan 100
54,93
Teknik sampling sampel dalam penelitian ini dengan teknik cluster random sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada kelompok yang ada pada populasi dan dilakukan secara random. Dalam penelitian ini sampel terbagi pada 5 puskesmas pembantu yaitu - Puskesmas Pembantu Kemasan terdiri dari 20 WUS - Puskesmas pembantu Pekuncen terdiri dari 20 WUS - Puskesmas Pembantu Prajurit Kulon terdiri dari 20 WUS - Puskesmas Pembantu Kranggan terdiri dari 20 WUS - Puskesmas Pembantu Suratan terdiri dari 20 WUS Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk menghilangkan bias hasil penelitian.Kriteria dalam pemilihan sampel penelitian ini meliputi : a..Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah 1. WUS yang sudah menikah 2. WUS yang sehat jasmani dan rohani 3. WUS yang bersedia menjadi responden commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
b..Kriteria eksklusi Merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : 1.
WUS yang belum menikah
2.
WUS yang ada pada saat penelitian tetapi sedang sakit
3.
WUS yang tidak bisa baca tulis
D. Identifikasi Variabel Pada penelitian ini variabelnya adalah: 1. Variabel pengaruh atau variabel bebas (independent variabel) yaitu tingkat pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur 2. Variabel terpengaruh atau variabel terikat (dependent variabel) yaitu pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks
E. 1.
Definisi Operasional
Tingkat pengetahuan tentang IVA adalah pemahaman responden tentang pengertian ,tujuan, keuntungan, cara pemeriksaan,syarat, dan tempat pelayanan. Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner terstuktur dan responden diminta menyatakan jawabannya atas pernyataan tentang pengetahuan yang terdiri dari 12 pertanyaan. Adapun criteria penilaian adalah dengan memberikan skor 1 jika benar dan skor 0 jika salah untuk pertanyaan positif (favourable), begitu pula sebaliknya untuk pertanyaan negative (unfavourable) dengan pemberian skor 0 jika benar dan skor 1 jika salah, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
sehingga skor terendah 0 dan tertinggi 12. Pengukuran data dilakukan berdasarkan jumlah total skor yang diperoleh responden . Skala : kontinum 2.
Sikap terhadap pemeriksaan IVA adalah pernyataan, pendapat atau anggapan responden tentang pemeriksaan IVA. Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner terstuktur. Pengukuran sikap dilakukan dengan menanyakan sebanyak 12 pertanyaan kepada responden yang harus menjawab salah satu dari 4 pilihan jawaban yaitu sangat tidak setuju dengan skor 1, tidak setuju dengan skor 2, setuju dengan skor 3, sangat setuju dengan skor 4 untuk pertanyaan positif (favourable), begitu pula sebaliknya untuk pertanyaan negative ( unfavourable) maka jawaban sangat tidak setuju dengan skor 4, tidak setuju dengan skor 3, setuju dengan skor 2, sangat setuju dengan skor 1, sehingga kemungkinan skor terendah adalah 12 dan tertinggi 48. Pengukuran data berdasarkan jumlah total skor yang diperoleh responden. Skala : kontinum
3.
Pemeriksaan IVA adalah tindakan atau aktivitas yang dilakukan WUS dalam rangka deteksi dini kanker cerviks yang dapat diamati langsung . Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner terstuktur dan responden diminta menyatakan jawabannya atas pertanyaan tentang perilaku yang terdiri dari 8 pertanyaan. Adapun kriteria penilaian adalah dengan memberikan skor 1 jika jawaban ya dan skor 0 jika jawaban tidak untuk pertanyaan positif (favourable),
begitu
pula sebaliknya commit to user
untuk
pertanyaan
negative
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
(unfavourable), dengan pemberian skor 0 jika jawaban ya dan skor 1 jika jawaban tidak, sehingga skor terendah 0 dan tertinggi 8. Pengukuran data dilakukan berdasarkan jumlah total skor yang diperoleh responden. Skala : kontinum
F. Instrumen dan Analisis Uji Coba Instrumen penelitian 1.
Instrumen penelitian Instrumen penelitian ini adalah kuesioner penelitian untuk mengukur pengetahuan, sikap dan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks.
2.
Analisis Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dipergunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang dibuat sudah memenuhi syarat sebagai alat pengukur yang baik atau belum. Tujuan uji coba instrumen adalah mengetahui seberapa jauh alat pengukur yang telah disusun memiliki validitas dan reliabilitas yang sudah dikategorikan baik dan memenuhi persyaratan, kemudian dipersiapkan untuk dibagikan kepada kelompok responden uji coba. a. Uji Validitas Arikunto (1998) mengemukakan : Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Dimana instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat. Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien karelasi antara skor item dengan commit to5%, useritem item yang tidak berkorelasi skor totalnya pada taraf signifikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
secara signifikan dinyatakan gugur. untuk mencari validitas alat ukur dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh pearson dan dikenal sebagai rumus korelasi product moment , yaitu
r xy
:
N ∑ XY – (∑X)(∑Y)
=
.
