TERPAAN PROGRAM SIARAN BIBIR (BINCANG-BINCANG REMAJA) RADIO IMELDA TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REPRODUKSI DI KALANGAN PENDENGAR KOTA SEMARANG
Mega Amalia Puspitasari Sutopo
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract This research aims to know the extent of the influence of exposure to programs broadcast BIBIR (Teen talk show) on the radio against Imelda reproductive knowledge level among listeners as well as the factors which affected it constraints This research employed with census using data collection by the questionnaire. The technique of data analysis was simple and multiple liniear regression. The analysis was conducted by the help of SPSS software package. Results obtained by using a simple regression analysis that the t count are advanced 2.227 compared to the t table by the t table = 1.960, because the t count 2.227 > 1.960 then Ho denied that there is a BIBIR program against exposure to influence the level of knowledge about adolescent reproductive health. Results of research with advanced multiple linear regression analysis the t count on exposure program 3.172 > 1.960 then Ho denied that there is a positive and significant impact exposure to program BIBIR to the level of knowledge about adolescent reproductive. The value t calculates the intensity of family communication -2,624 < 1,960 then Ho denied that there is a negative and significant effect of the intensity of family communication to the level of knowledge about adolescent reproductive. Keywords: exposure to media, level of knowledge, the intensity of family communication, radio.
1
Pendahuluan Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang manusia, yaitu masa peralihan dari anak menuju dewasa. Dimana pada tahap ini, anak mengalami percepatan pertumbuhan, gejala perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Oleh karenanya remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Perkembangan pada masa remaja merupakan proses untuk mencapai kematangan dalam berbagai aspek hingga mencapai pada tahap kedewasaan. Dalam masa ini, banyak remaja mendapatkan kesulitan, karena pada masa transisi remaja mencoba untuk mencari jati diri mereka. Sehingga terlihat remaja akan mengalami banyak benturan-benturan dari berbagai aspek. Proses ini akan memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada remaja. Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang rawan dialami oleh sebagian besar remaja berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), lalu masuk kepada penyebaran penyakit kelamin (sexual transmitted disease), berikutnya terjadi kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted pragnancy) di kalangan remaja. Semua masalah tersebut berujung pada unsafe aborsi serta pernikahan usia muda. Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN, diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa. Bahkan, 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja (BKKBN,2012). Seperti di Surabaya tercatat sejumlah 54 %, Bandung sebanyak 47 %, dan sebanyak 52 % di Medan. Tingginya angka aborsi di kalangan remaja ini seringkali dikaitkan dengan kebebasan seks dan kegagalan KB. Aborsi secara tidak langsung menyumbangkan sekitar 50% faktor angka kematian ibu (AKI) karena seringkali aborsi yang tidak dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya berakibat pada pendarahan pada ibu hamil.1
1
bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=2862 (diakses tanggal 9 Mei 2014, pukul 20.15 WIB)
2
Salah satu media paling dirasa efektif dalam memberikan sosialisasi serta pengetahuan akan pentingnya masalah kesehatan reproduksi remaja ini adalah melalui media radio. Hal tersebut dapat terjadi karena sifat radio yang fleksibel, kebanyakan saat ini radio banyak bermunculan dengan mengusung segmentasi remaja. Salah satu radio yang berada di kota Semarang yakni radio Imelda FM memiliki sebuah program acara yang peduli mengenai hal ini, yakni program BIBIR (Bincang-Bincang Remaja) dimana program ini disiarkan setiap hari kamis malam pukul 20.00-21.30 WIB. Siaran tidak hanya mengenai obrolan seputar sex education namun juga beragam mitos yang kerap terdengar di telinga masyarakat dan akan dibahas mengenai kebenarannya. Narasumber dari program acara ini adalah seorang relawan yang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PILAR PKBI Jawa Tengah. Dimana konsep acara serta pengemasan program menarik karena tidak hanya relawan yang banyak memberikan masukan dari sisi psikologis namun juga ada pendampingan dari seorang dokter sebagai ahli medis yang akan memberikan pengetahuan dengan benar seputar kesehatan reproduksi remaja. Tingginya minat remaja akan informasi kesehatan reproduksi yang disiarkan di radio Imelda terlihat dari data yang diperoleh dimana pada tahun 2014 jumlah total remaja yang berinteraksi tanya jawab melalui media SMS berjumlah 115 orang. Dengan perincian sebagai berikut. Bulan Januari sebanyak 24 orang, Februari sebanyak 20 orang, Maret sebanyak 30 orang, April berjumlah 17 orang, pada bulan Mei berjumlah 17 orang dan bulan Juni sebanyak 7 orang. 2 Selain memberikan pengetahuan, dalam siaran juga dibuka sesi tanya jawab bagi remaja yang ingin secara langsung berkonsultasi dengan narasumber, baik melalui short massage service (sms) maupun line telepon yang langsung akan dijawab hingga tuntas oleh para narasumber. Diharapkan dengan adanya terpaan media yang tepat melalui radio akan dapat menuju pada sasaran audiens yang tepat.
