perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU UNTUK MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DITINJAU DARI UMUR PADA GURU SMA DI KECAMATAN SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2010
TESIS Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Disusun Oleh: ESTI NUGRAHENY (S540809307)
Program Pascasarjana Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta commit user Tahunto2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU UNTUK MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DITINJAU DARI UMUR PADA GURU SMA DI KECAMATAN SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2010
Disusun Oleh : Esti Nugraheny NIM: S540809307
Telah disetujui oleh Pembimbing Tanggal:
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
(Prof Dr Sunardi MSc) NIP: 195409161977031001
(Jarot Subandono, dr,M.Kes) NIP: 196807041999031002
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
(Prof Dr Didik Tamtomo, MM, M.Kes) NIP: 194 80313 197610 1 001 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU UNTUK MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DITINJAU DARI UMUR PADA GURU SMA DI KECAMATAN SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2010
Disusun Oleh : Esti Nugraheny NIM: S540809307
Telah disetujui oleh Penguji Tanggal: Ketua
:Prof Dr Didik Tamtomo, MM, M.Kes NIP: 194 80313 197610 1 001 (.......................................)
Sekertaris
:Dr. Nunuk Suryani,M.Pd NIP: 196611081990032001
(.......................................)
:Prof Dr Sunardi MSc NIP: 195409161977031001
(.......................................)
:Jarot Subandono,dr,M.Kes NIP: 196807041999031002
(.......................................)
Anggota
Mengetahui, Direktur, Program Pasca Sarjana UNS
Ketua, Prodi Magister Kedokteran Keluarga
( Prof Drs Suranto, MSc, Ph.D) (Prof Dr Didik Tamtomo, MM, M.Kes) commit to user NIP: 195708201985031004 NIP: 194 80313 197610 1 001
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini: Nama
: Esti Nugraheny
NIM
: S540809307
Prodi
: Pendidikan Profesi Kesehatan
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat bertujuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan murni hasil pemikiran saya pribadi serta bebas dari plagiatisme.
Yogyakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan
Esti Nugraheny
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTISARI Esti Nugraheny. S.540809307. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Terhadap Perilaku Untuk Melakukan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Ditinjau Dari Umur Pada Guru SMA Di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta Tahun 2010. Pembimbing 1: Prof Sunardi,Msc. Pembimbing 2: Jarot Subandono, dr, M.Kes. Thesis, Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar belakang. Penyuluhan adalah proses transfer teknologi, edukasi, inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Penyuluhan tentang kanker leher rahim merupakan kegiatan penyuluhan yang bertujuan mengajak masyarakat untuk mau berpartisipasi aktif untuk melakukan skrining awal sebagai bentuk perilaku ditinjau dari umur. Tujuan. Mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. Metode. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu (quasi eksperimental) dengan pencuplikan cluster random dari 3 SMA diambil 2 SMA yaitu 1 SMA sebagai kelompok perlakuan dan 1 SMA sebagai kelompok kontrol, dengan jumlah 30 orang pada kelompok perlakuan dan 21 orang pada kelompok kontrol. Pengambilan data menggunakan ceklist. Analisa data memakai uji anova dua jalur. Hasil penelitian. Ada pengaruh yang bermakna/signifikan pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim yang ditunjukkan hasil nilai f hitung (18,404) > f tabel (2,56). Tidak ada pengaruh yang bermakna/ signifikan umur terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim yang ditunjukan dengan hasil nilai f hitung (2,420) < f tabel (2,56). Tidak ada pengaruh yang bermakna / signifikan pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta yang ditunjukan dengan hasil nilai f hitung (0, 816) < f tabel (2,56). Simpulan. Ada pengaruh yang bermakna/signifikan pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Tidak ada pengaruh yang bermakna/ signifikan umur terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Tidak ada pengaruh yang bermakna / signifikan pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. commit Kata Kunci: Penyuluhan, Perilaku, Umur.to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Esti Nugraheny. S.540809307. The Effect Of Counseling On Behavior For Early Detection Of Cervical Cancer Viewed From The Age at High School Teacher in District Sanden Bantul Yogyakarta In 2010. Principal Advisor : Prof Sunardi,Msc. Co-Advisor: Jarot Subandono, dr, M.Kes. Background: Counseling is the process of technology transfer, education, innovation, facilitation, consultation, supervision, monitoring and evaluation as community empowerment activities. Counseling about cervical cancer is the extension activities aimed at getting people to want to participate actively to conduct initial screening viewed from the age. Purpose: Know the effect of counseling on behavior for early detection of cervical cancer viewed from the age at high school teacher in District Sanden Bantul Yogyakarta. Methods: This research uses quasi-experimental method (quasi experimental) with a cluster random sample was taken 2 of 3 high school, 1 high school as the treatment group and 1 high school as the control group, with the number of respondents 30 in treatment group and 21 respondents in the control group. Retrieving data using a likert scale. Data analysis using anova test two lines. Results of the study: There was a significant influence / significance of giving counseling to the behavior for early detection of cervical cancer, which indicated the value of F count (18.404) > F table (2.56). No significant effect / significant between age and behavior to perform early detection of cervical cancer which is shown by the results of calculating the value of F (2.420) < F table (2.56). No significant effect / significant between the provision of counseling on behavior for early detection of cervical cancer viewed from the age at high school teacher in District Sanden Bantul Yogyakarta, which is shown by the results of calculating the value of F (0, 816) < F table (2.56). Conclusion: There was a significant influence / significance of giving counseling to the behavior for early detection of cervical cancer. No significant effect / significant between age and behavior to perform early detection of cervical cancer. No significant effect / significant between the provision of counseling on behavior for early detection of cervical cancer viewed from the age at high school teacher in District Sanden Bantul Yogyakarta. Keywords: Counseling, Behavior, Age.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala sujud syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ar – Rahman dan Ar – Rahim atas segala kasih sayangNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul ”Pengaruh Pemberian Penyuluhan Kanker Leher Rahim terhadap Perilaku ditinjau dari Umur pada Guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta” telah tersusun untuk memenuhi syarat penyusunan tesis Universitas Sebelas Maret. Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari doa, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang tulus kepada: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof Dr Didik Tamtomo, MM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 4. dr Putu Suriyasa MS, PKK, SpoK selaku Sekretaris Program Studi Kedokteran Keluarga Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 5. dr P Murdani K.MHPEd, selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Kesehatan 6. Dr Nunuk Suryani, M.Pd, selaku Sekretaris Minat Utama Pendidikan Kesehatan 7. Prof Dr Sunardi MSc, selaku pembimbing satu yang telah memfasilitasi tempat dan waktu untuk memberikan bimbingan dan membantu dalam penulisan tesis ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. dr Jarot Soebandono M.Kes, selaku pembimbing dua yang telah memfasilitasi tempat dan
waktu untuk memberikan bimbingan dan membantu dalam
penulisan tesis ini. Akhirnya, semoga Allah SWT selalu memberikan berkah kepada kita semua, dan penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, Januari 2011
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................iv INTISARI.................................................................................................................v ABSTRAK..............................................................................................................vi KATA PENGANTAR ..................................................................... .....................vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi DAFTAR TABEL..................................................................................................xii DAFTAR GRAFIK...............................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................................1 B. Rumusan Masalah ............................................................................5 C. Tujuan Penelitian ..............................................................................5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................5 TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ......................................................................................7 1. Penyuluhan ..................................................................................7 2. Kanker Leher Rahim..................................................................12 3. Sikap .........................................................................................15 4. Perilaku ......................................................................................21 5. Umur..........................................................................................27 6. Pengaruh pemberian penyuluhan kanker leher rahim terhadap perilaku ditinjau dari umur.........................................................29 B. Penelitian yang Relevan.................................................................30 C. Kerangka Berfikir...........................................................................32 D. Hipotesis.........................................................................................34 METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ...........................................................................35 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................35 C. Variabel Penelitian .........................................................................35 D. Populasi dan Sampel.......................................................................36 E. Definisi Operasional .......................................................................37 F. Instrumen Peneliian........................................................................37 G. Uji validitas dan Reliabelitas..........................................................38 H. Pengumpulan Data dan Analisa Data .............................................40 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...............................................................................43 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan....................................................................................6 2 C. Keterbatasan Penelitian..................................................................68 PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................69 B. Implikasi.........................................................................................7 0 C. Saran...............................................................................................7 0
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1. Kerangka Konsep ................................................................................32 Gambar 2. Kerangka Pikir.....................................................................................33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional ............................................................................37 Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Umur Keseluruhan .............................................43 Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Perlakuan ...............................44 Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Kontrol ...................................45 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Keseluruhan................................47 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Perlakuan..................48 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol......................50 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur < 25 tahun.................................................................................51 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur 25 – 35 tahun............................................................................52 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur > 35 tahun.................................................................................54 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan Umur 25 – 35 tahun............................................................................55 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan Umur > 35 tahun.................................................................................56 Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas............................................................................57 Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas.........................................................................58 Tabel 4.14 Data Analisis Deskriptif Kelompok Perlakuan dan Kontrol...............58 Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perilaku ditinjau dari Umur...............................................................................59 Tabel 4.16 Data Post Hoc Test..............................................................................60 Tabel 4.17 Data Homogeneous Subset…………………………………………..61
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1. Grafik 4.2. Grafik 4.3. Grafik 4.4. Grafik 4.5. Grafik 4.6. Grafik 4.7.
Distribusi Frekuensi Umur Keseluruhan .............................................44 Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Perlakuan ...............................45 Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Kontrol ...................................46 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Keseluruhan................................47 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Perlakuan..................49 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol......................50 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur < 25 tahun.................................................................................52 Grafik 4.8. Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur 25 – 35 tahun............................................................................53 Grafik 4.9. Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur > 35 tahun.................................................................................54 Grafik 4.10 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan Umur 25 – 35 tahun............................................................................55 Grafik 4.11 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan Umur > 35 tahun.................................................................................57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2.