√ {(N∑X2) – (∑X)2}{(N∑Y2) – (∑Y)2} (Suharsini Arikunto.1991) r xy
= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X
= Skor masing masing item
Y
= Skor total
XY
=Jumlah perkalian X dan Y
X2
= Jumlah kuadrat dari X
Y2
= Jumlah kuadrat dari Y
N
= Jumlah subyek
1). Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan IVA Berdasarkan hasil analisis uji validatas instrumen variabel pengetahuan IVA didapatkan semua item pertanyaan sebanyak 12 soal dinyatakan valid dan tidak ada item pertanyaan yang tidak valid, sehingga semua item pertanyaan dapat digunakan untuk pengambilan data, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan
No Item
Rhitung
rtabel
n=30,
Ktiteria
α=5%
1
0,461
0,239
Valid
2
0,498
0,239
Valid
3
0,332
0,239
Valid
4
0,656
0,239
Valid
5
0,510
0,239
Valid
6
0,778
0,239
Valid
7
0,511
0,239
Valid
8
0,519
0.239
Valid
9
0,612
0,239
Valid
10
0,564
0,239
Valid
11
0,545
0,239
Valid
12
0,532
0,239
Valid
Sumber data : Data Primer 2011 2). Hasil Uji validitas item butir soal variabel sikap Berdasarkan hasil analisis uji validitas instrumen variabel sikap menunjukkan bahwa semua item butir soal kuesioner pada variabel sikap sebanyak 12 soal mempunyai nilai r
hitung
lebih besar dari dari r
tabel sehingga
semua item butir soal kuesioner dinyatakan valid. Sehingga semua item pernyataan dapat digunakan untuk mengambil data, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Tabel 3.2 Hasil Uji validitas item butir soal variabel sikap No Item
Rhitung
rtabel
n=30,
Ktiteria
α=5%
1
0,792
0,239
Valid
2
0,498
0,239
Valid
3
0,632
0,239
Valid
4
0,656
0,239
Valid
5
0,810
0,239
Valid
6
0,878
0,239
Valid
7
0,511
0,239
Valid
8
0,519
0.239
Valid
9
0,612
0,239
Valid
10
0,564
0,239
Valid
11
0,545
0,239
Valid
12
0,532
0,239
Valid
Sumber data : Data Primer 2011
3). Hasil Uji Validitas item soal perilaku pemeriksaan IVA Berdasarkan tabel 3.3 hasil analisis uji validitas instrumen variabel perilaku pemeriksaan IVA menunjukkan bahwa semua item butir soal kuesioner pada variabel sikap sebanyak 8 soal mempunyai nilai r dari r
tabel sehingga
hitung
lebih besar dari
semua item butir soal kuesioner dinyatakan valid. Sehingga
semua item pernyataan dapat digunakan untuk mengambil data, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas item soal perilaku pemeriksaan IVA
rhitung
No Item
rtabel
n=30,
Ktiteria
α=5%
1
0,361
0,239
Valid
2
0,448
0,239
Valid
3
0,332
0,239
Valid
4
0,546
0,239
Valid
5
0,510
0,239
Valid
6
0,778
0,239
Valid
7
0,511
0,239
Valid
8
0,519
0.239
Valid
Sumber data: Data Primer 2011 b. Uji reliabilitas Singarimbun (1995) mendefinisikan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan . Cara untuk mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak diuji dengan menggunakan metode Alpha Cronbach . sebuah instrumen dianggap telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0.6. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai taraf reliabilitas tinggi, jika alat tersebut dikenakan pada kelompok yang sama memberikan hasil yang sama meskipun pada waktu yang berbeda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Untuk mengetahui reliabilitas digunakan rumus : r 11 =
k . 1 - ∑ab2 at2
k-1 keterangan : r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan
∑ ab2
= jumlah varians butir
αt2
= varians total Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel
Alpha Chronbach
Keterangan
Pengetahuan
0,816
Reliabel
Sikap
0,916
Reliabel
Perilaku
0,889
Reliabel
Sumber : Data Primer, 2011 Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel (pengetahuan, sikap dan perilaku) memiliki nilai alpha Chronbach lebih besar dari 0,6 sehingga kuesioner yang disusun untuk variabel variabel tersebut reliabel G. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data primer dilakukan dengan methode kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah pertenyaan commit to user yang sudah mengarahkan ke jawaban yang alternatifnya sudah ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
(Notoatmojo S,2005). Jenis data primer meliputi : pengetahuan, sikap dan pemeriksaan IVA. Kuesioner diberikan kepada responden pada saat responden datang ke Puskesmas Blooto untuk memeriksakan diri.
H. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating. 1 Editing Adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian pada lembar pada pengumpulan data (kuesioner) sudah cukup baik sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut (Nazir, 2005). 2
Coding
Adalah Mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria tertentu. Klasifikasi pada umumnya ditandai dengan kode tertentu yang biasanya berupa angka (Nazir, 2005). 3
Scoring
Adalah penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal (Nazir, 2005). 4
Tabulating
Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (Nazir, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
ANALISIS DATA a). Pengetahuan WUS tentang inspeksi visual asam asetat (IVA) Setiap pertanyaan yang dijawab oleh responden jika benar mendapatkan nilai 1 dan jika salah mendapatkan nilai nol. Kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus : f P=
X 100%
N Keterangan : P
: Persentase
f
: Jumlah jawaban yang benar
N
: Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar
(Budiarto, 2002) Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar penilaian meliputi : Pengetahuan Baik
: 76 - 100%
Pengetahuan Cukup
: 56 - 75%
Pengetahuan Kurang
: < 56%
(Nursalam, 2008) b.
Sikap WUS melakukan pemeriksaan IVA
Skala Likert Pernyataan positif
Pernyataan Negatif
SS
:4
SS
:1
S
:3
S
:2
TS
:2
TS
:3
STS
:1
commit to user STS
:4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus : f P=
X 100% N
Keterangan : P
: Persentase
f
: Jumlah jawaban yang benar
N
: Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar
(Budiarto, 2002) Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar penilaian meliputi : Sikap Baik
: 76 - 100%
Sikap Cukup
: 56 - 75%
Sikap Kurang
: < 56%
c.
Perilaku WUS tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) Setiap pernyataan yang dipilih oleh responden jika sesuai mendapatkan nilai 1 dan jika tidak sesuai mendapatkan nilai nol. Kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus : f P=
X 100% N
Keterangan : P
: Persentase
f
: Jumlah jawaban yang benar
N
: Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar
(Budiarto, 2002)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar penilaian meliputi : Perilaku Baik
: 76 - 100%
Perilaku Cukup
: 56 - 75%
Perilaku Kurang
: < 56%
(Nursalam, 2008)
d.
Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap WUS dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan pemeriksaan IVA dianalisis dengan model korelasi analisis regresi berganda. Penelitian korelasi adalah penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subjek. Untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya (Nursalam, 2008).Untuk mengetahui hubungan antara variabel, dilakukan uji statistik Rank Spearman dengan tingkat signifikan 0,05 menggunakan SPSS 16 for windows untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala ordinal dan ordinal (Sugiyono, 2008). Untuk indeks korelasi dapat diketahui yaitu : Arah positif dinyatakan dalam tanda (+) dan arah negatif (-). Tanda positif menunjukkan adanya korelasi sejajar searah, sedangkan tanda negatif commit to user menunjukkan berlawanan arah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
1.
Korelasi (+) makin tinggi nilai X makin tinggi nilai Y atau
kenaikan X diikuti kenaikan Y. 2.
Korelasi (-) makin tinggi nilai X makin rendah nilai Y atau
kenaikan X diikuti penurunan Y. Ada tidaknya korelasi dinyatakan dalam angka pada indeks. Berapapun kecilnya indeks korelasi jika ρ < 0,05 maka H1 diterima atau H0 ditolak artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap WUS melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) di Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto. Tinggi rendahnya korelasi dapat diketahui juga dari besar kecilnya angka dalam indeks coefficient corelation. Makin besar angka dalam indeks korelasi, makin tinggilah korelasi kedua variabel.
I.
Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan kepada institusi di Program Pasca Sarjana UNS Surakarta untuk mendapatkan persetujuan. Setelah itu melakukan penelitian pada responden dengan menekankan masalah etika yaitu : 1).Informed Consent (Lembar persetujuan) Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek penelitian. Subjek diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika bersedia responden menandatangani lembar persetujuan. 2).Anonimity (Tanpa nama) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Responden
tidak
perlu
mencantumkan
namanya
pada
lembar
pengumpulan data. Cukup menulis nomor responden untuk menjamin kerahasiaan identitas. 3).Confidentiality (Kerahasiaan) Informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin kerahasiaan oleh peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya ditampilkan pada forum Akademis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. HASIL PENELITIAN 1. Data Umum Penelitian a. Umur Responden Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner penelitian pada wanita usia subur dapat dijelaskan bahwa rata-rata umur wanita usia subur yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 32,78 tahun dengan standar deviasi 6,67. Umur paling muda dari 100 responden yang menjadi sampel adalah berumur 21 tahun dan umur paling tua adalah 45 tahun. Sedangkan berdasarkan kelompok umur wanita usia subur dapat dijelaskan sebagai berikut Tabel 4.1 Distribusi Kelompok Umur Wanita Usia Subur di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011 Kategori Umur Wanita Usia Subur
