RESPON TANAMAN SUKUN (Arthocarpus communiis Forst) TERHADAP PENGGUNAAN PELEPAH PISANG SEBAGAI MULSA ORGANIK PADA DTA DANAU TOBA, DESA PAROPO, KECAMATAN SILAHI SABUNGAN (Growth Response Breadfuit (Arthocarpus communiis Forst) Against Different percentage of banana frond’s mulch in the watershed of Lake Toba, Paropo Village district of silahi Sabungan). Oscar Pardosi1), Budi Utomo2), dan Afifuddin Dalimunthe2) 1)
Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tridharma Ujung No. 1 Kampus USU Medan 20155 (Penulis Korespondensi, Email:
[email protected]) 2) Staf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Lake Toba has indicated the existence of illegal logging in the area of Lake Toba and lowering the absorption capacity of rain forest. To support the growth of breadfruit, added water-retaining such as mulch. The mulch which use in this observation is Bananas frond mulch. This study aimed to look at the response of seedling growth breadfruit (Arthocarpus communiis Forst) on the provision of additional materials especially the bananas frond mulch to the growing media in the form of water-retaining materials. This study was conducted in November 2015-January 2016. The study was conducted at the watershed of Lake Toba, the village Paropo, District Silahi Sabungan, Dairi. The result showed that there were interaction percentage of bananas mulching on the parameters observed. Percentage bananas mulch has significantly effect to the increase hight, number of leaves, and crown area. But did not has significantly effect to leaf area, and diameter. Keywords : Watershed of Lake Toba, Breadfruit (Arthocarpus communiis Forst), Bananas Frond Mulch, Retaining Water.
PENDAHULUAN Danau Toba berada di daerah Sumatera Utara merupakan salah satu aset Negara/Pemda yang sangat berharga dan termasuk salah satu Daerah Tujuan Wisata penting setelah Bali dan Lombok/NTB sehingga merupakan kebanggaan tersendiri bagi daerah ini. Ditetapkannya Danau Toba sebagai salah satu daerah tujuan wisata, karena anggapan selama ini memiliki panorama alam yang indah. Sekarang ini keindahan Danau Toba sudah terusik sebagai akibat eksploitasi sumber daya alamnya, baik daerah perairan maupun daratan disekitarnya. Pemilihan jenis tanaman yang cocok merupakan hal yang sangat penting dalam pemanfaatan lahan kritis. Salah satu tanaman yang cocok pada lahan kritis yaitu tanaman tropis yang pertumbuhannya berada pada kisaran 20-400C dan juga mampu tumbuh pada daratan rendah sampai ketinggian 650 mdpl. Sosok
pohon sukun yang tinggi dengan perakaran yang tidak begitu dalam tetapi cukup kokoh sehinggga cocok untuk tanaman penghijauan. Tajuknya yang besar mampu mengurangi erosi tanah akibat angin kencang, mengingat perakarannya yang mencengkram tanah dengan kuat sehingga mampu menyimpan air hujan, sehingga dengan adanya tanaman sukun ini dapat memperbaiki sumber tata air. Tanaman sukun mempunyai arti penting dalam menopang kebutuhan sumber pangan karena sumber kalori dan juga kandungan gizi yang tinggi (Laksamana, 2011). Mulsa adalah suatu bahan yang digunakan sebagai penutup tanah yang bertujuan untuk menghalangi pertumbuhan gulma, menjaga suhu tanah agar tetap stabil, mencegah jatuhnya percikan air langsung mengenai permukaan tanah (Wiharjo,1997 dalam Hayati, 2008).
