ik dengan apa yang akan kukatakan padamu?” ‘Tertarik ataupun tidak, tidak ada hubungannya dalam hal ini. Kau tidak masuk daftarku, dan hanya itu yang perlu kuketahui. Kalau ada yang ingin kaukatakan, hubungi kontak resmimu.” “Sudah kucoba. Kata istrinya, orang itu ada di Timur Jauh.” “Coba kantomya. Pasti ada orang di sana yang akan memproses dirimu.” “Aku tahu, dan aku tidak mau diproses. Aku ingin berbicara dengan orang yang kukenal, dan aku mengenalmu, Bill. Ingat? Di Virginia, kau minta dipanggil ‘Bill’. Kau sangat tertarik pada apa yang kukatakan waktu itu.” “Itu dulu, bukan sekarang. Dengar, Webb, aku tidak bisa membantumu karena aku tidak bisa memberi saran. Tidak peduii apa yang akan kaukatakan padaku, aku tidak bisa menjawab. Aku tidak tahu perkembangan statusmusudah hampir setahun aku tidak mengikutinya. Kontakmu adalah la bisa dihubungi. Hubungi lagi Kementerian Luar Negeri. Aku akan menutup telepon.” “Medusa,” bisik David. “Kau dengar kataku, Lanier? Medusa!” “Medusa apa? Kau ingin memberitahukan sesuatu padaku?” “Akan kubongkar semuanya, kau mengerti? Akan kuekspos seluruh aib ini kecuali aku mendapat jawabanV “Bagaimana kalau kauproses dirimu saja?” kata orang operasi rahasia itu dengan dingin. “Atau memeriksakan diri ke rumah sakit.” Terdengar bunyi klik tiba-tiba, dan David, bercucuran keringat, menutup telepon. Lanier tidak tahu apa-apa tentang Medusa. Kalau ia tahu, ia pasti tetap di telepon, berusaha mengetahui apa pun yang bisa diketahuinya, karena Medusa melewati batas-batas “kebijakan” dan “mengikuti perkembangan”. Tapi Lanier salah seorang interogator muda, tak lebih dari 33 atau 34; sangat cerdas, tapi bukan veteran. Orang yang beberapa tahun lebih tua mungkin sudah mendapat izm, diberitahu tentang sebatalion pemberontak. yang keberadaannya masih sangat dirahasiakan. Webb memandang nama-nama dalam daftar dan nomor telepon masingmasing. la meraih telepon. “Halo?” Seorang pria “Ini Samuel Teasdale?” “Yeah, benar. Kau siapa?” “Aku senang kau yang menjawab telepon, bukannya istrimu.” “Istri kalau memang mungkin,” kata Teasdale, tiba-tiba waspada. “Istriku sudah tidak lagi tersedia. Ia berlayar di suatu tempat di Karibia bersama orang yang tak pemah kukenal. Nan, sesudah kau tahu kisah hidupku, kau siapa?” “Jason Bourne, ingat?” “Webb?” “Aku hampir tak ingat nama itu,” ujar David. “Kenapa kau meneleponku?” “Kau dulu ramah. Di Virginia kau memintaku memanggilmu Sam.”
“Oke, oke, David, kau benar. Aku memintamu memanggilku Sam teman-temanku mengenalku sebagai Sam….” Teasdale kebingungan, jengkel, mencari-cari kata yang tepat. ‘Tapi itu hampir setahun yang lalu, Davey, dan kau tahu peraturannya. Kau diberi kontak yang bisa kauajak bicara, di lokasi maupun di Kementerian. Kau seharusnya menghubungi orang iniorang itulah yang terus mengikuti perkembanganmu.” “Kau tidak mengikuti perkembanganku, Sam?” “Untukmu, tidak. Aku ingat instruksinya; instruksi ita diberikan pada kami dua minggu sesudah kau meninggalkan Virginia. Semua pertanyaan mengenai ‘subjek yang bersangkutan, dan lain-lain’ harus dioperkan pada seksi entah-apa-namanya, ‘subjek yang bersangkutan’ memiliki akses penuh dan kontak langsung dengan para deputi di lokasi dan di Departemen.” .. “Para deputi itukalau memang itu namanyasudah ditarik, dan kontak akseslangsungku menghilang.” “Ayolah,” kata Teasdale, memprotes dengan suara pelan, curiga. “Itu gila Tidak mungkin terjadi.” “Sudah terjadi!” teriak Webb. ‘Terjadi pada istrikul” “Ada apa dengan isfrimu? Apa maksudmu?” “Ia menghilang, keparat-kalian semua, keparat! Kau membiarkannya terjadi!’* Webb memegangi pergelangannya, mencengkeramnya sekuat tenaga agar tidak gemetar. “Aku mau jawaban, Sam. Aku ingin tahu siapa yang membuka jalan, siapa yang membelot. Aku punya gagasan siapa orang yang telah membelot, tapi aku perlu jawaban untuk menangkapnyamenangkap kalian semua, kalau perlu.” Tunggu dulu!” sela Teasdale marah. “Kalau kau mencoba meng-ungkapku, kau payah! Bocah ini tak bisa ditakut-takuti, wacko. Bicaralah pada dokter-dokter kepalamu, jangan padaku! Aku tidak perlu bicara denganmu, aku hanya perlu melaporkan fakta bahwa kau meneleponku, yang akan kulakukan begitu telepon ini kututup. Aku juga akan mengatakan aku dibanjiri omong kosong! Periksakan kepalamu itu!” “Medusa!” seru Webb. “Tidak ada yang ingin bicara mengenai nama sandi Medusa, bukan? Sampai hari ini pun nama itu masih tersimpan jauh di dalam lemari besi, bukan?” Kali ini tidak terdengar bunyi klik. Teasdale tidak memutuskan telepon. Sebaliknya, ia berbicara dengan nada datar. “Rumor,” katanya. “Seperti arsip rahasia Hooverdaging mentahbagus untuk kisah-kisah fiksi, i tidak banyak berarti.” “Aku bukan rumor, Sam. Aku hidup, aku bernapas, aku ke toilet, dan aku berkeringatseperti sekarang. Itu bukan rumor.” “Kau punya masalah sendiri, Davey.” “Aku ada di sana! Aku bertempur bersama Medusa! Ada yang mengatakan aku yang terbaik, atau yang terburuk. Itu sebabnya aku dipilih, itu sebabnya aku menjadi Jason Bourne.” “Aku tidak tahu apa-apa mengenai hal itu. Kita tidak pemah mendiskusikannya jadi aku tidak tahu. Apakah kita pemah mendiskusikannya, Davey?” “Berhentilah menggunakan nama itu. Aku bukan Davey” “Kita ‘Sam’ dan ‘Davey’ di Virginia, kau tidak ingat?” “Itu tidak penting! Kita semua bermain-main. Morris Panov yang
menjadi wasitnya, hingga suatu hari kau memutuskan untuk bersikap kasar.” “Aku minta maaf,” kata Teasdale lembut. “Kita semua pemah mengalami hari buruk. Aku sudah cerita tentang istriku.” “Aku tidak tertarik pada cerita istrimu! Aku tertarik pada istriku! Dan Medusa akan kuungkap kecuali aku mendapat jawaban, mendapat bantu— anP’ “Aku yakin kau bisa mendapat bantuan apa pun yang menurutmu kauperlukan kalau kau menghubungi kontakmu di Kementerian Luar Negeri.” “Ia tidak ada di sana! Ia menghilang!” “Kalau begitu cari pendukungnya. Kau akan diproses.” “Diproses? Astaga, kau ini apa, robot?” “Hanya orang yang berusaha melakukan pekerjaannya, Mr. Webb, dan aku khawatir tidak ada lagi yang bisa kulakukan untukmu. Selamat malam.” Bunyi klik itu akhirnya terdengar dan suara Teasdale menghilang. Ada orang lain, pikir David sambil menatap daftarnya, menyipit karena keringat mengalir ke matanya. Orang yang santai, tidak sekeras yang lainnya, orang Selatan, dengan logat bicara lambat entah untuk samaran bagi otak yang cerdik atau keengganan atas pekerjaan yang membuatnya tidak nyaman. Tidak ada waktu lagi. “Ini tempat tinggal Babcock?” “Tentu saja,” jawab wanita di ujung seberang dengan nada berbunga-bunga. “Bukan rumah kami, tentu saja, aku selalu menegaskan, tapi kami jelas tinggal di sini.” “Bisakah aku bicara dengan Harry Babcock?” “Boleh kutanya siapa yang menelepon? Ia mungkin sedang di kebun bersama anakanak, tapi mungkin ia membawa mereka ke taman. Cuaca begitu cerahtidak seperti sebelumnyadan kau tidak perlu takut akan keselamatanmu selama kau tetap…” Samaran bagi otak yang cerdik, Mr. dan Mrs. Hi “Naraaku Reardon, Kementerian Luar Negeri. Ada pesan mendesak untuk Mr. Babcock. Aku mendapat instruksi untuk menghubunginya secepat mungkin. Ini keadaan darurat.” Terdengar suara menggema yang berarti gagang telepon ditutupi, dan ada suarasuara teredam di baliknya. Kemudian suara Harry Babcock terdengar di ujung seberang, gaya bicaranya lambat dan hati-hati. “Aku tidak kenal Mr. Reardon. Mr. Reardon. Semua teleponku berasal dari operator yang mengidentifikasi diri. Apakah kau operator, Sir?” “WW/, aku tidak pernah mendengar ada orang yang datang dari kebun, atau dari taman di seberang jalan, secepat ini, Mr. Babcock.” “Luar biasa, bukan? Mungkin seharusnya aku ikut Olimpiade. Tapi aku kenal suaramu. Hanya saja aku tidak ingat namamu.” “Bagaimana dengan Jason Bourne?”