Jumlah
Persentase
< 30 tahun
36
36,0
30 – 40 tahun
46
46,0
> 40 tahun
18
18,0
Total
100
100,0
Tabel 4.1 tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar (46 orang WUS atau 46,0%) berusia antara 30 – 40 tahun, sedangkan wanita usia subur yang berusia < 30 tahun sebanyak 36 orang atau 36,0% dan berusia > 40 tahun sebanyak 18 orang atau 18,0%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
b. Pendidikan Responden Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Wanita Usia Subur di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011 Tingkat Pendidikan WUS
Jumlah
Persentase
SD
20
20,0
SMP
30
30,0
SMA
38
38,0
Diploma/Sarjana
12
12,0
Total
100
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan wanita usia subur di Puskesmas Blooto adalah setingkat SMA yaitu sebanyak 38 orang atau 38,0%. Selain itu juga diketahui bahwa jumlah wanita usia subur yang hanya lulus SD juga masih cukup banyak yaitu 20 orang atau 20,0%, sedangkan jumlah wanita usia subur yang mempunyai tingkat pendidikan diploma atau sarjana sebanyak 12 orang atau 12,0% dan sebanyak 30 orang atau 30,0% lulus SMP. 2. Diskripsi Hasil Penelitian a. Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan IVA Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011 Tingkat Pengetahuan WUS Jumlah Persentase Kurang
48
48,0
Cukup
43
43,0
Baik
9
9,0
Total
100
100,0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Tabel 4.3 tersebut menjelaskan bahwa dari 100 wanita usia subur di Puskesmas Blooto,Kecamatan Prajurit kulan Kota Mojokerto hampir separuhnya (48 orang atau 48,0%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang pemeriksaan IVA, sedangkan wanita usia subur yang pengetahuannya baik hanya 9 orang atau 9,0% dan sebanyak 43 orang atau 43,0% mempunyai tingkat pengetahuan kategori cukup. Berdasarkan indicator pengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan IVA dapat dijelaskan bahwa dari 12 macam pertanyaan yang diajukan, wanita usia subur telah banyak mengetahui tentang syarat pemeriksaan IVA, karena dari 100 orang wanita usia subur yang ada, sebanyak 74 orang atau 74,0% dapat menjawab benar tentang syarat pemeriksaan IVA, sedangkan pengetahuan wanita usia subur tentang keuntungan pemeriksaan IVA, sebagian besar masih belum tahu, karena dari 100 wanita usia subur, sebanyak 58 orang atau 58,0% salah dalam menjawab tentang keuntungan pemeriksaan IVA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini Tabel 4.4 Indikator Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011 Jumlah Jawaban No Indikator Pengetahuan Salah Benar 1 Pengertian Pemeriksaan IVA (+) 47 53 2 Pengertian pemeriksaan IVA (-) 48 52 3 Tujuan IVA (+) 49 51 4 Tujuan IVA (-) 56 44 5 Keuntungan IVA (-) 58 42 6 Keuntungan IVA(+) 51 49 7 Kelemahan IVA (-) 54 46 8 Kelemahan IVA(+) 54 46 9 Syarat pemeriksaan IVA(+) 26 74 10 Syarat pemeriksaan IVA (-) 42 58 11 Tempat pelayanan IVA(+) 39 61 12 Tempat pelayanan IVA (-) 33 67 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
b. Sikap WUS terhadap perilaku pemeriksaan IVA Hasil pengumpulan data tentang sikap pada wanita usia subur terhadap pemeriksaan IVA, yang dilakukan dengan skala likert dapat disajikan pada tabel berikut ini Tabel 4.5 Distribusi Sikap Wanita Usia Subur Terhadap Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011 Sikap WUS Terhadap Pemeriksaan IVA
Jumlah
Persentase
Kurang
11
11,0
Cukup
79
79,0
Baik
10
10,0
Total
100
100,0
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 100 wanita usia subur di Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto diketahui bahwa sebagian besar (79 orang atau 79,0%) mempunyai sikap kategori cukup, sedangkan sebanyak 11 orang atau 11,0% sikapnya terhadap pemeriksaan IVA termasuk kategori kurang dan hanya 10 orang atau 10,0% yang mempunyai sikap kategori baik. Berdasarakan analisis lebih mendalam untuk mengetahui sikap wanita usia subur terhadap beberapa indicator sikap pada pemeriksaan IVA yang meliputi resiko kanker cervik, deteksi dini kanker cervik dengan IVA dan Pemanfaatan Puskesmas untuk pemeriksaan dan konsultasi kanker cervik dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Tabel 4.6 Indikator Sikap Wanita Usia Subur Terhadap Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011
No 1 2 3
Indikator Sikap Resiko Kanker Cervik Deteksi dini kanker cervik dengan IVA Pemanfaatan Puskesmas untuk pemeriksaan dan konsultasi kanker cervik
Jumlah WUS Menurut Kategori Sikap Kurang Cukup Baik 1 82 17 13 83 4 16
82
2
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut terlihat bahwa sebagian besar sikap wanita usia subur terhadap ketiga indikator sikap tersebut adalah termasuk kategori cukup. Selain itu juga dapat diuraikan bahwa sikap wanita usia subur terhadap pemeriksaan IVA ditemukan sebanyak 16 orang atau 16,0% mempunyai sikap kategori kurang terhadap pemanfaatan puskesmas untuk pemeriksaan dan konsultasi kanker cervik. Sedangkan sikap wanita usia subur terhadap resiko kanker cervik, diketahui sebanyak 17 orang atau 17,0% mempunyai sikap yang baik c. Perilaku WUS dalam Pemeriksaan IVA Tabel 4.7 Distribusi Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011 Perilaku WUS dalam Pemeriksaan IVA Jumlah Persentase Kurang
48
48,0
Cukup
44
44,0
Baik
8
8,0
Total
commit to user 100