Pemberian mulsa organik memiliki tujuan antara lain melindungi akar tanaman, menjaga kelembaban tanah, meminimalisasi air hujan yang langsung jatuh ke permukaan tanah sehingga memperkecil hilangnya hara, erosi, dan menjaga struktur tanah, menjaga kestabilan suhu dalam tanah, serta dapat menyumbangkan bahan organik bagi tanaman. Bahan yang paling sering digunakan sebagai mulsa organik yakni jerami padi, sisa-sisa tanaman ataupun bagian-bagian tanaman lain juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan penutup tanah. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, di Desa Paropo Kecamatan Silahi Sabungan, Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dimulai dari bulan November 2015 sampai dengan bulan Januari 2016. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman sukun (Arthocarpus communiis Forst), mulsa pelepah pisang, top soil, benang, dan kertas label. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, camera digital, alat tulis, kalkulator, gunting, penggaris, jangka sorong, kertas millimeter, pisau cutter, Microsoft Excel, dan software image J. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 5 perlakuan. Mulsa pelepah pisang yang digunakan adalah mulsa pelepah pisang yang telah dimodifikasi dengan kerapatan lubang 0% (kontrol), 25%, 50%, 75%, 100% dengan ukuran mulsa 40 x 40 cm. Jumlah bibit tanaman sukun adalah 25 bibit. Model rancangan acak kelompok yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Yij = µ + τί + βj + ∑ij Keterangan : Yij = Nilai pengamatan pertumbuhan tanaman sukun pada perlakuan ke-i dan blok ke-j µ = Rataan umum pertumbuhan sukun τi = Pengaruh perlakuan mulsa terhadap pertumbuhan bibit sukun βj = Pengaruh kelompok ke-j
∑ij =Pengaruh galad percobaan pada perlakuan ke-i dan blok ke-j Pada pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem Microsoft Excel. Jika ANOVA berpengaruh nyata terhadap uji F, maka dilanjutkan dengan uji lanjutan berdasarkan uji jarak DMRT (Duncan Multiple Range Test). Prosedur Penelitian 1. Penyediaan Bibit Bibit sukun yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bibit yang berasal dari daerah Tanjung Morawa. Bibit sukun berumur ± 3 bulan sebanyak 25 bibit, yang akan ditanam di DTA Danau Toba, Desa Paropo kecamatan Silahi Sabungan. 2. Penanaman Dilakukan penanaman bibit sukun di DTA Danau Toba, Desa Paropo kecamatan Silahi Sabungan dengan lubang tanam ukuran 20cm x 20cm x 20cm dan jarak tanam adalah 5m x 5m. 3. Pemberian Mulsa Pelepah Pisang Mulsa pelepah pisang yang telah dimodifikasi diberikan ke tanaman sukun dengan jumlah bibit pada setiap persentasi adalah 5 bibit. 4. Parameter Pengamatan Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu pengambilan data tiap awal parameter. Jadi data yang diperoleh pada saat pengukuran parameter dikurangi terhadap data awal. Pengamatan mulai dilakukan dua minggu setelah tanam (2 MST). Pengamatan dilakukan selama 3 bulan (Mansur dan Surahman, 2011). Parameter yang diamati antara lain adalah : a. Pertambahan tinggi (cm) Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang dipermukaan tanah hingga titik tumbuh bibit menggunakan penggaris. Pengambilan data dilakukan dua minggu sekali. b. Diameter bibit (mm) Pengukuran diameter menggunakan jangka sorong, diukur pada pangkal batang sekitar 3 cm dari permukaan tanah yang sudah ditandai dan pada ujung batang bebas cabang. Hasil pengukuran kemudian dijumlahkan dan dibagi 2 untuk mendapatkan rataan
diameter untuk satu bibit. Pengukuran dilakukan setiap dua minggu sekali. c. Jumlah daun (helai) Jumlah daun dihitung pada akhir penelitian. Daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna. Setelah dihitung, kemudian dibandingkan pertumbuhan jumlah daun setelah pengamatan dengan jumlah daun sebelum pegamatan. d. Luas daun (cm2) Pengukuran luas daun diambil saat pengambilan data terakhir dari setiap bibit sukun. Daun diukur dengan penggaris dan kemudian difoto . Untuk mendapatkan pengukuran luas dengan menggunakan program image j. e. Persen hidup bibit Pengukuran persen hidup bibit dilakukan pada saat akhir pengukuran. Persen hidup bibit sukun adalah persentase jumlah bibit sukun yang ditanam dengan jumlah bibit sukun
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
setelah pengamatan. Persentase ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 𝑛𝑖 Pi = 𝑁 × 100 % Keterangan: Pi = Persen tumbuh bibit ni = Jumlah bibit yang hidup N = Jumlah bibit yang ditanam Maka berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung bahwa persen hidup tanaman sukun yang diperoleh pada penelitian ini adalah ni = 25 N = 25 25 Pi= × 100 % = 100 % 25
Maka, persen hidup dari bibit sukun dari hasil penelitian ini adalah 100 %. Dalam penelitian ini akan menggunakan 5 perlakuan, yaitu sebagai berikut: P0 = Persentase 0 % (Kontrol) P1 = Mulsa pelepah pisang kerapatan 25% P2= Mulsa pelepah pisang kerapatan 50% P3= Mulsa pelepah pisang kerapatan 75 % P4= Mulsa pelepah pisang kerapatan 100% Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan di lapangan untuk parameter pertambahan tinggi, dapat dilihat pada tabel 1.