Persetujuan menjadi responden Ceklist pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. Lampiran 3. Hasil uji validitas dan reliabelitas Lampiran 4. Ceklist hasil validitas dan reliabelitas Lampiran 5. Karakteristik dan hasil responden yang diberi perlakuan penyuluhan Lampiran 6. Karakteristik dan hasil responden yang tidak diberi perlakuan penyuluhan Lampiran 7. Distribusi frekuensi pengaruh penyuluhan terhadap perilaku ditinjau dari umur pada kelompok perlakuan Lampiran 8. Distribusi frekuensi pengaruh penyuluhan terhadap perilaku ditinjau dari umur pada kelompok kontrol Lampiran 9. Hasil analisis anova dua jalur Lampiran 10. Permohonan ijin penelitian Lampiran 11. Surat keterangan ijin penelitian Lampiran 12. Daftar hadir dan berita acara responden penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kanker leher rahim (Carsinoma serviks uteri) adalah kanker yang dapat menyerang pada wanita yang pernah melakukan hubungan seksual dengan faktor pencetus adanya Human Papiloma Virus (HPV). Menurut data WHO kanker leher rahim merupakan pembunuh terbesar kedua setelah jantung. Angka kejadian kanker leher rahim 15.000 kasus baru/ tahun, dengan angka kejadian meninggal 8000 orang/ tahun, dimana setiap hari 41 kasus kanker leher rahim baru (1/2 jam ada kasus baru), setiap hari 20 kasus kanker leher rahim lama ( setiap 1 jam meninggal 1 orang). 65%-77,7% kejadian kanker leher rahim diantara kanker ginekologi dan lebih dari 70% didiagnosis pada stadium lanjut (Mock, et. all, 2007). Jumlah penderita kanker leher rahim, menduduki peringkat teratas di antara penyakit kanker pada pria dan wanita di Indonesia. Departemen Kesehatan RI memperkirakan insidensnya adalah 100 per 100.000 penduduk pertahun. Data yang dikumpulkan dari 13 laboratorium patologi-anatomi di Indonesia menunjukkan bahwa frekuensi kanker leher rahim tertinggi di antara kanker yang ada di Indonesia maupun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunkusumo (Aziz, 2001). Di Indonesia 5/880 wanita di Jakarta terdeteksi kanker leher rahim, 4/919 di tasikmalaya dan 3/887 di Bali. Dari 305 sampel yang diambel secara cluster menurut golongan umur didapatkan 11,4% positive HPV, 7,9% risiko tinggi HPV (Vet, et. all, 2008). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masalah kanker leher rahim di Indonesia sangat khas yaitu banyak, dan ditemukan pada stadium lanjut. Kondisi ini terjadi juga di beberapa negara berkembang, atau di negara miskin. Agar tercapai hasil pengobatan kanker leher rahim yang lebih baik, salah satu faktor utama adalah penemuan stadium lebih awal. Pengobatan kanker leher rahim pada stadium lebih dini, hasilnya lebih baik, mortalitas akan menurun (Nuranna, 2001). Kanker leher rahim merupakan pembunuh utama wanita dalam kesehatan reproduksi dengan insidensi 100/ 100.000 kejadian di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) . Dinas Kesehatan Propinsi DIY bidang Seksi Pengendalian penyakit mempunyai program untuk mengefektifkan 10 puskesmas di DIY sampai pada tahun 2014 dapat melakukan deteksi dini kanker leher rahim (Unjianto, 2010). Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sebagai garda terdepan dalam mengelola kesehatan masyarakat di wilayah Bantul sampai dengan monitoring dan evaluasi mempunyai misi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Bantul terutama kesehatan Ibu dan Anak. Kesehatan ibu salah satunya adalah melalui Deteksi Dini Kanker leher rahim sebagai upaya dalam mencapai kesehatan reproduksi. Puskesmas Sanden sebagai puskesmas yang mendapatkan hibah dari Dinas Kesehatan Propinsi DIY dalam pelaksanaan kesehatan reproduksi remaja di wilayah Sanden dan sebagai puskesmas dengan pelaksanaan reproduksi yang berbasis pada gender, sehingga Kecamatan Sanden sebagai wilayah binaan puskesmas Sanden perlu untuk mendapat perhatian dalam penyuluhan kanker commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
leher rahim kepada para pendidik karena dari pendidik akan terjadi proses transformasi ilmu kepada peserta didik. Keprihatinan dari petugas kesehatan terhadap angka kejadian kanker leher rahim di Indonesia karena banyaknya kasus kanker leher rahim, diperburuk lagi dengan banyaknya (>70%) kasus yang sudah berada pada stadium lanjut ketika datang ke Rumah Sakit, selain itu didapatkan data pada masyarakat di wilayah Bantul khususnya masih terdapat hal yang “taboo” untuk dilakukan pemeriksaan pada daerah kemaluan sehingga walaupun telah dilakukan penyuluhan tentang kanker leher rahim tetapi kepatuhan untuk dilakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim masih kurang, sehingga penelitian ini bertujuan tidak hanya memberikan penyuluhan tentang deteksi dini kanker leher rahim tetapi sampai dengan mengetahui perilaku guru di Kecamatan Sanden untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim sampai dengan memberikan pelayanan langsung (delivery service) untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim pada tempat strategis yang mudah dijangkau oleh masyarakat agar masyarakat merasa lebih nyaman berada di lingkungan yang mereka pilih untuk dilakukan pemeriksaan pada daerah kelaminnya. Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker leher rahim, baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian tersebut terutama berkat adanya program skrining massal antara lain dengan Tes Pap. Namun di Kabupaten Bantul kebijakan penerapan program skrining kanker leher rahim kiranya masih tersangkut dengan banyak kendala, antara lain kurangnya sumber daya manusia sebagai
pelaku
skrining,
khususnya kurangnya commit to user
tenaga
ahli
patologi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anatomik/sitologi dan stafnya, teknisi sitologi/skriner. Bila andalan skrining kanker leher rahim adalah metode Tes Pap, dengan mengkaji masalah yang ada di Kabupaten Bantul, kiranya belum dapat diperkirakan perlu berapa dekade lagi untuk dapat mewujudkan program skrining massal kanker leher rahim dengan tes Pap di Kabupaten Bantul. Deteksi dini kanker leher rahim di dunia saat ini dikembangkan dengan cara Inspeksi Visual Aids (IVA) yang merupakan metode skrining awal yang dapat menunjukan adanya sel abnormal pada mulut rahim yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi plak putih (aceto white epithelium) pada hasil pemeriksaannya (Kamura, et. all, 2010). Pemeriksaan IVA memiliki sensitifitas 90,9%, spesivisitas 99,8%, hasil uji positif 83,3% dan hasil uji negatif 99,9%. Keuntungan IVA adalah hasilnya dapat diketahui lebih cepat dan harganya lebih terjangkau ( Reynolds, et. all, 2008). Dalam kegiatan penelitian ini akan melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim sebagai bahan pertimbangan prioritas dengan menggunakan metode inspeksi visual aids (IVA) (Methode), yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan (Man) sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan ibu dan anak, dengan biaya yang relatif murah (Money), dengan menggunakan alat yang sederhana (Material), serta waktu yang lebih cepat (Time) dengan hasil yang akurat (Output).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh pemberian penyuluhan tentang kanker leher rahim terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini ditinjau dari umur pada guru di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta?.
C. Tujuan 1. Umum : Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan tentang kanker leher rahim terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini ditinjau dari umur pada guru Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. 2. Khusus: a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini. b. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini. c. Untuk mengetahui interaksi antara pemberian penyuluhan dan umur terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini.
D. Manfaat 1. Teoritis: Bagi pengembangan ilmu pengetahuan: Dapat berguna untuk menambah informasi tentang pengaruh pemberian penyuluhan tentang kanker leher rahim terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini ditinjau dari umur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Praktis : a. Bagi pihak institusi pelayanan yang bekerjasama: 1). Dapat dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan asuhan pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual dalam memberikan informasi reproduksi sehat. 2). Dapat memberikan umpan balik yang segera kepada pelaksana tentang perilaku guru di Kecamatan Sanden untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur. b.
Bagi peneliti: 1.) Dapat berguna untuk menambah pengalaman dalam menyusun karya ilmiah, dan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut. 2.) Dapat dijadikan study literatur berdasarkan hasil penelitian kepada peserta didik.
c. Bagi peneliti selanjutnya: dapat dijadikan study literatur dan acuan dalam melaksanakan penelitian lanjutan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II: TINJAUAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Penyuluhan a.