Jeda itu sangat singkatotak yang sangat cerdik. “Nah, itu nama yang sudah cukup lama, bukan? Sekitar setahun, menurutku. Temyata kau, David.” Tidak ada pertanyaan dalam suaranya. “Ya, Harry. Aku harus berbicara denganmu.” “Tidak, David, kau harus berbicara dengan orang lain, bukan denganku.” “Maksudmu aku sudah dibuang?” Ś- “Astaga, itu terlalu drastis, sangat tidak sopan. Aku akan gembira mendengar kabar tentang dirimu dan Mrs. Webb menjalani kehidupan kalian yang bam. Massachusetts, bukan?” “Maine.” ‘Tentu saja. Maafkan aku. Segalanya baik-baik .saja? Seperti yang aku yakin sudah kausadari, para kolegaku dan aku terlibat dalam begitu banyak masalah hingga kami tidak sempat mengetahui perkembangan arsipmu.” “Ada orang lain yang mengatakan kau tidak bisa menyentuhnya.” “Kurasa tidak ada yang mencoba.” “Aku ingin bicara, Babcock,” kata David kasar. “Aku tidak ingin,” jawab Harry Babcock datar, suaranya hampir-hampir sedingin es. “Aku mengikuti peraturan, dan sejujurnya, kau memang dibuang dari .orangorang seperti aku. Aku tidak menanyakan alasannyasemua berubah, selalu begitu.” “Medusa!” kata David. “Kau tidak mau membicarakan diriku, mari kita bicara tentang Medusa!” Jedanya lebih lama daripada sebelumnya. Dan sewaktu Babcock berbicara, katakatanya keras dan dingin. “Telepon ini steril, Webb, jadi kukatakan apa yang ingin kukatakan. Kau hampir tewas setahun yang lalu, dan itu bisa jadi kesalahan. Kalau kau mati, kami pasti ikut berkabung. Tapi kalau kau melanggar aturan, tidak akan ada yang berkabung. Kecuali, tentu saja,.istrimu.” “Dasar haram jadah! Istriku hilang! Ia diculik! Kalian membiarkannya terjadi!” “Aku tidak mengerti apa yang maksudmu.” “Para pengawalku! Mereka ditarik, semuanya, dan istriku diculik! Nah, lakukan seperti yang kuperintahkan, atau akan ada perkabungan yang tak pemah kauimpikankalian semua, istri-istri kalian, anak-anak kalian yang yatimcoba saja! Aku Jason Bourne, ingat!” “Kau maniak, itu yang kuingat. Dengan ancaman seperti itu kami akan mengirim seregu orang untuk mencarimu. Gaya Medusa. Coba itu, boy" Tiba-tiba dengungan hebat terdengar di telepon; dengungan melengking yang memekakkan, menyebabkan David menjauhkan telepon dari telinganya. Lalu terdengar suara tenang operator, “Kami menyela untuk keadaan darurat. Silakan, Colorado.” Perlahan-lahan Webb mendekatkan telepon ke telinganya lagi. - “Ini Jason Bourne?” tanya seorang pria dengan aksen Atlantik tengah, halus, aristokrat. “Aku David Webb.” ‘Tentu saja. Tapi kau juga Jason Bourne.”
“Dulu,” kata David, terpesona oleh sesuatu yang tak bisa didefinisi-kannya. “Batas-batas identitas yang saling bertentangan menjadi samar, Mr. Webb. Terutama bagi orang yang sudah mengalami begitu banyak hal.” “Siapa kau?” “Teman, percayalah. Dan seorang teman memperingatkan orang yang dipanggilnya teman. Kau telah melakukan tuduhan luar biasa terhadap beberapa abdi negara kita yang paling setia, orang-orang yang tidak akan pemah mendapatkan lima juta dolar tanpa pertanggungjawabanyang hingga hari ini tidak bisa dipertanggungjawabkan.” “Kau mau menggeledahku?” ‘Tidak, sama seperti aku tidak peduii untuk melacak cara istrimu yang lifaai menguburkan uang di lusinan bank Eropa” “Ia menghilang! Apakah orang-orangmu yang setia sudah memberitahukan hal itu padamu?” “Ya, kau digambarkan sebagai orang yang sangat tertekanmereka menggunakan istilah ‘tidak rasional’dan melontarkan tuduhan-tuduhan hebat dalam kaitan dengan istrimu.” “Dalam kaitan dengan Terkutuk kau, istriku diculik dari rumah kami! Ada orang yang menyandera dia karena mereka menginginkanAw/” “Kau yakin?” ‘Tanyakan pada si mata ikan beku McAllister. Ini skenarionya, sampai pada pesan yang ditinggalkan. Dan tiba-tiba saja ia berada di belahan bumi lain!” “Pesan?” tanya suara terpelajar itu. “Sangat jelas-. Sangat spesifik. Itu cerita McAllister, dan ia membiarkan hal itu terjadi! Kau membiarkannya terjadi!” “Mungkin sebaiknya kauperiksa pesan itu lebih jauh.” “Kenapa?” ‘Tidak ada apa-apa. Mungkin semua akan menjadi lebih jelas bagimu dengan bantuanbantuan psikiater.” “Apa?” “Kami ingin melakukan semua yang bisa kami lakukan untukmu, percayalah. Kau sudah memberi begitu banyaklebih dari yang seharusnya diberikan siapa pundan sumbanganmu yang luar biasa tak bisa dikesampingkan bahkan kalau sampai ke sidang pengadilan. Kami menempatkanmu dalam situasi ini dan kami akan mendampingimubahkan kalau itu berarti membelokkan hukum, menekan pengadilan.” “Apa maksudmu?” jerit David. “Seorang dokter Angkatan Darat yang dihormati menghabisi istrinya secara tragi’s beberapa tahun yang lalu, semua ada di koran. Stres yang dideritanya sudah melewati batas. Stres yang kauderita sepuluh kali lipat lebih besar.” “Apa-apaan ini!” “Biar kukatakan dengan cara lain, Mr. Bourne.” “Aku bukan Bourner “Baiklah, Mr. Webb. Aku akan bicara jujur padamu.” “Itu kemajuan!” “Kau sedang tidak sehat. Kau pemah menjalani terapi psikiatri selama delapan bulanmasih banyak hal dalam hidupmu sendiri yang tidak bisa kauingat; kau bahkan sempat tidak tahu namamu sendiri. Semuanya ada di dalam catatan medis, catatan yang dibuat dengan sangat teliti untuk memperjelas kondisi penyakit mentalmu yang sudah mencapai taraf menengah, dorongan hatimu untuk melakukan kekerasan, dan penolakanmu yang obsesif terhadap identitasmu sendiri. Dalam penderitaanmu kau berfantasi, berpura-pura menjadi orang-orang yang bukan dirimu; tampaknya kau memiliki dorongan untuk menjadi orang lain selain dirimu
sendiri.” “Itu gila dan kau tahu! Bohongr “‘Gila’ adalah kata yang kasar, Mr. Webb, dan kebohongan itu bukan kebohonganku, Tapi sudah menjadi tugasku untuk melindungi pemerintah kita dari kritikan, tuduhan tak berdasar yang bisa sangat merugikan negara ini.” “Misalnya?” “Fantasi sekundermu mengenai organisasi tak dikenal yang kausebut Medusa. Aku yakin istrimu akan kembali padamukalau ia bisa, Mr. Webb. Tapi kalau kau terns mempertahankan fantasi ini, hasil khayalan benakmu yang tersiksa yang kausebut Medusa, kami akan menyatakan kau menderita paranoid schizophrenic, pembohong patologis yang memiliki kecenderungan tak terkendali melakukan tindak kekerasan dan menipu diri sendiri. Kalau orang seperti itu mengklaim istrinya hilang, siapa yang tahu ke mana perialanan patologis itu akan menuju? Jelas?” David memejamkan mata, keringat mengalir di wajahnya. “Jelas sekali,” katanya pelan, lalu menutup telepon. Paranoid… patologis. Keparat! Ia membuka mata, merasakan dorongan untuk melampiaskan kemarahannya dengan mengempaskan diri pada sesuatu, apa saja! Lalu ia berhenti dan berdiri tak bergerak saat pikiran lain menghantamnya, pikiran yang seharusnya sudah jelas. Morris Panov! Mo Panov akan menyatakan pada ketiga monster itu apa sebenarnya mereka. Orang-orang yang tidak kompeten dan pembohong, manipulator dan pelindung birokrasi korupdan bisa jadi lebih bvtrak, jauh lebih buruk. Ia meraih telepon dan, dengan tangan gemetar, memutar nomor yang di masa lalu begitu sering memperdengarkan suara menenangkan dan rasional yang membuatnya merasa-berharga, pada saat ia merasa hanya sedikit harga diri yang tersisa dalam dirinya. “David, senang kau menelepon,” kata Panov dengan kehangatan yang tulus. “Aku khawatir tidak begitu, Mo. Ini panggi lan telepon paling buruk.” “Ayolah, David, itu cukup dramatis. Kita sudah mengalami banyak hal” “Dengarkan aku!” teriak Webb. “Isttiku Hilang! Mereka menculiknyar Kata-katanya membanjir, tidak berurutan, kronologi waktunya membingungkan. “Hentikan, David!” perintah Panov. “Ulangi. Aku ingin mendengar dari await Sewaktu orang ini datang menemuimusesudah… kenangan akan kakakmu.” “Orang apa?” “Dari Kementerian Luar Negeri.” “Ya! Baiklah, ya. McAllister, itu namanya” “Mulailah dari sana. Nama-nama, gelar, jabatan. Dan eja nama bankir di Hong Kong itu. Dan demi Tuhan, perlahan-lahan!” Webb kembali memegangi pergelangan tangannya saat mencengkeram telepon. Ia mulai bercerita lagi, dengan susah payah mengendalikan suaranya; ucapannya menjadi tegang, kaku, tanpa sadar semakin cepat. Akhirnya ia berhasil menceritakan semuanya; segala sesuatu yang bisa diingatnya, dengan ngeri menyadari bahwa ia tidak mengingat semuanya. Kekosongan-kekosongan yang tak diketahuinya membuatnya menderita. Kekosongan-kekosongan yang mengerikan itu kembali. Ia sudah mengatakan semua yang bisa dikatakannya untuk saat ku; tidak ada yang tersisa 71