Pertambahan tinggi Tabel 1. Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman Sukun Selama Tiga Bulan Perlakuan Rata-rata Tinggi (cm) Persentase 0 % (P0) 5.88 a Persentase 25 % (P1) 17.86 b Persentase 50 % (P2) 16.78 b Persentase 75 % (P3) 15.76 b Persentase 100 %(P4) 19.94 b Keterangan : Perlakuan yang diikuti dengan notasi yang sama menunjukkan perlakuan berbeda nyata tidak signifikan, sebaliknya yang diikuti dengan notasi yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata signifikan berdasarkan uji lanjutan DMRT. Rataan pertambahan tinggi bibit sukun dibandingkan dengan bibit sukun lain yang terbesar terdapat pada perlakuan P4, yaitu diberikan perlakuan. Pemberian mulsa pelepah sebesar 19.94 cm. Sedangkan rataan pisang terhadap sukun memberikan pengaruh pertambahan tinggi bibit sukun terkecil terdapat nyata, sedangkan blok pada tanaman sukun pada perlakuan P0 (kontrol, permukaan tanah memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tidak ditutupi sama sekali oleh mulsa pelepah pertambahan tinggi. Perlakuan P0 berpengaruh pisang), yaitu sebesar 5.88 cm. Berdasarkan nyata signifikan terhadap P1, P2, P3, dan P4. tabel juga dapat dilihat bahwa bibit sukun tanpa Perlakuan P1 berpengaruh nyata tidak signifikan perlakuan (kontrol) ternyata memberikan terhadap P2, P3, dan P4. pertumbuhan tinggi bibit sukun paling rendah Pertambahan diameter
Berdasarkan hasil pengamatan yang parameter pertambahan diameter, dapat dilihat dilakukan selama tiga bulan di lapangan untuk pada tabel 2. Tabel 2. Rataan Diameter Tanaman Sukun Selama Pengamatan Tiga Bulan Perlakuan Rata-rata Diameter (mm) Persentase 0 % (P0) 1.468 Persentase 25 % (P1) 2.490 Persentase 50 % (P2) 2.970 Persentase 75 % (P3) 3.110 Persentase 100 %(P4) 2.940 Rataan pertambahan diameter bibit sukun dimulai dari awal penelitian hingga akhir penelitian disajikan pada tabel 2 diatas. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pertambahan rataan diameter tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (persentase 75%), yaitu sebesar 3.110 mm. Sedangkan pertambahan rataan diameter bibit sukun yang paling rendah terdapat pada perlakuan P0 (kontrol), yaitu sebesar 1.468 mm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian mulsa pelepah pisang memberikan pengaruh yang baik Rataan luas daun bibit sukun disajikan pada tabel 3 diatas. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa luas daun sukun beragam untuk setiap perlakuan. Rataan luas daun bibit sukun terbesar terdapat pada perlakuan P4 (persentase 100%) yaitu sebesar 43.556 cm2. Sedangkan rataan luas daun bibit sukun terkecil terdapat pada perlakuan P1 (persentase 25%, seperempat permukaan tanah ditutupi mulsa pelepah pisang), yaitu sebesar 28.174 cm2. Pemberian perlakuan mulsa pelepah pisang dan blok tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit sukun. Luas tajuk Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama tiga bulan di lapangan untuk parameter luas tajuk, dapat dilihat pada tabel 4.