Pengertian Penyuluhan: Penyuluhan merupakan transfer teknologi dan proses edukasi, yang
merupakan akronim dari fungsi-fungsi penyuluhan meliputi: diseminasi inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantauan, evaluasi dan kegiatan pemberdayaan masyarakat (Arif, 2009). Menurut Notoadmodjo, (2007) penyuluhan merupakan metode promosi kesehatan yang memiliki makna suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Terkait dengan hal tersebut, dalam perjalanannya, kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti (Arif, 2009): 1.) Penyuluhan Sebagai Proses Penyebarluasan Informasi Sebagai terjemahan dari kata extension, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan
yang dalam hal ini,
merupakan
peyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis. 2). Penyuluhan Sebagai Proses Penerangan/ Pemberian Penjelasan Penyuluhan yang berasal dari kata dasar suluh atau obor, dapat diartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam commit tojuga usersering diartikan sebagai kegiatan kegelapan. Sehingga, penyuluhan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penerangan. Terkait dengan istilah penerangan, penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersifat searah melainkan harus diupayakan berlangsungnya komunikasi timbal-balik yang memusat (convergence). 3). Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekadar diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi, penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan perilaku (behaviour) yang merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/pihak lain, baik secara langsung (berupa: ucapan, tindakan, bahasa tubuh) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerjanya). Implikasi dari pengertian perubahan perilaku ini adalah tidak hanya terbatas pada masyarakat/klien yang menjadi sasaran utama penyuluhan, tetapi penyuluhan harus mampu mengubah perilaku semua stakeholders pembangunan, terutama aparat pemerintah selaku pengambil keputusan, pakar, peneliti, pelaku bisnis, aktiivis LSM, tokoh masyarakat dan stakeholders pembangunan yang lainnya. 4). Penyuluhan Sebagai Proses Belajar/Proses Belajar Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proses pendidikan atau kegiatan belajar. Dalam kaitan ini, keberhasilan penyuluhan tidak diukur dari seberapa banyak ajaran yang disampaikan, tetapi seberapa jauh terjadi proses belajar bersama yang dialogis, yang mampu menumbuhkan kesadaran (sikap), pengetahuan, dan ketrampilan baru yang mampu mengubah perilaku kelompok sasarannya ke arah kegiatan dan kehidupan yang lebih menyejahterakan setiap individu, keluarga, dan masyarakatnya. 5). Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial Penyuluhan tidak sekadar merupakan proses perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi merupakan proses perubahan sosial, yang mencakup banyak aspek, termasuk politik dan ekonomi yang dalam jangka panjang secara bertahap mampu diandalkan menciptakan pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Yang dimaksud dengan perubahan sosial di sini adalah, tidak saja perubahan (perilaku) yang berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan hubungan antar individu dalam masyarakat, termasuk struktur, nilai-nilai, dan pranata sosialnya, seperti: demokratisasi, transparansi, supremasi hukum. 6). Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Sosial (Social Engineering) Sejalan dengan pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses perubahan sosial yang dikemukakan di atas, penyuluhan juga sering disebut sebagai proses rekayasa sosial (social engineering) atau segala upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumberdaya manusia agar mereka tahu, mau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam sistem sosialnya masing-masing. 7). Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social Marketing) Yang dimaksud dengan pemasaran sosial adalah penerapan konsep dan atau teori-teori pemasaran dalam proses perubahan sosial. Berbeda dengan rekayasa sosial yang lebih berkonotasi untuk membentuk (to do to) atau menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang baru sesuai yang dikehendaki oleh perekayasa, proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk menawarkan (to do for) sesuatu kepada masyarakat. 8). Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment) Inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat
bagi
masyarakat
yang
bersangkutan.
Pemberdayaan
masyarakat, dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan (capacity strenghtening) masyarakat, agar mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam keseluruahn proses pembangunan, terutama pembangunan yang ditawarkan oleh penguasa dan atau pihak luar yang lain (penyuluh, LSM). 9). Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan Kapasitas (Capacity Strenghtening) Kemampuan atau kapasitas masyarakat, diartikan sebagai daya atau kekuatan yang dimiliki oleh setiap indiividu dan masyarakatnya untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memobilisasi dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara lebih berhasil guna (efektif) dan berdayaguna (efisien) secara berkelanjutan. 10).Penyuluhan Sebagai Proses Komunikasi Pembangunan Sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekadar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari itu adalah, untuk menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
b. Tindakan yang diharapkan Menurut Stark, et al (2008) tindakan yang diharapkan dari hasil penyuluhan dipengaruhi oleh: 1.) Pendidikan Dari hasil penelitian didapatkan hasil responden dengan latar belakang pendidikan lebih tinggi, lebih memiliki pengetahuan tentang HPV kanker leher rahim. Pengetahuan didapat dengan berbagai cara salah satunya melalui kegiatan penyuluhan. Dengan tingginya tingkat pengetahuan mempengaruhi perilaku yang diharapkan dari hasil penyuluhan. 2.) Umur Dari hasil penelitian didapatkan hasil responden dengan latar belakang usia yang lebih muda lebih memiliki pengetahuan tentang HPV kanker leher rahim. Pengetahuan didapat dengan berbagai cara salah satunya melalui kegiatan penyuluhan. Dengan tingginya tingkat pengetahuan mempengaruhi perilaku yang diharapkan dari hasil penyuluhan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Notoadmodjo, (2007) tindakan Yang diharapkan dari hasil penyuluhan dipengaruhi oleh: 1.) Informasi lain Dengan memberikan informasi tentang hidup sehat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat, selanjutnya dengan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran dan akhirnya akan menyebabkan orang berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 2.) Kesadaran diri Kesadaran diri dipengaruhi oleh faktor emosional, salah satu bentuk kesadaran diri melalui terbentuknya prasangka. Prasangka yang positif akan mempengaruhi penerimaan terhadap informasi yang diberikan dalam kegiatan penyuluhan, prasangka yang negatif akan mempengaruhi bentuk penolakan.
2. Kanker Leher Rahim a. Pengertian Kanker leher rahim (carcinoma serviks uteri) adalah kanker yang dapat menyerang pada wanita yang pernah melakukan hubungan seksual dengan faktor pencetus adanya Human Papiloma Virus (Mock, et al, 2007). Dari hasil penelitian yang dilakukan Nuranna, (2010) kanker leher rahim merupakan pembunuh utama wanita dalam kesehatan reproduksi dengan insidensi 100/ 100.000 penduduk pertahun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Angka Kejadian: Menurut data WHO kanker leher rahim merupakan pembunuh terbesar kedua setelah jantung. Angka kejadian kanker leher rahim 15.000 kasus baru/ tahun, dengan angka kejadian meninggal 8000 orang/ tahun, dimana setiap hari 41 kasus Kanker leher rahim baru (1/2 jam ada kasus baru), setiap hari 20 kasus kanker leher rahim lama ( setiap 1 jam meninggal 1 orang). 65%-77,7% kejadian kanker leher rahim diantara kanker ginekologi dan lebih dari 70% didiagnosis pada stadium lanjut (Mock, et. all, 2007). Di Indonesia 5/880 wanita di Jakarta terdeteksi kanker leher rahim, 4/919 di tasikmalaya dan 3/887 di Bali. Dari 305 sampel yang diambel secara cluster menurut golongan umur didapatkan 11,4% positive HPV, 7,9% risiko tinggi HPV (Vet, et. all, 2008).
c. Predisposisi : Menurut Vet, et al (2008) faktor predisposisi yang mempengaruhi kanker leher rahim adalah: 1.) Hubungan sex terlalu dini Angka kejadian kanker leher rahim meningkat pada wanita dengan riwayat melakukan hubungan sexsual dibawah 20 tahun. 2.) Adanya infeksi di daerah kelamin Kejadian kanker leher rahim semakin tinggi pada wanita dengan riwayat memiliki infeksi di daerah kelamin. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.) Melahirkan banyak anak Riwayat persalinan lebih dari empat meningkatkan angka kejadian kanker leher rahim. 4.) Adanya infeksi virus lain Herpes, Clamydia, dan HIV menigkatkan angka kejadian kanker leher rahim. 5.) Merokok Wanita perokok memiliki insidensi kanker leher rahim lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok. 6.) Berganti pasangan. Wanita yang berganti pasangan lebih meningkatkan angka kejadian kanker leher rahim.
d. Tanda dan Gejala : Menurut Stark, et. al (2008) tanda dan gejala pada wanita yang menderita kanker leher rahim memiliki riwayat keluhan: 1.) Perdarahan abnormal setelah hubungan sex 2.) Perdarahan diluar siklus haid 3.) Perdarahan setelah menopause 4.) Keluar cairan kuning dan berbau 5.) Sakit/ nyeri di pinggul.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
SIKAP a. Pengertian
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau issue (Azwar, 2010). Menurut Notoadmodjo, (2007) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek sehingga sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.
b. Komponen Sikap
Menurut Azwar, (2010) struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang commit to user terhadap sesuatu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan caracara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
c. Tingkatan Sikap
Menurut Notoadmodjo, (2007) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni :
1.) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
d. Sifat Sikap
Menurut Azwar, (2010) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, berikut penjelasan mengenai hal tersebut:
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu.
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Ciri – Ciri Sikap
Menurut Azwar, (2010) ciri-ciri sikap adalah :
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuanpengetahuan yang dimiliki orang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Azwar, 2010). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2007).
g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1). Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3). Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4). Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh commit to user terhadap sikap konsumennya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5). Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6). Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2010).
4.
PERILAKU a.
Pengertian
Menurut Notoadmodjo, (2007) perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua commit to user makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon. 1.) Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Responden respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya. 2.) Operan respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job description) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
b. Bentuk Perilaku Menurut Notoadmodjo, (2007) dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1.) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain. 2.) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
c. Domain Perilaku Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi commit to user dua yaitu (Notoadmojo, 2007):
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.) Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2.) Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
d. Proses Tejadinya Perilaku Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni (Notoadmojo, 2007). 1.) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu. 2.) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. 3.) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4.) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5.) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
dan
sikapnya
terhadap
stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
e.
digilib.uns.ac.id
Perubahan (adopsi) Perilaku dan Indikatornya Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks
dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap (Notoadmodjo, 2007). 1.) Pengetahuan Sebelum seseorang menghadapi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti manfaat perilaku bagi dirinya atau keluarganya. Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan: a.) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:
Penyebab penyakit
Gejala dan tanda – tanda penyakit
Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan
Bagaimana cara penularannya
Bagaimana cara pencegahannya
b.) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi:
Penyakit atau bahaya merokok, minuman keras, narkoba dan sebagainya.
Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi.
Jenis makanan yang bergizi
c.) Pengetahuan tentang kesehatan commit tolingkungan user
perpustakaan.uns.ac.id
Manfaat air bersih
Cara- cara pembuangan limbah yang sehat
Manfaat pencahayaan
Akibat polusi
digilib.uns.ac.id
2.) Sikap Sikap adalah penilaian (dapat berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator terhadap sikap kesehatan sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yakni: a.) Sikap terhadap sakit dan penyakit b.) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat c.) Sikap terhadap kesehatan lingkungan 3.) Praktik/ tindakan (practice) Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik kesehatan, atau dapat juga disebut perilaku kesehatan. Oleh sebab itu indikator praktik kesehatanmencakup hal – hal yakni: a.) Tindakan sehubungan dengan penyakit b.) Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan c.) Tindakan kesehatancommit lingkungan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cara mengukur indikator perilaku paling akurat melalui pengamatan (observasi). Namun dapat juga dilakukan dengan wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu.
5.
Umur
Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur, atau yang sering juga disebut struktur umur. Struktur umur penduduk dapat dilihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir. Umur seseorang dapat diketahui apabila tanggal, bulan, tahun kelahirannya diketahui. Di dalam penghitungan umur seseorang harus selalu dibulatkan ke bawah atau umur menurut ulang tahun terakhir (Budiman. 2010).