“David,” kata Mo Panov tegas. “Kuminta kau melakukan sesuatu untukku. Sekarang.” i&$t<“s “Apa?” “Mungkin saran ini kedengaran tolol bagimu, bahkan agak sinting, tapi kusarankan kau pergi ke pantai dan berjalan-jalan di sana. Setengah jam, empat puluh lima menit, itu saja. Dengarkan suara ombak dan gelorn bang menghantam bebatuan.” “Kau pasti tidak sertus.1” Webb memprotes*. “Aku sangat serius,” Mo berkeras. “Ingat kita pemah sepakat ada saatnya orang harus menunda kerja otaknyaTuhan tahu, aku’ melakukannya lebih sering daripada yang seharusnya dilakukan psikiater terhormat. Persoalan-persoalan bisa menenggelamkan kita, dan sebelum bisa mengambil tindakan kita harus menyingkirkan kebingungannya. Lakukan permintaanku, David. Akan kutelepon kau secepat mungkin, tidak lebih dari satu jam, kurasa. Dan kuminta kau lebih tenang.” Saran itu memang gila, tapi seperti sebagian besar saran Panov yang dilontarkannya secara santai dan tak kentara, ada kebenaran dalam kata-katanya. Webb berjalan menyusuri pantai yang dingin dan berbatu-batu, sedetik pun tidak melupakan apa yang telah terjadi. Tapi entah karena perubahan pemandangan, atau karena angin, atau suara debur. ombak yang tanpa henti, ia bernapas lebih teratursetiap tarikan napas sama dalamnya, sama gemetamya seperti sebelumnya, tapi tanpa histeria. Ia memandang arlojinya, memandang jarum berfosfor yang bersinar dengan bantuan cahaya bulan. Ia sudah berjalan mondar-mandir selama 32 menit; hanya sejauh itu ia sanggup bertahan. Ia mendaki jalan setapak melewati gundukan pasir berumput dan kembali ke rumah, langkahnya semakin lama semakin cepat. Ia duduk di kursi di meja kerjanya, pandangannya terpaku pada telepon. Telepon ito berdering; ia meraihnya sebelum berhenti berdering. “Mo?” ‘Ya.” “Di luar dingin sekali. Terima kasih.” . “Sama-sama.” “Apa yang sudah kauketahui?” Lalu perpanjangan mimpi buruknya pun dimulai. “Sudah berapa lama Marie menghilang, David?” “Entahlah. Satu jam, dua jam, mungkin lebih. Apa hubungannya?” “Mungkin ia sedang berbelanja? Atau kalian bertengkar dan mungkin ia ingin sendirian untuk sementara waktu? Kita sudah sepakat bahwa kadang-kadang situasinya sangat sulit bagi Mariekau sendiri yang menjelaskan hal itu.” “Bicara apa kau ini? Ada surat yang membuktikannya! Darah, bekas tapak tanganl” “Ya, kau sudah menyebutnya tadi, tapi bukti-bukti itu begitu memberatkan. Kenapa ada orang yang mau berbuat begitu?” “Bagaimana aku tahu? Itu sudah terjadisudah dilakukan. Semuanya ada di sini.1” “Kau sudah menelepon polisi?” “Astaga, tidak! Ini bukan urusan polisi! Ini urusan kita, urusahkul Apa kau tidak bisa memahaminya?… Apa yang kautemukan? Kenapa kau berbicara seperti ini?” ..11 “Terpaksa. Dalam seluruh sesi, selama berbulan-bulan kita berbicara, kita tidak
pemah mengatakan apa-apa kecuali kebenaran, karena kebenaranlah yang haras kauketahui.” “Mo! Demi Tuhan, ini MarieF’“Kumohon, David, biar kuselesaikan. Kalau mereka berbohongdan mereka memang pemah berbohongaku akan tahu dan akan kuungkap mereka. Aku tidak bisa berbuat kurang dari itu. Tapi aku akan memberitahukan dengan tepat apa yang mereka katakan padaku, apa yang diperjelas oleh orang nomor dua di Seksi Timur Jauh, dan apa yang dibacakan kepala keamanan Kementerian Luar Negeri padaku, karena kejadian-kejadian itu dicatat secara resmi.” “Dicatat secara resmi…?” ‘Ya. Katanya kau menelepon pusat keamanan sekitar seminggu yang lalu, dan menurut catatan, kau dalam kondisi sangat jengkel” -. “Aku menelepon mereka?” “Benar, itu yang dikatakannya. Menurut catatan, kau mengklaim menerima ancaman; bicaramu ‘tidak jelas’itu istilah yang mereka gunakandan kau menuntut tambahan pengamanan segera. Karena tanda kerahasiaan dalam arsipmu, permintaan itu dikirim ke atas dan level atas mengatakan, ‘Berikan apa yang dimintanya. Tenangkan dia.’” “Aku tidak percayar “Ini baru setengahnya, David. Dengarkan aku baik-baik, karena aku sudah mendengarkanmu.” “Oke. Lanjutkan.” “Hanya itu. Santai. Tenang sajatidak, coret kata ‘tenang’.” “Silakan.” “Begitu patroli sudah ditetapkansekali lagi menurut catatankau menelepon dua kali lagi untuk mengeluh bahwa para pengawalmu tidak melakukan tugas mereka. Katamu mereka minum-minuin di mobil mereka di depan rumahmu, bahwa mereka menertawakanmu sewaktu menemanimu ke kampus, bahwa merekadan di sini aku mengutip‘Mereka memandang rendah tugas mereka.’ Kugarisbawahi kalimat itu.” ‘“Memandang rendah’…?” ‘Tenang, David. Di sini catatan itu berakhir. Kau menelepon untuk terakhir kaiinya, menyatakan dengan yakin bahwa kau ingin semuanya 73 ditarik kembalibahwa para pengawalmu adalah musuhmu, merekalah yang ingin mcmbunuhmu. Pada intinya, kau telah mengubah mereka yang berusaha melindungimu menjadi musuh-musuh yang berusaha mcnycrangmu.” “Dan aku yakin itu sangat sesuai dengan omong kosong kesimpulan psikiatri yang menyatakan aku telah mengubahatau mengalihkan kcgclisahnnku menjadi paranoia.” “Sangat sesuai,” kata Panov. ‘Terlalu sesuai.” “Apa kata orang nomor dua di Timur Jauh?” Panov terdiam sejenak. “Kau tidak ingin mendengarnya. David, tapi ia berkeras. Mereka tidak pernah mendengar bankir atau taipan berpengaruh dengan nama Yao Ming. Katanya, mengingat situasi di Hong Hang akhir-tikhir ini, kalau ada orang seperti itu ia pasti sudah mcnghafalkan arslpnya.” “Apakah menurulnya aku hanya mengarang semua ini? Nama, istri. kaitan dengan obnt bius, tempat-tempat, situasireaksi Inggris! Demi Tuhan, aku tidak akan mampu menciptakan khayalan seperti itu. bahkan kalau aku monginglnkannya I” “Itu terlalu berlabihan bagimu,” kata psikiater itu, menyetujui dengan suara
lembut. “Lagi puln segala sesuatu yang baru saja kuceritakan padamu bum pertama katinya kaudengar dan tak satu pun yang masuk akal, Bukan begitu caramu mengingat.” “Mo, semua itu bohongl Aku tidak pemah menghubungi Kementerian Luar Negeri. McAllister datang ke rumah dan bercerita pada kami segala sesuatu yang sudah kuceritakan padamu, termasuk cerita tentang Yao Ming itul Sekarang istriku hilang, dan aku diberi petunjuk untuk diikuti. Kenapa? Demi Tuhan. apa yang mereka lakukan kepada kami?” “Aku sudah bertanya tentang McAllister,” kata Panov, nadanya tiba-tiba marsh. “Deputi Timur Jauh itu memeriksanya pada jadwal penugasan Kementerian dan meneleponku lagi. Kata mereka. McAllister terbang ke Hong Kong dua minggu yang lalu, dan menurut kalendamya yang sangat tepat, tidak mungkin McAllister bisa berada di rumahmu di Maine,” “la datang kemariI” “Kurasa aku percaya padamu.” “Apa artinya?” “Di antara hal*hal lain, aku bisa mendengar kebenaran dalam suaramu. terkadang sewaktu kau sendiri tidak bisa mendengarnya Istilah memandang rendah* biasanya juga tidak ada dalam kosa kata seorang penderita psikotis dalam kondisi sangat jengkelyang jelas kau tidak akan mengatakannya bahkan dalam kondisi paling tak terkendali.” “Aku tidak mengerti.” “Seseorang melihat tempat kerjamu dan apa yang kaubkukan sebagai mata pencaharian. dan merasa sebaiknya sedikit mcningkatkan kosa katanya. Boleh dibilang warna setempat.” Lalu Panov meledak. “Ya Tuhan. apa yang mereka lakukan?” “Mengurungku di gerbang luar,” timpal Webb pelan. “Mereka memaksaku memburu apa pun yang mereka inginkan.” “Haram jadah!” “Itu disebut rekrurmcn.” David menatap dinding. “Menjauhlah, Mo, tidak ada yang bisa kau lakukan Mereka telah mcnempatkan seluruh kepingan di posisi masingmasing. Aku sudah direkrut.** Ia menutup Dengan tcrtegun. Webb keluar dan ruang kerjanya yang kecil dan berdiri )> lorong rumah gaya Victoria itu sambil mengamati perabotan yang berantakan, pecahan lampu. keramik. dan kaca yang bertebaran di lantai ruang duduk dan ruang sebelahnya. Lalu kata-kata yang diucapkan Panov dalam percakapan menakutkan tadi kembali temgiang, “Bukti-bukti itu begitu mem berat kan.” ia hampir tak menyadari ke mana kakirrya melangkah; ia mendekati pintu depan dan membukanya. la memaksa diri memandang bekas tapak tangan di tengah-tengah panel pintu, darah kering yang buram dan gelap tertimpa cahaya kekuningan lampu bias Lalu ia mendekat dart meng-amatinya. Tanda itu memang berbentuk tapak tangan, tapi bukan tapak tangan yang sesungguhnya. Ada garis-garis luar sebuah tangantekanannya, telapak dan jemari yang terulurtapi tidak ada celah dalam bentuk berlumuran darah itu. tidak ada kerut maupun lekuk yang akan terlihat kalau tangan berlumuran darah djtekankan pada fcayu keras, tidak ada tanda-tanda yang bisa digunakan untuk identiftkasi, tidak ada bagian-bagian terpisah di tempat yang seharusnya menandai karaktcristik khususnya. Bekas itu seperti bentuk berwarna dengan permukaan rata seperti sepotong kaca berwarna, tidak terlihat konturnya. Sarung tangan? Sarung tangan karet? David mengalihkan pandangan, dan dengan lambat berbalik ke tangga di tengahtengah lorong, pikirannya perlahan-lahan tertuju pada kata-kata yang diucapkan seseorang. Orang aneh dengan suara memesona. Mungkin sebaiknya kauperiksa lagi pesan itu… Semuanya mungkin akan menjadi jelas