2
Radio Imelda FM Semarang
3
Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Adakah pengaruh yang signifikan antara terpaan program siaran BIBIR (Bincang-Bincang Remaja) Radio Imelda terhadap tingkat pengetahuan reproduksi di kalangan pendengar.
Tinjauan Pustaka A. Terpaan Media Menurut Cangara (2002) media adalah alat atau saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. 3 Media dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi. Informasi yang disebarluaskan kepada publik dimana publik merupakan massa, maka media yang dimaksudkan adalah media massa. Pengertian komunikasi massa juga dijelaskan oleh Cassandra menyebutkan bahwa jika konteks komunikasi massa dibandingkan dengan konteks komunikasi lainnya maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah bentuk komunikasi yang memiliki jumlah komunikator paling banyak, derajat kedekatan fisik paling rendah, saluran indrawi yang tersedia sangat minimal dan umpan balik yang tertunda. 4
B. Radio Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebagian besar komunikasi massa menggunakan media yang disebut media massa sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, yang merupakan hasil dari perkembangan teknologi komunikasi.
3
Cangara dalam Handayani, Catharina Rini. Efek Terpaan Siaran Informasi Pemilihan Langsung Kepala Daerah (PILKADA) melalui radio RSPD Terhadap Tingkat Pengetahuan Anggota Komunitas Guyup Rukun Klaten. S1 Komunikasi FISIP, UAYJ, 2011, hlm. 9. 4 Cassandra dalam Mulyana, D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) hlm. 71.
4
Radio sebagai sebuah alat yang digunakan dalam proses komunikasi massa. Memiliki sifat audial. Radio diberi julukan “the fifth state” disebabkan daya kekuatannya dalam mempengaruhi massa khalayak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni : Daya langsung, untuk mencapai sasarannya yakni pendengar, maka isi program yang akan disampaikan tidaklah mengalami proses yang kompleks. Sehingga setiap pesan maupun gagasan tinggal dibacakan didepan corong radio, pelaksanaanya berlangsung mudah dan cepat. Daya tembus, daya tembus siaran dimana radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, jarakpun tidak menjadi masalah. bagaimnapun jauhnya tempat yang dituju, radio siaran dapat dicapai. Daya tarik, daya tarik radio disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat 3 unsur yakni: musik, kata-kata, efek suara (sound effects) Radio bersifat fleksibel, dimana kegiatan mendengarkan radio dapat dilakukan sembari melakukan aktifitas lainnya seperti makan, tidur, berbelanja, berkendara. Selain sifatnya yang fleksibel daya tarik radio adalah informasi yang dibagikan terbilang update. Dimana, radio banyak memutarkan musik yang dapat menaikan mood seseorang untuk penambah semangat. Ketiga faktor itulah yakni daya langsung, daya tembus dan daya tarik menyebabkan radio diberi julukan “the fifth estate”.5
C. Intensitas Komunikasi Keluarga Intensitas komunikasi keluarga dapat di ukur dari apa dan siapa yang saling dibicarakan, pikiran, perasaan, objek tertentu, orang lain atau dirinya sendiri. Ditambahkannya intensitas komunikasi yang mendalam ditandai oleh kejujuran,
5
Effendy, Onong Uchjana, Op cit., hlm. 74-78
5
keterbukaan, dan saling percaya, sehingga menimbulkan respon dalam bentuk perilaku atau tindakan.6 Indikator intensitas komunikasi keluarga diperlukan sebuah tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mengenai intensitas komunikasi keluarga, maka dapat dirumuskan beberapa poin indikatornya yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan antara orang tua dengan anaknya. Empati, merupakan kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak akan menjadikan anak merasa dihargai sehingga anak akan merasa bebas mengungkapkan perasaan serta keinginannya. Dukungan, Untuk membangun dan melestarikan hubungan dengan sesama anggota keluarga, kita harus menerima diri dan menerima orang lain. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam mendukung komunikasi keluarga, sehubungan komunikasi antar orang tua dengan anak.7
D. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu ( Know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
6
Gunarsa, S.D. dan Y.S.D Gunarsa dalam Kurniadi, Ardhi, Komunikasi keluarga dan prestasi belajar anak. (UNS S1 Komunikasi FISIP, 2010) hlm. 34. 7 Gordon, Thomas (1991) dalam Kurniadi, Ardhi, Op cit., hlm.36
6
2. Memahami ( Comprehension ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi secara benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan,menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramaikan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. 3. Aplikasi ( Application ) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis ( Analysis ) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis ( Synthesis ) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan antar bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya.