Menurut Vet, et al, (2008) angka kejadian kanker leher rahim meningkat pada umur < 25 tahun dan umur > 35 tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam melakukan deteksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dini kanker leher rahim, juga mengetahui akan pentingnya deteksi dini kanker leher rahim. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya deteksi dini kanker leher rahim.
Sehubungan dengan kondisi fisik subjek belajar, menurut Notoadmodjo, (2007) ada enam faktor yang dapat menghambat proses belajar orang dewasa, yakni :
a. Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan, mulai bergerak makin jauh. b. Dengan bertambahnya usia, titik terjauh yang dapat dilihat dengan jelas mulai berkurang. c. Makin bertambah usia, makin besar pula jumlah penerangan yang diperlukan dalam situasi belajar. d. Makin bertambah usia persepsi kontras warna cenderungke arah merah dari pada spektrum. Hal ini disebabkan menguningnya kornea atau lensa mata sehingga cahaya masukagak tersaring. Akibatnya ialah kemampuan untuk membedakan warna – warna lembut mulai berkurang. e. Makin bertambah usia kemampuan menerima suara makin menurun. f. Makin bertambah usia, kemampuan untuk membedakan bunyi makin berkurang. Dengan demikian pembicaraan orang lain yang terlalu cepat makin sukar ditangkap (Notoatmodjo, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Terhadap Perilaku Ditinjau Dari Umur. Penyuluhan merupakan proses transfer teknologi sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak sejak dasawarsa 1990-an (Arif, 2009). Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau issue yang merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek yang berupa pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang bersangkutan yang merupakan tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar yang merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Kanker leher rahim (kanker mulur rahim) adalah kanker yang dapat menyerang pada wanita yang pernah melakukan hubungan seksual dengan faktor pencetus adanya Human Papiloma Virus (HPV). Penyuluhan tentang Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) merupakan kegiatan penyuluhan yang bertujuan mengajak masyarakat untuk mau berpartisipasi aktif untuk melakukan skrining awal yang dapat menunjukan adanya sel abnormal pada mulut rahim yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi plak putih (aceto white epithelium) pada hasil pemeriksaannya. Pemeriksaan IVA memiliki sensitifitas 90,9%, spesivisitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99,8%, hasil uji positif 83,3% dan hasil uji negatif 99,9%. Keuntungan IVA adalah hasilnya dapat diketahui lebih cepat dan harganya lebih terjangkau (Reynolds, et. all, 2008). Tindakan yang diharapkan dari hasil penyuluhan dipengaruhi oleh:informasi lain, kesadaran diri, pendidikan, umur, pendapatan keluarga (Stark, et.all, 2008). Umur sampel cluster random dari peserta diambil dengan mengelompokkan wanita dalam 11 kelompok umur 5 tahun: <19, 20-24, 25 - 29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49, 50-54, 55-59, 60-64, dan > 65 tahun ( Vet, et. all, 2008).
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian semacam ini sebelumnya sudah pernah diteliti, namun terdapat perbedaan dalam hal variabel dan tempat penelitian : 1. Prevalence of Human Papillomavirus in Indonesia: a Population – based study in three regions (Vet, et.all, 2008), tempat penelitian ini di Jakarta, Tasikmalaya dan Bali dengan metode penelitian case control study. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa angka prevalensi 11,4% dan 11,8% resiko tinggi HPV, jumlah pernikahan tidak memiliki hubungan dengan angka kejadian HPV (OR 1.81 95% CI 1.31-2.51) 2. Human Papillomavirus, Cervical Cancer and Womens Knowledge (Stark, et.all, 2008), tempat penelitian di Amerika Serikat dengan metode retrospective case series study. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan tentang faktor resiko kanker leher rahim rendah. Responden dengan latar belakang usia yang lebih muda dan berpendidikan lebih memiliki commitleher to user pengetahuan tentang HPV kanker rahim, upaya yang paling penting
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan dari petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang kanker laher rahim dan pencegahan dengan vaksinasi. 3. Effective Lay Health Worker Outreach and Media Based Education For Promoting Cervical Cancer among Vietnamese American Women (Mock, et. all, 2007), tempat penelitian di kota Santa Clara Amerika Serikat dengan metode penelitian eksperimental. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pemberian perlakuan dengan menggunakan media gabungan lebih termotivasi untuk mendapatkan skrinning kanker leher rahim dibandingkan dengan hanya menggunakan satu media. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada variabel penelitian, pengambilan sampel, tempat dan waktu penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berfikir 1. Kerangka Konsep Penyuluhan Kanker Leher Rahim
Umur
Perilaku
-
Informasi lain: melalui media massa, keluarga/teman Kesadaran diri Pendidikan
Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kerangka Pikir
Penyuluhan
Perilaku
Umur
Penyuluhan merupakan proses transfer teknologi, edukasi, inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak sejak dasawarsa 1990-an (Arif, 2009). Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang bersangkutan yang merupakan tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar yang merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Penyuluhan tentang kanker leher rahim merupakan kegiatan penyuluhan yang bertujuan mengajak masyarakat untuk mau berpartisipasi aktif untuk melakukan skrining awal ( Reynolds, et. all, 2008). Tindakan yang diharapkan dari hasil penyuluhan dipengaruhi oleh: informasi lain, kesadaran diri, pendidikan, umur, pendapatan keluarga, dalam penelitian ini akan ditinjau pengaruh pemberian penyuluhan tentang kanker leher rahim terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini ditinjau dari umur (Stark, et. all, 2008). Umur sampel dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peserta diambil dengan mengelompokkan wanita dalam 3 kelompok umur < 25 tahun, 25 - 35 tahun, > 35 tahun. Dalam perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekadar diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi, penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan perilaku (behaviour) yang merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/pihak lain, baik secara langsung (berupa: ucapan, tindakan, bahasa tubuh) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerjanya). Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada penyebarluasan informasi/inovasi, dan memberikan penerangan, tetapi merupakan proses yang dilakukan secara terus-menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi klien penyuluhan (Arif, 2009).
D. Hipotesis 1. Pemberian penyuluhan dapat mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. 2. Umur dapat mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. 3. Pemberian penyuluhan dan umur dapat mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimental
semu
(quasi
eksperimental) dengan desain post test only control design dan pencuplikan cluster random dimana peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan (judgment) tertentu sedemikian sehingga sampel yang dicuplik mewakili populasi sasaran yang sedang diteliti maupun memungkinkan peneliti untuk melakukan perbandingan kelompok – kelompok studi (Murti, 2010)
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. Waktu penelitian selama kurang lebih lima bulan (September 2010 – Januari 2011).
C. Variabel Penelitian Variabel yang diukur adalah sebagai berikut: Variabel bebas
: Pemberian penyuluhan tentang kanker leher rahim.
Variabel terikat
: Perilaku untuk melakukan deteksi dini.
Variabel moderator
: Umur
Data yang digunakan adalah data primer yang diambil langsung dari responden dengan teknik angket melalui instrument skala likert untuk mengkaji perilaku dengan data umum umur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah guru wanita di SMA Kecamatan Sanden berjumlah 90 orang. Jumlah SMA di Kecamatan Sanden Bantul berjumlah 3 SMA peneliti mengambil sampel dengan teknik cluster random dari 3 SMA diambil 2 SMA yaitu : 1 SMA sebagai kelompok perlakuan dan 1 SMA sebagai kelompok kontrol, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang dimana 34 orang sebagai kelompok perlakuan pada SMAN 1 Sanden dan 26 orang sebagai kelompok kontrol pada SMKN 1 Sanden. Puskesmas Sanden sebagai puskesmas yang mendapatkan hibah dari Dinas kesehatan prop DIY untuk melakukan kegiatan reproduksi remaja dan reproduksi yang berbasis pada gender di wilayah binaannya. Kecamatan Sanden sebagai wilayah binaan puskesmas Sanden yang lebih jauh diharapkan mampu untuk melakukan transformasi ilmu kepada peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pencuplikan cluster random dimana peneliti memilih sampel berdasarkan pertimbangan (judgment) tertentu sedemikian sehingga sample yang dicuplik mewakili populasi sasaran yang sedang diteliti maupun memungkinkan peneliti untuk melakukan perbandingan kelompok – kelompok studi (Murti, 2010) Kriteria eksklusi (Azadeh, et all, 2009) : 1.
Wanita yang masih perawan/ belum menikah
2.
Wanita yang sudah menjalani hystrektomi. Berdasarkan kriteria inklusi jumlah responden dalam penelitian ini adalah 51
orang yang terdiri dari 30 orang kelompok perlakuan pada SMAN 1 Sanden, dan commit to user 21 orang kelompok kontrol pada SMKN 1 Sanden.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Definisi Operasional Tabel 3.1 : Definisi Operasional No 1
Definisi Operasional Penyuluhan teknologi,
adalah
Skala
proses
edukasi,
inovasi,
Alat ukur
transfer Nominal Ceklist fasilitasi,
Indikator Disuluh = 1 Tidak disuluh
konsultasi, supervisi, pemantauan dan
=0
evaluasi sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. 2
Perilaku
adalah
aktifitas
yang
suatu
kegiatan
bersangkutan
atau Ordinal
Skala
Tinggi = 75-
yang
Likert
100%
merupakan tindakan atau aktifitas itu
Sedang= 50-
sendiri yang mempunyai bentangan yang
74%
sangat luas baik yang dapat diamati
Rendah= <
langsung
50%
maupun
yang
tidak
dapat
diamati pihak luar yang merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) yang merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang. 3
Umur adalah umur pada saat ulang tahun Interval
Ceklist
< 25 tahun 25 – 35 tahun
terakhir.