bagimu dengan bantuanbantuan psikiater. Webb riba-riba menjerit. teror dalam dirinya membuncah saat ia berlari ke tangga dan melesat ke kamar tidur. lalu menatap sural ketikan yang tedetak di ranjang. Ia meraihnya dengan rasa takut yang membuatnya muak dan membawanya ke meja rias istrinya. Ia menghidupkan lampu dan rnenelirj surat ketikan itu di bawah cahayanya. Kalau bisa meledak, jantungnya pasti sudah hancur berkepmg-kepmg. Namun Jason Bourne dengan dingin memeriksa surat di hadapannva. Huruf r yang agak bengkok, tidak teratur, juga huruf d dengan garis atas tidak lengkap, purus di tengah-tengah. Keparat! Surat itu diketik dengan mesin tiknya sendiri Rekrutmen. Ia duduk di bebatuan di pantai, tahu bahwa ia harus berpikir jernih. Ia harus mendefinisikan apa yang dihadapinya dan apa yang diharapkan dari dirinya, lalu bagaimana cara mengalahkan siapa pun yang sedang memanipulasi dirinya. Di atas semua itu, ia tahu ia tidak boleh menyerah pada kepanikan, bahkan pada persepsi kepanikanorang yang panik adalah orang yang berbahaya, risiko yang harus disingkirkan. Kalau ia melewati batas, ia hanya akan memastikan kematian Marie dan kematiannya sendiri; sesederhana itu. Segala sesuatunya begitu rumitkerumitan yang kejam. David Webb jelas tidak bisa dilibatkan. Jason Bourne harus memegang kendali. Astaga! Ini gila! Mo Panov menyuruhnya berjalan-jalan di pantaisebagai Webbdan sekarang ia harus duduk di sana sebagai Bourne, memikirkan semuanya seperti yang akan dilakukan Bourneia hams mengingkari satu bagian dirinya dan menerima bagian yang berlawanan. Anehnya, hal itu tidak musfahil; bahkan bisa ditolerir, karena Marie ada di luar sana. Kekasihnya, satu-satunya kekasihnya Jangan berpikir begitu. Jason Bourne berbicara: Ia milikmu” yang berharga dan dirampas darfenu! Rampas kembali. David Webb berbicara: Tidak, bukan milikku, tapi hidupku! Jason Bourne: Kalau begitu langgar semua aturanl Cart did! Bawa dia kembali padamu! David Webb: Aku tidak tahu caranya. Tolong aku! Ounakan aku! Gunakah apa yang sudah kaupelajari ddfjku. Kau memiliki sarananya, kau sudah memilikinya selama bertahun-tahun. Kau yang terbaik di Medusa. Di atas segalanya, ada kendali. Kau selalu mengatakatmya, hidup berdasarkan aturdn itu. Dan kau Map hidup. Kendali. Kata yang begitu sederhana. Tuntutan yang begitu luar biasa. Webb turun dari batu dan sekali lagi menyusuri jalan setapak melewati rerumputan liar ke jalan, menuju rumah tua gaya Victoria itu, mem bene i kekosongan yang tiba-tiba, menakutkan, dan tidak adil. Saat ia berjalan, sebuah nama4crlintas dalam benaknya; lalu nama itu kembali dan tetap terpaku di sana. Perlahan-lahan wajah pemilik nama itu terlihat jelas sangat lambat, karena orang itu menimbulkan kebencian dalam diri David yang tak kalah hebatnya dengan kesedihan yang juga ditimbulkannya. Alexander Conklin pernah mencoba membunuhnyadua kalidan setiap kali hampir berhasil. Dan Alex Conkljnmenurut deposisinya, termasuk puluhan sesi psikiatri bersama Mo Panov dan kenangan samar-samar yang bisa diingat Davidadalah teman dekat Foreign Service Officer Webb dan istri Thailand-nya dan anak-anak mereka di Kamboja bertahun-tahun yang lalu. Sewaktu maut menghantam dari langit,
mengisi sungai dengan genangan darah, David membabi buta menuju Saigon, kemurkaannya tak terkendali, dan temannya di Central Intelligence Agency, Alex Conklin, yang mencarikan tempat baginya dalam batalion tidak resmi yang mereka sebut Medusa. Kalau kau bisa selamat dari latihan hutan, kau akan menjadi orang yang mereka inginkan. Tapi waspadalah terhadap merekasetiap orang dari antara mereka, setiap saat. Mereka bersedia memotong lenganmu demi arloji. Itu kata-kata yang diingat Webb, dan secara spesifik ia ingat kata-kata itu diucapkan suara Alexander Conklin. Ia berhasil selamat dari latihan yang brutal itu dan menjadi Delta. Tidak ada nama lain, hanya urutan dalam alfabet. Delta One. Lalu sesudah perang, Delta menjadi Cain. Cain untuk Delta dan Carlos untuk Cain. Itulah tantangan yang dilontarkan kepada Carlos si pembunuh bayaran. Diciptakan oleh Treadstone 71, pembunuh bernama Cain akan menangkap Jackal. Sewaktu menjadi Cain, nama yang diketahui kalangan bawah tanah Eropa sebenarnya adalah Jason Bourne Asia, Webb dikhianati oleh Conklin. Tindakan yang dilandasi niat baik dari pihak Alex bisa jadi membawa hasil yang jauh berbeda, tapi Alex tidak bisa melakukannya; kepahitan mengalahkan kemurahhatiannya. Ia mempercayai kemungkinan terburuk karena rasa pengorbanannya sendiri membuatnya ingin mempercayai hal itu. Perasaan itu mengangkat harga dirinya yang patah, meyakinkan dirinya bahwa ia lebih baik daripada mantan temannya. Dalam tugasnya dengan Medusa, kaki Conklin hancur akibat ranjau darat, dan kariernya yang cemerlang sebagai pakar strategi lapangan terhenti. Orang cacat tak bisa bertahan di arena di mana peningkatan reputasi bisa membawanya menaiki tangga yang akan dibandingkan dengan orang-orang seperti Allen Dulles dan James Angleton, padahal Conklin tidak memiliki keahlian dalam pertempuran birokrasi internal sebagaimana yang dituntut di Langley. Ia pun menyurut, mantan pakar taktik luar biasa itu hanya bisa menyaksikan bakatbakat dengan standar m lebih rendah daripada dirinya menduluinya, keahliannya dibutuhkan dalam kerahasiaan, pemimpin Medusa itu selalu ada di latar belakang, berbahaya, harus dijauhi. Dua tahun dikebiri, hingga seseorang yang dikenal sebagai Biarawan Rasputin, di bidang operasi rahasiamencarinya, karena David Webb telah dipilih untuk penugasan luar biasa dan Conklin telah mengenai Webb selama bertahun-tahun. Treadstone 71 terbentuk, Jason Bourne menjadi produknya, dan Carlos the Jackal adalah sasarannya. Dan selama 32 bulan Conklin memonitor operasi rahasia paling tertutup ini, hingga skenarionya berantakan dengan menghilangnya Jason Bourne dan lima juta dolar yang ditarik dari rekening Treadstone di Zurich. Tanpa bukti yang menyatakan sebaliknya, Conklin menganggap kemungkinan terburuk telah terjadi. Bourne yang legendaris membelot; kehidupan dalam dunia tak nyata menjadi tak tertanggungkan baginya dan godaan untuk meninggalkan penyamaran bersama lebih dari lima juta dolar terlalu menggoda untuk ditolak begitu saja. Terutama bagi orang yang dikenal sebagai si burTglon, spesialis ahli penyamaran yang menguasai lebih dari satu bahasa dan mampu mengubah penampilan dan gaya hidup tanpa susah payah sehingga boleh dikata ia mampu menghilang. Perangkap bagi pembunuh bayaran itu sudah. diberi umpan, lalu umpannya menghilang, memperlihatkan pencurian yang terencana. Bagi Alexander Conklin yang cacat, hal ini bukan saja tindakan pengkhianatan, tapi juga pengkhianatan yang tak bisa ditolerir. Mengingat segala sesuatu yang telah terjadi padanyo, kakinya yang sekarang tak lebih dari beban berat yang merepotkan dan menyakitkan dan dibungkus kulit curian melalui pembedahan, karier yang dulunya cemerlang sekarang berantakan, kehidupan pribadinya penuh kesepian yang hanya bisa diakibatkan komitmen total pada CIApengabdian yang tak terbalasberdasarkan hak apa orang lain boleh membelot? Apa yang diberikan orang lain itu dan belum diberikannya?