terhadap pertumbuhan diameter tanaman sukun bila dibandingkan dengan tanaman sukun tanpa pemberian mulsa pelepah pisang. Pemberian perlakuan mulsa pelepah pisang dan blok tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter bibit sukun. Luas daun Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama tiga bulan di lapangan untuk parameter luas daun, dapat dilihat pada tabel 3. yang diberikan. Rataan luas tajuk terbesar terdapat pada perlakuan P4 (persentase 100%, seluruh permukaan tanah tanaman sukun ditutupi oleh mulsa pelepah pisang), yaitu sebesar 1471.09 cm2. Sedangkan rataan luas tajuk tanaman sukun terkecil terdapat pada perlakuan P1 (persentase 25%), yaitu sebesar 888.77 cm2. Pemberian mulsa pelepah pisang memberikan berpengaruh nyata, sebaliknya blok tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan luas tajuk bibit sukun. Perlakuan P1 dan P2 berpengaruh nyata signifikan terhadap P0, P3, dan P4. Perlakuan P0 berpengaruh nyata signifikan terhadap P3 dan P4. Perlakuan P3 berpengaruh nyata signifikan terhadap P4. Jumlah daun Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama tiga bulan di lapangan untuk parameter jumlah daun, dapat dilihat pada tabel 5.
Rataan luas tajuk tanaman sukun selama penelitian dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa luas tajuk tanaman sukun beragam untuk setiap perlakuan Tabel 3. Rataan Jumlah Daun Tanaman Sukun Selama Tiga Bulan Perlakuan Rata- rata Jumlah Daun (Helai) Persentase 0 % (P0) 7 a Persentase 25 % (P1) 10 b Persentase 50 % (P2) 11 b Persentase 75 % (P3) 9 b Persentase 100 %(P4) 7 a
Keterangan : Perlakuan yang diikuti dengan notasi yang sama menunjukkan perlakuan berbeda nyata tidak signifikan, sebaliknya yang diikuti dengan notasi yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata signifikan berdasarkan uji lanjutan DMRT. efek positif terhadap pertambahan tinggi bibit sukun. Pemberian perlakuan mulsa pelepah Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa pisang memberikan pengaruh nyata, sebaliknya jumlah daun bibit sukun beragam untuk setiap blok tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan. Rataan jumlah daun bibit sukun pertumbuhan tinggi bibit sukun. terbesar terdapat pada perlakuan P2 ( persentase Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh 50%, setengah permukaan tanaman sukun jumlah daun bibit sukun yang beragam pada ditutupi mulsa pelepah pisang), yaitu sebesar 11 setiap perlakuan. Rataan jumlah daun terbanyak helai. Sedangkan rataan jumlah daun bibit sukun terdapat pada perlakuan P2 (persentase 50%), terkecil adalah sebesar 7 helai terdapat pada yaitu sebanyak 11 helai. Sementara rataan perlakuan P4 (persentase100%, seluruh jumlah daun terbanyak berikutnya pada permukaan tanah tanaman sukun ditutupi oleh perlakuan P1 (persentase 25%), yaitu sebanyak mulsa pelepah pisang) dan pada perlakuan P0 10 helai. Rataan jumlah daun terbanyak ketiga (kontrol, permukaan tanah tanaman sukun sama terdapat pada perlakuan P3 (persentase 75%) sekali tidak ditutupi oleh mulsa pelepah pisang). yaitu sebanyak 9 helai. Rataan jumlah daun Pemberian perlakuan mulsa pelepah pisang dan paling sedikit terdapat pada perlakuan P4 blok berpengaruh nyata terhadap pertambahan (persentase 100%) dan pada tanaman kontrol jumlah daun bibit sukun. Perlakuan P0 yaitu sebanyak 7 helai. Hasil pada parameter berpengaruh nyata tidak signifikan terhadap jumlah daun ini menunjukkan perbedaan hasil perlakuan P4. Perlakuan P0 dan P4 