> 35 tahun
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data yaitu skala likert. Skala likert disusun berupa pernyataan untuk mendapatkan keterangan dari orang mengenai perilaku dan umur. Bentuk skala likert dengan pernyataan yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan perilakunya. Jumlah pernyataan untuk perilaku semuanya 47 item. Setiap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pernyataan disediakan lima jawaban alternative (selalu, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah) dengan menggunakan skala ordinal. Variabel Perilaku
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Pertanyaan Bentuk No Item Pernyataan 1,2,3,20,21,22,45,46,47 Pengetahuan 10,11,12,16,17,18,23,25,26,27, Sikap 28,29,31,33,35,36,37,40,42,43, 44 Perilaku 4,5,6,7,8,9,13,14,15,19,24,30,32, 34,38,39,41 Total
Jumlah Item 9 21
17 47
Untuk kelompok pernyataan favourable berjumlah 26 pernyataan pada no 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,32,36,
dan
40.
Sedangkan untuk kelompok pernyataan unfavourable berjumlah 21 pernyataan pada no 14,15,27,28,29,30,31,33,34,3537,38,39,41,42,43,44,45,46, dan 47.
G. Uji Validitas dan Reliabelitas Populasi dalam uji validitas dan reliabelitas dalam penelitian ini adalah guru SMKN 1 Bantul berjumlah 36 orang, berdasarkan kriteria inklusi didapatkan jumlah sampel berjumlah 34 orang. Uji validitas terhadap instrument kuesioner untuk menganalisa perilaku dengan menggunakan rumus product moment untuk menguji validitas konstruksi, untuk dapat diputuskan instrumen itu reliable atau tidak, harga r hitung dikonsultasikan dengan r tabel, apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka dapat disimpulkan instrument reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.
rxy
N X
N (XY ) (XY ) 2
X N Y 2 Y 2
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan: rxy = koefisien korelasi X = skor setiap item Y = skor total N = ukuran sample Uji reliabilitas dengan teknik alfa cronbach (Sugiyono, 2006). Rumus koefesien reliabilitas Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:
Keterangan : r = koefesien reabilitas yang dicari k = jumlah butir pertanyaan σi2 = varians butir-butir pertanyaan Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan pada guru di SMKN 1 Bantul Yogyakarta yang memiliki karakteristik hampir sama dengan obyek yang akan diteliti. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 47 pertanyaan variabel perilaku, ada 9 butir pertanyaan yang tidak valid, yaitu nomor pernyataan 11, 13, 31, 33, 34, 37, 38, 42, dan 43. Butir pernyataan dikatakan valid untuk N = 34 apabila nilai rhitung > rtabel . Butir pernyataan dari variabel perilaku yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 38 butir, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 35, 36, 39, 40, 41, 44, 45, 46 dan 47. Uji reabilitas dihitung menggunakan rumus alpha cronbach melalui commit to user komputerisasi. Bila nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,6, maka kuisioner
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut reliable. Sebuah instrumen dinyatakan reliable, apabila nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,6 (Riwidikdo, 2009). Hasil validitas diketahui nilai alpha cronbach untuk variabel perilaku sebesar 0,966. Hal ini berarti variabel perilaku dalam penelitian ini adalah reliable, karena nilai alpha cronbach > 0,6.
H. Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Pengumpulan data Pengumpulan data menggunakan instrument skala likert dalam bentuk pertanyaan tertutup dan format jawaban berbentuk skala likert untuk mengkaji perilaku. Untuk mengkaji umur dengan menggunakan data umum yang terdapat dalam instrumen penelitian. Pada waktu pengambilan data, responden diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan penelitian, kemudian responden diminta mengisi sendiri instrumen yang telah disediakan. 2.
Pengolahan data Pengolahan data akan dilakukan secara manual dengan tahapan sebagai berikut: a. Editing Kegiatan penyuntingan data bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian pada lembar pendapat sudah lengkap sebagai upaya untuk menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut. b. Coding Pemberian atau pembuatan kode atau pengklasifikasian jawaban pada tiap variabel yang diteliti untuk mempermudah pengolahan data. Klasifikasi ini commit to user ditandai dengan memindahkan data dari daftar pertanyaan ke daftar yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan memberikan informasi data, yang kemudian di ubah menjadi bentuk angka, untuk mempermudah perhitungan berikutnya, untuk kode penyuluhan dengan ketentuan: 1) Tidak disuluh
:0
2) Disuluh
:1
Sedangkan untuk perilaku dengan pernyataan Favourobale diberi kode dengan ketentuan: 1) Selalu
:5
2) Sering
:4
3) Kadang-kadang
:3
4) Jarang
:2
5) Tidak pernah
:1
Sedangkan untuk perilaku dengan pernyataan Unfavourobale diberi kode dengan ketentuan: 1) Selalu
:1
2) Sering
:2
3) Kadang-kadang
:3
4) Jarang
:4
5) Tidak pernah
:5
Sedangkan untuk umur diberi kode dengan ketentuan: 1) < 25
:0
2) 25- 35
:1
3) > 35
:2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tabulating Pengklasifikasian data agar dengan mudah dilakukan perhitungan statistik eksperimental. Untuk menyimpulkan hasil dari ceklist perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim, nilai persentase yang diperoleh dimasukkan kedalam rentang nilai (Arikunto, 2002) : 1) Dikatagorikan tinggi nilai 75-100% 2) Dikatagorikan sedang nilai 50-74% 3) Dikatagorikan rendah nilai < 50%
3.
Analisis data Analisis data yang digunakan dalam pembuktian hipotesa adalah dengan menggunakan statistik dengan Anova dua jalur menggunakan SPSS versi 15. Rumus Penelitian ini menggunakan derajat kemaknaan 0,05 (α= 5%). Apabila data berbentuk skala ordinal dalam mengukur interaksi penyuluhan dan umur terhadap perilaku maka uji yang digunakan adalah Anova dua jalur, apabila f hitung > dari f tabel, maka Ho ditolak artinya ada beda varians diantara kelompok tersebut (Hadi (2004), Riwidikdo, (2009), Ghozali (2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. Adapun hasil penelitian dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini. 1. Deskripsi Data a. Deskripsi Data Umur Keseleluruhan Distribusi frekuensi dan persentase umur pada kelompok yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Keseluruhan No Umur f % 1 < 25 tahun 3 5,88 2 25 – 35 tahun 14 27,45 3 > 35 tahun 34 66,67 51 100 Total
Tabel 4.1. di atas menjelaskan bahwa distribusi frekuensi umur responden terbanyak pada usia > 35 tahun dengan persentase 66,67%, dan kelompok umur dengan frekuensi terendah < 25 tahun dengan persentase 5,88%. Dari hasil statistik deskriptif didapatkan data nilai standar deviasi adalah 0.6, dengan sebaran umur antara 23 tahun sampai dengan 63 tahun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Umur
35 30 25 20
34
15
f
10 5
14 3
0 < 25 thn
25 - 35 thn
> 35 thn
Umur
Grafik 4.1: Distribusi Frekuensi Umur Keseluruhan Grafik 4.1 di atas menjelaskan umur responden terbanyak berada pada kelompok umur > 35 tahun dengan jumlah 34 orang. b. Deskripsi Data Umur Kelompok Perlakuan Distribusi frekuensi dan persentase umur pada kelompok yang diberi perlakuan pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Perlakuan No Umur f % 1 < 25 tahun 3 10 2 25 – 35 tahun 6 20 3 > 35 tahun 21 70 30 100 Total
Tabel 4.2. di atas menjelaskan bahwa distribusi frekuensi umur responden terbanyak pada umur > 35 tahun dengan persentase 70%, dan kelompok umur dengan frekuensi terendah < 25 tahun dengan persentase commit to user 10%. Hasil statistik deskriptif menjelaskan bahwa nilai standar deviasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
0.67 dengan sebaran umur minumum 23 tahun dan umur maksimum 63 tahun.
Umur Kelompok Perlakuan
25 20 15 21
10 5 3
f
6
0 < 25 thn
25 - 35 thn
> 35 thn
Umur
Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Perlakuan Kelompok umur terbanyak pada kelompok perlakuan terlihat dari grafik 4.2 di atas pada kelompok umur > 35 tahun sebanyak 21 orang. c. Deskripsi Data Umur Kelompok Kontrol Distribusi frekuensi dan persentase umur pada kelompok yang tidak diberi perlakuan pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Kelompok Kontrol No Umur f % 1 < 25 tahun 0 0 2 25 – 35 tahun 8 38,1 3 > 35 tahun 13 61,9 21 100 Total
Tabel 4.3. di atas menjelaskan bahwa distribusi frekuensi umur commit to user responden terbanyak pada umur > 35 tahun dengan persentase 61,9%, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok umur dengan frekuensi terendah < 25 tahun dengan persentase 0%. Hasil statistik deskriptif didapatkan data standar deviasi umur kelompok kontrol adalah 0.49 dengan sebaran umur minimum 26 tahun dan umur maksimum 49 tahun.
Umur Kelompok Kontrol
14 12 10 8
13
6
f
8
4 2 0
0 < 25 thn
25 - 35 thn
> 35 thn
Umur
Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi Kelompok Kontrol Umur pada kelompok kontrol dari grafik 4.3 di atas terbanyak pada kelompok > 35 tahun berjumlah 13 orang. d. Deskripsi Data Perilaku Keseluruhan Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Keseluruhan No Skor f 1 82-91 6 2 92-101 12 3 102-111 8 4 112-121 5 5 122-131 6 6 132-141 3 7 142-151 2 8 152-161 4 9 162-171 4 10 172-181 1 Total 51
% 11,76 23,52 15,68 9,80 11,76 5,88 3,92 7,84 7,84 1,96 100
Tabel 4.4 di atas menjelaskan bahwa distribusi frekuensi terbanyak dengan skor 92 – 101 dengan jumlah 12 orang, dan skor yang paling sedikit distribusi frekuensinya yaitu skor 172-181 berjumlah 1 orang. Hasil statistik deskriptif didapatkan data nilai standar deviasi adalah 26.67, dengan sebaran skor minimum 82 dan skor maksimum 173 dan rata – rata skor perilaku keseluruhan adalah 154. Data Perilaku Keseluruhan f 12
12 10
8
8 Frekuensi
6
6
5
6
4
3
2
4
4
2
1
0 8291
102111
122131
142151
Skor Perilkau
Grafik 4.4 Data Skor Perilaku commit Keseluruhan to user
162171
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Grafik 4.4 di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi dengan skor perilaku 92 – 101 dengan jumlah 12 orang, dan frekuensi terendah dengan skor 172 – 181 dengan jumlah 1 orang.
e. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Perlakuan Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden yang diberi perlakuan pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Perlakuan No Skor f % 1 82-91 4 13,33 2 92-101 8 26,67 3 102-111 7 23,33 4 112-121 3 10 5 122-131 4 13,33 6 132-141 1 3,33 7 142-151 1 3,33 8 152-161 1 3,33 9 162-171 1 3,33 Total 30 100 Tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan skor 92 – 101 yaitu 26,67%, dan persentase terendah dengan skor 132-141, 142-151, 152-161, dan 162-171 masing – masing yaitu 3,33%. Hasil statistik deskriptif didapatkan data bahwa nilai standar deviasi adalah 18.71 dengan sebaran skor minimum 82 dan skor maksimum 162 dan rata – rata skor perilaku kelompok perlakuan yaitu 108.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data Perilaku Kelompok Perlakuan f 8 7 6 5 Frekuensi 4 3 2 1 0
8 7
4
4 3 1
8291
102111
122131
1 142151
1
1 162171
Skor Perilaku
Grafik 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Perlakuan Grafik 4.5 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan skor perilaku 92 – 101 dengan jumlah 8 orang, dan skor perilaku paling sedikit dengan dengan skor 132-141, 142-151, 152-161, dan 162-171 berjumlah masing – masing 1 orang. f. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Kontrol Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden yang tidak diberi perlakuan pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol No Skor f % 1 82-91 2 9,52 2 92-101 4 19,04 3 102-111 1 4,76 4 112-121 2 9,52 5 122-131 2 9,52 6 132-141 2 9,52 7 142-151 1 4,76 8 152-161 3 14,28 9 162-171 3 14,28 10 172-181 1 4,76 Total 21 100 Tabel 4.6 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan skor 92 – 101 yaitu 19,04%, dan persentase terendah dengan skor 102-111, 142-151, dan 172-181 yaitu masing – masing 4,76%. Hasil statistik deskriptif didapatkan data nilai standar deviasi perilaku kelompok kontrol adalah 28.24, dengan sebaran skor 86 sampai dengan 173 dan rata – rata skor 129.
Data Perilaku Kelompok Kontrol f 4
4
3
3 Frekuensi 2
2
2
f
2
1
1 0
2
3
1
1
82- 92- 102-112-122-132-142-152-162-1722
4
1
2
2
2
1
3
3
1
Skor Perilaku
Grafik 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Grafik 4.6 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan skor perilaku 92 – 101 berjumlah 4 orang, dan skor paling sedikit berjumlah masing – masing 1 orang dengan skor 102-111, 142-151, dan 172-181. g. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur < 25 tahun Hasil statistik deskriptif didapatkan data skor maksimum perilaku kelompok perlakuan dengan umur < 25 tahun adalah 146 dan skor minimum 169, nilai standar deviasi 13.31 dan skor rata – rata adalah 157.33. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden kelompok perlakuan dengan umur < 25 tahun pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur < 25 tahun No Skor f % 1 146 - 153 1 33,33 2 154 - 161 1 33,33 3 162 - 169 1 33,34 Total 3 100 Tabel 4.7 di atas menjelaskan bahwa persentase masing – masing skor sama yaitu 33,33%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data Perilaku Kelompok Perlakuan < 25 tahun f 1
1
1
1
0,8 Frekuensi
0,6 0,4 0,2 0 146 153
154 161
162 169 Skor Perilaku
Grafik 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol Grafik 4.7 di atas terlihat bahwa frekuensi skor perilaku masing – masing sama yaitu 1.
h. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur 25 – 35 tahun Hasil statistik deskriptif didapatkan data skor maksimum perilaku kelompok perlakuan dengan umur 25 - 35 tahun adalah 116 dan skor minimum 147, nilai standar deviasi 12.80 dan skor rata – rata adalah 126.50. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden kelompok perlakuan dengan umur 25-35 tahun pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur 25-35 tahun No Skor f % 1 116 - 126 3 50 2 127 - 138 2 33,33 3 139 - 149 1 16,67 commit to user Total 6 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan skor 116-126 yaitu 50%.
Data Perilaku Kelompok Perlakuan 25-35 tahun f 3 3 2 2 Frekuensi
1 1 0 f
116 - 126
127 - 138
139 - 149
3
2
1
Skor Perilaku
Grafik 4.8 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol dengan umur 25-35 tahun Grafik 4.8 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan skor perilaku 116-126 berjumlah 3 orang dan skor perilaku dengan frekuensi terendah dengan skor 139 – 149 yaitu 1 orang. i. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur > 35 tahun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil statistik deskriptif didapatkan data sebaran skor perilaku kelompok perlakuan dengan umur > 35 tahun adalah 82 sampai dengan 162, nilai standar deviasi 19.28 dan skor rata – rata adalah 147.19. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden kelompok perlakuan dengan umur >35 tahun pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Perlakuan dengan Umur >35 tahun No Skor f % 1 82 - 102 8 38 2 103 - 123 7 33,33 3 124 - 144 5 23,80 4 145 - 165 1 4,78 Total 21 100 Tabel 4.9 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan skor 82 - 102 yaitu 38% dan persentase terendah dengan skor 145 – 165 yaitu 4,78%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data Perilaku Kelompok Perlakuan > 35 tahun f 8
8
7
6
5
Frekuensi 4 2 0 f
1 82 - 102 103 - 123 124 - 144 145 - 165 8
7
5
1
Skor Perilaku
Grafik 4.9 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Perlakuan dengan umur >35 tahun Grafik 4.9 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan skor perilaku 82-102 berjumlah 8 orang dan skor 145-165 dengan frekuensi terkecil. j. Deskripsi Data Perilaku Kelompok Kontrol dengan Umur 25 – 35 tahun Hasil statistik deskriptif didapatkan data sebaran skor perilaku kelompok kontrol dengan umur 25 - 35 tahun adalah 95 sampai dengan 161, nilai standar deviasi 29.68 dan skor rata – rata adalah 165.25. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden kelompok kontrol dengan umur 25-35 tahun pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan Umur 25-35 tahun No Skor f % 1 86 – 110 3 37,5 2 111 – 135 2 25 3 136 – 160 2 25 4 161 - 185 commit to user 1 12,5 Total 8 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan skor 86 - 110 yaitu 37,5% dan persentase terendah dengan skor 161-185 yaitu 12,5%. Data Perilaku Kelompok Kontrol 25-35 tahun f 3
3
2
2
2
Frekuensi
1
1 0 f
86 – 110 3
111 –
136 –
161 - 185
2
2
1
Skor Perilaku
Grafik 4.10 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol dengan umur 25-35 tahun Grafik 4.10 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan skor 86-110 berjumlah 3 orang dan skor 161-185 dengan frekuensi terkecil berjumlah 1 orang.
k. Deskripsi Data Kelompok Kontrol dengan Umur > 35 tahun Hasil statistik deskriptif didapatkan data sebaran skor perilaku kelompok kontrol dengan umur > 35 tahun adalah 87 sampai dengan 173, nilai standar deviasi 28.62 dan skor rata – rata adalah 172.46. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku responden kelompok kontrol dengan umur >35 tahun pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Perilaku Kelompok Kontrol dengan Umur >35 tahun No Skor f % 1 87 – 102 3 23,2 2 103 – 118 1 7,8 3 119 – 134 3 23,2 4 135 - 150 1 7,8 5 151 – 166 4 30,2 6 167 - 182 1 7,8 Total 13 100 Tabel 4.11 di atas menjelaskan bahwa persentase tertinggi dengan skor 151 - 166 yaitu 30,2% dan persentase terendah dengan skor 103118,135-150, dan 167-182 yaitu 7,8%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data Perilaku Kelompok Kontrol >35 tahun f 4
4 3
3
3
Frekuensi 2 1
1 0 f
87 – 3
1
1
103 – 119 – 135 - 151 – 167 1
3
1
4
1
Skor Perilaku
Grafik 4.11 Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kelompok Kontrol dengan umur > 35 tahun Grafik 4.11 di atas terlihat bahwa skor perilaku terbanyak dengan skor perilaku 151-166 berjumlah 4 orang dan frekuensi terkecil pada skor 103118, 135-150, 167-182. 2. Uji Prasyarat Anova a. Uji Normalitas Untuk tujuan uji signifikansi maka variabel harus mengikuti distribusi normal multivariat. Variabel dependen terdistribusi secara normal dalam kategori variabel independen. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Variabel Zhitung Perilaku (Perlakuan) 0,678 Umur (Perlakuan 0,696 Perilaku (Kontrol) 0,635 Umur (Kontrol) 0,666 commit to user
Psig 0,747 0,717 0,815 0,766
Ket Normal Normal Normal Normal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil analisis uji normalitas untuk kelompok penyuluhan dan kontrol memiliki nilai Z hitung < Z tabel ( 1,645) dan Psig > 5%, sehingga umur dan perilaku kedua –duanya memiliki distribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan agar variabel dependen memiliki varian yang sama dalam setiap kategori variabel independen, maka harus ada homogenitas dalam cell yang dibentuk oleh variabel independen kategorikal. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Levene Statistic df1 df2 Sig 1.160 1 49 0.287 Nilai Levene test pada tabel 4.13 menjelaskan bahwa signifikansi 0.287 (probabilitas > 0.05) maka hipotesis nol diterima bahwa grup memiliki varians yang sama. 3. Pengujian Hipotesis a. Data Analisis Deskriptif Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perilaku ditinjau dari Umur Hasil analisis data penelitian akan diuraikan dengan statistik deskriptif. Hasil analisis deskriptif variabel penelitian disajikan sebagai berikut ini. Tabel 4.14 Data Analisis Deskriptif Kelompok Perlakuan dan Kontrol Umur Perlakuan Kontrol > 35 tahun n = 21 n = 13 x = 147.19 x = 172.46 SD = 19.28 SD = 28.62 25 – 35 tahun n=6 n=8 x = 126.50 x = 165.25 SD = 12.80 SD = 29.68 < 25 tahun n=3 x = 157.33 commit to user SD = 13.31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.14. di atas menjelaskan bahwa pada kelompok umur > 35 tahun rata – rata skor perilaku kelompok kontrol ( 172.46 ) > dari kelompok perlakuan ( 147.19 ), nilai standar deviasi kelompok kontrol 28.62 > dari kelompok perlakuan yaitu 19.28, makin besar standar deviasi menunjukkan data semakin bervariasi. Untuk umur 25 – 35 tahun rata – rata skor perilaku kelompok kontrol ( 165.25 ) dan nilai standar deviasi 29.68 > dari kelompok perlakuan ( 126.50 ) dan nilai standar deviasi 12.80. Kelompok umur < 25 skor rata – rata kelompok perlakuan 157.33 dengan nilai standar deviasi 13.31. b. Pengaruh Peyuluhan Terhadap Perilaku Ditinjau Dari Umur Hasil penelitian diketahui pengaruh penyuluhan terhadap perilaku ditinjau dari umur, dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah ini. Tabel 4.15. Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Penyuluhan Terhadap Perilaku ditinjau dari umur Variabel Fhitung Psig Ftabel Penyuluhan 18.404 0,000 Umur 2.420 0,100 Penyuluhan*Umur .816 0,371 2,56 1). Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.15. di atas, menjelaskan bahwa dari hasil uji anova dua jalur pengaruh penyuluhan terhadap perilaku didapatkan hasil fhitung (18.404) < f*tabel (2,56) dengan signifikansi 0,00 < 0,05, sehingga ada pengaruh penyuluhan terhadap perilaku. 2). Untuk uji hipotesis 2, berdasarkan data pada tabel 4.15 pengaruh umur terhadap perilaku didapatkan hasil fhitung (2.420) < f*tabel (2,56) dengan signifikansi 0,1 > 0,05, sehingga tidak ada pengaruh pengaruh umur terhadap perilaku. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3). Untuk mengetahui interaksi pemberian penyuluhan terhadap perilaku ditinjau dari umur dianalisis menggunakan uji Anova dua jalur. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai f*tabel untuk n = 51 dengan α = 0,05 adalah (2,56), maka fhitung (0,816) < f*tabel (2,56) dengan signifikansi 0,371 > 0,05, berarti tidak ada pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. c.