100,0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Tabel 4.7 tersebut menjelaskan bahwa dari 100 wanita usia subur di Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto diketahui bahwa hampir separuh wanita usia subur (48 orang atau 48,0%) mempunyai perilaku dalam pemeriksaan IVA kategori kurang, sedangkan sebanyak 44 orang atau 44,0% perilakunya dalam pemeriksaan IVA termasuk kategori cukup dan hanya 8 orang atau 8,0% yang mempunyai perilaku dalam kategori baik. Berdasarkan analisis lebih mendalam untuk mengetahui perilaku wanita usia subur terhadap beberapa indicator perilaku dalam pemeriksaan IVA yang meliputi, deteksi dini kanker cervik dan Pemanfaatan Puskesmas untuk pemeriksaan dan konseling kanker cervik dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini Tabel 4.8 Indikator Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011 Jumlah WUS Menurut Kategori Sikap No Indikator Perilaku Pemeriksaan IVA Kurang Cukup Baik 1
Deteksi dini kanker cervik
46
41
13
2
Pemanfaatan Puskesmas untuk
67
27
6
pemeriksaan dan konseling Tabel 4.7 tersebut menjelaskan bahwa dari 100 wanita usia subur di Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto diketahui bahwa sebagian besar perilaku deteksi dini kanker servik termasuk kategori kurang dan cukup, sedangkan perilaku wanita usia subur dalam pemanfaatan puskesmas untuk pemeriksaan dan konseling kanker cervik, sebagian besar termasuk kategori kurang (67 orang atau 67,0%) dan hanya 6 orang atau 6,0% yang termasuk kategori baik dalam hal pemanfaatan puskesmas commit to user untuk pemeriksaan dan konseling
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
3. Uji Hipotesis Penelitian a. Hubungan Pengetahuan WUS dengan Pemeriksaan IVA Tabel 4.9 Hubungan Antara Pengetahuan WUS dengan Perilaku Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011 Perilaku WUS dalam Pemeriksaan IVA Pengetahuan WUS Kurang Cukup Baik tentang IVA n % n % n % Kurang 35 72,9 12 25,0 1 2,1 Cukup
12
27,9
30
69,8
1
2,3
Baik
1
11,1
2
22,2
6
66,7
Total
48
48,0
44
44,0
8
8,0
p = 0,000
r = 0,535
Tabel 4.9 memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan wanita usia subur, maka semakin baik pula perilakunya dalam pemeriksaan IVA. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dari 48 orang wanita usia subur yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang, sebanyak 35 orang atau 72,9% perilaku dalam pemeriksaan IVA termasuk kategori kurang, 12 orang atau 25,0% cukup dan hanya 1 orang atau 2,1% yang mempunyai perilaku pemeriksaan IVA kategori baik. Sedangkan pada 9 orang wanita usia subur yang mempunyai pengetahuan kategori baik, ditemukan sebanyak 66,7% mempunyai perilaku baik dalam pemeriksaan IVA. 2 orang atau 22,2% cukup dan hanya 1 orang atau 11,1% yang termasuk kategori kurang. Berdasarkan hasil analisis spearman correlation terlampir diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan wanita usia subur dengan perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit commit to user Kulon, Kota Mojokerto (p =0,000 < n 0,05). Hasil analisis spearman correlation
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
terlampir juga didapatkan nilai koefisien korelasi atau r = 0,535. Hal ini dapat dijelaskan bahwa hubungan antara pengetahuan dengan perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA termasuk kategori cukup kuat (r > 0,5) dan karena nilai koefisien korelasi adalah bernilai positif, maka arah hubungan antara variabel pengetahuan dengan variable perilaku pemeriksaan IVA adalah searah, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan wanita usia subur, maka perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA juga semakin baik, demikian juga sebaliknya, semakin rendah tingkat pengetahuan wanita usia subur, maka perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA juga semakin rendah. b. Hubungan Sikap WUS dengan Pemeriksaan IVA Tabel 4.10 Hubungan Antara Sikap WUS dengan Perilaku Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011 Sikap WUS terhadap Pemeriksaan IVA Kurang Cukup Baik Total p = 0,000
Perilaku WUS dalam Pemeriksaan IVA Kurang Cukup Baik n % n % n % 9 81,8 1 9,1 1 9,1 38 48,1 39 49,4 2 2,5 1 10,0 4 40,0 5 50,0 48 48,0 44 44,0 8 8,0 r = 0,381
Berdasarkan tabel 4.10 tersebut diketahui adanya kecenderungan bahwa semakin baik sikap wanita usia subur, maka semakin baik pula perilakunya dalam pemeriksaan IVA. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dari 11 orang wanita usia subur yang mempunyai sikap kategori kurang, sebanyak 9 orang atau 81,8% perilaku dalam pemeriksaan IVA termasuk kategori kurang, 1 orang atau 9,1% cukup dan serta 1 orang atau 9,1% yang mempunyai perilaku pemeriksaan IVA kategori commit to user baik. Sedangkan pada 10 orang wanita usia subur yang mempunyai sikap kategori
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
baik, ditemukan sebanyak 5 orang atau 50,0% mempunyai perilaku baik dalam pemeriksaan IVA. 4 orang atau 40,0% cukup dan hanya 1 orang atau 10,0% yang termasuk kategori kurang. Hasil analisis spearman correlation terlampir diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap wanita usia subur dengan perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto (p =0,000 < n 0,05). Hasil analisis speraman correlation terlampir juga didapatkan nilai koefisien korelasi atau r = 0,381. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa hubungan antara sikap dengan perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA termasuk kategori lemah (r < 0,5) dan karena nilai koefisien korelasi adalah bernilai positif, maka arah hubungan antara variabel sikap dengan variabel perilaku pemeriksaan IVA adalah searah, artinya semakin tinggi nilai sikap wanita usia subur, maka perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA juga semakin baik, demikian juga sebaliknya, semakin rendah nilai sikap wanita usia subur, maka perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA juga semakin rendah.
c. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap WUS Dengan Pemeriksaan IVA Berdasarkan hasil analisis regresi berganda untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku WUS dalam pemeriksaan IVA didapatkan tabel Anova sebagai berikut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Tabel 4.11 Ringkasan Analisis Regresi Berganda berdasarkan Tabel Anova ANOVA b Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 15310,754 15768,933 31079,688
df 2 97 99
Mean Square 7655,377 162,566
F 47,091
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), Jumlah Skor Sikap, Jumlah Skor Pengetahuan b. Dependent Variable: Jumlah Skor Perilaku
Berdasarkan tabel 4.11 tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai signifikansi atau nilai p = 0,000 atau lebih kecil dari n 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Berdasartkan tabel berikut juga diketahui bahwa besarnya koefisien determinan (r2) atau besarnya pengaruh variabel pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada wanita usia subur adalah 0,493. Hal ini berarti bahwa pengaruh pengetahuan dan sikap secara bersama-sama terhadap perilaku pemeriksaan IVA adalah sebesar 49,3%, sedangkan sisanya atau 50,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.12 Analisis Regresi Berganda Berdasarkan Koefisien Determinan Model Summary Change Statistics Model 1
R ,702a
R Square ,493
Adjusted R Square ,482
Std. Error of the Estimate 12,75015
R Square Change ,493
a. Predictors: (Constant), Jumlah Skor Sikap, Jumlah Skor Pengetahuan
commit to user
F Change 47,091
df1
df2 2
97
Sig. F Change ,000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
B. PEMBAHASAN
1. Hubungan Tingkat Pengetahuan WUS Dengan Pemeriksaan IVA Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan
inderawi.
Pengetahuan
muncul
ketika
seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2008). Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Rogers 1974). Hasil penelitian terhadap 100 wanita usia subur di Puskesmas Blooto,Kecamatan Prajurit kulan Kota Mojokerto
didapatkan bahwa hampir
separuhnya (48 orang atau 48,0%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang pemeriksaan IVA, sedangkan wanita usia subur yang pengetahuannya baik hanya 9 orang atau 9,0% dan sebanyak 43 orang atau 43,0% mempunyai tingkat pengetahuan kategori cukup. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Luluk Ikmanun (2009) yang menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan motivasi Wanita Usia Subur untuk melakukan pemeriksaan IVA dengan nilai p = 0,045. Penelitian lain yang mendukung peneitian ini adalah Ervin Nuraini (2010) di Desa Jatijajar bahwa 90,91% responden mempunyai pengetahuan commit to user sedang dalam melakukan pemeriksaan IVA.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Moegni (2005) di Poliklinik RSUP-CM Jakarta, didapatkan hanya 2,9% responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai pemeriksaan IVA, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 21,6% dan yang berpengetahuan kurang sebesar 75,5%. Akan tetapi dari hasil penelitian Wismar, etal (1998) yang dilakukan di Amerika Serikat pada warga Negara Amerika keturunan Korea pada bulan April 1998, diperoleh hasil yang sangat berbeda, yaitu sebesar 81,1% responden memiliki pengetahuan baik mengenai deteksi kanker cerviks dengan pap test Perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat, rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pap smear di Indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap kanker servicks serta informasi mengenai cara pencegahan dan deteksi dininya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber informasi sehingga dapat membentuk suatu keyakinan bagi seseorang. Sehingga dalam upaya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai pap smear perlu dilakukan sosialisasi mengenai pap smear yang dapat diterima melalui televise, radio, majalah, serta kader ataupun petugas kesehatan dalam masyarakat. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga dipengaruhi oleh informasi. Semakin banyak orang menggali informasi baik dari media cetak maupun media commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
elektronik maka pengetahuan yang dimiliki semakin meningkat. Selain itu pengalaman juga merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki
pengalaman. Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan tempat pelayanan kesehatan. Pemberian informasi seperti caracara pencapaian hidup sehat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkna karakteristik usia dari hasil penelitian ini diperoleh keterangan bahwa proporsi terbesar wanita usia subur yang memiliki pengetahuan kurang adalah pada usia > 40 tahun. Hal ini sangat berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kayika,