7
6. Evaluasi ( Evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatantingkatan diatas.8
E. Teori Limited Effect Model komunikasi satu tahap. Model ini merupakan pengembangan dari model komunikasi jarum hipodermik. Karena itu, pesan yang disampaikan disalurkan melalui media massa langsung ditujukan kepada komunikan tanpa melalui perantara. Model jarum suntik pada dasarnya adalah aliran satu tahap (one step flow), yaitu media massa langsung kepada khalayak sebagai mass audiance. Model ini mengasumsikan media massa secara langsung, cepat, dan mempunyai efek yang amat kuat atas mass audiance. Namun pesan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan juga tidak menimbulkan efek yang sama pada setiap komunikan. Model komunikasi satu tahap ini (one step flow) mengakui bahwa : 1. Media tidak mempunyai kekuatan yang hebat 2. Aspek pilihan dari
penampilan, penerimaan, pemahaman
dalam
ingatan yang selektif mempengaruhi suatu pesan.9
8
Notoatmodjo, Soekidjo. Pengatar Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2003) hlm. 122 9 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26430/4/Chapter%20II.pdf (diakses tanggal 16 September 2014, pukul 21.35 WIB)
8
Metodologi Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data, menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.10 Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah sensus. Sensus pada dasarnya sebuah riset survey dimana peneliti mengambil seluruh anggota populasi sebagai respondennya. Dengan demikian sensus menggunakan total sampling artinya jumlah total populasi diriset. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (angket). Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup dan terbuka dapat diberikan pada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.11 Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median dan mean. Dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukan untuk mencari kuatnya hubungan antar variabel melalui analisis korelasi, analisis regresi dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi.12
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2009) hlm. 8 Sugiyono, Op Cit., hlm. 142 12 Sugiyono, Op Cit., hlm. 147-148 11
9
Pada penelitian kali ini, menggunakan teknik analisa data statistik deskriptif dengan rumus analisis regresi yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih yakni terpaan program siaran Bincang-Bincang Remaja (BIBIR) terhadap tingkat pengetahuan reproduksi di kalangan pendengar.
Analisis dan Pembahasan A. Analisis tentang terpaan program BIBIR radio Imelda terhadap tingkat pengetahuan di kalangan pendengar yang dikontrol oleh intensitas komunikasi keluarga a. Analisis regresi sederhana Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yakni terpaan program siaran BIBIR radio Imelda terhadap variabel terikat yakni tingkat pengetahuan di kalangan pendengar. Persamaan regresi dirumuskan : Yˆ = a + bX keterangan : Y = (baca Y topi) subjek variabel terikat yang di proyeksikan X = Variabel bebas mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0 b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa koefisien pada variabel bebas yakni terpaan media bertanda positif, hal ini berarti variabel bebas tersebut memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengetahuan. Besaran pengaruh dari variabel bebas ditunjukan oleh besaran koefisien regresi (Unstandardized Coefficients) yaitu 0,147.
10
Hasil analisis regresi linier sederhana dapat dilihat pada tabel: Tabel 1 Uji T 1 Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std.
Standardized Coefficients
T
Beta
Error Constant
.685
1.430
Terpaan
.147
.066
.479 .340
2.227
1. Yˆ = a + bX
Yˆ = Tingkat pengetahuan a = konstanta sebesar 0,685 x = Terpaan Media Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah 2,227 selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel (ά/2 ; n-2) = (0,05/2 ; 40-2) diperoleh nilai t tabel = 1,960, karena nilai t hitung 2,227 > 1,960 maka Ho ditolak sehingga ada pengaruh terpaan program BIBIR terhadap pengetahuan remaja tentang reproduksi. Uji Parsial ( t Test ) Kaidah penguji signifikansi: Jika Thitung ≥ T tabel, tolak Ho artinya signifikan dan Thitung ≤ T tabel, terima Ho artinya tidak signifikan. Hasil nilai t hitung 2,227 > 1,960 sehingga terpaan program BincangBincang Remaja (BIBIR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
11
b. Analisis regresi berganda Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Pengaruh terpaan program siaran BIBIR terhadap tingkat pengetahuan remaja dengan intensitas komunikasi keluarga sebagai variabel kontrol.Hubungan
linear lebih dari dua variabel bila dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis.