Uji Lanjut ANOVA Dua Jalur 1.) Tukey Test Untuk menguji perbedaan perilaku antar ketegori umur dapat dilihat pada
output Tukey test berikut ini. Tabel 4.16 Data Post Hoc Test Umur (I) Umur (J) > 35 tahun < 25 tahun 25 – 35 tahun 25 – 35 tahun < 25 tahun > 35 tahun < 25 tahun 25 – 35 tahun > 35 tahun
Mean Difference (I-J) -0.48 8.21
Sig 0.99 0.50
-8.69 -8.21 8.69
0.82 0.50 0.82
0.48
0.99
Hasil Turkey menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku antara kelompok umur > 35 tahun dan kelompok umur < 25 tahun dengan rata – rata perbedaan perilaku 0.48 dan secara statistik tidak signifikan dengan p = 0.99. Perbedaan perilaku antara kelompok umur > 35 tahun dan kelompok umur 25 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
– 35 tahun sebesar 8.21 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan ( p = 0.50 jauh di atas 0.05 ). Perbedaan perilaku antara kelompok umur 25 – 35 tahun dan kelompok umur < 25 tahun sebesar -8.69 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan. Perbedaan perilaku antara kelompok umur 25 – 35 tahun dan kelompok umur > 35 tahun sebesar -8.21 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan. Perbedaan perilaku antara kelompok umur < 25 tahun dan kelompok umur 25 - 35 tahun sebesar 8.69 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan. Perbedaan perilaku antara kelompok umur 25 – 35 tahun dan kelompok umur > 35 tahun sebesar 0.48 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan. 2.) Homogeneous Subset Homogeneous subset memberikan informasi kategori variabel umur dan nilai rata – ratanya pada tabel di bawah ini Tabel 4.17 Data Homogeneous Subset Umur N > 35 tahun 25 – 35 tahun < 25 tahun Sig
Subset 1 34 14 3
158.85 148.64 157.33 0.766
Pada subset satu berisi nilai rata – rata perilaku untuk kategori umur > 35 tahun, 25 – 35 tahun dan < 25 tahun. Nilai signifikansi 0.766 menyatakan bahwa rata – rata perilaku antara kategori umur > 35 tahun, 25 – 35 tahun dan commit to user < 25 tahun tidak berbeda secara statistik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan 1.
Pengaruh Pemberian Penyuluhan Terhadap Perilaku Hasil analisis statistik menunjukan bahwa dengan taraf signifikansi 5%
didapatkan hasil Psig 0,00 < 0,05 dengan F hitung ( 18.404 ) > dari F tabel ( 2.56), sehingga dapat diambil kesimpulan terdapat pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perlaku. Penyuluhan adalah proses transfer teknologi, edukasi, inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang bersangkutan yang merupakan tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar yang merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Penyuluhan tentang kanker leher rahim merupakan kegiatan penyuluhan yang bertujuan mengajak masyarakat untuk mau berpartisipasi aktif untuk melakukan skrining awal (Arif, 2009). Tabel 4.4 di atas menjelaskan bahwa distribusi frekunsi terbanyak skor perilaku dengan skor 92 – 101 berjumlah 12 orang, dan skor dengan frekuensi terendah yaitu skor 172-181 berjumlah 1 orang. Hasil statistik deskriptif didapatkan data nilai standar deviasi adalah 26.67, dengan sebaran skor minimum 82 dan skor maksimum 173 dan rata – rata skor perilaku keseluruhan adalah 154. Hasil uji anova dua jalur didapatkan data f hitung > f tabel sehingga terdapat pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Arif, (2009) bahwa penyuluhan bukan hanya sekedar sebagai proses penyebaran informasi dan proses penerangan atau pemberian penjelasan tetapi juga sebagai proses perubahan perilaku. Proses perubahan perilaku ini merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang / pihak lain, baik secara langsung (berupa ucapan, tindakan, bahasa tubuh) maupun tidak langsung (melalui kinerja atau hasil kerjanya). Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada penyebarluasan informasi/inovasi, dan memberikan penerangan, tetapi merupakan proses yang dilakukan secara terusmenerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) yang menjadi klien penyuluhan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Leung, S dan Leung, I, (2010) yang menyebutkan bahwa srategi program dengan cara promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan perlu dikembangkan dan terbukti jelas promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan berhubungan dengan tingkat kehadiran untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Upaya promosi kesehatan harus berfokus pada peningkatan pengetahuan perempuan pada faktor-faktor risiko dan meningkatkan pengawasan kesehatan yang dirasakan mereka dengan memberikan informasi lebih lanjut tentang hubungan antara deteksi dini dengan tingkat insiden rendah dan kematian akibat kanker leher rahim. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nguyen. B, et. all, (2010) juga menyebutkan bahwa perilaku untuk melakukan deteksi dini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, Upaya promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan menggunakan media terbukti efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini.
2.
Pengaruh Umur terhadap Perilaku Hasil uji hipotesis pengaruh umur terhadap perilaku didapatkan data
bahwa F hitung ( 2.420 ) < dari F tabel ( 2.56 ), dengan taraf signifikansi 0,1 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak terdapat pengaruh umur terhadap perilaku. Tabel 4.1. di atas menjelaskan bahwa distribusi frekuensi umur responden dengan presentase tertinggi pada umur > 35 tahun yaitu 66,67%, dan kelompok umur dengan presentase terendah < 25 tahun yaitu 5,88%. Dari hasil statistik deskriptif didapatkan data standar deviasi adalah 0.6, dengan sebaran umur antara 23 tahun sampai dengan 63 tahun. Tabel 4.8 menjelaskan bahwa presentase tertinggi perilaku pada kelompok umur 25 – 35 tahun pada kelompok kontrol dengan skor 116-126 yaitu 50%. Pada kelompok perlakuan umur > 35 tahun didapatkan data pada tabel 4.9 bahwa presentase tertinggi dengan skor 82 - 102 yaitu 38% dan presentase terendah dengan skor 145 – 165 yaitu 4,78%. Tabel 4.10 di atas menjelaskan bahwa pada kelompok kontrol umur 25 – 35 tahun presentase tertinggi dengan skor 86 - 110 yaitu 37,5% dan presentase terendah dengan skor 161-185 yaitu 12,5%. Pada kelompok kontrol umur > 35 tahun didapatkan data pada tabel 4.11 bahwa presentase tertinggi dengan skor 151 - 166 yaitu 30,2% dan presentase terendah dengan skor 103-118,135-150, dan 167-182 yaitu 7,8%. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil Tukey pada tabel 4.16 menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku antara kelompok umur > 35 tahun dan kelompok umur < 25 tahun dengan rata – rata perbedaan perilaku 0.48 dan secara statistik tidak signifikan dengan p = 0.99. Perbedaan perilaku antara kelompok umur > 35 tahun dan kelompok umur 25 – 35 tahun sebesar 8.21 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan ( p = 0.50 jauh di atas 0.05 ). Perbedaan perilaku antara kelompok umur 25 – 35 tahun dan kelompok umur < 25 tahun sebesar -8.69 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan. Perbedaan perilaku antara kelompok umur 25 – 35 tahun dan kelompok umur > 35 tahun sebesar -8.21 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan. Perbedaan perilaku antara kelompok umur < 25 tahun dan kelompok umur 25 - 35 tahun sebesar 8.69 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan. Perbedaan perilaku antara kelompok umur 25 – 35 tahun dan kelompok umur > 35 tahun sebesar 0.48 perbedaan ini kecil dan secara statistik tidak signifikan. Pada tabel 4.17 subset satu berisi nilai rata – rata perilaku untuk kategori umur > 35 tahun, 25 – 35 tahun dan < 25 tahun. Nilai signifikansi 0.766 menyatakan bahwa rata – rata perilaku antara kategori umur > 35 tahun, 25 – 35 tahun dan < 25 tahun tidak berbeda secara statistik. Hasil uji hipotesis dua tidak sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Notoatmodjo, (2007) yang menyebutkan bahwa dalam perubahan perilaku melalui proses belajar, ada enam faktor yang dapat menghambat proses belajar orang dewasa yakni: dengan bertambahnya usia kemampuan indra penglihatan dan pendengaran menurun sehingga menghambat proses belajar orang dewasa sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proses perubahan perilaku. Lebih jauh Notoatmodjo, (2007) menyampaikan bahwa determinan perilaku dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah tingkat kecerdasan dan tingkat emosional (kesadaran diri) yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang karena adanya pengaruh faktor internal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dang. J, Lee. J, and Tran . J, (2010) meyebutkan bahwa kemauan untuk melakukan deteksi dini dipengaruhi oleh kepercayaan (kesadaran diri) lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengetahuan. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Elsie. K, et. all (2010) yang menyebutkan bahwa yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini adalah status pekerjaan dan tingkat pendidikan sedangkan status pernikahan dan umur tidak mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini.