Wawalumaya, Darnindo, dkk (2006) di rumah susun Klender Jakarta yang memperlihatkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik justru terjadi pada kelompok umur 45 – 54 tahun sebesar 42,9%. Penelitian yang dilakukan oleh Klug,et al (2008) di Jerman menunjukkan hasil senada dengan penelitian ini, yaitu ditemukan sebanyak 42,7% wanita usia 20 – 29 tahun memiliki pengetahuan yang baik mengenai pap smear. Keadaan ini jelas memperlihatkan bahwa masih kurangnya keasadaran wanita di Wilayah kerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Puskesmas Blooto Kota Mojokerto dalam mencegah terjadinya kanker servik sedini mungkin serta masih kurangnya informasi yang diterima oleh wanita usia > 40 tahun, karena biasanya pada usia-usia tersebut banyak waktunya dihabiskan untuk mengurus rumah tangga, sehingga sedikit waktu yang tersedia untuk mendapatkan informasi mengenai kanker serviks. Berdasarkan
distribusi
tingkat
pengetahuan
wanita
usia
subur
berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh keterangan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang, semuanya memiliki pendidikan yang rendah yaitu lulus Sekolah Dasar atau SD. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan seseorng mengenai pap smear banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, selain paparan informasi yang diperolehnya. Berdasarkan hasil analisis spearman correlation terlampir diketahui bahwa ada hubungan yang positif dan kuat antara pengetahuan wanita usia subur dengan perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto (p =0,000 dan r = 0,535). Hal ini terjadi karena dengan adanya pengetahuan yang baik, seseorang akan mencari informasi tentang kesehatannya, terutama dalam hal pemeriksaan IVA. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gamarra dkk (2005) yang menyatakan bahwa pengetahuan berhubungan secara signifikan dengan pemeriksaan Pap smear (p=0,01). Pengetahuan menurut peneliti tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal, tetapi juga diperoleh dari pelatihan, penyuluhan, teman, brosus, dan semakin banyak memperoleh pengetahuan tentang pemeriksaan IVA maka akan semakin besar kemungkinan untuk melakukan pemeriksaan IVA. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
2. Hubungan Sikap WUS Dengan Pemeriksaan IVA Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2007). Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan
pandangannya,
melainkan
sikap
tersebut
terbentuk
sepanjang
perkembangannya. Dimana dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 1995). Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 wanita usia subur di Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto diketahui bahwa sebagian besar (79 orang atau 79,0%) mempunyai sikap kategori cukup, sedangkan sebanyak 11 orang atau 11,0% sikapnya terhadap pemeriksaan IVA termasuk kategori kurang dan hanya 10 orang atau 10,0% yang mempunyai sikap kategori baik. Menurut Azwar (1995) bahwa factor faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Hasil analisis spearman correlation terlampir diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna dan positif antara sikap wanita usia subur dengan perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto (p =0,000 dan r = 0,381). Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai sikap wanita usia subur, maka perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA juga semakin baik, demikian juga sebaliknya, semakin rendah nilai sikap wanita usia subur, maka perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA juga semakin rendah. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Lestari pada tahun 2010 tentang pengaruh persepsi wanita pasangan usia subur terhadap pemanfaatan pelayanan IVA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun, Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistic berganda dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian melalui analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan IVA yaitu persepsi keseriusan penyakit (ρ = 0,008), persepsi kerentanan diri (ρ = 0,015), persepsi manfaat (ρ = 0,035) dan persepsi rintangan (ρ = 0,043). Tidak ada variabel yang tidak berpengaruh Menurut H.L. Bloom dalam Notoatmodjo (2005), bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari, merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap sangat menentukan seseorang kearah lebih baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sikap tersebut antara lain dapat diwujudkan melalui pemberdayaan tenaga kesehatan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan IVA kepada masyarakat secara berkala. Sikap positif akan memunculkan perilaku wanita usia subur yang lebih baik untuk melakukan pemeriksaan IVA. 3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap WUS Dengan Pemeriksaan IVA Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Cerviks Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 wanita usia subur di Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto diketahui bahwa hampir separuh wanita usia subur (48 orang atau 48,0%) mempunyai perilaku dalam pemeriksaan IVA kategori kurang, dan hanya 8 orang atau 8,0% yang mempunyai perilaku pemeriksaan IVA dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan guna pencegahan secara dini terjadinya kanker cerviks. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia semakin diperparah disebabkan lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit berada pada stadium lanjut. Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker serviks, baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian tersebut terutama berkat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