Jadi mantan sahabatnya, David Webb, menjadi musuhnya, Jason Bourne. Bukan sekadar musuh, tapi obsesi. Ia membantu menciptakan mitos itu; ia pula yang akan menghancurkannya. Usaha pertamanya melibatkan dua pembunuh bayaran di tepi kota Paris. David bergidik mengingatnya, ia masih bisa melihat Conklin yang kalah tertatihtatih pergi, sosoknya yang cacat tampak di bidikan pistol Webb. David tidak bisa mengingat dengan jelas usaha kedua. Mungkin ia tidak akan pemah bisa mengingat keseluruhannya. Kejadian itu berlangsung di rumah persembunyian Treadstone di Seventy-first Street New York, perangkap cerdik yang disiapkan Conklin, batal akibat usaha histeris Webb untuk bertahan hidup dan, anehnya. oteh kehadiran Carlos the Jackal. 79 Kemudian, sewaktu terungkap kebenaran bahwa si “pengkhianat” tidak pemah berkhianat, tapi sebaliknya mengalami penyimpangan mental yang disebut amnesia, Conklin hancur berantakan. Selama bulan-bulan masa penyembuhan David yang menyakitkan di Virginia, Alex berulang kali mencoba menemui mantan sahabatnya itu, untuk menjelaskan, untuk menceritakan kisah terkutuk itu menurut versinyameminta maaf dengan seluruh keberadaan dirinya. Tapi David tidak memiliki pengampunan dalam jiwanya. “Kalau ia berjalan melewati pintu itu, aku akan membunuhnya” adalah kata-katanya ketika itu. Hal itu akan berubah sekarang, pikir Webb, saat mempercepat langkah menyusuri jalan menuju rumahnya. Apa pun kesalahan dan kepalsuan Conklin, hanya sedikit orang di kalangan intelijen yang memiliki pemahaman dan sumber-sumber seperti yang sudah dikembangkannya selama pengabdian seumur hidupnya. Sudah berbulanbulan ia tidak memikirkan Alex; tapi ia memikirkannya sekarang, tiba-tiba teringat terakhir kali nama Conklin muncul dalam percakapan. Mo Panov telah menjatuhkan vonisnya. “Aku tidak bisa membantunya karena ia tidak ingin dibantu. Ia akan membawa botol minuman terakhimya sampai mati. Aku akan kaget kalau ia bisa bertahan sampai masa pensiunnya akhir tahun ini. Di sisi lain, kalau ia terus minum, mereka mungkin akan mengenakan jaket penahan padanya, dan dengan begitu menyingkirkannya dari peredaran. Aku bersumpah aku tidak tahu bagaimana ia bisa berangkat kerja setiap hari. Pensiun itu benar-benar terapi bertahan hidup yang sulitlebih daripada apa pun yang pemah diwariskan Freud kepada kita.” Panov berkata begitu lebih dari lima bulan yang lalu. Sekarang ini Conklin masih menduduki jabatannya. Maaf, Mo. Bukan urusanku apakah ia bertahan hidup atau tidak. Sejauh yang kutahu, statusnya sudah mati. Sekarang statusnya tidak mati, pikir David ‘sambil berlari menaiki tangga serambi gaya Victoria yang terlalu besar. Alex Conklin hidup, mabuk atau tidak, dan kalaupun ia hidup dari bourbon, ia masih memiliki sumber-sumbernya, kontakkontak yang dipeliharanya selama pengabdian seumur hidup pada dunia bayangbayang yang akhirnya meninggalkannya. Dalam dunia itu berlaku sistem utang, dan utang dibayar karena rasa takut. Alexander Conklin. Nomor Satu dalam dqftar sasaran Jason Bourne. Ia membuka pintu dan sekali lagi berdiri di lorong, tapi matanya tidak melihat kekacauan di sana. Sebaliknya, ahli logika dalam dirinya memerintahnya untuk pergi’ ke ruang kerja dan memulai prosedur; tanpa keteraturan yang dipaksakan hanya ada kebingungan, dan kebingungan menimbulkan pertanyaania tidak bisa menghadapi pertanyaan. Segalanya harus tepat dalam realita yang diciptakannya untuk mengalihkan perhatian orang lain dari kenyataan sebenarnya. Ia duduk di meja dan mencoba berkonsentrasi. Buku catatan berspiral dari toko kampus selalu ada di mejanya. Ia membuka sampulnya yang tebal ke halaman pertama dan meraih pensil…. Ia tidak mampu mengambilnya! Tangannya bergetar begitu hebat hingga seluruh tubuhnya ikut gemetar. Ia menahan napas dan mengepalkan tangan,
begitu erat hingga kuku-kuku jemarinya menusuk kulit. Ia memejamkan mata, lalu membukanya, memaksa tangannya mengambil pensil, memerintah tangan untuk melakukan tugasnya. Perlahan-lahan, dengan kikuk, jemarinya mencengkeram batang tipis berwarna kuning. itu dan menggerakkan pensil ke posisinya. Kata-katanya hampir tak bisa dipahami, tapi berhasil tertera di sana. Universitastelepon Rektor dan Dekan. Krisis keluarga, jangan di Kanadabisa dilacak. Karang sajasaudara di Eropa, mungkin. Ya, Eropa. Cuticuti singkat. Segera. Akan terus mengadakan kontak Rumah-hubungi agen persewaan, cerita yang sama. Minta Jack memeriksa secara periodik. Ia punya kunci. Putar termostat ke 60°. Suratisi formulir di Kantor Pos. Tahan semua surat. Koranbatalkan langganan. Hal-hal kecil, hal-hal kecil terkutukhal kecil sehari-hari menjadi sangat penting dan harus ditangani agar tidak ada tanda apa pun mengenai kepergian yang tiba-tiba tanpa rencana untuk kembali. Itu penting; ia hams mengingatnya seiring setiap kata yang ia ucapkan. Pertanyaan-pertanyaan harus dijaga seminimal mungkin, spekulasi yang tak terelakkan ditekan hingga proporsi yang bisa dikendalikan, yang berarti ia harus menghadapi kesimpulan bahwa para pengawal yang muncul akhir-akhir ini berkaitan dengan cutinya. Untuk menolak ke-terkaitan itu, cara yang paling masuk akal adalah dengan menekankan singkatnya waktu cuti, dan untuk menghadapi rumor itu adalah dengan mengkonfrontasinya secara langsung, seperti, “Kalau kau penasaran apakah ini ada hubungannya dengan keprihatinanku mengenai keamanan pribadi, well, jangan berpikir ke sana. Itu sudah selesai; lagi pula, tidak banyak hasilnya.” Ia akan tahu harus menjawab bagaimana sementara bercakap-cakap dengan rektor dan dekan universitas; reaksi mereka sendiri akan memandunya. Kalau ia mampu berpikir! Jangan mundurterus maju. Gerakkan pensil itu! Isi halaman dengan hal-hal yang harus dilakukan lalu halaman lain, dan lamnydl Paspor, inisial pada dompet atau kemeja yang sesuai dengan nama-nama yang digunakan; pemesanan tiket pesawatpenerbangan lanjutan, tidak ada rute langsungOh, Tuhan! Ke mana? Marie! Kau di mana? Hentikan! Kendalikan dirimu. Kau bisa, kau harus bisa Kau tidak punya pilihan, kecuali menjadi dirimu sekali waktu dulu. Rasakan dingin es. Jadilah es. Tanpa peringatan, dinding yang dibangun di sekeliling dirinya hancur si berantakan oleh dering nyaring telepon di meja yang hanya beberapa jengkal dari tangannya. Ia memandang telepon itu, menelan ludah, bertanya-tanya apakah ia mampu terdengar normal. Telepon kembali berbunyi, nadanya mendesak. Kau tidak punya pilihan. Ia meraihnya, mencengkeram gagangnya dengan begitu kuat hingga buku-buku jemarinya memutih. Ia berhasil mengucapkan sepatah kata, “Ya?” “Ini operator udara, transmisi satelit” “Siapa? Apa katamu?” : “Ada panggilan telepon radio dalam penerbangan untuk Mr. Webb. Apakah Anda Mr. Webb, Sir?” “Ya.” Lalu dunia yang dikenalnya meledak menjadi ribuan keping cermin bergerigi, masing-masing memantulkan gambar siksaan yang menjerit-jerit “David!” “Marie?” “Jangan panik, Sayang! Kau dengar aku, jangan panik!” Suara Marie terdengar
mengatasi bunyi statik; ia berusaha tidak berteriak tapi tidak mampu menahan diri, “Kau baik-baik saja? Surat itu menyatakan kau disakitidilukai!” “Aku baik-baik saja Goresan, hanya itu.” “Kau di mana?” “Di atas laut. Aku yakin mereka hanya akan. memberitahumu sebanyak itu. Aku tidak tahu; aku dibius.” “Oh, Tuhan! Aku tidak tahan lagi! Mereka merampasmu!” ‘Tenangkan dirimu, David Aku tahu akibat kejadian ini padamu, tapi mereka tidak tahu. Kau mengerti maksudku? Mereka tidak tahu!” Marie menyampaikan pesan terselubung; tidak sulit memecahkannya. la harus menjadi orang yang dibencinya. Ia harus menjadi Jason Bourne, dan pembunuh bayaran itu hidup dan menghuni tubuh David Webb. “Baiklah. Ya, baiklah. Aku sempat hampir gila!” “Suaramu masuk speaker” “Sudah sewajarnya.” “Mereka mengizinkan aku berbicara denganmu agar kau tahu aku masih hidup.” “Mereka menyakitimu!” “Tidak secara sepgaja.” “Apa maksudmu ‘goresan’?” “Aku memberontak. Aku melawan. Padahal aku dibesarkan di peternakan.” “Oh, Tuhan” “David, please! Jangan biarkan mereka melakukannya padamu!” ‘Tadaku? Kau yang diculik!” “Aku tahu, Sayang. Kupikir mereka mengujimu, kau bisa memahaminya?” Pesan lagi. Jadilah Jason Bourne demi keselamatan mereka berdua. “Baiklah. Ya, baiklah.” Ia meredakan ketegangan dalam suaranya, mencoba mengendalikan diri. “Kapan terjadinya?” tanyanya. ‘Tadi pagi, sekitar satu jam sesudah kepergianmu.” “Pagi tadi? Astaga, sepanjang hari! Bagaimana?” “Mereka datang ke pintu. Dua pria” “Siapa?” “Aku diizinkan mengatakan bahwa mereka dari Timur Jauh. Sebenarnya, aku tidak tahu lebih dari itu. Mereka memintaku pergi bersama mereka dan aku menolak. Aku lari ke dapur dan melihat pisau. Kutusuk tangan salah satunya.” ‘Tapak tangan di pintu…” “Aku tidak mengerti.” “Tidak penting.” “Ada yang ingin berbicara denganmu, David. Dengarkan dia, tapi jangan dengan kemarahanjangan dengan kemarahankau bisa memahaminya?” “Baiklah. Ya, baiklah. Aku mengerti.” Terdengar suara pria itu di sambungan telepon. Ia terdengar ragu-ragu tapi ucapannya tepat, beraksen Inggris, orang yang diajar bahasa Inggris oleh orang Inggris, atau oleh orang yang pemah tinggal di Inggris. I Sekalipun begitu, kesan Oriental-nya masih kelihatan; aksennya Cuja selatan, lengkingnya, vokalpendek dan konsonan tajam yang kedengaran seperti logat Kanton. “Kami tidak ingin menyakiti istrimu, Mr. Webb, tapi kalau memang perlu, tindakan
itu tidak bisa dihindari.” “Kalau jadi dirimu, aku tidak akan melakukannya,” kata David dingin. “Jason Bourne berbicara?” “Benar.” ‘Tengakuan merupakan langkah pertama dalam saling pengertian kita,” “Pengertian apa?” “Kau mengambil sesuatu yang sangat berharga dari seseorang.” “Kau mengambil sesuatu yang sangat berharga dariku.” “Ia masih hidup.” “Sebaiknya tetap begitu.” “Yang satunya lagi tewas. Kau membunuhnya.” “Kau yakin?*’ Bourne tidak semudah itu menyetujui sesuatu kecuali sesuai dengan tujuannya. “Kami sangat yakin.” .Ś “Apa buktimu?” “Ada yang melihatmu. Seorang pria jangkung yang selalu berada di dalam keremangan. berlari melintasi lorong-lorong hotel, dan menggunakan pintu darurat dengan gerakan seperti kucing gunung.” “Kalau begitu aku tidak benar-benar terlihat, bukan? Dan tidak mungkin terlihat Aku ribuan mil jauhnya.” Bourne selalu memberikan pilihan bagi dirinya sendiri. “Pada zaman pesawat terbang yang cepat, apa artinya jarak?” Pria Oriental itu diam sejenak, lalu menambahkan dengan tajam, “Kau meninggalkan tanggung jawabmu selama lima hari dua setengah minggu yang lalu.” “Dan kalau kukatakan aku menghadiri simposium mengenai dinasti Sung dan Yuan di Bostonyang sangat sesuai dengan tanggung jawabku” “Aku terkejut,” sela pria itu dengan sopan, “karena Jason Bourne menggunakan alasan selemah itu.” Tadinya David tidak ingin pergi ke Boston. Simposium itu sangat jauh menyirnpang dari kuliahnya, tapi ia diminta secara resmi untuk hadir. Permintaan itu berasal dari Washington, dari Program Pertukaran Budaya dan disaring melalui Departemen Studi Oriental di universitas. Astaga! Setiap bidak berada di tempatnya! “Alasan untuk apa?” “Untuk berada di tempat ia tidak berada. Kerumunan orang yang berkeliaran di ruang pameran, orang-orang tertentu dibayar agar bersumpah kau ada di sana.” “Itu konyol, dan sangat amatiran. Aku tidak membayar.” “Kau dibayar.” “Sungguh? Bagaimana caranya?” “Melalui bank yang sama seperti yang kaugunakan sebelumnya. Di Zurich. Gemeinschaft di Zurichdi Bahnhofstrasse, tentu’ saja.” “Aneh juga aku tidak menerima laporannya,” kata David, mendengarkan dengan’ hati-hati. “Sewaktu menjadi Jason Bourne di Eropa, kau tidak pemah membutuhkan laporan keuangan, karena rekeningmu menggunakan tiga angka nolpaling rahasia, yang berarti benar-benar rahasia di Swiss. Tapi kami menemukan bukti transfer ke Gemeinschaft di-antara dokumen-dokumen seseorangorang yang sudah tewas, tentu saja.” “Tentu saja. Tapi bukan orang yang semestinya kubunuh.”