Yˆ = a + b1x1 + b2x2 +……………bkxk + Keterangan : x, x1, x2……..xk = variabel-variabel a, b1, b2……..bk = bilangan konstan (konstanta) koefisien variabel Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat tabel sebgai berikut : Tabel 2 Uji T 2 Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std.
Standardized Coefficients
T
Beta
Error Constant
.685
1.330
Terpaan
.208
.066
.482
3.172
Intensitas
-.152
.058
-.399
-2.624
Yˆ = a + b1x1 + b2x2 +……………bkxk + Yˆ = Tingkat pengetahuan a = konstanta sebesar 0,685 X1 = Terpaan Media X2 = Intensitas komunikasi
12
.503
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa koefisien pada variabel bebas yakni terpaan media bertanda positif 0,208. Hal ini berarti variabel bebas tersebut memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengetahuan. Namun, koefisien pada variabel bebas yang kedua yakni intensitas komunikasi bertanda negatif .152. Hal ini berarti variabel bebas kedua memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t hitung diperoleh nilai 2,624 selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel (ά/2 ; n-2) = (0,05/2 ; 40-2) diperoleh nilai t tabel = 1,960, karena nilai t hitung -2,624 < 1,960 maka Ho ditolak sehingga ada pengaruh intensitas komunikasi keluarga terhadap pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Namun pengaruh negatif yang artinya intensitas komunikasi antara remaja dengan orang tua di dalam keluarga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan remaja soal kesehatan reproduksi tapi sifatnya negatif. Hal tersebut terjadi karena adanya perasaan tabu untuk membahas isu seputar kesehatan reproduksi antara orang tua dan anak di lingkungan keluarga. Uji Parsial ( t Test ) Kaidah penguji signifikansi: Jika Thitung ≥ T tabel, tolak Ho artinya signifikan dan Thitung ≤ T tabel, terima Ho artinya tidak signifikan Hasil nilai t hitung variabel terpaan program BIBIR 3,172 > 1,960 sehingga terpaan program Bincang-Bincang Remaja (BIBIR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang reproduksi. Hasil nilai t hitung intensitas komunikasi keluarga -2,624 < 1,960 sehingga intensitas komunikasi keluarga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang reproduksi. Hal ini disebabkan dari hasil kuesioner diketahui bahwa mayoritas remaja tidak pernah melakukan makan malam, menonton televisi dan rekreasi bersama dengan keluarga sembari berdiskusi mengenai masalah kesehatan reproduksi dan psikologi remaja.
13
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yakni terpaan program siaran BIBIR radio Imelda terhadap variabel terikat yakni tingkat pengetahuan di kalangan pendengar. Persamaan regresi dirumuskan : Yˆ = a + bX, dimana a (constanta) adalah 0, 685. b adalah 0,147 sehingga Y = 0,685 + 0,147. Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi terpaan program BIBIR terhadap tingkat pengetahuan digunakan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah 2,227 selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel (ά/2 ; n-2) = (0,05/2 ; 40-2) diperoleh nilai t tabel = 1,960, karena nilai t hitung 2,227 > 1,960 maka Ho ditolak sehingga ada pengaruh terpaan program BIBIR terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang reproduksi. Selanjutnya masuk pada analisis regresi berganda. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh terpaan program siaran BIBIR terhadap tingkat pengetahuan remaja dengan intensitas komunikasi keluarga sebagai variabel kontrol. Persamaan regresi berganda dirumuskan
Yˆ
= a + b1x1 + b2x2
+……………bkxk +, dimana a (constanta) adalah 0, 685 dan b1x1 = 0,208, dan b2x2 = -0,152 sehingga persamaanya menjadi Y = 0,208 +-0,152 +……………bkxk. Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi terpaan program BIBIR terhadap tingkat pengetahuan digunakan uji T. Hasil nilai t hitung variabel terpaan program 3,172 > 1,960 maka Ho ditolak sehingga ada pengaruh positif dan signifikan terpaan program Bincang-Bincang Remaja (BIBIR) terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang reproduksi. Hasil nilai t hitung intensitas komunikasi keluarga -2,624 < 1,960 maka Ho ditolak sehingga ada pengaruh negatif dan signifikan intensitas komunikasi keluarga terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang reproduksi.