berpengaruh dari hasi sebelumnya pada perlakuan P4 nyata signifikan terhadap P1, P2, dan P3. (persentase 100%) yang memberikan hasil Perlakuan P1 berpengaruh nyata tidak signifikan terbaik, sebaliknya pada jumlah daun justru terhadap P2 dan P3. memberikan nilai terendah. Hal ini diduga Pembahasan disebabkan oleh faktor-faktor pertumbuhan Berdasarkan hasil pengamatan yang tanaman baik faktor internal maupun faktor dilakukan dan hasil analisis sidik ragam eksternal, hal ini sesuai dengan pernyataan menunjukkan mulsa pelepah pisang memberikan Triwiyatno (2003) pertumbuhan tanaman yang pengaruh nyata terhadap beberapa parameter berinteraksi kompleks dipengaruhi oleh pengamatan yaitu, pertambahan tinggi, jumlah beberapa faktor yakni faktor internal dan faktor daun, dan luas tajuk, sebaliknya tidak eksternal. Faktor internal ini meliputi faktor berpengaruh nyata pada parameter pengamatan intrasel (sifat genetik atau hereditas) dan intersel pertambahan diameter batang, dan luas daun. (hormon dan enzim). Faktor eksternal meliputi Sedangkan blok memberikan pengaruh nyata air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu terhadap parameter jumlah daun sebaliknya udara, cahaya, dan sebagainya. Pemberian tidak berpengaruh nyata terhadap parameter perlakuan mulsa pelepah pisang dan blok tinggi, diameter, luas daun, dan luas tajuk. memberikan pengaruh nyata terhadap Rataan pertambahan tinggi bibit sukun pertambahan jumlah daun bibit sukun. Hal ini terbesar terdapat pada perlakuan P4, yaitu menunjukkan bahwa kondisi lapangan bersifat sebesar 19.94 cm. Sedangkan rataan heterogen. pertambahan tinggi bibit sukun terkecil terdapat Rataan luas daun bibit sukun terbesar pada perlakuan P0 (kontrol, permukaan tanah terdapat pada perlakuan P4 (persentase 100%), tidak ditutupi sama sekali oleh mulsa pelepah yaitu sebesar 43.556 cm2. Sedangkan rataan luas pisang), yaitu sebesar 5.88 cm. Bibit sukun daun bibit sukun terkecil terdapat pada tanpa perlakuan (kontrol) ternyata memberikan perlakuan P1 (persentase 25%), yaitu sebesar pertumbuhan tinggi bibit sukun paling rendah 28.174 cm2. Pemberian perlakuan mulsa pelepah dibandingkan dengan bibit sukun lain yang pisang dan blok tidak berpengaruh nyata diberikan perlakuan. Hal ini menunjukan bahwa terhadap pertumbuhan luas daun bibit sukun. pemberian mulsa pelepah pisang memberikan Rataan luas tajuk terbesar terdapat pada
perlakuan P4 (persentase 100%), yaitu sebesar 1471.09 cm2. Sedangkan rataan luas tajuk tanaman sukun terkecil terdapat pada perlakuan P1 (persentase 25%), yaitu sebesar 888.77 cm2. Pemberian perlakuan mulsa pelepah pisang berpengaruh nyata, sebaliknya blok tidak berpengaruh nyata terhadap luas tajuk tanaman sukun. Berdasarkan pengamatan pertambahan rataan diameter bibit tanaman sukun, nilai pertambahan rataan diameter terbesar terdapat pada perlakuan P3 (persentase 75%), yaitu sebesar 3.11 mm. Sedangkan rataan pertambahan diameter bibit tanaman sukun terkecil terdapat pada perlakuan P0 (kontrol), yaitu sebesar 1.468 mm. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai hasil pertumbuhan pada pertambahan tinggi dan pertambahan diameter. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan primer yang terdapat pada jaringan meristem di ujung pohon memiliki kecepatan pertumbuhan yang lebih cepat daripada pertumbuhan sekunder pada titik pertumbuhan diameter pada kambium. Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian pada berbagai perlakuan menunjukkan bahwa pemberian mulsa pelepah pisang dengan persentase 100% (seluruh permukaan tanah tanaman sukun ditutupi mulsa pelepah pisang) menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Dapat diduga bahwa pemberian mulsa pelepah pisang dengan persentase 100% (seluruh permukaan tanah tanaman sukun ditutupi oleh mulsa pelepah pisang) dapat memberikan KESIMPULAN 1. Respon tanaman sukun terhadap perlakuan mulsa pelepah pisang terhadap parameter-parameter yang diamati : berpengaruh nyata terhadap tinggi, jumlah daun, dan luas tajuk sebaliknya tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan diameter, dan luas daun. 2. Perlakuan blok pada tanaman sukun memberikan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, sebaliknya tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan tinggi, diameter, luas daun, dan luas tajuk.
pertumbuhan yang lebih baik bagi pertumbuhan bibit sukun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyatri (2003) aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu, dan kelembaban tanah, serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam mendukung pertumbuhan bibit sukun pada sekitar danau Toba. Respon tanaman yang mengalami kekurangan air dapat merupakan perubahan di tingkat seluler dan molekuler yang ditunjukkan dengan laju penurunan pertumbuhan, berkurangnya luas daun dan peningkatan rasio akar : tajuk. Tingkat kerugian tanaman akibat kekurangan air dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain intensitas kekeringan yang dialami, lamanya kekeringan dan tahap pertumbuhan saat tanaman mengalami kekeringan. Dua macam respon tanaman yang dapat memperbaiki status jika mengalami kekeringan adalah mengubah distribusi asimilat baru dan mengatur derajat pembukaan stomata. Pengubahan distribusi asimilat baru akan mendukung pertumbuhan akar daripada tajuk, sehingga dapat meningkatkan kapasitas akar menyerap air serta menghambat pertumbuhan tajuk untuk mengurangi transpirasi. Pengaturan derajat pembukaan stomata akan menghambat hilangnya air melalui transpirasi ( Mansfield dan Atkinson, 1990).
3. Perlakuan terbaik yang memberikan pengaruh pertumbuhan terbaik pada tanaman sukun adalah perlakuan P4 dengan persentase kerapatan mulsa pelepah pisang 100%. DAFTAR PUSTAKA Laksamana, R. C. 2011. Penggunaan Beberapa Jenis Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst). Skripsi. Program Studi Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Lumbanraja, P. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi dan Jenis Mulsa terhadap Kapasitas Pegang Air Tanah dan Pertumbuhan Tanman Kedelai (Glycine max L) pada Tanah Ultisol Simalingkar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Tinggi 5(2), 58-72. Mansfield, T.A. dan C.J. Atkinson. 1990. Stomatal Behavior in Water Stressed Plants. Dalam: Alscher dan Cumming (Eds). Stress Response in Plant adaptation and Acclimation Mechanisms. Wiley Liss Inc., New York. Mansur, S. 2011. Studi Pemberian Air dan Tingkat Naungan terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Cabe. Penebar Swadaya. Jakarta. Mulyatri. 2003. Peranan PengelolaanTanah dan Bahan Organik Terhadap Konservasi Tanah dan Air. Pros. Sem. Nas. Hasilhasil Penelitian dan Teknologi Spesifik Lokasi. Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4rd Ed. Wadsworth Publishing Company. California. Triwiyatno, E.A. 2003. Bibit Sukun Cilacap. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Wiharjo, 1997. Bertanam Semangka. Kanisius, Yogyakarta