“Tentu saja bukan. Tapi .orang yang memerintahkan agar orang itu dibunuh, bersama harta berharga majikanku.” “Harta itu sebuah trofi, bukan?” “Keduanya dimenangkan, Mr. Bourne. Cukup. Kau adalah kau. Pergilah ke Regent Hotel di Kowloon. Mendaftarlah atas nama apa pun yang kauinginkan, tapi minta Suite 690katakan kau yakin sudah ada yang mengatur pemesanan kamar itu.” “Menyenangkan sekali. Aku punya kamar sendiri.” Ś “Menghemat waktu.” “Juga menghilangkan waktu bagiku untuk mengadakan pengaturan di ‘sini.” “Kami yakin kau tidak akan menimbulkan kewaspadaan dan akan bergerak secepat mungkin. Kau harus tiba di sana akhir minggu mi.” “Keduanya akan kulakukan. Aku mau bicara pada istriku lagi.” “Aku menyesal tidak bisa berbuat begitu.” “Demi Tuhan, kau bisa mendengar segala sesuatu yang kami bicarakan!” “Kau akan berbicara dengannya di Kowloon.” Terdengar bunyi klik yang menggema, dan David tidak bisa mendengar apa pun kecuali bunyi statik. Ia meletakkan gagang telepon, genggamannya begitu kuat hingga ibu jari dan telunjuknya kram. Ia berhasil melepaskan tangannya yang terkepal dan menggoyang-goyangkannya. Ia bersyukur karena rasa sakit itu memungkinkannya kembali memasuki realita secara bertahap. Ia mencengkeram tangan kanan dengan tangan kirinya memegangnya dengan man tap, dan menekan kramnya dengan ibu jari, dan saat menyaksikan jemarinya merentang bebas ia tahu apa yang harus dilakukannyatanpa menyia-nyiakan satu jam untuk hal-hal sepele yang sebenarnya penting. Ia harus menghubungi Conklin di Washington, tikus got yang pemah mencoba membunuhnya di siang hari bolong di Seventy-first Street, New York. Alex, mabuk atau tidak, tidak bisa membedakan siang dan malam, begitu pula operasi-operasi yang sangat dikenalnya, karena tidak ada siang maupun malam dalam pekerjaannya. Yang ada hanya cahaya lampu neon di kantor-kantor yang tidak pemah tutup. Kalau terpaksa, ia akan mendesak Alexander Conklin hingga darah mengalir keluar dari mata tikus got itu; ia akan mengetahui apa yang perlu diketahuinya, menyadari bahwa Conklin bisa mendapatkan informasi itu. Webb bangkit dengan goyah dari kursi, keluar dari kamar kerjanya, dan masuk ke dapur, tempat ia menuang minuman bagi dirinya sendiri, sekali lagi bersyukur karena meskipun tangannya masih gemetaran, sedikitnya tidak sehebat tadi. Ia bisa mendelegasikan hal-hal tertentu. Jason Bourne tidak pemah mendelegasikan apa pun, tapi ia tetap David Webb dan ada beberapa orang di kampus yang bisa dipercayainyabukan dengan kebenaran, tapi dengan kebohongan yang berguna. Ketika kembali ke ruang kerjanya dan menuju telepon, ia telah memilih salurannya. Saluran, demi Tuhan! Istilah dari masa lalu yang ia anggap bisa dengan bebas dilupakannya. 85 Tapi pemuda itu akan memenuhi peimintaannya; tesis master mahasiswa pascasarjana itu pada akhirnya akan dinilai oleh dosen pembimbing, bemama David Webb. Manfaatkan keuntungan itu, entah kegelapan total atau cahaya matahari yang terang benderang, gunakan saja untuk menakut-nakuti atau gunakan dengan betas kasihan, apa pun yang menunjukkan hasil. “Halo, James? Ini David Webb.”
“Hai, Mr. Webb. Aku salah di mana lagi?” “Bukan, Jim. Situasiku agak kacau dan aku membutuhkan sedikit bantuan ekstrakurikuler. Kau tertarik? Hanya perlu sedikit waktu.” “Akhir pekan ini? Pertandingan?” “Bukan, hanya besok pagi. Mungkin sekitar satu jam, hanya itu. Akan ada sedikit bonus dalam daftar riwayat hidupmu, kalau tidak kedengaran seperti omong kosong.” “Sebutkan.” “Well, jangan bilang-bilang pada siapa pundan aku akan menghargai kerahasiaanmuaku harus pergi selama seminggu, mungkin dua, dan aku akan menghubungi para penguasa dan mengusulkan agar kau menggantikanku untuk sementara. Tidak sulit bagimu; tentang perebutan kekuasaan Manchu dan persetujuan Cina-Rusia yang kedengaran sangat familier akhir-akhir ini.” “Tahun 1900 hingga sekitar 1912,”. kata kandidat. master itu dengan yakin. “Kau bisa memperhalusnya, dan jangan melewatkan Jepang dan Port Arthur dan Teddy Roosevelt tua. Urutkan dan tunjukkan paralelnya; itu yang sedang kuajarkan sekarang” “Bisa Akan kulakukan. Aku akan menghubungi sumbernya langsung. Bagaimana kalau besok?” “Aku harus berangkat malam ini, Jim; istriku sudah dalam perjalanan. Ada pensil?” ‘Ya, Sir.” “Kau tahu apa kata orang-orang kalau koran dan surat bertumpuk-tumpuk, jadi kuminta kau menghubungi agen koran dan pihak kantor pos, suruh mereka menunda semuanyatandatangani apa pun yang harus kautandatangani. Lalu hubungi Scully Agency di kdta dan berbicaralah dengan Jack atau Adele dan beritahu mereka…” Kandidat master itu telah direkrut. Telepon selanjutnya jauh lebih mudah daripada dugaan David, karena rektor universitas sedang menghadiri makan malam untuk menghormati dirinya di tempat tinggal sang rektor, dan jauh lebih tertarik pada pidatonya daripada seorang dosen tidak tetap yang minta cuti. “Silakan menghubungi dekan jurusan, Mr. Wedd. Aku sedang mengumpulkan dana, terkutuk.” Dekan ternyata tidak bisa ditangani semudah itu. “David, apa ini ada hubungannya dengan orang-orang yang mengawalmu minggu lalu? Maksudku, bagaimanapun juga, old boy, aku salah satu dari sedikit orang di sini yang tahu bahwa kau terlibat dalam urusan rahasia di Washington.” ‘Tidak ada kaitannya sama sekali, Doug. Itu hanya omong kosong sejak awal. Saudaraku terluka parah, mobilnya hancur. Aku hams ke Paris selama beberapa hari, mungkin seminggu, hanya itu.” “Aku ke Paris dua tahun yang lalu. Sopir-sopir di sana memang edan.” ‘Tidak lebih buruk daripada Boston, Doug, dan jauh lebih baik daripada Kairo.” “Well, kurasa aku bisa mengafurnya. Seminggu tidak terlalu lama dan Johnson sudah hampir sebulan tidak bekerja karena radang paru-paru”
“Aku sudah mengaturnyadengan seizinmu, tentu saja. Jim Crowther, kandidat master, akan menggantikanku untuk sementara. Ia menguasai bahannya dan ia akan melakukan pekerjaan yang baik.” “Oh ya, Crowther, pemuda yang cerdas, sekalipun berjenggot. Aku tidak pemah mempercayai orang berjenggot, tapi kalau dipikir-pikir lagi aku di sini pada tahun enam puluhan.” “Cobalah menumbuhkan jenggot. Mungkin akan membuatmu merasa bebas.” “Aku terpaksa menolak saran itu. Kau yakin ini tak ada hubungannya dengan orangorang dari Kementerian Luar Negeri itu? Aku hams tahu faktanya, David. Siapa nama saudaramu? Di rumah sakit mana ia dirawat?” “Aku belum tahu nama rumah sakitnya, tapi Marie mungkin sudah tahu; ia berangkat tadi pagi. Selamat tinggal, Doug. Akan kutelepon kau besok atau lusa. Aku harus ke Bandara Logan di Boston.” “David?” ‘ ‘Ya?” “Kenapa aku merasa kau tidak sepenuhnya jujur padaku?” Webb ingat. “Karena aku belum pemah berada dalam posisi seperti ini,” katanya. ‘Yaitu meminta pertolongan teman demi seseorang yang tidak ingin kupikirkan.” David menutup telepon. Penerbangan dari Boston ke Washington benar-benar memusingkan karena seorang dosen pedagogi tua yang duduk di sampingnyaDavid tidak pemah memahami mata kuliah itu. Suara orang itu sama menjengkel-kannya seperti suara menggelegar aktor televisi yang memerankan tokoh perusahaan pialang dan selalu mengatakan, “Mereka layak mendapatkannyal” Kalimat itu temgiang terns di benak Webb, tak peduii apa yang 87 dikatakan dosen itu dan orang itu terus saja bicara. Sesudah mendarat di Bandara National, barulah orang itu mengaku. “Pembicaraanku memang membosankan, tapi maafkan aku. Aku takut terbang, jadi aku terus mengoceh. Bodoh, bukan?” “Sama sekali tidak, tapi kenapa Anda tidak bilang sejak tadi? Tidak ada salahnya.” ‘Takut terhadap tekanan, atau ejekan, kurasa.” “Akan kuingat kalau lain kali aku duduk di samping seseorang seperti Anda.” Webb tersenyum singkat. “Mungkin aku bisa membantu.” “Anda baik sekali. Dan sangat jujur. Terima kasih. Terima kasih banyak.” “Sama-sama.” David mengambil kopemya dari ban berjalan dan keluar mencari taksi, jengkel karena taksi-taksi di sana tidak mau membawa satu penumpang tapi berkeras menunggu dua-tiga penumpang lain yang menuju arah yang sama. Rekan penumpangnya di kursi belakang adalah wanita menarik yang menggunakan bahasa tubuh sesuai dengan matanya yang jelalatan. Sikap itu tidak masuk akal bagi Webb, jadi ia tidak memedulikan wanita itu, tapi mengucapkan terima kasih pada wanita tersebut karena bersedia mengantamya terlebih dulu. Ia mendaftar di Jefferson Hotel di Sixteenth Street dengan menggunakan nama