14
Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: Bagi radio Imelda, hendaknya lebih ditingkatkan lagi mengenai performa siaran informasi mengenai isu seputar reproduksi remaja. Misalnya dengan meningkatkan penyampaian informasi dengan menambah jam siaran yakni 3 jam setiap kali tayang. Dapat juga dibuat sebuah program khusus yang sifatnya rutin dengan hari dan waktu yang sama setiap minggunya. Hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan antusiasme pendengar khususnya remaja terhadap program siaran tentang isu seputar kesehatan reproduksi remaja. Program siaran dan frekuensi mendengarkan yang tinggi dalam mendengarkan siaran informasi tentang isu seputar kesehatan reproduksi remaja di radio Imelda dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan pendengar. Selain itu, perlu dihadirkan narasumber yang lebih atraktif dan interaktif lagi dengan pendengarnya karena radio memiliki peran yang penting dalam sebuah proses penyebaran informasi tentang isu seputar kesehatan reproduksi pada masyarakat luas. Bagi penelitian lanjutan disarankan untuk pemilihan difokuskan pada kepuasan pendengar. Dengan melihat rendahnya pengaruh terpaan siaran BIBIR dalam isu reproduksi remaja, maka kiranya perlu untuk meneliti sejauh mana kepuasan pendengar terhadap program BIBIR. Disarankan menggunakan teori komunikasi Uses Gratification. Teori ini menjelaskan bagaimana khalayak mempunyai kebebasan untuk memutuskan (lewat media apa) mereka mengkonsumsi atau menggunakan media dan bagimana media itu akan berdampak pada diri khalayak. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak menggunakan media massa karena memiliki tujuan khusus salah satunya motif information yaitu mencari informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau membantu seseorang melakukan sesuatu misalnya mencari tambahan pengetahuan dan pendidikan diri
15
sendiri. Sehingga dengan melakukan penelitian selanjutnya yakni mengukur kepuasan pendengar, dapat menjadi gambaran real tentang program BIBIR di mata khalayak. Sehingga dapat menjadi evaluasi dan tolak ukur untuk perbaikan program BIBIR selanjutnya agar menjadi lebih baik lagi. Bagi keluarga, keluarga adalah lingkungan pertama dan yang paling dekat dengan seorang anak. Namun seiring berjalannya waktu, seorang anak yang mulai menginjak remaja hendaknya meningkatkan tingkat pengetahuannya tentang kesehatan reproduksi melalui beragam cara diantarnya penyuluhan kesehatan dan mengurangi rasa malu untuk berdikusi dengan orang tua tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja mendapatkan informasi yang benar akan bahaya perilaku seksual pranikah. Sedangkan orang tua hendaknya mengubah pemikirannya yang selama ini menganggap tabu untuk berdiskusi tentang kesehatan reproduksi kepada anak yang mulai beranjak remaja, bahkan harus menganggap penting informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi secara dini beserta risiko-risiko yang terjadi serta kualitas komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan anak dalam lingkungan keluarga menjadi penting dalam memberikan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi
Daftar Pustaka Effendy, Onong Uchjana. (2005). Radio Siaran Teori dan Praktek. Bandung. Mandar Maju. Handayani, Catharina Rini. (2011). Efek Terpaan Siaran Informasi Pemilihan Langsung Kepala Daerah (PILKADA) melalui radio RSPD Terhadap Tingkat Pengetahuan Anggota Komunitas Guyup Rukun Klaten. S1 Komunikasi FISIP, UAYJ. Kurniadi, Ardhi. (2010). Komunikasi Keluarga dan Prestasi Belajar Anak. S1 Komunikasi FISIP, UNS. Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pengantar Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta.
16
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. Aktivitas Seksual Remaja diakses pada tanggal 9 Mei 2014 pukul 20.15 WIB dari bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=2862 Meta. Uraian Teoritis Komunikasi Massa. Diakses pada tanggal 16 September 2014 pukul 20.35 WIB dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345676430/4/ Chapter%20II.pdf
17