3.
Interaksi antara Pemberian Penyuluhan dan umur terhadap Perilaku Hasil uji anova dua jalur pengaruh penyuluhan terhadap perilaku dapat
dilihat pada tabel 4.15. yang menjelaskan bahwa diperoleh nilai f*tabel untuk n = 51 dengan α = 0,05 adalah (2,56), maka fhitung (0,816) < f*tabel (2,56) dengan signifikansi > 0,05, berarti tidak ada pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. Melakukan pemeriksaan kanker leher rahim merupakan salah satu bentuk perilaku. Salah satu yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan ibu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengenai kanker leher rahim yang didapat melalui pemberian informasi yang merupakan faktor eksternal yang dapat berupa pemberian penyuluhan dan dapat dipengaruhi oleh faktor internal salah satunya yaitu umur. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perilaku ditinjau dari umur, hal ini sesuai dengan pernyataan Lawrence Green, cit Notoadmodjo, (2007) faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ada 3 yaitu: faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Yang termasuk faktor predisposisi diantaranya pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan nilai. Sedangkan yang termasuk faktor pendukung adalah ketersediaan saranasarana kesehatan, dan yang terakhir yang termasuk faktor pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong yang kesemuanya dapat mempengaruhi perilaku. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Leung, S dan Leung, I, (2010) yang menyebutkan bahwa srategi program dengan cara promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan perlu dikembangkan dan terbukti jelas promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan berhubungan dengan tingkat kehadiran untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Upaya promosi kesehatan harus berfokus pada peningkatan pengetahuan perempuan pada faktorfaktor risiko dan meningkatkan pengawasan kesehatan yang dirasakan mereka dengan memberikan informasi lebih lanjut tentang hubungan antara deteksi dini dengan tingkat insiden rendah dan kematian akibat kanker leher rahim. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nguyen. B, et. all, (2010) juga menyebutkan bahwa perilaku untuk melakukan deteksi dini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, Upaya promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan dengan menggunakan media terbukti efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dang. J, Lee. J, and Tran . J, (2010) meyebutkan bahwa kemauan untuk melakukan deteksi dini dipengaruhi oleh kepercayaan (kesadaran diri) lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengetahuan. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Elsie. K, et. all (2010) yang menyebutkan bahwa yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini adalah status pekerjaan dan tingkat pendidikan sedangkan status pernikahan dan umur tidak mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini.
C. Keterbatasan Penelitian Pengumpulan data menggunakan instrumen skala likert dan tidak dilakukan dengan interview, sehingga belum bisa mengungkap secara mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta. Penelitian ini masih belum dapat dikatakan sempurna karena belum dapat mengukur faktorfaktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi perilaku pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta, misalnya mengenai adanya informasi lain melalui media massa, informasi melalui keluarga / teman, tingkat kesadaran diri (tingkat emosional), dan tingkat pendidikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Setelah dilakukan analisis menggunakan uji Anova dua jalur, maka dapat diambil simpulan, yaitu: 1. Ada pengaruh yang bermakna/signifikan pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta yang ditunjukkan hasil nilai f hitung
(18,404) > f tabel (2,56 ) dengan Psig < 0,05.
2. Tidak ada pengaruh yang bermakna/ signifikan umur terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta yang ditunjukan dengan hasil nilai f hitung (2,420) < f tabel (2,56 ) dengan Psig > 0,05. 3. Tidak ada pengaruh yang bermakna / signifikan pemberian penyuluhan terhadap perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim ditinjau dari umur pada guru SMA di Kecamatan Sanden Bantul Yogyakarta yang ditunjukan dengan hasil nilai f (2,56), dengan Psig > 0,05.
commit to user
hitung
(0, 816) < f
tabel
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Implikasi Hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sebagai pemegang kebijakan dalam meningkatkan program pelayanan kesehatan reproduksi wanita, berdasarkan hasil dari penelitian ini didapatkan data bahwa penyuluhan memiliki pengaruh terhadap perilaku sehigga diharapkan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul lebih mengefektifkan kegiatan penyuluhan terutama penyuluhan deteksi dini kanker leher rahim sehingga dapat mempengaruhi perilaku masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
C. Saran Berdasarkan simpulan di atas, saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Dinas Kesehatan Bantul Yogyakarta a. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh yang bermakna / signifikan pengaruh penyuluhan terhadap perilaku sehingga Dinas Kesehatan diharapkan
lebih
mengefektifkan
kegiatan
penyuluhan
untuk
melakukan deteksi dini kanker leher rahim. b. Hasil penelitian menunjukan tidak ada pengaruh yang bermakna/ signifikan umur terhadap perilaku sehingga dalam hal pemberian penyuluhan, petugas kesehatan ataupun dinas kesehatan tidak perlu memperhatikan faktor usia. 2. Bagi peneliti selanjutnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kepada peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan dan mengembangkan penelitian ini dengan metode yang lebih baik seperti wawancara mendalam atau dengan menambah variabel bebas lain yang mempengaruhi perilaku untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Arif. Pengertian penyuluhan. 2009. www.pondokinfo.co.id. Di unduh 20 Januari 2010
Aziz. F. 2001. Masalah pada kanker leher rahim. Cermin Dunia Kedokteran No 133. Di unduh 2 Februari 2010
Azwar. S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi ke 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 4-15.
Budiman. 2010. Definisi dan konsep umur. http://www.datastatistikindonesia.com/content/view/210/210/. Diunduh tanggal 13 September 2010.
Dang. J, Lee. J, and Tran . J. Knowledge, Attitudes, and Beliefs Regarding Breast and Cervical Cancer Screening among Cambodian, Laotian, Thai, and Tongan Women. PubMed Central. 2010 Desember. 25(4): 595–601. Di unduh 27 Januari 2011.
Elsie. K, Gonzaga. M, Francis. B, Michael. K, Rebecca. K, Rosemary. B,and Zeridah . M. 2010. Current Knowledge, Attitudes and Practices of Women on Breast Cancer and Mammography at Mulago Hospital. PubMed Central. 2010 Mei. 5: 9. Di Unduh 27 Januari 2011.
Ghozali. I. 2007. Aplikasi Anova dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit UNDIP. Hal 58-74.
Hadi. S. 2004. Statistik Jilid 3. Yogyakarta: Andi. Hal 325-347. Kamura. T. 2010. Overview on the 1st International Workshop on Gynecologic Oncology. PubMed Central. 2010 September. 21 (3); 135 – 136. Diunduh 26 November 2010 Leung. S and Leung . I. 2010. Cervical Cancer Screening: Knowledge, Health Perception and Attendance Rate Among Hong Kong Chinese women. commit to user Di unduh 27 Januari. 2011. PubMed Central. 2010 Agustus. 2: 221–228.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mock. J, Stephen. J, Nguyen, Wong. C, Doan. H, Lai. K, Nguyen. K, Nguyen. T, and Bui-Tong. N. 2007. Effective Lay Health Worker Outreach and MediaBased Education for Promoting Cervical Cancer Screaning Among Vietnamese American Women. PubMed Central. 2007 September. 97 (9); 1693-1700. Di unduh 22 Februari 2010
Murti. B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 15-18.
Nene. B, Jayant. S, Shastri. S, Budukh. A, Hingmire. A, Muwonge R, Malvi. S, Dinshaw.K dan Sankarenarayanan.R. 2007. Determination of women’s participation in cervical cancer screening trial, Maharashtra, India. Bulletin of the WHO. April 2007, 85(4). Di unduh 7 Februari 2010.
Nguyen. B, McPhee. S, Stewart. S, and Doan. H. 2010. Effectiveness of a Controlled Trial to Promote Colorectal Cancer Screening in Vietnamese Americans. PubMed Central. 2010 Mei. 100(5): 870–876. Di unduh 27 Januari 2011.
Notoatmodjo. S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 23,52-57,134-146.
Nuranna. L. 2001. Skrining kanker leher rahim dengan metode skrining alternatif IVA. Cermin Dunia Kedokteran No 133. Di unduh 2 Februari 2010
Reynolds. F, Stanistreet. D, Elton. P. 2008. Women with learning disabilities and access to cervical screeaning: retrospective cohort study using case control methods. Pubmed Central v.8.January 2008. Di unduh 15 Februari 2010
Riwidikdo. H. 2009. Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Hal 130.
Stark. A, Gregoire. L, Pilarski. R, Zarbo. A. Gaba. A, and Wayne D, Lancaster. 2008. Human papilomavirus, cervical cancer and womens knowledge. PubMed Central.. 32 (1): 15-22;10 April 2008. Di unduh 25 Januari 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Unjianto. B. 2010. Kanker leher Rahim Pembunuh Utama di DIY. www.suaramerdeka.com. Di unduh 13 Maret 2010
Vet. J, Boer. A, Akker. A, Siregar. B, Lisnawati, Budiningsih. S, Tyasmorowati. D, Moestikaningsih, Peters. C, and Fleuren. G. 2008. Prevalence of human papilomavirus in Indonesia: a population-based study in three regions. British Journal of Cancer V.99 (1) 214-218; Jul 8, 2008. Di unduh 15 Februari 2010
commit to user