palsu yang diciptakannya saat itu juga. Tapi hotel itu dipilih dengan hati-hati; hotel itu satu setengah blok dari apartemen Conklin, apartemen yang dihuni petugas CIA itu selama hampir dua puluh tahun kalau tidak sedang berada di lapangan. David memastikan ia sudah mendapat alamat itu sebelum meninggalkan Virginiasekali lagi naluri tidak percaya. Ia juga memiliki nomor teleponnya, tapi tahu bahwa informasi itu tidak berguna; ia tidak bisa menelepon Conklin. Mantan ahli strategi penyamaran tersebut akan membangun pertahanan, lebih berupa pertahanan mental daripada fisik. Dan Webb ingin mengkonfrontasinya dalam keadaan tidak siap. Tidak ada peringatan, hanya menagih utang yang harus dibayar saat itu juga. David melirik arlojinya; sepuluh menit sebelum tengah malam, waktu yang tepat seperti waktu yang lain, bahkan lebih baik lagi. Ia mandi, berganti pakaian, dan akhimya mengambil salah satu dari dua pistol yang telah dibongkar dari dalam kopemya, mengeluarkannya dari kantong tebal berlapis lembaran timah. Ia merakitnya, menguji mekanisme tembak-nya, dan memasukkan magasin ke tempatnya. Ia mengacungkan senjata itu dan memperhatikan tangannya, puas karena tangannya tidak gemetar. Rasanya bersih dan luar biasa. Delapan jam yang lalu ia tidak akan percaya bisa menggenggam pistol karena takut akan menembakkannya. Itu delapan jam yang lalu; bukan sekarang.. Sekarang rasanya nyaman, pistol itu seperti bagian dari dirinya, perpanjangan Jason Bourne. Ia meninggalkan Jefferson dan berjalan menyusuri Sixteenth Street, berbelok ke kanan dan menyadari nomor apartemen-apartemen tua itu semakin kecilapartemen-apartemen yang sudah sangat tua, mengingatkannya pada bangunan batu cokelat di Upper East Side, New York Ada logika yang memicu keingintahuannya, mengingat peran Conklin dalam proyek Treadstone. Rumah persembunyian Treadstone 71 di Manhattan merupakan bangunan batu cokelat, struktur aneh yang besar dengan jendela-jendela atas dari kaca biru. Ia bisa melihatnya dengan sangat jelas, mendengar suara-suaranya dengan sangat jelas, tanpa benar-benar memahaminyapabrik inkubasi Jason Bourne. Ulangi! Siapa wajah itu? Apa latar belakangnya? Metode pembunuhannya? Salah! Kau salah! Ulangi! Siapa ini? Apa kaitannya dengan Carlos? Terkutuk, pikir! Tidak boleh ada kesalahan! Rumah batu cokelat. Tempat separo bagian dirinya yang lain diciptakan, separo dirinya yang sekarang begitu ia butuhkan. Itu dk, apartemen Conklin. Conklin tinggal di lantai dua, menghadap ke depan. Lampu-lampunya menyala; Alex ada di rumah dan masih terjaga. Webb menyeberang jalan, menyadari gerimis tipis bagai kabut tiba-tiba memenuhi udara, mengaburkan cahaya lampu-lampu jalan, seperti lingkaran halo di bawah kaca yang bergelombang. Ia menaiki tangga dan membuka pintu ke ruang depan; ia masuk dan membaca nama-nama di bawah kotak surat keenam apartemen yang ada. Di bawah setiap kotak surat terdapat pengeras suara tempat para tamu mengumumkan kehadirannya. Tidak ada waktu untuk penyamaran yang rumit. Kalau Panov benar, suaranya sudah cukup. Ia menekan tombol Conklin dan menunggu jawaban, yang terdengar setelah hampir semenit. “Ya? Siapa di sana?” “Harry Babcock,” kata David, dengan aksen yang dilebih-lebihkan. “Aku hams menemuimu, Alex.” “Harry? Apa-apaan…? Tentu, tentu, naiklah!” Bel berdengung, pubis sekalijari yang sejenak salah menekan. David masuk dan berlari menaiki tangga sempit ke lantai dua, berharap bisa berada di luar pintu Conklin sewaktu Conklin membukanya. Ia tiba kurang dari
sedetik sebelum Alex, yang membuka pintu dengan mata setengah terfokus, dan mulai menjerit. Webb menerjang, membekap wajah Conklin, mengunci orang CIA itu dalam posisi yang tak bisa lepas, dan menendang pintu hingga tertutup. Sepanjang ingatannya, sudah lama sekali ia tidak menyerang orang lain secara fisik dengan akurat. Seharusnya tindakan ini terasa aneh, bahkan kikuk, tapi ternyata sama sekali tidak. Rasanya sangat wajar. Oh, Tuhan! \ 89 “Aku akan melepaskan tanganku, Alex, tapi kalau kau berteriak, tanganku akan kembali. Dan kau, tidak akan selamat, jelas?” David melepaskan tangannya, menyentakkan kepala Conklin sejauh mungkin ke belakang. “Kau benar-benar mengejutkan,” kata orang CIA itu sambil terbatuk-batuk dan terpincang-pincang saat dilepaskan. “Kau juga membuatku membutuhkan minuman.” “Kupikir itu menu tetapmu.”
“Kita adalah apa adanya kita,” jawab Conklin, dengan kikuk mengulurkan tangan meraih gelas kosong di meja kopi, di depan sofa besar yang lusuh. Ia membawanya ke bar berlapis tembaga yang rapat dengan dinding, tempat botol-botol bourbon identik berdiri berjajar. Tidak ada campuran, tidak ada air, hanya ember es; ini bukan bar untuk tamu. Itu untuk sang man rumah; logamnya yang mengilap memproklamirkan kemewahan yang diizinkan sang penghuni bagi dirinya sendiri. Bagian ruang duduk yang lain tidak setara mewahnya. Entah bagaimana, bar tembaga itu seperti sebuah pemyataan. “Atas dasar apa,” lanjut Conklin sambil menuang minuman bagi dirinya sendiri, “aku mendapat kehormatan ini? Kau tidak mau menemuiku di Virginiakau berkata akan membunuhku, dan itu fakta. Itu yang kaukatakan. Kau akan membunuhku kalau aku berani melewati pintu, kau bilang begitu.” “Kau mabuk.” “Mungkin. Tapi biasanya aku memang mabuk pada jam-jam ini. Kau mau mulai menguliahiku? Tidak ada gunanya, tapi kau boleh mencoba kalau mau.” “Kau memuakkan.” ‘Tidak, aku mabuk, itu katamu tadi. Apa aku mengulangi kata-kataku sendiri?” “Ad nauseam.” “Maaf kalau begitu.” Conklin meletakkan botolnya, menenggak isi gelasnya beberapa kali, dan memandang Webb. “Aku tidak berjalan melewati p in rum u, kau yang masuk melalui pintuku, tapi kurasa itu tidak penting. Kau datang kemari untuk Ś melaksanakan ancamanmu, untuk memenuhi ramalan, untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu atau apa pun istilahmu? Aku tidak yakin tonjolan mencolok di balik jaketmu itu botol wiski.” “Aku tidak lagi ingin melihatmu tewaSj tapi ya, aku mungkin akan membunuhmu. Kau bisa rnemprovokasi dorongan’ itu dengan sangat mudah.” “Menarik sekali. Bagaimana caranya?” “Dengan tidak memberikan apa yang kubutuhkanpadahal kau bisa memberikannya.” “Kau pasti mengetahui sesuatu yang tidak kuketahui.” “Aku tahu kau memiliki pengalaman dua puluh tahun dalam operasi setengah rahasia sampai rahasia, dan bahwa kau menulis buku mengenai sebagian besar di antaranya.”
“Sejarah,” gumam orang CIA itu sambil minum. Ś “Bisa dibangkitkan kembali. Tidak-seperti aku, ingatanmu utuh. Ingatanku terbatas, tapi ingatanmu tidak. Aku membutuhkan informasi, aku membutuhkan jawaban.” ‘Tentang apa? Untuk apa?” “Mereka menculik istriku,” kata David apa adanya, nada suaranya sedingin es. “Mereka merampas Marie dariku.” Conklin mengerjap di antara tatapannya yang terpaku. ‘Tolong ulangi. Kurasa aku keliru mendengar.” “Kau sudah dengar! Dan kalian, para keparat, terlibat dalam skenario busuk ini!” “Bukan aku! Aku tidak akan melakukannyatidak bisa! Apa yang kaukatakan tadi? Marie hilang?” “Ia ada di pesawat di atas Pasifik. Aku hams mengikutinya. Aku haras terbang ke Kowloon.” “Kau gila! Kau sudah tidak waras!” “Dengarkan aku, Alex. Dengar baik-baik segala sesuatu yang akan kuceritakan padamu….” Sekali lagi kata-katanya menghambur keluar, tapi sekarang dengan penguasaan diri yang tidak mampu dikerahkannya sewaktu berbicara dengan Morris Panov. Conklin yang mabuk memiliki persepsi lebih tajam daripada kebanyakan orang yang tidak mabuk di kalangan Intelijen, dan ia haras mengerti. Webb tidak mengizinkan adanya celah dalam ceritanya; harus jelas sejak awalsejak saat ia berbicara dengan Marie melalui telepon di ruang olahraga dan mendengarnya berkata, “David, pulanglah. Ada orang yang harus kautemui di sini. Cepatlah, Sayang.” Sementara ia berbicara, Conklin terhuyung-huyung dengan kaki pincang menuju sofa, lalu duduk, matanya tak sekali pun teralih dari wajah Webb. Sesudah David selesai bercerita tentang hotel di balik tikungan, Alex menggeleng dan meraih minumannya. “Menakutkan,” katanya; sesudah membisu selama beberapa waktu, memusatkan perhatian untuk melawan pengaruh alkohol, lalu meletakkan gelasnya. “Sepertinya ada strategi yang diterapkan dan menyimpang.” “Menyimpang?” . “Lepas kendali.” “Bagaimana? “ “Aku tidak tahu,” lanjut mantan ahli taktik ini, agak terhuyung. berusaha agar kata-katanya tidak terdengar melantur. “Kau diberi skenario yang mungkin akurat, mungkin juga -tidak, lalu sasaran-sasarannya berubahistrimu sebagai pengganti dirimu:dan skenario itu dilaksanakan. Kau bereaksi sesuai dugaan. tapi sewaktu kau menyinggung Medusa, samar-samar kau diberitahu bahwa kau akan dihabisi bila terus berkeras.” “Itu mudah ditebak.” “Bukan begitu cara menyiapkan subjek. Tiba-tiba saja istrimu melesat maju, dan Medusa menjadi bahaya yang mengancam. Seseorang melakukan salah perhitungan. Ada yang menyimpang, ada yang telah terjadi.” “Kau memiliki waktu sepanjang sisa malam ini dan besok untuk mendapatkan jawaban bagiku. Aku sudah memesan tempat untuk penerbangan pukul tujuh malam ke Hong Kong.”