adanya program skrining massal antara lain dengan see and treat. Namun di Indonesia kebijakan penerapan program skrining kanker serviks kiranya masih tersangkut dengan banyak kendala, antara lain luasnya wilayah dan juga kurangnya sumber daya manusia sebagai pelaku skrining, khususnya kurangnya tenaga ahli patologi anatomik/sistologi dan stafnya, teknisi sitologi/skriner. Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat (IVA). Dengan metode inspeksi visual yang lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, maka skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas, diharapkan temuan kanker serviks dini akan bisa lebih banyak. Masalah lain dalam usaha skrining kanker serviks ialah keengganan wanita diperiksa karena malu. Penyebab lain ialah kerepotan, keraguan akan pentingnya
pemeriksaan,
kurangnya
pengetahuan
tentang
pentingnya
pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria atau pun bidan dan kurangnya dorongan keluarga terutama suami. Banyak masalah yang berkaitan dengan pasien dapat dihilangkan melalui pendidikan terhadap pasien dan hubungan yang baik antara dokter/bidan. Di samping itu, inovasi skrining kanker serviks dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilakukan bersamaan.
Interval pemeriksaan sitologi (screening interval)
merupakan hal lain yang penting dalam metode skrining. Selain itu Strategi program skrining kanker serviks harus memperhatikan golongan usia yang paling terancam (high risk group), perjalanan alamiah penyakit (natural history) dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
sensitivitas tes Pap. The American Cancer Society menyarankan pemeriksaan ini dilakukan rutin pada wanita yang tidak menunjukkan gejala, sejak usia 20 tahun atau lebih, atau kurang dari 20 tahun bila secara seksual sudah aktif. Pemeriksaan dilakukan 2 kali berturut-turut dan bila negatif, pemeriksaan berikutnya paling sedikit setiap 3 tahun sampai berusia 65 tahun. Pada wanita risiko tinggi atau pernah mendapat hasil abnormal harus diperiksa setiap tahun. Frekuensi yang lebih sering tidak menambah faedah. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda antara pengetahuan dan sikap WUS terhadap pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Dan besarnya pengaruh secara bersama-sama variabel pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada wanita usia subur adalah sebesar 49,3%, sedangkan sisanya atau 50,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan WUS tentang IVA menyebabkan sikap WUS kurang dalam melakukan pemeriksaan IVA. Dampak dari rendahnya sikap WUS menyebabkan sebagian besar wanita datang berkunjung dengan diagnosa kanker leher rahim stadium lanjut (Sarwana, 2005). Oleh karena itu, penyampaian informasi pada wanita usia subur tentang IVA sangat diperlukan untuk dapat merubah perilaku masyarakat terutama wanita usia subur, tenaga kesehatan (bidan) dalam memperkirakan kemungkinan kanker leher rahim dengan memperhatikan gejala klinik dan pada pemeriksaan dalam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. 2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. 3) Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi 4). Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5). Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2007 ) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang bermakna dan positif antara pengetahuan WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,535) 2. Ada hubungan yang bermakna dan positif antara sikap WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,381) 3. Pengetahuan dan sikap secara simultan berpengaruh terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada WUS di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto sebesar 49,3%
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Pengetahuan dan sikap dapat meningkatkan perilaku wanita usia subur dalam melaksanakan pemeriksaan IVA guna mendeteksi dini terjadinya kanker cerviks. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan dan sikap wanita usia subur berhubungan signifikan terhadap perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto
2. Implikasi Managerial Sehubungan dengan adanya hubungan pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan perilaku pemeriksaan IVA, maka hal ini perlu dilakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
sosialisasi agar setiap wanita usia subur sudah pernah menikah untuk dapat melakukan pemeriksaan IVA, agar dapat dicegah terjadinya kanker cerviks sejak dini
C. Saran 1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan wanita usia subur di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto mengenai pemeriksaan IVA. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus informasi baik melalui Puskesmas, dokter praktik pribadi, bidan praktik swasta, media elektronika, maupun penyuluhan-penyuluhan 2. Diharapkan tempat pelayanan kesehatan umum dapat meningkatkan pelatihan kepada petugas kesehatan sehingga dapat meningkatkan penyebarluasan informasi kepada masyarakat khususnya kepada wanita usia subur 3. Kepada setiap wanita usia subur yang sudah menikah disarankan agar selalu memperhatikan kesehatan reproduksi, salah satunya dengan melakukan pemeriksaan IVA minimal setahun sekali 4. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variable-variabel lainnya bagi Institusi dan Profesi Kebidanan
commit to user