Conklin menegakkan duduknya, menggeleng perlahan-lahan, dan, dengan tangan kanan gemetaran, sekali lagi meraih bourbon. “Kau berada di bagian kota yang salah,” katanya sambil menenggak minumannya. “Kukira kau sudah tahu; kau sendiri yang menyangatkannya. Aku tidak berguna bagimu. Aku sudah di luar batas, tidak lagi diterima. Aku tidak lagi diberitahu apa-apa, dan kenapa? Aku ini barang antik, Webb. Tidak ada yang ingin berurusan denganku. Aku sudah habis dan selangkah lagi tak-bisa-diselamatkanaku yakin itu istilah yang ada di dalam kepalamu yang suiting.” “Ya, memang. ‘Bunuh dia. Dia tahu terlalu banyak.’” “Mungkin kau ingin menempatkan aku di sana. Mengumpankan aku, membangunkan Medusa yang tidur, dan memastikan aku dihajar pihakku sendiri: Dengan begitu akan seimbang.” “Kau yang menempatkan aku di sana,” kata David sambil mencabut pistol dari sarung di balik jaketnya. “Ya,” Conklin membenarkan sambil mengangguk, menatap senjata itu. “Karena aku mengenai Delta, dan sepanjang pengetahuanku, segalanya mungkinaku pemah melihatmu beraksi. Ya Tuhan, kau meledakkan kepala oranganak buahmu sendiridi Tarn Quan karena kau percaya kau tidak tahu pasti, kau percayaia memberikan kabar melalui radio pada sepeleton pasukan di Ho Chi Minh! Tidak ada tuduhan, tidak ada pembelaan, hanya eksekusi cepat di hutan. Ternyata kau benar, tapi kau bisa saja salah! Kau bisa membawanya kembali; kami mungkin bisa menarik banyak informasi, tapi tidak, itu bukan Delta! Ia membuat aturan sendiri. Tentu saja, bisa saja kau membelot di Zurich!” “Aku tidak memiliki ingatan spesifik mengenai Tarn Quan, tapi orang-orang lain mengingatnya dengan baik,” kata David dengan kemarahan tertahan. “Aku hams mengeluarkan sembilan orang dari sanatidak ada tempat bagi orang kesepuluh yang bisa memperlambat kami atau melarikan diri, membongkar posisi kami.” “Bagusl Aturanmu. Kau inventif, jadi temukan paralelnya di sini dan, demi Tuhan, tarik picunya seperti yang pernah kaulakukanJason Bourne kita yang sejati! Di Paris aku menyuruhmu melakukannya!” Dengan terengah-engah, Conklin diam sejenak dan matanya yang merah menatap lurus ke mata Webb; ia berbisik, “Aku sudah menyuruhmu waktu itu dan aku akan memintanya sekali lagi. Singkirkan aku. Aku tidak memiliki keberanian untuk melakukannya sendiri.” “Kita dulu teman, Alex!” teriak David. “Kau datang ke rumah kami! Kau makan bersama kami dan bermain dengan anak-anak! Kau berenang bersama mereka di sungai…” Ya Tuhan! Semuanya kembali. Bayangan-bayangan, wajah-wajah… Oh Tuhan, wajah-wajah… Mayat-mayat mengambang dalam genangan air dan darah… Kendalikan dirimul Tolak ingatan itul Tolak! Hanya sekarang. Sekarang! “Itu di negara lain, David. Lagi pulakurasa kau tidak ingin aku menyelesaikan kalimat itu.” ‘“Lagi pula pelacur itu sudah mati.’ Tidak, aku lebih suka kau tidak mengatakannya.” “Apa pun yang terjadi,” kata Conklin dengan serak; menenggak sebagian besar wiskinya. “Kita sama-sama terpelajar, bukan?… Aku tidak bisa membantumu.” “Ya, kau bisa. Kau akan membantuku.” “Lupakan, prajurit. Tidak ada jalan.” “Banyak yang berutang padamu. Tagihlah. Aku menagih utangmu padaku.”
“Maaf. Kau bisa menarik picu itu kapan saja, tapi kalau tidak, aku tidak akan membuat diriku tak-bisa-diselamatkan-lagi atau menghancurkan apa pun yang akan kuperolehyang kuperoleh secara sah. Kalau diizinkan hidup tenang, aku ingin menikmatinya. Mereka sudah mengambil cukup banyak. Aku ingin menikmati hasilnya.” Petugas CIA itu bangkit dari sofa dan dengan kikuk menyeberangi ruangan menuju bar tembaga. Kakinya lebih pincang daripada yang diingat Webb, kaki kanannya tidak lebih baik dari kaki palsu yang diseretnya miring di lantai, rasa sakit itu terlihat jelas. “Kakimu memburuk, bukan?” tanya David singkat. “Aku bisa hidup begini.” “Kau juga akan mati dengan keadaan begini,” kata Webb sambil mengangkat pistol otomatisnya. “Karena aku tidak bisa hidup tanpa istriku dan kau tidak peduii sedikit pun. Kau tahu apa sebenarnya kau ini, Alex? Sesudah semua yang kaulakukan pada kami, semua kebohongan, jebakan, sampah yang kaugunakan untuk menangkap kami dengan” “Kau!” sela Conklin sambil mengisi gelasnya,, lalu menatap pistol itu. “Bukan dia.” “Bunuh salah satu dari kami, maka kau membunuh kami berdua, tapi kau tidak akan bisa memahaminya.” “Aku tidak pemah mendapatkan kemewahan itu.” “Karena kau selalu mengasihani dirimu sendiri! Kau hanya ingin 92 menenggelamkan diri dalam perasaan itu dan membiarkan alkohol yang berpikir. ‘Kalau bukan karena ranjau darat terkutuk itu, kau akan jadi direktur. atau Biarawan atau Serigala KelabuAngleton era delapan puluhan.’ Kau menyedihkan. Kau memiliki kehidupan, ingatan” “Astaga, makan saja itu semua! Tembak! Tarik picu sialan itu tapi jangan ambil semuanya dariku!” Conklin tiba-tiba menenggak habis minumannya. .lalu batukbatuk hebat. Sesudah itu ia memandang David, matanya basah, pembuluh-pembuluh darahnya yang kemerahan tampak menonjol. “Kaupikir aku tidak akan berusaha membantu kalau bisa, keparat?” bisiknya serak. “Kaupikir aku senang berkubang dalam pikiranku sendiri? Kau yang keras kepala, kau yang kepala batu, David. Kau tidak memahaminya, bukan?” Orang CIA itu mengacungkan gelasnya dengan dua jari dan membiarkannya jatuh ke lantai kayu; gelas itu hancur berantakan, kepingankepingannya berhamburan ke segala arah. Lalu ia berbicara, suaranya melengking, sementara di bawah mata yang kemerahan itu senyum sedih merayap di bibimya. “Aku tidak tahan menghadapi kegagalan lain, sobat lama. Dan aku akan gagal, percayalah. Aku akan membuat kalian terbunuh dan kurasa aku tidak bisa hidup dengan kenyataan itu.” Webb menurunkan pistolnya. ‘Tidak dengan apa yang kaumiliki dalam kepalamu, tidak dengan apa yang sudah kaupelajari. Lagi pula, aku mau mengambil risiko; pilihanku terbatas, dan aku memilihmu. Sejujurnya, aku tidak mengenai orang lain lagi. Selain itu, aku punya beberapa gagasan, mungkin bahkan rencana tapi rencana itu harus disusun dengan kecepatan tinggi.” “Oh?” Conklin berpegangah pada bar untuk menenangkan diri. “Boleh kubuatkan kopi, Alex?” KlOPI pahit cukup menyadarkan Conklin tapi tidak sebagaimana yang diharapkan David. Orang yang dulunya Jason Bourne itu menghormati bakatbakat sang musuh yang paling mematikan dan membiarkannya mengetahui hal itu. Mereka berbicara hingga pukul empat pagi, meť negaskan strategi yang masih kabur, mendasarkannya pada realita tapi membawanya lebih jauh lagi. Dan pada saat pengaruh alkohol mulai sirna, Conklin mulai berfungsi. Ia mulai menjadi orang seperti yang samarsamar dibayangkan David. Conklin memahami pendekatan Webb yang solid dan menemukan kata-katanya. {&rfin
“Kau menjabarkan situasi krisis yang menyebarluas berdasarkan fakta mengenai penculikan Marie, lalu sengaja menyimpangkannya dengan kebohongan. Tapi seperti yang sudah kaukatakan, ini hams dimulai secepat kilat, menghantam mereka dengan keras dan cepat, tanpa kesempatan.” “Mula-mula gunakan kebenaran sepenuhnya” sela Webb, berbicara dengan cepat. “Aku menerobos masuk kemari dan mengancam akan membunuhmu. Kulontarkan tuduhan berdasarkan segala yang sudah terjadidari skenario McAllister hingga pernyataan Babcock bahwa mereka akan mengirim regu pembunuh untuk memburuku… hingga suara Anglikan yang dingin seperti es memerintahku untuk menghentikan niat meributkan Medusa atau mereka akan menyebutku gila dan mengirimku ke rumah sakit jiwa. Tak satu pun bisa diingkari. Itu sudah terjadi dan aku mengancam akan mengungkap segalanya, termasuk Medusa” j “Lalu kita gunakan kebohongan besar,” kata Conklin sambil menuang kopi lagi. “Pemutusan yang begitu tidak terlihat hingga mengacaukan segalanya dan semua orang.” “Seperti apa?” “Aku masih belum tahu. Kita harus memikirkannya. Harus sesuatu yang sama sekali tak terduga, sesuatu yang akan membingungkan para pakar strategi, siapa pun mereka itukarena setiap mstingku mengatakan entah di mana mereka sudah kehilangan kendali. Kalau aku benar, salah satu dari mereka harus mengadakan kontak.” “Kalau begitu ambil bu